1Proses pemasakan dan pengelantangan serat sutera
Tanggal praktikum
12, 13 Juli 2012
Judul praktikum
Proses Pemasakan dan Pengelantangan Pada Benang Berbahan Serat Sutera
Tujuan praktikum
Mengetahui perubahan yang terjadi pada benang setelah mengalami proses
pemasakan dan pengelantangan.
Dasar teori
Yang dimaksud dengan proses persiapan penyempurnaan sutera adalah semua proses,
baik mekanika maupun kimia yang dilakukan pada sutera sebelum proses pencelupan,
pencapan, atau penyempurnaan lainnya, dengan tujuan untuk memperlancar proses-
proses selanjutnya. Skema proses persiapan penyempurnaan sutera sbb:
Ana Humatul Wahidah (NIM: 1621111004)
benang sutera Kain sutera
Penghilangan kanji
Pemasakan (degumming)
Pemberatan (weighting)
Pengelantangan
Pemutih optik
1Proses pemasakan dan pengelantangan serat sutera
1. Penghilangan kanji
Proses penghilangan kanji sutera hanya dilakukan pada kain sutera yang
benang lusinya dikanji. Benang lusi sutera perlu dikanji untuk menambah
kekuatannya, daya tahan terhadap gesekan-gesekan selama proses pertenunan.
Kanji yang banyak digunakan seperti :
a. Kanji alam : kanji tapioca, kanji terigu, kentang, beras, jagung dan
sagu
b. Macam- macam gom (tercantum di halaman 133, judul buku teknologi
persiapan penyempurnaan)
c. Kanji sintetik : Polivinil alcohol (PVA), CMC (karboksi metil
selulosa), atau turunan senyawa akrilik dsb.
Cara penghilangan kanji untuk serat sutera ada beberapa macam, seperti :
a. Dengan cara enzimatik
b. Dengan cara oksidator
2. Pemasakan (degumming)
Proses pemasakan sutera adalah proses menghilangkan serisin (silk proses
degumming). Dulu proses degumming dilakukan dengan cara pendidihan
dalam air atau cara pengukusan, yang selanjutnya dibantu menggunakan
enzim.
Metoda lain yang sering digunakan adalah pelarutan serisin dalam sabun
netral, daya larut sabun netral akan meningkat dengan penambahan alkali
lemah sampai pH 10,0. Praktisnya proses degumming dilakukan dengan
pendidihan serat dalam larutan 0,5% sabun netral selama 2 jam pada suhu
95oC. proses ini dapat menghilangkan serisin 15-25% berat.
Kualitas yang berbeda beda disesuaikan dengan banyaknya serisin yang
dihilangkan. Macam-macam kualitas benang sutera antara lain :
a. Ecru silk : sekitar 2-5% serisin yang dihilangkan
b. Souple silk : sekitar 8-15% serisin yang dihilangkan
c. Boiled off silk : penghilangan serisin secara sempurna
Ana Humatul Wahidah (NIM: 1621111004)
1Proses pemasakan dan pengelantangan serat sutera
Dalam proses pemasakan sutera sering digunakan sabun netral ditambahkan
sedikit alkali lemah (seperti : natrium karbonat, fosfat, atau silikat, pada pH
9,2 -10,5). pH dibawah 9,5 kecepatan penghilangan kanji sangat rendah. pH di
atas 10,5 akan mengakibatkan kerusakan serat. Konsentrasi sabun umumnya
tidak kurang 20% dari berat sutera. Sedangkan untuk benang yang puntiran
tinggi atau kain dengan konstruksi tinggi diperlukan konsentrasi sabun sekitar
30-50%.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemasakan sutera :
- pH larutan harus dijaga, jangan sampai lebih atau kurang, karena sutera
rusak pada pH yang terlalu tinggi dan terlalu rendah pula.
- Regangan-regangan yang berlebihan atau gesekan-gesekan dengan
permukaan yang kasar harus dihindari. Agar bagian fibroin tidak rusak.
- Pemasakan sutera staple (spun silk) konsentrasi sabun netral yang
digunakan sekitar 1-2 g/L, sedangkan untuk kain sutera yang sebelumnya
tidak melewati proses penghilangan kanji, maka diperlukan konsentrasi
sabun netral sekitar 20-50 g/L.
Pengecekan hasil degumming
Cara sederhana adalah tes pewarnaan mikroskopis dengan larutan khusus
campuran zat warna Neocarmin W. Sutera yang telah melewati proses
degumming, dikerjakan pada larutan Neocarmin W mendidih sekitar 30 detik.
Setelah dicuci bersih, periksa menggunakan mikroskop, serisin yang tertinggal
tampak berwarna biru kehijauan, sedangkan jika proses degumming sempurna
akan berwarna kuning kecoklatan.
3. Pemberatan (weighting)
Weighting disebut juga charging, yaitu proses penambahan berat pada sutera
sebagai penggantian dari berat yang hilang akibat proses degumming.
Pengaruh yang timbul akibat proses pemberatan adalah menambah ruwa
(bulky) serat, pegangannya lebih penuh, dan efek kilap yang lebih baik.
Penambahan berat secara berlebihan akan berakibat negative seperti
berkurangnya daya serap zat warna dan serat menjadi kaku, serta kekuatanya
menurun.
Ana Humatul Wahidah (NIM: 1621111004)
1Proses pemasakan dan pengelantangan serat sutera
Berdasarkan zat yang digunakan, pemberatan dapat dibagi menjadi :
1. Pemberatan dengan tumbuhan (vegetables weighting)
2. Pemberatan dengan mineral
3. Pemberatan dengan tumbuhan dan mineral
4. Pengelantangan
Sutera mentah pada umunya berwarna sedkit kuning emas, kuning kehijau-
hijauan, sampai kuning kecoklatan, bergantung pada jenis ulat suteranya.
Setelah dimasak pada umumnya sutera sudah berwarna putih, tapi bila ingin
hasil yang lebih putih dapat dilakukan proses pengelantangan.
Pengelantangan adalah proses untuk menghilangkan pigmen alam yang masih
terdapat pada sutera tersebut, yang belum hilang pada proses pemasakan.
Pengelantangan sutra dapat mengguakan oksidator dan reduktor, namun tidak
semua zat pengelantang oksidator atau reduktor dapat digunakan, sebab sifat
sutera yang mudah terpengaruh oleh zat-zat kimia tertentu.
Pengelantangan sutera dengan mempergunakan H2O2 dilakukan dengan
penambahan alkali lemah, karena sutera tidak tahan terhadap alkali kuat.
Hydrogen peroksida stabil dalam suasana asam, dalam suasana alkali mudah
terurai melepas oksigen. Makin besar pH penguraian semakin cepat,
penguraian hydrogen peroksida juga dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu rendah
pembebasan oksigen sangat kecil. Pengelantangan biasanya dilakukan pada
suhu 80-85oC diatas suhu tersebut penguraian sangat cepat.
Pada pengelantangan ini diperlukan stabilisator, stabilisator berguna untuk
memperlambat penguraian, walaupun pada pH yang tinggi. Biasanya
digunakan natrium silikat, magnesium silikat, natrium meta fosfat, natrium
trifosfat dsb. Mekanisme bekerjanya natrium silikat dalam menstabilkan
hydrogen peroksida, antara lain:
1. Terjadinya reaksi ion yang seimbang antara hydrogen peroksida dan
natrium silikat yang terionisasi dalam air.
2H2O2 2H+ + 2OOH-
Na2SiO3 2Na+ + SiO32-
2OOH- + 2Na+ 2NaOOH
Ana Humatul Wahidah (NIM: 1621111004)
1Proses pemasakan dan pengelantangan serat sutera
2H+ + SiO32- H2SiO3
NaOOH yang terbentuk merupakan ikatan yang lemah dan bolak balik,
NaOOH ini bereaksi dengan H2SiO3 membentuk garm garam natrium
silikat lagi sekaligus melepas air dan On. On yang dihasilkan bekerja lagi
sebagai oksidator kuat untuk memutihkan bahan, penguraian H2O2 dapat
terkontrol karena berlangsung secara perlahan.
2. Terjadinya ikatan kompleks antara On yang terbentuk dari penguraian
hydrogen peroksida dengan natrium silikat.
H2O2 H+ + HO2-
HO2- OH - + On
Na2SiO3 + On Na2SiO4
On yang di ikat oleh natrium sillikat akan di lepas secara perlahan.
3. Ikatan adhesi antara molekul hydrogen peroksida dan molekul Na2SiO3
suatu ikatan fisika dengan kekuatan sama ke segala arah. Ikatan ini terjadi
karena daya tarik menarik suatu molekul lain. Untuk mendapatkan derajat
putih yang tinggi harus diketahui jumlah optimumnya. Stabilisator yang
sedikit akan menyebabkan penguraian hidrogen peroksida terlalu cepat,
sehingga On yang dihasilkan tidak semuanya bekerja memutihkan bahan.
Sebaliknya jika stabilisator terlalu banyak maka akan menyebabkan sulit
terurainya hydrogen peroksida sehingga efeknya sama bahan tidak
terputihkan seluruhnya.
Alat Bahan
Gelas kimia Air
Gelas ukur Benang sutera
Batang pengaduk Sabun sunlight
Kasa asbes H2O2
Kaki tiga Na2SiO3
Bunsen Teepol
Ana Humatul Wahidah (NIM: 1621111004)
1Proses pemasakan dan pengelantangan serat sutera
Termometer
Resep
Resep pemasakan benang sutera Resep pengelantangan benang sutera
Volt : 1 : 30 Vlot : 1 : 50
Sabun : 10 mL/L H2O2 : 20 mL/L
Suhu : 80 – 90oC Na2SiO3 : 2 gr/ L
Waktu : 1 jam Teepol : 1 mL/L
Suhu : 70oC
Waktu : 1 jam
Prosedur dan Pengamatan
A. Proses pemasakan
Prosedur Pengamatan
1. Siapkan benang sutera yang
akan diproses
2. Timbang benang sutera Berat benang I : 6,00 gram
Berat benang II : 6,40 gram
Total berat : 12,40 gram
3. Buat larutan dengan resep
pemasakan:
Vlot : 1: 30
Sabun : 10 mL/L
Berat bahan 12,40 gram
Air : 12,40 x 30 = 372 mL
Sabun : (372 mL : 1000mL) x 10 = 3,72
Warna larutan bening sedikit berbuih
Ana Humatul Wahidah (NIM: 1621111004)
1Proses pemasakan dan pengelantangan serat sutera
4. Masukan bahan ke dalam
larutan dengan perlahan
sehingga bahan terbasahi
seluruhnya
5. Panaskan larutan + bahan
sampai suhu 80 -90oC,
pertahankan suhu selama 1
jam, aduk sesekali setiap 10
menit. Kemudian Cuci panas,
cuci dingin. Keringkan kain
jika sudah selesai. Timbang
kain yang sudah kering
Berat benang I : 6,30 gram
Berat benang II : 6,70 gram
Total berat : 13,00 gram
Warna benang sedikit putih dari asalnya,
sedangkan warna larutan menjadi keruh
disbanding warna awal larutan.
B. Pengelatangan
Prosedur Pengamatan
1. Siapkan benang sutera yang
akan diproses
2. Timbang benang sutera Berat benang : 6,70 gram
3. Buat larutan dengan resep
pengelatangan:
Vlot : 1: 50
H2O2 : 20 mL/L
Na2SiO3 : 2 gr/ L
Teepol (pembasah) : 1mL/L
Berat bahan 6,70 gram
Air : 6,70 x 50 = 335 mL
H2O2 : (335 : 1000) x 20 mL= 6,7 mL
Na2SiO3 : 0,335 x 2 gr = 0,67 gr
Teepol : 0,335 x 1 mL = 0,335 mL
Warna larutan sedikit putih dan berbuih
Ana Humatul Wahidah (NIM: 1621111004)
1Proses pemasakan dan pengelantangan serat sutera
4. Masukan bahan ke dalam
larutan dengan perlahan
sehingga bahan terbasahi
seluruhnya
5. Panaskan larutan + bahan
sampai suhu 70oC,
pertahankan suhu selama 1
jam, aduk sesekali setiap 10
menit. Kemudian Cuci panas.
Keringkan kain jika sudah
selesai. Timbang kain yang
sudah kering
Berat benang : 6,30 gram
Warna benang lebih putih dan terasa
lebih lues dari sebelumnya.
Pembahasan
Dalam praktikum kali ini, yang akan dibahas adalah hasil dari pemasakan, dimana
berat benang sutera menjadi lebih besar dari berat sebelumnya. Dalam teori, proses
pemasakan berfungsi untuk menghilngkan serisin, dan hilangnya serisin dapat di
indikatorkan dengan kurangya berat benang setelah diproses pemasakan. Namun,
dalam praktikum kali ini, berat benang setelah diproses pemasakan menjadi
bertambah, hal ini diperkirakan karena :
1. Timbangan yang tidak akurat
2. Bahan masih belum kering, sudah ditimbang
3. Kurangnya proses pencucian, sehingga bisa saja masih ada sabun yang
menempel pada benang, dan ikut tertimbang. Karena pegangan serat setelah
proses pemasakan, masih lengket berbeda dengan standar yang pegangannya
lues.
Hal yang selanjutnya akan dibahas adalah mengenai hasil pengelantangan, berat
bahan setelah diproses pengelantangan mengalami penurunan, hal ini diperkirakan
Ana Humatul Wahidah (NIM: 1621111004)
1Proses pemasakan dan pengelantangan serat sutera
karena berat sebelumnya merupakan berat pengotor, sehingga terbersihkan kembali
pada proses pengelantangan.
Kesimpulan
Pada benang sutera, proses pemasakan mengakibatkan pegangan benang semakin
lebih lues dan sedikit lebih putih dibanding sebelumnya. Dan setelah mengalami
proses pengelantangan warna benang semakin putih dibanding sebelumnya.
Daftar Pustaka
Lubis, Arifin team. 1994. Teknologi Persiapan Penyempurnaan. Bandung
Ana Humatul Wahidah (NIM: 1621111004)
Top Related