KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya
makalah Manajemen Berbasis Sekolah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini di buat untuk menambah wawasan sekaligus memperdalam materi kuliah
Profesi Keguruan.
Kemudian saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Gito Hadi Prayitno, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biolog dan atas
bimbingan dan arahan yang Bapak berikan selama ini.
2. Drs. Karnan, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
3. Orang tua kami yang selalu mendoakan kami, selalu bekerja keras sehingga kami
dapat melanjutkan pendidikan hingga sekarang.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu diharapkan kritik dan
saran yang menunjang dalam penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan digunakan sebagaimana mestinya.
Mataram, Desember 2013
Penyusun
Manajemen Berbasis Sekolah Page 1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................1
Daftar Isi..............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang....................................................................................................3
Masalah ..............................................................................................................3
Tujuan.................................................................................................................4
BAB 2 PEMBAHASAN
Pembahasan.........................................................................................................5
A. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah...............................................5
B. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah...........................................6
C. Bentuk-Bentuk Manajemen Berbasis Sekolah........................................7
D. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah.....................................................15
E. Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah...................................................16
F. Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah.....................................................18
G. Pola Manajemen Berbasis Sekolah.........................................................20
H. Proses Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah....................................21
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan.........................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................25
Manajemen Berbasis Sekolah Page 2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Pandangan filosofis tentang hakekat sekolah dan masyarakat dalam kehidupan kita.
sekolah adalah bagian yang integral dari masyarakat, ia bukan merupakan lembaga yang
terpisah dari masyarakat, hak hidup dan kelangsungan hidup sekolah bergantung pada
masyarakat, sekolah adalah lembaga sosial yang berfungsi untuk melayani anggota2
masyarakat dalam bidang pendidikan, kemajuan sekolah dan masyarkat saling berkolerasi,
keduanya saling membutuhkan, Masyarakat adalah pemilik sekolah, sekolah ada karena
masyarakat memerlukannya. Desain organisasi sekolah adalah di dalamnya terdapat tim
administrasi sekolah yang terdiri dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam rangka
mencapai tujuan oranisasi. MBS terlahir dengan beberapa nama yang berbeda, yaitu tata
kelola berbasis sekolah (school-based governance), manajemen mandiri sekolah (school self-
manegement), dan bahkan juga dikenal dengan school site management atau manajemen
yang bermarkas di sekolah.
Penyerahan otonomi dalam pengelolaan sekolah ini diberikan tidak lain dan tidak
bukan adalah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu, maka Direktorat
Pembinaan SMP menamakan MBS sebagai Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
(MPMBS).
Tujuan utama adalah untuk mengembangkan rosedur kebijakan sekolah, memecahkan
masalah-masalah umum, memanfaatkan semua potensi individu yang tergabung dalam tim
tersebut. Sehingga sekolah selain dapat mencetak orang yang cerdas serta emosional tinggi,
juga dapat mempersiapkan tenaga-tenaga pembangunan.
2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan manajemen berbasis sekolah ?
2. Apa saja karakteristik manajemen berbasis sekolah ?
3. Bagaimana bentuk-bentuk manajemen berbasis sekolah ?
4. Apa tujuan manajemen berbasis sekolah ?
5. Apa manfaat manajemen berbasis sekolah ?
6. Bagaimana prinsip dan esensi manajemen berbasis sekolah ?
7. Bagaimana pola manajemen berbasis sekolah?
Manajemen Berbasis Sekolah Page 3
3. Tujuan
1. Untuk memahami penertian manajemen berbasis sekolah.
2. Untuk mengetahui tujuan, manfaat, prinsip dan esensi manajemen berbasis sekolah.
3. Untuk mengetahui pola dan karakteristik manajemen berbasis sekolah.
4. Untuk mengetahui bentuk-bentuk manajemen berbasis sekolah.
Manajemen Berbasis Sekolah Page 4
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
Manajemen berbasis sekolah dapat diartikan sebagai model pengelolaan yang
memberikan otonomi (kewenangan dan tanggung jawab yang lebih besar kepada sekolah),
memberikan fleksibilitas/keluwesan kepada sekolah,mendorong partisipasi secara langsung
dari warga sekolah (guru,siswa, kepala sekolah dan karyawan) dan masyarakat (orangtua
siswa, tokoh masyarakat,ilmuan, pengusaha), dan meningkatkan mutu sekolah berdasarkan
kebijakan pendidikan nasional serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pada prinsipnya MBS bertujuan untuk memberdayakan sekolah dalam menetapkan
berbagai kebijakan internal sekolah yang mengarah pada peningkatan mutu dan kinerja
sekolah secara keseluruhan.
MBS merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan
masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi, yang dinyatakan dalam GBHN.
MBS, yang ditandai dengan otonomi sekolah dan pelibatan masyarakat merupakan respon
pemerintah terhadap gejala-gejala yang muncul di masyarakat, bertujuan untuk meningkatkan
efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. peningkatan efisiensi, antara lain, diperoleh
melalui keleluasaan mengelola sumber daya partisipasi masyarakat dan penyederhanaan
birokrasi. Sementara peningkatan mutu dapat diperoleh, antara lain, melalui partisipasi orang
tua terhadap sekolah, fleksibilitas pengelolaan sekolah dan kelas, peningkatan
profesionalisme guru dan kepala sekolah. peningkatn pemerataan antara lain diperoleh
melalui peningkatan partisipasi masyarakat yang memungkinkan pemerintah lebih
berkonsentrasi pada kelompok tertentu.
Dalam MBS, tanggung jawab pengambilan keputusan tertentu seperti anggaran,
personel, dan kurikulum lebih banyak diletakkan pada tingkat sekolah daripada di tingkat
pusat, provinsi, atau bahkan juga kabupaten/ kota. Dengan pemberlakuan MBS diharapakan
setidaknya dapat diperoleh beberapa keuntungan antara lain, yaitu:
Manajemen Berbasis Sekolah Page 5
1. Mendorong kreativitas kepala sekolah untuk mengelola sekolahnya menjadi lebih
baik.
2. Dapat lebih mengaktifkan atau meningkatkan kepedulian masyarakat untuk ikut
bertanggung jawab terhadap kinerja dan keberhasilan sekolah atau madrasah.
3. Dapat mengembangkan tugas pengelolaan sekolah atau madrasah tersebut menjadi
tanggung jawab sekolah dan masyarakat.
Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah yakni:
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah atau
madrasah dalam mengelola dan membedayakan sumber daya yang tersedia;
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah atau madrasah dan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama;
3. Meningkatkan tanggung jawab sekolah atau madrasah kepada orang tua, pemerintah
tentang mutu sekolah atau madrasah;
4. Meningkatkan kompetensi yang sehat antar madrasah dan sekolah lain untuk
pencapaian mutu pendidikan yang diharapkan.
B. KARAKTERISTIK MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
MBS memiliki karakteristik sama dengan sekolah yang efektif, yaitu:
1) Memiliki output (prestasi pembelajaran dan manajemen sekolah yang tinggi)
2) Peran kepala sekolah yang kuat dalam mengkoordinasikan, menggerakkan, dan
menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang tersedia
3) Lingkungan dan iklim belajar yang aman, tertib, dan nyaman (enjoyable learning)
sehingga manajemen sekolah tertib efektif
4) Analisis kebutuhan, perencanaan, pengembangan, evaluasi kinerja, hubungan kerja,
dean imbal jasa tenaga kependidikan dan guru sehingga mereka mampu menjalankan
tugasnya dengan baik
5) Pertanggungjawaban (akuntabilitas) sekolah kepada public terhadap keberhasilan
program yang telah dilaksanakan
6) Pengelolaan dan penggunaan anggaran yang sepantasnya dilakukan oleh sekolah
sesuai kebutuhan riil.
Manajemen Berbasis Sekolah Page 6
C. BENTUK BENTUK MANAJEMEN BREBASIS SEKOLAH
penerapan Manajemen Berbasis Sekolah beberapa komponen sekolah yang perlu
dikelola yaitu kurikulum dan program pengajaran, tenaga kependidikan, kemuridan, sarana
dan prasarana pendidikan, dan pengelolaan hubungan sekolah dan orang tua/wali murid.
1) Kurikulum dan Program Pengajaran
Kurikulum dan program pengajaran merupakan pijakan dalam proses pendidikan
yang diselenggarakan pada sebuah lembaga pendidikan, Perencanaan dan pengembangan
kurikulum nasional telah dilakukan Departemen Pendidikan Nasional pada tingkat pusat.
Akan tetapi sekolah juga bertugas dan berwenang mengembangkan kurikulum muatan lokal
sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masyarakat setempat dan sosial budaya yang
mendukung pembangunan lokal sehingga peserta didik tidak terlepas dari akar sosial budaya
lingkungan (Mulyasa, 2002:40).
Dalam manajemen berbasis sekolah di Indonesia untuk muatan lokal mengharuskan
setiap satuan pendidikan diharapkan dapat mengembangkan dan memunculkan keunggulan
program pendidikan tertentu sesuai dengan latar belakang tuntutan lingkungansosial
masyarakat. Dengan otonomi sekolah dalam arti luas mempunyai fungsi untuk
menghubungkan program-program sekolah dengan seluruh kehidupan peserta didik dan
kebutuhan lingkungan sehingga setelah siswa menyelesaikan pendidikan pada satuan
pendidikan mereka siap pakai sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Kurikulum dalam MBS
Kurikulum adalah Rancangan Pengajaran atau sejumlah mata pelajaran yang disusun
secara sistematis untuk menyelesaikan suatu program untuk memperoleh ijazah. Disini, yang
dimaksud dengan manajemen kurikulum dan program pengajaran tidak hanya perencanaan
satuan pembelajaran saja, akan tetapi juga termasuk pelaksanaan, serta penilaian kurikulum.
Sesuai dengan hakikatnya, Jika ditinjau dari fungsi manajemen, kegiatan kurikulum
mencakup tiga hal, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan atau penilaian.
Perencanaan kurikulum
Dalam hal ini, kita hanya akan focus pada perencanaan yang dilakukan oleh sekolah.
Berdasarkan perencanaan tingkat pusat, sekolah menyusun kegiatan sekolah terkait dengan proses
belajar mengajar di kelas dan diluar kelas. Kegiatan tersebut antara lain: merencanakan program
kegiatan tahunan, rencana program kegiatan catur wulan (semester), rencana persiapan mengajar
atau RPP, penyusunan jadwal pelajaran sekolah, dan sebagainya
Manajemen Berbasis Sekolah Page 7
Pelaksanaan kurikulum
Pada intinya, pelaksanaan kurikulum merupakan proses interaksi belajar mengajar antara
guru dan siswa yang dapat terbagi dalam tida tahap:
a. Tahap persiapan pelajaran, adalah kegiatan yang dilakukan guru sebelum mulai mengajar,
antara lain: memeriksa ruang kelas, mengabsen siswa, cek kesiapan alat dan media, serta
kesiapan siswa.
b. tahap pelaksanaan pelajaran, adalah kegiatan mengajar sesungguhnya yang dilakukan
oleh guru dan sudah ada interaksi langsung dengan siswa mengenai pokok bahasan yang
diajarkan.
c. Tahap ini terbagi lagi ke dalam tiga tahap, yaitu pendahuluan, pelajaran inti, penutup dan
evaluasi.
d. Tahap penutupan, yaitu kegiatan yang terjadi di kelas sesudah guru selesai melaksanakan
tugas mengajar.
Pengawasan atau penilaian kurikulum
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah dilaksanakannya evaluasi baik submatif
atau formatif. Kedua jenis evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui keberhasilan guru dalam
mengajar dilihat dari prestasi atau hasil yang telah dikuasai siswa, yang pada akhirnya diarahkan
untuk mengkaji seberapa jauh kurikulum telah dilaksanakan.
a. Evaluasi formatif adalah evaluasi atau penilaian yang dilakukan oleh guru setelah salah
satu pokok bahasan selesai dipelajari oleh siswa. Evaluasi formatif dimaksudkan untuk
memberikan feed back kepada guru mengenai keberhasilan program yang telah dia susun
dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini, keberhasilan siswa adalah tolok ukur
keberhasilan program belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru.
b. Evaluasi sumatif atau lebih dikenal dengan tes sumatif adalah tes yang diselenggarakan
oleh guru setelah sampai pada jangka waktu tertentu (semester atau catur wulan). Dalam
pelaksanaannya, Tes sumatif ini biasanya disebut dengan ulangan umum atau ujuan
bersamakarena biasanya diselenggarakan secara serentak di seluruh sekolah. Dan
berdasarkan beberapa hal diatas, pantaslah rasanya kalau kurikulum KTSP dikatakan
sebagai kurikulum yang lolos dalam seleksi kurikulum di tingkat nasional dan seharusnya
memang telah dilaksanakan.
2) Manajemen Tenaga Kependidikan
Pengertian Tenaga Kependidikan
Peningkatan produktivitas dan prestasi kerja dapat dilakukan dengan meningkatkan
sumber daya manusia , Kepala Sekolah, Guru dan Karyawan dengan cara mengikut sertakan
pada kegiatan-kegiatan yang menunjang pada kinerja seluruh unsur sekolah. Manajemen
Manajemen Berbasis Sekolah Page 8
tenaga kependidikan (guru dan personil) mencakup beberapa hal yaitu: (1) perencanaan
pegawai, (2) pengadaan pegawai, (3) pembinaan dan pengembangan pegawai, (4) promosi
dan mutasi, (5) pemberhentian pegawai, (6) kompensasi, dan (7) penilaian pegawai (Mulyasa,
2002:42).
Menurut UUSPN No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa tenaga kependidikan
adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang
penyelenggaraan pendidikan. Dimana tenaga kependidikan tersebut memenuhi syarat yang
ditentukan oleh undang-uandang yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang,
diserahi tugas dalam suatu jabatan dan digaji pula menurut aturan yang berlaku.
Jenis Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan merupakan seluruh komponenyang terdapat dalam instansi atau
lembaga pendidikan yang tidak hanya mencakup guru saja melainkan keseluruhan yang
berpartisipasi dalam pendidikan. Dilihat dari jenisnya tenaga kependidikan terdiri atas :
a. Kepala Sekolah
b. Guru ( kelas, agama, penjaskes, muatan lokal )
c. Tenaga Administrasi / TU
d. Penjaga Sekolah / kebersihan sekolah
e. Tenaga Fungsional lainnya ( Guru BP, Pustakawan, laboran dan teknisi sumber
belajar )
Sedangkan apabila dilihat dari statusnya, tenaga kependidikan terdiri atas :
a. Pegawai negeri sipil ( PNS )
b. Guru tidak tetap
c. Guru bantu
d. Tenaga sukarela
Manajemen Tenaga Kependidikan
Manajemen tenaga kependidikan merupakan kegiatan yang mencakup penetapan
norma, standar, prosedur, pengangkatan, pembinaan, penatalaksanaan, kesejahteraan dan
pemberhentian tenaga kependidikan sekolah agar dapat melaksanakan tugas dan
fungsinya dalam mencapai tujuan sekolah.
Manajemen tenaga kependidikan atau manajemen personalia pendidikan bertujuan
untuk mendayagunakan tenaga kependidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai
hasil yang optimal, namun tetap dalam kondisi yang menyenangkan. Untuk mewujudkan
keseragaman perlakuan dan kepastian hukum bagi tenaga kependidikan sekolah dasar
dalam melaksanakan tugas dan fungsi, wewenang dan tanggung jawabnya sesuai dengan
Manajemen Berbasis Sekolah Page 9
ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Konsep Manajemen Tenaga Kependidikan,
tenaga kependidikan bertugas menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih, meneliti,
mengembangkan, mengelola, dan/atau memberikan pelayanan teknis dalam bidang
pendidikan. Adapun komponen dari manajemen ini adalah sebagai berikut:
a. Penyusunan formasi
b. Pengadaan pegawai
c. Kenaikan pangkat
d. Pembinaan dan pengembangan karier pegawai
e. Ketatalaksanaan tenaga kependidikan
f. Pemberhentian Pegawai
Sedangkan terdapat beberapa dimensi kegiatan manajemen tenaga kependidikan/
kepegawaian, antara lain :
a. Recruitment atau penarikan mulai dari pengumuman penerimaan pegawai,
pendaftaran, pengetesan, pengumuman diterimanya pegawai sampai dengan daftar
ulang.
b. Placement atau penempatan, yaitu proses penanganan pegawai baru yang sudah
melaksanakan pendaftaran ulang untuk diberi tahu pada bagian seksi mana mereka
ditempatkan. Penugasan dilakukan sesuai dengan bidang keahlian dan kebutuhan
lembaga. Didalam tahap ini sebenarnya penanganan bukan berarti sampai
menempatkan dan memberi tugas saja, tetapi juga menggunakan pegawai tersebut
sebaik-baiknya, merangsang kegairahan kerja dengan menciptakan kondisi atau
suasana kerja yang baik. Di samping itu juga memberi kesejahteraan pegawai berupa
gaji, insentif, memberi cuti izin, dan pertemuan-pertemuan yang bersifat kekeluargaan
c. Development atau pengembangan, dimaksudkan untuk penigkatan mutu pegawai
baik dilakukan dengan melalui pendidikan maupun kesempatan-kesempatan lain
seperti penataran, diskusi ilmiah, lokakarya, membaca majalah dan surat kabar,
menjadi anggota organisasi profesi dan lain sebagainya. Mengatur kenaikan pangkat
dan kenaikan gaji, dapat dikategorikan sebagai pemberian kesejahteraan dan dapat
dikategorikan sebagai pengembangan pegawai. Pegawai yang diberi penghargaan
dengan atau pemberian kedudukan, akan mendorong pegawai tersebut untuk lebih
meningkatkan tanggung jawabnya.
d. Pengawasan atau evaluasi, merupakan aspek terakhir dalam penanganan pegawai.
Pada tahap ini dimaksudkan bahwa pada tahap-tahap tertentu pegawai diperiksa,
apakah yang mereka lakukan sudah sesuai dengan tugas yang seharusnya atau belum.
Manajemen Berbasis Sekolah Page 10
Selain evaluasi atau penilaian juga dilakukan untuk mengetahui tingkat kenaikan
kemampuan personil setelah mereka memperoleh pembinaan dan pengembangan.
Hal ini menunjukkan, bahwa keberhasilan pengelolaan pendidikan pada sebuah
sekolah apabila Kepala Sekolah memiliki kemampuan untuk menciptakan kondisi yang
melibatkan pada semua unsur pengelola sekolah.
3) Manajemen Kesiswaan
Pengertian Manajeman Kesiswaan
Salah satu tugas sekolah diawal tahun pelajaran baru adalah menata siswa.
Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan
dengan peserta didik, mulai masuk sampai dengan keluarnya peserta didik tersebut dari suatu
sekolah. Manajemen kesiswaan bukan hanya berbentuk pencatatan data peserta didik,
melainkan meliputi aspek yang lebih luas yang secara operasional dapat membantu upaya
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan di sekolah.
Ruang Lingkup Manajemen Kesiswaan
Ruang lingkup mengenai manajemen kesiswaan adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan kesiswaan, termasuk di dalamnya adalah pengembangan program
kesiswaan
b. Penerimaan peserta didik
c. Orientasi siswa baru
d. Mengatur kehadiran, ketidak hadiran siswa di sekolah
e. Mengatur evaluasi peserta didik, baik dalam rangka memperbaiki proses belajar
mengajar, bimbingan dan penyuluhan maupun untuk kepentingan promosi peserta
didik
f. Mengatur kenaikan tingkat siswa
g. Mengatur siswa yang mutasi dan drop out
h. Mengatur kode etik dan disiplin siswa
i. Mengatur layanan siswa
j. Mengatur organisasi siswa yang meliputi:
Tujuan Manajemen Kesiswaan
Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang
kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur,
serta mencapai tujuan pendidikan sekolah.
Manajemen Berbasis Sekolah Page 11
Adapun tujuan mengenai manajemen kesiswaan dalam pendidikan sekolah
adalah:
a. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan psikomotor siswa.
b. Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum (kecerdasan), bakat dan
minat siswa.
c. Menyalurkan aspirasi, harapan dan memenuhi kebutuhan siswa.
d. Dengan terpenuhinya 1, 2, dan 3 di atas diharapkan siswa dapat mencapai
kebahagiaan,
e. kesejahteraan hidup; lebih lanjut dapat belajar dengan baik dan tercapai cita-cita
mereka.
Tujuan pendidikan tidak hanya untuk mengembangkan pengetahuan anak, tetapi juga
sikap kepribadian, serta aspek sosial emosional, di samping ketrampilan-ketrampilan lain.
Sekolah tidak hanya bertanggung jawab memberikan berbagai ilmu pengetahuan, tetapi
memberi bimbingan dan bantuan terhadap anak-anak yang bermasalah, baik dalam belajar,
emosional, maupun sosial, sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai
dengan potensi masing-masing. Untuk kepentingan tersebut, diperlukan data yang lengkap
tentang peserta didik. Untuk itu, di sekolah perlu dilakukan pencatatan dan ketatalaksanaan
kesiswaan, dalam bentuk buku induk, buku klapper, buku laporan keadaan siswa, buku
presensi siwa, buku rapor, daftar kenaikan kelas, buku mutasi, dan sebagainya.
Fungsi Manajemen Kesiswaan
Adapun mengenai fungsi manajemen kesiswaan adalah sebagai berikut:
a. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan individualitas: kemampuan umum
(kecerdasan), kemampuan khusus (bakat), dan kemampuan lainnya.
b. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan sosial: sosialisasi dengan sebaya,
keluarga dan lingkungan sosial (sekolah &l masyarakat).
c. Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran aspirasi dan harapan: tersalur hobi,
kesenangan dan minatnya.
d. Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan, agar
siswa sejahtera dalam hidupnya.
4) Manajemen Keuangan
Keuangan merupakan sumber daya yang secara langsung dapat berpengaruh pada
keefektifan dan efisiensi pengelolaan pendidikan yang diselaggarakan oleh masing-masing
satuan pendidikan. Manajerial kepala sekolah pada keuangan sangat dibutuhkan dalam
Manajemen Berbasis Sekolah Page 12
penerapan Manajemen Beerbasis Sekolah. Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
menuntut kemampuan sekolah dalam merencanakan melaksanakan, dan mengevaluasi serta
memepertanggungjawabkan penggunaan anggaran. pengelolaan dana secara transparan
kepada masyarakat dan pemerintah (Mulyasa, 2002:47).
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) memberi kewenangan pada sekolah untuk
menggali dan menggunakan sumber dana sesuai keperluan sekolah. Sumber dana dalam
proses pendidikan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu: (1) pemerintah pusat dan
atau pemerintah daerah, (2) orang tua/wali atau peserta didik, dan (3) masyarakat, baik
mengikat maupun tidak mengikat. Berkaitan dengan penerimaan keuangan dari orang
tua/wali murid dan masyarakat ditegaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional atau UU No. 2 tahun 1989 yaitu kemampuan pemerintah terbatas dalam pemenuhan
kebutuhan dana pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah,
masyarakat, dan orang tua/wali murid.
Meskipun dalam prakteknya menurut pendapat penulis implementasi Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) terkadang sebagian sekolah menggunakan kesempatan ini terkesan
secara berlebih lebihan seperti kasus tes mandiri berdampak pada kecemburuan sosial bagi
mereka yang kurang mampu, dengan kata lain siswa yang diterima pada sebuah sekolah yang
dianggap faforit oleh lapisan masyarakat tertentu maka dapat ditentukan oleh kesiapan orang
tua dari berapa kesanggupan membayar yang disepakati oleh pihak sekolah, sementara
keadaan sosial ekonomi orang tua, masyarakat belum tentu dapat menjakau kebijakan
sekolah. Secara hukum praktek seleksi mandiri memang sah karena tidak bertentangan
dengan karakter dan komponen-komponen Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) hal ini
banyak terjadi pada jenjang pendidikan SMP dan SMA.
5) Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan
Pengertian Manajeman Sarana Dan Prasarana Pendidikan
Dalam rangka mengatur substansi fasilitas atau sarana di sekolah di gunakan suatu
pendekatan administratif tertentu yang disebut juga manajemen sarana pendidikan.
Manajemen sendiri merupakan proses pendayagunaan semua sumber daya dalam rangka
mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Pendayagunaan melalui tahapan proses yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Sarana pendidikan adalah
semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar baik yang bergerak maupun
yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancer, teratur,
efektif, dan efisien.
Manajemen Berbasis Sekolah Page 13
Jadi manajemen sarana pendidikan adalah keseluruhan proses perencanaan,
pengadaan, pendayagunaan, dan pengawasan yang digunakan untuk menunjang pendidikan
agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancer, teratur, efektif, dan efisien.
Perlengkapan sekolah, atau juga sering disebut dengan fasilitas sekolah, dapat di kelompokan
menjadi sarana pendidikan dan prasarana pendidikan. Sarana pendidikan adalah semua
perangkat peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses
pendidikan di sekolah, seperti: ruang, buku, perpustakaan, labolatarium dan sebagainya.
Sedangkan prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara
tidak langsung menunjang proses pendidikan di sekolah. Dalam pendidikan misalnnya lokasi
atau tempat, bangunan sekolah, lapangan olahraga, ruang dan sebagainy
Sedangkan menurut keputusan menteri P dan K No.079/1975, sarana pendidikan
terdiri dari 3 kelompok besar yaitu:
Bangunan dan perabut sekolah
Alat pelajaran yang terdiri dari pembukauan dan alat-alat peraga dan labolatarium
Media pendidikan yang dapat dikelompokan menjadi audiovisual yang
menguanakan alat penampil dan media yang tidak menggunakan alat penampil.
Fasilitas atau sarana dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :
Fasilitas fisik, yakni segala sesuatu yang berupa benda atau fisik yang dapat
dibendakan, yang mempunyai peranan mempermudah dalam melancarkan suatu
usaha. Fasilitas fisik juga disebut fasilitas materiil.Contoh : kendaraan, alat tulis
kantor, peralatan komunikasi elektronik, dll. Dalam kegiatan pendidikan yang
tergolong dalam fasilitas materiil antara lain: perabot ruang kelas, perabot ruang TU,
perabot laboratorium, perpustakaan dan ruang praktek.
Fasilitas uang, yakni segala sesuatu yang bersifat mempermudah suatu kegiatan
sebagai akibat bekerjanya nilai uang.
Fasilitas sumber daya manusia
6) Manajemen Pengelolaan Hubungan Masyarakat
Hubungan antara sekolah dengan orang tua/wali murid serta masyarakat pada
hakekatnya merupakan suatu sarana sangat berperan dalam membina dan mengembangkan
pertumbuhan pribadi murid di sekolah. Sekolah dan orang tua/wali murid memiliki hubungan
yang sangat erat dalam mencapai tujuan sekolah atau pendidikan secara efektif dan efisien.
Gaffar dalam Mulyasa menyatakan, bahwa hubungan sekolah dengan orang tua/wali murid
bertujuan antara lain: (1) memajukan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan murid; (2)
Manajemen Berbasis Sekolah Page 14
memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat; dan
(3) menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah (Mulyasa,
2002:50).
Pada konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) , manajemen hubungan sekolah
dengan orang tua wali murid diharapkan berjalan dengan baik. Hubungan yang harmonis
membuat masyarakat memiliki tanggung jawab untuk memajukan sekolah. Penciptaan
hubungan dan kerja sama yang harmonis, apabila masyarakat mengetahui dan memiliki
gambaran yang jelas tentang sekolah. Gambaran yang jelas dapat diinformasikan kepada
masyarakat melalui laporan kepada orang tua wali murid, kunjungan ke sekolah, kunjungan
ke rumah murid, penjelasan dari staf sekolah, dan laporan tahunan sekolah.
Melalui hubungan yang harmonis diharapkan tercapai tujuan hubungan sekolah
dengan masyarakat, yaitu proses pendidikan terlaksana secara produktif, efektif, dan efisien
sehingga menghasilkan lulusan yang produktif dan berkulitas. Lulusan yang berkualitas akan
terlihat dari penguasaan/kompetensi murid tentang ilmu pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang dapat dijadikan bekal ketika terjun di tengah-tengah masyarakat (out come).
D. TUJUAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
Manajemen berbasis sekolah bertujuan meningkatkan kinerja sekolah melalui
pemberian kewenangan dan tanggung jawab yang lebih besar kepada sekolah yang
dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip tata pengelolaan sekolah yang baik, yaitu
partisipasi, transparasi, dan akuntabilitas. Kinerja sekolah meliputi peningkatan kualitas,
efektivitas,efisiensi, produktivitas, dan inovasi pendidikan.
MBS juga bertujuan untuk menjamin semakin rendahnya control pemerintah pusat
dan rendahnya intervensi pemerintah daerah ke sekolah. Hal ini di maksudkan supaya
otonomi sekolah untuk menentukan sendiri apa yang perlu dilakukan dalam kegiatan belajar
mengajar dan mengelola sumber daya yang ada untuk berinovasi semakin meningkat.
Sedangkan partisipasi masyarakat ditampakkan pada tingginya keterlibatan mereka sehingga
setiap unsure dapat berperan dalam meningkatkan kualitas, efesiensi dan pemerataan
kesempatan pendidikan yang memodifikasi struktur pengambilan keputusan dari pemerintah
pusat ke daerah dan seterusnya ke sekolah.
Apabila unsur-unsur yang terlibat memahami dan berkontribusi terhadap keberhaislan
sekolah maka MBS memberikan peluang kepada guru dan kepala sekolah menelola sekolah
menjadi lebih efektif karena rasa memiliki semakin tinggi menimbulkan sikap pemanfaatan
Manajemen Berbasis Sekolah Page 15
yang lebih baik terhadap sumber daya yang ada untuk mengoptimalkan hasil dan pengelolaan
sekolah mempunyai kendali akuntabilitas terhadap lingkungan sekolah.
Lebih sefesific lagi, MBS bertujuan untuk :
1. Menjamin mutu pembelajaran anak didik yang berpihak pada asas pelayanan dan
prestasi hasil belajar.
2. Meningkatkan kualitas transfer ilmu pengetahuan dan membangau karakter bangsa
yang berbudaya.
3. Meningkatkan mutu sekolah dengan memantapkan pemberdayaan melalui
kemandirian, kreativitas, inisiatif, dan inovasi dalam mengelola dan memberdayakan
sumber daya sekolah.
4. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan melalui pengambilan keputusan dengan mengakomodir aspirasi bersama.
5. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat dan pemerintah
tentang mutu sekolah.
6. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan
dicapai. Kebijakan pengelolaan sekolah oleh semua unsure yang terkait mengacu pada
standar pendidikan nasional.
Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah yakni:
5. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah atau
madrasah dalam mengelola dan membedayakan sumber daya yang tersedia;
6. Meningkatkan kepedulian warga sekolah atau madrasah dan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama;
7. Meningkatkan tanggung jawab sekolah atau madrasah kepada orang tua, pemerintah
tentang mutu sekolah atau madrasah;
8. Meningkatkan kompetensi yang sehat antar madrasah dan sekolah lain untuk
pencapaian mutu pendidikan yang diharapkan.
E. MANFAAT MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
MBS dipandang sebagai alternatif dari pola umum pengoperasian sekolah yang
selama ini memusatkan wewenang di kantor pusat dan daerah. MBS adalah strategi untuk
meningkatkan pendidikan dengan mendelegasikan kewenangan pengambilan keputusan
penting dari pusat dan dearah ke tingkat sekolah. Dengan demikian, MBS pada dasarnya
Manajemen Berbasis Sekolah Page 16
merupakan sistem manajemen di mana sekolah merupakan unit pengambilan keputusan
penting tentang penyelenggaraan pendidikan secara mandiri. MBS memberikan kesempatan
pengendalian lebih besar bagi kepala sekolah, guru, murid, dan orang tua atas proses
pendidikan di sekolah mereka.
Dalam pendekatan ini, tanggung jawab pengambilan keputusan tertentu mengenai
anggaran, kepegawaian, dan kurikulum ditempatkan di tingkat sekolah dan bukan di tingkat
daerah, apalagi pusat. Melalui keterlibatan guru, orang tua, dan anggota masyarakat lainnya
dalam keputusan-keputusan penting itu, MBS dipandang dapat menciptakan lingkungan
belajar yang efektif bagi para murid. Dengan demikian, pada dasarnya MBS adalah upaya
memandirikan sekolah dengan memberdayakannya.
Para pendukung MBS berpendapat bahwa prestasi belajar murid lebih mungkin
meningkat jika manajemen pendidikan dipusatkan di sekolah ketimbang pada tingkat daerah.
Para kepala sekolah cenderung lebih peka dan sangat mengetahui kebutuhan murid dan
sekolahnya ketimbang para birokrat di tingkat pusat atau daerah. Lebih lanjut dinyatakan
bahwa reformasi pendidikan yang bagus sekalipun tidak akan berhasil jika para guru yang
harus menerapkannya tidak berperanserta merencanakannya.
Para pendukung MBS menyatakan bahwa pendekatan ini memiliki lebih banyak
maslahatnya ketimbang pengambilan keputusan yang terpusat. Maslahat itu antara lain
menciptakan sumber kepemimpinan baru, lebih demokratis dan terbuka, serta menciptakan
keseimbangan yang pas antara anggaran yang tersedia dan prioritas program pembelajaran.
Pengambilan keputusan yang melibatkan semua pihak yang berkepentingan meningkatkan
motivasi dan komunikasi (dua variabel penting bagi kinerja guru) dan pada gilirannya
meningkatkan prestasi belajar murid. MBS bahkan dipandang sebagai salah satu cara untuk
menarik dan mempertahankan guru dan staf yang berkualitas tinggi.
Penerapan MBS yang efektif secara spesifik mengidentifikasi beberapa manfaat spesifik
dari penerapan MBS sebagai berikut :
a) Memungkinkan orang-orang yang kompeten di sekolah untuk mengambil keputusan
yang akan meningkatkan pembelajaran.
b) Memberi peluang bagi seluruh anggota sekolah untuk terlibat dalam pengambilan
keputusan penting.
c) Mendorong munculnya kreativitas dalam merancang bangun program pembelajaran.
d) Mengarahkan kembali sumber daya yang tersedia untuk mendukung tujuan yang
dikembangkan di setiap sekolah.
Manajemen Berbasis Sekolah Page 17
e) Menghasilkan rencana anggaran yang lebih realistik ketika orang tua dan guru makin
menyadari keadaan keuangan sekolah, batasan pengeluaran, dan biaya program-
program sekolah.
f) Meningkatkan motivasi guru dan mengembangkan kepemimpinan baru di semua
level.
F. PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
MBS memiliki potensi menciptakan pengelolaan sekolah yang lebih profesional yang
didukung oleh factor informasi, pengetahuan, keterampilan, dan insentif yang berorientasi
pada mutu, efektifitas, efisiensi, dan kemandirian. Pada prinsipnya, MBS adalah reformasi
manajemen sekolah terhadap kewajiban (responsibility), wewenang (authority),
profesionalisme, dan tanggung jawab (accountability) juga transpaansi untuk meningkatkan
kinerja sekolah dan yan berkepentingan. Antara lain siswa, orangtua siswa, guru, masyarakat,
dan pikak yang terkait (stakeholder), lapangan kerja dan sebagainya yang dapat mengenal
perubahan dan memiliki kekuasaan dalam mengoptimalisasi sumber daya. MBS memiliki
potensi menciptakan pengelolaan secara profesional dan lebih unggul yang didukung oleh
factor informasi, pengetahuan, keterampilan, dan insentif yang berorientasi pada mutu,
efektifitas, efisiensi, dan kemandirian. Manajemen pendidikan memiliki konsistensi visi dan
misi terhadap tujuan dan program pendidikan.
Prinsip utama pelaksanaan MBS ada 5 (lima) hal yaitu:
1. Fokus pada mutu
2. Bottom-up planning and decision making
3. Manajemen yang transparan
4. Pemberdayaan masyarakat
5. Peningkatan mutu secara berkelanjutan
Dalam mengimplementasikan MBS terdapat 4 (empat) prinsip yang harus difahami yaitu:
1. Kekuasaan
2. Pengetahuan
3. sistem informasi; dan
4. sistem penghargaan.
Manajemen Berbasis Sekolah Page 18
Kekuasaan Kepala sekolah memiliki kekuasaan yang lebih besar untuk mengambil
keputusan berkaitan dengan kebijakan pengelolaan sekolah dibandingkan dengan sistem
pendidikan sebelumnya. Kekuasaan ini dimaksudkan untuk memungkinkan sekolah berjalan
dengan efektif dan efisien. Kekuasaan yang dimiliki kepala sekolah akan efektif apabila
mendapat dukungan partisipasi dari berbagai pihak, terutama guru dan orangtua siswa.
Seberapa besar kekuasaan sekolah tergantung seberapa jauh MBS dapat diimplementasikan.
Pemberian kekuasaan secara utuh sebagaimana dalam teori MBS tidak mungkin dilaksanakan
dalam seketika, melainkan ada proses transisi dari manajemen yang dikontrol pusat ke MBS.
Kekuasaan yang lebih besar yang dimiliki oleh kepala sekolah dalam pengambilan
keputusan perlu dilaksanakan dengan demokratis antara lain dengan:
1. Melibatkan semua fihak, khususnya guru dan orangtua siswa.
2. Membentuk tim-tim kecil di level sekolah yang diberi kewenangan untuk mengambil
keputusan yang relevan dengan tugasnya
3. Menjalin kerjasama dengan organisasi di luar sekolah.
Pengetahuan Kepala sekolah dan seluruh warga sekolah harus menjadi seseorang
yang berusaha secara terus menerus menambah pengetahuan dan keterampilan dalam rangka
meningkatkan mutu sekolah. Untuk itu, sekolah harus memiliki sistem pengembangan
sumber daya manusia (SDM) lewat berbagai pelatihan atau workshop guna membekali guru
dengan berbagai kemampuan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar.
Pengetahuan yang penting harus dimiliki oleh seluruh staf adalah:
Pengetahuan untuk meningkatkan kinerja sekolah,
Memahami dan dapat melaksanakan berbagai aspek yang berkaitan dengan
pelaksanaan kegiatan quality assurance, quality control, self assessment, school
review, bencmarking, SWOT,dll)
Sistem Informasi Sekolah yang melakukan MBS perlu memiliki informasi yang jelas
berkaitan dengan program sekolah. Informasi ini diperlukan agar semua warga sekolah serta
masyarakat sekitar bisa dengan mudah memperoleh gambaran kondisi sekolah. Dengan
informasi tersebut warga sekolah dapat mengambil peran dan partisipasi. Disamping itu
ketersediaan informasi sekolah akan memudahkan pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan
akuntabilitas sekolah. Infornasi yang amat penting untuk dimiliki sekolah antara lain yang
berkaitan dengan: kemampuan guru dan Prestasi siswa.
Manajemen Berbasis Sekolah Page 19
Sistem Penghargaan Sekolah yang melaksanakan MBS perlu menyusun sistem
penghargaan untuk memberikan penghargaan kepada warga sekolah yang berprestasi. Sistem
penghargaan ini diperlukan untuk mendorong karier warga sekolah, yaitu guru, karyawan dan
siswa.
G. POLA MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
Dalam kerangka implementasi kebijakan sentralisasi pendidikan,manajemen
pendidikan berbasis sekolah dapat dumanfaatkan sebagai salah satu pendekatan yang mampu
menjanjikan peningkatan kualitas dan relefansi pendidikan di setiap daerah. Untuk
memperoleh mutu yang diharapkan, maka pelaksanaan model ini perlu didukung oleh
berbagai persyaratan profesional sumber daya manusia, lingkungan sekolah dan masyarakat
yang kondusif bagi bekerjanya prinsip – prinsip manajemen berbasis sekolah. Tanpa ada daya
dukung dari komunitas sekolah dan masyarakat, manajemen berbasis sekolah tidak akan
mampu meningkatkan kualitas sekolah. Di samping itu, sekolah juga harus mampu memikul
tanggung jawab yang diembannya dengan baik.
Desentralisasi sistem pemerintahan daerah member kebebasan yang luas bagi
pemerintah daerah untuk memfasilitasi pengelolaan pendidikan, tetapi bukan berarti bebas
tanpa batas atau terlepas dari pemerintahan pusat. Hal-hal yang perlu diperhatikan dan masih
dapat di manfaatkan oleh sekolah di era sistem desentralisasi adalah sistem rekruitmen guru
dan siswa, penempatan personalia, pengembangan kurikulum untuk kepentingan daerah dan
sebagainya. Pada prinsipnya model MBS ini, kepala sekolah dan guru memiliki kebebasan
yang luas dan otonom dalam mengelola sekolah tanpa mengabaikan kebijakan dan prioritas
yang ditentukan oleh pemerintah.
Saat ini terdapat minimal tiga tingkatan model, yaitu :
Sekolah yang diperkirakan dapat melaksanakan MBS secara penuh.
Sekolah dengan MBS tingkat menengah (sedang).
Sekolah dengan MBS secara minimal.
Tabel perbandingan manajemen berbasi sekolah pola lama dan pola baru
Pola Lama Pola Baru
Manajemen Berbasis Sekolah Page 20
Subordinasi Pengambilan keputusan
individual Ruang gerak kaku Pendekatan birokratik Sentralistik Diatur Over regulasi (pengaturan yang
berlebihan) Mengontrol Mengarahkan Menhgindari resiko Menggunakan ruang semuanya Individual yang cerdas Informasi terpribadi Pendelegasian Organisasi hierarkis Seragam Top down Peran pemerintah
mendominasi
Otonomi Pengambilan keputusam
partisipatif Ruang gerak luwes Pendekatan
profesionalisme Disentyralilsasi Motivasi diri Deregulasi
(penyederhanaan peraturan)
Mempengaruhi Memfasilitasi Memfasilitasi Menggunakan ruang
seefisien mungkin Team work yang cerdas Imformasi terbagi Pemberdayaan Organisasi datar Beragam Bottom up Meningkatnya peran serta
masyarakat secara kuantitatif dan kualitatif
H. PROSES PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
Banyak manfaat yang telah dapat dirasakan baik oleh pemerintah daerah maupun
pihak sekolah yang secara langsung menjadi sasaran pelaksanaan. Hal ini karena dalam
melaksanakan program-program ini diterapkan prinsip-prinsip manajemen berbasis sekolah
(MBS), mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan proses pelaporan dan
umpan baliknya.
Dengan kata lain program-program yang dilaksanakan menganut prinsip-prinsip
demokratis, transparan, profesional dan akuntabel. Melalui pelaksanaan program ini para
pengelola pendidikan di sekolah termasuk kepala sekolah, guru, komite sekolah dan tokoh
masyarakat setempat dilibatkan secara aktif dalam setiap tahapan kegiatan. Disinilah proses
pembelajaran itu berlangsung dan semua pihak saling memberikan kekuatan untuk
memberikan yang terbaik bagi kemajuan sekolah.
Manajemen Berbasis Sekolah Page 21
M
E
N
U
J
U
Adapun proses penerapan MBS dapat ditempuh antara lain dengan langkah-langkah
sbb :
Memberdayakan komite sekolah/majelis madrasah dalam peningkatan mutu
pembelajaran di sekolah
Unsur pemerintah Kab/Kota dalam hal ini instansi yang terkait antara lain Dinas
Pendidikan, Badan Perencanaan Kab/Kota, Departemen Agama (yang menangani
pendidikan MI, MTs dan MA), Dewan Pendidikan Kab/Kota terutama membantu
dalam mengkoordinasikan dan membuat jaringan kerja (akses) ke dalam siklus
kegiatan pemerintahan dan pembangunan pada umumnya dalam bidang pendidikan.
Memberdayakan tenaga kependidikan, baik tenaga pengajar (guru), kepala sekolah,
petugas bimbingan dan penyuluhan (BP) maupun staf kantor, pejabat-pejabat di
tingkat kecamatan, unsur komite sekolah tentang Manajemen Berbasis Sekolah,
pembelajaran yang bermutu dan peran serta masyarakat.
Mengadakan pelatihan dan pendampingan sistematis bagi para kepala sekolah, guru,
unsur komite sekolah pada pelaksanaan peningkatan mutu pembelajaran
Melakukan supervisi dan monitoring yang sistematis dan konsisten terhadap
pelaksanaan kegiatan pembelajaran di sekolah agar diketahui berbagai kendala dan
masalah yang dihadapi, serta segera dapat diberikan solusi/pemecahan masalah yang
diperlukan.
Mengelola kegiatan yang bersifat bantuan langsung bagi setiap sekolah untuk
peningkatan mutu pembelajaran, Rehabilitasi/Pembangunan sarana dan prasarana
Pendidikan, dengan membentuk Tim yang sifatnya khusus untuk menangani dan
sekaligus melakukan dukungan dan pengawasan terhadap Tim bentukan sebagai
pelaksana kegiatan tersebut.
Faktor Pendukung Keberhasilan Manajemen Berbasis Sekolah
a) Kepemimpinan dan manajemen sekolah yang baik
MBS aan berhasi jika ditopang oleh kemampuan professional kepala sekolah
atau madrasah dalam memimpin dan mengelola sekolah atau madrasah secara efektif
dan efisien, serta mampu menciptakan iklim organisasi yang kondusif untuk proses
belajar mengajar.
b) Kondisi social, ekonomi dan apresiasi masyarakat terhadap pendidikan
Manajemen Berbasis Sekolah Page 22
Faktor eksternala yang akan turut menentukan keberhasilan MBS adalah
kondisi tingkat pendidikan orangtua siswa dan masyarakat, kemampuan dalam
membiayai pendidikan, serta tingkat apresiasi dalam mendorong anak untuk terus
belajar.
c) Dukungan pemerintah
Faktor ini sangat membantu efektifitas implementasi MBS terutama bagi
sekolah atau madrasah yang kemampuan orangtua/ masyarakatnya relative belum siap
memberikan kontribusi terhadap penyelenggaraan pendidikan. alokasi dana
pemerintah dan pemberian kewenangan dalam pengelolaan sekolah atau madrasah
menjadi penentu keberhasilan.
d) profesionalisme
Faktor ini sangat strategis dalam upaya menentukan mutu dan kinerja sekolah
atau madrasah. Tanpa profesionalisme kepala sekolah atau madrasah, guru, dan
pengawas, akan sulit dicapai program MBS yang bermutu tinggi serta prestasi siswa.
[4]
BAB III
KESIMPULAN
Manajemen Berbasis Sekolah Page 23
Manajemen berbasis sekolah pada intinya adalah memberikan kewenangan terhadap
sekolah untuk melakukan pengelolaan dan perbaikan kualitassecara terus menerus. Dapat
juga dikatakan bahwa manajemen berbasis sekolah pada hakikatnya adalah penyerasian
sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua
kelompok kepentingan (stakeholder) yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam
proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan mutu sekolah atau
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Tujuan MBS adalah untuk mewujudkan kemerdekaan pemerintah daerah dalam
mengelola pendidikan. Dengan demikian peran pemerintah pusat akan berkurang. Sekolah
diberi hak otonom untuk menentukan nasibnya sendiri. Paling tidak ada tiga tujuan
dilaksanakannya MBS Peningkatan Efesiensi, Peningkatan Mutu, Peningkatan Pemerataan
Pendidikan.
Dengan adanya MBS diharapkan akan memberi peluang dan kesempatan kepada
kepala sekolah, guru dan siswa untuk melakukan inovasi pendidikan. Dengan adanya MBS
maka ada beberapa keuntugan dalam pendidikan yaitu, kebijakan dan kewenangan sekolah
mengarah langsung kepada siswa, orang tua dan guru, sumber daya yang ada dapat
dimanfaatkan secara optimal, pembinaan peserta didik dapat dilakukan secara efektif, dapat
mengajak semua pihak untuk memajukan dan meningkatkan pelaksanaan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Manajemen Berbasis Sekolah Page 24
Anonym. 2013. Manajemen Berbasis Sekolah. Diakses dari http://
Dedi Supriadi. 2004. Satuan Biaya Pendidikan Dasar Dan Menengah. Bandung: PT Remaja Rusda Karya.
Rohiat. 2008. Manajemen Sekolah. Bandung: PT Refika Aditama.
Sagala, Dr. Syaiful. 2005. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: PT Nimas Mulya.
Manajemen Berbasis Sekolah Page 25