Download - Jawaban Semprop

Transcript

EtanolPerbandingan bahan dan pelarut dapat mempengaruhi hasil ekstraksi. Perbandingan yang baik antara bahan dan pelarut adalah 10:75(Sediaan Galenik hal 11). pelarut yang digunakan adalah etanol dengan konsentrasi 96% karena minyak atsiri dapat larut dalam etanol dengan konsentrasi yang tinggi tanpa adanya penambahan air lagi. Penggunaanetanoldengan konsentrasi kurang dari 35% akan menyebabkan terekstraknya gum sehingga mempersulit penyaringan. Penggunaanetanoldengan konsentrasi lebih dari 70% akan menghasilkan ekstrak dengan kandunganminyak atsiritinggi, yang akan mengendap pada bagian bawah ekstrak.Hasil ekstraksi umumnya masih mengandung bahan ikutan lain yang terdapat dalam residu. Yang dimaksud dengan bahan ikutan lain adalah kuncup bunga melati. Penyaringan dimaksudkan untuk memisahkan antara filtrat dan residu. Penyaringan yang pertama dilakukan dengan menggunakan saringan dengan diameter yang lebih besar untuk memisahkan antara kuncup bunga melati dengan filtratnya. Penyaringan yang kedua dilakukan dengan corong dan kertas saring yang fungsinya untuk menyaring zat pengotor yang belum tersaring sempurna pada penyaringan pertama.

Aflatoksinmerupakan segolongan senyawatoksik(mikotoksin, toksin yang berasal darifungi) yang dikenal mematikan dankarsinogenikbagimanusiadanhewan.Spesies penghasilnya adalah segolonganfungi(jeniskapang) darigenusAspergillus, terutamaA. flavus(dari sini nama "afla" diambil) danA. parasiticusyang berasosiasi dengan produk-produk biji-bijian berminyak atau berkarbohidrat tinggi. Kandungan aflatoksin ditemukan pada biji kacang-kacangan (kacang tanah,kedelai,pistacio, ataubunga matahari),rempah-rempah(sepertiketumbar,jahe,lada, sertakunyit), danserealia(sepertigandum,padi,sorgum, danjagung). Aflatoksin juga dapat dijumpai padasusuyang dihasilkanhewan ternakyang memakan produk yang terinfestasikapang tersebut. Obat juga dapat mengandung aflatoksin bila terinfestasi kapang ini.

etanol dan metanolMetanol sangat mudah diserap oleh tubuh melalui berbagai rute pemberian (oral, inhalasi, topikal, dll). Di dalam hati (liver), metanol akan dioksidasi menjadi formaldehid (formalin) dengan bantuan enzim alcohol dehydrogenase dan kemudian dimetabolisir lebih lanjut menjadi asam format oleh enzim formaldehid dehidrogenase. Perubahan dari formaldehid menjadi asam format sangat cepat, dengan waktu-paro selama 1-2 menit, sehingga tidak sampai terjadi akumulasi formaldehid dalam tubuh. Asam format selanjutnya dapat diubah menjadi 10-formiltetrahidrofolat yang dapat dimetabolisir lebih lanjut menjadi karbon dioksida sebagai upaya detoksifikasi dari tubuh. Kecepatan perubahan asam format menjadi metabolitnya tergantung ketersediaan tetrahidrofolat dalam hati. Namun demikian, waktu paruh asam format di dalam tubuh cukup panjang, yaitu sampai 20-24 jam. Asam format inilah yang akan menyebabkan berbagai efek toksik pada tubuh.

Ekskresi metanol dari tubuh relatif lambat, dengan waktu paruh (T1/2) selama 24 jam. Manusia lebih sensitif terhadap efek toksik metanol jika dibandingkan dengan hewan non primata. Keparahan toksisitas metanol lebih berkaitan dengan derajat kejadian metabolik asidosis ketimbang konsentrasi metanolnya. Hal ini karena ketoksikan metanol ditentukan oleh kecepatan pembentukan asam format dalam tubuh dan kemampuan hati untuk mendetoksifikasinya. Minum metanol, walaupun dalam jumlah sedikit, dapat berbahaya dan menyebabkan gangguan kesehatan serius, meliputi koma, kejang, dan kebutaan, bahkan kematian. Metanol juga toksik/beracun jika dihirup atau terkena mata, karena dapat merusak penglihatan.