Konservasi satwa liar
date post
26-Jun-2015Category
Documents
view
5.794download
96
Embed Size (px)
Transcript of Konservasi satwa liar
- 1. Konservasi Satwa Liar
2. Apa itu satwa liar
- Semua satwa yang hidup liar/tidak dipelihara manusia
- Dilindungi ataupun tidak dilindungi
- Baik di lingkungan alami ataupun buatan
- Belum mengalami domestifikasi (dimanfaatkan oleh manusia)
- Dalam jumlah yang melimpah hingga sangat terbatas.
3. Manfaat ekonomis: 4. Nilai Budaya: 5. 6.
- Pembasmi hama (burung t y t oalba), pembantu penyerbukan di alam,
Manfaat ekonomis: 7. Dasar Hukum
- CITES ( Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora ) 1973 jo Keppres No. 43 Thn 1978
- UU No. 5 Thn 1990 ttg KSDAHE
- PP No. 7 Thn 1999 ttg Pengawetan Jenis Tumbuhan & Satwa
- PP No. 8 Thn 1999 ttg Pemanfaatan Jenis Tumbuhan & Satwa Liar
8. Apa saja yang dilakukan?
- Menetapkan status konservasi satwa liar.
- Melakukan penelitian2.
- Kampanye dan sosialisasi.
- Pembentukan kawasan konservasi.
- Pemberantasan perdagangan ilegal satwa liar
9. CITES 1973
- Misi dan tujuanmenghindarkan jenis-jenis tumbuhan dan satwa dari kepunahan di alam melalui pengembangan sistem pengendalian perdagangan jenis-jenis tumbuhan dan satwa serta produk-produknya secara internasional.
- Ada 4 (empat) hal pokok yang menjadi dasarkonvensi:
- Perlunya perlindungan jangka panjang terhadap tumbuhan dan satwa liar,
- Meningkatnya nilai sumber tumbuhan dan satwa liar bagi manusia,
- Peran dari masyarakat dan negara dalam usaha perlindungan tumbuhan dan satwa liar sangat tinggi,
- Makin mendesaknya kebutuhan suatu kerjasama internasional untuk melindungi jenis-jenis tersebut dari over exploitasi melalui kontrol perdagangan internasional.
10. IUCN Red List Category 11. Konsep Pengelolaan menurut CITES
- Diserahkan pdOtoritas Pengelola ( Management Authority ) dan Otoritas Keilmuan ( Scientific Authority ).
- Species dapat diperdagangkan sesuai prinsipnon-detriment finding perdagangan suatu jenis tumbuhan dan satwa liar tidak akan mengakibatkan rusaknya potensi populasi tumbuhan dan satwa liar (TSL) tersebut di habitat alamnya.
- Kewajiban dlm Legislasi Nasional harus dapat:
- Menunjuk satu/lebih Management&Scientific Authority,
- Melarang perdagangan spesimen yang melanggar ketentuan konvensi,
- Menghukum perdagangan yang melanggar,
- Melakukan penyitaan terhadap spesimen-spesimen yang diperdagangkan atau dimiliki secara illegal.
12. Konsep Pengawetan (dlm PP)
- Pengawetan adalah upaya untuk menjaga agar keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya baik di dalam maupun di luar habitatnya tidak punah .
- Tujuan:
- menghindarkan jenis tumbuhan dan satwa dari bahaya kepunahan;
- menjaga kemurnian genetik dan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa;
- memelihara keseimbangan dan kemantapan ekosistem yang ada .
- Upaya:
- penetapan dan penggolongan yang dilindungi dan tidak dilindungi;
- pengelolaan jenis tumbuhan dan satwa serta habitatnya;
- pemeliharaan dan pengembangbiakan
13. Konsep Perlindungan (dlm PP)
- Kriteria utk ditetapkan status dilindungi
- mempunyai populasi yang kecil;
- adanya penurunan yang tajam pada jumlah individu di alam;
- daerah penyebaran yang terbatas (endemik).
- dapat diubah statusnya menjadi tidak dilindungi apabila populasinya telah mencapai tingkat pertumbuhan tertentu
- Bentuk kegiatan dalam lingkupin-situ protection
- Identifikasi;
- Inventarisasi;
- Pemantauan;
- Pembinaan habitat dan populasinya;
- Penyelamatan jenis;
- Pengkajian, penelitian dan pengembangannya.
14. 15. Alur Kerja Konservasi TSL
- Sistem perijinan standar CITES & upaya kontrol diberikan o/ Ditjen PHKA Dephut, dibantu UPT BKSDA di tiap provinsi
- LIPI: otoritas keilmuan, dan memiliki wwng mberikan rekomendasi jumlah & jenis TSL yg dpt diperdagangkan;
- Dirjen Bea Cukai: wwng dlm melakukan pemeriksaan dokumen ekspor yg dimiliki para eksportir;
- Badan Karantina Pertanian Deptan: wwng melakukan tindak karantina u/ memeriksa kesehatan jenis TSL serta kelengkapan & kesesuaian spesimen dgn dokumen;
- Pusat Karantina Ikan DKP: idem u/ ikan;
- POLRI: wwng melakukan penyidikan tindak pidana di bidang KSDAHE, tmsk perdagangan illegal TSL (bersama2 PPNS Kehutanan);
- Deperindag: wwng dlm fasilitasi legalitas usaha di bidang perdagangan TSL kpd para eksportir
16. 17. Konsep Pemanfaatan (dlm PP)
- P emanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar dilaksanakan dalam bentuk:
- a.Pengkajian, penelitian dan pengembangan;
- b. Penangkaran;
- c. Perburuan;
- d. Perdagangan;
- e. Peragaan;
- f. Pertukaran;
- g.Budidaya tanaman obat-obatan; dan
- h.Pemeliharaan untuk kesenangan.
18. Perburuan
- Perburuan jenis satwa liar dilakukan untuk keperluan olah raga buru (sport hunting), perolehan trofi (hunting trophy), danperburuan tradisional oleh masyarakat setempat
- Perburuankonservasi??
19. Pengendalian Perdagangan
- Quota
- Penetapan kuota pengambilan/penangkapan TSL didasarkan pd prinsip kehati-hatian ( precautionary principle ) & dasar2 ilmiah u/ mncegah terjadinya kerusakan atau degradasi populasi ( non-detriment finding );
- 2. Perizinan
- Perdagangan jenis TSL hanya dpt dilakukan oleh Badan Usaha yang didirikan menurut hukum Indonesia, dan mendapat izin dari PemerintahTiga izin pemanfaatan TSL:
- izin mengambil atau menangkap TSL, diterbitkan BKSDA,
- izin sebagai pengedar TSL DN, diterbitkan BKSDA, dan
- izin sebagai pengedar TSL LN, diterbitkan Ditjen PHKA.
20. Izin Penangkaran
- Macam Penangkaran:
- Captive Breeding(pengembangbiakan satwa dalam lingkungan terkontrol)
- Rearing/Ranching(pembesaran anakan dari telur/anakan dari habitat alam)
- Artificial Propagation(perbanyakan tumbuhan secara buatan)
- Transplantation(budidaya) koral
- Izin diberikan utk tiga kategori:
- TSL dilindungi & masuk dlm CITES, izin dr Ditjen PHKA
- TSL tdk dilindungi & masuk CITES, izin dr Kepala Balai KSDA;
- TSL tdk dilindungi & tdk masuk CITES, izin dr Kepala Dinas tk Provinsi.
21. 22. Tujuan Penangkaran
- Mendapatkan spesimen tumbuhan dan satwa liar dalam jumlah, mutu, kemurnian jenis dan keanekaragaman genetik yang terjamin, untuk kepentingan pemanfaatan sehingga mengurangi tekanan langsung terhadap populasi alam,
- Mendapatkan kepastian secara administratif maupun secara fisik bahwa pemanfaatan spesimen tumbuhan atau satwa liar yang dinyatakan berasal dari kegiatan penangkaran adalah benar-benar berasal dari kegiatan penangkaran
23.
- TSL baik yg dilindungi maupun yg tdk dilindungi dpt dimintakan izin utk penangkaran, kecuali:
- ANOA
- BABI RUSA
- BADAK JAWA
- BADAK SUMATERA
- BIAWAK KOMODO
- CENDERAWASIH
- ELANG JAWA, GARUDA
- HARIMAU SUMATERA
- LUTUNG MENTAWAI
- ORANG UTAN
- OWA JAWA
- TUMBUHAN JENIS RAFLESIA
24. Level perlindungan utama:
- A noa (Anoa depressicornis, Anoa quarlesi);
- Babi rusa (Babyrousa babyrussa);
- Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus);
- Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis);
- Biawak Komodo (Varanus komodoensis);
- Cendrawasih (Seluruh jenis dari famili Paradiseidae);
- Elang Jawa, Elang Garuda (Spizaetus bartelsi);
- Harimau Sumatera (Phantera tigris sumatrae);
- Lutung Mentawai (Presbytis potenziani);
- Orangutan (Pongo pygmaeus);
- Owa Jawa (Hylobates moloch)
25. Makna Pelestarian SDA hayati
- Pasal 19
- Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhad