i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Allah Swt (Tuhan Yang Maha Esa)
karena atas berkat dan kasih sayangNya, dapat diselesaikannya skripsi ini dengan judul
“Evaluasi Pasca Huni Unit Bedah Sentral di Rumah Sakit Umum Bhakti Rahayu
Denpasar tahun 2017” tepat pada waktunya.
Ucapan terima kasih diberikan atas bimbingan dan kerjasamanya dalam
penyusunan skripsi ini kepada:
1. dr. I Made Ady Wirawan, MPH., PhD selaku Ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
2. Putu Ayu Indrayathi, S.E., MPH selaku Kepala Bagian Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana serta Dosen Penguji II yang telah menyediakan waktu dalam
memberikan masukan dan bimbingan dalam penyusuan skripsi ini.
3. dr. I Ketut Suarjana, S.Ked., MPH selaku Dosen Pembimbing I yang telah
menyediakan waktu dalam memberikan masukan dan bimbingan dalam penyusuan
skripsi ini.
4. Rina Listyowati, S.SiT., M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah
menyediakan waktu dalam memberikan masukan dan bimbingan dalam penyusuan
skripsi ini.
5. dr. Ni Made Sri Nopiyani S.Ked., MPH selaku Dosen Penguji I yang telah yang
telah menyediakan waktu dalam memberikan masukan dan bimbingan dalam
penyusuan skripsi ini.
6. Kedua Orang Tua saya yang telah memberikan semangat, doa serta dukungan
dalam penyusunan skripsi ini.
ii
7. Jajaran Tim Manajemen dan Seluruh Petugas Unit Bedah Sentral di RSU Bhakti
Rahayu Denpasar yang telah mengizinkan saya untuk melakukan penelitian.
8. Teman-teman dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan semangat dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif untuk dapat
menyempurnakan skripsi ini.
Denpasar, Agustus 2017
Penulis
iii
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
PEMINATAN ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN
Skripsi, Agustus 2017
Dessi Gita Linasari
EVALUASI PASCA HUNI UNIT BEDAH SENTRAL DI RUMAH
SAKIT UMUM BHAKTI RAHAYU DENPASAR TAHUN 2017
ABSTRAK
Evaluasi pasca huni merupakan penilaian setelah gedung tersebut dihuni dalam
kurun waktu tertentu untuk mengetahui kelayakan fisik dan lingkungan suatu
bangunan dan juga kepuasan organisasi yang menempati bangunan tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengevaluasi performansi fisik dan
lingkungan Unit Bedah Sentral pada RSU Bhakti Rahayu Denpasar setelah dihuni
selama 20 tahun.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan rancangan cross
sectional descriptive. Sampel penelitian berjumlah 96 orang pelanggan eksternal yang
dipilih dengan menggunakan teknik consecutive sampling (berurutan) dan 30 orang
pelanggan internal yang dipilih dengan menggunakan teknik total sampling. Data
dikumpulkan dengan checklist pengamatan dan pengukuran serta kuesioner kepuasan
lalu dianalisis secara univariat.
Hasil penelitian ini menunjukan kepuasan pelanggan internal terhadap aspek
teknis sebanyak 5 (16,7%), dan ketidakpuasan sebanyak 25 (83,3%) kepuasan
pelanggan internal terhadap aspek fungsional sebanyak 4 (13,3%) dan ketidakpuasan
sebanyak 26 (86,7%), serta kepuasan pelanggan internal terhadap aspek perilaku
sebanyak 5 (16,7%), dan ketidakpuasan sebanyak 25 (83,3%). Kepuasan pelanggan
ekternal terhadap aspek teknis sebanyak 57 (59,4%) dan ketidakpuasan sebanyak 39
(40,6%), kepuasan terhadap aspek fungsional 52 (54,2%) dan ketidakpuasan sebanyak
44 (45,8%), serta kepuasan terhadap aspek perilaku 46 (47,9%) dan ketidakpuasan
sebanyak 50 (52,1%). Pada hasil pengamatan dan pengukuran ketidaksesuaian
terbanyak terdapat pada aspek fungsional dan aspek teknis.
Performansi fisik yang belum sesuai pada aspek teknis yakni penghawaan,
kebisingan, ventilasi, lantai. Pada aspek fungsional yakni luas ruangan. Pada aspek
perilaku yakni teritorial. Performansi fisik tersebut memerlukan perbaikan untuk
menekan penyebaran infeksi nosocomial dan menurunkan biaya operasional.
Kata Kunci: Ruang Operasi, Evaluasi Pasca Huni, Manajemen Fisik dan Lingkungan
Rumah Sakit.
iv
SCHOOL OF PUBLIC HEALTH
MEDICAL FACULTY OF UDAYANA UNIVERSITY
DEPARTMENT OF ADMINISTRATION AND HEALTH POLICY
Undergraduate Thesis, August 2017
Dessi Gita Linasari
POST OCCUPANCY EVALUATION OF OPERATING THEATRE
AT BHAKTI RAHAYU GENERAL HOSPITAL DENPASAR IN 2017
ABSTRACT
Post occupancy evaluation is an assessment after the building was being
occupied by someone in some period of time to perceive physical feasibility and
environment of a building and also user satisfaction which occupied that building.
This research aimed to perceive physical performance and environment evaluation of
operating theatre of Bhakti Rahayu General Hospital Denpasar after being occupied
about 20 years.
This is a qualitative research with cross sectional descriptive design. Sample
of this research was about 96 external customers selected by utilizing consecutive
sampling technique (in a series) and 30 internal customers selected by utilizing total
sampling technique. The data collected by applying observation checklist and
measurement along with satisfaction questioner which analysed invariantly.
The result of this indicate internal customers satisfaction toward technical
aspect was about 5 (16,7%), and dissatisfacion about 25 (83,3%) meanwhile internal
satisfaction customers toward functional aspect about 4 (13,3%) and dissatisfaction
about 26 (86,7%), along with internal satisfaction customers toward attitude aspect
about 5 (16,7%), and dissatisfaction about 25 (83,3%). External customers satisfaction
toward technical aspect about 57 (59,4%) and dissatisfacion about 39 (40,6%),
satisfaction toward functional aspect about 52 (54,2%) and dissatisfaction about 44
(45,8%), then satisfaction toward attitude aspect about 46 (47,9%) and dissatisaction
about 50 (52,1%). The result of observation and measurement found that unsuitable
case mostly occurre on functional aspect and technical aspect.
Unsuitable physical performance of technical aspect is evaporization, noise,
ventilation, and floor. Meanwhile, on functional aspect is the wide of room. Then, on
behavioural aspect was territory. That, need improvement to reduce nosocomial
infection and decreasing operational cost.
Keywords: Operating Theatre, Post Occupancy Evaluation, Physical and
Environmental of Hospital Management.
v
DAFTAR ISI
vi
vii
viii
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
Gambar 1.1 Bed Occupancy Rate RSU Bhakti Rahayu Denpasar…………………..2
Gambar 1.2 Angka Kunjungan Rawat Inap dan Angka Kunjungan Operasi RSU
Bhakti Rahayu Denpasar.........................................................................3
Gambar 2.1 Zona pada bangunan Instalasi Bedah Sentral…………………....…….17
Tabel 3.1 Variabel dan Definisi Operasional………………………………………..25
Tabel 5.1 Hasil Pengamatan Aspek Tenikal…………………………………….…...35
Tabel 5.2 Hasil Pengukuran Penghawaan …………………………………………..38
Tabel 5.3 Hasil Pengukuran Pencahayaan Ruangan …………………………...........40
Tabel 5.4 Hasil Pengukuran Pencahayaan Lampu Operasi ……………………….....41
Tabel 5.5 Hasil Pengukuran Indeks Kebisingan…………………………………......43
Tabel 5.6 Hasil Pengukuran Ketinggian dan Pengamatan Kondisi Plafon ….……….45
Tabel 5.7 Hasil Pengamatan Aspek Fungsional……………………………….……..46
Tabel 5.8 Hasil Pengukuran Luas Bangunan Ruang Operasi ………………………..48
Tabel 5.9 Hasil Pengamatan Aspek Perilaku………………………………………..50
Tabel. 5.10 Distribusi Karakteristik Responden Pelanggan Internal………………...52
Tabel 5.11 Kepuasan Pelanggan Internal ……………………………………………52
Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Kepuasan Aspek Teknis Responden Internal………53
Tabel 5.13 Distribusi Frekuensi Kepuasan Aspek Fungsional Responden
Internal ……………………………………………………………….... 55
Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Kepuasan Aspek Perilaku Responden Internal……57
Tabel. 5.15 Distribusi Karakteristik Responden Eksternal………………………...58
Tabel 5.16 Kepuasan Pelanggan Eksternal……………………………….………..59
Tabel 5.17 Distribusi Frekuensi Kepuasan Aspek Teknis Responden Eksternal.…59
Tabel 5.18 Distribusi Frekuensi Kepuasan Aspek Fungsional Responden
Eksternal …………………………………………………………….….60
Tabel 5.19 Distribusi Frekuensi Kepuasan Aspek Perilaku Responden
Eksternal ……………………………………………………...………. 61
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian
Lampiran 3 Cheklist Pengamatan dan Pengukuran
Lampiran 4 Jadwal Penelitian
Lampiran 5 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 6 Hasil Penelitian
Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian
x
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
AC Air Conditioner
BLU Badan Layanan Umum
BOR Bed Occupancy Rate
BUMN Badan Usaha Milik Negara
CSSD Central Sterile Supply Department
°C Derajat Celcius (Satuan Internasional untuk suhu)
dB A-weighted decibels atau satuan desibel berbobot
EPH Evaluasi Pasca Huni
ICU/HCU Intensive Care Unit/High Care Unit
Kemenkes Kementrian Kesehatan
Kepmenkes Keputusan Menteri Kesehatan
M2 Meter Persegi
M3 Meter Kubik
No Nomor
PMK Peraturan Menteri Kesehatan
PKU Pusat Kesehatan Umum
RS Rumah Sakit
RSU Rumah Sakit Umum
SDM Sumber Daya Manusia
Sie Seksi
TT Tempat Tidur
UBS Unit Bedah Sentral
(+/-) (Positif/Negatif)
µM Micrometer
1
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas kesehatan perorangan yang sangat
diperlukan dalam mendukung peningkatan derajat kesehatan (Kemenkes, 2012).
Menurut Herlambang (2016) pada Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang
rumah sakit pasal 10 ayat 1 menjelaskan bahwa, bangunan rumah sakit dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang paripurna,
pendidikan dan pelatihan, serta penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kesehatan. Sebagaimana yang tertera pada pasal 10 ayat 2, bangunan rumah
sakit minimal memiliki ruang operasi (Herlambang, 2016).
Dalam pembagian jenis rumah sakit tertera pada Undang-Undang RI No. 44
tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit dibagi menjadi 2 menurut jenis
pelayanannya dan kepemilikannya. Menurut pelayanannya yakni, rumah sakit umum
dan rumah sakit khusus, dan menurut kepemilikannya yakni pemerintah dan swasta.
Rumah sakit pemerintah dibagi menjadi 3 berdasarkan kepemilikannya yaitu, Rumah
Sakit Pemerintah non BLU (Badan Layanan Umum), Rumah Sakit pemerintah
berbentuk BLU, dan rumah sakit pemerintah BUMN (Badan Usaha Milik Negara).
Sama halnya dengan rumah sakit pemerintah, rumah sakit swasta pun terbagi atas
kepemilikannya menjadi 2 yaitu, Rumah Sakit milik Perseroan Terbatas (PT) dan
Rumah Sakit milik yayasan (Herlambang, 2016)
Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Bali dalam Profil Kesehatan Provinsi Bali
tahun 2015, Provinsi Bali telah memiliki 52 rumah sakit yang tersebar di seluruh
2
kabupaten dan kota. Rumah sakit yang dimiliki bervariasi, mulai dari rumah sakit umum dan
rumah sakit khusus, dimana status kepemilikannya swasta dan pemerintah (Dinas Kesehatan
Bali, 2015).
Dari 52 rumah sakit di Provinsi Bali, 30 diantaranya adalah rumah sakit swasta umum
dan 7 rumah sakit swasta khusus. Salah satu rumah sakit swasta yang berada di Provinsi Bali
adalah RSU Bhakti Rahayu Denpasar yang berada di Jalan Gatot Subroto II no. 11 Denpasar
Utara, dimana rumah sakit tersebut telah beroperasi dari tahun 1997. Sebelum tahun 1997,
RSU Bhakti Rahayu Denpasar adalah Rumah Sakit Khusus Bedah yang merupakan
transformasi dari Klinik Bhakti Rahayu. RSU Bhakti Rahayu Denpasar termasuk Rumah Sakit
Swasta tipe D dengan jenis kepemilikan swasta perorangan. RSU Bhakti Rahayu Denpasar
telah memiliki 4 dari 4 pelayanan medik spesialis dasar, ditambah dengan UGD 24 jam 7 hari,
ruang operasi, ruang bersalin, instalasi farmasi, laboratorium, radiologi, dan poli spesialis
serta poli gigi (RSU Bhakti Rahayu Denpasar, 2015).
Gambar 1.1 Bed Occupancy Rate RSU Bhakti Rahayu Denpasar Sumber : RSU Bhakti Rahayu Denpasar, 2017
Berdasarkan data Rekam Medis 2017, RSU Bhakti Rahayu Denpasar memiliki jumlah
tempat tidur (TT) sebanyak 78 tempat tidur (TT). Angka BOR (Bed Occupancy Rate)
77.2%79%
90.4%
70.0%
75.0%
80.0%
85.0%
90.0%
95.0%
2014 2015 2016
Bed Occupancy Rate
3
meningkat dengan signifikan pada tahun 2016, hal tersebut berbanding lurus dengan angka
kunjungan operasi serta angka kunjungan pasien rawat inap (RSU Bhakti Rahayu Denpasar,
2017)
Dari gambar 1.1 diatas, didapatkan Angka Bed Occupancy Rate yang dimiliki oleh
RSU Bhakti Rahayu Denpasar meningkat secara signifikan pada 3 tahun terakhir. Pada tahun
2014 BOR mencapai angka 77.2%, pada tahun 2015 mencapai 79%, dan pada tahun 2016
BOR telah mencapai angka 90.4%. Angka ideal pada Bed Occupancy Rate yakni 60%-85%
(Depkes, 2005).
Gambar 1.2 Angka Kunjungan Rawat Inap dan Angka Kunjungan Operasi RSU Bhakti Rahayu
Denpasar
Sumber : RSU Bhakti Rahayu Denpasar, 2017
Selain angka BOR yang meningkat secara signifikan pada tahun 2016, angka
kunjungan rawat inap juga mengalami hal yang sama. Menurut gambar 1.2 diatas, angka
kunjungan rawat inap pada tahun 2014 mencapai 4796 kunjungan, tahun 2015 mencapai 4829
kunjungan dan meningkat secara signifikan pada tahun 2016 yakni mencapai 5212 kunjungan
dalam satu tahunnya. Pada angka kunjungan operasi tidak terdeteksi pada tahun 2014 dan
2015 dikarenakan, RSU Bhakti Rahayu Denpasar belum menjalankan Sistem Informasi
4796 48295212
0 0 2.5590
1000
2000
3000
4000
5000
6000
2014 2015 2016
Angka Kunjungan Rawat Inap dan Angka
Kunjungan Operasi
Angka kunjungan Angka Kunjungan Operasi
4
Manajemen RS secara elektronik. Sehingga tidak dapat dipilah angka kunjungan operasinya.
Namun pada tahun 2016 SIM-RS RSU Bhakti Rahayu Denpasar telah dilakukan secara
elektronik sehingga didapatkan angka kunjungan operasi pada tahun 2016 sebanyak 2559
kunjungan. Ruang operasi pada Unit Bedah Sentral terpengaruh dengan adanya peningkatan
BOR tersebut, dimana pada awalnya RSU Bhakti Rahayu Denpasar hanya memiliki 2 kamar
operasi lalu berubah pada tahun 2015 menjadi 3 kamar operasi agar dapat mengoptimalkan
pelayanan bedah di RSU Bhakti Rahayu Denpasar (RSU Bhakti Rahayu Denpasar, 2015).
Unit Bedah Sentral RSU Bhakti Rahayu Denpasar berada di lantai 1 berdekatan dengan
kantin, laboratorium, Instalasi Farmasi, ruang bersalin dan ICU/HCU. Di depan Unit Bedah
Sentral terdapat koridor yang berisi kursi-kursi panjang sebagai ruang tunggu keluarga dari
pasien di ruang bersalin, penunggu pasien di Unit Bedah Sentral, penunggu di ICU/HCU,
pasien di rawat jalan yang menunggu obat di Instalasi Farmasi, dan penunggu pasien rawat
inap yang menunggu obat di instalasi farmasi. Untuk mengakses Unit Bedah Sentral dapat
diakses melalui pintu utama.
Dari hasil observasi peneliti, UBS memiliki ruang penerimaan bergabung dengan ruang
pulih sadar, ruang istirahat dan kamar ganti, dan 3 ruang operasi serta 1 ruang disposal. Untuk
masuk area Unit Bedah Sentral dapat dilalui melalui satu pintu utama, yakni pintu untuk
pasien dan petugas, sedangkan pada pintu kedua berguna untuk akses pengambilan linen
kotor.
Pada ruang penerimaan dan ruang pulih sadar terdapat 5 brancard dan 2 tempat tidur,
1 kamar mandi, meja, kursi, papan tulis dan 1 buah APAR (Alat Pemadam Api Ringan). Pada
tempat tersebut petugas mengganti alas kaki khusus ruang operasi. Setelah ruang penerimaan
dan ruang pulih sadar, terdapat ruang istirahat dan kamar ganti dengan pintu tertutup, pada
ruang ini hanya petugas saja yang dapat mengaksesnya. Di ruang istirahat dan ruang ganti
5
baju petugas telah berganti alas kaki khusus dan mengganti pakaian khusus. Pada ruangan ini
terdapat 2 kamar ganti, 1 kamar mandi, ruang TV dan pantry.
Di depan ruang istirahat dan kamar ganti terdapat ruang operasi yang terdapat pintu
dorong. Ruang operasi terdapat 3 ruangan dan 1 ruang disposal. Pada ruang OK 1 terdapat 2
buah Air Conditioner, dan 1 buah air purifier, ruang OK 2 terdapat 2 buah Air Conditioner,
ruang OK 3 terdapat 1 buah Air Conditioner. Tiap-tiap ruang operasi dilengkapi dengan, 2
buah lampu operasi, 4 buah lampu neon panjang, lantai dilapisi dengan vinyl dan terdapat 1
pintu untuk keluar dan masuk pasien dan petugas yang telah melakukan scrubbing atau cuci
tangan bedah, dan membawa alat steril. Diantara ruang-ruang operasi tersebut terdapat 1
infant warmer yang berguna untuk melakukan pemeriksaan dan melakukan tindakan pada
bayi baru lahir dari pasien section caesarean. Selain ruang tindakan bayi baru lahir terdapat
juga ruang disposal. Ruang disposal tersebut menggunakan pintu yang otomatis tertutup dan
didalamnya terdapat 1 buah exhaust fan, 1 buah autoclave, 1 buah wastafel cuci kotor, dan
alat cleaning.
Dalam menjaga suhu dan kelembapan ruang operasi, petugas selalu melakukan evaluasi
suhu dan kelembapan ditiap ruang operasi dilakukan tiap pergantian shift jaga guna menjaga
kestabilan suhu dan kelembapan ruang operasi. Disamping observasi lapangan peneliti juga
melakukan wawancara pendahuluan untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan internal
terhadap Unit Bedah Sentral. Wawancara pendahuluan dilakukan kepada 4 orang petugas,
seorang kepala Unit UBS (Unit Bedah Sentral) dan seorang Kepala Divisi Sie. Pelayanan dan
SDM. Wawancara tersebut memiliki hasil seperti berikut 3 dari 4 orang petugas mengatakan
tidak puas atas kondisi fisik dan lingkungan di Unit Bedah Sentral dan 4 orang tersebut
mengatakan Unit Bedah Sentral perlu perbaikan fisik dan lingkungan agar sesuai dengan
standar dan bila Unit Bedah Sentral telah mencapai standar maka pelayanan yang diberikan
akan menjadi optimal.
6
Ketidakpuasan akan kondisi fisik dan lingkungan saat ini pun dirasakan oleh kepala
Unit UBS, beliau mengatakan bahwa keseluruhan dari Ruang Operasi belum memenuhi
syarat, sangat diperlukan pengembangan dengan harapan setelah pengembangan kualitas
pelayanan ke pasien, kinerja petugas yang memberikan pelayanan, kondisi fisik dan
lingkungan mematuhi syarat yang telah ada. Sejauh ini pelayanan yang diberikan bergantung
pada fasilitas yang ada, walau sudah diupayakan optimal namun masih ada kekurangannya
terkait keterbatasan fasilitas. Sejalan dengan pendapat Kepala Unit UBS Kepala Divisi Sie.
Pelayanan dan SDM pun berpendapat, bahwa Unit Bedah Sentral dalam pembangunan gedung
pada awalnya tidak memakai acuan yang baku, hanya dengan menggunakan pengalaman dari
pemilik RSU Bhakti Rahayu Denpasar yang merupakan seorang dokter bedah, namun untuk
kedepannya sudah memiliki rencana untuk melakukan pemugaran untuk meningkatkan jenis
pelayanan yang dapat dilaksanakan, namun pada tahun 2017 dapat di rencanakan
penganggarannya terlebih dahulu. Beberapa dokter operator seringkali mengeluhkan bahwa,
ruang operasi pada RSU Bhakti Rahayu Denpasar memiliki AC terlalu dingin dan terkadang
terdapat serangga yang terbang.
Dalam hal ini Unit Bedah Sentral atau keseluruhan Ruang Operasi pada RSU Bhakti
Rahayu Denpasar tersebut belum dievaluasi pasca huninya dan berencana untuk di renovasi
kedepannya. Evaluasi Pasca Huni ini penting agar dapat meningkatkan kepuasan pelanggan
internal dan eksternal serta dapat mengetahui pencapaian standar dari fisik dan lingkungan
ruang tersebut. Menurut Hatmoko (2010), Evaluasi Pasca Huni merupakan suatu kegiatan
untuk mengevaluasi fasilitas dengan sistematik setelah fasilitas tersebut dibangun dan dihuni
dalam suatu kurun waktu. Evaluasi Pasca Huni menilai kriteria performansi yang terdiri dari
3 aspek yaitu: aspek teknis, aspek fungsional dan aspek proses (Hatmoko, 2010).
Dalam aspek teknis yang dapat dievaluasi meliputi sanitasi dan ventilasi, keselamatan
kebakaran, penghawaan, dinding, lantai, plafon, akustik, pencahayaan dan kontrol
7
lingkungan. Dalam aspek fungsional meliputi komunikasi dan alur kerja, serta spesialiasi
dalam tipe unit dan bangunan, dalam hal ini organisasi mengharapkan memperoleh kepuasan
dari gedung yang ditempatinya. Pada aspek perilaku disini dinilai teritorialitas, privasi dan
interaksi, persepsi lingkungan (Hatmoko, 2010).
Adapun penelitian sebelumnya mengenai Evaluasi Pasca Huni Performansi Fisik
Instalasi Kebidanan dan Penyakit Kandungan RS PKU Muhammadiyah Gamping yang
dilakukan oleh Adam (2015), dilakukannya pemisahan penilaian evaluasi pasca huni tiap
aspeknya dan dari segi performansi fisiknya.
Pada saat ini RSU Bhakti Rahayu Denpasar belum memiliki acuan baku dalam
menjalankan manajemen fisik dan lingkungan kamar operasi walau ruang operasi tersebut
telah berjalan sejak 1997, terdapatnya berbagai keluhan dari pelanggan internal dan eksternal
akan fisik dan lingkungan UBS, dan akan diadakannya renovasi keseluruhan pada UBS. Hal-
hal tersebut yang membuat peneliti tertarik untuk membuat penelitian berkaitan dengan
manajemen fisik rumah sakit dengan menggunakan teori evaluasi pasca huni.
8
1.2 Rumusan Masalah
RSU Bhakti Rahayu Denpasar merupakan rumah sakit tipe D yang memiliki Unit
Bedah Sentral dimana didalamnya memiliki 3 ruang operasi, baik untuk operasi mayor,
operasi umum maupun operasi minor. Menurut hasil wawancara pendahuluan yang telah
dilakukan peneliti, salah satu pelanggan internal mengatakan bahwa Unit Bedah Sentral
selama ini belum pernah dilakukannya evaluasi pasca huni pada ruang tersebut dan dalam
waktu dekat akan dilakukan pengembangan oleh pemilik rumah sakit. Beberapa keluhan
sempat diutarakan oleh pelanggan internal mengenai fisik dan lingkungan seperti, suhu pada
beberapa ruang operasi terlalu dingin, suhu pada ruang pulih sadar terlalu panas, terkadang
terlihat adanya serangga pada tiap ruangan dan kurangnya fasilitas seperti tidak terdapatnya
saluran pembuangan ditiap ruang operasi.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Bagaimana performansi fisik dan lingkungan Unit Bedah Sentral di RSU Bhakti
Rahayu Denpasar?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengevaluasi performansi fisik dan lingkungan Unit Bedah Sentral pada RSU
Bhakti Rahayu Denpasar setelah dihuni selama 20 tahun.
9
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran dari hasil evaluasi pasca huni dari aspek teknis,
fungsional, dan perilaku terhadap fisik dan lingkungan Unit Bedah Sentral RSU Bhakti
Rahayu Denpasar setelah digunakan.
2. Untuk mengetahui tentang kepuasan pelanggan internal dan eksternal terhadap fisik
dan lingkungan Unit Bedah Sentral RSU Bhakti Rahayu Denpasar setelah digunakan.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Teoritis
Sebagai tambahan ilmu pengetahuan tentang Evaluasi Pasca Huni ruang operasi pada
RSU Bhakti Rahayu Denpasar.
1.5.2 Praktis
Untuk dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan jangka
pendek dan juga panjang, serta dapat meningkatkan kualitas kinerja organiasi dan
meningkatkan mutu layanan pada ruang operasi RSU Bhakti Rahayu Denpasar.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam ruang lingkup Manajemen Rumah Sakit yang berkaitan
dengan manajamen fisik dan lingkungan rumah sakit. Dimana pembahasan manajamen fisik
dan lingkungan rumah sakit dapat meliputi bangunan rumah sakit, bangunan rumah sakit dan
evaluasi pasca huni.
Top Related