Konservasi satwa liar

31
Konservasi Satwa Liar

Transcript of Konservasi satwa liar

Page 1: Konservasi satwa liar

Konservasi Satwa Liar

Page 2: Konservasi satwa liar

Apa itu satwa liar

• Semua satwa yang hidup liar/tidak dipelihara manusia

• Dilindungi ataupun tidak dilindungi

• Baik di lingkungan alami ataupun buatan

• Belum mengalami domestifikasi (dimanfaatkan oleh manusia)

• Dalam jumlah yang melimpah hingga sangat terbatas.

Page 3: Konservasi satwa liar

Manfaat ekonomis:

Page 4: Konservasi satwa liar

Nilai Budaya:

Page 5: Konservasi satwa liar
Page 6: Konservasi satwa liar

Manfaat ekonomis:

• Pembasmi hama (burung tyto alba), pembantu penyerbukan di alam,

Page 7: Konservasi satwa liar

Dasar Hukum

• CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) 1973 jo Keppres No. 43 Thn 1978

• UU No. 5 Thn 1990 ttg KSDAHE

• PP No. 7 Thn 1999 ttg Pengawetan Jenis Tumbuhan & Satwa

• PP No. 8 Thn 1999 ttg Pemanfaatan Jenis Tumbuhan & Satwa Liar

Page 8: Konservasi satwa liar

Apa saja yang dilakukan?

• Menetapkan status konservasi satwa liar.

• Melakukan penelitian2.

• Kampanye dan sosialisasi.

• Pembentukan kawasan konservasi.

• Pemberantasan perdagangan ilegal satwa liar

Page 9: Konservasi satwa liar

CITES 1973• Misi dan tujuan menghindarkan jenis-jenis tumbuhan dan

satwa dari kepunahan di alam melalui pengembangan sistem pengendalian perdagangan jenis-jenis tumbuhan dan satwa serta produk-produknya secara internasional.

• Ada 4 (empat) hal pokok yang menjadi dasar konvensi:

– Perlunya perlindungan jangka panjang terhadap tumbuhan dan satwa liar,

– Meningkatnya nilai sumber tumbuhan dan satwa liar bagi manusia,

– Peran dari masyarakat dan negara dalam usaha perlindungan tumbuhan dan satwa liar sangat tinggi,

– Makin mendesaknya kebutuhan suatu kerjasama internasional untuk melindungi jenis-jenis tersebut dari over exploitasi melalui kontrol perdagangan internasional.

Page 10: Konservasi satwa liar

IUCN Red List Category

Page 11: Konservasi satwa liar

Konsep Pengelolaan menurut CITES

• Diserahkan pd Otoritas Pengelola (Management Authority) dan Otoritas Keilmuan (Scientific Authority).

• Species dapat diperdagangkan sesuai prinsip non-detriment finding perdagangan suatu jenis tumbuhan dan satwa liar tidak akan mengakibatkan rusaknya potensi populasi tumbuhan dan satwa liar (TSL) tersebut di habitat alamnya.

• Kewajiban dlm Legislasi Nasional harus dapat:– Menunjuk satu/lebih Management&Scientific Authority,– Melarang perdagangan spesimen yang melanggar ketentuan

konvensi,– Menghukum perdagangan yang melanggar,– Melakukan penyitaan terhadap spesimen-spesimen yang

diperdagangkan atau dimiliki secara illegal.

Page 12: Konservasi satwa liar

Konsep Pengawetan (dlm PP) Pengawetan adalah upaya untuk menjaga agar

keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya baik di dalam maupun di luar habitatnya tidak punah.

Tujuan: menghindarkan jenis tumbuhan dan satwa dari bahaya

kepunahan; menjaga kemurnian genetik dan keanekaragaman jenis tumbuhan

dan satwa; memelihara keseimbangan dan kemantapan ekosistem yang ada.

Upaya: penetapan dan penggolongan yang dilindungi dan tidak dilindungi;

pengelolaan jenis tumbuhan dan satwa serta habitatnya; pemeliharaan dan pengembangbiakan

Page 13: Konservasi satwa liar

Konsep Perlindungan (dlm PP) Kriteria utk ditetapkan status “dilindungi”

mempunyai populasi yang kecil; adanya penurunan yang tajam pada jumlah individu di alam; daerah penyebaran yang terbatas (endemik).

dapat diubah statusnya menjadi tidak dilindungi apabila populasinya telah mencapai tingkat pertumbuhan tertentu

Bentuk kegiatan dalam lingkup in-situ protection1. Identifikasi;

2. Inventarisasi;

3. Pemantauan;

4. Pembinaan habitat dan populasinya;

5. Penyelamatan jenis;

6. Pengkajian, penelitian dan pengembangannya.

Page 14: Konservasi satwa liar
Page 15: Konservasi satwa liar

Alur Kerja Konservasi TSL Sistem perijinan standar CITES & upaya kontrol diberikan o/

Ditjen PHKA Dephut, dibantu UPT BKSDA di tiap provinsi LIPI: otoritas keilmuan, dan memiliki wwng m’berikan

rekomendasi jumlah & jenis TSL yg dpt diperdagangkan; Dirjen Bea Cukai: wwng dlm melakukan pemeriksaan dokumen

ekspor yg dimiliki para eksportir; Badan Karantina Pertanian Deptan: wwng melakukan tindak

karantina u/ memeriksa kesehatan jenis TSL serta kelengkapan & kesesuaian spesimen dgn dokumen;

Pusat Karantina Ikan DKP: idem u/ ikan; POLRI: wwng melakukan penyidikan tindak pidana di bidang

KSDAHE, tmsk perdagangan illegal TSL (bersama2 PPNS Kehutanan);

Deperindag: wwng dlm fasilitasi legalitas usaha di bidang perdagangan TSL kpd para eksportir

Page 16: Konservasi satwa liar
Page 17: Konservasi satwa liar

Konsep Pemanfaatan (dlm PP) Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar

dilaksanakan dalam bentuk: a. Pengkajian, penelitian dan pengembangan;

b. Penangkaran;

c. Perburuan;

d. Perdagangan;

e. Peragaan;

f. Pertukaran;

g. Budidaya tanaman obat-obatan; dan

h. Pemeliharaan untuk kesenangan.

Page 18: Konservasi satwa liar

Perburuan

Perburuan jenis satwa liar dilakukan untuk keperluan olah raga buru (sport hunting), perolehan trofi (hunting trophy), dan perburuan tradisional oleh masyarakat setempat

Perburuan konservasi??

Page 19: Konservasi satwa liar

Pengendalian Perdagangan

1. Quota

Penetapan kuota pengambilan/penangkapan TSL didasarkan pd prinsip kehati-hatian (precautionary principle) & dasar2 ilmiah u/ mncegah terjadinya kerusakan atau degradasi populasi (non-detriment finding);

2. Perizinan

Perdagangan jenis TSL hanya dpt dilakukan oleh Badan Usaha yang didirikan menurut hukum Indonesia, dan mendapat izin dari Pemerintah Tiga izin pemanfaatan TSL:1. izin mengambil atau menangkap TSL, diterbitkan BKSDA,

2. izin sebagai pengedar TSL DN, diterbitkan BKSDA, dan

3. izin sebagai pengedar TSL LN, diterbitkan Ditjen PHKA.

Page 20: Konservasi satwa liar

Izin Penangkaran

Macam Penangkaran:

• Captive Breeding (pengembangbiakan satwa dalam lingkungan terkontrol)

• Rearing/Ranching (pembesaran anakan dari telur/anakan dari habitat alam)

• Artificial Propagation (perbanyakan tumbuhan secara buatan)

• Transplantation (budidaya) koral

Izin diberikan utk tiga kategori:

• TSL dilindungi & masuk dlm CITES, izin dr Ditjen PHKA

• TSL tdk dilindungi & masuk CITES, izin dr Kepala Balai KSDA;

• TSL tdk dilindungi & tdk masuk CITES, izin dr Kepala Dinas tk Provinsi.

Page 21: Konservasi satwa liar
Page 22: Konservasi satwa liar

Tujuan Penangkaran

• Mendapatkan spesimen tumbuhan dan satwa liar dalam jumlah, mutu, kemurnian jenis dan keanekaragaman genetik yang terjamin, untuk kepentingan pemanfaatan sehingga mengurangi tekanan langsung terhadap populasi alam,

• Mendapatkan kepastian secara administratif maupun secara fisik bahwa pemanfaatan spesimen tumbuhan atau satwa liar yang dinyatakan berasal dari kegiatan penangkaran adalah benar-benar berasal dari kegiatan penangkaran

Page 23: Konservasi satwa liar

TSL baik yg dilindungi maupun yg tdk dilindungi dpt dimintakan izin utk penangkaran, kecuali:

ANOA BABI RUSA BADAK JAWA BADAK SUMATERA BIAWAK KOMODO CENDERAWASIH ELANG JAWA, GARUDA HARIMAU SUMATERA LUTUNG MENTAWAI ORANG UTAN OWA JAWA TUMBUHAN JENIS RAFLESIA

Page 24: Konservasi satwa liar

Level perlindungan utama:

a. Anoa (Anoa depressicornis, Anoa quarlesi);

b. Babi rusa (Babyrousa babyrussa);

c. Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus);

d. Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis);

e. Biawak Komodo (Varanus komodoensis);

f. Cendrawasih (Seluruh jenis dari famili Paradiseidae);

g. Elang Jawa, Elang Garuda (Spizaetus bartelsi);

h. Harimau Sumatera (Phantera tigris sumatrae);

i. Lutung Mentawai (Presbytis potenziani);

j. Orangutan (Pongo pygmaeus);

k. Owa Jawa (Hylobates moloch)

Page 25: Konservasi satwa liar

Makna Pelestarian SDA hayatiPasal 19(1) Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat

mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan kawasan suaka alam.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1) tidak termasuk kegiat an pembinaan Habitat untuk kepentingan satwa di dalam suaka marga satwa.

(3) Perubahan terhadap keutuhan kawasan suaka alam sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi mengurangi, menghilangkan fungsi dan luas kawasan suaka alam, serta menambah jenis tumbuhan dan satwa lain yang tidak asli.

Page 26: Konservasi satwa liar

Pasal 21

1)Setiap orang dilarang untuk :a. mengambil, menebang, memiliki, merusak, memusnahkan, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagiannya dalam keadaan hidup atau mati;

b. mengeluarkan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagiannya dalam keadaan hidup atau mati dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia.

Page 27: Konservasi satwa liar

2) Setiap orang dilarang untuk:a. menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki,

memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup;

b. menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan mati

c. mengeluarkan satwa yang dilindungi dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia;

d. memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh atau bagian-bagian lain satwa yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian satwa tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia;

e. mengambil, merusak, memusnahkan, memperniagakan, menyimpan atau memiliki telur dan/atau sarang satwa yang dilindungi.

Page 28: Konservasi satwa liar

Pasal 22

(1) Pengecualian dari larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 hanya dapat dilakukan untuk keperluan penelitian, ilmu pengetahuan, dan/atau penyelamatan jenis tumbuhan dan satwa yang bersangkutan.

(2) Termasuk dalam penyelamatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pemberian atau penukaran jenis tumbuhan dan satwa kepada pihak lain di luar negeri dengan izin Pemerintah.

(3) Pengecualian dari larangan menangkap, melukai, dan membunuh satwa yang dilindungi dapat pula dilakukan dalam hal oleh karena suatu sebab satwa yang dilindungi membahayakan kehidupan manusia

Page 29: Konservasi satwa liar

Kewenangan Penyidikana. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau

keterangan berkenaan dengan tindak pidana di bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya;

b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak pidana di bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya;

c. memeriksa tanda pengenal seseorang yang berada dalam kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam;

d. melakukan penggeledahan dan penyitaan barang bukti tindak pidana di bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya;

e. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya;

f. membuat dan menandatangani berita acara;g. menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup

bukti tentang adanya tindak pidana di bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

Page 30: Konservasi satwa liar

Fakta• Sebanyak 40% satwa liar yang diperdagangkan mati akibat proses

penangkapan yang menyakitkan, pengangkutan yang tidak memadai, kandang sempit dan makanan yang kurang.

• 60% mamalia yang diperdagangkan di pasar burung adalah jenis yang langka dan dilindungi undang-undang.

• 70% primata dan kakatua yang dipelihara masyarakat menderita penyakit dan penyimpangan perilaku.

• Lebih dari 100.000 burung paruh bengkok setiap tahunnya ditangkap dari alam Papua dan Maluku. Penangkapan ini juga melibatkan oknum militer.

• Burung paruh bengkok (nuri dan kakatua) ditangkap dari alam dengan cara-cara yang menyiksa dan menyakitkan satwa. Bulunya dicabuti agar tidak bisa terbang.

• Setiap tahunnya ada sekitar 1000 ekor orangutan Kalimantan yang diselundupkan ke Jawa dan juga luar negeri. Sebagian besar orangutan yang diperdagangkan adalah masih bayi.

• Sekitar 3000 owa dan siamang setiap tahunnya diburu untuk diperdagangkan di dalam negeri dan diselundupkan ke luar negeri

Page 31: Konservasi satwa liar