Download - Kriteria Gawat Darurat Bagian Anak

Transcript

Kriteria Gawat Darurat Bagian Anak/Pediatri1. Anemia sedang/berat2. Apnea/gasping3. Bayi/anak dengan ikterus4. Bayi kecil/prematur5. Cardiac arrest / payah jantung (mungkin maksudnya henti jantung)6. Cyanotic Spell (tanda penyakit jantung)7. Diare profus (lebih banyak dari 10x sehari BAB cair) baik dengan dehidrasi maupun tidak8. Difteri9. Murmur/bising jantung, Aritmia10. Edema/bengkak seluruh badan11. Epitaksis (mimisan), dengan tanda perdarahan lain disertai dengan demam/febris12. Gagal ginjal akut13. Gangguan kesadaran dengan fungsi vital yang masih baik14. Hematuria15. Hipertensi berat16. Hipotensi atau syok ringan hingga sedang17. Intoksikasi atau keracunan (misal: minyak tanah, atau obat serangga) dengan keadaan umum masih baik18. Intoksikasi disertai gangguan fungsi vital19. Kejang dengan penurunan kesadaran20. Muntah profus (lebih banyak dari 6x dalam satu hari) baik dengan dehidrasi maupun tidak21. Panas/demam tinggi yang sudah di atas 40C22. Sangat sesak, gelisah, kesadaran menurun, sianosis dengan retraksi hebat dinding dada/otot-otot pernapasan23. Sesak tapi dengan kesadaran dan kondisi umum yang baik24. Syok berat, dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak terukur, termasuk di dalamnya sindrom rejatan dengue25. Tetanus26. Tidak BAK/kencing lebih dari 8 jam27. Tifus abdominalis dengan komplikasiKriteria Gawat Darurat Bagian Bedah1. Abses serebri2. Abses submandibula3. Amputasi penis4. Anuria5. Appendiksitis akut6. Atresia Ani7. BPH dengan retensi urin8. Cedera kepala berat9. Cedera kepala sedang10. Cedera vertebra/tulang belakang11. Cedera wajah dengan gangguan jalan napas12. Cedera wajah tanpa gangguan jalan napas namun termasuk: {a} patah tulang hidung terbuka/tertutup; {b} Patah tulang pipi (os zygoma) terbuka dan tertutup; {c} patah tulang rahang (os maksila dan mandibula) terbuka dan tertutup; {d} luka terbuka di wajah13. Selulitis14. Kolesistitis akut15. Korpus alienum pada: {a] intra kranial; {b} leher; {c} dada/toraks; {d} abdomen; {e} anggota gerak; {e} genital16. Cardiovascular accident tipe perdarahan17. Dislokasi persendian18. Tenggelam (drowning)19. Flail chest20. Fraktur kranium (patah tulang kepala/tengkorak)21. Gastroskisis22. Gigitan hewan/manusia23. Hanging (terjerat leher?)24. Hematotoraks dan pneumotoraks25. Hematuria26. Hemoroid tingkat IV (dengan tanda strangulasi)27. Hernia inkarserata28. Hidrosefalus dengan peningkatan tekanan intrakranial29. Penyakit Hirschprung30. Ileus Obstruksi31. Perdaraha Internal32. Luka Bakar33. Luka terbuka daerah abdomen/perut34. Luka terbuka daerah kepala35. Luka terbuka daerah toraks/dada36. Meningokel/myelokel pecah37. Trauma jamak (multiple trauma)38. Omfalokel pecah39. Pankreatitis akut40. Patah tulang dengan dugaan cedera pembuluh darah41. Patah tulang iga jamak42. Patah tulang leher43. Patah tulang terbuka44. Patah tulang tertutup45. Infiltrat periapendikuler46. Peritonitis generalisata47. Phlegmon pada dasar mulut48. Priapismus49. Perdarahan raktal50. Ruptur tendon dan otot51. Strangulasi penis52. Tension pneumotoraks53. Tetanus generalisata54. Torsio testis55. Fistula trakeoesofagus56. Trauma tajam dan tumpul di daerah leher57. Trauma tumpul abdomen58. Traumatik amputasi59. Tumor otak dengan penurunan kesadaran60. Unstable pelvis61. UrosepsiKriteria Gawat Darurat Bagian Kardiovaskuler (Jantung & Pembuluh Darah)1. Aritmia2. Aritmia dan rejatan/syok3. Korpulmonale dekompensata akut4. Edema paru akut5. Henti jantung6. Hipertensi berat dengan komplikasi (misal: enselofati hipertensi, CVA)7. Infark Miokard dengan kompikasi (misal: syok)8. Kelainan jantung bawaan dengan gangguan ABC9. Krisis hipertensi10. Miokardititis dengan syok11. Nyeri dada (angina pektoris)12. Sesak napas karena payah jantung13. Pingsan yang dilatari oleh penyakit/kelainan jantungKriteria Gawat Darurat Bagian Obstetri Ginekologi (Kebidanan & Kandungan)1. Abortus2. Distosia3. Eklampsia4. Kehamilan ektopik terganggu (KET)5. Perdarahan antepartum6. Perdaragan postpartum7. Inversio uteri8. Febris puerperalis9. Hiperemesis gravidarum dengan dehidrasi10. Persalinan kehamilan risiko tinggi daa/atau persalinan dengan penyulitKriteria Gawat Darurat Bagian Mata1. Benda asing di kornea mata/kelopak mata2. Blenorrhoe/ Gonoblenorrhoe3. Dakriosistisis akut4. Endoftalmitis/panoftalmitis5. Glaukoma akut dan sekunder6. Penurunan tajam penglihatan mendadak (misal: ablasio retina, CRAO, perdarahan vitreous)7. Selulitis orbita8. Semua kelainan kornea mata (misal: erosi, ulkus/abses, descematolisis)9. Semua trauma mata (misal: trauma tumpul, trauma fotoelektrik/radiasi, trauma tajam/tembus)10. Trombosis sinus kavernosus11. Tumor orbita dengan perdarahan12. Uveitis/skleritis/iritasiKriteria Gawat Darurat Bagian Paru1. Asma bronkiale sedang parah2. Aspirasi pneumonia3. Emboli paru4. Gagal napas5. Cedera paru (lung injury)6. Hemoptisis dalam jumlah banyak (massive)7. Hemoptoe berulang8. Efusi plura dalam jumlah banyak (massive)9. Edema paru non kardiogenik10. Pneumotoraks tertutup/terbuka11. Penyakit Paru Obstruktif Menahun dengan eksaserbasi akut12. Pneumonia sepsis13. Pneumotorak ventil14. Status asmatikus15. TenggelamKriteria Gawat Darurat Bidang Penyakit Dalam1. Demam berdarah dengue (DBD)2. Demam tifoid3. Difteri4. Disekuilibrium pasca hemodialisa5. Gagal ginjal akut6. GEA dan dehidrasi7. Hematemesis melena8. Hematochezia9. Hipertensi maligna10. Keracunan makanan11. Keracunan obat12. Koma metabolik13. Leptospirosis14. Malaria15. Observasi rejatan/syokKriterita Gawat Darurat Bidang THT1. Abses di bidang THT-KL2. Benda asing di laring, trakea, bronkus dan/atau benda asing tenggorokan3. Benda asing di telinga dan hidung4. Disfagia5. Obstruksi jalan napas atas grade II/III Jackson6. Obstruksi jalan napas atas grade IV Jackson7. Otalgia akut8. Parese fasialis akut9. Perdarahan di bidang THT10. Syok karena kelainan di bidang THT11. Trauma akut di bidang THT-KL12. Tuli mendadak13. Vertigo (berat)Kriteria Gawat Darurat Bidang Syaraf1. Kejang2. Stroke3. Meningoensefalitis4. DEFINISI KEDOKTERAN GAWAT DARURAT.5. Kedokteran Gawat Darurat (KGD) mencakup diagnosis dan tindakan terhadap semua pasien yang memerlukan perawatan yang tidak direncanakan dan mendadak, atau terhadap pasien dengan penyakit atau cedera akut. Maksud KGD adalah untuk menekan angka kesakitan dan kematian pasien. Pelayanan KGD mencakup pelayanan pra rumah sakit, luar rumah sakit dan dirumah sakit. Pelaksana KGD memerlukan pengetahuan dan pengenalan yang adekuat tentang cedera serta penyakit akut, tindakan segera, stabilisasi serta konsultasi dan disposisi yang memadai untuk pasien.6. 7. DEFINISI DOKTER GAWAT DARURAT.8. Dokter Gawat Darurat (DGD) adalah pelaksana KGD. DGD memerlukan pendidikan, pelatihan, pengalaman serta kelakuan yang sesuai agar KGD dapat efektif DGD bisa berpraktek didesa hingga dikota, baik sendiri-sendiri atau borkelompok, pegawai pemerintah ataupun pegawai fakultas kedokteran. DGD berkewajiban untuk bertanggung-jawab memberikan pelayanan kesehatan tidak terencana bagi masyarakat selama 24 jam sehari.9. 10. KUALIFIKASI DOKTER GAWAT DARURAT.11. DGD harus memiliki kualifikasi, kredensial, kompetens dan dedikasi. 12. Kualifikasi adalah lisensi untuk berpraktek kedokteran yang telah dikombinasi dengan pendidikan, pelatihan dan pengalaman klinik yang diperlukan untuk melaksanakan KGD. 13. Kredensial adalah bahwa latar belakang, pendidikan, pelatihan, pengalaman dan karakter ybs. dianggap memadai untuk diizinkan melakukan KGD dengan baik. Kompetensi didasari atas penilaian anggota serta pimpinan departemen, digabung dengan penilaian berdasar kemampuan keterampilan klinik, ybs. melaksanakan KGD dengan konsisten sesuai atau melebihi standar yang dianut dengan outcome pasien yang dapat dipertanggung-jawabkan. 14. DGD mendedikasikan dirinya melaksanakan KGD dengan pelayanan gawat darurat berkualitas tinggi.15. 16. SERTIFIKASI KEDOKTERAN GAWAT DARURAT.17. KGD terbaik dilaksanakan oleh DGD yang berkompeten, mempunyai perhatian penuh serta berpengalaman. Ujian oleh majelis (board) merupakan cara penting, namun18. tidak wajib dalam melakukan kredensial. Penilaian langsung selama pelatihan serta19. ti 120. penilaian secara serial atas outcome pasien merupakan indikator paling layak atas kompetensi dan mutu dokter tsb. Banyak DGD bermutu yang tidak melalui ujian board. Tidak dimilikinya sertfikat ujian board bukan alasan untuk menghambat DGD atas posisi jabatan atau promosi dalam kedokteran publik atau akademik. Kursus- kursus CPR, ACLS, ATLS, APLS, PALS, BTLS, dll. merupakan sumber yang baik untuk meninjau dan memperbaiki DGD. Peserta kursus ini tidak lebih diutamakan21. atas DGD lain yang berkualitas. Karena sejarahnya yang kompleks, persepsi atas pentingnya sertifikasi board dalam menentukan kompetensi berpraktek KGD mengalami distorsi. Karena persepsi tersebut secara aktif dianjurkan beberapa organisasi, sertifikasi board secara umum diterima sebagai penilaian kompetensi yang paling dapat diterima. Karena kepercayaan yang tidak sepantasnya bahwa sertiflkasi board saja yang bisa menentukan kompetensi, banyak DGD yang bermutu mengalami22. diskriminasi dalam bekerja atau dalam kesempatan promosi. Namun demikian pada saat ini makin banyak bukti bahwa penilaian kompetensi paling baik tetap dengan ujian board.23. 24. PENGADAAN DOKTER GAWAT DARURAT.25. Pengadaan DGD melalui residensi selalu lebih sedikit dari kebutuhan akan DGD yang berkualifikasi. Kebanyakan DGD yang berkualitas, berkompeten dan berdedikasi saat ini berasal dari displin yang non KGD. Mereka akan tetap mengisi kebutuhan DGD. Karenanya semua dokter yang berdedikasi pada KGD harus diberi kesempatan memperlihatkan kompetensinya dalam KGD. Sistem evaluasi harus digunakan agar semua DGD dapat memperlihatkan kompetensi KGD nya. Sistem evaluasi ini26. berdasar pendidikan, pelatihan, pengalaman klinik, penilaian kegiatan klinik serta ujian board. Bila DGD menampilkan kompetensi klinik, ia akan kompeten pada semua tingkat DGD.27. 28. DEFINISI PELAYANAN GAWAT DARURAT.29. Gawat Darurat Medis (GDM) serta Perawatan Gawat Darurat (PGD) harus berdasarkan anggapan publik atas kegawat-daruratan. Bila kebanyakan publik melihat proses medis mungkin menyebabkan kesakitan atau kematian, maka keadaan tsb.adalah gawat darurat yang memerlukan perhatian medis segera. Kepercayaan publik ini mungkin termasuk, namun tidak terbatas pada : nyeri akut atau berat, perdarahan ekstemal atau kemungkinan perdarahan internal, sesak nafas berat atau akut, nyeri dada, nyeri kepala berat atau akut, nyeri perut berat atau akut, demam berat atau akut, penurunan kesadaran, cedera traumatik akut, gangguan adekuasi sirkulasi, gangguan fungsi motor, perubahan tingkah akut, gangguan akut fungsi sensori, evaluasi dan tindakan atas penyalah-gunaan dan kelalaian, fungsi ginekologis abnormal, persalinan, disfungsi kemih atau usus akut, tindakan atas kelainan yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat, infeksi akut, wabah, peradangan, reaksi alergi akut, krisis kesehatan mental akut, perawatan neonatal, kelainan yang berkaitan dengan penyalahgunaan obat/zat.30. 31. CARA MENDAPATKAN PELAYANAN GAWAT DARURAT.32. Semua masyarakat berhak mendapat perawatan kesehatan gawat darurat, pencegahan, primer, spesialistik serta kronik. Perawatan GD harus dilakukan tanpa memikirkan kemampuan pasien untuk membayar. Semua petugas medis harus diberi kompensasi yang adekuat, adil dan tulus atas pelayanan kesehatan yang diberikannya. Diperlukan mekanisme pembayaran penggantian atas pelayanan gratis, hingga tenaga dan sarana tetap tejaga untuk setiap pelayanan. Ini termasuk mekanisme kompensasi atas penderita yang tidak memiliki asuransi, bukan penduduk setempat atau orang asing. Semua pasien harus mendapat pengobatan, tindakan medis dan pelayanan memadai yang diperlukan agar didapat pemulihan yang baik dari penyakit atau cedera akut yang ditindak secara gawat darurat.33. 34. TINDAKAN SERTA PERSETUJUANNYA.35. Keputusan akan tindakan medis, termasuk resusitasi, adalah hak ekslusif pasien. Penderita atau wali hukumnya harus diberitahu sebelum kondisi pasien berpotensi menjadi tenninal. Harus dibuat persetujuan anggota keluarga bila diinginkan oleh pasien atau bila pasien tidak kompeten. Sebaliknya pasien atau keluarga dapat menolak resusitasi atau bagian dari resusitasi. Bila pasien dalam keadaan ekstrim yang membutuhkan tindakan darurat, tindakan segera dilakukan sesuai indikasi. Bila36. pasien kompeten atau keluarga menolak tindakan, semua usaha dibatalkan. Bila dilakukan tindakan disaat tidak ada keluarga, usahakan menghubungi keluarga saat itu juga.37. 38. SISTIM 118.39. Akses yang mudah kepada pelayanan gawat darurat adalah kunci keberhasilan atas outcome. Semua masyarakat harus terjangkau oleh 118. Peningkatan kemampuan 118 adalah usaha utama dalam menjangkau masyarakat. 118 memberikan akses yang mudah kepelayanan gawat darurat sehingga keterlambatan yang tidak perlu dalam penanganan keadaan gawat darurat dapat dicegah. Instruksi pra kedatangan petugas harus digunakan dalam semua sistem pelayanan gawat darurat tanpa memperdulikan keberadaan 118.40. 41. RESUSITASI KARDIO-PULMONER, CPR.42. CPR yang dilakukan segera pada pasien yang membutuhkan terbukti mengurangi kesakitan dan kematian. Karena periode yang singkat antara onset arrest hingga kerusakan multi sistem atau kematian, dianjurkan agar CPR sebagai tindakan awal dilakukan oleh masyarakat untuk Cardio-pulmonarry arrest. Masyarakat harus diajarkan CPR serta mengerti akan kemampuan penyelamat hidup dari 118 yang sedini mungkin berikut instruksi sebelum kedatangannya, CPR dini, defibrilasi dini, ALS dini, serta perawatan jantung definitif dini. Semua petugas dalam sistem gawat darurat, pemadam kebakaran, polisi atau petugas keamanan harus belajar CPR. Karena kemungkinan kontaminasi infeksi penolong ke atau dari korban, dianjurkan pemakaian peralatan pencegahan infeksi seluas mungkin.43. 44. DEFIBRILASI DAN PENGGUNAAN AED OLEH PETUGAS NON ALS.45. Semua petugas pertama yang berhadapan dengan pasien serta semua petugas sistem gawat darurat harus dilatih memakai AED (automated external defibrillator). Defibrilasi dini adalah tindakan yang berpotensi penyelamat hidup bila digunakan segera pada dugaan fibrilasi ventrikuler. Pelatihan mencakup fisiologi jantung, EKG, kegunaan defibrilasi, pemakaian klinis dari AED, pemahaman protokol tetap, kontra indikasi/keamanan/pemeliharaan AED, kebutuhan akan CIVE (Continuing Medical Education) baik teori maupun praktek, pentingnya peluang penyelamat hidup dari 118 yang dini dengan instruksi pra kedatangannya-CPR dini-defibrilasi dini- ALS dini- serta perawatan jantung definitif dini. Program defibrilasi dini harus diprioritaskan. AED harus disebarkan seluas mungkin dalam wilayah kerja dan diletakkan dikendaraan yang bertanggung-jawab atas panggilan kasus henti jantung. Ini mungkin temiasuk oleh penanggung-jawab pertama, paramedik, kendaraan pemadam kebakaran, serta kendaraan polisi sehingga waktu untuk memulai defibrilasi yang berpotensi penyelamat jiwa dapat sedini mungkin.46. 47. PELATIHAN PEMBERI PELAYANAN PRA RUMAH SAKIT.48. Semua dokter atau paramedik pelaksana pelayanan medis pra RS harus mendapat pelatihan dan sertifikasi sebagai pelaksana pra RS. Institusi yang berwenang bertanggung-jawab memberikan sertifikasi serta program pelatihan.49. 50. KLASIFIKASI PEMBERI PELAYANAN PRA RUMAH SAKIT.51. Konsep pelatihan pra RS datam berbagai tingkat dikaitkan dengan derajat pelayanan pasien. Logistik, kebutuhan setempat serta adekuasi pelayanan pasien mengakibatkan52. perlunya berbagai tingkat petugas pra RS. Biasanya perawatan pra RS dibagi menjadi pelayanan dasar / non invasif, serta pelayanan lanjut / invasif. Digunakan standar minimal nasional yang bila perlu dapat ditambahkan dengan kebutuhan setempat. Petugas tingkat dasar minimal harus mendapat kursus AED, AMST serta perawatan jalan nafas. Petugas tingkat lanjut harus mampu melakukan intubasi endotrakheal, trakheostomi jarum, jalur transtorasik, serta infus interosseus sebagai standar.53. 54. TERAPI TROMBOLITIK PRA RUMAH SAKIT.55. Trombolitik bila digunakan saat keadaan klinis yang tepat pada pasien yang tepat terbukti bermanfaat. Karena adanya keraguan atas manfaat atau risiko pra RS serta potensi untuk menimbulkan kegawatan, diperlukan penelitian pra RS lebih lanjut sebelum trombolitik digunakan oleh tenaga non dokter secara rutin pra RS. Namun identifikasi serta persiapan pasien secara dini pra RS untuk terapi trombolilik harus dilakukan. Identifikasi serta persiapan dini tsb. a.l. riwayat dan pemeriksaan inisial, jalur IV perifer multipel, EKG 12 lead, gambaran darah, oksimetri nadi serta tindakan medis memadai terhadap nyeri dada. 56. 57. STATUS SAMARITAN YANG BAIK.58. Semua petugas, tanpa peduli latar belakang medis yang mendasari, yang memberikan pelayanan medis gawat darurat dengan niat yang baik untuk orang lain harus dilindungi dari pertanggung-jawaban yang diakibatkan oleh bantuannya tsb.59. 60. PENANGGUNG-JAWAB MEDIS OFF-LINE, ON-LINE DAN LAPANGAN. Penanggung-jawab off-line bertanggung-jawab atas semua urusan administrasi PGD pada daerah kerjanya. Penanggung-jawab on-line bertanggung-jawab atas konsultasi medis mendadak kepada PGD melalui peralatan komunikasi. Penanggung-jawab lapangan mempunyai kemampuan tanggung-jawab lapangan.61. 62. GAWAT DARURAT TRANSPORTASI DALAM LINGKUNGAN TERBATAS. Kru pesawat terbang dan kapal harus tertatih melakukan pertolongan pertama / tingkat CPR minimal. Peralatan pertolongan pertama harus tersedia termasuk sarana ventilasi dengan kemampuan pencegahan kontaminasi infeksi. Peralatan medis lanjut untuk digunakan oleh dokter terlatih juga harus tersedia termasuk sarana penjamin jalan nafas, obat-obat dasar ALS serta peralatan defibrilasi.63. 64. PELAYANAN GAWAT DARURAT PADA BENCANA.65. DGD adalah pemeran pertama dalam mengembangkan Perencanaan Bencana ditingkat lokal, regional, nasional dan international. DGD membantu mengembangkan, memperbaiki serta melaksanakan setiap perencanaan. DGD turut serta dalam melatih pelayanan medis dilapangan.66. 67. PERINTAH DNR PRA RUMAH SAKIT.68. Tugas PGD adalah mengurangi kesakitan dan kematian penderita penyakit atau cedera akut. Kecuali dokumen resmi dan legal tentang DNR tersedia, PGD harus menerima kebijaksanaan untuk menolong pasien dan menindak pasien kecuali bila kematian sudah jelas, yaitu dekapitasi, rigor mortis dll. Tidak etis dan tidak praktis untuk mengharapkan unit PGD sebagai tujuan untuk memutuskan status DNR saat gawat darurat medis. Keputusan medis pribadi ini sebaiknya diserahkan pada pasien yang kompeten beserta dokter pribadinya sebelum keadaan medis terminal terjadi. Peran serta petugas hukum, keluarga, legislator, PGD serta petugas medis diperlukan69. untuk memasyarakatkan program menyeluruh untuk issu tersebut. Resusitasi tidak70. dipaksakan bila pasien menolak atau pada pasien dimana semua usaha secara medis tidak berguna.71. 72. BAHAN BERBAHAYA73. Semua orang yang berkemungkinan untuk berhubungan dengan bahan berbahaya berhak atas semua informasi atas bahan tsb. Termasuk informasi atas : mencegah paparan, membatasi paparan, mengobati paparan, risiko kesehatan akibat paparan yang diketahui, prosedur dekontaminasi, pertolongan pertama spesifik terhadap bahan serta informasi tindak lanjut. Semua petugas PGD serta petugas pengaman publik lain yang akan bertugas didaerah gawat darurat bahan berbahaya pada 'zona dingin' minimum harus mendapat kursus penanggung-jawab pertama bahan berbahaya. Petugas yang bertanggung-jawab untuk menolong, menindak serta mendekontaminasi di 'zona panas' memerlukan pelatihan khusus untuk mencegah kontaminasi personal, menindak korban dengan tepat, menekan perluasan kejadian serta mencegah kontaminasi lebih lanjut. Petugas PGD harus mendapatkan pelatihan serta fasilitas yang adekuat untuk menindak pasien yang terkontaminasi.74. 75. PELAYANAN PRA RUMAH SAKIT OLEH PETUGAS BERLISENSI YANG BUKAN DOKTER.76. Petugas berlisensi seperti perawat dll. dalam pelayanan pra RS bertindak sebagai anggota masyarakat, yang dalam keadaan gawat darurat bertindak sesuai tingkat kompetensinya dalam menggunakan peralatan gawat-darurat yang tersedia. Ketika tiba di unit PGD dimana telah terjadi hubungan antara pasien dengan dokter PGD, pelayanan pasien diserahkan pada PGD. Serah terima secara formnal atas informasi mengenai pasien harus dilakukan untuk menjamin kelanjutan perawatan.77. 78. Petugas pra RS tsb. yang secara resmi bertindak dalam gawat darurat pra RS sebagai bagian dari sistem PGD, sukarela atau bayaran, harus mendapat pelatihan memadai dalam perawatan pra RS hingga dapat bertugas secara aman dan bermanfaat, serta mempertahankan pengetahuannya sesuai standar dan harus mengulang sertifikasinya bila masa berlaku sudah babis.79. 80. PERAWATAN PRA RUMAH SAKIT OLEH DOKTER NON DGD.81. Dokter bertindak sesuai peralatan yang tersedia sambil menunggu intervensi sistem PGD. Setelah petugas PGD tiba, dokter tsb. harus menyerahkan pasien. Bila ia merasa masih diperlukan serta pemeriksaan medis masih dilakukan, petugas harus menerima perintah dokter tsb. sebatas kemampuan dokter tsb. Bila pasien sudah stabil serta tingkat kemampuan petugas PGD memadai, dokter tsb. dapat meninggalkan tempat kejadian. Bila dokter tsb. melakukan suatu tindakan atau memberikan pengobatan melebihi yang diizinkan sistem PGD, dokter tsb. harus ikut beserta pasien kefasilitas medis.82. 83. PETUNJUK MEDIS DARI PELAYANAN MEDIS GAWAT DARURAT. Pelayanan medis pra RS adalah pelayanan medis diluar fasilitas medis yang bersertifikat. Petunjuk medis dari sistem PGD adalah petunjuk keahlian medis yang terbaik dilaksanakan oleh DGD berlisensi.84. 85. Semua kegiatan pra RS / PGD harus diatur oleh sejumlah DGD, termasuk administrasi, rancang sistem, penetapan staf unit, pelatihan, legislasi, komunikasi, QA / CQI serta perawatan pasien secara langsung.86. 87. KUALIFIKASI DOKTER PGD.88. Petunjuk medis sistem PGD adalah keahlian medis yang memerlukan pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang khas untuk perawatan pra RS, baik kemampuan sebagai dokter PGD Off-line, On-line maupun Pengarah medis dilapangan. Jenis pelatihan sesuai persyaratan institusi negara setempat.89. 90. 91. 92. RINGKASAN.93. Pelayanan Gawat Darurat Medik adalah kesinambungan perawatan dan pelayanan yang juga mencakup pelayanan pra-rumah sakit dan diluar rumah sakit. Pelayanan pra-rumah sakit termasuk dukungan, instruksi, pelayanan dan tindakan yang diberikan sejak saat dimulainya permintaan pelayanan gawat darurat hingga pasien dikirim ke pusat94. pelayanan penerima. Pelayanan diluar rumah sakit termasuk semua aspek pelayanan dan tindakan yang diberikan petugas pelayanan gawat darurat termasuk pemindahan pasien, tanggapan dan tindakan atas bencana massal yang menimpa masyarakat serta kedaruratan masyarakat lainnya, dan mempersiapkan dukungan medik untuk pelayanan gawat darurat medik terpadu.95. Semua petugas pelayanan gawat darutat medik berperan serta dalam mengembangkan pelayanan gawat darurat medik dengan bermottokan masyarakat menolong masyarakat. Personil pelayanan gawat darurat medik adalah para professional pelayanan kesehatan yang waspada, terampil dan cerdas dengan tujuan memberikan peiplayanan yang terbaik yang paling mungkin diberikan bagi pasien, menghormati pengharapan dan kepercayaan serta secara konsisten berusaha melakukan apa yang memadai pagi pasien, mengerti rumitnya keadaan lingkungan, terlatih memberi keputusan yang tepat serta dapat memanfaatkan sumber yang ada secara tepat.96. Pelayanan medik adalah seni yang berdasarkan pengetahuan. Pelayanan gawat darurat medik sering diberikan dalam keadaan rang diluar kendali dan pada saat lingkungan yang tidak bersahabat hingga menyebabkan penerapan seni dan pengetahuan profesi tsb. menjadi lebih sulit. Personil pelayanan gawat darurat medik harus berusaha untuk mengatasi tantangan ini hingga dipastikan hasil akhir yang didapatkan pasien adalah yang terbaik.97. 98. 99. 100. PUSTAKA.101. 1. AEP Policy Statements. Association of Emergency Physicians. 1998.102. 2. Toronto Emergency Medical Services, Philosophy. EMS Toronto 2001.103. 3 . The Role of the Committee on Trauma of the American College of Surgeons: ATLS 6th. ed. Subcommitte on Advanced Trauma Life Support of the American College of Surgeons Committee on Trauma 1993-1997. p.v.104. 4. Allan H.Ropper. -. Introduction to critical care in neurology and neurosurgery. In105. AllanH.Ropper(ed):Neurological and neurosurgicall intensive care.3rd. ed. Raven Press, New York. pp 3-9. 1993.106. 5. Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD). Dalam Pedoman Pelayanan Gawat Darurat. Ed 2. Depkes RI 1995.