BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dewasa
ini terjadi dengan begitu luar biasa sebagai dampaknya IPTEK telah menjadi
sebuah alat transformasi peradaban manusia, baik yang memberi manfaat
maupun mudharat. Era globalisasi banyak berpengaruh pada kehidupan
seorang muslim, sadar atau tidak sadar mereka terseret ke dalam arusnya.
Banyak dijumpai orang menyatakan: “Yang haram aja susah apalagi yang
halal.” Satu ungkapan yang menggambarkan rendahnya kondisi keimanan
dan keyakinan mereka terhadap rahmat dan rizki Allah. Allah dan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menegaskan dengan sangat
tandas sekali bahwa Allah akan mencukupkan rizki mereka dan tidak
membebankan hal itu kepada pundak mereka.
Fotie Photenhauer dengan bukunya yang berjudul Natural Harvest
A Collection Of Semen-Based Recipes yang terbit pada 24 Juli 2009 dengan
kutipan isi yang cukup menggelitik, yaitu :
Semen is not only nutritious, but it also has a palatable texture and
wonderful cooking properties. Like fine wine and cheeses, the taste of semen
is complex and dynamic. Semen producers can generate a wide range of
semen tastes simply by making minor dietary adjustments. Semen is
inexpensive to produce and is commonly available in many, if not most,
1
homes and restaurants. Despite all of these positive qualities, semen
remains neglected as a food. This book hopes to change that.
Dari kutipan di atas dapat diterjemahkan, air mani tidak hanya
bergizi, tetapi juga memiliki tekstur yang indah dan masakan yang
menakjubkan. Seperti anggur dan keju, rasa air mani yang kompleks dan
dinamis. Semen murah untuk diproduksi dan umumnya tersedia dalam
jumlah banyak, rumah-rumah dan restoran. Walaupun semua sifat-sifat
positif ini, air mani tetap diabaikan sebagai makanan. Buku ini berharap
untuk mengubahnya.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu pemaparan dan
penyelesaian masalah mengenai penggunaan sperma sebagai bahan baku
makanan yang dilihat dari berbagai perspektif, seperti aspek sains, bioetika
dan agama (syari’at Islam).
B. Batasan Masalah
Dalam pembuatan karya ilmiah ini penulis membatasi
permasalahan yang dikaji hanya dalam perspektif sains, bioetika dan syari’at
Islam terhadap pembahasan sperma manusia dijadikan bahan baku
pembuatan makanan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin menjadikan
sebagai pokok permasalahan sebagai berikut :
2
1. Bagaimanakah perspektif sains terhadap sperma manusia yang
dijadikan bahan baku pembuatan makanan?
2. Bagaimanakah perspektif bioetika terhadap sperma manusia yang
dijadikan bahan baku pembuatan makanan?
3. Bagaimanakah perspektif syari’at Islam terhadap sperma manusia yang
dijadikan bahan baku pembuatan makanan?
D. Tujuan Penelitian
Dalam penulisan karya ilmiah ini tujuan yang ingin dicapai yaitu :
1. Mengetahui perspektif sains terhadap sperma manusia yang dijadikan
bahan baku pembuatan makanan.
2. Mengetahui perspektif bioetika terhadap sperma manusia yang
dijadikan bahan baku pembuatan makanan.
3. Mengetahui perspektif syari’at Islam terhadap sperma manusia yang
dijadikan bahan baku pembuatan makanan.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu :
1. Memberi sumbangan pengetahuan, pemikiran dan informasi bagi
masyarakat luas mengenai makanan dengan berbahan baku sperma
manusia.
2. Bagi para ilmuwan karya ilmiah ini sebagai pertimbangan dan kontrol
dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
3
3. Bagi tokoh agama dan masyarakat sebagai masukan berkaitan dengan
penerapan sperma manusia sebagai bahan baku pembuatan makanan
yang dapat digunakan sebagai kontrol sosial.
4. Bagi Pemerintah, khususnya Departemen Agama bersama-sama
dengan lembaga Islam (seperti MUI dan sejenisnya), sebagai bahan
masukan dalam menyusun dan menentukan kebijakan yang berkaitan
dengan penerapan sperma manusia sebagai bahan baku pembuatan
makanan untuk mengantisipasi rusaknya tatanan agama dan sosial.
F. Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research)
sehingga kajiannya hanya menelaah beberapa pustaka yang terkait untuk
menyelesaikan permasalahan penggunaan sperma sebagai bahan baku
makanan dari buku yang berjudul Natural Harvest A Collection Of Semen-
Based Recipes yang ditulis oleh Fotie Photenhauer. Cara mengkajinya
menggunakan indexing (mengutip).
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sperma dalam Perspektif Sains
1. Pengertian Sperma
Spermatozoa atau sperma merupakan hasil produksi dari
kelamin pria, yang dikeluarkan bersama-sama dengan cairan mani.
Dengan ukurannya yang sangat kecil hanya akan nampak bila dilihat
dengan mikroskop yaitu sekitar 4-5 mikron dengan lebarnya 2,5 - 3,5
mikron adalah hal yang sangat memungkinkan bagi sperma untuk
mencapai sel telurdengan ‘kegesitannya’.1
2. Proses Terbentuknya Sperma Manusia (Spermatogenesis)
Spermatogenesis terjadi melalui beberapa fase , yaitu :
a. Fase Pertumbuhan
b. Fase Pembelahan
c. Fase Diferensiasi
1. Fase Pertumbuhan
Pada Fase Pertumbuhan sel – sel calon indung sperma tumbuh,
membesar, dan berduplikasi. Pada Fase ini juga terjadi penambahan
materi inti, sintesis DNA dan sintesis organel sel. Fase ini juga disebut
fase persiapan sebelum melakukan pembelahan. Akhir dari Fase
Pertumbuhan terbentuklah Spermatogonium ( Sel Induk Sperma ) yang
sudah siap untuk melakukan pembelahan.
1A, Evariny. Gali Sperma Lebih Dalam. www.hypno-birthing.web.id/tanggal akses 13-11-2009
5
2. Fase Pembelahan
Tiap Spermatogonium yang sudah terbentuk akan mengalami proses
pembelahan. Spermatogonium yang terbentuk akan menjadi
Spermatosit Primer. Spermatosit Primer inilah yang akan mengalami
pembelahan. Pembelahan yang tejadi adalah pembelahan Meiosis,
yaitu pembelahan yang terjadi pada pembentukan gamet yang
bertujuan untuk mereduksi jumlah kromosom. Spermatosit Primer
mengalami pembelahan Meiosis I membentuk 2 buah Spermatosit
Sekunder. Jumlah kromosom sel Spermatosit Sekunder adalah
setengah dari Sel Spermatosit Primer.
Pembelahan belum selesai. Spermatosit Sekunder yang tebentuk akan
segera mengalami pembelahan menjadi 4 buah Spermatid. Spermatid
ini lah sel yang akan menjadi sel sperma.
3. Fase Diferensiasi
Spermatid yang terbentuk pada fase pembelahan harus mengalami
perubahan agar mampu berenang mencari letak sel telur. Bentuk
awalnya yang hanya berbentuk bulatan dirasa tidak mungkin mampu
mencapai sel telur. Maka dari itu, spermatid harus mengalami
Diferensiasi menjadi sel – sel sperma yang siap untuk membuahi sel
telur. Setelah proses Diferensiasi, terbentuklah 4 buah sel sperma aktif
yang strukturnya sudah berubah. Kini sperma anda berbentuk seperti
seekor berudu, dengan bentuk kepala seperti mata panah dan berekor
panjang. Tentu saja bentuk seperti ini dimaksudkan agar sel sperma
6
bisa dengan mudah berenang mencapai sel telur. Selain itu pada bagian
kepala terdapat organel aparatus golgi yang berfungsi pada saat
penetrasi.
Pembentukan sperma bukan hal yang gampang jika dipikirkan
oleh pikiran manusia. Maka dari itu, janganlah buang – buang sperma jika
memang tidak terdesak. Jaga kesehatan reproduksi dengan tetap berolah
raga dan mengkonsumsi makanan yang sehat, agar produksi sperma tidak
terganggu.
3. Kandungan Kimia Sperma
Satu sendok teh cairan mani mengandung kalori sekitar 21
kilojoules (kilo kalori) dan 200-500 juta sperma. Sedanglan jumlah
sperma hanya sekitar satu persen dari cairan mani. Menurut seksolog Dr
Elna Mc Intosh, selain sperma, cairan mani terdiri dari gula fruktosa, air,
ascorbic acid (vitamin C), asam sitrat, enzim, protein, posfat, dan zinc.
Menurut Fred Guerra dari Jackin World Science Corner ternyata
kandungan semen (sperma) laki-laki itu adalah sebagai berikut :
Ascorbic Acid (vitamin C, for tissue maintenance)
Blood-Group Antigens (from immune system)
Calcium (mineral)
Chlorine (oxidizing agent)
Cholesterol (steroid alcohol present in body fluids)
Choline (base, part of the vitamin B complex)
Citric Acid (occurs during cellular metabolism)
7
Creatine (nitrogenous substance found in muscle)
Deoxyribonucleic Acid (DNA)
Fructose (sugar used for energy)
Glutathione (peptide amino acid)
Hyaluronidase (enzyme)
Inositol (sugar found in muscles)
Lactic Acid (byproduct of muscle use)
Magnesium (mineral)
Nitrogen (gas found in all living tissue)
Phosporus (mineral)
Potassium (mineral)
Purine (compound of uric acid)
Pyrimidine (organic base)
Pyruvic Acid (formed from either glucose or glycogen)
Sodium (salt)
Sorbitol (body alcohol)
Spermidine (catalytic enzyme)
Spermine (ammonia compound found in sperm)
Urea (from urine)
Uric Acid (from urine)
Zinc (mineral)
Vitamin B12 (for proper function of nervous system and metabolism)2
4. Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Semen
2 Ione.2008. Kandungan pada Sperma. www.kaskus.us/ tanggal akses 13-11-2009
8
Memang cairan semen sama sekali tidak ada fungsi konsumtif.
Ia hanya berfungsi sebagai pelumas dalam hubungan seksual. Setiap
ejakulasi, rata-rata pria mengeluarkan cairan semen sekitar satu sendok
teh. Banyak sedikitnya cairan semen ini dipengaruhi oleh :
a. Usia,
b. Waktu ejakulasi,
c. Jenis rangsangan yang diterima ketika akan melakukan kegiatan
seksual.
5. Permasalahan yang Ditimbulkan
Berdasarkan kandungan dan lokasi terdapatnya semen, maka
terdapat beberapa permasalahan yang ditimbulkan apabila sperma
dikonsumsi atau dijadikan bahan baku pembuatan makanan, seperti
penularan penyakit kelamin. Penyakit kelamin ini timbul dari infeksi
maupun virus yang dapat menimbulkan penyakit bahkan mematikan.
Bagi penderita penyakit kelamin apabila spermanya diambil sebagai
bahan baku makanan, maka dapat terjadi penularan penyakit, seperti
penyakit HIV/ AIDS, Syphilis dan Gonorhea.
6. Manfaat yang Dihasilkan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan tim peneliti dari Graz
University di Austria, senyawa yang terkandung pada sperma bisa
mengurangi radikal bebas dan memiliki efek anti penuaan pada sel-sel
kulit.
9
Senyawa yang disebut spermidine tersebut, diujicoba pada
jamur, lalat buah, cacing, tikus dan sel darah manusia bukan pada
manusia secara langsung. Spermidine bisa menjadi bahan alternatif untuk
mencegah penuaan kulit. Dari penelitian diketahui cara kerja spermidine,
yaitu dengan memperlambat proses penuaan dan memperpanjang
kehidupan dari lalat, jamur, tikus cacing dan yang terpenting sel darah
manusia. Peneliti mengungkapkan juga proses autophagy pada percobaan
tersebut, yaitu proses memperbaiki dan mendaur-ulang sel yang rusak dan
tidak berfungsi secara maksimal. Proses ini akan menjaga keseimbangan
pertumbuhan dan regenerasi sel.
Hal lain yang ditemukan dari percobaan tersebut adalah
spermidine merupakan hal penting dalam proses peremajaan dan
perbaikan sel. Dengan menekan radikal bebas, spermadine bisa
meningkatkan kualitas dan memperpanjang umur sel dan bersifat sebagai
anti penuaan.3
B. Sperma dalam Perspektif Bioetika
1. Pengertian Bioetika
Menurut J. Guwandi istilah Bioetika merupakan gabungan dari
suku kata yaitu “bio” yang artinya kehidupan dan digabungkan dengan
kata “etika” dalam arti moral. Dengan demikian Bioetika dapat diartikan
3 Kodrati, Finalia dan Mutia Nugraheni.2009. Sperma Memiliki Efek Anti Penuaan. www.vivanews.com/ diakses tanggal 13-11-2009
10
sebagai ilmu yang mempelajari moral dari kehidupan.4 Sedangkan F.
Abel, Bioetika adalah studi interdisipliner tentang problem-problem yang
ditimbulkan oleh perkembangan dibidang Biologi dan ilmu kedokteran,
baik pada skala mikro maupun skala makro dan dampaknya atas
masyarakat luas serta sistem nilainya, kini dan masa mendatang.5
2. Dasar Etis Mengenai Penggunaan Sperma Manusia Sebagai Bahan
Baku Makanan
Berdasarkan nilai-nilai etika, penulis menganut nilai
konsekuensialisme, yaitu paham etika yang melakukan apapun yang
memilki konsekuensi paling baik.6 Sesuatu yang halal apabila diletakkan
di tempat yang halal, tentulah ia menjadi halal dan malah berpahala. Akan
tetapi kebalikannya, apabila sesuatu yang halal diletakkan di tempat yang
haram, maka sesuatu yang halal itu akan menjadi haram. Contoh,
kemaluan lelaki apabila diletakkan di tempat yang halal (istrinya)
tentunya itu halal dan malah mendatangkan pahala. Akan tetapi kalau
diletakkan di tempat yang haram (bukan istrinya) tentulah menjadi haram
dan berdosa. Maka setiap sesuatu memiliki tempat yang sesuai, sehingga
baik dan buruk ditimbulkan dari tempat asalnya sesuatu hal itu berada.
3. Masalah Etis yang Ditimbulkan dari Penggunaan Sperma Manusia
Sebagai Bahan Baku Makanan4 J. Guwandi. Pendahuluan dalam “Bioethics and Biolaw (Kumpulan Kasus)”. Jakarta. Fakultas Kedokteran UI. Hal.15 K. Bentens. Kata Pengantar, op.cit, dikutip dari F.Abel, “Bioethics : Origin and Development”, dalam Human Life : It’s Beginning and Development. L’ Harmattan Ciaco : Paris-Louvain-la-Nevve. 1998. Hal.156 Sulistiyowati, Eka. 2008. Handout Bioetika. Yogyakarta : Fakultas Sains dan Teknologi. Hal.14
11
Berdasarkan dasar etis mengenai penggunaan sperma manusia
sebagai bahan baku makanan yang berarti meletakkan sesuatu bukan pada
tempatnya. Sperma seharusnya digunakan untuk fungsi reproduksi, bukan
untuk pembuatan bahan baku makanan. Sperma bersama-sama dengan sel
telur (ovum) melebur melakukan fertilisasi untuk menghasilkan zigot dan
berkembang menjadi individu/ manusia baru. Jadi bukanlah sperma
digunakan untuk bahan baku makanan dan dikonsumsi atau dengan kata
lain sperma yang dapat menghasilkan individu baru jika melakukan
fertilisasi dikonsumsi oleh sesama pembuatnya, seperti kanibal (pemakan
sesamanya). Bahkan menurut Prof.DR.Dr. Wimpie Pangkahila, Sp. And,
(Dokter Ahli Andrologi dan Seksologi) tidak benar adanya sperma dapat
menimbulkan awet muda, adapun awet muda jika dilakukan memiliki
kepuasan sendiri oleh pelakunya.
C. Sperma dalam Perspektif Syari’at Islam
1. Sperma Manusia dalam Perspektif Syari’at Islam
Dalam permasalahan najis atau sucinya air mani, ada perbedaan
pendapat di kalangan para ulama. Sebagian ulama menyatakan bahwa air
mani itu najis, sebagaimana pendapat Al-Imam Abu Hanifah dan Al-
Imam Malik. Sebagian ulama yang lain berpendapat air mani itu suci,
sebagaimana pendapat Al-Imam Asy-Syafi’i dan Al-Imam Ahmad.
Dari dua pendapat tersebut, yang rajih -insya’ Allah- adalah
pendapat kedua, yang menyatakan bahwa air mani itu suci. Hal ini
12
didasarkan pada hadits ‘Aisyah radhiyallâhu ‘anhâ yang diriwayatkan
Al-Imam Al-Bukhari dan Muslim dengan lafazh, di antaranya:
�ا ك ف�ر� م� ل و�س� �ه �ي ع�ل الله� ص�لى الله و�ل س� ر� �و�ب ث م ن� �ه� ك ف�ر�� أ �ت� �ن ك �ق�د� ل ق�ال�ت� ة� ش� ع�ائ ع�ن�
( م� ( ل م�س� و�اه� ر� �ه ف ي �ص�ل(ي ف�ي
Bahwasanya aku dahulu mengerik (air mani) dari pakaian Rasulullah
shallallâhu ‘alaihi wa sallam, kemudian beliau shalat dengan
menggunakan pakaian tersebut. (HR. Muslim)
Dalam lafazh lain:
( مسلم ( رواه ه �و�ب ث م ن� ظ�ف�ر ي ب ا س� ب �ا ي 0ه� ح�ك� أ �ت� �ن ك �ق�د� ل
Dahulu aku mengerik air mani yang telah kering dengan kukuku dari
pakaian Rasulullah. (HR. Muslim)
Dari hadits di atas, jelaslah bahwa air mani merupakan sesuatu
yang suci karena :
a. Perbuatan ‘Aisyah radhiyallâhu ‘anhâ membersihkan air mani yang
telah kering tersebut hanya mengerik dengan kukunya. Kalau
seandainya air mani adalah sesuatu yang najis, maka tidak cukup
mensucikannya hanya dengan mengeriknya.
b. Sikap Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam menunda pembersihan
air mani yang menimpa pakaiannya hingga kering, juga menunjukkan
bahwa air mani itu suci. Kalau seandainya najis, maka Rasulullah
shallallâhu ‘alaihi wa sallam akan segera membersihkannya,
sebagaimana kebiasaan beliau di dalam mensikapi benda-benda najis.
Begitu pula peristiwa seorang Badui yang kencing di masjid,
13
sebagaimana dikisahkan dalam hadits Anas bin Malik radhiyallâhu
‘anhu yang diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim.
Pendapat yang kedua ini adalah pendapat yang dipilih Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyyah dan merupakan pendapat kebanyakan para ulama.
Sementara itu, cara membersihkan air mani adalah dengan dua cara:
a. Boleh dicuci dengan air, sebagaimana hadits ‘Aisyah yang
diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim dengan lafazh:
ك� ذ�ل ف ي الصالة ل�ى إ ج� �خ�ر� ي �م ث ي �م�ن ال ل� �غ�س ي م� ل و�س� �ه �ي ع�ل الله� ص�لى الله و�ل س� ر� �ان� ك
( عليه ( متفق �غ�س�ل ال �ر ث� أ ل�ى إ �ظ�ر� ن
� أ �ا �ن و�أ و�ب الث
Bahwasanya Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam mencuci air mani,
kemudian keluar shalat dengan mengenakan pakaian tersebut, sementara
aku melihat adanya bekas cucian tersebut.
b. Dengan mengeriknya (dengan kuku), sebagaimana dalam hadits yang
telah lalu jika air mani telah kering. Dan juga boleh dicuci walaupun
telah kering.7
2. Penggunaan Sperma Manusia Sebagai Bahan Baku Makanan dalam
Perspektif Syari’at Islam
Permasalahan halal dan haram sangat penting sekali bagi
seorang muslim, dan ini ditunjukkan langsung dengan pengaitan Allah
Subhanahu wa Ta’ala antara makanan yang baik dengan amal shalih dan
ibadah.
7 Al-Makassar,i Abu Abdillah M. 2008. Najiskah Air Mani?. www.kaahil.wordpress.com/ diakses tanggal 16-11-2009
14
Sesungguhnya Allah Ta’ala itu baik, tidak menerima kecuali yang baik,
dan bahwa Allah memerintahkan kepada orang-orang mukmin dengan
apa yang diperintahkannya kepada para rasul dalam firman-Nya: ‘Hai
rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah
amal shaleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan’.(Qs. al-Mu’minun: 51).
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa,
Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik
yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika
benar-benar hanya kepada Allah kamu menyembah. (QS. Al
Baqarah:172)
Makanlah di antara rezki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu,
dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan
kemurkaan-Ku menimpamu. Dan barangsiapa ditimpa oleh kemurkaan-
Ku, maka sesungguhnya binasalah ia. (QS. Thaaha:81)
Walaupun telah dijelaskan bahwa sperma tidak najis, bukan
berarti sperma halal. Karena sesuatu yang halal apabila diletakkan di
tempat yang halal, tentulah ia menjadi halal dan berpahala. Akan tetapi
kebalikannya, apabila sesuatu yang halal diletakkan di tempat yang
haram, maka sesuatu yang halal itu akan menjadi haram.
Sperma bukanlah untuk hal yang konsumtif, tetapi sperma
secara fungsionalnya digunakan untuk fertilisasi. Jadi tidak dibenarkan
penggunaan sperma untuk pembuatan bahan baku makanan. Sampai
15
sekarang belum ada penjelasan tentang penelitian pada manusia langsung
yang menunjukkan bahwa kandungan sperma berupa spermidine dapat
menjadi bahan alternatif mencegah penuaan pada kulit dan mencegah
radikal bebas. Karena percobaan tersebut hanya dilakukan pada jamur,
lalat buah, cacing, tikus dan sel darah manusia.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dari perspektif sains penggunaan sperma sebagai bahan baku
makanan memiliki beberapa manfaat dan madharat. Manfaatnya
adalah kandungan sperma berupa Spermidine berfungsi untuk
peremajaan sel kulit, zat anti penuaan kulit dan mengurangi radikal
bebas. Hal ini diujicobakan pada jamur, lalat buah, cacing, tikus dan
sel darah manusia bukan pada manusia secara langsung. Kerugiannya
dapat menimbulkan penyakit kelamin yang menular dan mematikan.
2. Dari perspektif bioetika penggunaan sperma manusia sebagai bahan
baku makanan menimbulkan keberatan etis dan moral. Karena
meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Sperma seharusnya
digunakan untuk fungsi reproduksi, bukan untuk pembuatan bahan
baku makanan. Jadi bukanlah sperma digunakan untuk bahan baku
makanan dan dikonsumsi atau dengan kata lain sperma yang dapat
menghasilkan individu baru jika melakukan fertilisasi dikonsumsi oleh
sesama pembuatnya, seperti kanibal (pemakan sesamanya).
3. Dari perspektif syari’at Islam penggunaan sperma manusia sebagai
bahan baku makanan walaupun ada yang membolehkannya, tetapi
sebagian besar ulama dan ahli kedokteran memandang bahwa
penggunaan sperma manusia sebagai bahan baku makanan membawa
17
mudharat yang lebih besar daripada manfaatnya misalnya
menimbulkan penyakit. Untuk menentukan posisi halal dan haramnya
dalam hukum Islam perlu merumuskan kaidah hukum yang
berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits.
B. Saran-saran
Penggunaan sperma manusia sebagai bahan baku makanan banyak
menimbulkan masalah seperi masalah etis, moral, maupun dalam agama
khususnya agama islam. Para ulama bersama dengan lembaga-lembaga
Islam dan dokter, untuk merumuskan dasar hukum yang jelas dan
manfaatnya dari segi medis mengenai penggunaan sperma manusia
sebagai bahan baku makanan dan disosialisasikan kepada masyarakat luas
karena mungkin penerapan sperma manusia sebagai bahan baku makanan
menjadi prospek masa depan.
18
DAFTAR PUSTAKA
A, Evariny. Gali Sperma Lebih Dalam. www.hypno-birthing.web.id/tanggal akses 13-11-2009
Al-Makassari, Abu Abdillah M. 2008. Najiskah Air Mani?. www.kaahil.wordpress.com/ diakses tanggal 16-11-2009
Sulistiyowati, Eka. 2008. Handout Bioetika. Yogyakarta : Fakultas Sains dan Teknologi
Ione.2008. Kandungan pada Sperma. www.kaskus.us/ tanggal akses 13-11-2009Kodrati, Finalia dan Mutia Nugraheni.2009. Sperma Memiliki Efek Anti Penuaan. www.vivanews.com/ diakses tanggal 1311-2009
J. Guwandi. Pendahuluan dalam “Bioethics and Biolaw (Kumpulan Kasus)”. Jakarta. Fakultas Kedokteran UI. Hal.1
K. Bentens. Kata Pengantar, op.cit, dikutip dari F.Abel, “Bioethics : Origin and Development”, dalam Human Life : It’s Beginning and Development. L’ Harmattan Ciaco : Paris-Louvain-la-Nevve. 1998. Hal.15
Kholid. 2009. Dampak Buruk Makanan Haram Bagi Seorang Muslim. www.ustadzkholid.com/ diakses tanggal 16-11-2009
Zanikhan.2009. Norma dan Etika Konsumsi Dalam Islam. www.zanikhan.multiply.com/ diakses tanggal 16-11-2009
19
Top Related