i
KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS TOMAT TERHADAP
NEMATODA PURU AKAR (Meloidogyne spp.)
MILA NURKAMILA
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Ketahanan Beberapa
Varietas Tomat Terhadap Nematoda Puru Akar (Meloidogyne spp.)” adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2017
Mila Nurkamila
NIM A34120013
iv
v
ABSTRAK
MILA NURKAMILA. Ketahanan Beberapa Varietas Tomat Terhadap Nematoda
Puru Akar (Meloidogyne spp.). Dibimbing oleh ABDUL MUIN ADNAN.
Meloidogyne spp. merupakan nematoda penting yang dapat menyebabkan
kehilangan hasil 24-100% di daerah tropis. Sembilan varietas tomat telah diuji
ketahanannya terhadap nematoda puru akar (Meloidogyne spp.). Tanaman
berumur 14 HST di dalam polibag berisi 1 liter tanah diinfestasi dengan 500 larva
dua (L2). Percobaan dilaksanakan dalam rancangan acak lengkap dengan tiga
ulangan. Pengamatan dilakukan pada enam minggu setelah infestasi terhadap
jumlah puru, jumlah nematoda yang mencapai fase reproduksi dan kepadatan
akhir tiap tanaman. Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan indeks reproduksi,
tidak ada satupun varietas uji yang tahan terhadap Meloidogyne spp. Kriteria
ketahanan paling tinggi adalah moderat tahan (M) terjadi pada 4 varietas, yaitu
Marta, Viona, Victoria dan New Mutiara, agak rentan (AR) terjadi pada 4
varietas, yaitu Permata, Palupi, Rizky Seed, dan F9-54-3-1, serta tingkat
ketahanan yang paling rendah yaitu rentan (R) hanya terjadi pada satu varietas
yaitu G-Sakina.
Kata kunci: Meloidogyne spp., nematoda puru akar, resistensi, tomat
ABSTRACT
MILA NURKAMILA. Resistance of Several Tomato Varieties to Root-Knot
Nematodes (Meloidogyne spp.). Supervised by ABDUL MUIN ADNAN.
Meloidogyne spp. are the important nematodes which cause 24-100% yield
loss on tomato in tropical area. This study aim were to determine the resistance of
nine varieties of tomato plants against root knot nematodes (Meloidogyne spp.).
Tomato plant was 14 day after planting (DAP) in the polybag containing 1 liter of
growth media infested with 500 larvae (L2) Meloidogyne spp. The experiment
was conducted in a completely randomized design with three replications. The
observations were made at six weeks after infestation (WAI) to the amount of
gall, the number of nematodes that reached the reproductive phase and the final
density nematode of each plant. Based on the reproduction index, none of variety
tested were resistant to Meloidogyne spp. The highest resistance criteria which is
moderately resistant (M) occured at four varieties, they were Marta, Viona,
Victoria and New Pearls, rather susceptible (AR) occured at 4 varieties, they were
Permata, Palupi, F9-54-3-1 and Rizky Seed, and the lower resistance criteria which is susceptible (R) occured at one variety is G-Sakina.
Key words: Meloidogyne spp., resistance, tomato
vi
vii
©Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2017
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
viii
ix
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Proteksi Tanaman
KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS TOMAT TERHADAP
NEMATODA PURU AKAR (Meloidogyne spp.)
MILA NURKAMILA
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
x
xi
Judul Usulan : Ketahanan Beberapa Varietas Tomat Terhadap Nematoda
Puru Akar (Meloidogyne spp.)
Nama Mahasiswa : Mila Nurkamila
NIM : A34120013
Disetujui oleh
Dr Ir Abdul Muin Adnan, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Suryo Wiyono, MScAgr
Ketua Departemen
Tanggal disetujui:
xii
xiii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala atas
rahmat dan petunjukNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian tugas
akhir yang berjudul “Ketahanan Beberapa Varietas Tomat Terhadap Nematoda
Puru Akar (Meloidogyne spp.)”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Nematologi
Tumbuhan Institut Pertanian Bogor dan kebun milik petani Desa Benteng
Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor pada bulan Januari 2016 sampai Agustus
2016. Penulis ucapkan terima kasih kepada keluarga besar khususnya kedua orang
tua, kepada keluarga besar bapak Abdul Muin Adnan dan kepada keluarga besar
bapak Anwar yang selalu memberikan dukungan baik materi maupun moral.
Ucapan terimakasih kepada Dr Ir Abdul Muin Adnan, MS selaku pembimbing
akademik dan pembimbing skripsi yang banyak memberi arahan dan bimbingan
selama masa perkuliahan dan pelaksanaan tugas akhir. Ucapan terimakasih juga
penulis sampaikan kepada kepala Kebun Percobaan IPB Pasir Sarongge atas
bantuannya dalam penyediaan tanaman tomat yang terserang nematoda sebagai
sumber inokulum, rekan-rekan Laboratorium Nematologi Tumbuhan untuk
dukungan, kerjasama, dan diskusinya, kepada seluruh dosen serta tenaga
kependidikan Departemen Proteksi Tanaman, rekan-rekan Proteksi Tanaman 49,
dan rekan-rekan lain khususnya kepada erus, pipit, teh pipit, kiki, siti, dayah, dan
dian yang banyak membantu kelancaran studi hingga menyelesaikan program
pendidikan S1 dengan memberikan semangat dan dukungan. Tidak lupa penulis
sampaikan terima kasih kepada Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Dikti) yang
telah memberikan beasiswa Bidikmisi dan kepada Bank KEB Hana yang telah
memberikan beasiswa kepada penulis sehingga penulis mendapatkan kesempatan
untuk berkuliah dan menyelesaikan tugas akhir di IPB. Semoga penelitian ini
bermanfaat.
Bogor, Februari 2017
Mila Nurkamila
xiv
xv
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
BAHAN DAN METODE 3
Tempat dan Waktu 3
Bahan Penelitian 3
Penyiapan Sumber Inokulum Meloidogyne spp. 3
Bahan Tanaman 3
Penyiapan Media Tanam 3
Pembibitan 3
Metode Penelitian 3
Uji Ketahanan Varietas Tomat Terhadap Meloidogyne spp. 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
Hasil Percobaan 5
Infeksi Meloidogyne spp. pada Akar 5
Persentase Nematoda Bertelur 5
Jumlah Telur per Tanaman 6
Faktor reproduksi Meloidogyne spp. 7
Kriteria Ketahanan 7
Pembahasan 8
PENUTUP 10
Simpulan 10
Saran 10
DAFTAR PUSTAKA 11
RIWAYAT HIDUP 13
DAFTAR TABEL
1 Jumlah puru per tanaman pada 10 varietas uji 5
2 Persentase Meloidogyne spp. yang bertelur pada varietas-varietas tanaman
tomat uji
5
3 Jumlah telur Meloidogyne spp. pada varietas-varietas tanaman tomat uji 6
4 Faktor Reproduksi Meloidogyne spp. pada varietas-varietas tanaman tomat
uji
5 Derajat ketahanan varietas-varietas tomat terhadap Meloidogyne spp.
berdasar indeks reproduksi (IR) relatif terhadap tanaman indikator
7
7
xvi
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tomat merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak dikonsumsi
masyarakat, baik dalam bentuk segar maupun dalam bentuk olahan. Salah satu
kendala yang sering dihadapi petani tomat adalah adanya gangguan penyakit puru
akar yang disebabkan oleh nematoda, Meloidogyne spp. yang dikenal sebagai
nematoda puru akar (NPA).
NPA merupakan parasit tumbuhan paling penting dan paling luas
sebarannya (Jensen 1972). Nematoda ini paling luas kisaran inangnya (Overman
1997), yaitu sekitar 2000 spesies tumbuhan (Agrios 2005) bahkan menurut Jensen
(1972) sekitar 2500 jenis inang yang meliputi hampir seluruh tanaman budidaya.
Walaupun rataan kehilangan hasil tanaman hanya sekitar 5%, namun petani-petani
kecil di negara-negara sedang berkembang umumnya mengalami kerugian yang
lebih besar (Agrios 2005). Seluruh kerugian akibat serangan nematoda parasit
pada lebih dari 63 jenis tanaman di seluruh USA mencapai $1 590 696 000
(Feldmesser 1971). Pada tanaman tomat kehilangan hasil rata-rata mencapai 15%
dan jika tidak dikendalikan dengan nematisida secara berkala kehilangan hasil
bisa lebih besar (Overman 1997). Penurunan produksi tomat akibat serangan
nematoda dapat mencapai 30-100% (Sosa-Mos 1985), misalnya di Mexico
kerugian karena M. incognita dilaporkan mencapai 32%, di Amerika Tengah dan
Karibia sekitar 38%, di Amerika Selatan sekitar 27%, di Brasilia sekitar 25%, di
Afrika Barat sekitar 46%, sedangkan di Asia Tenggara sekitar 24% tergantung
pada kepadatan awal nematoda (Sasser 1979).
Pengendalian penyakit tanaman karena nematoda pada dasarnya adalah
serangkaian tindakan manusia yang bertujuan untuk menekan kepadatan
nematodanya serendah mungkin, sehingga tidak menimbulkan kerusakan pada
tanaman yang diusahakan. Hingga saat ini pengendalian nematoda yang banyak
dilakukan adalah dengan menggunakan bahan kimia sintetik (nematisida).
Penggunaan bahan kimia sintetik merupakan cara yang sering menimbulkan
masalah baru, seperti terjadinya resistansi terhadap nematoda sasaran dan
pencemaran lingkungan. Penggunaan bahan kimia secara terus menerus dalam
pengendalian nematoda dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, resurjensi
dan resistensi nematoda terhadap bahan kimia (Widmer dan Abawi 2000). Salah
satu teknik pengendalian nematoda parasit yang paling ekonomis dan efektif
adalah penggunaan varietas tanaman resisten (Mai 1985).
Varietas tanaman resisten memiliki dua tipe ketahanan, yaitu pra dan
pasca infeksi. Menurut Cook and Evans (1987) ketahanan prainfeksi dapat
digolongkan dalam 3 jenis, yaitu pertahanan fisik, kimia dan fisiologi. Pertahanan
fisik dapat berupa ketebalan jaringan yang menjadi penghalang penetrasi
nematoda parasit pada jaringan tanaman, pertahanan kimia dapat berupa senyawa
toksik yang dapat mematikan nematoda, misalnya pada Asparagus officinalis L.,
batang, akar, dan daunnya mengandung senyawa glikosid yang toksik terhadap
Trichodorus christiei Allen, dan pertahanan fisiologi terjadi jika tanaman tidak
mengandung atau memproduksi semua kebutuhan nutrisi nematoda. Keunggulan
penggunaan varietas resisten dibandingkan dengan teknik pengendalian lainnya
antara lain (i) dapat menekan reproduksi nematoda, tidak seperti halnya dengan
2
pengendalian menggunakan bahan kimia sintetik; (ii) dapat mempersingkat waktu
rotasi dan penggunaan lahan yang lebih efisien; (iii) tidak menghasilkan residu
toksik; (iv) tidak memerlukan teknik atau alat aplikasi khusus; dan (v) tidak
memerlukan biaya tambahan.
Dewasa ini belum ada informasi terbaru tentang ketahanan varietas-
varietas tomat terhadap nematoda puru akar di Indonesia, sehingga penelitian ini
bertujuan untuk memperoleh informasi tersebut.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ketahanan varietas-
varietas tomat, yang banyak diperdagangkan di kios-kios pertanian, terhadap
nematoda puru akar Meloidogyne spp.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai ketahanan
varietas-varietas tomat yang sering ditanam petani, terhadap nematoda puru akar
Meliodogyne spp. Informasi tersebut juga diharapkan dapat menjadi salah satu
komponen pengendalian dalam pengendalian NPA secara terpadu.
3
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Nematologi Tumbuhan
Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB dan kebun milik petani
Desa Benteng Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor pada bulan Januari sampai
Agustus 2016.
Bahan Penelitian
Penyiapan Sumber Inokulum Meloidogyne spp.
Meloidogyne spp. yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari
perakaran tomat yang diperoleh dari lahan Kebun Percobaan Institut Pertanian
Bogor Pasir Sarongge, Kecamatan Pacet, Cianjur. Larva instar 2 (L2)
Meloidogyne spp. diekstrak dari perakaran tomat yang menunjukkan gejala puru
dengan metode corong baerman dalam ruang pengabut selama 48 jam. Hasil
ekstraksi ditampung dalam cangkir plastik, kemudian disaring dengan
menggunakan saringan 500 mesh. L2 Meloidogyne spp. yang diperoleh dibiakkan
pada tanaman tomat berumur 2 minggu setelah bibit berumur 3 minggu ditanam.
Biakan Meloidogyne spp. siap digunakan dalam pengujian selanjutnya pada 5-6
minggu setelah infestasi.
Bahan Tanaman
Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah 9 varietas, yaitu Intan,
Permata, Marta, Viona, New Mutiara, Victoria, G-Sakina, Palupi, Rizky Seed
yang benihnya diperoleh dari kios-kios pertanian di Bogor dan Cianjur, dan 1
galur F9-54-3-1 yang benihnya diperoleh dari laboratorium Pemuliaan Tanaman,
Departemen Agronomi Hortikultura.
Penyiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan adalah tanah dari galian kolam yang telah
dikeringkan dicampur dengan pupuk kandang sapi dalam perbandingan 1:1 (v/v).
Pembibitan
Benih dari masing-masing varietas/galur (9 varietas 1 galur) tomat disemai
pada media semai campuran tanah yang disterilkan dan arang sekam 1:1 (v/v)
dalam tray, tiap lubang tray diisi 20 ml media. Selanjutnya bibit berumur 14 hari
setelah semai dipindah tanam ke polibag berisi 1 liter media tanam yang telah
disiapkan. Tiap polibag diisi 1 liter media tanam.
Metode Penelitian
Uji Ketahanan Varietas Tomat Terhadap Meloidogyne spp.
Percobaan dilakukan dalam polibag sebagai pot. Tiap pot berisi 1 liter
tanah yang ditanami 1 tanaman tomat yang sudah berumur 14 hari. Empat hari
4
setelah bibit ditanam, tiap pot diinfestasi L2 Meloidogyne spp. dengan kerapatan
500 L2 per liter tanah.
Percobaan terdiri atas 9 varietas/galur dan 1 varietas indikator. Percobaan
disusun dalam rancangan acak lengkap dengan tiga ulangan. Tiap ulangan terdiri
atas 3 pot tanaman. Dengan demikian seluruhnya terdiri atas 90 pot tanaman.
Pengamatan dilakukan terhadap jumlah puru, jumlah paket telur, jumlah
telur dan L2 tiap tanaman pada umur 42 hari setelah infestasi L2. Jumlah puru,
paket telur, dan telur dihitung dari contoh akar yang diketahui bobotnya, sedang
L2 dalam tanah tiap pot dihitung dari 500 ml contoh tanah. Jumlah puru dihitung
berdasarkan total pada setiap akar per tanaman. Penghitungan jumlah paket telur
dihitung dari tiap puru per tanaman, yaitu pada setiap puru tanaman diambil 10
puru untuk mewakili per tanaman, kemudian paket telur diamati dibawah
mikroskop stereo.
Telur dihitung dari suspensi hasil ekstraksi 10 puru yang diambil secara
komposit dari setiap tanaman menggunakan metode Hussey dan Barker (1973).
Puru direndam dalam larutan NaOCl 1%, kemudian dikocok selama 4 menit dan
segera dibilas dengan air dan disaring menggunakan saringan 500 mesh. Telur
dihitung dengan bantuan mikroskop stereo perbesaran 40x.
L2 dihitung dari suspensi hasil ektraksi menggunakan metode sentrifugasi
oleh Jenkins (1964) yang dimodifikasi oleh Caveness dan Jensen’s (1955).
Sampel tanah sebanyak 500 ml dari setiap pot ditambah air 800 ml, diaduk rata
dan diendapkan selama 30 detik. Supernatan disaring dengan saringan bertingkat
50 mesh dan 400 mesh, kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 1500 rpm
selama 5 menit, supernatan dibuang. Endapan ditambah larutan gula pasir 40%
diaduk kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 1500 rpm selama 1 menit.
Supernatan disaring sambil dibilas dengan menggunakan air bersih dalam
saringan 500 mesh. Nematoda ditampung dalam botol film untuk diamati.
Ketahanan varietas tomat dinyatakan berdasarkan nilai Indeks Reproduksi
(IR) menurut (Triantaphyllou 1975), dengan rumus sebagai berikut :
Pa pada Tu
IR = x 100%
Pa pada Ti
Pa = populasi akhir Meloidogyne spp.
Tu = varietas tanaman uji
Ti = varietas tanaman indikator, varietas Intan
Derajat ketahanan dipilahkan dalam 6 derajat ketahanan berdasarkan
indeks reproduksi (IR) menurut Taylor (1967) yang dimodifikasi, yaitu rentan (R)
jika IR > 50%, agak rentan (AR) jika 50% > IR ≥ 25% , moderat tahan (M) jika
25% > IR ≥ 10%, tahan (T) jika 10% > IR ≥ 1%, sangat tahan (ST) jika 1% > IR
≥ 0.1%, dan kebal (K) jika IR < 0.1% .
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Percobaan
Infeksi Meloidogyne spp. pada Akar
Hasil pengujian menunjukkan bahwa pada semua varietas tomat yang diuji
perakarannya mengalami infeksi oleh Meloidogyne spp. dengan terbentuknya
gejala puru. Hal ini menunjukkan bahwa semua varietas yang diuji tersebut
merupakan inang Meloidogyne spp. yang diuji. Namun demikian, jumlah puru
akar per tanaman antar varietas tanaman uji cukup bervariasi. Jika dibandingkan
dengan varietas indikator (Intan), hanya pada tiga varietas yang tidak berbeda
nyata, yaitu G-Sakina, Permata, dan Palupi, sedangkan pada 6 varietas lainnya,
Marta, Viona, Victoria, Rizky Seed, New Mutiara, dan F9-54-3-1 secara nyata
lebih rendah dibandingkan dengan pada varietas Intan (Tabel 1). Hal ini
menunjukkan bahwa berdasarkan jumlah puru per tanaman, 6 varietas lebih tahan
dibandingkan dengan varietas Intan. Perbedaan ketahanan ini diduga sangat erat
kaitannya dengan ketahanan prainfeksi. Pada 6 varietas yang lebih tahan jumlah
nematoda yang mampu menginfeksi secara nyata lebih sedikit dibandingkan
dengan pada varietas Intan.
Tabel 1 Jumlah puru per tanaman pada 10 varietas uji
No Varietas Jumlah puru per tanamanb
1 Intana 400.0 ab
2 G-Sakina 475.3 a
3 Permata 328.7 bc
4 Marta 151.0 d
5 Viona 135.0 d
6 Palupi 303.0 bc
7 Victoria 158.0 d
8 F9-54-3-1 248.0 cd
9 New Mutiara 231.0 cd
10 Rizky Seed 144.1 d a
Varietas indikator, bAngka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan
uji Duncan pada taraf 5%.
Persentase Nematoda Bertelur
Persentase nematoda bertelur atau persentase nematoda yang mencapai
fase reproduksi, dihitung berdasarkan jumlah puru yang terdapat paket telur
terhadap jumlah puru yang diamati. Nematoda yang mencapai fase reproduksi,
pada semua varietas yang diuji secara nyata lebih rendah dibandingkan dengan
pada varietas Intan (indikator) dan antar varietas uji tidak menunjukkan adanya
perbedaan nyata (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa persentase nematoda yang
mencapai fase reproduksi pada semua varietas yang diuji lebih rendah dibandingkan dengan pada tanaman indikator, merupakan indikasi bahwa enam
varietas tomat uji tidak cukup menyediakan nutrisi secara optimal untuk
mendukung reproduksi Meloidogyne spp. seperti pada varietas indikator.
6
Fenomena ini merupakan ketahanan pasca infeksi, yang erat kaitannya dengan
tidak tersedianya nutrisi yang mendukung perkembangan nematoda (Rohde 1965).
Tabel 2 Persentase Meloidogyne spp. yang bertelur pada varietas-varietas
tanaman tomat uji
No Varietas Nematoda bertelur (%)b
1 Intana 5.33 a
2 G-Sakina 0.67 b
3 Permata 1.30 b
4 Marta 2.00 b
5 Viona 2.33 b
6 Palupi 0.33 b
7 Victoria 2.33 b
8 F9-54-3-1 1.33 b
9 New Mutiara 1.00 b
10 Rizky Seed 1.00 b a
varietas indikator, b
Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji
Duncan pada taraf 5%
Jumlah Telur per Tanaman
Jumlah telur Meloidogyne spp. per tanaman agak bervariasi tergantung
pada varietas. Jumlah telur per tanaman pada semua varietas uji secara nyata lebih
rendah dibandingkan dengan varietas Intan (indikator) (Tabel 3). Jumlah telur
pada varietas-varietas tanaman uji yang secara nyata lebih rendah hanya terjadi
pada varietas Marta dengan G-Sakina dan galur F9-54-3-1, sedangkan antar
varietas lainnya, yaitu varietas Permata, Viona, New Mutiara, Palupi, Victoria,
dan Rizky Seed tidak menunjukkan perbedaan nyata. Hal ini menunjukkan bahwa
varietas Marta lebih tahan jika dibandingkan dengan varietas G-Sakina dan F9-54-
3-1 dan cenderung lebih tahan dibandingkan dengan varietas yang lainnya
(Permata, Viona, New Mutiara, Palupi, Victoria, dan Rizky Seed).
Tabel 3 Jumlah telur Meloidogyne spp. pada varietas-varietas tanaman
tomat uji
No Varietas Telur/tanamanb
1 Intana 188 193 a
2 G-Sakina 101 167 b
3 Permata 55 238 bcd
4 Marta 20 347 d
5 Viona 43 420 cd
6 Palupi 52 757 bcd
7 Victoria 37 992 cd
8 F9-54-3-1 78 891 bc
9 New Mutiara 44 178 cd
10 Rizky Seed 69 364 bcd a
varietas indikator, b
Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan
uji Duncan pada taraf 5%.
7
Faktor reproduksi Meloidogyne spp.
Faktor reproduksi ditentukan berdasarkan kepadatan akhir dibagi
kepadatan awal Meloidogyne spp. Kepadatan akhir merupakan jumlah telur dan
L2 per tanaman. Sama halnya dengan jumlah puru tiap tanaman, faktor reproduksi
pada semua varietas yang diuji secara nyata lebih rendah dibandingkan dengan
pada varietas Intan (indikator) (Tabel 4). Faktor reproduksi pada varietas Marta
secara nyata lebih rendah dibandingkan dengan pada varietas G-Sakina dan F9-
54-3-1, sedangkan antar varietas lainnya, yaitu varietas Permata, Viona, New
Mutiara, Palupi, Victoria, dan R. Seed tidak menunjukkan perbedaan nyata.
Tabel 4 Faktor Reproduksi Meloidogyne spp. pada varietas-varietas
tanaman tomat uji
No Varietas Faktor Reproduksi b
1 Intan a 377.13 a
2 G-Sakina 202.68 b
3 Permata 110.88 bcd
4 Marta 41.09 d
5 Viona 87.08 cd
6 Palupi 105.93 bcd
7 Victoria 76.84 cd
8 F9-54-3-1 158.77 bc
9 New Mutiara 88.56 cd
10 Rizky Seed 138.98 bcd a
varietas indikator , b
Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda
nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 5%.
Kriteria Ketahanan
Kriteria ketahanan ditentukan berdasarkan indeks reproduksi yang
merupakan kepadatan akhir pada tanaman uji dibagi kepadatan akhir pada varietas
indikator (Intan).
Tabel 5 Derajat ketahanan varietas-varietas tomat terhadap Meloidogyne spp.
berdasar indeks reproduksi (IR) relatif terhadap tanaman indikator
No Varietas IR (%)a
Derajat Ketahananb
1 Intan (indikator) 100.00 a R
2 G-Sakina 60.80 b R
3 Permata 33.60 bc AR
4 Marta 11.29 c M
5 Viona 24.85 c M
6 Palupi 30.39 bc AR
7 Victoria 19.89 c M
8 F9-54-3-1 42.04 bc AR
9 New Mutiara 24.42 c M
10 Rizky Seed 43.12 bc AR a
Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 5%, bR= Rentan, AR = Agak Rentan, M = Moderat tahan.
8
Hasil pengujian menunjukkan bahwa dari 9 varietas/galur tomat yang diuji
terdapat 3 kriteria ketahanan, yaitu rentan (R), agak rentan (AR) dan moderat
tahan (M) (Tabel 5), tidak satupun varietas yang tahan terhadap Meloidogyne spp.
Tingkat ketahanan yang paling tinggi yaitu moderat tahan (M) terjadi pada 4
varietas, yaitu Marta, Viona, Victoria dan New Mutiara, dengan indeks reproduksi
berturut-turut 11.29, 24.85, 24.42 dan 19.89%. Sementara itu, kriteria ketahanan
agak rentan (AR), terjadi pada 4 varietas, yaitu Permata, Palupi, F9-54-3-1 dan
Rizky Seed, dengan indeks reproduksi berturut-turut 33.60, 30.39, 42.04 dan
43.12 %, serta tingkat ketahanan yang paling rendah yaitu rentan (R) hanya terjadi
pada satu varietas yaitu G-Sakina dengan indeks reproduksi 60.80%.
Pembahasan
Berdasarkan rataan parameter yang diamati, yaitu jumlah puru tiap tanaman,
persentase nematoda yang mencapai fase reproduksi, jumlah telur tiap paket telur
dan kepadatan akhir (jumlah telur dan L2 per tanaman atau pot) dapat dikatakan
bahwa varietas/galur tanaman tomat yang diuji memiliki mekanisme ketahanan
prainfeksi dan pasca infeksi. Ketahanan prainfeksi ditunjukkan oleh jumlah puru
tiap tanaman yang lebih rendah pada varietas-varietas uji jika dibandingkan
dengan pada varietas indikator (Intan). Sementara itu, ketahanan pasca infeksi
ditunjukkan oleh parameter yang lebih rendah dalam persentase Meloidogyne spp.
yang dapat mencapai fase reproduksi, jumlah telur per puru akar dan kepadatan
akhir Meloidogyne spp.
Ketahanan tanaman terhadap Meloidogyne spp. dapat terjadi sebelum larva
masuk ke dalam jaringan tanaman disebut ketahanan prainfeksi dan sesudah larva
masuk ke dalam jaringan tanaman disebut ketahanan pasca infeksi (Wallace
1973). Menurut Cook and Evans (1987) ketahanan prainfeksi dapat digolongkan
dalam 3 jenis, yaitu pertahanan fisik, kimia dan fisiologi. Pertahanan fisik dapat
berupa ketebalan jaringan yang menjadi penghalang penetrasi nematoda parasit
pada jaringan tanaman, pertahanan kimia dapat berupa senyawa toksik yang dapat
mematikan nematoda, misalnya pada Asparagus officinalis L., batang, akar dan
daunnya mengandung senyawa glikosida yang toksik terhadap Trichodorus
christiei Allen, dan pertahanan fisiologi terjadi jika tanaman tidak mengandung
atau memproduksi semua kebutuhan nutrisi nematoda. Ketahanan prainfeksi
dalam hasil penelitian ini dikaitkan dengan jumlah puru per tanaman yang lebih
rendah pada 9 varietas/galur tomat uji dibandingkan tanaman indikator, tetapi
tidak diketahui mekanisme mana yang memberikan pengaruh terhadap ketahanan
prainfeksi terhadap Meloidogye spp.
Ketahanan pasca infeksi terjadi setelah nematoda melakukan infeksi.
Tanaman yang tahan terhadap Meloidogyne spp. kebanyakan memiliki tipe
ketahanan pasca infeksi. Larva Meloidogyne spp. mampu melakukan penetrasi
dalam jumlah dan pola yang berimbang, baik dalam jaringan varietas tanaman
tahan maupun varietas tanaman rentan (Hadisoeganda dan Sasser 1982). Daya
tahan ditentukan oleh interaksi antara inang dan parasit. Apabila Meloidogyne
spp. tidak berhasil membentuk feeding-site yang menyediakan nutrisi untuk
perkembangannya, maka tanaman memiliki daya tahan menghadapi Meloidogyne
spp. tersebut. Ketahanan pasca infeksi dipengaruhi berbagai faktor dan bersifat
kompleks antara lain: 1. Tersintesis dan terakumulasinya senyawa fitoaleksin
sebagai respon terhadap infeksi patogen termasuk nematoda (Paxton 1980); 2.
9
Senyawa toksin yang sudah ada dalam jaringan tanaman sebelum terjadinya
infeksi nematoda, senyawa tersebut kebanyakan dari kelompok fenol (Giebel
1974) yang gejala ketahanannya ditandai dengan adanya luka nekrosis pada
epidermis; 3. Terjadinya reaksi hipersensitif yang mengakibatkan nematoda mati,
misalnya pada tomat varietas Warior yang tahan terhadap Meloidogyne spp.
(Dropkin 1969); 4. Kuantitas dan kualitas nutrisi dalam jaringan tanaman yang
diperlukan oleh nematoda, ketiadaan jenis nutrisi tertentu dapat memaksa larva
infektif Meloidogyne spp. keluar dari jaringan yang diinfeksinya (Kaplan et al.
1980). Menurut Huang (1985) pengaruh nutrisi dalam ketahanan tanaman
terhadap Meloidogye spp. melalui dua cara, yaitu: tidak tersedianya nutrisi khusus
yang menyebabkan keluarnya L2 yang telah berada di dalam jaringan akar, dan
keadaan nutrisi inang yang dapat mempengaruhi rasio jantan/betina Meloidogye
spp. dalam jaringan akar. Kekurangan nutrisi dapat meningkatkan rasio
jantan/betina yang mengkibatkan menurunnya tingkat reproduksi Meloidogye spp.
dalam hasil penelitian ini, tidak ada satupun varietas tomat yang diuji tahan
terhadap Meloidogye spp., sehingga tidak ditemukan fenomena meningkatnya
rasio jantan/betina.
Kriteria ketahanan dari 9 varietas/galur hasil penelitian ini yang paling
tinggi hanya sampai moderat tahan (M). Varietas dengan ketahanan moderat tahan
masih dapat dianjurkan untuk digunakan dalam pengendalian Meloidogyne spp.,
namun seyogyanya dikombinasikan dengan teknik pengendalian yang lain yang
kompatibel dalam rangka pengendalian Meloidogyne spp. secara terpadu.
10
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan jumlah puru, persentase nematoda yang mencapai fase
reproduksi dan jumlah telur perpaket, hampir semua varietas tomat yang diuji
lebih tahan terhadap infeksi Meloidogyne spp. dibandingkan dengan varietas
indikator (Intan). Namun demikian, berdasarkan kriteria ketahanan menurut
Triantahyllou (1975) dari 8 varietas dan 1galur tomat yang diuji, tidak satupun
varietas/galur yang tahan terhadap infeksi Meloidogyne spp. Tingkat ketahanan
yang paling tinggi hanya sampai moderat tahan (M) terjadi pada 4 varietas, yaitu
Marta, Viona, Victoria dan New Mutiara, dengan indeks reproduksi berturut-turut
11.29, 24.85, 24.42 dan 19.89%. Sementara itu, kriteria ketahanan agak rentan
(AR), terjadi pada 4 varietas, yaitu Permata, Palupi, F9-54-3-1 dan Rizky Seed,
dengan indeks reproduksi berturut-turut 33.60, 30.39, 42.04 dan 43.12 %, serta
satu varietas yaitu G-Sakina dengan indeks reproduksi 60.80% tergolong rentan
(R).
Saran
Penelitian berikutnya diperlukan untuk mendapatkan varietas tomat yang
sangat tahan dengan menguji sebanyak mungkin varietas tomat yang banyak
dibudidayakan oleh petani.
11
DAFTAR PUSTAKA
Agrios GN. 2005. Plant Pathology. 5th
ed. New York (US): Academic Press.
Cook and Evans. 1987. Resistance and Tolerance. Principles and Practice of
Nematode Control in Crops. Brown RH, Kerry BR, editor. Australia:
Academic Press.
Dropkin VH. 1969. The necrotic reaction of tomatoes and other host resistance to
Meloidogyne: reversal by temperatur. Phytopatology. 59: 1631-1637.
Feldmesser J. 1971. Estimated crop losses from plant-parasitic nematodes in the
United States. SON Special Publication. 1: 7 hal.
Giebel J. 1974. Biochemical mechanisms of plant resistance to nematodes: A
review. Jurnal nematologi. 6: 175-184.
Hadisoeganda WW, Sasser JN. 1982. Resistance of tomato, bean, southern pea
and garden pea cultivars to root-knot nematodes based on host suitability.
Plant Disease. 66 (2): 145-150.
Huang CS. 1985. Formation, anatomy, and physiology of giants cell induced by
root-knot nematodes. Di dalam: Sasser JN, Carter CC, editor. An Advance
Treatise on Meloidogyne. Vol. I: p 155-164. Biology and Control. NC State
Univ: Releigh NC.
Hussey RS and Barker KR. 1973. A comparison of methods of collecting inokula
on Meloidogyne spp., including a new technique. Plant Disease. 57: 1025-
1028.
Jenkins WR. 1964. A rapid centrifugal flotation technique for separating
nematodes from soil. Plant Disease. 48: 692.
Jensen HJ. 1972. Nematode pests of vegetable and related crops. p: 377-408. Di
dalam: Webster JM, editor. Economic Nematology. Academic Press.
London. New York. 563 p.
Kaplan et al. 1980. Association of glyceollin with the incompatible response of
roots to Meloidogyne incognita. Plant Pathology. 16: 309-318.
Mai WF. 1985. Plant-Parasitic Nematodes: Their Threat to Agriculture. An
Advanced Treatise on Meloidogyne Volume I: Biology adn Control. Sasser
JN, Carter CC, editor. Departement of Plant Pathology: North Caroline
State University.
Overman AJ. 1997. Diseases Caused by Nematodes. Di dalam: Jones JB, John PJ,
Stall RE, Zitter TA, editor. Compendium of Tomato Diseases. USA:
American Phytopathological Society
Paxton JD. 1980. A new working definition of the term “phytoalexin”. Plant
Disease. Rep 64: 734.
Rohde RA. 1965. The nature of resistance in plants to nematodes. Phytopathology
55: 1152-1169.
Sasser JN. 1979. Economic important of Meloidogyne in tropical countries hal:
359-374. Di dalam: Lamberti, Taylor CE, editor. Root-Knot Nematodes (Meloidogyne spesies) Systemics, Biology and Control. New York:
Academic Press.
12
Sosa-Mos C. 1985. Status of Meloidogyne research in Mexico, report on the
Central America and the Cribean Countries (Region I). Di dalam: Asser JN,
Carter CC, editor. An advenced treatise on Meloidogyne : Biology and
control. Norton Carolina States University Graphics.
Taylor AL. 1967. Principles of measurement of crop losses: nematodes, hlm. 225-
232. Di dalam: Paper Presented at the FAO, Symposium on Crop Losses.
Rome Italy
Triantaphyllou AC. 1975. Genetic structure of race of Heterodera glycines and
heritance of ability to reproduce on resistant soybean. Jurnal Nematology. 7:
356-364.
Wallace HR. 1973. Nematode Ecology and Plant Disease. Edward Arnold.
London: 228 hal.
Widmer TL, Abawi GS. 2000. Mechanism of suppression of Meloidogyne hapla
and its damage by a green manure of sudan grass. Plant Disease. 84: 562-
568.
13
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 06 Juli 1994 di Bogor, Jawa Barat. Penulis
adalah anak ketujuh dari tujuh bersaudara, dari pasangan Bapak Tajudin dan Ibu
Saadah. Bapak berprofesi sebagai petani dan ibu sebagai ibu rumah tangga.
Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 2006 di SD Negeri Sampay. Pendidikan
lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2009 di SMP Negeri 1
Rumpin dan pendidikan menengah atas diselesaikan pada tahun 2012 di SMA
Negeri 1 Rumpin.
Penulis diterima sebagai mahasiswa pada program studi Proteksi Tanaman,
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut pertanian Bogor
melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Selama masa perkuliahan, penulis aktif bergabung dengan beberapa organisasi
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian periode 2013-2014, Himpunan
Profesi Departemen Proteksi Tanaman periode 2014-2015, peserta IPB Goes To
Field (IGTF) pada tahun 2014 di Bali, penyuluh dalam pelaksanaan program
pemerintah upaya khusus swasembada padi, jagung dan kedelai (UPSUS
PAJALE) pada tahun 2015 di Subang, asisten praktikum pada mata kuliah
Pengantar Nematologi Tumbuhan, dan terlibat sebagai panitia dalam beberapa
kegiatan kampus. Penulis menerima Beasiswa Bidik Misi mulai September 2011
sampai Agustus 2015.
Top Related