1. TUGAS EKONOMI SDA DAN LINGKUNGAN KETERKAITAN MANUSIA DAN
SATWA (HARIMAU SUMATERA) O L E H : NAMA: YUCA SIAHAAN NIM:F0109109
STUDI PEMBANGUNAN - FE UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2010
2. BAB I PENDAHULUAN Saat ini sudah sulit untuk kita menjumpai
habitat harimau. Hal ini disebabkan semakin langkanya hewan ini ,
jumlah populasinya yang semakin menurun. Tentu hal ini tidak lepas
dari tindakan manusia yang sering kali tidak menjaga dan kurang
peduli terhadap harimau. Banyak orang yang melakukan perburuan
illegal dan juga banyak yang membunuh Harimau Sumatera untuk organ
organnya dijual. Hutan yang sebagai habitat Harimau Sumatera
ditebangi akibat dari pengkonversian lahan untuk hal lainnya.
Akibatnya, binatang ini semakin sulit untuk mempertahankan
hidupnya. Tempat tinggalnnya / habitatnya menjadi semakin menyempit
dan wilayah untuk mencari makanannya juga semakin kecil. Hal ini
semakin mengakibatkan hubungan manusia dan Harimau Sumatera menjadi
kurang baik, bahkan menjadi seperti musuh. Manusia memburu Harimau
Dumatera untuk diperdagangkan, kemusian Harimau Dumatera mengganggu
pemukiman madyarakat karena semakin menyempitnya habitat mereka
yang telah dialihfungsikan oleh manusia. Kini ada berita
menyedihkan yang mengatakan bahwa Harimau Sumatera (Panthera tigris
sumatrae) juga terancam Punah dalam 5 tahun mendatang. Harimau
Sumatra ini merupakan satu dari lima subspisies harimau (Panthera
tigris) di dunia yang masih bertahan hidup. Tentu kita harus
menjaga kelestarian dari kekayaan negeri kita ini jika kita tidak
ingin kepunahan menimpa binatang ini setelah sebelumnya telah
menimpa saudaranya, yakni Harimau Jawa dan Harimau Bali.
3. BAB II MASALAH 1. Apa itu Harimau Sumatera? 2. Berapa jumlah
Harimau Sumatera saat ini? 3. Bagaimana hubungan manusia dengan
Harimau Sumatera saat ini? 4. Bagaimana keterkaitan manusia dengan
kelangkaan Harimau Sumatera? 5. Apa saja penyebab kelangkaan
Harimau Sumatera? 6. Bagaimana solusi penyelamatan / konservasi
Harimau Sumatera?
4. BAB III PEMBAHASAN I. PENGENALAN HARIMAU SUMATERA Status
konservasi Kritis (IUCN 3.1)[1] Klasifikasi ilmiah Kerajaan:
Animalia Filum: Chordata Kelas: Mammalia Ordo: Carnivora Famili:
Felidae Genus: Panthera Spesies: P. tigris Upaspesies: P. t.
sumatrae Nama trinomial: Panthera tigris sumatrae (Pocock,
1929)
5. Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) hanya ditemukan
di Pulau Sumatra di Indonesia dan termasuk dalam klasifikasi satwa
kritis yang terancam punah (critically endangered) dalam daftar
merah spesies terancam yang dirilis Lembaga Konservasi Dunia IUCN.
Populasi liar diperkirakan antara 400-500 ekor, terutama hidup di
Taman-taman nasional di Sumatra. Uji genetik mutakhir telah
mengungkapkan tanda-tanda genetik yang unik, yang menandakan bahwa
subspesies ini mungkin berkembang menjadi spesies terpisah, bila
berhasil lestari. Di antara enam subjenis/ spesies harimau yang
masih bertahan hidup di dunia saat ini, harimau Sumatera ini adalah
ras pulau terakhir yang tersisa dari tiga ras lainnya yang
sebelumnya ada di Indonesia. Harimau Bali sudah punah akibat
perburuan pada akhir 1940-an, dan harimau Jawa dipastikan punah
akhir 1980-an. Jadi, di Jawa dan Bali, harimau hanyalah dongeng
belaka. Agak dikhawatirkan nasib yang sama juga akan menimpa
harimau Sumatera ini. Penghancuran habitat adalah ancaman terbesar
terhadap populasi saat ini. Pembalakan tetap berlangsung bahkan di
taman nasional yang seharusnya dilindungi. Tercatat 66 ekor harimau
terbunuh antara 1998 dan 2000. a. Asal usul Harimau dipercaya
merupakan keturunan hewan pemangsa zaman purba yang dikenal sebagai
Miacids. Miacids hidup pada akhir zaman Cretaceous kira-kira 70-65
juta tahun yang lalu semasa zaman dinosaurus di Asia Barat (Andrew
Kitchener, The Natural History of Wild Cats). Harimau kemudian
berkembang di kawasan timur Asia di China dan Siberia sebelum
berpecah dua, salah satunya bergerak ke arah hutan Asia Tengah di
barat dan barat daya menjadi harimau Caspian. Sebagian lagi
bergerak dari Asia Tengah ke arah kawasan pergunungan barat, dan
seterusnya ke Asia tenggara dan kepulauan Indonesia, sebagiannya
lagi terus bergerak ke barat hingga ke India (Hemmer,1987). Harimau
Sumatera dipercaya terasing ketika permukaan air laut meningkat
pada 6.000 hingga 12.000 tahun silam. Uji genetik mutakhir telah
mengungkapkan tanda-tanda genetik yang unik, yang menandakan bahwa
subspesies ini mempunyai ciri-ciri yang
6. berbeda dengan subspisies harimau lainnya dan sangat mungkin
berkembang menjadi spesies terpisah, bila berhasil lestari. Perlu
diketahui, terdapat 9 subspesies harimau yang tiga diantaranya
telah dinyatakan punah. Kesembilan subspisies harimau tersebut
adalah: 1. Harimau Indochina (Panthera tigris corbetti) terdapat di
Malaysia, Kamboja, China, Laos, Myanmar, Thailand, dan Vietnam. 2.
Harimau Bengal (Panthera tigris tigris) Bangladesh, Bhutan, China,
India, dan Nepal. 3. Harimau Cina Selatan (Panthera tigris
amoyensis) China. 4. Harimau Siberia (Panthera tigris altaica)
dikenal juga sebagai Amur, Ussuri, Harimau Timur Laut China, atau
harimau Manchuria. Terdapat di China, Korea Utara, dan Asia Tengah
di Rusia. 5. Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) terdapat
hanya di pulau Sumatera, Indonesia. 6. Harimau Malaya (Panthera
tigris jacksoni) terdapat di semenanjung Malaysia. 7...Harimau
Caspian (Panthera tigris virgata) telah punah sekitar tahun 1950an.
Harimau Caspian ini terdapat di Afganistan, Iran, Mongolia, Turki,
dan Rusia. 8. Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) telah punah
sekitar tahun 1972. Harimau Jawa terdapat di pulau Jawa, Indonesia.
9. Harimau Bali (Panthera tigris balica) yang telah punah sekitar
tahun 1937. Harimau Bali terdapat di pulau Bali, Indonesia.
7. b. Ciri ciri Harimau Sumatra adalah subspesies harimau
terkecil. Harimau Sumatra mempunyai warna paling gelap diantara
semua subspesies harimau lainnya, pola hitamnya berukuran lebar dan
jaraknya rapat kadang kala dempet. Harimau Sumatra jantan memiliki
panjang rata-rata 92 inci dari kepala ke buntut atau sekitar 250cm
panjang dari kepala hingga kaki dengan berat 300 pound atau sekitar
140kg, sedangkan tinggi dari jantan dewasa dapat mencapai 60cm.
Betinanya rata-rata memiliki panjang 78 inci atau sekitar 198cm dan
berat 200 pound atau sekitar 91kg. Belang Harimau Sumatra lebih
tipis daripada subspesies harimau lain. Warna kulit Harimau Sumatra
merupakan yang paling gelap dari seluruh harimau, mulai dari kuning
kemerah-merahan hingga oranye tua. Subspesies ini juga punya lebih
banyak janggut serta surai dibandingkan subspesies lain, terutama
harimau jantan. Ukurannya yang kecil memudahkannya menjelajahi
rimba. Terdapat selaput di selasela jarinya yang menjadikan mereka
mampu berenang cepat. Harimau ini diketahui menyudutkan mangsanya
ke air, terutama bila binatang buruan tersebut lambat berenang.
Bulunya berubah warna menjadi hijau gelap ketika melahirkan. c.
Habitat Harimau Sumatra hanya ditemukan di pulau Sumatra. Kucing
besar ini mampu hidup di manapun, dari hutan dataran rendah sampai
hutan pegunungan, dan tinggal di banyak tempat yang tak
terlindungi. Hanya sekitar 400 ekor tinggal di cagar alam dan taman
nasional, dan sisanya tersebar di daerah-daerah lain yang ditebang
untuk pertanian, juga terdapat lebih kurang 250 ekor lagi yang
dipelihara di kebun binatang di seluruh dunia. Harimau Sumatra
mengalami ancaman akan kehilangan habitat karena daerah sebarannya
seperti blok-blok hutan dataran rendah, lahan gambut dan hutan
hujan pegunungan terancam pembukaan hutan untuk lahan pertanian dan
perkebunan komersial, juga perambahan oleh aktivitas pembalakan dan
pembangunan jalan. Karena habitat yang semakin sempit dan
berkurang, maka harimau terpaksa memasuki wilayah yang lebih
dekat
8. dengan manusia, dimana seringkali mereka dibunuh dan
ditangkap karena tersesat memasuki daerah pedesaan atau akibat
perjumpaan yang tanpa sengaja dengan manusia. Harimau bukan jenis
satwa yang biasa tinggal berkelompok melainkan jenis satwa soliter,
yaitu satwa yang sebagian besar waktunya hidup menyendiri, kecuali
selama musim kawin atau memelihara anak. Home range untuk seekor
harimau betina adalah sekitar 20 km2 sedangkan untuk harimau jantan
sekitar 60 100 km2. Tetapi angka tersebut bukan merupakan ketentuan
yang pasti, karena dalam menentukan teritorinya juga dipengaruhi
oleh keadaan geografi tanah dan banyaknya mangsa di daerah
tersebut. Biasanya daerah teritori harimau jantan 3 4 kali lebih
luas dibandingkan harimau betina. Sebagai contoh, seperti di Way
Kambas dalam 100 km2 hanya di dihuni oleh 3 - 5 ekor harimau. Di
Sumatera Utara sendiri, Harimau Sumatera terdapat di Taman Nasional
Batang Gadis, Kabupaten Mandailing Natal. Namun selain di kawasan
konservasi tersebut, satwa ini juga terdapat di Suaka Margasatwa
Barumun yang berada di Kabupaten Padang Lawas dan Padang Lawas
Utara. Berdasarkan survei yang telah dilakukan oleh Sumatera
Rainforest Institute (SRI) dan BIOPALAS-USU, diperoleh informasi
dari masyarakat bahwa di kawasan ini masih sering terlihat
keberadaan Harimau Sumatera, baik itu berupa jejak maupun sisa-sisa
pakan yang ditinggalkannya. Pada beberapa desa, seperti Desa Ulu
Aer Kecamatan Sosopan, Desa Simardona dan Desa Bonan Dolok
Kecamatan Batang Onang masih sering terlihat Harimau Sumatera yang
melintas di kawasan desa tersebut. Diperkirakan jumlah Harimau
Sumatera yang terdapat di kawasan hutan konservasi tersebut tidak
lebih dari 20 ekor. d. Makanan Harimau Sumatera termasuk jenis
Carnivora yang biasanya memangsa : Rusa Sambar (Cervus unicolor),
Kijang (Muntiacus muntjak), Kancil (Tragulus sp.), dan Babi hutan
liar (Sus sp.). Kerbau liar (Bubalus bubalis), Tapir (Tapirus
indicus), Kera (Macaca irus), Langur (Presbytis entellus),Landak
(Hystrix brachyura),Trenggiling (Manis javanica),
9. Beruang madu (Heralctos malayanus), jenis-jenis Reptilia
seperti kura-kura, ular, dan biawak, serta berbagai jenis burung,
ikan,dan..kodok. Hewan peliharaan atau ternak yang juga sering
menjadi mangsa harimau adalah Kerbau, kambing, domba, sapi, Anjing
dan ayam. Biasanya hewan-hewan ini diburu harimau bila habitat
harimau terganggu atau rusak sehingga memaksa harimau keluar dari
habitatnya ke pemukiman atau persediaan mangsa di alam bebas sudah
habis atau sangat berkurang_jumlahnya. Untuk memenuhi kebutuhan
makannya, harimau berburu 3 6 hari sekali, tergantung besar kecil
mangsa yang didapatkannya. Biasanya seekor harimau membutuhkan
sekitar 6 7 kg daging per hari, bahkan kadang-kadang sampai 40 kg
daging sekali makan. Besarnya jumlah kebutuhan ini tergantung dari
apakah harimau tersebut mencari makan untuk dirinya sendiri atau
harimau betina yang harus memberi makan anakanaknya (Macdonald,
1986 ; Mountfort, 1973). Namun di atas semua itu, Makanan Harimau
Sumatra tergantung juga dengan tempat tinggalnya dan seberapa
berlimpah mangsanya. Sebagai predator utama dalam rantai makanan,
harimau mepertahankan populasi mangsa liar yang ada dibawah
pengendaliannya, sehingga keseimbangan antara mangsa dan vegetasi
yang mereka makan dapat terjaga. Mereka memiliki indera pendengaran
dan penglihatan yang sangat tajam, yang membuatnya menjadi pemburu
yang sangat efisien. Harimau Sumatra merupakan hewan soliter, dan
mereka berburu di malam hari, mengintai mangsanya dengan sabar
sebelum menyerang dari belakang atau samping. Mereka memakan apapun
yang dapat ditangkap, umumnya celeng dan rusa, dan kadang-kadang
unggas atau ikan. Orangutan juga dapat jadi mangsa, mereka jarang
menghabiskan waktu di permukaan tanah, dan karena itu jarang
ditangkap harimau. Banyak orang menyatakan bahwa Harimau Sumatra
juga gemar makan durian.
10. Harimau Sumatra juga mampu berenang dan memanjat pohon
ketika memburu mangsa. Luas kawasan perburuan Harimau Sumatra tidak
diketahui dengan tepat, tetapi diperkirakan bahwa 4-5 ekor Harimau
Sumatra dewasa memerlukan kawasan jelajah seluas 100 kilometer di
kawasan dataran rendah dengan jumlah hewan buruan yang optimal
(tidak diburu oleh manusia). e. Reproduksi Harimau Sumatra dapat
berbiak kapan saja. Masa kehamilan adalah sekitar 102110 hari.
Biasanya harimau betina melahirkan 2 atau 3 ekor anak harimau
sekaligus, dan paling banyak 6 ekor. Ada kalanya bisa mencapai 7
ekor sekaligus sekali melahirkan. Tetapi dari jumlah tersebut, yang
mampu bertahan hidup sampai dewasa hanya sekitar dua sampai tiga
ekor saja. Mata anak harimau baru terbuka pada hari kesepuluh,
meskipun anak harimau di kebun binatang ada yang tercatat lahir
dengan mata terbuka. Anak harimau hanya minum air susu induknya
selama 8 minggu pertama. Sehabis itu mereka dapat mencoba makanan
padat, namun mereka masih menyusu selama 5 atau 6 bulan. Anak
harimau pertama kali meninggalkan sarang pada umur 2 minggu, dan
belajar berburu pada umur 6 bulan. Mereka dapat berburu sendirian
pada umur 18 bulan, dan pada umur 2 tahun anak harimau dapat
berdiri sendiri. Harimau betina selama hidupnya dapat melahirkan
anak dengan jumlah total sampai 30 ekor, dan setiap tahun dapat
melahirkan anak. Jarak antar kelahiran kurang lebih 22 bulan, atau
23 tahun, tetapi dapat lebih cepat bila anaknya mati. Harimau
Sumatra dapat hidup selama 15 tahun di alam liar, dan 20 tahun
dalam kurungan.
11. II. JUMLAH HARIMAU SUMATERA SAAT INI Spesies Harimau
Sumatera saat ini yang masih hidup diperkirakan berjumlah 300 ekor
saja sebagian besar hidup di enam taman nasional di Sumatera: Taman
Nasional Gunung Leuser (Aceh), Taman Nasional Bukit Tiga Puluh
(Riau), Taman Nasional Tesso Nilo (Riau), Taman Nasional Sembilang
(Sumsel), Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (Lampung) dan Taman
Nasional Way Kambas (Lampung). Sedang 100 ekor diperkirakan masih
bertahan hidup di kawasan hutan kritis. Jumlah ini menurun drastis
dari sebelumnya. Yakni menurut catatan yang ada pada tahun 1800
1900 jumlah Harimau Sumatera masih sangat banyak, mencapai ribuan
ekor. Pada tahun 1978 berdasarkan hasil sensus informal masih
tercatat adanya 1.000 subspesies Harimau ini di kawasan hutan
Sumatera. III. HUBUNGAN MANUSIA DAN HARIMAU SAAT INI Belum adanya
peraturan dan ketentuan tentang penetapan status harimau bermasalah
serta belum adanya prosedur penanganan terhadap harimau bermasalah
telah menyebabkan keragaman dalam penetapan dan penangana harimau
bermasalah. Sebagian masyarakat melakukan tindakan sendiri dan
tidak memperhatikan kaidah konservasi, yaitu dengan cara melakukan
penangkapan dengan jerat bahkan sampai pada pembunuhan terhadap
satwa tersebut. Pembukaan areal hutan dan konversi hutan alam telah
menyebabkan : 1. Menurunnya kwantitas, kwalitas dan daya dukung
habitat terhadap harimau sumatera. 2. Menurunnya populasi dan jenis
satwa mangsa harimau seperti rusa, babi hutan, kera dll oleh karena
beralih tempat, mengungsi ke tempat yang lebih baik dan karena
mati. 3. Tempat berlindung dan membesarkan anak menjadi hilang. 4.
Teritorial harimau sumatera menjadi berubah. Keadaan tersebut telah
menekan harimau sumatera untuk mencari teritorial baru dan masuk ke
pemukiman untuk mencari mangsa, sehingga telah menyebabkan konflik
antara harimau dengan manusia. Dalam kurun waktu 1996 2004 lebih
dari 152 kasus konflik harimau dengan masyarakat yang mengakibatkan
banyak manusia yang kehilangan nyawa, puluhan orang luka-luka
dan
12. ratusan ternak milik masyarakat yang tinggal di desa
dimangsa oleh Harimau Sumatera ini. Kerugian yang di derita oleh
masyarakat sekitar kelompok hutan senepis yang disebabkan oleh
konflik harimau selama ini, diantaranya berupa : 1. Rasa Takut Yang
Dialami oleh masyarakat 2. Korban Ternak Luka-Luka dan Mati 3.
Korban Manusia Luka-Luka dan Meninggal Berdasarkan data yang
dihimpun di dinas Kehutanan Kabupaten Muba menunjukkan hingga
Januari 2010 tercatat sudah 41 nyawa manusia melayang akibat
keganasan harimau Sumatera. Hubungan manusia dan Harimau Sumatera
saat ini dapat digambarkan dalam denah berikut :
13. IV. KETERKAITAN MANUSIA TERHADAP KELANGKAAN HARIMAU
SUMATERA Diantara semua faktor faktor penyebab terjadinya
kelangkaan populasi Harimau Sumatera sebagian besar adalah karena
ulah manusia. Perwakilan `world bank` (pada saat kampanye The Year
of Tiger 2010), Erwinsyah mengatakan, ancaman terbesar terhadap
kelestarian harimau karena aktivitas manusia, terutama alih fungsi
kawasan hutan untuk tujuan pembangunan seperti perkebunan,
pertambangan, perluasan permukiman, transmigrasi dan pembangunan
infrastruktur lainnya. Selain mengakibatkan fregmentasi habitat,
berbagai aktivitas tersebut juga sering memicu konflik antara
harimau dengan manusia. Beberapa contoh tindakan manusia yang
memicu terjadinya pemurunan jumlah Harimau Sumatera dapat diuraikan
sebagai berikut : 1. Pembakaran Hutan (Forest Fire) Pembakaran
hutan baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Banyak masyarakat
yang sengaja membakar hutan yang mana sebagai habitat binatang liar
(termasuk Harimau Sumatera) untuk lahan tersebut dialihfungsikan
menjadi lahan perkebunan atau pertanian. Tentu dengan terganggunya
habitatnya, Harimau Sumatera ini akan kesulitan dalam hal mencari
tempat tinggal untuk keberlangsungan hidupnya. 2. Penebangan liar (
Illegal Loging ) Tindakan manusia yang tidak bertanggung jawab
karena melakukan penebangan liar tanpa memperdukilan keseimbangan
ekosistem lingkungan. Hal ini mengakibatkan habitat dan tempat
mencari makanan Harimau Sumatera juga semakin menyempit. Tentu ini
mempengaruhi keberlangsungan hidup binatang tersebut.
14. 3. Perburuan Liar (Illegal Hunting) Banyak manusia manusia
yang belum sadar akan pentingnya menjaga pelestarian kekayaan yang
dimiliki oleh alam ini. Banyaknya manusia yang melakukan perburuan
liar terhadap Harimau Sumatera ini untuk keuntungan semata tanpa
memperdulikan keseimbangan lingkungan. Padahal sudah jelas bahwa
binatang ini merupakan binatang langka yang dilindungi saat
ini.Mereka lebih memilih berburu Harimau Sumatera demi berbagai
alasan keuntungan seperti : 1..dagingnya untuk dijual untuk
dimakan
15. 2..kulitnya dijual untuk biasanya digunakan sebagai hiasan
dan pajangan 3. tulang dijual untuk biasanya digunakan sebagai
bahan obat-obatan tradisonal Cina 4. kumis dijual untuk biasanya
digunakan sebagai hiasan Kumis Harimau Sumatera ini bisa dijual
hinggaseharga Rp100-300 ribu perhelainya. 5. kuku dijual untuk
biada digunakan debagai pajangan / hiasan ataupun liontin
16. 6. taring dijual untuk biasanya dibuat sebagai liontin.
Taring Harimau Sumatera ini bisa dijual hingga Rp1,5 juta perbuah
7. kemaluan harimau jantan Kemaluan Harimau Sumatera ini bisa
dijual ke penampungnya dengan harga kisaran Rp10 juta. Biasanya
bagian tubuh harimau itu dibeli karena konsumen tertarik dengan
sugesti. Yakni katanya dipercaya bisa menambah vitalitas pria.
Gbr.organ- organ harimau
17. 4. Penegakkan hukum yang lemah Penegakkan hukum masih lemah
terhadap para pelaku pemburu dan pembunuh Harimau Sumatera ini.
Sejak 1998 hingga 2009, terdata 46 ekor harimau ditemukan mati
akibat konflik dengan manusia dan perburuan. Dapat dikatakan bahwa
sekitar tujuh ekor harimau mati di Riau setiap tahun. Ternyata dari
puluhan kasus tersebut, hanya tiga kasus saja yang berlanjut hingga
di meja pengadilan yakni pada 2001, 2004 dan 2009. Sangat
disayangkan pengadilan belum memberi efek jera karena vonisnya cuma
penjara selama setahun untuk semua pelaku tersebut. Akibatnya hal
ini membuat para pelaku lainnya tetap melakukan perburuan terhadap
harimau Sumatra. Kabarnya mereka menggunakan jaringan antarprovinsi
yang terjalin sangat rapi dan sulit dilacak. Hal yang sangat
memprihatinkan adalah ternyata jaringan perdagangan itu kerap
dilindungi oleh oknum pemerintah hingga pemodal besar yang bermuara
ke Singapura dan Malaysia. Diperkirakan setidaknya ada 24 pemburu
harimau aktif yang menyalurkan hasil buruan ke 34 penampung dari
yang kecil hingga penampung besar di Singapura dan Malaysia. Di
Pekanbaru, disinyalir sedikitnya ada sembilan toko emas dan dua
toko obat cina yang menjual bagian tubuh harimau dengan
leluasa.
18. V. PENYEBAB KELANGKAAN JUMLAH HARIMAU SUMATERA Menurunnya
populasi harimau Sumatera di alam disebabkan oleh banyak faktor
yang saling mempengaruhi dan terjadi secara simultan. Menurut
Direktorat Jederal PHKA (Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan
Konservasi Alam), faktor-faktor penyebab penurunan populasi Harimau
Sumatera diantaranya adalah: Informasi dan pengetahuan di bidang
bio-ekologi harimau sumatera masih terbatas. Menurunnya kwalitas
dan kwantitas habitat harimau sumatera akibat konversi hutan,
eksploitasi hutan, penebangan liar, perambahan hutan, kebakaran
hutan dan lain-lain Fragmentasi Habitat akibat Perencanaan Tata
Guna Lahan dan penggunaan lahan dan hutan yang kurang memperhatikan
aspek-aspek konservasi satwa liar khususnya harimau sumatera.
Kematian harimau sumatera secara langsung sebagai akibat dari
perburuan untuk kepentingan ekonomi, estetika, pengobatan
tradisional, magis, olahraga dan hobby serta mempertahankan diri
karena terjadinya konflik antara harimau dengan masyarakat.
Penangkapan dan pemindahan harimau sumatera dari habitat alami ke
lembaga konservasi eksitu karena adanya konflik atau kebutuhan
lain. Menurunya populasi satwa mangsa harimau karena berpindah
tempat maupun diburu oleh masyarakat. Rendahnya unsur-unsur
management pengelola konservasi harimau sumatera. Rendahnya
kesadaran masyarakat dalam konservasi alam dan rendahnya penegakan
hukum dibidang Wildlife Crime telah pula mempercepat penurunan
populasi harimau sumatera di alam.
19. VI. UPAYA PENYELAMATAN DAN KONSERVASI HARIMAU SUMATERA
Populasi Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatraensis) di habitat
alaminya secara menyeluruh belum diketahui secara tepat, namun
dapat dipastikan bahwa populasinya saat ini sudah dalam kondisi
sangat kritis. Tahun 1994 diperkirakan populasi harimau sumatera
yang hidup liar hanya 500-600 ekor saja dan itupun hidup tersebar
dalam populasi-populasi kecil di Dalam Kawasan Konservasi dan di
Luar Kawasan Konservasi. Sementara itu Direktorat Jederal PHKA
memeperkirakan setiap tahunnya 30 ekor harimau sumatera mati akibat
perburuan. Kondisi seperti ini apabila tidak ditangani secara
serius dan intensif dapat dipastikan bahwa populasi harimau
sumatera di alam akan menurun secara cepat dan dalam waktu yang
tidak lama akan punah seperti yang telah terjadi pada harimau Bali,
Kaspia dan harimau Jawa yang sudah dianggap punah. Untuk mencegah
terjadinya kepunahan harimau sumatera dan memulihkan kembali
populasi-populasi harimau yang berada pada tingkat tidak sehat ke
tingkat populasi sehat diperlukan tindakan yang secara simultan
dapat mengatasi faktor-faktor penyebab kepunahan harimau sumatera
tersebut di atas. a.) Peran Serta Pemerintah Peran yang dilakukan
pemerintah dalam mengatasi kelangkaan Haimau Sumatera ini
diantaranya dengan mengeluarkan uu maupun peraturan yang menyangkut
Harimau Sumatera, seperti : 1. UU No5 tahun 1990, yakni tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (KSDAHE) 2. PP
No. 7 Tahun 1999, yakni menyatakan Harimau Sumatera termasuk satwa
liar yang dilindungi undang-undang b.) Peran Serta Pejabat / Badan
yang Berwenang Kegiatan Konservasi Harimau Sumatera telah dimulai
pada tahun 1995, awalnya hanya ada di Taman Nasional Way Kambas
(TNWK) yang bernama Sumatran Tiger Project (STP) selanjutnya
kegiatan dikembangkan menjadi Program Konservasi Harimau Sumatera
(PKHS) yang mempunyai kegiatan di tiga wilayah utama.
20. Kegiatan tersebut, yaitu: 1). Taman Nasional Way Kambas
(Propinsi Lampung); 2). Taman Nasional Bukit Tigapuluh (Propinsi
Riau-Jambi); dan 3). Kawasan Konservasi Harimau Senepis Buluhala
(Propinsi Riau). Secara umum kegiatan dikelompokkan menjadi: a).
Monitoring harimau sumatera liar jangka panjang; b). Penanganan
konflik manusia-harimau; c). Tiger Protection Unit (TPU); dan d).
Pemberdayaan masyarakat lokal. Program ini telah selesai pada
Januari 2007, kemudian untuk melanjutkan kegiatan yang telah
dilakukan dalam rangka konservasi harimau sumatera tersebut maka
dibentuk Yayasan Penyelamatan dan Konservasi Harimau Sumatera
(Yayasan PKHS). Pada tanggal 29 Juni 2007, Yayasan ini telah
menandatangani MoU dengan Sumatran Tiger Trust dan Wildlife
Protection Foundation yang akan mendanai kegiatan lapangan dimasa
yang akan datang. Sedangkan untuk pelaksanaan kegiatan, Yayasan
PKHS bekerjasama dengan instansi terkait. - Sumatera Tiger
Concervation Program Sebagai bentuk Kerjasama antara Departemen
Kehutanan dengan The Tiger Foundation Canada dan Sumatran Tiger
Trust Inggris berupaya untuk mengembangkan program konservasi
harimau sumatera yang secara komprehensip dapat mengatasi
faktor-faktor penyebab menurunnya populasi harimau sumatera. Upaya
konservasi yang dilaksanakan oleh Program Konservasi Harimau
sumatera di antaranya adalah: 1. Melakukan studi bioekologi harimau
sumatera. 2. Melakukan perluasan habitat harimau sumatera yang
berada diluar kawasan konservasi sebagai kawasan yang dilindungi
untuk konservasi harimau sumatera. 3. Meningkatkan kegiatan
perlindungan harimau sumatera dan habitatnya. 4. Meningkatkan
kesadaran masyarakat akan konservasi alam dan meningkatkan kwalitas
penegakan hukum dibidang Wildlife Crime
21. 5. Meningkatkan kwalitas penanganan konflik antara harimau
dengan masyarakat yang dapat menjamin kelesatrian harimau sumatera.
6. Monitoring populasi harimau sumatera dihabitat alaminya dalam
jangka panjang. 7. Meningkatan kwalitas sumber daya manusia dan
kerjasama pengelolaan antara seluruh institusi yang berkepentingan
terhadap kelestarian harimau sumatera. 8. Mengembangan Strategi
Konservasi Harimau Sumatera di Masa Depan - Monitoring Harimau
Sumatera Liar Jangka Panjang Monitoring harimau sumatera di TNWK
telah dimulai sejak tahun 1995. Saat ini telah terpantau harimau
sumatera yang telah melahirkan tiga ekor anak dan satu ekor dari
anak tersebut juga telah melahirkan 2 ekor anak lagi ( generasi ke
3). Sang nenek (nama: Upik) pertama kali terphoto pada tanggal 12
Juli 1996. Kemudian pada pertengahan tahun 1998 harimau tersebut
terphoto dengan puting susu yang sedang membesar sehingga
diperkirakan sedang menyusui bayi harimau. Kemudian pada tanggal 30
Juni 1999, melalui hasil photo kamera infra merah individu tersebut
diketahui mempunyai 3 ekor anak (nama: Tessy, Mayang dan Gogon).
Pada April 2000, terphoto anak dari Upik telah remaja dan mulai
memisahkan diri dari induknya; selanjutnya pada 12 Agustus 2004,
terphoto Mayang bersama 2 ekor anaknya yang diperkirakan berumur
kurang dari 1 tahun. Jika Mayang diasumsikan lahir pada pertengahan
tahun 1998, dan kemudian terphoto bersama anaknya yang berumur
kurang dari satu tahun pada Agustus 2004 (diasumsikan anak Mayang
lahir akhir 2003) berarti seekor harimau sumatera betina telah
melahirkan pada umur sekitar 5,5 tahun. Individu lainnya (Gogon)
terphoto pada bulan Juli 2007.
22. - Penanganan Konflik Manusia Harimau Konflik antara
manusia-harimau merugikan kedua belah pihak; manusia rugi karena
kehilangan hewan ternak bahkan nyawa sedangkan harimau rugi karena
akan menjadi sasaran balas dendam manusia yang marah dan ingin
membunuhnya. Selama ini, jika terjadi konflik manusia-harimau
biasanya manusia akan membunuh harimau atau jika harimau tertangkap
akan dititipkan ke ex situ program, yang kita ketahui sangat kecil
kemungkinan untuk kembali dilepaskan di alam liar. Untuk itu PKHS
telah mencoba memberikan satu alternatif pemecahan masalah konflik
manusia-harimau ini yaitu dengan melakukan translokasi. Harimau
bermasalah ditangkap dan jika memungkinkan (melihat kondisi harimau
dan sejarah konflik) untuk dilepaskan di daerah lain yang sudah
diidentifikasi cocok sebagai habitat harimau.
23. Beberapa hal perlu diperhatikan sebelum melakukan
penangkapan dan translokasi harimau: menggunakan box trap, karena
box trap dapat menangkap harimau tanpa mengalami luka serius yang
mungkin akan terjadi jika menggunakan jerat. enangkapan harimau
sudah dilepaskan. akan berpengaruh terhadap kemampuan bertahan
hidup harimau yang akan dilepaskan.
24. - Konsevasi Oleh Yayasan Penyelamatan dan Konservasi
Harimau Sumatera (Yayasan PKHS) Yayasan PKHS mempunyai Program yang
dinamakan Program Penyelamatan dan Konservasi Harimau Sumatera
(PKHS) bertujuan : 1. Mendukung Departemen Kehutanan khususnya
dalam rangka konservasi harimau sumatera hewan mangsa dan habitat
alaminya 2. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran
masyarakat khususnya yang tinggal di sekitar dan dalam kawasan
konservasi 3. Mendorong pembangunan, penggunaan dan pemanfaatan
hasil hutan yang lebih memperhatikan kelestarian kehidupan alami.
Saat ini beberapa lokasi yang menjadi pusat kegiatan lapangan PKHS
antara lain: TN. Way Kambas di Lampung, TN. Bukit Tigapuluh di
Propinsi Jambi-Riau, dan Kawasan Konservasi Harimau Senepis di
Dumai propinsi Riau. Di Taman Nasional Bukit Tigapuluh, beberapa
kegiatan yang telah dan terus dilakukan oleh PKHS adalah: 1. Survei
Dan Monitoring Harimau Sumatera Dan Hewan Mangsanya dengan
Menggunakan Kamera Infra Merah. Kegiatan ini bertujuan untuk
mengetahui distribusi, perbandingan jenis kelamin dan ekologi
harimau sumatera untuk mengetahui jenis-jenis satwa liar yang
terdapat di dalam kawasan taman nasional ini
25. Hasil Kamera Infra Merah Selama memasang kamera infra merah
di TN. Bukit Tigapuluh telah terphoto 29 jenis satwa liar yang
sudah diidentifikasi, mulai dari Mammalia, Reftillia, Aves juga
hewan Avertebrata seperti kupu-kupu. Untuk Harimau Sumatera telah
terphoto 7 ekor dengan perbandingan 3 betina dan 4 jantan. 2. Tiger
Protection Unit (TPU) Anggota TPU ini berasal dari masyarakat yang
bertempat tinggal disekitar taman nasional bukit tigapuluh dengan
ketua unit adalah jagawana Taman Nasional Bukti Tigapuluh.Dalam
satu tim TPU terdiri dari 3 orang masyarakat dan 1 orang polhut,
tim ini juga untuk membantu menutupi kekurangan staf polhut pada
suatu kawasan. Sebelum melakukan tugas survey atau patroli, anggota
TPU menjalani pelatihan terlebih dahulu. Pelatihan bertujuan untuk
mempersiapkan fisik dan mental anggota TPU dalam menjalankan tugas
di hutan. Materi pelatihan antara lain: Navigasi darat (Peta,
Kompas, GPS), penyergapan dan pengamanan barang bukti, pembuatan
laporan dasar, P3K serta pengenalan teknik-teknik survei dan
patroli.
26. Survei dan Patroli Survei dilakukan untuk mengumpulkan
informasi tentang satwa, habitat serta ancaman yang terjadi;
sedangkan patroli dilakukan untuk mengurangi ancaman bagi satwa
liar dan habitatnya. Survei Sebelum melakukan survei, maka
dilakukan pengenalan peta terlebih dahulu. Hal ini penting untuk
menentukan arah rute perjalanan survei. Dalam pelaksanaannya
anggota TPU mencatat semua temuan yang di dapat saat melakukan
kegiatan lapangan. Temuan tersebut antara lain berupa tanda
sekunder satwa liar (jejak, feses, sisa makanan), ancaman (seperti
jerat, ilegal loging) juga pembukaan lahan.
27. Patroli dan Operasi Gabungan Patroli bertujuan untuk
mencari dan meminimalkan gangguan terhadap harimau sumatera, hewan
mangsa dan habitatnya. Operasi gabungan dilakukan bersama-sama
dengan jagawana taman nasional dan pihak kepolisian. Beberapa
operasi gabungan yang pernah dilaksanakan antara lain bersama
dengan Polres Tebo dan Polres Indragiri Hulu. Sosialisasi dan
Penyuluhan Tujuan untuk meyakinkan masyarakat bahwa mereka perlu
untuk ikut menjaga kelestarian taman nasional dari aktifitas yang
merusak atau dari orang luar. Sampai saat ini masyarakat dusun Suit
telah pernah menangkap 6 (enam) orang pencuri gaharu dari Lubuk
Jambi; Pencuri gaharu diberi peringatan dan diusir keluar kawasan
dan barang bukti dibakar. Jika pengamanan oleh masyarakat pedalaman
ini dapat berjalan, maka besar Kemungkinan Taman Nasional Bukit
Tigapuluh akan lestari. 3. Intelijen Perburuan Harimau Sumatera dan
Penegakan Hukum a. Intelijen Untuk mengetahui perburuan dan
perdagangan ilegal harimau sumatera dilakukan kegiatan intelijen
disekitar taman nasional bukit tigapuluh. Sampai saat ini telah
diketahui 7 penampung bagian tubuh harimau (termasuk 2 yang pernah
ditangkap dan dijatuhi hukuman) dan 45 pelaku perburuan (termasuk 3
yang pernah ditangkap dan dijatuhi hukuman), serta 319 ekor harimau
yang telah mati diburu dari tahun 1972-2004. (2 diantaranya dari
dalam TNBT dan pelaku sudah ditangkap dan dihukum).
b.Penegakan_Hukum
28. Dalam kasus ini telah ditangkap 6 orang pelaku yang terdiri
mulai dari pelaku pembunuhan, perantara, pembeli 1, pembeli 2,
pembeli 3, dan telah dijatuhi hukuman 1-1 tahun 6 bulan oleh
pengadilan negeri rengat. c. )Peran Serta Masyarakat Untuk mencegah
kepunahan Harimau Sumatera ini juga diperlukan peran aktif
masyarakat untuk melaporkan keberadaan Harimau Sumatera yang
mungkin saja berkeliaran karena habitatnya yang semakin mengecil.
Masyarakat juga perlu melaporkan adanya perburuan liar oleh
oknum-oknum tertentu terhadap Harimau Sumatera. Untuk penyelamatan
Harimau Sumatera juga tahun 2010 telah ditetapkan sebagai tahun
Harimau Sumatera. Kampanye publik The Year of Tiger 2010 ini mulai
dilaksanakan oleh WWFIndonesia (World Wide Fund_Indonesia) pada
hari Jumat, 12 Februari 2010 di Taman Menteng, Jakarta Pusat.
Pemerintah Indonesia, pelaku usaha, seniman, dan masyarakat luas
berbaur bersama pada acara tersebut untuk menegaskan tekad
menyelamatkan harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae).
29. BAB IV KESIMPULAN I.KESIMPULAN * Harimau Sumatra (Panthera
tigris sumatrae) hanya ditemukan di Pulau Sumatra di Indonesia dan
termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah
(critically endangered). * Jumlah Harimau Sumatera saat ini sekitar
300 an ekor. * Faktor penyebab kelangkaan populasi Harimau Sumatera
ini, sebagian besar dilarenakan oleh manusia, bail karena illegal
logging, hunting logging, maupun forest fire. * Untuk mengatasi
kelangkaan ini, semua masyarakat harus ikut serta, baik pemerintah,
aparat hukum / keamanan, maupun masyarakat. * Pemerintah harus
kebih mengoptimalkan perannya lagi dalam menjaga kelestarian
Harimau Sumatera ini, baik melalui revisi uu yang lebih efisien
agar lebih optimal dalam perlindungan binatang ini, maupun
memperberat sanksi bagi pelanggar. * Aparat hukum harus bertindak
tegas terhadap pelanggar uu tentang Harimau Sumatera ini, dan
jangan mau disogok. * Masyarakat harus melaporkan bila mengetahui
ada pelanggaran terhadap Harimau Sumatera dan tentu tidak ikutan
juga untuk memburu / membunuh / mengganggu binatang tersebut.
30. II.SARAN 1.Pemerintah hendaknyalebih aktif lagi dalam
menjaga kelestarian Harimau Sumatera sebagai kekayaan alam negeri
kita ini. Baik melalui memperberat sanksi bagi yang melakukan
tinsakan pemburuan / pembunuhan terhadap binatang ini, maupun lebih
merevisi uu yang ada agar lebih efisien. 2.Aparat keamanan
hensaknya lebih optimal dalam menindak pelaku pelanggaran uu
perlindungan Harimau Sumatera ini. Jangan pangang bulu atau pun
kurang peduli, hendaknya semakin sadar akan kelestarian binatang
langka ini. 3. Masyarakat hendaknya jangan hanya mengedepankan
keuntungan semata, tetapi lebih memperhatikan keseimnabangan
ekosistem lingkungan sehingga tidak mengganggu mahkuk hidup lain.
Dan hendaknya menjaga kekayaan alam yang similiki, bukan malah
menghancurkannya.
31. REFERENSI Resensi Harimau dan Hubungannya dengan Manusia di
Dunia Melayu oleh : Boedhihartono. KONSERVASI HARIMAU SUMATERA oleh
: Yayasan Penyelamatan dan Konservasi Harimau Sumatera. Harimau
Sumatera Nyaris Punah oleh : Chaidir Anwar Tanjung. (paragraf 2)
Departemen Kehutanan RI. 2007. Strategi Dan Rencana Aksi Konservasi
Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) 2007 2017. Mengenal
Harimau Sumatera. www.bukit30.org/fauna.php?bagian=fauna16. Diakses
tanggal 3 November 2009. Mengenal Harimau Sumatera oleh : Hasri
Abdillah dkk. ( paragraf 7-8 ) Survei Pengenalan Kawasan Ekosistem
Barumun Raya. 2009. Laporan Survei Biopalas-USU dan Sumatra
Rainforest Institute (SRI). Harimau Sumatera (Panthera Tigris
Sumatraensis) oleh : Waldemar Hasiholan. (paragraf 1, 3-4, 7-14,
18, 25-26) Kemaluan Harimau Jantan Dihargai Rp10 Juta oleh : Banda
Haruddin Tanjung (paragraf 4-7) Kampanye The Year of Tiger 2010
diluncurkan oleh : WWF ( Paragraf 1 ) Perlu Strategi Menyelamatkan
Harimau Sumatra oleh : Nanang Mairiadi ( Paragraf 17-18 ) Ayo Cegah
Kepunahan Harimau Sumatera oleh : Abdi ( Paragraf 2, 10-14, 18 )
http://www.walhi.or.id/in/kampanye/hutan-dan-perkebunan/192-penebangan-liar/1033-harimausumatera-mengganas
http://www.walhi.or.id/in/kampanye/hutan-dan-perkebunan/192-penebangan-liar/1033-harimausumatera-mengganas
http://id.wikipedia.org/wiki/Harimau_sumatera