RESPON SANTRI PONDOK PESANTREN AT-TAQWA PUTRA BEKASI
TERHADAP FILM SINGA KARAWANG BEKASI
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Komunikasi Islam
(S.Kom.I)
Disusun oleh :
Kiki Rizkiyah
107051002644
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
1433 H/2011 M
RESPON SANTRI PONDOK PESANTREN AT-TAQWA PUTRA BEKASI
TERHADAP FILM SINGA KARAWANG BEKASI
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Komunikasi Islam
(S.Kom.I)
Oleh :
Kiki Rizkiyah
NIM: 107051002644
Pembimbing
Drs. Masran, M. Ag
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1433 H/2011 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu 1 di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah
saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 20 Desember 2011
Kiki Rizkiyah
i
ABSTRAK
Kiki Rizkiyah
RESPON SANTRI PONDOK PESANTREN AT-TAQWA PUTRA BEKASI
TERHADAP FILM SINGA KARAWANG BEKASI.
Dalam Islam adalah suatu proses yang tidak pernah mengenal kata selesai,
selama dunia masih ada dan dihuni oleh manusia dengan berbagai permasalahan
mereka. Maka selama itu pula proses dakwah masih dibutuhkan dan bahkan harus
ditingkatkan. Seiring dengan kemajuan teknologi, cara berdakwah pun mengalami
perkembangan. Dakwah tidak dilakukan secara sederhana, tetapi mulai
memanfaatkan kemajuan teknologi. Salah satu media dakwah yang sering digunakan
adalah film, film memilki efek ekslusif bagi para penontonnya. Puluhan bahkan
ratusan penelitian berkaitan dengan efek media massa film bagi kehidupan manusia
betapa kuatnya media itu mempengaruhi fikiran, sikap dan tindakan para
penontonnya. Dari film tersebut penonton akan melakukan perhatian, pengertian, dan
penerimaan pesan dan meresponnya hingga menghasilkan respon kognitif yang
berpengaruh terhadap pengetahuan; respon afektif yang berpengaruh terhadap
perasaan, rasa yang disenangi; respon konatif yag berpengaruh pada tingkah laku,
kegiatan dan perilaku.
Berdasarkan pernyataan diatas, maka timbul rumusan masalah dari penelitian
ini: Bagaimana respon kognitif, afektif dan konatif Santri Pondok Pesantren At-
Taqwa Putra Bekasi terhadap Film Singa Karawang Bekasi?
Film Singa Karawang Bekasi adalah film yang diangkat dari kisah hidup
hayat seorang kyai sekaligus tokoh pejuang nasional, yang memperjuangkan
agamanya melawan penjajah Belanda dan sekutunya dari tanah Karawang-Bekasi.
Noer Alie namanya, yang merupakan pendiri Yayasan At-Taqwa yang merupakan
tempat belajar santri tersebut, dan merupakan suatu film wajib bagi santrinya.
Dalam penulisan skripsi ini, metodologi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kuantitatif dengan analisis deskriptif. Perhitungan analisanya
dengan menggunakan perhitungan statistik deskriptif. Pengumpulan data yang
digunakan penulis dengan menggunakan kuesioner atau angket.
Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah stimulus respon, karena
komunikan atau para santri akan distimulus atau dirangsang oleh film dan melakukan
perhatian, pengertian dan penerimaan stimulus sehingga muncullah respin atau efek
yang responden dapatkan dari film ini.
Berdasarkan hasil penelitian pada Respon Santri Pondok Pesantren At-Taqwa
Putra Bekasi terhadap Film Singa Karawang Bekasi, didapatkan hasil respon kognitif
lebih kepada pengetahuan, respon afektif lebih tentang apa yang dirasakan dan respon
konatif lebih kepada kegiatan berprilaku. Dari ketiga respon yang menempati nilai
yang tertinggi adalah respon kognitif yang lebih banyak dilakukan oleh responden
dan yang lebih rendah adalah respon konatif.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan penelitian skripsi dengan judul “ Respon Santri Pondok
Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi terhadap Film Singa Karawang Bekasi ” sebagai
prasyarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam, pada Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga dan sahabatnya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Namun demikian penulis berusaha sesuai dengan kemampuan dan dengan
harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Terselesaikannya skripsi ini tentu tak lepas dari berbagai dukungan yang
diberikan kepada penulis, baik moril maupun materil. Dan dalam kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kepada kedua orang tua tersayang, Ayahanda H.M. Ahyat dan Ibunda Hj.
Hasanah yang tidak pernah berhenti memberikan do`a dan dukungan secara
moriil dan materil untuk penulis selama ini.
2. Dr. Arief Subhan, MA., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, serta Pembantu Dekan Drs. Wahidin Saputra, M.Ag., Drs.
Mahmud Jalal, M.A., dan Drs. Study Rizal LK, M.A.
iii
3. Drs. Jumroni, M.Si., sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam.
4. Dra. Hj. Umi Musyarrofah, M.A., sebagai Sekretaris Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam.
5. Drs. Masran, M. Ag., sebagai Dosen Pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama proses skripsi ini berjalan.
6. Segenap Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, yang telah mentranformasikan ilmu, sehingga penulis
mampu menyelesaikan studi maupun penulisan skripsi ini.
7. Pimpinan dan para petugas perpustakaan Fakultas Dakwah dan
perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. KH. Amien Noer. Lc., Selaku Pimpinan Yayasan At-Taqwa yang dengan
keramahtamahannya meluangkan waktu untuk mengizinkan penulis
meneliti disana.
9. KH. Nurul Anwar, Lc., Selaku Pimpinan Pondok Pesantren At-Taqwa
Putra Bekasi yang sudah mengizinkan penulis melakukan penelitian di
sana.
10. H. Ahmad Marsilla, Lc., selaku Kepala Sekolah MA. At-Taqwa Putra
Bekasi yang telah mengizinkan peneliti melakukan penelitian disana.
11. Ustad Mirwan Nijan, S.Pd.I dan Ustad H. Rojuddin Basroh, Lc., yang
telah banyak membantu dan memberikan kemudahan bagi penulis selama
dalam melakukan penelitian ini. Barakallah!
iv
12. Kakak-kakakku dan 2 adikku Khoirul Barriyah De Poom Poom dan Siti
Qori Ainah De Poom Poom serta tak ketinggalan pula 2 keponakanku yang
comel & nakal Raihan Azmi Malika De Poom Poom dan Amira Syahda
Kamila Usmanova De Poom Poom, they are my everything!
13. Kawan-kawan KPI B angkatan 2007, sahabatku tersayang yang mau
berbagi dalam suka dan duka Siti Durriatul Munawaroh dan Amalia,
thanks a lot. Serta teman-teman KKN HARMONI 2010, yang telah
membantu penulis dalam segala hal, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT semua amal baik dikembalikan, semoga
Allah SWT membalas jasa segala dukungan yang diberikan kepada penulis dengan
balasan yang berlipat ganda. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat
khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca pada umumnya. Amin.
Jakarta, 20 Desember 2011
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Pembahasan dan Perumusan Masalah ................................ 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 6
D. Metodologi Penelitian ........................................................ 7
E. Kajian Pustaka .................................................................... 12
F. Sistematika Penulisan ........................................................ 14
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Ruang Lingkup Respon ...................................................... 16
B. Pengertian Santri dan Anak Didik...................................... 23
C. Film .................................................................................... 26
BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN AT-TAQWA
PUTRA BEKASI DAN RUANG LINGKUP FILM SINGA
KARAWANG BEKASI
A. Keadaan Santri di Pondok Pesantren At-taqwa
Putra Bekasi ....................................................................... 37
vi
B. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren At-Taqwa
Putra Bekasi ....................................................................... 38
1. Visi dan Misi ................................................................ 41
2. Tujuan .......................................................................... 42
3. Struktur Organisasi ...................................................... 43
C. Ruang Lingkup Film Singa Karawang Bekasi ................... 45
1. Gambaran Umum Film Singa Karawang Bekasi ......... 45
2. Synopsis Film Singa Karawang Bekasi ....................... 48
3. Para Crew dan Pemain Film Singa Karawang Bekasi . 50
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Respon Santri Pondok Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi terhadap
Film Singa Karawang Bekasi ........................................... 51
1. Respon Kognitif .......................................................... 53
2. Respon Afektif ............................................................ 57
3. Respon Konatif ........................................................... 63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 75
B. Saran-Saran ........................................................................ 76
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Proses Perubahan Sikap pada Individu .......................................... 22
Tabel 2 Struktur Organisasi Pondok Pesantren At-Taqwa .......................... 43
Tabel 3 Rincian Perhitungan Sampel ............................................................ 51
Tabel 4 Jenis Kelamin Responden ................................................................ 52
Tabel 5 Mengetahui Film Singa Karawang Bekasi ...................................... 53
Tabel 6 Menambah Pengetahuan Agama ..................................................... 54
Tabel 7 Pengetahuan tentang Jihad .............................................................. 55
Tabel 8 Mengetahui Makna Jihad yang Sebenarnya .................................... 56
Tabel 9 Mengetahui Jihad yang dibolehkan dalam Pandangan Islam ........ 57
Tabel 10 Suka Film Singa Karawang Bekasi ................................................. 58
Tabel .. 11 Perasaan Senang Ketika Menonton Film Singa Karawang Bekasi 59
Tabel 12 Setuju dengan Isi Cerita dalam Film Singa Karawang Bekasi ....... 60
Tabel 13 Isi cerita Film Singa Karawang Bekasi sangat Bagus .................... 61
Tabel . 14 Setelah Menonton Film Singa Karawang Bekasi Jiwa Responden
Terpanggilan untuk Berjihad.......................................................... 62
Tabel .. 15 Responden Lebih Rajin Beribadah setelah Menonton Film Singa
Karawang Bekasi ........................................................................... 63
Tabel 16 Setelah Menonton Film Singa Karawang Bekasi Sikap Patriotisme
Responden Bertambah .................................................................. 64
Tabel 17 Setelah Menonton Film Singa Karawang Bekasi lebih Berani Jihad di
Jalan Allah SWT ........................................................................... 65
viii
Tabel 18 Setelah Menonton Film Singa Karawang Bekasi lebih Tertarik Berdiskusi
Masalah Agama ............................................................................. .66
Tabel .. 19 Setelah Menonton Film Singa Karawang Bekasi Mengubah Diri
Responden menjadi Pribadi Muslim yang Taat pada Allah SWT 67
Tabel 20 Akumulasi Data Respon Kognitif ................................................. .68
Tabel 21 Akumulasi Data Respon Afektif .................................................. 70
Tabel 22 Akumulasi Data Respon Konatif .................................................. 72
Tabel 23 Intrepetasi Data ............................................................................. 73
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Islam adalah suatu proses yang tidak pernah mengenal kata
selesai, selama dunia masih ada dan dihuni oleh mansia dengan berbagai
permasalahan mereka. Maka selama itu pula proses dakwah masih dibutuhkan
dan bahkan harus ditingkatkan. Dalam pelaksanaan dakwah harus dinamis dan
sesuai dengan perkembangan zaman, terlebih lagi ketika masyarakat
dihadapkan pada persoalan keterbatasan waktu, maka dakwah tidak sebatas
diatas ammar, tapi bisa dilakukan dengan bantuan teknologi komunikasi, baik
itu melalui media tulis seperti surat kabar, majalah ataupun media audio
visual, seperti radio, televisi, dan internet.
Laju perkembangan zaman turut memacu tingkat kemajuan ilmu dan
teknologi, tanpa terkecuali teknologi komunikasi yang merupakan suatu
sarana yang menghubungkan masyarakat yang satu kepada masyarakat yang
lain. Kecanggihan teknologi komunikasi turut serta mempengaruhi seluruh
aspek kehidupan manusia, termasuk di dalamnya kegiatan dakwah sebagai
salah satu pola penyampaian informasi dan upaya transfer ilmu pengetahuan1.
Seiring dengan kemajuan teknologi, cara berdakwah pun mengalami
perkembangan. Dakwah tidak dilakukan secara sederhana, tetapi mulai
1 Bahari Ghazali, Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu
Komunikasi Dakwah, Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1997, hal. 33.
2
memanfaatkan kemajuan teknologi. Hal ini dilakukan agar segmen dakwah
menjadi lebih luas dan dakwah bisa menjadi intensif.
Interaksi antara agama dengan media massa meningkat dari waktu ke
waktu, bukan saja media massa yang mengkhususkan diri sebagai media
dakwah. Secara hipotesis penyebab penting meningkatnya interaksi tersebut
adalah kemajuan media massa yang berakar pada kemajuan telekomunikasi
sejak dasawarsa 70-an.
Masalah-masalah agama pun memperoleh porsi yang memadai atau
malahan banyak dikedepankan. Masalah yang memerlukan pemahaman
adalah sejauh mana kualitas komunikasi dakwah itu mengalami kemajuan.
Dalam mencoba pemahaman fenomena itu, harus berhadapan dengan
masalah kebebasan dan etika komunikasi. Yang dimaksud etika di sini
tentulah ”term” yang berfungsi membatasi dan mengontrol kebebasan media.
Disini makna kebebasan selalu berjalan bersama-sama dengan etika
komunikasi tadi, termasuk norma-norma agama. Muncullah semacam
interaksi kontroversi yang sukar dielakkan antara media dan dakwah islam.
Di satu pihak media massa dalam menyediakan diri sebagai media
dakwah tak mungkin melepaskan diri dari tuntutan industrialisasi media
massa atau fungsi bisnis (komoditi) media massa. Dibidang pers disebut
Geschaftpresse dan fungsi dagang media kini meningkat menjadi industri
media.
Keterlibatan media massa dalam ”menyemarakkan” syiar agama tak
dapat berlangsung sesuai dengan ketentuan agama karena ada kepentingan
3
lain yang harus dilaksanakan oleh media. Bukan saja tuntutan era industri,
tetapi juga ciri khas yang menjadikan eksistensi itu sendiri khususnya ciri
universalitas, publisitas dan komersialitas.
Isinya harus terbuka untuk umum dan karena itu isinya juga beraneka
ragam audience yang berbeda-beda. Ciri komersialitasnya justru terintegrasi
dengan ciri lainnya untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya.
Karena itu bagi media massa ada kesulitan untuk mengakomodasikan
kehendak sepenuhnya bisa sejalan dengan kehendak agama.
Dilain dipihak sebenarnya peraturan perundang-undangan dan kode
etik telah menentukan bagaimana seharusnya media massa melaksanakan
norma-norma agama melalui sejumlah fungsi yang dimilikinya (fungsi
informasi, hiburan, pendidikan dan ekonomi) misalnya UU Perfilman serta
sejumlah ketentuan dalam KUH-Pidana.
Tetapi dalam prakteknya sering terjadi kesulitan bagi media massa
dalam upaya mengakomodasikan kehendak lembaga-lembaga agama. Itulah
yang terjadi ketika dalam beberapa tahun terakhir ini sering muncul protes
masyarakat terhadap tayangan-tayangan dan pertunjukan-pertunjukan film di
TV dan bioskop.
Sebenarnya UU Perfilman sudah relatif ”intens” dalam menampung
kehendak agama dalam dunia pabrik mimpi (dream factory) dan burung unta
kesenian (ostrich of the art) tersebut. Akan tetapi ”ujung tombaknya”
(lembaga sensor film) kelihatan tak sanggup bekerja sebagaimana mestinya.
4
Film-film yang menawarkan selera rendah dipertunjukkan di bioskop maupun
ditayangkan di TV.
Apa yang dibuat oleh seniman pada saat ini, ternyata membawa
manusia selangkah lebih dekat kedalam Neraka ataupun selangkah lebih dekat
kedalam Syurga. Hakekat sebenarnya dari film memang berada di antara dua
kutub bekstrim yaitu Neraka dan Syurga, apabila seniman bertujuan baik
dalam membuat film maka bisa memberikan manfaat sangat besar bagi
manusia, salah satunya dapat memperkaya jiwa yang ada dalam diri manusia
dan dapat memberikan sesuatu yang berharga bagi dirinya. Namun bila
sebaliknya bertujuan buruk, film dapat juga disalah gunakan dengan
mengeksplotitr segi-segi negatif dari film tersebut dan meracuni jiwa manusia.
Mengikuti dunia perfilmam, nampaknya kini film telah mampu
merebut perhatian masyarakat, lebih-lebih setelah berkembang teknologi
komunikasi massa dapat memberikan konstitusi bagi perkembangan dunia
perfilman. Meskipun banyak bentuk-bentuk media massa lainnya, film
memilki efek ekslusif bagi para penontonnya. Puluhan bahkan ratusan
penelitian berkaitan dengan efek media massa film bagi kehidupan manusia
betapa kuatnya media itu mempengaruhi fikiran, sikap dan tindakan para
penontonnya.
Semua yang terjadi dalam film ini diangkat dari kisah seorang yang
merupakan tokoh karismatik seorang ulama yang sekalipun tokoh pejuang
kemerdekaan Noer Alie namanya, seorang anak yang memiliki tekad kuat
untuk menciptakan kampung Ujung Malang menjadi kampung Surga.
5
Film yang disutradarai langsung oleh Nurul M Berry menceritakan
tentang sepenggal sejarah perjuangan bangsa di Karawang–Bekasi ini
melawan pasukan Belanda yang dibantu oleh NICA/sekutu yang melakukan
serangan besar-besaran dikawasan tersebut. Film yang berisikan tentang
penjajahan ini sangat kental dengan unsur jihad seorang pejuang yang
membela agamanya, karena menceritakan juga tentang bagaimana usaha
untuk memberantas pasukan Belanda yang menjajah serta merangkul umat
Islam agar dijadikan tawanan dan budak mereka. Mereka melihat bahwa umat
islam pada saat itu merupan mayoritas tanah kelahiran.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis
tertarik untuk menulis skripsi yang berjudul : “Respon Santri Pondok
Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi terhadap Film Singa Karawang
Bekasi”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Agar pembahasan dalam skripsi ini lebih fokus dan terarah serta tidak
terjebak pada pembahasan yang terlalu luas, maka penulis membatasi
masalahnya Film Singa Karawang Bekasi. Dan responden pada penelitian ini
terbatas hanya pada Santri Pondok Pesantren Attaqwa Putra Bekasi kelas 2
dan 3 yang terdiri dari IPA, IPS dan MAK. Dan penulis batasi pula skripsi ini
pada respon secara umum yaitu respon kognitif, respon afektif dan respon
konatif.
6
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada batasan masalah diatas, maka rumusan masalah
penulisan ini adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana respon kognitif santri terhadap Film Singa Karawang
Bekasi?
b. Bagaimana respon afektif santri terhadap Film Singa Karawang
Bekasi?
c. Bagaimana respon konatif santri terhadap Film Singa Karawang
Bekasi?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah diajukan di atas, maka da
beberapa tujuan penelitian sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui bagaimana respon kognitif Santri Pondok Pesantren
At-Taqwa Putra Bekasi terhadap Film Singa Karawang Bekasi
b. Untuk mengetahui bagaimana respon afektif Santri Pondok Pesantren
At-Taqwa Putra Bekasi terhadap Film Singa Karawang Bekasi
c. Untuk mengetahui bagaimana respon konatif Santri Pondok Pesantren
At-Taqwa Putra Bekasi terhadap Film Singa Karawang Bekasi
7
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian sebagai berikut:
a. Segi Akademis
Dengan penelitian ini diharapkan menjadi stimulus penelitian lebih
lanjut dan lebih sempurna guna memperkaya teori-teori komunikasi
yang berkaitan dengan dakwah. Penelitian ini juga diharapkan pada
saatnya dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menemukan teori-
teori yang terdapat pada jurusab komunikasi.
b. Segi praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk menambah
wawasan bagi kalangan teoritis, praktisi, dan lembaga dakwah Islam
pada umumnya, terutama bagi apara pengelola film, khususnya dalam
mengemas dan memproduksi film-film islami sehingga film-film yang
akan datang lebih bagus lagi isi ceritanya dan banyak mengandung
unsur dakwah.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan metode analisis deskriptif. Pendekatan kuantitatif merupakan salah
satu pendekatan dalam penelitian yang lebih ditekankan pada data yang dapat
8
dihitung untuk menghasilkan penafsiran yang kokoh2. Metode kuantitatif
digunakan untuk mengetahui seberapa banyak respon santri terhadap Film
Singa Karawang Bekasi.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah Santri Pondok Pesantren Attaqwa Putra,
Bekasi. Sedangkan subjek penelitiannya adalah respon Santri Pondok
Pesantren At-taqwa Putra Bekasi terhadap Film Singa Karawang Bekasi.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan dimulai pada bulan September
2011 sampai bulan November 2011. Sedangkan tempat penelitian ini adalah
Pondok Pesantren Attaqwa Putra Bekasi yang berlokasi Jl. Pesantren At-
Taqwa Kp. Ujungharapan Rt.01/14 Kel. Bahagia Kec. Babelan Kab. Bekasi
Kode Pos 17612
4. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan unit analisis, yaitu objek yang akan
diteliti.3 Adapun populasi dari penelitian ini adalah santri kelas 2 dan 3
Program Studi IPA, IPS dan MAK.
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang
dianggap dapat menggambarkan populasinya.4 Dalam pengambilan sampel,
2Ibid . hal :36.
3 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial-Suatu Teknik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya,(Bandung:PT. Remaja Rodakarya,2004), hal.
57.
9
penulis mengacu pada pendapat yang dikemukakan Suharsimi Arikunto,
yaitu:
“Apabila subjek kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua,
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya,
jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10%-15% atau lebih,
tergantung setidak-tidaknya dari kemampuan peneliti dilihat dari segi
waktu, tenaga dan dana, sempit luasnya wilayah pengamatan dari
setiap subjek, dan besarnya resiko yang ditanggung untuk peneliti.”
Berdasarkan pendapat tersebut, penulis mengambil sampel sebesar
20% dengan total populasi 262 santri, maka di peroleh sampel sebanyak 52.4
dibulatkan menjadi 52 responden.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik
sampling purporsive yaitu memilih orang-orang tertentu karena dianggap
mewakili5.
5. Tahapan Penelitian
a. Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka
peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1) Angket atau Kuesioner
4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta:
Rineka Cipta, 2002), h. 94 5 Jalaluddin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi dilengkapi Contoh Analisis
Statistik, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), cet. Ke-8, hal. 24.
10
Angket adalah alat penelitian yang berupa pertanyaan untuk
memperoleh keterangan dari sejumlah responden. Jenis angket yang
digunakan adalah angket tertutup, yang dikatakan angket tertutup apabila
pertanyaan disertai jawaban yang telah disediakan. Disamping itu, ada
kemungkinan digunakan angket terbuka dengan tujuan untuk memperoleh
komentar santri tentang hal-hal yang dirasa perlu.
2) Obeservasi
Obeservasi, yang dalam metode ilmiah biasa diartikan sebagai
pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang
diselidiki. Sedangkan dalam arti luas tidak hanya terbatas pada pengamatan
langsung dan tidak langsung, termasuk dalam pengamatan tidak langsung
adalah questonnaire dan test6.
3) Dokumentasi
Dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan data-data mengenai hal-hal
yang akan diteliti, dan juga berhubungan dengan objek penelitian. Hal ini
dengan cara mengumpulkan data melalui: internet, buku-buku dan lain
sebagainya.
b. Pengolahan Data
Data yang dikumpulkan diolah melalui beberapa tahap, yaitu setelah
dibaca, dipelajari dan ditelaah, maka langkah berikutnya adalah :
1) Editing, yaitu memeriksa jawaban-jawaban responden dalam
tabel, kemudian dicari prosentasenya untuk dianalisa. Termasuk
6 Sutrisno Hadi, Metodologi Reserch, (Yogyakarta: Andi,1995), hal. 136.
11
diantara ini antara lai, memberi skoring, memberikan kode
terhadap item-item yang tidak diberi skor, mengubaha jenis data
dan memberikan kode (koding) dalam hubungan dengan
pengolahan data.
2) Koding, yaitu memberikan kode untuk mengklasifikasikan
jawaban para responden. Untuk pertanyaan positif masing-
masing jawaban diberi bobot nilai sebagai berikut :
a. Untuk jawaban SS ( Sangat Setuju) = 5
b. Untuk jawaban S ( Setuju) = 4
c. Untuk jawaban TS (Tidak Setuju) = 2
d. Untuk jawaban STS (Sangat Tidak Setuju) = 1
3) Tabulating, yaitu membuat ringkasan dan menyusunnya kedalam
suatu tabel yang baik sehingga dapat dengan mudah dipahami.
c. Analisis Data
Data yang dikumpulkan dianalisa menggunakan pendekatan
kuantitatif deskriptif, yaitu cara mengolah data dengan menjabarkan,
menerangkan memberikan gambaran dan mengklasifikasikan serta
mengintepretasikan data yang telah terkumpul. Kemudian tahap akhir adalah
menarik kesimpulan atas permasalahan yang berkaitan dengan hal tersebut
dengan menggunakan statistik deskriptif yang merupakan alat analisis yang
digunakan untuk menggambarkan variabel berdasarkan pada posisi deskriptif
12
variabel yang apa adanya berdasarkan frekuensi kejadian, bentuk
kecenderungan, dan sebagainya.7
Rumus : P = F X 100
N
P = Besarnya Presentase
F = Frequensi ( jumlah jawaban responden)
N= Jumlah Responden
Untuk mengetahui respon terhadap Film Singa Krawang Bekasi
dilakukan dengan skala likert yang menggunakan empat kategori penilaian
masing-masing kategori tersebut nantinya diberi bobot nilai atau skor. Adapun
untuk penilaian derajat responden terhadap Film Singa Karawang Bekasi
dikualifikasikan dengan nilai 1 untuk Sangat Tidak Setuju (STS), nilai 2 untuk
Tidak Setuju (TS), nilai 4 untuk Setuju (S) dan nilai 5 untuk Sangat Setuju
(SS). Skor Tidak Tahu (TT) yang bernilai 3 tidak penulis gunakan dengan
alasan untuk menghindari jawaban yang tidak perlu, sehingga dapat terlihat
dengan jelas apakah responden lebih condong menjawab ke arah negatif atau
positif.
E. Tinjauan Pustaka
Untuk menentukan judul skripsi ini, penulis melakukan tinjauan
pustaka (library research) di perpustakaan Dakwah dan perpustakaan umum
7 Jumroni, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2006), hal. 36.
13
dan buku-buku yang berkaitan dengan judul untuk menambah kelengkapan
dalam skripsi ini.
Skripsi ini memang mempunyai kemiripan judul dengan skripsi yang
ada sebelumnya yang ditulis oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang sam-sama meneliti tentang Respon Santri Pondok Pesantren
At-Taqwa Putra Bekasi terhadap Film Singa Karawang Bekasi, seperti :
1. Nanang Kosim, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam, tahun 2006, “ Analisis Isi Pesan
Dakwah dalam Film Singa Karawang Bekasi”, meneliti hanya seputar
pesan dakwah apa saja dalam Film Singa Karawang Bekasi dan pesan
apa yang paling dominan dalam Film Singa Karawang Bekasi.
2. Dede Mahmudah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, tahun 2008, “ Efektifitas
Metode Dakwah Mauidzhoh Hasanah dalam Pembinaan Akhlak
Santri At-taqwa Putra Bekasi”, meneliti tentang bagaimana metode
yang diterapkan oleh Pondok Pesantren At-taqwa Putra dan apakah
efektif terhadap pembentukkan akhlak santri. Penelitian ini
mempunyai kesamaan pada peneliti yaitu tentang subjek penelitiannya
sedangkan objek yang diteliti berbeda.
3. Nurlaela, Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikkan Agama Islam,
Sekolah Tinggi Agama Islam Attaqwa, tahun 2007, “Pelaksanaan
Pendidikan di Pondok Pesantren Attaqwa Putra Bekasi dalam Upaya
Meningkatkan Kualitas Santri”, meneliti tentang gambaran mengenai
14
upaya yang dilakukan Pondok Pesantren Attaqwa Putra Bekasi dalam
meningkatkan kualitas pendidikkan agama santri.
Namun dari sekian banyak skripsi yang ada difakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi yang membahas seputar masalah respon, penulis belum
menemukan skripsi mahasiswa yang meneliti tentang respon santri terhadap
Film Singa Karawang Bekasi
Menarik perhatian bagi penulis untuk mengangkatnya menjadi suatu
kajian ilmiah, selain itu penulis menganggap sesuai dengan latar belakang
objek yang diteliti. Adapun mengenai skripsi Nurlaela penulis mengambil
kesamaan pada subjek penelitiannya yang merupakan sama-sama meneliti
tentang santri Pondok Pesantren Attaqwa Putra Bekasi. Itulah yang kemudian
menginspirasi penulis dan menarik perhatian untuk mengangkat penelitian
dengan judul “Respon Santri Pondok Pesantren At-taqwa Putra Bekasi
terhadap Film Singa Karawang Bekasi”.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulis membagi pembahasan menjadi
lima bab yang meliputi :
BAB I Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Teoritis
15
Bab ini terdiri dari ruang lingkup respon, pengertian respon,
macam-macam respon, faktor-faktor terbentuknya respon.
Pengertian santri dan anak didik, pengertian film,
perkembangan film, jenis-jenis film, macam-macam film,
karakteristik film, manfaat dan fungsi film.
BAB III Gambaran Umum Film Singa Krawang Bekasi
Bab ini memuat profil Pondok Pesantren At-Taqwa Putra
Bekasi, keadan Santri Pondok Pesantren At-Taqwa Putra
Bekasi, visi dan misi Pondok Pesantren At-Taqwa Putra
Bekasi. Ruang lingkup film Singa Karawang Bekasi (Sinopsis
Film Singa Karawang Bekasi, para crew dan pemeran [artis]
Film Singa Karawang Bekasi, karakter tokoh dalam Film Singa
Karawang Bekasi)
BAB IV Analisis Respon Santri Pondok Pesantren Attaqwa Putra
Bekasi terhadap Film Singa Krawang Bekasi
Bab ini terdiri dari Respon Santri Pondok Pesantren Attaqwa
Putra, Bekasi.
BAB V Penutup
Bab ini terdiri atas kesimpulan dan saran.
16
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Ruang Lingkup Respon Respon
1. Pengertian Respon
Respon berasal dari kata response, yang berarti jawaban, balasan atau
tanggapan (reaction).8
Respon adalah tanggapan, reaksi dan jawaban9. Dalam komunikasi,
umpan balik dapat diartikan sebagai respon, peneguhan dan servomekanisme
internal (Fisher, 1978: 286-299)10
. Sebagai respon, umpan balik adalah pesan
yang dikirim kembali dari penerima ke sumber, memberi tahu sumber tentang
reaksi penerima, dan memberikan landasan kepada sumber untuk menentukan
perilaku selanjutnya11
.
Secara umum “tanggapan” dapat diartikan sebagai hasil atau kesan
yang didapati dari pengamatan. Jadi pengertian tanggapan adalah gambaran
ingatan dari pengamatan, sejalan dengan pengertian tadi, dari buku psikologi,
belajar menjelaskan arti “tanggapan” sebagai salah satu fungsi jiwa yang
pokok, dan dapat diartikan sebagai gambaran ingatan dari pengamatan,
8 Jhon M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Bahasa Inggris Indonesia, Jakarta: PT.
Gramedia, 2003, cet. Ke-27, hal. 481. 9 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan.. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka ,2002), hal 952. 10
Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Komunikasi. (Bandung: PT : Remaja
Rosdakarya,1988) hal. 191. 11
Ibid. hal 191.
16
17
dimana objek yang telah diamati tidak lagi berada dalam ruang waktu
pengamatan, jadi jika proses pengamatan sudah berhenti, maka akan
tertinggal kesannya saja, peristiwa tersebut adalah sebagai “tanggapan”.12
Menurut Indung A. Shaleh respon adalah setiap kegiatan yang
ditimbulkan oleh stimulus (perangsang). Jadi suatu stimulus (perangsang)
adalah apa yang menimbulkan suatu sambutan. Perangsang tersebut
merupakan kekuatan-kekuatan dari luar (seperti lewatnya seorang gadis,
lukisan yang indah), atau dari dalam (seperti lapar, haus, dan sebagainya)
yang bekerja terhadap suatu reseptor. Dalam organism itu sendiri terdapat
perangsang yang mendorong atau menggiatkan seluruh bagian-bagiannya.
Kedua istilah ini, stimulus dan respon, rangsang dan sambutan, tidak bias
dipisahkan karena merupakan suatu kebulatan.13
Respon secara pemahaman luas dapat diartikan pula ketika seseorang
memberikan reaksinya melalui pemikiran, sikap dan perilaku. Sikap yang ada
pada diri seseorang akan memberikan warna pada perilaku atau perbuatan
seseorang.14
Dalam pembahasan teori respon tidak lepas dari pembahasan teori
komunikasi, karena respon merupakan timbal balik atau umpan balik dari apa
12
Abu Ahmad, Psikologi Belajar, (Jakarta: Reneka Cipta,1992), hal. 6. 13
Indung A. Shaleh dkk, Pengantar Psikologi Umum, (Surabaya: Usaha Nasional,
1982), cet. Ke-1, hal. 78. 14
Agus Sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta:Bumi Aksara,2004), hal. 78.
18
yang dikomunikasikan terhadap orang-orang yang terlibat proses
komunikasi.15
Dalam komunikasi massa ada beberapa model teori diantaranya teori
respon. Respon merupakan model dasar atau sangat sederhana dari
komunikasi yang menunjukkan komunikasi sebagai proses aksi dan reaksi.
Teori ini dipengaruhi oleh disiplin psikologi aliran behavioristik yang
menggambar hubungan stimulus yang berupa kata-kata verbal, isyarat, non
verbal, gambar, tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk meberi
respon-respon dengan cara-cara tertentu, proses pemindahan atau pertukaran
informasi ini bersifat timbal balik dan mempunyai banyak efek 16
.
2. Macam-Macam Respon
Macam-macam respon yang diartikan sebagai tanggapan dapat
dibedakan berdasarkan indera yang digunakan menurut asalnya maupun
ikatannya. Agus Sujanto mengemukakan macam-macam tanggapan sebagai
berikut :
Tanggapan menurut indra yang mengamati, yaitu:
a) Tanggapan Audit (tanggapan terhadap apa-apa yang telah
didengarkannya, baik berupa suara, ketukan dan lain-lain).
b) Tanggapan Visual (tanggapan terhadap sesuatu yang dilihatnya)
15
Onong Uchjan, Ilmu Komunikasi.: Teori dan Praktek. (Bandung; PT: Remaja
Rosdakarya.1999) Cet. 12, hal. 18 16
Winarmi, Komunikasi Masa, (Malang : UMM Press, 2003) cet ke 1 hal. 58.
19
c) Tanggapan Perasa (tanggapan sesuatu yang dialami oleh dirinya).17
Tanggapan menurut terjadinya, yaitu :
a) Tanggapan Ingatan adalah ingatan masa lalu, artinya tanggapan
terhadap kejadian yag telah lalu.
b) Tanggapan Fantasi adalah tanggapan masa kini artinya tanggapan
terhadap sesuatu yang sedang terjadi.
c) Tanggapan Fikiran adalah tanggapan masa datang atau tanggapan
terhadap sesuatu yang akan terjadi.
Tanggapan menurut lingkungannya, yaitu:
a) Tanggapan Benda, yakni tanggapan benda-benda yang ada
disekitarnya.
b) Tanggapan Kata-kata, yakni tanggapan seseorang terhadap uacapan
atau kata-kata yang dilontarkan oleh lawan bicara. 18
3. Faktor-Faktor Terbentuknya Respon
Secara umum respon terjadi karena adanya stimulasi yaitu berupa
suasana kejiwaan rohaniah dan keadaan fungsi jasmaniah, serta lingkungan
disekitar seseorang. Umpan balik sebagai servomekanisme berasal dari
mekanika yang dalam setiap sistem selalu ada aparat yang memberikan respon
pada jalannya sistem. Umpan balik sebagai respon mempunya volume yang
tidak terbatas dan lewat berbagai saluran pada komunikasi interpersonal, tidak
17
Agus Sujanto, Psikologi Kepribadian, (Jakarta:Aksara Baru, 1991), cet. ke-5, hal.
31. 18
Skipsi Suprihati, 2006, Respon Masyarakat Ulujami Jakarta Selatan Terhadap
Sinetron Mahakasi Episode Tukang Bubur Naik Haji di RCTI, hal. 11-12.
20
demikian pada komunikasi massa umpan balik sebagai respon telah dikatakan
hanyalah zero feedback, dari sini jelas bahwa komunikasi massa adalah
komunikasi yang satu arah feedback loop tidak terjadi, tetapi berbeda dengan
komunikasi interpersonal pengaruh umpan balik peneguh ini tidak terjadi
pada situasi komunikasi tertentu secara serentak. Dalam sistem komunikasi
interpersonal sikap berfungsi sebagasuvermekanisme, sedangkan dalam
sistem komunikasi massa dengan menggunakan model terpadu efek media
dari De Fluur dan Ball. Rockeach (1975), suvermekanisme terjadi karena
kendala ekonomi, nilai, teknologi dan organisasi yang terdapat dalam sistem
media. Dalam komunikasi interpersonal orang menerima stimulus lewat
seluruh alat inderanya, ia dapat mendengra, melihat, mencium, dan merasa.
Sedangkan dalam komunikasi massa stimulus alat indera bergantung pada
jenis media massa. 19
Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah,
hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula.20
Sejak manusia lahir, sejak itulah manusia langsung menerima
stimulus sekaligus dituntun untuk / menjawab dan mengatasi semua pengaruh.
Manusia dalam pertumbuhannya menjawab dan mengatasi semua pengaruh
19
Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
1991), hal. 183. 20
Onong Uchjana Effendy., M.A. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, ( Bandung :
PT. Citra Aditya Bakti, cet ke 1 hal. 255.
21
dirinya, untuk mengembangkan fungsi alat inderanya sesuai fungsinya, terus
memperhatikan, menggali semua yang ada disekitarnya.21
Tanggapan yang dilakukan seseorang dapat terjadi kalau terpenuhi
faktor penyebabnya, hal itu perlu diketahui supaya individu yang
bersangkutan dapat menanggapi denga baik, baik proses awalnya individu
mengadakan tidak hanya dari stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitar,
tidak semua stimulus itu mendapat respon individu, sebab individu melakukan
terhadap stimulus yang ada persesuaian atau yang menarik dirinya. Stimulus
mendapat pemilihan dan individu akan tergantung pada dua faktor:
a) Faktor Internal adalah factor yang ada dalam dirinya.
Manusia terdiri dari dua unsur yaitu jasmani dan rohani. Maka
seseorang yang mengadakan tanggapan terhadap sesuatu stimulus tetap
dipengaruhi oleh eksistensi kedua unsur tersebut.
b) Faktor Eksternal yaitu faktor yang berada pada lingkungan.
Faktor ini intensitas dan jenis benda perangsang atau orang
yangmenyebutnya dengan faktor stimulus.
Seseorang yang melakukan tanggapan satu waktu menerima bersama-
sama stimulus yang dapat didasari oleh individu, stimulus haus cukup kuat,
apabila stimulus tidak cukup kuat bagaimana besarnya perhatian dari individu,
stimulus tidak akan ditanggapai atau didasari oleh yang bersangkutan, dengan
21
Skipsi Agan Yuliagandi, 2010, Respon Remaja Islam Masjid Jami Nurul Iman
Cimone Tangerang Terhadap Film 2012 , hal. 14.
22
demikian ada batasan kekuatan yang dari stimulus, agar stimulus dapat
memindahkan kesadaran pada individu. Batas kekuatan individu disebut
ambang absolute setelah bawah atau juga disebut ambang stimulus. Kurang
dari kekuatan tersebut individu tidak akan menyadarinya.22
Prof. Dr. Mar‟at dalam bukunya “Sikap Manusia, Perubahan serta
Pengukurannya, mengutif pendapat Hovland, Janis, dan Kelly yang
menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting,
yaitu :
a. Perhatian
b. Pengertian
c. Penerimaan
Tabel 1
Proses Perubahan Sikap pada Individu
22
Elizabeth B. Harlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga,1991), hal.
185.
Organisme :
Perhatian
Pengertian
Penerimaan
Stimulus
Response
(Perubahan Sikap)
23
Gambar diatas menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung pada
proses yang terjadi pada individu.
Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin
diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada
perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti.
Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya.
Setelah komunikan mengelolahnya dan menerimanya, maka terjadilah
kesediaan untuk mengubah sikap.23
B. Santri dan Anak Didik
1. Pengertian Santri dan Anak Didik
Kata santi berasal dari kata ‘Cantrik’ (bahasa sansekerta atau jawa),
yang berarti orang yang selalu mengikuti guru. Sedang versi yang lainya
menganggap kata „santri‟ sebagai gabungan antara kata „saint’ (manusia baik)
dan kata „tra’ (suka menolong). Sehingga kata pesantren dapat berarti tempat
pendidikan manusia baik-baik.24
Seorang anak disebut anak didik apabila ia menjadi tanggung jawab
pendidik tertentu. 25
Menurut Langeveld dalam buku Ilmu Pendidikan, anak didik adalah
anak atau orang yang belum memperoleh kedewasaan atau seseorang yang
23
Onong Uchjana Effendy., M.A. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, ( Bandung :
PT. Citra Aditya Bakti), cet ke-1, hal. 255-256. 24
http://santri-bantat.blogspot.com/2010/08/arti-dan-makna-santri.html
25 Alisuf Sabri, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997(, hal. 6.
24
masih menjadi tanggungjawab pendidik tertentu; anak didik tersebut adalah
anak yang memiliki sifat ketergantungan kepada pendidiknya itu, karena ia
secara alami tidak berdaya, ia sangat memerlukan bantuan pendidiknya untuk
dapat menyelenggarakan dan melanjutkan hidupnya baik secara jasmaniah
maupun rohaniah.
Berdasarkan UUSPN Nomor 2 tahun 1989, Pasal 1 Ayat 6 dan Pasal
23 Ayat 1 dan penjelasannya, pengertian “peserta didik” yaitu anggota
masayarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses
pendidikan pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.26
Anak didik atau peserta didik adalah anak yang belum dewasa, yang
memerlukan usaha, bantuan bimbingan orang lain untuk dewasa, guna dapat
melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai umat manusia,
sebagai Warga Negara, sebagai anggota masyarakat dan sebagai suatu pribadi
atau individu. 27
2. Karakteristik atau Sifat Khas Peserta Didik antara lain :
a) Anak didik adalah seorang yang belum dewasa atau belum
memperoleh kedewasaan; ia masih menjadi tanggungjawab
seorang pendidik tertentu.
b) Anak didk adalah anak yang sedang berkembang; sejak lahir sapai
meninggal anak mengalami perkembangan. Karena itu pendidik
harus membantu membimbing perkembangan anak baik
26
Ibid, hal. 11-12 27
Abu Ahmadi dan Nur Unbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001),
hal. 251.
25
perkembangan jiwanya, pengetahuaanya, dan penguasaan diri
terhadap lingkungan sosialnya.
c) Dasar hakiki anak adalah dapat dididik dan harus dididik, karena
anak mempunyai bakat dan dsiposisi-disposisi yang
memungkinkan pendidikan.
3. Ciri Khas Aanak Didik
a) Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas,
sehingga merupakan insan yang unik.
b) Individual yang sedang berkembang yang membutuhkan
bimbingan individual dan perlakuan yang manusiawi.
c) Individu yang memiliki kemampuan mandiri, oleh karena itu
pendidik harus memberi kesempatan dan mendorong peserta didik
agar setapak demi setapak dapat berdiri sendiri dalam segala hal.
Langeveld berpendapat bahwa sepanjang hidup manusia sejak lahir
sampai mati dapat mengalami tiga proses, yaitu:
a) Tahap dressurel pembiasaan, yaitu dari lahir sampai anak
mengenal kewibawaan (0 samapi 4 tahun). Tahap ini juga disebut
sebagai tahap “pra pendidikan”.
b) Tahap pendidikan yang sebenarnya, yaitu setelah anak mengenal
kewibawaan sampai anak mencapai kedewasaan.
c) Tahap building atau pembentukkan diri sendiri (disebut pasca
pendidikan.
26
C. Film
1. Pengertian Film
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI; 2003), film
diartikan sebagai: (1) Selaput tipis yang dimuat dari seluloid untuk tempat
gambar negative (yang akan dipotret) atau untuk tempat gambar positif (yang
akan dimainkan di bioskop); (2) Lakon (cerita) gambar hidup.28
Dilihat dari segi usia film adalah cabang seni yang paling muda. Bila
senirupa dan sastra sudah berusia ribuan tahun, film baru lahir pada akhir
abad 19 yang lalu. Namun, dalam waktu yang begitu singkat ia telah berhasil
merebut tempat yang begitu penting di segala lapisan masyarakat modern.29
“Film adalah gambar hidup juga sering disebut movie (semula plesetan
untuk berpindah gambar). Film secara kolektif, sering disebut sinema.
Gambar hidup adalah bentuk seni, bentuk popular dari hiburan dan
juga bisnis. Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda
(termasuk fantasi dan figure palsu) dengan kamera atau dengan
animasi.”30
Film adalah fenomena sosial, psikologi dan estetika yang kompleks.
Film merupakan dokumen yang terdiri dari cerita dan gambar yang diiringi
kata-kata dan musik kata film digunakan untuk segala sesuatu yang
berhubungan dengan media massa film, dari produksi, hasilnya dan tempat
28
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bhasa Indonesia (Jakarta; Balai
Pustaka, 2002), Edisi ke-3, hal. 316. Lihat Ensiklopedi Umum (Jakarta; Yayasan
Kanisius,1973). 29
Gayus Siagian, Menilai Film, (Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta, 2006), hal. 141. 30
http//www.wikipedia.org.com/
27
pertunjukkannya sampai pada kegiatan sosial cultural, artistik dan industri
yang berhubungan dengan film. Film merupakan teknologi hiburan massa dan
untuk menyebarluaskan informasi dan berbagai pesan dan skala luas
disamping pers, radio dan televisi.31
Film dikenal pula dengan istilah sinema, bila dilihat dari sudut
pandang penonton, istilah sinema ini mempunyai dua makna, yang pertama
istilah yang menggambarkan sesuatu yang seolah-olah hidup dan sifatnya
membawa penonton pada kenyataan yang bias ada atau ataupun tidak dalam
kehidupan sehari-hari. Makna kedua, pada perkembangannya kemudian
dengan adanya kebijakan pemerintah mengenai perfilman dan inisiatif dari
pembuat film itu sendiri, muncul suatu usaha baru yang membawa penonton
untuk menikmati isi dari film itu sebagai bentuk tayangan yang dapat
mengingat kembali diri dan lingkungannya. Pada makan kedua inilah
penonton, diajak untuk berfikir serta mau tak mau mempu untuk menaggapi
atas hal-hal yang ditontonnya dari film itu. Tanggapan itu bias dalam bentuk
persetujuan ataupun kritik, atau komentar. 32
Sebagai media komunikasi massa, film dapat memainkan peran
dirinya sebagai saluran menarik untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu
dari dan untuk manusia, termasuk pesan-pesan keagamaan yang lazimnya di
sebut dakwah.
Dengan film kita dapat memperoleh informasi dan gambaran tentang
realitas tertentu, realitas yang sudah diseleksi. Seorang sutradara akan
31
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta; Grafindo 2006), hal. 126. 32
Prakosa. Film dan Kekuasaan, hal. 137-138.
28
memilih tokoh-tokoh tertentu untuk ditampilkan, dan akan mengesampingkan
tokoh lain yang tidak pas untuk ditampilkan.33
2. Perkembangan Film 34
Istilah film pada mulanya mengacu pada suatu media sejenis plastik
yang dilapisi dengan zat peka cahaya. Media peka cahaya ini sering disebut
selluloid. Dalam bidang fotografi film ini menjadi media yang dominan
digunakan untuk menyimpan pantulan cahaya yang tertangkap lensa. Pada
generasi berikutnya fotografi bergeser padapenggunaan media digital
elektronik sebagai penyimpan gambar.
Dalam bidang sinematografi perihal media penyimpan ini telah
mengalami perkembangan yang pesat. Berturut-turut dikenal
media penyimpan selluloid (film), pita analog, dan yang terakhir media digital
(pita, cakram, memori chip). Bertolak dari pengertian ini maka film pada
awalnya adalah karya sinematografi yang memanfaatkan media selluloid
sebagai penyimpannya.
Sejalan dengan perkembangan media penyimpan dalam bidang
sinematografi, maka pengertian film telah bergeser. Sebuah film cerita dapat
diproduksi tanpa menggunakan selluloid (media film). Bahkan saat ini sudah
semakin sedikit film yang menggunakan media selluloid pada tahap
pengambilan gambar. Pada tahap pasca produksi gambar yang telah diedit
33
Skipsi Istiana, 2010, Respon Siswa-Siswi Aliyah Negeri 4 Model Jakarta
Terhadap Film 2012 , hal. 23. 34
http://ayonana.tumblr.com/post/390644418/definisi-film.
29
dari media analog maupun digital dapat disimpan pada media yang fleksibel.
Hasil akhir karya sinematografi dapat disimpan Pada media selluloid, analog
maupun digital.
Perkembangan teknologi media penyimpan ini telah mengubah
pengertian film dari istilah yang mengacu pada bahan ke istilah yang mengacu
pada bentuk karya seniaudio-visual. Singkatnya film kini diartikan sebagai
suatu genre (cabang) seni yang menggunakan audio (suara) dan visual
(gambar) sebagai medianya.Istilah film pada mulanya mengacu pada suatu
media sejenis plastik yang dilapisi dengan zat peka cahaya. Media peka
cahaya ini sering disebut selluloid. Dalam bidang fotografi film ini menjadi
media yang dominan digunakan untuk menyimpan pantulan cahaya yang
tertangkap lensa.
Pada generasi berikutnya fotografi bergeser padapenggunaan media
digital elektronik sebagai penyimpan gambar. Dalam bidang sinematografi
perihal media penyimpan ini telah mengalami perkembangan yang pesat.
Berturut-turut dikenal media penyimpan selluloid (film), pita analog, dan
yang terakhir media digital (pita, cakram, memori chip). Bertolak dari
pengertian ini maka film pada awalnya adalah karya sinematografi yang
memanfaatkan media selluloid sebagai penyimpannya.
Sejalan dengan perkembangan media penyimpan dalam bidang
sinematografi, maka pengertian film telah bergeser. Sebuah filmcerita dapat
diproduksi tanpa menggunakan selluloid (media film). Bahkan saat ini sudah
semakin sedikit film yang menggunakan media selluloid pada tahap
30
pengambilan gambar. Pada tahap pasca produksi gambar yang telah diedit
dari media analog maupun digital dapat disimpan pada media yang fleksibel.
Hasil akhir karya sinematografi dapat disimpan Pada media selluloid, analog
maupun digital.
Perkembangan teknologi media penyimpan ini telah mengubah
pengertian film dari istilah yang mengacu pada bahan ke istilah yeng mengacu
pada bentuk karya seniaudio-visual. Singkatnya film kini diartikan sebagai
suatu genre (cabang) seni yang menggunakan audio (suara) dan visual
(gambar) sebagai medianya.
3. Jenis-Jenis Film
Dalam perkembangannya ada begitu banyak jenis film. Masing-
masing jenis dibuat dengan maksud-maksud tertentu dan untuk melayani
keperluan public terbatas maupun public yang lebih luas. Namun pada
dasarnya, film dapat dikelompokkan ke dalam dua pembagian besar, yaitu
film teatrikal dan non teatrikal. Pendapat lain menggolongkannya menjadi
film fiksi dan nonfiksi.
Film teatrikal adalah film yang diproduksi berdasarkan cerita yang
dikarang, dan dimainkan oleh actor/aktris. Film teatrikal umumnya bersifat
komersial, yaitu dopertunjukkan dibioskop dengan harga karcis tertentu atau
diputar dalam acara televisi dengan dukungan sponsor iklan tertentu.
31
Film teatrikal mempunyai sejumlah kategori (genre): film drama, film
horror, film komedi, film action, film musical, dan sebagainya.35
Sedangkan film non teatrikal adalah jenis film yang mengambil
kenyataan sebagai objeknya. Film non teatrikal juga memiliki sejumlah
kategori, meski kebanyakkan bukan tujuan komersial. Dalam pembuatan film-
film cerita ini, dibutuhkan proses pemikiran dan teknis. Proses pemikiran
berupa pencarian ide, gagasan atau cerita yang akan digarap. Sedangkan
proses teknis berupa keterampilan artistic untuk mewujudkan segala ide
gagasan atau cerita menjadi film yang siap ditonton oleh karena itu film cerita
dapat dipandang sebagai penyebaran nilai-nilai.36
4. Unsur-Unsur Film
Terdapat beberapa hal yang menjadi unsure sebuah film, yaitu:
a. Tittle (judul)
b. Crident tittle meliputi : produser, crew, artis dan lain-lain.
c. Tema film, inti cerita yang terdapat dalam sebuah film.
d. Intrik, yaitu usaha pemeranan film untuk mencapai tujuan.
e. Klimaks, yaitu benturan antar kepentingan.
f. Plot (alur cerita)
g. Suspen atau ketenrangan, masalah yang masih terkatung-katung.
h. Million Setting, latar belakang terjadinya peristiwa, masa waktu,
bagian kota, perlengkapan aksesoris dan fesyen yang disesuaikan.
35
Soemarno, Apresiasi Film, hal. 3-4. 36
Pranajaya, Film dan Masyarakat, hal.13.
32
i. Sinopsis yaitu untuk member ringkasan atau gambaran dengan cepat
kepada orang yang berkepentingan.
j. Character yaitu karakteristik pelaku dalam film.37
Dalam perkembangannya, film yang mengukuhkan diri sebagai anak
kandung teknologi modern. Diawali ketika film diartikan sebagai medium
komunikasi massa, yakni alat penyampai berbagai jenis pesan dalam
peradaban modern ini. Kemudian berlanjut dimana film dimanfaatkan sebagai
medium ekspresi astistik, yaitu menjadi alat bagi seniman-seniman film untuk
mengutarakan gagasan, ide, lewat suatu kawasan keindahan.38
Menurut Onong Uchjana Effendi (2002),
“Film merupakan medium komunikasi yang ampuh, bukan saja
untuk hiburan tetapi juga untuk penerangan dan pendidikan. Jakop
Soemarjo (2003) lebih jauh mengungkapkan, bahwa film sebagi
sebuah nilai sebenarnya dapat memenuhi kebutuhan yang bersifat
spiritual, yaitu keindahan dan transedental. Nilai yang dimaksud
dimulai ketika seorang sineas menyaksikan adanya ketidaksesuaian
antara nilai-nilai ideal temuannya sendiri atau kolektif. Maka sang
sineas tersebut mulai bekerja mengajukan tata nilai ideal dalam
konfrontasi dengan nilai ideal masyarakat.”39
37
Ibid, hal. 9-10. 38
Marselli Soemarno, Apresiasi Film: Suatu Pengantar (Jakarta; Pustaka Yayasan
Citra tanpa tahun terbit), hal. 8. 39
Kusniawan dkk, Komunikasi dan Penyiaran Islam, hal. 95.
33
Efek dari film adalah peniruan yang diakibatkan oleh anggapan bahwa
apa yang dilihatnya wajar dan pantas untuk dilakukan oleh setiap orang. Oleh
karena itu proses perubahan sikap tergantung pada keselarasan antara film
dengan objek (komunikan atau penonton). Apakah stimulus (film) dapat
diterima oleh komunikan atau sebaliknya. Jika stimulus (film) dapat diterima
bearti komunikasi yang disampaikan melalui film tersebut efektif dan lancer,
begitu pula sebaliknya. Maka respon terhadap film pun nanti akan bermacam-
macam, diantaranya:
a) Merespon secara positif yakni film dapat diterima dan membawa
perubahan sikap terhadap komunikan sesuai isi film.
b) Merespon secara negative, yakni tidak dapat menerima isi film.
c) Acuh, film tidak berpengaruh apa-apa terhadap perubahan sikap.40
5. Karakteristik Film
a. Layar yang Luas atau Lebar
Film dan televisi sama-sama menggunakan layar, namun kelebihan
media film adalah layarnya yang berukuran luas. Layar film yang luas telah
memberikan keleluasaan penontonnya untuk melihat adegan-adegan yang
disajikan dalam film. Apalagi dengan adanya kemajuan teknologi, layar film
di bioskop-bioskop pada umumnya sudah 3 dimensi, sehingga penonton
seolah-olah melihat kejadian nyata.
b. Pengambilan Gambar
40
Skipsi Dwi Lutfiana, 2010, Respon Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Terhadap Laskar Pelangi , h. 23.
34
Sebagai konsekuensi layar lebar, maka pengambilan gambar atau shot
film bioskop memungkinkan dari jarak jauh atau ektreme long shot dan
panaromic shot, yakni pengambilan pemandangan menyeluruh. Shot tersebut
dipakai untuk member kesan artistik dan suasana yang sesungguhnya,
sehingga film menjadi menarik gambar.
c. Konsentrasi Penuh
Dari pengalaman kita masing-masing, di saat kita menonton film
bioskop, bila tempat duduk sudah penuh atau waktu main sudah tiba, pintu-
pintu ditutup, lampu dimatikan nampak di depan layar luas dengan gambar
cerita film tersebut. Saat menonton film terbebas dari gangguan hiruk pikuk
suara di luar karena dilengkapi dengan ruangan kedap suara. Semua mata
hanya tertuju pada layar, sementara pikiran perasaan kita tertuju pada alur
cerita. Dalam keadaan demikian emosi kita dapat lebih mudah terbawa
suasana yang terjadi dalam film.
d. Identifikasi Psikologis
Kita semua dapat merasakan bahwa suasana digedung bioskop telah
membuat pikiran kita larut dalam cerita yang disajikan. Karena penghayatan
kita yang amat mendalam sering kali secara tidak sadar kita menyamakan
(mengidentifikasi) pribadi kita dengan salah seorang pemeran dalam film
tersebut. Pengaruh film terhadap jiwa manusia (penonton) tidak hanya
sewaktu atau selama duduk di gedung bioskop, tetapi terus sampai waktu
yang cukup lama. Misalnya peniruan terhadap cara berpakaian atau model
rambut.
35
6. Manfaat Film Sebagai Media Pengajaran
Manfaat film sebagai media pengajaran, antara lain :
a) Film dapat menggambarkan suatu proses;
b) Dapat menimbulkan kesan ruang dan waktu;
c) Penggambarannya bersifat tiga dimensional;
d) Suara yang dihasilkan dapat menimbulkan realita pada gambar dalam
bentuk ekspresi murni;
e) Dapat menyampaikan suara seseorang ahli sekaligus melihat
penampilannya;
f) Film yang berwarna dapat menambah realita objek yang diperagakan;
g) Dapat menggambarkan teori sains dan animasi.41
7. Fungsi Film
Gram menyatakan bahwa fungsi film dalam suatu kebudayaan sudah
lebih dari subjek estetika. Film merupakan praktek sosial bagi pembuat film,
diman melalui narasi-narasi dan makna-makna yang ditampilkan, terlihat
bukti yang membuat budaya menjadi masuk akal dan nyata.
Film dapat digunakan sebagai alat propaganda, karena film dianggap
memiliki jangkauan, realism, pengaruh emosianal dan popularitas yang hebat.
Upaya menyatukan pengembangan pesan dengan hiburan sudah lama
diterapkan dalam kesustraan dan drama. Namun, unsur-unsur baru dalam film
memiliki kelebihan dalam segi kemampuannya menjangkau sekian banyak
41
Asnawir & M. Basyruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002).
36
orang dalam waktu yang cepat, dan kemampuannya memanipulasi kenyataan
yang tampak dengan pesan fotografis, tanpa kelihatan kredibilitas. 42
Secara teknis, film mengkombinasikan fotografi, stereo, grafik, digital,
komputer dan teknologi perfilman sendiri.43
42
Dennis MC. Quail, Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, edisis ke-2,
(Erlangga, 1987), hal. 15. 43
Joseph M. Bogges, The Art of Watching Films, (Mayfield Publising Company,
1991), hal. 2.
37
BAB III
GAMBARAN UMUM
PROFIL PONDOK PESANTREN AT-TAQWA PUTRA BEKASI DAN
RUANG LINGKUP FILM SINGA KARAWANG BEKASI
A. Keadaan Santri di Pondok Pesantren At-taqwa Putra Bekasi
Jumlah seluruh santri yang belajar di Pondok Pesantren At-taqwa
Putra Bekasi saat ini sebanyak Sembilan ratus santri. Empat ratus Sembilan
belas santri adalah merupakan siswa Madrasah Tsanawiyah, sedangkan
sisanya lagi yaitu empat ratusan santri merupakan santri Madrasah Aliyah.
Mereka terbagi kedalam tiga jurusan, yaitu jurusan Agama Islam (IAI),
jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), serta jurusan Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA).
Santri yang belajar di Pondok Pesantren At-taqwa Putra Bekasi saat ini
terbagi kapada tingkat Madrasah Tsanawiyah dan tingkat Mdrasah Aliyah.
Mereka terbagi ke dalam sembilan kelas yang ada di Pondok Pesantren At-
taqwa Putra Bekasi. Untuk Madrasah Tsanawiyah terdiri dari tiga belas kelas,
dan untuk tingkat Madrasah Aliyah terdiri dari delapan kelas. Sedangkan
untuk jumlah santri dalam satu kelas untuk tingkat Tsanawiyah, rata-rata ada
sekitar tiga puluh santri.
Dari seluruh santri yang belajar di Pondok Pesantren Attaqwa Putra
Bekasi tidak diwajibkan tinggal dan bermukim didalam pondok, ada jsebagian
37
38
juga yang pergi-pulang ke sekolah. Adaapun yang diharuskan bermukim
didalam pondok adalah mereka para santri yang baru masuk atau siswa baru,
hal ini dikarenakan membantu proses adaptasi atau penyesuaian santri
terhadap lingkungan pondok pesantren. Disamping itu, untuk memudahkan
santri dalam proses belajar mereka, karena jadwal yang cukup padat hal ini
dilakukan untuk menghemat waktu dan tenaga santri dalam proses belajar.
B. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi44
.
Berawal dari sebuah kampung di Ujung Utara Bekasi yang bernama
Ujung Malang sebagai cikal bakal Ujung Harapan sebagai daerah yang sejuk
dan damai. Keramah tamahan masyarakatnya sangat terlihat jelas dari
kehidupan sehari-hari penduduknya. Diantara sekian banyak yang hidup di
kampung tersebut terdapat sebuah keluarga yang sangat harmonis, rukun dan
taat beragama. Dari keluarga inilah lahir seorang anak yang kelak menjadi
seorang tokoh karismatik seorang ulama yang sekalipun tokoh pejuang
kemerdekaan Noer Alie namanya, seorang anak yang memiliki tekad kuat
untuk menciptakan kampung Ujung Malang menjadi Kampung Surga.
KH Noer Alie dilahirkan pada tanggal 15 Juni 1913, dan merupakan
anak ke-4 dari pasangan H. Anwar bin H.Layu dengan HJ. Maimunah binti
Tarbin. Noer Alie kecil tumbuh dan berkembang layaknya anak-anak lain
umumnya. Sejak kecil ia sudah memiliki kelebihan-kelebihan dibanding anak
lainnya seusianya, sejak kecil ia sudah gemar belajar ilmu-ilmu agama dan
pada usianya yang ke-7 sekitar tahun 1921 ia belajar pada guru H. Mas‟um di
44
CD Video, Company Profile Pondok Pesantren At-Taqwa Putra, 2006
39
Ujung Malang dan pada tahun 1923-1929 ia belajar kepada KH. Mugnhi, dari
KH. Mughni inilah ia mengenal KH. Marzuki di daerah Cipinang Jak-Tim
dan belajar kepada beliau pada tahun 1929-1933. Di tempat inilah Noer Alie
mengenal sejumlah teman yang kelak menjadi ulama terkenal di bilangan
Jabotabek diantaranya adalah: Abdullah Syafi‟I, Abdurrahman Sabri, Mukhtar
Thabrani, Hasbiallah.
Bakat kepemimpinan Noer Alie memang sudah menonjol sejak kecil,
dia tidak mau berada dibelakang, saat bermain sehingga dalam setiap
kesempatan ia senantiasa menjadi pemimpin. Noer Alie muda sangat haus
dengan ilmu pengetahuan khususnya ilmu agama. Merasa tidak puas dengan
ilmu yang dimilikinya ia pun rela melanjutkan belajar ke Makkatul
Mukarromah dan berguru kepada Syekh Al-Maliki, Syekh Umar Hamdan dan
Syekh Muhammad Amin Al-Kuthbi, pada tahun 1933 selain itu ia belajar
kepada Syekh Abdul Jalil yang mengajarkan ilmu politik kepadanya dan
Syekh Ibnu Arabi yang mengajarkan Hadits serta Ulumul Qur`an.
Setelah cukup lama ia mereguk ilmu di tanah kelahiran Nabi
Muhammad SAW, Noer Alie kembali ke kampung halaman tahun 1940.
Kemudian ia membuka pengajian di masjid di samping rumahnya. Pada April
1940 ia naik pelaminan dengan Siti Rohmah putri Guru Mughni yang tak lain
dan tak bukan guru ngajinya di Ujung Malang. Tak lama kemudian bala
tentara Jepang masuk ke Indonesia kebijakan politik yang baru ini adalah
merangkul umat Islam karena mereka melihat bahwa umat Islam merupakan
mayoritas tanah kelahiran.
40
Kegiatan pesantren sempat terhenti waktu api revolusi berkobar,
namun usai perang melawan Belanda pesantren ini didirikan kembali dengan
nama Sekolah Rakyat Islam (SRI), pada masa itu penanganan sehari-hari SRI
Ujung Malang dilakukan oleh KH. Mughni, KH. Yakub Gani, Muhidin
Anwar, H. Marsad, H. Abdul Somad Murdani, KH. Junaidi, dan Rohiman.
Dalam waktu dua tahun SRI Ujung Malang tak mampu menampung
jumlah murid yang terus membengkak, maka para pengurus SRI Ujung
Malang memindahkan tempat belajar dari rmah KH. Yakub Gani ke masjid
yang sekarang menjadi masjid Al-Baqiyatussolihat. Pada tahun 1952 para
alumni SRI inilah yang kelak menjadi cikal bakal tenaga pengajar di At-
Taqwa. Seperti KH. Tajudin, KH. Marzuki, KH. Ahmad Rosyidi HS, dan KH.
Ma‟ali Syamsudin. Tetapi pada tahun berikutnya SRI tidak aktif lagi dan
sebagai gantinya, KH. Noer Alie mendirikan organisasi sosial P3I
(Pembangunan Pemeliharaan dan Pertolongan Islam) Ujung Malang.
Tak ketinggalan KH. Noer Alie pun memerintahkan KH.
Abdurrahman untuk mendirikan pesantren bahagia di Kampung Dua Ratus.
Selanjutnya yang Madrasah Tsanawiyah atau Mts dan persiapan sekolah
madrasah menengah, sedangkan untuk mendirikan putri pada tahun 1964
didirikannya Madrasah Al-Baqiyatussolihat.
Pondok Pesantren At-Taqwa Pusat Putri yang didirikan oleh KH.
Noer Alie pada tahun 1964 berjalan cukup menggembirakan cita-cita
pendirinya.
41
Bermula dengan nama Madrasah Al-Baqiyatussolihat kemudian pada
tahu 1986 dirubah namanya menjadi Pondok Pesantren At-Taqwa Pusat Putri,
sejalan dengan perubahan nama Yayasan Pembangunan, Pemeliharaan dan
Soedirdja, SH di Bekasi No 1. 16/17 Desember 1986.
Sesuai cita-cita pendidikan Pondok Pesantren At-Taqwa Pusat Putri
yaitu “membentuk insan sholiha dan dan muslihah yang mampu menegakkan
jaran Islam dalam aspek kehidupannya, insane yang berzikir dan berfikir,
serta membentuk muslimah yang cerdas, benar, terampil dan berdisiplin tinggi
dengan jaaran Islam” maka para santri perlu dibekali pendidikan formal yang
lebih lengkap dan dibantu lembaga-lembaga penunjang yang mengisi kegiatan
santri sealam 24 jam tinggal di pondok. Serta dilengkapi dengan tata tertib
dasar santri yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan mereka selama
mukim.
Pada tahun 1986 terjadi perubahan Yayasan dari P3I Islam menjadi
Yayasan At-Taqwa, dan kemudian KH. Noer Alie melimpahkan bangku
kepemimpinan Yayasan At-Taqwa ini kepada anaknya yakni KH. Muhammad
Amien Noer, MA. Namun beliau masih tetap mengajar sambil memberikan
bimbingan.
1. Visi dan Misi Pondok dan Tujuan Pesantren At-Taqwa45
.
a) Visi dan Misi
45
Ibid
42
Berilmu amaliah, beramal ilmiah dengan landasan Al-Qur`an dan Sunnah
Rasul SAW yang diformulasikan dalam kalimat ikhlas, beerdzikir, berfikir,
dan beramal. Adapun misi Pondok Pesantren At-taqwa adalah :
Membentuk insan yang mampu menegakkan ajaran Islam dalam aspek
kehidupannya, menjadi insan yang berfikir dan berdzikir serta mampu
menerima dan member nasehat, tidak otoriter dan tidak pula rendah diri.
1. Cerdas, memiliki kecerdasan untuk memahami dan menerima Islam
secara kaffah dan mempunyai kesanggupan menggali ilmu dengan
ikhlas.
2. Benar, memiliki aqidah yang benar, ibadah yang baik dan memiliki
akhlaqul karimah.
3. Terampil, memiliki kemampuan membaktikan ilmunya di tengah
masyarakat.
4. Disiplin, memiliki kedisiplinan yang tinggi untuk mengatur waktu dan
kehidupannya.
Tujuan
1. Menjadikan insan yang bertaqwa kepada Allah SWT beramal shaleh,
berbudi luhur, dan bekerja di dunia dengan baik dan menuai pahala di
akhirat kelak.
2. Membantu pemerintah dalam upaya mencerdaskan bangsa.
3. Mendidik siswa agar berakhlak al-karimah dan berilmu pengetahuan.
4. Mempersiapkan siswa agar biasa dan mampu hidup ditengah-tengah
masyarakat.
43
5. Mempersiapkan siswa agar biasa melanjutkan studi keperguruan
tinggi, baik dalam maupun luar negeri.
6. Mengembangkan minat dan bakat siswa.
2. Struktur Organisasi Pondok Pesantren At-Taqwa 46
Tabel 2
Struktur Organisasi Pondok Pesantren At-Taqwa
I. BADAN PENDIRI
Ketua KH. Noer Alie (Alm) digantikan
oleh KH. Nurul Anwar, Lc.
Anggota KH. Muhammad Mas‟um (Alm)
digantikan oleh KH. A. Tajudin
AM.
H. Mahbub Ma‟an (Alm)
digantikan oleh H.M. Sa‟duddin
HM.
KH. M. Amien Noer, MA.
Hj. Atiqoh Noer, MA.
II. BADAN PENASEHAT H. Martono Marjono S.H
III. BADAN PENGURUS
Ketua KH. M. Amien Noer, MA.
Wakil Ketua KH. Nurul Anwar, Lc.
Sekretaris I H. Abd. Jabar, MA.
Sekretaris II H. A. Dzaelani RM.
Bendahara H. Abd. Somad Murdani
IV. BAGIAN-BAGIAN
1) PERGURUAN
46
Agenda Persatuan Pelajar At-Taqwa (Perguruan At-Taqwa 2007-2008), hal. 17-18
44
Ketua KH. M. Amien Noer, MA.
Sekretaris H. Abd. Rozak RM.
Kasi TK H. Ahmad Nahrowi RM.
Kasi MI H. A. Mughni HS.
Kasi Mts & SLTP H. M. Rosyidi HS.
Penilik TK Zainal AbidiN
Penilik MI H. Ahbab Ahfas
H. Marhun Ali
Penilik Mts & SLTP H. A. Nahrowi HN
2) DEWAN MASJID
Ketua KH. Amien Noer, MA.
Wakil Ketua I KH. Ahmad Rosyidi
Wakil Ketua II H. M. Rosyidi HS.
Sekretaris H. Abd. Rozak RM.
Bendahara Ali Anwar Shomad
3) BAGIAN WAKAF
Ketua H. M. Basri Thabrani
Anggota
H. M. Mukhtar Murikh
M. Ali Anwar Shomad
H. Madhusin HM.
H. Yusuf Maya
Ketua H. A. Djabar Madjid
H. Kamaludin AM, MA.
Anggota-anggota H. Ubaidillah Khair, BA.
Drs. H. Muhalie Tabranie.
H. Syamsul Falah, SE.
4) BAGIAN PENGEMBANGAN
Ketua H. A. Djabar Madjid, MA.
H. Kamaludin AM. MA.
Drs. H. Muhalie Tabranie
H. Syamsul Falah, SE.
45
Anggota-anggota
H. Ubaidillah Khair, BA.
H. Syamsul Falah, SE.
5) LITBANG
Ketua
H. A. Djabar Madjid, MA.
H. Kamaludin AM. MA.
Anggota-anggota
H. Ubaidillah Khair, BA.
Drs. H. Muhalie Tabranie
H. Syamsul Falah, SE.
6) DARUL AYTAM
Ketua Hj. Sholihah Noer, BA
Wakil Ketua Hj. Kholifah HA.
Sekretaris Hj. Alamiyah HM.
Bendahara Hj. Atiqoh H. Sa‟duddin.
C. Ruang Lingkup Film Singa Karawang Bekasi
1. Gambaran Umum Film Singa Krawang Bekasi 47
Film kolosal ini berangkat dari biografi KH Noer Ali yang ditulis Ali
Anwar, wartawan Koran Tempo Jakarta. Buku yang semula menjadi
konsumsi kalangan terbatas itu menjadi sumber inspirasi utama Singa
Karawang-Bekasi.
Menyambut hari ulang tahun ke-58 kemerdekaan RI sekaligus hari
jadi Kabupaten Bekasi, PT Putri Karang Setia Cinema Production bekerja
sama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi, Karawang dan Daerah
Kota Bekasi, meluncurkan film Singa Karawang-Bekasi. Film ini mencoba
47
http://noeralie.wordpress.com/2008/07/16/singa-karawang-bekasi/
46
mengingatkan sejarah perjuangan rakyat Karawang-Bekasi tahun 1945-1950
melawan pendudukan Belanda dan sekutu.
Meski bersetting peristiwa sejarah, film ini juga diramu dengan cerita
dan tokoh-tokoh fiksi agar bisa dijadikan hiburan yang menarik bagi penonton
muda.
Cerita film ini dipusatkan pada tokoh KH Noer Ali sebagai pimpinan
Laskar Hizbullah Sabilillah. Noer Ali juga dikenal sebagai tokoh pendidik
yang mengembangkan pesantren di Bekasi serta tokoh pejuang garis depan
melawan penjajah. Setelah bangsa Indonesia memproklamasikan
kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, Belanda masih mencoba menjajah
lagi dengan bantuan NICA atau sekutu. Rumah penduduk dibumihanguskan,
rakyat kecil ditekan atau dibunuh. Sejumlah pejuang ditawan untuk
menyurutkan semangat perjuangan. Pemuda Rakyat Indonesia, balas
menawan orang-orang Inggris dan India yang mendarat di Rawa Gatel,
Cakung pada 23 November 1945. Mereka dibawa ke markas TKR di Ujung
Malang, lalu dijebloskan ke tahanan polisi di Bekasi.
Menteri Amir Syarifuddin di Jakarta meminta para pejuang Bekasi
agar membebaskan tawanan asing tersebut dan ditukar dengan pembebasan
pemuda RI yang ditahan di Jakarta. Dalam perjuangannya, Noer Ali dibantu
rekan-rekannya di antaranya Mahmud Ma‟sum, Husein Kamaly, Haji Jole dan
Yakub Gani. Mereka semua berasal dari berbagai pasukan seperti Hizbullah,
TKR, pemuda dan rakyat kebanyakan hingga para jagoan setempat.
47
Di tengah-tengah upaya mereka melawan penjajah, diselipkan cerita
fiksi yang menampilkan simbol-simbol rakyat kecil, pemuda serta anak-anak
yang menjadi simbol masa depan. Mereka adalah Haji Komar yang ikut
berjuang dengan cara mengirim beras untuk pasukan Hizbullah. Karena
desanya habis terbakar, Komar dan istrinya harus berpisah dengan anak-anak
mereka, Sanen dan Aisah yang tinggal bersama adik Komar, Sopiah.
Untuk menambah konflik, dihadirkan tokoh Laskar Wanita, Sandra,
seorang indo Belanda yang menaruh simpati pada perjuangan rakyat
Karawang-Bekasi. Masih ada dua tokoh pemuda yaitu Hafid yang santri dan
Mahfud, jagoan Betawi. Meski sama-sama anggota Hizbullah, keduanya
saling bertentangan dan parahnya, sama-sama mencintai Sopiah.
Sejak awal, para pembuat film ini sepakat bahwa film ini hendak
dibuat untuk mengajak masyarakat umum, khususnya generasi muda, untuk
mengenal sejarah. Itu sebabnya, film ini banyak memasukkan tokoh muda
yang diperankan bintang-bintang masa kini seperti Rendi Bragi sebagai Noer
Ali, Winky sebagai Mahfud serta Gladys Angelie sebagai Sopiah.
Meski demikian, sisi sejarah tidak diabaikan begitu saja. Seperti
dikatakan eksekutif produser Budiyati Abiyoga, pembuatan skenario film ini
didasarkan atas buku biografi karya seorang wartawan Tempo, Ali Anwar,
yang khusus mengadakan riset selama 10 tahun. Tentu saja, sebuah film tidak
mungkin memotret masa lalu secara utuh. Yang terpenting adalah mengangkat
semangat juang untuk menumbuhkan jiwa patriotisme dan cinta tanah air pada
generasi muda.
48
Singa Karawang-Bekasi mulai diputar di seluruh Indonesia tanggal 21
Agustus 2003. Jika mendapat respons baik, Nurul akan menyiapkan sekuel
berikutnya berjudul Rengasdengklok yang mengisahkan kiprah para seniman
Karawang Bekasi, seperti Chairil Anwar.
2. Sinopsis Film Singa Krawang Bekasi 48
Shalat dhuhur berjamaah di sebuah kebun yang hening itu belum usai
saat belasan pesawat tempur menderu di langit Bekasi, Jawa Barat. Belasan
jamaah itu masih takzim menghadap Sang Pencipta, tak terusik kebisingan
pesawat dan dentum meriam yang datang tiba-tiba. Kekhusyukan mereka
mengalahkan rasa takut mati yang bisa datang setiap saat. Di belakang jamaah
itu seorang lelaki mengokang senapan berjaga-jaga.
Saat shalat jamaah diakhiri, tak seberkas kepanikan menyergap
mereka, meski beberapa jamaah bersegera mengangkat senjata. KH Noer Ali,
imam shalat siang itu, hanya memandang sesaat ke arah langit. “Ternyata
mereka benar-benar datang,” katanya dalam suara lirih. Kini lelaki bersorban
putih dan berbaju gamis itu tak hanya berdiri. Ia bergegas mengajak jamaah
shalatnya menuju desa terdekat.
Saat rombongan KH Noer Ali dalam perjalanan, penduduk desa
berhamburan mencari aman. Rumah-rumah mereka hangus diterjang peluru
yang dimuntahkan dari pesawat tentara NICA (Belanda). Sebagian besar
48
http://noeralie.wordpress.com/2008/07/16/singa-karawang-bekasi-koran-tempo/
49
sudut desa dilalap api. Tak ada yang tersisa kecuali puing rumah bambu yang
terbakar. Lalu seorang dara berambut pirang dengan busana putih memberi
perintah pada mereka. “Cepat menuju rumah KH Noer Ali,” kata perempuan
dari atas kuda itu.
Tak semua penduduk tunduk pada perintahnya. Seorang anak berusia
10 tahun bergegas menuju desa yang hangus. Ia berteriak menyebut nama
ayahnya. Setelah mengais rongsokan rumah, bocah bertubuh subur itu
menemukan ayahnya dalam kondisi mengenaskan. Bocah yang disapa Sanen
itu meninggalkan mayat ayahnya sambil meraung menebar tangis di tengah
kebun. Sopiah yang menemani sedari tadi berusaha menenangkannnya.
Tangis Sanen berhenti saat melihat lima tentara NICA melintas di
jalan setapak dengan jip Willys. Tanpa rasa takut Sanen menghadang mereka.
Saat komandan tentara itu turun, Sanen menimpuki komandan itu dengan
tanah. Empat tentara di atas jip turun mengejar Sanen yang lari bersama
Sopiah dan Aisah. Adegan kejar-kejaran dari jarak 30 meter itu berakhir
setelah tentara NICA kehilangan jejak.
Tiba-tiba saja Sanen, Sopiah, dan Aisah selamat sampai di pesantren
KH Noer Ali di daerah Ujung Malang (kini Ujung Harapan), Bekasi. Di
pesantren ini puluhan penduduk yang terluka mendapat perawatan seperlunya.
Si empunya pesantren mencoba menenangkan jamaahnya agar tidak bertindak
gegabah menghadapi tentara NICA. “Kita harus tetap waspada dan jangan
bertindak gegabah,” kata Noer Ali, ulama yang enam tahun belajar di
Makkah, Saudi Arabia.
50
Sosok Noer Ali tak ubahnya legenda yang akan terus dikenang
masyarakat Bekasi. Kepoloporannya memimpin rakyat Bekasi melawan
tentara NICA sulit dienyahkan. Pendiri laskar Hizbullah Sabilillah ini
memainkan peran cukup penting di pentas perjuangan kemerdekaan. Ia
mengundurkan diri sebagai pemimpin laskar rakyat Betawi menjelang Agresi
Militer Belandar 1947. Alasannya, ia tidak mau pasukannya menjadi wadah
ideologi politik kelompok yang menentang Perjanjian Linggar Jati. Ia kembali
ke laskar Hizbullah yang didirikannya.
3. Para Crew dan Pemeran (Artis) Film Singa Krawang Bekasi
Singa Karawang-Bekasi merupakan film Indonesia yang dirilis pada
tahun 2003 yang disutradarai oleh Nurul M Berry. Film ini dibintangi antara
lain oleh Rendi Bragi, Winky Wiryawan, Junaring Gading, Adam S Nalik,
Eva Shadevi, Pramono, Rifky Alfares, Gladys Angelie, Arini Astari, Rifat
Sungkar, Marshanda, Dede Ratu, Sandro Naholo, Adipura, dan Wadhy S.
Film arahan sutradara Nurul M. Berry (Panglima Besar Sudirman,
Seruni Sayangi Dirimu, Petualangan Semut Merah) ini merupakan kerja
koroyokan banyak pihak. PT Putri Karang Setia Cinema, Prasidi Grup, dan
Pusat Produksi Film Negara (PPFN) bertindak sebagai pelaksana produksi.
Sedangkan Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi, Pemerintah Daerah
Kabupaten Karawang, Pemerintah Kota Bekasi, dan DPRD setempat
menyokong penuh proses produksi.
51
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
RESPON SANTRI PONDOK PESANTREN AT-TAQWA PUTRA
BEKASI TERHADAP FILM SINGA KARAWANG BEKASI
Dalam penelitian ini penulis mengambil jumlah sampel sebanyak 52
santri. Penulis hanya mengambil pada program IPA, IPS dan MAK, karena
penulis menggunakan 20% dari jumlah kelas 2 dan 3. Jumlah populasi kelas
2 sebanyak 138 santri dan jumlah populasi kelas 3 sebanyak 124 santri,
penulis mengambil sampel 20% dari 262 santri yaitu sebanyak 52,4
dibulatkan menjadi 52. Jadi setelah dipresentasi dengan 20% maka hasilnya
adalah 52 santri.
Dalam melakukan penelitian penulis mendapat kemudahan dalam
membagikan angket kepada 52 santri yang dijadikan sampel dan jawaban
yang didapat tidak terdapat kecacatan.
Tabel 3
Rincian Perhitungan Sampel
NO Kelas Jumlah Siswa Rincian Jumlah Sampel
1 2 IPA 35 35 x 20
100
7 %
2 2 IPS 1 36 36 x 20
100
7.2 %
3 2 IPS 2 31 31 x 20
100
6.2 %
51
52
4 2 MAK 36 36 x 20
100
7.2 %
5 3 IPA 41 41 x 20
100
8.2 %
6 3 IPS 42 42 x 20
100
8.4 %
7 3 MAK 41 41 x 20
100
8.2 %
Jumlah 262 52.4
Dalam hal ini, penulis akan menguraikan data identitas responden
yang diajukan dalam pertanyaan yang terdiri dari jurusan dan usia.
Usia responden terbagi menjadi lima bagian, yaitu responden yang
berusia 14 tahun, 15 tahun, 16 tahun, 17 tahun dan 18 tahun. Data mengenai
usia responden dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini :
Tabel 4
Jenis Kelamin Responden
NO Usia Responden F %
1 15 tahun 5 9,61 %
2 16 tahun 21 40,38 %
3 17 tahun 20 38,46 %
4 18 tahun 6 11,53 %
Jumlah 52 100 %
Menurut data tabel di atas, ada variasi responden yang signifikan yaitu
responden yang berusia 15 tahun sebesar 9,61 %, yang berusia 16 tahun
40,38 % yang berusia 17 tahun 38,46 % dan yang berusia 18 tahun 11,53 %.
53
A. Respon Kognitif Santri Pondok Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi
terhadap Film Singan Karawang Bekasi.
Untuk mengetahui berapa banyak respon Santri Pondok Pesatren At-
Taqwa Putra Bekasi terhadap Film Singa Karawang Bekasi, maka terlebih
dahulu responden diberi pertanyaan mengenai mengetahui Film Singa
Karawang Bekasi. Data mengenai apakah responden mengetahui Film Singa
Karawang Bekasi, dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini :
Tabel 5
Mengetahui Film Singa Karawang Bekasi
NO Alternatif Jawaban F %
1 Sangat Setuju 27 51,92%
2 Setuju 25 48,07%
3 Tidak Setuju 0 0%
4 Tidak Setuju Sekali 0 0%
Jumlah 52 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwasannya sebesar
51,92% responden sangat setuju mengetahui Film Singa Karawang Bekasi,
48,07% responden menjawab setuju mengetahui Film Singa Karawang
Bekasi, dan 0% responden menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju
mengetahui Film Singa Karawang Bekasi.
Hal ini menunjukkan, mayoritas responden sangat setuju mengetahui
adabya Film Singa Krawang Bekasi dan tidak ada yang menjawab tidak setuju
sama sekali atau tidak setuju. Karena film ini merupan salah satu film yang
54
bertokoh utama kan seorang Pahlawan Nasional yang cerita kehidupannya
diangkat langsung dari kisah hidup seorang Kyai yang merupakan pemimpin
sekaligus pendiri Pondok Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi.
Dari hasil diatas, bahwa Film Singa Karawang Bekasi merupakan film
wajib bagi Santri Pondok Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi. Data mengenai
apakah setelah menonton Film tersebut pengetahuan agama responden
bertambah, dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini :
Tabel 6
Menambah Pengetahuan Agama
NO Alternatif Jawaban F %
1 Sangat Setuju 26 50%
2 Setuju 26 50%
3 Tidak Setuju 0 0%
4 Tidak Setuju Sekali 0 0%
Jawaban 52 100%
Sebesar 50% responden menjawab sangat setuju, 50% responden
menjawab setuju dan 0% responden yang menjawab sangat tidak setuju dan
tidak setuju sekali.
Dari hasil di atas, separuh dari responden menjawab sangat setuju dan
setuju. Ini menunjukkan bahwa responden meresapi makna cerita yang tersaji
dalam Film Singa Karawang Bekasi. Tidak hanya menyajikan tentang pejuang
yang berjihad saja, banyak sisi yang digali pada waktu yang sama yaitu
55
tentang pengetahuan akidah dan budi pekerti yang baik, nasionalisme, kasih
sayang bagi sesama manusia.
Untuk mengetahui apakah setelah menonton Film Singa Karawang
Bekasi memberikan pengetahuan tentang jihad, dapat dilihat pada tabel 7
dibawah ini:
Tabel 7
Pengetahuan tentang Jihad
NO Alternatif Jawaban F %
1 Sangat Setuju 40 76,92%
2 Setuju 12 23,07%
3 Tidak Setuju 0 0%
4 Tidak Setuju Sekali 0 0%
Jumlah 52 100%
Sebesar 76,92% responden menjawab setuju sekali, 23,07%
responden menjawab setuju dan 0% responden menjawab tidak setuju dan
tidak setuju sekali responden mengetahui tentang jihad.
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa lebih dari separuh pendapat
responden mengetahui tentang jihad. Karena di film ini terdapat unsur jihad
yang sangat kental mewarnai cerita film tersebut. Setting film yang bernuansa
zaman dahulu ketika pasukan Belanda menjajah Indonesia membuat
responden sangat mengetahui tentang jihad di jalan Allah SWT.
56
Untuk mengetahui apakah responden tahu tentang makna jihad yang
sebenarnya, dapat dilihat pada tabel 8 dibawah ini:
Tabel 8
Mengetahui Makna Jihad yang Sebenarnya
NO Alternatif Jawaban F %
1 Sangat Setuju 30 57,69%
2 Setuju 22 42,30%
3 Tidak Setuju 0 0%
4 Tidak Setuju Sekali 0 0%
Jumlah 52 100%
Sebesar 57,69% responden sangat setuju, 42,30% responden
menjawab setuju dan 0% reponden menjawab tidak setuju dan tidak setuju
sekali responden mengetahui makna jihad yang sebenarnya.
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan separuh lebih responden sangat
setuju mengetahui makan jihad yang sebenarnya setelah menonton Film Singa
Karawang Bekasi. Film ini dikemas dengan memasukkan unsur-unsur jihad
yang sesuai dengan syariat Islam, tentang jihad yang benar dan diwajibkan
oleh Allah SWT. Oleh karena itu, tidak heran hampir sebagian lebih
responden sangat mengetahuinya.
Data mengenai apakah responden mengetahui tentang jihad yang
boleh dan tidak boleh dilakukan menurut pandangan islam, dapat dilihat pada
tabel 9 dibawah ini:
57
Tabel 9
Mengetahui Jihad yang dibolehkan dalam Pandangan Islam
NO Alternatif Jawaban F %
1 Sangat Setuju 19 36,53%
2 Setuju 33 63,46%
3 Tidak Setuju 0 0%
4 Tidak Setuju Sekali 0 0%
Jumlah 52 100%
Sebesar 36,53% responden menjawab sangat setuju, 63,46%
responden menjawab setuju, 0% responden menjawab tidak setuju dan tidak
setuju sekali responden mengetahu jihad yang dibolehkan dalam pandangan
islam.
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa separuh lebih responden
setuju dan hampir separuh responden setuju sekali mengetahui jihad yang
dibolehkan dalam pandangan Islam, hal ini dikerenakan minimnya
pemahaman tentang jihad menjadikan jihad dikategorikan dengan sesuatu
yang ekstrem yang dilakukan sebagian orang yang tidak mengetahui
bagaimana jihad yang sebenarnya. Dalam Film garapan sutradara Nurul
Munir Berry ini, mengisahkan sepenggal sejarah perjuangan rakyat
Karawang-Bekasi tahun 1945-1950 melawan pendudukan Belanda dan sekutu
yang merupakan musuh besar umat Islam dan harus diperangi.
58
B. Respon Afektif Santri Pondok Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi
terhadap Film Singan Karawang Bekasi.
Respon afektif yaitu berhubungan dengan emosi , sikap dan nilai
seseoramh terhadap sesuatau. Respon ini timbul apabila ada perubahan pada
apa yang disenangi khalayak terhadap sesuatu.
Perasaan responden ketika menyaksikan Film Singa Krawang Bekasi,
tentulah bervariasi dan berbeda-beda. Oleh karena itu, unruk mengetahui lebih
jelas bagaimanakah responden ketika menonto Film Singa Krawang Bekasi
dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini:
Tabel 10
Suka Film Singa Karawang Bekasi
NO Alternatif Jawaban F %
1 Sangat Setuju 23 44,23%
2 Setuju 29 55,76%
3 Tidak Setuju 0 0%
4 Tidak Setuju Sekali 0 0%
Jumlah 52 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebesar 44,23%
responden menjawab setuju sekali, 55,76% responden menjawab setuju, 0%
responden menjawab tidak setuju dan tidak setuju sekali responden suka Film
Singa Karawang Bekasi.
59
Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa perasaan responden ketika
menonton Film Singa Karawang Bekasi sangat bervariasi. Akan tetapi, lebih
dari separuh yaitu 29 responden menjawab setuju, bahkan hampir separuhnya
menjawab sangan setuju menyukai Film Singa Karawang Bekasi. Hal ini tak
lepas dari cerita yang meski ber-setting peristiwa sejarah, film ini juga diramu
dengan cerita dan tokoh-tokoh fiksi agar bisa dijadikan hiburan yang menarik
bagi penonton muda.
Untuk mengetahui apakah setelah menonton Film Singa Krawang
Bekasi perasaan responden menjadi senang, dapat dilihat pada tabel 11 di
bawah ini:
Tabel 11
Perasaan Senang Ketika Menonton Film Singa Karawang Bekasi
NO Alternatif Jawaban F %
1 Sangat Setuju 16 30,76%
2 Setuju 34 65,38%
3 Tidak Setuju 2 3,84%
4 Tidak Setuju Sekali 0 0%
Jumlah 52 100%
Sebesar 30,76% responden menjawab sangat setuju, 65,38%
responden menjawab sangat setuju, 3,84% responden menjawab tidak setuju
dan 0% responden menjawab tidak setuju sekali responden senang ketika
menonton Film Singa Karawang Bekasi.
60
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa separuh lebih setuju
bahwasannya responden sangat senang dan hampir separuh responden
menjawab senang sekali perasaan responden setelah menonton Film Singa
Karawang Bekasi. Hal ini dikarenakan dalam cerita film ini dipusatkan pada
tokoh KH Noer Ali sebagai pimpinan Laskar Hizbullah Sabilillah. Noer Ali
juga dikenal sebagai tokoh pendidik yang mengembangkan pesantren di
Bekasi serta tokoh pejuang garis depan melawan penjajah. Tokoh utama yang
sekaligus merupakan pendiri Pondok Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi
tersebut merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi para santri yang belajar
di pondok pesantren tersebut.
Untuk mengetahui apakah responden setuju dengan cerita Film Singa
Karawang Bekasi, dapat dilihat pada tabel 12 di bawah ini:
Tabel 12
Setuju dengan Isi Cerita dalam Film Singa Karawang Bekasi
NO Alternatif Jawaban F %
1 Sangat Setuju 29 55,76%
2 Setuju 23 44,23%
3 Tidak Setuju 0 0%
4 Tidak Setuju Sekali 0 0%
Jumlah 52 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebesar 55,76%
responden menjawab setuju sekali, 44,23% responden menjawab setuju, 0%
61
responden menjawab tidak setuju dan tidak setuju sekali responden setuju
dengan isi cerita Film Singa Karawang Bekasi.
Dari hasil diatas, bahwa separuh lebih responden menjawab sangat
setuju dan hampir separuhnya responden menjawab setuju dengan isi cerita
Film Singa Karawang Bekasi. Hal ini dikarenakan selain mengangkat KH.
Noer Alie sebagai tokoh utama yang merupakan kebanggaan responden, cerita
tersebut diselipkan cerita fiksi yang menampilkan simbol-simbol rakyat kecil,
pemuda serta anak-anak yang menjadi simbol masa depan.
Untuk mengetahui apakah cerita Film Singa Karawang Bekasi sangat
bagus, dapat dilihat pada tabel 13 di bawah ini:
Tabel 13
Isi cerita Film Singa Karawang Bekasi sangat Bagus
NO Alternatif Jawaban F %
1 Sangat Setuju 26 50%
2 Setuju 25 48,07%
3 Tidak Setuju 1 1.92%
4 Tidak Setuju Sekali 0 0%
Jumlah 52 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebesar 50%
responden menjawab setuju sekali, 48,07% responden menjawab setuju,
1,92% responden menjawab tidak setuju dan 0%tidak setuju sekali responden
bahwa isi cerita Film Singa Karawang Bekasi sangat bagus.
62
Dari tabel diatas, separuh responden menjwab setuju sekali menjawab
bahsannya isi cerita Film Singa Karawang Bekasi sangat bagus. Hal ini
menunjukkan eksistensi perjuangan KH. Noer Alie dan rakyat Karawang-
Bekasi melawan pendudukan Belanda dan sekutu pada saat itu adalah sebuah
sejarah penting yang pernah dialami oleh para pejuang bangsa yang sekarang
merupakan orang tua atau nenek moyang dari para Santri Pondok Pesantren
At-Taqwa Putra Bekasi.
Untuk mengetahui apakah setelah menonton Film Singa Karawang
Bekasi jiwa responden terpanggil untuk berjihad, dapat dilihat pada tabel 14
di bawah ini:
Tabel 14
Setelah Menonton Film Singa Karawang Bekasi Jiwa Responden
Terpanggilan untuk Berjihad
NO Alternatif Jawaban F %
1 Sangat Setuju 31 59,61%
2 Setuju 20 38,46%
3 Tidak Setuju 1 1,92%
4 Tidak Setuju Sekali 0 0%
Jumlah 52 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebesar 59,61%
responden menjawab setuju sekali, 38,46% responden menjawab setuju,
1,92% responden menjawab tidak setuju dan 0% tidak setuju sekali
63
responden merasa jiwanya terpanggil setelah menonton Film Singa Karawang
Bekasi.
Dari tabel diatas bahwa separuh lebih responden menjawab setuju
sekali dan hampir separuh menjawab setuju. Hal ini menunjukkan bahwa Film
Singa Karawang Bekasi sangat dikagumi oleh hampir seluruh responden,
tidak heran jika responden merasa jiwa mereka terpanggil setelah menonton
Film Singa Karawang Bekasi yang merupakan film wajib responden.
C. Respon Konatif Santri Pondok Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi
terhadap Film Singan Karawang Bekasi.
Respon konatif adalah tanggapan yang berkaitan erat dengan
pelaksanaan, praktisi dan pengalaman dalam kehidupan atau proses
tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Respon konatif berhubungan erat dengan perilaku yang meliputi
tindakkan atau kebiasaan perilaku.
Untuk lebih rinci mengenai perubahan perilaku responden setelah
menyaksikan Film Singa Karawang Bekasi dapat dilihat pada tabel 15 di
bawah ini :
Tabel 15
Responden Lebih Rajin Beribadah setelah Menonton Film Singa
Karawang Bekasi
NO Alternatif Jawaban F %
1 Sangat Setuju 14 26,92%
64
2 Setuju 31 59,61%
3 Tidak Setuju 7 13,46%
4 Tidak Setuju Sekali 0 0%
Jumlah 52 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebesar 26,92%
responden menjawab setuju sekali, 59,61% responden menjawab setuju,
13,46% responden menjawab tidak setuju dan 0% tidak setuju sekali
responden lebih rajin beribadah setelah menonton Film Singa Karawang
Bekasi.
Hal ini menunjukkan, bahwa mayoritas responden mengaplikasikan
sosok tokoh KH. Noer Alie yang santun dan taat pada agama serta merupakan
pejuang nasional ini dalam kehidupan mereka.
Untuk mengetahui apakah setelah menonton Film Singa Karawang
Bekasi sikap patriotisme responden bertambah , dapat dilihat pada tabel 16 di
bawah ini:
Tabel 16
Setelah Menonton Film Singa Karawang Bekasi Sikap Patriotisme
Responden Bertambah
NO Alternatif Jawaban F %
1 Sangat Setuju 18 34,61%
2 Setuju 32 61,53%
3 Tidak Setuju 2 3,84%
4 Tidak Setuju Sekali 0 0%
Jumlah 52 100%
65
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebesar 34,61%
responden menjawab setuju sekali, 61,53% responden menjawab setuju,
3,84% responden menjawab tidak setuju dan 0% tidak setuju sekali responden
menjawab sikap patriotisme bertambah setelah menonton Film Singa
Karawang Bekasi.
Dari tabel di atas, bisa dilihat bahwa Film Singa Karawang Bekasi
merupakan sebuah film mengangkat semangat juang untuk menumbuhkan
jiwa patriotisme dan cinta tanah air pada generasi muda. Karena sejak awal,
para pembuat film ini sepakat bahwa film ini hendak dibuat untuk mengajak
masyarakat umum, khususnya generasi muda, untuk mengenal sejarah.
Untuk mengetahui apakah setelah menonton Film Singa Karawang
Bekasi responden lebih berani berjihad dijalan Allah SWT, dapat dilihat pada
tabel 17 di bawah ini:
Tabel 17
Setelah Menonton Film Singa Karawang Bekasi lebih Berani Jihad di
Jalan Allah SWT
NO Alternatif Jawaban F %
1 Sangat Setuju 30 57,69%
2 Setuju 21 40,58%
3 Tidak Setuju 1 1,92%
4 Tidak Setuju Sekali 0 0%
Jumlah 52 100%
66
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebesar 57,69%
responden menjawab setuju sekali, 40,58% responden menjawab setuju,
1,92% responden menjawab tidak setuju dan 0% tidak setuju sekali responden
menjawab lebih berani berjihad di jalan Allah SWT setelah menonton Film
Singa Karawang Bekasi.
Dari tabel diatas, menunjukkan hampir separuh lebih setuju dan
hampir separuhnya responden menjawab lebih berani berjhad dijalan Allah
SWT. Ini menunjukkan bahwa sosok KH. Noer Alie bukan hanya merupakan
tokoh pejuang nasional saja, tapi merupakan sebuah cerminan hidup bagi para
responden. Keberaninnya melawan penjajah Belanda dan sekutu membuat
responden bisa dengan tegas mengungkapkan keberanian mereka untuk
meneruskan perjuangannya. Sosoknya yang kharismatik juga banyak
dikagumi oleh para responden dan merupakan sosok teladan bagi para
responden.
Untuk mengetahui apakah setelah menonton Film Singa Karawang
Bekasi responden lebih tertarik berdiskusi masalah agama, dapat dilihat pada
tabel 18 di bawah ini:
Tabel 18
Setelah Menonton Film Singa Karawang Bekasi lebih Tertarik
Berdiskusi Masalah Agama
NO Alternatif Jawaban F %
1 Sangat Setuju 12 23,07%
2 Setuju 39 75%
67
3 Tidak Setuju 1 1,92%
4 Tidak Setuju Sekali 0 0%
Jumlah 52 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebesar 23,07%
responden menjawab setuju sekali, 75% responden menjawab setuju, 1.92%
responden menjawab tidak setuju dan 0% tidak setuju sekali responden
menjawab lebih tertarik berdiskusi masalah agama setelah menonton Film
Singa Karawang Bekasi.
Tabel diatas menunjukkan 75% atau hampir seluruh responden
menjawab setuju bahwa setelah menonton Film Singa Karawang Bekasi jadi
lebih tertarik berdiskusi masalah agama. Hal ini dikarenakan lingkungan
respoden belajar 100% didominasi oleh unsur agama islam yang kental, ini
sangat wajar jika responden menyukai hal-hal yang berbau agamis. Penanam
nilai-nilai agama memang hal yang paling penting dan fundamental bagi
responden, tidak heran jika responden sangat tertarik berdiskusi masalah
agama yang merupakan bekal mereka diakhirat kelak.
Untuk mengetahui apakah setelah menonton Film Singa Karawang
Bekasi mengubah diri responden menjadi pribadi muslim yang taat pada Allah
SWT, dapat dilihat pada tabel 19 di bawah ini:
68
Tabel 19
Setelah Menonton Film Singa Karawang Bekasi Mengubah Diri
Responden menjadi Pribadi Muslim yang Taat pada Allah SWT
NO Alternatif Jawaban F %
1 Sangat Setuju 32 61,53%
2 Setuju 18 34,61%
3 Tidak Setuju 2 3,84%
4 Tidak Setuju Sekali 0 0%
Jumlah 52 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebesar 61,53%
responden menjawab setuju sekali, 34,61% responden menjawab setuju,
3,84% responden menjawab tidak setuju dan 0% tidak setuju sekali responden
menjawab setelah menonton Film Singa Karawang Bekasi mengubah diri
responden menjadi pribadi muslim yang taat pada perintah Allah SWT.
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa hampir separuh lebih
responden sangat setuju dan hampir separuh responden setuju menjawab
setelah menonton Film Singa Karawang Bekasi mengubah diri responden
menjadi pribadi muslim yang taat pada Allah SWT.
Ketaatan dan kecintaan KH. Noer Alie pada Allah SWT dalam
kesehariaannya membuat respoden sangat menyantuni sikap beliau, tak heran
jika dalam Film Singa Karawang Bekasi dijadikan panutan bagi para
responden untuk menjadikan diri mereka sebagai seorang muslim yang taat
pada Allah SWT dan Rasul-Nya.
69
D. Akumulasi Data
Tabel 20
Respon Kognitiff
Butir Soal /
Nama Responden
1 2 3 4 5 Skor
Yasir Arafat 5 4 5 5 4 23
Ahmad Habibi 5 4 5 4 4 22
Abdullah HZ 5 5 5 5 4 24
M. Aqiel 5 4 5 5 4 23
Ahmad Rizki 5 5 5 4 4 23
M. Rizqillah 5 4 5 4 4 22
Abdul Rahman 5 4 5 5 5 24
Ismail Mubarok 5 5 5 5 5 25
M. Sukron 5 5 5 5 4 24
Hasbiallah 5 4 5 4 5 23
Hasbiyallah 4 5 5 4 5 23
Nurul Muttaqien 5 4 5 4 4 22
Nabil Fairuza 5 4 5 4 4 22
Yudistira 4 5 4 4 5 22
Zulfikar 4 4 5 5 5 23
Teguh Prasetyo 4 4 4 4 5 21
Ade R Hakim 4 4 5 5 4 22
Abdullah 5 4 4 4 4 21
Abd. Aziz 4 4 4 4 4 20
Aan Anggara 5 4 5 5 4 23
Shofwatul A 5 4 5 5 4 23
Kiki Rizki 4 5 5 5 4 23
Adhe Firdaus 4 5 5 5 4 23
Irfan Said 4 5 5 5 4 23
M. Abdurrahman 4 5 5 5 4 23
Alfi A. Fauzan 4 4 5 4 4 21
Ibnu Hajar 4 4 4 4 4 20
M. Sayer H 4 5 5 5 5 24
Didin Sholahuddin 5 5 5 5 5 25
A. Saifullah 4 4 4 4 4 20
70
Zaki A Harist 5 4 4 4 4 21
Khoirul Kahfi 4 4 5 5 4 22
A. Dusturuddin 4 4 4 4 4 20
Hadi Amrullah 4 5 5 5 5 24
Badruttamam 5 5 5 5 4 24
M. Rizki Mujadi 5 5 5 5 5 25
Khoirudin 4 5 5 5 4 23
Bahrul Umam 5 5 5 5 4 24
M. Sholahuddin A 5 4 5 5 5 24
Ahmad Fauzan 5 4 4 4 4 21
M. Romdhoni 5 5 5 5 4 24
Syahrul Ramadhan 4 5 4 4 5 22
Hilaluddin 5 5 5 5 5 25
Sandi Hidayat 5 5 5 5 4 24
M. Fikri A 4 5 4 5 4 22
Fatarojaul Umam 4 5 5 4 5 23
Faiz Efendi 4 5 5 5 4 23
Salman Zuhdi 4 5 5 4 5 23
Saiful Bahri 4 4 4 4 4 20
Fahmi 5 4 5 5 5 24
M. Rajib 4 4 5 4 5 22
Rudini Fajar 5 4 5 4 4 22
Total 1179
Tabel 21
Respon Afektif
Butir Soal /
Nama Responden
1 2 3 4 5 Skor
Yasir Arafat 5 5 4 4 4 22
Ahmad Habibi 4 4 5 5 4 22
Abdullah HZ 4 4 5 5 4 22
M. Aqiel 5 4 5 5 5 24
Ahmad Rizki 4 5 4 4 4 21
M. Rizqillah 5 4 4 5 5 23
Abdul Rahman 5 4 5 5 5 24
71
Ismail Mubarok 5 5 5 5 5 25
M. Sukron 4 5 5 4 5 23
Hasbiallah 5 4 4 4 2 20
Hasbiyallah 4 4 5 4 5 22
Nurul Muttaqien 5 5 5 5 5 25
Nabil Fairuza 4 4 4 5 5 22
Yudistira 4 2 5 5 4 20
Zulfikar 4 4 5 5 4 22
Teguh Prasetyo 4 4 4 4 4 20
Ade R Hakim 5 4 4 4 5 22
Abdullah 4 4 4 4 4 20
Abd. Aziz 4 4 4 5 5 22
Aan Anggara 5 4 5 5 5 24
Shofwatul A 5 5 4 5 4 23
Kiki Rizki 4 4 5 4 5 22
Adhe Firdaus 4 4 5 5 5 23
Irfan Said 4 4 5 4 5 22
M. Abdurrahman 5 4 5 5 4 23
Alfi A. Fauzan 5 4 5 5 4 23
Ibnu Hajar 4 4 4 4 4 20
M. Sayer H 5 5 5 4 5 24
Didin Sholahuddin 5 5 5 5 5 25
A. Saifullah 4 5 4 4 4 21
Zaki A Harist 4 4 4 4 4 20
Khoirul Kahfi 4 2 4 4 4 18
A. Dusturuddin 4 4 4 4 4 20
Hadi Amrullah 5 5 5 4 5 24
Badruttamam 5 5 5 5 5 25
M. Rizki Mujadi 5 4 5 4 5 23
Khoirudin 4 4 4 4 5 21
Bahrul Umam 5 4 5 5 5 24
M. Sholahuddin A 4 4 4 4 5 21
Ahmad Fauzan 4 4 4 5 5 22
M. Romdhoni 5 4 4 4 4 21
Syahrul Ramadhan 5 4 5 4 5 23
Hilaluddin 5 5 5 5 5 25
Sandi Hidayat 5 5 5 5 5 25
M. Fikri A 4 4 5 4 5 22
Fatarojaul Umam 4 5 4 4 5 22
Faiz Efendi 4 4 4 5 5 22
Salman Zuhdi 5 4 5 5 4 23
72
Saiful Bahri 5 4 4 5 5 23
Fahmi 4 5 5 5 4 23
M. Rajib 4 5 4 4 5 22
Rudini Fajar 4 4 4 2 4 18
Total 1158
Tabel 22
Respon Konatif
Butir Soal /
Nama Responden
1 2 3 4 5 Skor
Yasir Arafat 2 4 4 4 4 18
Ahmad Habibi 4 4 4 4 4 20
Abdullah HZ 4 4 5 4 4 21
M. Aqiel 4 4 5 5 5 23
Ahmad Rizki 4 4 5 4 5 22
M. Rizqillah 4 4 5 4 4 21
Abdul Rahman 4 5 5 4 5 23
Ismail Mubarok 5 5 5 4 5 24
M. Sukron 4 5 5 4 5 23
Hasbiallah 2 2 4 4 5 17
Hasbiyallah 4 5 5 5 5 24
Nurul Muttaqien 4 4 5 4 5 22
Nabil Fairuza 2 4 4 4 5 19
Yudistira 4 4 5 4 5 22
Zulfikar 4 4 4 4 4 20
Teguh Prasetyo 2 2 2 4 2 12
Ade R Hakim 4 5 5 4 4 22
Abdullah 4 4 4 4 4 20
Abd. Aziz 5 4 5 4 5 23
Aan Anggara 4 4 4 4 4 20
Shofwatul A 4 4 4 2 4 18
Kiki Rizki 5 4 5 4 4 22
Adhe Firdaus 5 5 5 4 5 24
Irfan Said 5 4 5 4 4 22
M. Abdurrahman 5 5 5 5 5 20
73
Alfi A. Fauzan 2 4 4 2 2 14
Ibnu Hajar 4 4 4 4 4 20
M. Sayer H 4 5 5 4 5 23
Didin Sholahuddin 5 4 5 4 5 23
A. Saifullah 4 4 4 4 4 20
Zaki A Harist 4 4 4 4 4 20
Khoirul Kahfi 4 4 4 4 4 20
A. Dusturuddin 4 5 5 4 5 23
Hadi Amrullah 4 5 5 4 5 23
Badruttamam 5 5 5 5 5 25
M. Rizki Mujadi 4 5 5 4 4 22
Khoirudin 5 5 5 5 5 25
Bahrul Umam 4 4 5 4 5 22
M. Sholahuddin A 4 5 5 4 5 23
Ahmad Fauzan 4 4 4 4 5 21
M. Romdhoni 2 2 4 5 5 18
Syahrul Ramadhan 5 4 5 5 5 24
Hilaluddin 5 5 5 5 5 25
Sandi Hidayat 5 4 5 5 5 24
M. Fikri A 5 4 4 5 5 23
Fatarojaul Umam 4 4 4 4 5 21
Faiz Efendi 4 5 4 5 5 23
Salman Zuhdi 4 5 4 4 4 21
Saiful Bahri 4 5 5 4 5 23
Fahmi 4 5 4 4 5 22
M. Rajib 4 4 5 4 4 21
Rudini Fajar 2 4 4 5 4 19
Total 1110
D. Intepretasi Data
Intepretasi data ini digunakan untuk mempermudah melihat seberapa
presentase Respon Santri Pondok Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi terhadap
Film Singa Karawang Bekasi, sebagai berikut :
74
Tabel 23
NO Presentase Kategori
1 0 – 20 Buruk
2 20 – 40 Cukup Baik
3 40 – 60 Baik
4 60 – 80 Sangat Baik
5 80 – 100 Sangat Baik Sekali
D. Analisis Data
1) Respon Kognitif
Akumulasi Data X 100%
Akumulasi Tinggi
= 1179 X 100% = 90,69 ( Sangat Baik)
1300
2) Respon Afektif
Akumulasi Data X 100%
Akumulasi Tinggi
= 1158 X 100% = 89,07 ( Sangat Baik)
1300
75
3) Respon Konatif
Akumulasi Data X 100%
Akumulasi Tinggi
= 1110 X 100% = 85,38 ( Sangat Baik)
1300
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan
kesimpulan mengenai Respon Santri Pondok Pesantren At-Taqwa Putra
Bekasi terhadap Film Singa Karawang Bekasi, yaitu :
1. Skala Kognitif : dari hasil pengolahan data dapat disimpulkan, bahwa
secara keseluruhan mayoritas Santri Pondok Pesantren At-Taqwa
Putra Bekasi memiliki respon yang sangat baik sekali terhadap Film
Singa Karawang Bekasi yaitu sebesar 90,69 % (sangat baik sekali).
2. Skala Afektif : dari hasil pengolahan data sebelumnya didapatkan hasil
skala afektif secara keseluruhan dapat disimpulkan mayoritas Santri
Pondok Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi memiliki respon sangat baik
sekali terhadap ilm Singa Karawang Bekasi yaitu sebesar 89,07%
(sangat baik sekali).
3. Skala Konatif : dari hasil pengolahan dapat disimpulkan secara
keseluruhan mayoritas Santri Pondok Pesantren At-Taqwa Putra
Bekasi memiliki respon sangat baik sekali terhadap Film Singa
Karawang Bekasi yaitu sebesar 85,38% (sangat baik sekali).
Dengan demikian bahwa Film Singa Karwang Bekasi merupakan film
favorit yang sangat menarik dan bagus, selain itu film ini mendapat
76
77
respon yang sangat positif dari Santri Pondok Pesantren At-Taqwa Putra
Bekasi.
B. SARAN-SARAN
Melihat dari berbagai macam respon Santri Pondok Pesantren At-
Taqwa Putra Bekasi baik respon positif maupun negatif penulis
mengemukakan saran sebagai berikut:
1. Untuk Pemerintah
Khususnya untuk Lembaga Sensor Film (LSF) dan Komisi Penyiaran
Indonesia (KPI), melihat dari kesuksesan ranah dunia perfilman di
Indonesia, hendaknya pemerintah dapat melihat tayangan film mana
yang layak untuk masyarakat tonton atau tidak.
2. Untuk Santri
Santri Pondok Pesantren At-Taqwa Putra Bekasi hendaknya dapat
lebih melihat dan menilai apakah tontonan itu bermanfaat atau tidak,
bukan hanya dari segi hiburan saja tetapi lihatlah dari segi
pengetahuan yang didapat. Selain itu, jangan meniru kebiasaan
berperilaku yang buruk dari suatu tontonan ambillah dari sesuatu yang
baik dari tontonan tersebut.
78
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Ahmad, Abu, Psikologi Belajar, Jakarta: Reneka Cipta, 1992.
Ahmadi, Abu, Unbiyati Nur, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2001.
Agenda Persatuan Pelajar At-Taqwa, Perguruan At-Taqwa 2007-2008.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta,2002.
Asnawir, Usman, Basyruddin, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Pers,
2002
.
Bogges, Joseph. M., The Art of Watching Films, Mayfield Publising
Company, 1991.
Cangara, Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Grafindo 2006.
CD Video, Company Profile Pondok Pesantren At-Taqwa Putra, 2006.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta;
Balai Pustaka, 2002), Edisi ke-3.
Echols, Jhon. M., Shadily, Hasan, Kamus Bahasa Inggris Indonesia, Jakarta:
PT. Gramedia, 2003.
Ghazali, Bahari, Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu
Komunikasi Dakwah, Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1997.
Hadi, Sutrisno, Metodologi Reserch, Yogyakarta: Andi,1995.
Harlock, Elizabeth. B, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga,1991.
Istiana, Respon Siswa-Siswi Aliyah Negeri 4 Model Jakarta Terhadap Film
2012 , tahun 2010.
Jumroni, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, Jakarta: UIN Jakarta Press,
2006.
Kusniawan dkk, Komunikasi dan Penyiaran Islam, hal. 95.
Lutfiana, Dwi, Respon Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi
79
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Terhadap Laskar Pelangi , tahun
2010.
Pranajaya, Film dan Masyarakat, hal.13.
Quail, Dennis MC, Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, edisis ke-2,
Erlangga, 1987.
Rakhmat, Jalaluddin, . Psikologi Komunikasi. Bandung: PT : Remaja
Rosdakarya,1988.
__________________, Metode Penelitian Komunikasi dilengkapi Contoh
Analisis Statistik, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000.
Sabri, Alisuf, Ilmu Pendidikan, Jakarta :CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999.
Shaleh, Indung A, dkk, Pengantar Psikologi Umum, Surabaya: Usaha
Nasional, 1982.
Siagian, Gayus, Menilai Film, Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta, 2006.
Sujanto, Agus, Psikologi Umum, Jakarta: Bumi Aksara, 2004.
___________________, Psikologi Kepribadian, Jakarta: Aksara Baru, 1991,
cet.ke-5.
Suprihatini, Respon Masyarakat Ulujami Jakarta Selatan Terhadap Sinetron
Mahakasih Episode Tukang Bubur Naik Haji di RCTI, tahun 2006.
Soehartono, Irawan, Metode Penelitian Sosial-Suatu Teknik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, Bandung: PT. Remaja
Rodakarya,2004.
Soemarno, Marselli, Apresiasi Film: Suatu Pengantar , Jakarta; Pustaka
Yayasan Citra tanpa tahun terbit.
Uchjana, Effendy, Onong, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung :
PT. Citra Aditya Bakti, cet ke 1.
__________________, Ilmu Komunikasi.: Teori dan Praktek. Bandung; PT:
Remaja Rosdakarya.1999, cet. 12.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan, Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka , 2002.
Winarmi, Komunikasi Masa, Malang : UMM Press, 2003, cet ke 1.
80
Yuliagandi, Agan, Respon Remaja Islam Masjid Jami Nurul Iman Cimone
Tangerang Terhadap Film 2012 , tahun 2010.
Webesite :
http://santri-bantat.blogspot.com/2010/08/arti-dan-makna-santri.html/diakses
pada hari selasa tanggal 29 November 2011.
http//www.wikipedia.org.com/ diakses pada hari Sabtu tanggal 12 November
2011.
http://ayonana.tumblr.com/post/390644418/definisi-film/ diakses pada hari
Rabu tanggal 09 November 2011.
http://noeralie.wordpress.com/2008/07/16/singa-karawang-bekasi-
korantempo/ diakses pada hari Senin tanggal 07 November 2011.
http://noeralie.wordpress.com/2008/07/16/singa-karawang-bekasi/ diakses
pada hari Jum‟at tanggal 30 November 2011.
Top Related