Keterkaitan manusia dan satwa (Contoh Kasus Harimau Sumatera)

31
TUGAS EKONOMI SDA DAN LINGKUNGAN KETERKAITAN MANUSIA DAN SATWA (HARIMAU SUMATERA) O L E H : NAMA: YUCA SIAHAAN NIM:F0109109 STUDI PEMBANGUNAN - FE UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

description

dalam Ekonomi SDA dan Lingkungan

Transcript of Keterkaitan manusia dan satwa (Contoh Kasus Harimau Sumatera)

Page 1: Keterkaitan manusia dan satwa (Contoh Kasus Harimau Sumatera)

TUGAS EKONOMI SDA DAN LINGKUNGAN

KETERKAITAN MANUSIA DAN SATWA (HARIMAU SUMATERA)

O

L

E

H

:

NAMA: YUCA SIAHAAN

NIM:F0109109

STUDI PEMBANGUNAN - FE

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: Keterkaitan manusia dan satwa (Contoh Kasus Harimau Sumatera)

BAB I

PENDAHULUAN

Saat ini sudah sulit untuk kita menjumpai habitat harimau. Hal ini disebabkan semakin

langkanya hewan ini , jumlah populasinya yang semakin menurun. Tentu hal ini tidak lepas dari

tindakan manusia yang sering kali tidak menjaga dan kurang peduli terhadap harimau. Banyak orang

yang melakukan perburuan illegal dan juga banyak yang membunuh Harimau Sumatera untuk organ –

organnya dijual.

Hutan yang sebagai habitat Harimau Sumatera ditebangi akibat dari pengkonversian lahan

untuk hal lainnya. Akibatnya, binatang ini semakin sulit untuk mempertahankan hidupnya. Tempat

tinggalnnya / habitatnya menjadi semakin menyempit dan wilayah untuk mencari makanannya juga

semakin kecil.

Hal ini semakin mengakibatkan hubungan manusia dan Harimau Sumatera menjadi kurang

baik, bahkan menjadi seperti musuh. Manusia memburu Harimau Dumatera untuk diperdagangkan,

kemusian Harimau Dumatera mengganggu pemukiman madyarakat karena semakin menyempitnya

habitat mereka yang telah dialihfungsikan oleh manusia.

Kini ada berita menyedihkan yang mengatakan bahwa Harimau Sumatera (Panthera tigris

sumatrae) juga terancam Punah dalam 5 tahun mendatang. Harimau Sumatra ini merupakan satu dari

lima subspisies harimau (Panthera tigris) di dunia yang masih bertahan hidup. Tentu kita harus menjaga

kelestarian dari kekayaan negeri kita ini jika kita tidak ingin kepunahan menimpa binatang ini setelah

sebelumnya telah menimpa saudaranya, yakni Harimau Jawa dan Harimau Bali.

Page 3: Keterkaitan manusia dan satwa (Contoh Kasus Harimau Sumatera)

BAB II

MASALAH

1. Apa itu Harimau Sumatera?

2. Berapa jumlah Harimau Sumatera saat ini?

3. Bagaimana hubungan manusia dengan Harimau Sumatera saat ini?

4. Bagaimana keterkaitan manusia dengan kelangkaan Harimau Sumatera?

5. Apa saja penyebab kelangkaan Harimau Sumatera?

6. Bagaimana solusi penyelamatan / konservasi Harimau Sumatera?

Page 5: Keterkaitan manusia dan satwa (Contoh Kasus Harimau Sumatera)

Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) hanya ditemukan di Pulau Sumatra di

Indonesia dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah (critically endangered)

dalam daftar merah spesies terancam yang dirilis Lembaga Konservasi Dunia IUCN. Populasi liar

diperkirakan antara 400-500 ekor, terutama hidup di Taman-taman nasional di Sumatra. Uji

genetik mutakhir telah mengungkapkan tanda-tanda genetik yang unik, yang menandakan bahwa

subspesies ini mungkin berkembang menjadi spesies terpisah, bila berhasil lestari.

Di antara enam subjenis/ spesies harimau yang masih bertahan hidup di dunia saat ini,

harimau Sumatera ini adalah ras pulau terakhir yang tersisa dari tiga ras lainnya yang sebelumnya

ada di Indonesia. Harimau Bali sudah punah akibat perburuan pada akhir 1940-an, dan harimau

Jawa dipastikan punah akhir 1980-an. Jadi, di Jawa dan Bali, harimau hanyalah dongeng belaka.

Agak dikhawatirkan nasib yang sama juga akan menimpa harimau Sumatera ini.

Penghancuran habitat adalah ancaman terbesar terhadap populasi saat ini. Pembalakan tetap

berlangsung bahkan di taman nasional yang seharusnya dilindungi. Tercatat 66 ekor harimau

terbunuh antara 1998 dan 2000.

a. Asal – usul

Harimau dipercaya merupakan keturunan hewan pemangsa zaman purba yang

dikenal sebagai Miacids. Miacids hidup pada akhir zaman Cretaceous kira-kira 70-65 juta

tahun yang lalu semasa zaman dinosaurus di Asia Barat (Andrew Kitchener, “The Natural

History of Wild Cats”). Harimau kemudian berkembang di kawasan timur Asia di China

dan Siberia sebelum berpecah dua, salah satunya bergerak ke arah hutan Asia Tengah di

barat dan barat daya menjadi harimau Caspian. Sebagian lagi bergerak dari Asia Tengah ke

arah kawasan pergunungan barat, dan seterusnya ke Asia tenggara dan kepulauan

Indonesia, sebagiannya lagi terus bergerak ke barat hingga ke India (Hemmer,1987).

Harimau Sumatera dipercaya terasing ketika permukaan air laut meningkat pada

6.000 hingga 12.000 tahun silam. Uji genetik mutakhir telah mengungkapkan tanda-tanda

genetik yang unik, yang menandakan bahwa subspesies ini mempunyai ciri-ciri yang

Page 6: Keterkaitan manusia dan satwa (Contoh Kasus Harimau Sumatera)

berbeda dengan subspisies harimau lainnya dan sangat mungkin berkembang menjadi

spesies terpisah, bila berhasil lestari.

Perlu diketahui, terdapat 9 subspesies harimau yang tiga diantaranya telah dinyatakan

punah. Kesembilan subspisies harimau tersebut adalah:

1. Harimau Indochina (Panthera tigris corbetti) terdapat di Malaysia, Kamboja, China,

Laos, Myanmar, Thailand, dan Vietnam.

2. Harimau Bengal (Panthera tigris tigris) Bangladesh, Bhutan, China, India, dan Nepal.

3. Harimau Cina Selatan (Panthera tigris amoyensis) China.

4. Harimau Siberia (Panthera tigris altaica) dikenal juga sebagai Amur, Ussuri, Harimau

Timur Laut China, atau harimau Manchuria. Terdapat di China, Korea Utara, dan Asia

Tengah di Rusia.

5. Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) terdapat hanya di pulau Sumatera,

Indonesia.

6. Harimau Malaya (Panthera tigris jacksoni) terdapat di semenanjung Malaysia.

7...Harimau Caspian (Panthera tigris virgata) telah punah sekitar tahun 1950an. Harimau

Caspian ini terdapat di Afganistan, Iran, Mongolia, Turki, dan Rusia.

8. Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) telah punah sekitar tahun 1972. Harimau Jawa

terdapat di pulau Jawa, Indonesia.

9. Harimau Bali (Panthera tigris balica) yang telah punah sekitar tahun 1937. Harimau

Bali terdapat di pulau Bali, Indonesia.

Page 7: Keterkaitan manusia dan satwa (Contoh Kasus Harimau Sumatera)

b. Ciri – ciri

Harimau Sumatra adalah subspesies harimau terkecil. Harimau Sumatra

mempunyai warna paling gelap diantara semua subspesies harimau lainnya, pola hitamnya

berukuran lebar dan jaraknya rapat kadang kala dempet. Harimau Sumatra jantan memiliki

panjang rata-rata 92 inci dari kepala ke buntut atau sekitar 250cm panjang dari kepala

hingga kaki dengan berat 300 pound atau sekitar 140kg, sedangkan tinggi dari jantan

dewasa dapat mencapai 60cm. Betinanya rata-rata memiliki panjang 78 inci atau sekitar

198cm dan berat 200 pound atau sekitar 91kg. Belang Harimau Sumatra lebih tipis daripada

subspesies harimau lain. Warna kulit Harimau Sumatra merupakan yang paling gelap dari

seluruh harimau, mulai dari kuning kemerah-merahan hingga oranye tua. Subspesies ini

juga punya lebih banyak janggut serta surai dibandingkan subspesies lain, terutama harimau

jantan. Ukurannya yang kecil memudahkannya menjelajahi rimba. Terdapat selaput di sela-

sela jarinya yang menjadikan mereka mampu berenang cepat. Harimau ini diketahui

menyudutkan mangsanya ke air, terutama bila binatang buruan tersebut lambat berenang.

Bulunya berubah warna menjadi hijau gelap ketika melahirkan.

c. Habitat

Harimau Sumatra hanya ditemukan di pulau Sumatra. Kucing besar ini mampu

hidup di manapun, dari hutan dataran rendah sampai hutan pegunungan, dan tinggal di

banyak tempat yang tak terlindungi. Hanya sekitar 400 ekor tinggal di cagar alam dan

taman nasional, dan sisanya tersebar di daerah-daerah lain yang ditebang untuk pertanian,

juga terdapat lebih kurang 250 ekor lagi yang dipelihara di kebun binatang di seluruh dunia.

Harimau Sumatra mengalami ancaman akan kehilangan habitat karena daerah sebarannya

seperti blok-blok hutan dataran rendah, lahan gambut dan hutan hujan pegunungan

terancam pembukaan hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan komersial, juga

perambahan oleh aktivitas pembalakan dan pembangunan jalan. Karena habitat yang

semakin sempit dan berkurang, maka harimau terpaksa memasuki wilayah yang lebih dekat

Page 8: Keterkaitan manusia dan satwa (Contoh Kasus Harimau Sumatera)

dengan manusia, dimana seringkali mereka dibunuh dan ditangkap karena tersesat

memasuki daerah pedesaan atau akibat perjumpaan yang tanpa sengaja dengan manusia.

Harimau bukan jenis satwa yang biasa tinggal berkelompok melainkan

jenis satwa soliter, yaitu satwa yang sebagian besar waktunya hidup menyendiri, kecuali

selama musim kawin atau memelihara anak. Home range untuk seekor harimau betina

adalah sekitar 20 km2 sedangkan untuk harimau jantan sekitar 60 – 100 km2. Tetapi angka

tersebut bukan merupakan ketentuan yang pasti, karena dalam menentukan teritorinya juga

dipengaruhi oleh keadaan geografi tanah dan banyaknya mangsa di daerah tersebut.

Biasanya daerah teritori harimau jantan 3 – 4 kali lebih luas dibandingkan harimau betina.

Sebagai contoh, seperti di Way Kambas dalam 100 km2 hanya di dihuni oleh 3 - 5 ekor

harimau.

Di Sumatera Utara sendiri, Harimau Sumatera terdapat di Taman Nasional Batang

Gadis, Kabupaten Mandailing Natal. Namun selain di kawasan konservasi tersebut, satwa

ini juga terdapat di Suaka Margasatwa Barumun yang berada di Kabupaten Padang Lawas

dan Padang Lawas Utara. Berdasarkan survei yang telah dilakukan oleh Sumatera

Rainforest Institute (SRI) dan BIOPALAS-USU, diperoleh informasi dari masyarakat

bahwa di kawasan ini masih sering terlihat keberadaan Harimau Sumatera, baik itu berupa

jejak maupun sisa-sisa pakan yang ditinggalkannya. Pada beberapa desa, seperti Desa Ulu

Aer Kecamatan Sosopan, Desa Simardona dan Desa Bonan Dolok Kecamatan Batang

Onang masih sering terlihat Harimau Sumatera yang melintas di kawasan desa tersebut.

Diperkirakan jumlah Harimau Sumatera yang terdapat di kawasan hutan konservasi

tersebut tidak lebih dari 20 ekor.

d. Makanan

Harimau Sumatera termasuk jenis Carnivora yang biasanya memangsa : Rusa

Sambar (Cervus unicolor), Kijang (Muntiacus muntjak), Kancil (Tragulus sp.), dan Babi

hutan liar (Sus sp.). Kerbau liar (Bubalus bubalis), Tapir (Tapirus indicus), Kera (Macaca

irus), Langur (Presbytis entellus),Landak (Hystrix brachyura),Trenggiling (Manis javanica),

Page 9: Keterkaitan manusia dan satwa (Contoh Kasus Harimau Sumatera)

Beruang madu (Heralctos malayanus), jenis-jenis Reptilia seperti kura-kura, ular, dan

biawak, serta berbagai jenis burung, ikan,dan..kodok.

Hewan peliharaan atau ternak yang juga sering menjadi mangsa harimau adalah

Kerbau, kambing, domba, sapi, Anjing dan ayam. Biasanya hewan-hewan ini diburu

harimau bila habitat harimau terganggu atau rusak sehingga memaksa harimau keluar dari

habitatnya ke pemukiman atau persediaan mangsa di alam bebas sudah habis atau sangat

berkurang_jumlahnya.

Untuk memenuhi kebutuhan makannya, harimau berburu 3 – 6 hari sekali,

tergantung besar kecil mangsa yang didapatkannya. Biasanya seekor harimau

membutuhkan sekitar 6 – 7 kg daging per hari, bahkan kadang-kadang sampai 40 kg daging

sekali makan. Besarnya jumlah kebutuhan ini tergantung dari apakah harimau tersebut

mencari makan untuk dirinya sendiri atau harimau betina yang harus memberi makan anak-

anaknya (Macdonald, 1986 ; Mountfort, 1973).

Namun di atas semua itu, Makanan Harimau Sumatra tergantung juga dengan

tempat tinggalnya dan seberapa berlimpah mangsanya. Sebagai predator utama dalam

rantai makanan, harimau mepertahankan populasi mangsa liar yang ada dibawah

pengendaliannya, sehingga keseimbangan antara mangsa dan vegetasi yang mereka makan

dapat terjaga. Mereka memiliki indera pendengaran dan penglihatan yang sangat tajam,

yang membuatnya menjadi pemburu yang sangat efisien. Harimau Sumatra merupakan

hewan soliter, dan mereka berburu di malam hari, mengintai mangsanya dengan sabar

sebelum menyerang dari belakang atau samping. Mereka memakan apapun yang dapat

ditangkap, umumnya celeng dan rusa, dan kadang-kadang unggas atau ikan. Orangutan

juga dapat jadi mangsa, mereka jarang menghabiskan waktu di permukaan tanah, dan

karena itu jarang ditangkap harimau.

Banyak orang menyatakan bahwa Harimau Sumatra juga gemar makan durian.

Page 10: Keterkaitan manusia dan satwa (Contoh Kasus Harimau Sumatera)

Harimau Sumatra juga mampu berenang dan memanjat pohon ketika memburu

mangsa. Luas kawasan perburuan Harimau Sumatra tidak diketahui dengan tepat, tetapi

diperkirakan bahwa 4-5 ekor Harimau Sumatra dewasa memerlukan kawasan jelajah seluas

100 kilometer di kawasan dataran rendah dengan jumlah hewan buruan yang optimal (tidak

diburu oleh manusia).

e. Reproduksi

Harimau Sumatra dapat berbiak kapan saja. Masa kehamilan adalah sekitar 102-

110 hari. Biasanya harimau betina melahirkan 2 atau 3 ekor anak harimau sekaligus, dan

paling banyak 6 ekor. Ada kalanya bisa mencapai 7 ekor sekaligus sekali melahirkan.

Tetapi dari jumlah tersebut, yang mampu bertahan hidup sampai dewasa hanya sekitar dua

sampai tiga ekor saja. Mata anak harimau baru terbuka pada hari kesepuluh, meskipun anak

harimau di kebun binatang ada yang tercatat lahir dengan mata terbuka. Anak harimau

hanya minum air susu induknya selama 8 minggu pertama. Sehabis itu mereka dapat

mencoba makanan padat, namun mereka masih menyusu selama 5 atau 6 bulan. Anak

harimau pertama kali meninggalkan sarang pada umur 2 minggu, dan belajar berburu pada

umur 6 bulan. Mereka dapat berburu sendirian pada umur 18 bulan, dan pada umur 2 tahun

anak harimau dapat berdiri sendiri.

Harimau betina selama hidupnya dapat melahirkan anak dengan jumlah total

sampai 30 ekor, dan setiap tahun dapat melahirkan anak. Jarak antar kelahiran kurang lebih

22 bulan, atau 2–3 tahun, tetapi dapat lebih cepat bila anaknya mati.

Harimau Sumatra dapat hidup selama 15 tahun di alam liar, dan 20 tahun dalam

kurungan.

Page 11: Keterkaitan manusia dan satwa (Contoh Kasus Harimau Sumatera)

II. JUMLAH HARIMAU SUMATERA SAAT INI

Spesies Harimau Sumatera saat ini yang masih hidup diperkirakan berjumlah 300 ekor saja

sebagian besar hidup di enam taman nasional di Sumatera: Taman Nasional Gunung Leuser

(Aceh), Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (Riau), Taman Nasional Tesso Nilo (Riau), Taman

Nasional Sembilang (Sumsel), Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (Lampung) dan Taman

Nasional Way Kambas (Lampung). Sedang 100 ekor diperkirakan masih bertahan hidup di

kawasan hutan kritis.

Jumlah ini menurun drastis dari sebelumnya. Yakni menurut catatan yang ada pada tahun

1800 – 1900 jumlah Harimau Sumatera masih sangat banyak, mencapai ribuan ekor. Pada tahun

1978 berdasarkan hasil sensus informal masih tercatat adanya 1.000 subspesies Harimau ini di

kawasan hutan Sumatera.

III. HUBUNGAN MANUSIA DAN HARIMAU SAAT INI

Belum adanya peraturan dan ketentuan tentang penetapan status harimau bermasalah serta

belum adanya prosedur penanganan terhadap harimau bermasalah telah menyebabkan keragaman

dalam penetapan dan penangana harimau bermasalah. Sebagian masyarakat melakukan tindakan

sendiri dan tidak memperhatikan kaidah konservasi, yaitu dengan cara melakukan penangkapan

dengan jerat bahkan sampai pada pembunuhan terhadap satwa tersebut.

Pembukaan areal hutan dan konversi hutan alam telah menyebabkan :

1. Menurunnya kwantitas, kwalitas dan daya dukung habitat terhadap harimau sumatera.

2. Menurunnya populasi dan jenis satwa mangsa harimau seperti rusa, babi hutan, kera dll oleh

karena beralih tempat, mengungsi ke tempat yang lebih baik dan karena mati.

3. Tempat berlindung dan membesarkan anak menjadi hilang.

4. Teritorial harimau sumatera menjadi berubah.

Keadaan tersebut telah menekan harimau sumatera untuk mencari teritorial baru dan masuk

ke pemukiman untuk mencari mangsa, sehingga telah menyebabkan konflik antara harimau dengan

manusia. Dalam kurun waktu 1996 – 2004 lebih dari 152 kasus konflik harimau dengan masyarakat

yang mengakibatkan banyak manusia yang kehilangan nyawa, puluhan orang luka-luka dan

Page 12: Keterkaitan manusia dan satwa (Contoh Kasus Harimau Sumatera)

ratusan ternak milik masyarakat yang tinggal di desa dimangsa oleh Harimau Sumatera ini.

Kerugian yang di derita oleh masyarakat sekitar kelompok hutan senepis yang disebabkan oleh

konflik harimau selama ini, diantaranya berupa :

1. Rasa Takut Yang Dialami oleh masyarakat

2. Korban Ternak Luka-Luka dan Mati

3. Korban Manusia Luka-Luka dan Meninggal

Berdasarkan data yang dihimpun di dinas Kehutanan Kabupaten Muba menunjukkan

hingga Januari 2010 tercatat sudah 41 nyawa manusia melayang akibat keganasan harimau

Sumatera.

Hubungan manusia dan Harimau Sumatera saat ini dapat digambarkan dalam denah berikut :

Page 13: Keterkaitan manusia dan satwa (Contoh Kasus Harimau Sumatera)

IV. KETERKAITAN MANUSIA TERHADAP KELANGKAAN HARIMAU

SUMATERA

Diantara semua faktor – faktor penyebab terjadinya kelangkaan populasi Harimau Sumatera

sebagian besar adalah karena ulah manusia.

Perwakilan `world bank` (pada saat kampanye “The Year of Tiger 2010”), Erwinsyah

mengatakan, ancaman terbesar terhadap kelestarian harimau karena aktivitas manusia, terutama

alih fungsi kawasan hutan untuk tujuan pembangunan seperti perkebunan, pertambangan,

perluasan permukiman, transmigrasi dan pembangunan infrastruktur lainnya.

Selain mengakibatkan fregmentasi habitat, berbagai aktivitas tersebut juga sering memicu konflik

antara harimau dengan manusia.

Beberapa contoh tindakan manusia yang memicu terjadinya pemurunan jumlah Harimau

Sumatera dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Pembakaran Hutan (Forest Fire)

Pembakaran hutan baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Banyak masyarakat yang

sengaja membakar hutan yang mana sebagai habitat binatang liar (termasuk Harimau

Sumatera) untuk lahan tersebut dialihfungsikan menjadi lahan perkebunan atau pertanian.

Tentu dengan terganggunya habitatnya, Harimau Sumatera ini akan kesulitan dalam hal

mencari tempat tinggal untuk keberlangsungan hidupnya.

2. Penebangan liar ( Illegal Loging )

Tindakan manusia yang tidak bertanggung jawab karena melakukan penebangan liar tanpa

memperdukilan keseimbangan ekosistem lingkungan. Hal ini mengakibatkan habitat dan

tempat mencari makanan Harimau Sumatera juga semakin menyempit. Tentu ini

mempengaruhi keberlangsungan hidup binatang tersebut.

Page 14: Keterkaitan manusia dan satwa (Contoh Kasus Harimau Sumatera)

3. Perburuan Liar (Illegal Hunting)

Banyak manusia – manusia yang belum sadar akan pentingnya menjaga

pelestarian kekayaan yang dimiliki oleh alam ini.

Banyaknya manusia yang melakukan perburuan liar terhadap Harimau Sumatera

ini untuk keuntungan semata tanpa memperdulikan keseimbangan lingkungan. Padahal

sudah jelas bahwa binatang ini merupakan binatang langka yang dilindungi saat ini.Mereka

lebih memilih berburu Harimau Sumatera demi berbagai alasan keuntungan seperti :

1..dagingnya untuk dijual untuk dimakan

Page 15: Keterkaitan manusia dan satwa (Contoh Kasus Harimau Sumatera)

2..kulitnya dijual untuk biasanya digunakan sebagai hiasan dan pajangan

3. tulang dijual untuk biasanya digunakan sebagai bahan obat-obatan tradisonal Cina

4. kumis dijual untuk biasanya digunakan sebagai hiasan

Kumis Harimau Sumatera ini bisa dijual hinggaseharga Rp100-300 ribu perhelainya.

5. kuku dijual untuk biada digunakan debagai pajangan / hiasan ataupun liontin

Page 16: Keterkaitan manusia dan satwa (Contoh Kasus Harimau Sumatera)

6. taring dijual untuk biasanya dibuat sebagai liontin.

Taring Harimau Sumatera ini bisa dijual hingga Rp1,5 juta perbuah

7. kemaluan harimau jantan

Kemaluan Harimau Sumatera ini bisa dijual ke penampungnya dengan harga kisaran

Rp10 juta. Biasanya bagian tubuh harimau itu dibeli karena konsumen tertarik dengan

sugesti. Yakni katanya dipercaya bisa menambah vitalitas pria.

Gbr.organ- organ harimau

Page 17: Keterkaitan manusia dan satwa (Contoh Kasus Harimau Sumatera)

4. Penegakkan hukum yang lemah

Penegakkan hukum masih lemah terhadap para pelaku pemburu dan pembunuh Harimau

Sumatera ini. Sejak 1998 hingga 2009, terdata 46 ekor harimau ditemukan mati akibat

konflik dengan manusia dan perburuan. Dapat dikatakan bahwa sekitar tujuh ekor harimau

mati di Riau setiap tahun.

Ternyata dari puluhan kasus tersebut, hanya tiga kasus saja yang berlanjut hingga di meja

pengadilan yakni pada 2001, 2004 dan 2009. Sangat disayangkan pengadilan belum

memberi efek jera karena vonisnya cuma penjara selama setahun untuk semua pelaku

tersebut.

Akibatnya hal ini membuat para pelaku lainnya tetap melakukan perburuan terhadap

harimau Sumatra. Kabarnya mereka menggunakan jaringan antarprovinsi yang terjalin

sangat rapi dan sulit dilacak.

Hal yang sangat memprihatinkan adalah ternyata jaringan perdagangan itu kerap dilindungi

oleh oknum pemerintah hingga pemodal besar yang bermuara ke Singapura dan Malaysia.

Diperkirakan setidaknya ada 24 pemburu harimau aktif yang menyalurkan hasil buruan ke

34 penampung dari yang kecil hingga penampung besar di Singapura dan Malaysia.

Di Pekanbaru, disinyalir sedikitnya ada sembilan toko emas dan dua toko obat cina yang

menjual bagian tubuh harimau dengan leluasa.

Page 18: Keterkaitan manusia dan satwa (Contoh Kasus Harimau Sumatera)

V. PENYEBAB KELANGKAAN JUMLAH HARIMAU SUMATERA

Menurunnya populasi harimau Sumatera di alam disebabkan oleh banyak faktor yang saling

mempengaruhi dan terjadi secara simultan.

Menurut Direktorat Jederal PHKA (Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam),

faktor-faktor penyebab penurunan populasi Harimau Sumatera diantaranya adalah:

Informasi dan pengetahuan di bidang bio-ekologi harimau sumatera masih terbatas.

Menurunnya kwalitas dan kwantitas habitat harimau sumatera akibat konversi hutan,

eksploitasi hutan, penebangan liar, perambahan hutan, kebakaran hutan dan lain-lain

Fragmentasi Habitat akibat Perencanaan Tata Guna Lahan dan penggunaan lahan dan

hutan yang kurang memperhatikan aspek-aspek konservasi satwa liar khususnya

harimau sumatera.

Kematian harimau sumatera secara langsung sebagai akibat dari perburuan untuk

kepentingan ekonomi, estetika, pengobatan tradisional, magis, olahraga dan hobby serta

mempertahankan diri karena terjadinya konflik antara harimau dengan masyarakat.

Penangkapan dan pemindahan harimau sumatera dari habitat alami ke lembaga

konservasi eksitu karena adanya konflik atau kebutuhan lain.

Menurunya populasi satwa mangsa harimau karena berpindah tempat maupun diburu

oleh masyarakat.

Rendahnya unsur-unsur management pengelola konservasi harimau sumatera.

Rendahnya kesadaran masyarakat dalam konservasi alam dan rendahnya penegakan

hukum dibidang “Wildlife Crime” telah pula mempercepat penurunan populasi harimau

sumatera di alam.

Page 19: Keterkaitan manusia dan satwa (Contoh Kasus Harimau Sumatera)

VI. UPAYA PENYELAMATAN DAN KONSERVASI HARIMAU SUMATERA

Populasi Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatraensis) di habitat alaminya secara

menyeluruh belum diketahui secara tepat, namun dapat dipastikan bahwa populasinya saat ini

sudah dalam kondisi sangat kritis. Tahun 1994 diperkirakan populasi harimau sumatera yang hidup

liar hanya 500-600 ekor saja dan itupun hidup tersebar dalam populasi-populasi kecil di Dalam

Kawasan Konservasi dan di Luar Kawasan Konservasi. Sementara itu Direktorat Jederal PHKA

memeperkirakan setiap tahunnya 30 ekor harimau sumatera mati akibat perburuan. Kondisi seperti

ini apabila tidak ditangani secara serius dan intensif dapat dipastikan bahwa populasi harimau

sumatera di alam akan menurun secara cepat dan dalam waktu yang tidak lama akan punah seperti

yang telah terjadi pada harimau Bali, Kaspia dan harimau Jawa yang sudah dianggap punah.

Untuk mencegah terjadinya kepunahan harimau sumatera dan memulihkan kembali

populasi-populasi harimau yang berada pada tingkat tidak sehat ke tingkat populasi sehat

diperlukan tindakan yang secara simultan dapat mengatasi faktor-faktor penyebab kepunahan

harimau sumatera tersebut di atas.

a.) Peran Serta Pemerintah

Peran yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi kelangkaan Haimau Sumatera ini

diantaranya dengan mengeluarkan uu maupun peraturan yang menyangkut Harimau Sumatera,

seperti :

1. UU No5 tahun 1990, yakni tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan

Ekosistemnya (KSDAHE)

2. PP No. 7 Tahun 1999, yakni menyatakan Harimau Sumatera termasuk satwa liar yang

dilindungi undang-undang

b.) Peran Serta Pejabat / Badan yang Berwenang

Kegiatan Konservasi Harimau Sumatera telah dimulai pada tahun 1995,

awalnya hanya ada di Taman Nasional Way Kambas (TNWK) yang bernama Sumatran Tiger

Project (STP) selanjutnya kegiatan dikembangkan menjadi Program Konservasi Harimau

Sumatera (PKHS) yang mempunyai kegiatan di tiga wilayah utama.

Page 20: Keterkaitan manusia dan satwa (Contoh Kasus Harimau Sumatera)

Kegiatan tersebut, yaitu:

1). Taman Nasional Way Kambas (Propinsi Lampung);

2). Taman Nasional Bukit Tigapuluh (Propinsi Riau-Jambi); dan

3). Kawasan Konservasi Harimau Senepis Buluhala (Propinsi Riau).

Secara umum kegiatan dikelompokkan menjadi:

a). Monitoring harimau sumatera liar jangka panjang;

b). Penanganan konflik manusia-harimau;

c). Tiger Protection Unit (TPU); dan

d). Pemberdayaan masyarakat lokal.

Program ini telah selesai pada Januari 2007, kemudian untuk melanjutkan kegiatan

yang telah dilakukan dalam rangka konservasi harimau sumatera tersebut maka dibentuk

Yayasan Penyelamatan dan Konservasi Harimau Sumatera (Yayasan PKHS). Pada tanggal 29

Juni 2007, Yayasan ini telah menandatangani MoU dengan Sumatran Tiger Trust dan Wildlife

Protection Foundation yang akan mendanai kegiatan lapangan dimasa yang akan datang.

Sedangkan untuk pelaksanaan kegiatan, Yayasan PKHS bekerjasama dengan instansi terkait.

- Sumatera Tiger Concervation Program

Sebagai bentuk Kerjasama antara Departemen Kehutanan dengan The

Tiger Foundation Canada dan Sumatran Tiger Trust Inggris berupaya untuk

mengembangkan program konservasi harimau sumatera yang secara komprehensip

dapat mengatasi faktor-faktor penyebab menurunnya populasi harimau sumatera.

Upaya konservasi yang dilaksanakan oleh Program Konservasi Harimau sumatera di

antaranya adalah:

1. Melakukan studi bioekologi harimau sumatera.

2. Melakukan perluasan habitat harimau sumatera yang berada diluar kawasan konservasi

sebagai kawasan yang dilindungi untuk konservasi harimau sumatera.

3. Meningkatkan kegiatan perlindungan harimau sumatera dan habitatnya.

4. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan konservasi alam dan meningkatkan kwalitas

penegakan hukum dibidang ”Wildlife Crime”

Page 21: Keterkaitan manusia dan satwa (Contoh Kasus Harimau Sumatera)

5. Meningkatkan kwalitas penanganan konflik antara harimau dengan masyarakat yang

dapat menjamin kelesatrian harimau sumatera.

6. Monitoring populasi harimau sumatera dihabitat alaminya dalam jangka panjang.

7. Meningkatan kwalitas sumber daya manusia dan kerjasama pengelolaan antara seluruh

institusi yang berkepentingan terhadap kelestarian harimau sumatera.

8. Mengembangan Strategi Konservasi Harimau Sumatera di Masa Depan

- Monitoring Harimau Sumatera Liar Jangka Panjang

Monitoring harimau sumatera di TNWK telah dimulai sejak tahun 1995.

Saat ini telah terpantau harimau sumatera yang telah melahirkan tiga ekor anak dan

satu ekor dari anak tersebut juga telah melahirkan 2 ekor anak lagi ( generasi ke 3).

Sang nenek (nama: Upik) pertama kali terphoto pada tanggal 12 Juli 1996. Kemudian

pada pertengahan tahun 1998 harimau tersebut terphoto dengan puting susu yang

sedang membesar sehingga diperkirakan sedang menyusui bayi harimau.

Kemudian pada tanggal 30 Juni 1999, melalui hasil photo kamera infra

merah individu tersebut diketahui mempunyai 3 ekor anak (nama: Tessy, Mayang dan

Gogon). Pada April 2000, terphoto anak dari Upik telah remaja dan mulai

memisahkan diri dari induknya; selanjutnya pada 12 Agustus 2004, terphoto Mayang

bersama 2 ekor anaknya yang diperkirakan berumur kurang dari 1 tahun.

Jika Mayang diasumsikan lahir pada pertengahan tahun 1998, dan

kemudian terphoto bersama anaknya yang berumur kurang dari satu tahun pada

Agustus 2004 (diasumsikan anak Mayang lahir akhir 2003) berarti seekor harimau

sumatera betina telah melahirkan pada umur sekitar 5,5 tahun. Individu lainnya

(Gogon) terphoto pada bulan Juli 2007.

Page 22: Keterkaitan manusia dan satwa (Contoh Kasus Harimau Sumatera)

- Penanganan Konflik Manusia – Harimau

Konflik antara manusia-harimau merugikan kedua belah pihak; manusia rugi

karena kehilangan hewan ternak bahkan nyawa sedangkan harimau rugi karena akan menjadi

sasaran balas dendam manusia yang marah dan ingin membunuhnya. Selama ini, jika terjadi

konflik manusia-harimau biasanya manusia akan membunuh harimau atau jika harimau

tertangkap akan dititipkan ke ex situ program, yang kita ketahui sangat kecil kemungkinan

untuk kembali dilepaskan di alam liar.

Untuk itu PKHS telah mencoba memberikan satu alternatif pemecahan masalah konflik

manusia-harimau ini yaitu dengan melakukan translokasi. Harimau bermasalah ditangkap

dan jika memungkinkan (melihat kondisi harimau dan sejarah konflik) untuk dilepaskan di

daerah lain yang sudah diidentifikasi cocok sebagai habitat harimau.

Page 23: Keterkaitan manusia dan satwa (Contoh Kasus Harimau Sumatera)

Beberapa hal perlu diperhatikan sebelum melakukan penangkapan dan

translokasi harimau:

menggunakan box trap, karena box trap dapat menangkap harimau tanpa mengalami luka

serius yang mungkin akan terjadi jika menggunakan jerat.

enangkapan harimau sudah dilepaskan.

akan berpengaruh terhadap kemampuan bertahan hidup harimau yang akan dilepaskan.

Page 24: Keterkaitan manusia dan satwa (Contoh Kasus Harimau Sumatera)

- Konsevasi Oleh Yayasan Penyelamatan dan Konservasi Harimau Sumatera

(Yayasan PKHS)

-

Yayasan PKHS mempunyai Program yang dinamakan Program Penyelamatan dan

Konservasi Harimau Sumatera (PKHS) bertujuan :

1. Mendukung Departemen Kehutanan khususnya dalam rangka konservasi harimau

sumatera hewan mangsa dan habitat alaminya

2. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran masyarakat khususnya yang

tinggal di sekitar dan dalam kawasan konservasi

3. Mendorong pembangunan, penggunaan dan pemanfaatan hasil hutan yang lebih

memperhatikan kelestarian kehidupan alami.

Saat ini beberapa lokasi yang menjadi pusat kegiatan lapangan PKHS antara lain: TN.

Way Kambas di Lampung, TN. Bukit Tigapuluh di Propinsi Jambi-Riau, dan Kawasan

Konservasi Harimau Senepis di Dumai propinsi Riau.

Di Taman Nasional Bukit Tigapuluh, beberapa kegiatan yang telah dan terus dilakukan

oleh PKHS adalah:

1. Survei Dan Monitoring Harimau Sumatera Dan Hewan Mangsanya dengan

Menggunakan Kamera Infra Merah.

Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui distribusi, perbandingan jenis kelamin

dan ekologi harimau sumatera untuk mengetahui jenis-jenis satwa liar yang terdapat

di dalam kawasan taman nasional ini

Page 25: Keterkaitan manusia dan satwa (Contoh Kasus Harimau Sumatera)

Hasil Kamera Infra Merah

Selama memasang kamera infra merah di TN. Bukit Tigapuluh telah terphoto

29 jenis satwa liar yang sudah diidentifikasi, mulai dari Mammalia, Reftillia, Aves

juga hewan Avertebrata seperti kupu-kupu. Untuk Harimau Sumatera telah terphoto 7

ekor dengan perbandingan 3 betina dan 4 jantan.

2. Tiger Protection Unit (TPU)

Anggota TPU ini berasal dari masyarakat yang bertempat tinggal disekitar taman

nasional bukit tigapuluh dengan ketua unit adalah jagawana Taman Nasional Bukti

Tigapuluh.Dalam satu tim TPU terdiri dari 3 orang masyarakat dan 1 orang polhut,

tim ini juga untuk membantu menutupi kekurangan staf polhut pada suatu kawasan.

Sebelum melakukan tugas survey atau patroli, anggota TPU menjalani

pelatihan terlebih dahulu. Pelatihan bertujuan untuk mempersiapkan fisik dan mental

anggota TPU dalam menjalankan tugas di hutan. Materi pelatihan antara lain:

Navigasi darat (Peta, Kompas, GPS), penyergapan dan pengamanan barang bukti,

pembuatan laporan dasar, P3K serta pengenalan teknik-teknik survei dan patroli.

Page 26: Keterkaitan manusia dan satwa (Contoh Kasus Harimau Sumatera)

Survei dan Patroli

Survei dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang satwa,

habitat serta ancaman yang terjadi; sedangkan patroli dilakukan untuk

mengurangi ancaman bagi satwa liar dan habitatnya.

Survei

Sebelum melakukan survei, maka dilakukan pengenalan peta

terlebih dahulu. Hal ini penting untuk menentukan arah rute perjalanan

survei. Dalam pelaksanaannya anggota TPU mencatat semua temuan

yang di dapat saat melakukan kegiatan lapangan. Temuan tersebut antara

lain berupa tanda sekunder satwa liar (jejak, feses, sisa makanan),

ancaman (seperti jerat, ilegal loging) juga pembukaan lahan.

Page 27: Keterkaitan manusia dan satwa (Contoh Kasus Harimau Sumatera)

Patroli dan Operasi Gabungan

Patroli bertujuan untuk mencari dan meminimalkan gangguan

terhadap harimau sumatera, hewan mangsa dan habitatnya.

Operasi gabungan dilakukan bersama-sama dengan jagawana

taman nasional dan pihak kepolisian. Beberapa operasi gabungan yang

pernah dilaksanakan antara lain bersama dengan Polres Tebo dan Polres

Indragiri Hulu.

Sosialisasi dan Penyuluhan

Tujuan untuk meyakinkan masyarakat bahwa mereka perlu untuk

ikut menjaga kelestarian taman nasional dari aktifitas yang merusak atau

dari orang luar. Sampai saat ini masyarakat dusun Suit telah pernah

menangkap 6 (enam) orang pencuri gaharu dari Lubuk Jambi; Pencuri

gaharu diberi peringatan dan diusir keluar kawasan dan barang bukti

dibakar. Jika pengamanan oleh masyarakat pedalaman ini dapat berjalan,

maka besar Kemungkinan Taman Nasional Bukit Tigapuluh akan lestari.

3. Intelijen Perburuan Harimau Sumatera dan Penegakan Hukum

a. Intelijen

Untuk mengetahui perburuan dan perdagangan ilegal harimau sumatera

dilakukan kegiatan intelijen disekitar taman nasional bukit tigapuluh. Sampai saat

ini telah diketahui 7 penampung bagian tubuh harimau (termasuk 2 yang pernah

ditangkap dan dijatuhi hukuman) dan 45 pelaku perburuan (termasuk 3 yang

pernah ditangkap dan dijatuhi hukuman), serta 319 ekor harimau yang telah mati

diburu dari tahun 1972-2004. (2 diantaranya dari dalam TNBT dan pelaku sudah

ditangkap dan dihukum).

b.Penegakan_Hukum

Page 28: Keterkaitan manusia dan satwa (Contoh Kasus Harimau Sumatera)

Dalam kasus ini telah ditangkap 6 orang pelaku yang terdiri mulai dari

pelaku pembunuhan, perantara, pembeli 1, pembeli 2, pembeli 3, dan telah dijatuhi

hukuman 1-1 tahun 6 bulan oleh pengadilan negeri rengat.

c. )Peran Serta Masyarakat

Untuk mencegah kepunahan Harimau Sumatera ini juga diperlukan peran aktif

masyarakat untuk melaporkan keberadaan Harimau Sumatera yang mungkin saja berkeliaran

karena habitatnya yang semakin mengecil. Masyarakat juga perlu melaporkan adanya

perburuan liar oleh oknum-oknum tertentu terhadap Harimau Sumatera.

Untuk penyelamatan Harimau Sumatera juga tahun 2010 telah ditetapkan sebagai tahun Harimau

Sumatera. Kampanye publik “The Year of Tiger 2010” ini mulai dilaksanakan oleh WWF-

Indonesia (World Wide Fund_Indonesia) pada hari Jumat, 12 Februari 2010 di Taman Menteng,

Jakarta Pusat. Pemerintah Indonesia, pelaku usaha, seniman, dan masyarakat luas berbaur

bersama pada acara tersebut untuk menegaskan tekad menyelamatkan harimau Sumatera

(Panthera tigris sumatrae).

Page 29: Keterkaitan manusia dan satwa (Contoh Kasus Harimau Sumatera)

BAB IV

KESIMPULAN

I.KESIMPULAN

* Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) hanya ditemukan di Pulau Sumatra di Indonesia dan

termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah (critically endangered).

* Jumlah Harimau Sumatera saat ini sekitar 300 an ekor.

* Faktor penyebab kelangkaan populasi Harimau Sumatera ini, sebagian besar dilarenakan oleh

manusia, bail karena illegal logging, hunting logging, maupun forest fire.

* Untuk mengatasi kelangkaan ini, semua masyarakat harus ikut serta, baik pemerintah, aparat hukum

/ keamanan, maupun masyarakat.

* Pemerintah harus kebih mengoptimalkan perannya lagi dalam menjaga kelestarian Harimau

Sumatera ini, baik melalui revisi uu yang lebih efisien agar lebih optimal dalam perlindungan

binatang ini, maupun memperberat sanksi bagi pelanggar.

* Aparat hukum harus bertindak tegas terhadap pelanggar uu tentang Harimau Sumatera ini, dan

jangan mau disogok.

* Masyarakat harus melaporkan bila mengetahui ada pelanggaran terhadap Harimau Sumatera dan

tentu tidak ikutan juga untuk memburu / membunuh / mengganggu binatang tersebut.

Page 30: Keterkaitan manusia dan satwa (Contoh Kasus Harimau Sumatera)

II.SARAN

1.Pemerintah hendaknyalebih aktif lagi dalam menjaga kelestarian Harimau Sumatera sebagai

kekayaan alam negeri kita ini. Baik melalui memperberat sanksi bagi yang melakukan tinsakan

pemburuan / pembunuhan terhadap binatang ini, maupun lebih merevisi uu yang ada agar lebih efisien.

2.Aparat keamanan hensaknya lebih optimal dalam menindak pelaku pelanggaran uu perlindungan

Harimau Sumatera ini. Jangan pangang bulu atau pun kurang peduli, hendaknya semakin sadar akan

kelestarian binatang langka ini.

3. Masyarakat hendaknya jangan hanya mengedepankan keuntungan semata, tetapi lebih

memperhatikan keseimnabangan ekosistem lingkungan sehingga tidak mengganggu mahkuk hidup

lain. Dan hendaknya menjaga kekayaan alam yang similiki, bukan malah menghancurkannya.

Page 31: Keterkaitan manusia dan satwa (Contoh Kasus Harimau Sumatera)

REFERENSI

“Resensi Harimau dan Hubungannya dengan Manusia di Dunia Melayu” oleh : Boedhihartono.

“KONSERVASI HARIMAU SUMATERA” oleh : Yayasan Penyelamatan dan Konservasi Harimau

Sumatera.

“Harimau Sumatera Nyaris Punah” oleh : Chaidir Anwar Tanjung. (paragraf 2)

Departemen Kehutanan RI. 2007. Strategi Dan Rencana Aksi Konservasi Harimau Sumatera (Panthera

tigris sumatrae) 2007 – 2017.

Mengenal Harimau Sumatera. www.bukit30.org/fauna.php?bagian=fauna16. Diakses tanggal 3

November 2009.

Mengenal Harimau Sumatera oleh : Hasri Abdillah dkk. ( paragraf 7-8 )

Survei Pengenalan Kawasan Ekosistem Barumun Raya. 2009. Laporan Survei Biopalas-USU dan

Sumatra Rainforest Institute (SRI).

Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatraensis) oleh : Waldemar Hasiholan. (paragraf 1, 3-4, 7-14,

18, 25-26)

“Kemaluan Harimau Jantan Dihargai Rp10 Juta” oleh : Banda Haruddin Tanjung (paragraf 4-7)

“Kampanye “The Year of Tiger 2010” diluncurkan” oleh : WWF” ( Paragraf 1 )

“Perlu Strategi Menyelamatkan Harimau Sumatra oleh : Nanang Mairiadi” ( Paragraf 17-18 )

“Ayo Cegah Kepunahan Harimau Sumatera” oleh : Abdi ( Paragraf 2, 10-14, 18 )

http://www.walhi.or.id/in/kampanye/hutan-dan-perkebunan/192-penebangan-liar/1033-harimau-

sumatera-mengganas

http://www.walhi.or.id/in/kampanye/hutan-dan-perkebunan/192-penebangan-liar/1033-harimau-

sumatera-mengganas

http://id.wikipedia.org/wiki/Harimau_sumatera