BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Edukasi klien merupakan salah satu peran keperawatan yang penting. Masa rawat
inap yang semaki pendek, peningkatan tuntutan waktu bagi perawat, peningkatan tuntutan
waktu bagi perawat, peningkatan jumlah klien dengan penyakit kronis, dan kebutuhan
untuk memberikan informasi yang tepat bagi klien dengan penyakit akut, semakin
menekankan kepentingan kualitas edukasi klien. Perawat terus mencari cara untuk
melakukan edukasi klien yang terbaik, sementara masyarakat semakin mampu mencari
informasi kesehatan dan menemukan sumber daya yang tersedia di dalam sistem
pelayanan kesehatan. Perawat memberikan informasi kepada klien yang membutuhkan
perawatan diri untuk memastikan kontinuitas pelayanan dari rumah sakit ke rumah
(Falvo,2004). Pendidikan atau edukasi klien dalam pelayanan kesehatan berperan untuk
mengubah pasien menjadi lebih mandiri dan disiplin, mencegah kondisi pasien menurun,
mencegah penyebaran penyakit, merubah gaya hidup pasien menjadi lebih baik, menjaga
lingkungan agar tetap sehat, mengembangkan pengetahuan bagi perawat dan peran yang
paling besar adalah meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat. Di dalam
edukasi klien terdapat discharge planning. Hubungan antara discharge planning dengan
edukasi klien adalah ketika discharge planning mulai dilakukan, maka edukasi klien yang
diberikan adalah asuhan mandiri di rumah. Ketika perawat memberikan penjelasan
tindakan dan memberikan saran yang terbaik untuk pasien melakukannya di rumah, itu
sudah termasuk discharge planning. Discharge planning dan edukasi klien adalah sebuah
rangkaian tindakan tim kesehatan.
1.2 Perumusan Masalah
1. Mengapa peran pendidikan / edukasi klien dalam pelayanan kesehatan sangat di perlukan?
2. Apa saja tujuan dari pendidikan/ edukasi klien di dalam pelayanan kesehatan?
3. Apakah hubungan antara pendidikan/edukasi klien dan discharge planning?
4. Mengapa klien perlu memiliki pendidikan tentang discharge planning?
1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa saja pendidikan yang di perlukan oleh pasien dalam pelayanan kesehatan
2. Memahami peran dari edukasi klien di dalam pelayanan kesehatan
3. Mengetahui tujuan dan fungsi dari pendidikan yang di miliki oleh klien dalam pelayanan kesehatan
4. Mengetahui definisi dari discharge planning secara konseptual
5. Mengetahui hubungan antara pendidikan/edukasi klien dengan discharge planning
1.4. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah yang berjudul pendidikan/edukasi
kesehatan pasien dalam praktek keperawatan ini adalah dengan
menggunakan studi pustaka.
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut,
yaitu bab I pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan,
rumusan masalah, mtode penulisan, dan sistematika penulisan; bab II
isi yang meliputi , peran pendidikan/ edukasi klien dalam pelayanan
kesehatan dan hubunga antara edukasi klien dan discharge planning.
Terakhir bab III penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Peran Pendidikan atau Edukasi Klien dalam Pelayanan
Kesehatan
Pendidikan pada klien telah lama menjadi standar pada praktik
keperawatan profesional. Menurut Virginia Henderson (1966) bagian
dari peran perawat adalah untuk meningkatkan tingkat pemahaman
klien dan meningkatkan kesehatan.
Nursing’s Agenda for Health Care Reform dari American Nurses
Association (ANA) (1991) merekomendasikan perubahan struktur sistem
pelayanan kesehatan, dimana pelayanan lebih berfokus pada kesehatan
dan perawatan kesehatan daripada penyakit dan penyembuhan. Pada
dasarnya yang ingin dicapai adalah mempertahankan status kesehatan.
Klien saat ini mengetahui lebih banyak tentang kesehatan dan ingin
lebih dilibatkan dalam upaya mempertahankan kesehatan. Perawat
perlu memberikan pendidikan kesehatan sehingga klien menerima
informasi tentang perawatan kesehatan dengan cara yang lebih
menyenangkan dan dilakukan di tempat yang tidak asing baginya (ANA,
1991).
Pendidikan klien yang komprehensif meliputi tiga tujuan yaitu
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit,
perbaikan kesehatan, dan koping terhadap gangguan fungsi. Perawat
merupakan sumber yang nyata dan memiliki kompetensi dalam usaha
meningkatkan kesehatan fisik dan psikologis klien. Peningkatan perilaku
sehat melalui pendidikan meningkatkan harga diri dengan mengizinkan
klien mengambil tanggung jawab dalam menjaga kesehatannya.
3
Pengetahuan yang lebih besar dapat menghasilkan kebiasaan
mempertahankan kesehatan yang lebih baik. Pada waktu klien
menyadari tentang kesehatannya, mereka cenderung untuk mencari
pertolongan secepatnya untuk masalah kesehatannya (Redman, 1993).
Klien yang dalam proses penyembuhan dari suatu penyakit atau
kecelakaan dan yang sedang beradaptasi terhadap perubahan dirinya
sering mencari informasi mengenai kondisinya. Perawat belajar untuk
mengidentifikasi keinginan klien untuk belajar dan membantu
memotivasi minatnya. Keluarga berperan penting dalam penyembuhan
klien, oleh karena itu perawat perlu mengkaji hubungan klien-keluarga.
Keluarga yang tidak memahami kebutuhan klien untuk meningkatkan
fungsi mandirinya, upaya yang mereka lakukan mungkin membuat klien
menjadi bergantung pada hal-hal yang tidak perlu dan menyebabkan
proses penyembuhan yang lambat.
Tidak semua klien benar-benar pulih dari sakit atau cedera, oleh
karena itu pengetahuan dan keterampilan baru seringkali dibutuhkan
klien untuk melanjutkan aktivitas kehidupan sehari-hari.
Pendidikan kesehatan memiliki tiga tujuan, primer, sekunder dan
tersier. Pendidikan kesehatan primer, berdasarkan dari Watts,
mengartikan bagaimana menginstruksikan orang lain untuk
menghindari atau mencegah penyakit, bagaimana merubah gaya hidup
dan mengontrol lingkungan agar tetap sehat. Pendidikan kesehatan
sekunder, menginstruksikan masyarakat bagaimana mendeteksi
penyakit lebih awal dan mencegah perkembangannya. Pendidikan
kesehatan tersier menjelaskan pasien tentang sakit yang diderita,
perawatan dan mendapatkan pelayanan kesehatan.
Pendidikan atau edukasi klien dalam pelayanan kesehatan
berperan untuk mengubah pasien menjadi lebih mandiri dan disiplin,
mencegah kondisi pasien menurun, mencegah penyebaran penyakit,
merubah gaya hidup pasien menjadi lebih baik, menjaga lingkungan
agar tetap sehat, mengembangkan pengetahuan bagi perawat dan
4
peran yang paling besar adalah meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan masyarakat.
“Perawat melihat dirinya sebagai advocat, sebagai seseorang
yang berdiri dan membela pasien serta keluarganya, untuk
menyampaikan saat mereka lemah dan tak berdaya” (Benner, 1984)
Edukasi klien merupakan dimensi dalam asuhan keperawatan
untuk mempertimbangkan kepentingan terbaik pasien dan mengakui
kepentingan terbaik pasien. Selama 3 dekade belakangan ini edukasi
klien telah dikenal sebagai standard praktik keperawatan profesional.
(Patient Education : Principles & Practice, sally and karen). Standard ini
mewajibkan perawat dan tim kesehatan untuk menilai kebutuhan
pembelajaran klien dan menyediakan edukasi tentang berbagai topik
seperti pengobatan, nutrisi, penggunaan alat medis, nyeri dan rencana
perawatan klien. Pencapaian yang berhasil membutuhkan kolaborasi
antar profesi kesehatan dan meningkatkan pemulihan klien.
Perawat bisa menjadi pendidik yang efektif jika melakukan lebih
dari sekedar memberikan informasi saja. Perawat harus menentukan
secara hati-hati apa yang klien perlu ketahui dan menentukan secara
hati-hati apa yang klien perlu ketahui dan menentukan waku kapan
klien siap belajar. (Klugger, 1991) mencatat 3 area yang merupakan
tanggung jawab klien dalam pendidikan klien :
1. Persiapan klien dalam menerima perawatan
2. Persiapan klien pulang dari perawatan rumah sakit
3. Pencatatan aktivitas pendidikan klien
Ketika perawat menilai kebutuhan pendidikan klien dan perawat
tersebut mampu mengimplementasikannya, klien sebaiknya disiapkan
untuk mengetahui tanggung jawabnya daam asuhan keperawatan.
Hubungan antara pendidikan klien dan hasil yang diharapkan
merupakan satu pemikiran penelitian keperawatan yang penting.
( Fundamental Keperawatan, Potter dan Perry.edisi 4)
5
Rangkaian tindakan yang sistematik dan berurutan serta
terencana yang membentuk siklus tanpa terputus merupakan proses
dari pendidikan. Sedangkan pendidikan kesehatan adalah seuatu usaha
atau kegiatan untuk membantu individu, keluarga, dan masyarakat
dalam meningkatkan kemampuannya untuk mencapai kesehatan
secara optimal (Rochadi, 2011). Pendidikan klien merupakan proses
untuk membantu orang mempelajari perilaku yang ada kaitannya
dengan kesehatan, sehingga ia dapat menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari untuk mencapai kesehatan yang optimum dan kemandirian
dalam perawatan diri (Smith, 1998: Bell,1986).
Pendidikan kesehatan berperan bagi pasien didalam pe;ayanan
kesehatan adalah untuk menginstruksikan orang-orang (pasien),
bagaimana untuk mendeteksi penyakit pada tahap awal dan mencegah
perkembangannya. Ini merupakan pendidikan kesehatan primer.
Sedangkan pendidikan tersier dapat menginstruksikan pasien tentang
penyakit mereka dan pelayanan kesehatan yang tersedia. Jadi, pasien
bisa mencegah atau membatasi ketidakmampuan serta membantu
memulihkan pasien dari penyakitnya.
Untuk pembatasan ini, maka diberikanlah pelatihan oleh perawat
kepada klien tentang cara perawatan diri dan penyediaan fasilitas.
Supaya kedepannya pasien bisa dengan mandiri mencegah atau
membatasi penyakitnya.
Secara umum peran dari pendidikan atau edukasi klien adalah
untuk mengubah perilaku individu dan masyarakat dalam bidang
kesehatan serta tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan
masyarakat dalam memelihara perilaku sehat serta berperan aktif
dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
Serta edukasi klien bertujuan untuk pemeliharaan dan promosi
kesehatan serta pencegahan penyakit (Potter&Perry, 2005). Promosi
perilaku sehat melalui edukasi memungkinkan pasien mengambil
tanggungjawab yang lebih besar terhadap kesehatnnya, pengetahuan
6
yang lebih baik akan menghasilkan kebiasaan pemeliharaan kesehatan
yang lebih baik pula. Tujuan lainnya adalah pendidikan kesehatan,
pasien yang sakit atau cedera membutuhkan informasi dan
keterampilan yang dapat membantu mereka mencapai kembali
kesehatannya (Potter&Perry, 2005).
Jadi dapat disimpulkan bahwa peran dari pendidikan atau edukasi
klien dalam pelayanan kesehatan adalah untuk mengubah perilaku
pasien dalam memelihara perilaku sehat, mandiri, merubahgaya hidup
menjadi sehat, memotifasi pasien dan berperan aktif dalam
mewujudkan derejat kesehatan yang optimal
2.2 Hubungan antara Pendidikan/ edukasi klien dengan
discharge planning
Perencanaan pulang (discharge planning) akan menghasilkan
sebuah hubungan yang terintegrasi, yaitu antara perawatan yang
diterima pada waktu di rumah sakit dengan perawatan yang diberikan
setelah klien pulang. Perawatan di rumah sakit akan bermakna jika
dilanjutkan dengan perawatan di rumah. Namun sampai dengan saat ini
perencanaan pulang bagi pasien yang dirawat di rumah sakit belum
optimal dilaksanakan, dimana peran perawat terbatas pada kegiatan
rutinitas saja, yaitu hanya berupa informasi kontrol ulang. Klien yang
memerlukan perawatan kesehatan di rumah, konseling kesehatan atau
penyuluhan dan pelayanan komunitas tetapi tidak dibantu dengan
upaya memperoleh pelayanan sebelum pemulangan sering kembali ke
ruang kedaruratan dengan masalah minor,sering kali diterima kembali
dalam waktu 24 jam sampai 48 jam dan kemudian pulang kembali.
Discharge planning keperawatan merupakan komponen yang
terkait dengan rentang keperawatan. Rentang keperawatan sering pula
disebut dengan perawatan berkelanjutan yang artinya perawatan yang
dibutuhkan oleh klien di manapun klien berada. Kegagalan untuk
memberikan dan mendokumentasikan perencanaan pulang akan
beresiko terhadap beratnya penyakit, ancaman hidup dan disfungsi
7
fisik. Dalam perencanaan pulang diperlukan komunikasi yang baik dan
terarah sehingga apa yang disampaikan dapat dimengerti dan berguna
untuk perawatan di rumah.
Discharge planning adalah rencana pemulangan pasien.
Discharge planning dibutuhkan agar pasien ketika pulang nanti dapat
menjalani asuhan secara mandiri di rumah. Discharge planning
dilakukan oleh semua tim kesehatan agar persiapannya berjalan
dengan baik dan tidak ada miskomunikasi. Discharge palnning
ditujukan bagi pasien dan keluarga pasien. Discharge planning sudah
harus dibuat ketika proses perencanaan asuhan kepada pasien.
Discharge planning diberikan beberapa hari sebelum pasien pulang.
Discharge planning tidak hanya berlaku untuk klien akut, tetapi juga
unutk pasien yang lainnya. Rawat jalan tidak membutuhkan discharge
planning, yang membutuhkan discahrge planning hanyalah untuk klien
di rawat inap.
Discharge planning dilakukan pada setiap asuhan keperawatan.
Ketika dimulai discharge planning, maka edukasi klien berorientasi pada
discharge palnning. Discharge planning dapat dilakukan ketika pasien
sedang diberi asuhan, atau perawat meluangkan waktu sebentar untuk
menjelaskan tindakan yang bisa dilakukan di rumah untuk keluarga
pasien. Bahkan pasien dapat diberikan edukasi mandiri dengan cara
tidak memanjakan pasien. Contoh : pasien harus melakukan hal-hal
yang dapat ia lakukan sendiri ketika sudah dapat melakukannya secara
mandiri.
Hubungan antara discharge planning dengan edukasi klien adalah
ketika dischrge planning mulai dilakukan, maka edukasi klien yang
diberikan adalah asuhan mandiri di rumah. Discharge planning
merupakan bagian dari edukasi klien. Ketika perawat memberikan
penjelasan tindakan dan memberikan saran yang terbaik untuk pasien
melakukannya di rumah, itu sudah termasuk discharge planning.
Discharge plannign dan edukasi klien adalah sebuah rangkaian tindakan
tim kesehatan.
8
Menurut Neylor (2003), beberapa tindakan keperawatan yang dapat
diberikan pada klien sebelum klien diperbolehkan pulang adalah
sebagai berikut:
1. Pendidikan kesehatan, diharapkan dapat mengurangi angka kambuh
atau komplikasi dan meningkatkan pengetahuan klien serta
keluarga tentang perawatan post-laparatomi. Pendidikan kesehatan
terkait dengan perawatan post-operatif yang perlu diberikan pada
klien dengan post-laparatomi (Long, 1996), meliputi:
a. Kontrol (waktu dan tempat)
b. Lanjutan perawatan (luka operasi, pemasangan gift, dan lain-lain)
c. Diet / nutrisi yang harus dikonsumsi
d. Aktivitas dan istirahat, kontrol
e. Perawatan diri ( kebersihan dan mandi)
2. Program pulang bertahap. Bertujuan untuk melatih klien untuk
kembali ke lingkungan keluarga dan masyarakat, antara lain apa
yang harus dilakukan klien di rumah sakit dan apa yang harus
dilakukan oleh keluarga.
3. Rujukan. Integritas pelayanan kesehatan harus mempunyai
hubungan langsung antara perawat komunitas atau praktik mandiri
dengan perawat rumah sakit sehingga dapat mengetahui
perkembangan klien di rumah.
Discharge Planning (DP) merupakan proses perencanaan
sistematik yang dipersiapkan bagi pasien untuk meninggalkan instansi
perawatan (rumah sakit). Pada akhir tahun 1970-an, pengajaran klien
menyaksikan pergeseran dan daftar memperluas priorites. Tidak lagi
adalah perawat baru dididik hanya untuk rumah sakit berbasis praktik.
Praktek dalam perawatan rawat jalan, perawatan jangka panjang, dan
pengaturan rumah perawatan membantu perawat mendapatkan
penghargaan yang lebih besar untuk link penting antara pendidikan
klien, perencanaan pulang, dan kontinuitas perawatan, Pasien
dipulangkan dari rumah sakit untuk pengaturan lain sakit dan lebih
cepat.
9
Perencanaan pulang dimulai pada hari masuk, ini adalah aturan
emas diajarkan kepada semua siswa keperawatan. Sampai dekade
terakhir, bagaimanapun, jumlah hari pasien tinggal di rumah sakit
adalah fleksibel dan sering dapat diperpanjang untuk mempersiapkan
pasien dan keluarga untuk menganggap perawatan diri. Sebagai biaya
kesehatan terus meningkat, rumah sakit disalahkan karena inefisiensi
dan jumlah uang yang dikeluarkan untuk merawat pasien. Industri
Amerika dan lembaga pemerintah ditekan untuk penukaran dalam
penggantian kesehatan yang akan membangun insentif untuk efisiensi
dan penahanan biaya untuk pihak ketiga wajib.
Medicare mulai menggunakan sistem pembayaran prospektif
yang disebut diagnosis yang berhubungan dengan kelompok (DRGs).
Kecenderungan utama dalam penggantian menjadi undang-undang
pada tahun 1983. Dengan DRGs, pembayaran tidak lagi dibuat ke
rumah sakit berdasarkan biaya pelayanan atau jumlah hari perawatan
diberikan kepada pasien. Sebaliknya, pembayaran yang telah
ditetapkan ditugaskan berarti lama tinggal (yaitu, jumlah hari Medicare
akan membayar untuk layanan). Sebuah cutoff outlier (yaitu, jumlah
max-Imum hari yang sakit dapat RUU Medicare) didirikan. Untuk
menegosiasikan pembayaran, rumah sakit harus membuktikan bahwa
kondisi klien yang rumit. Analis Banyak dokter memperkirakan bahwa
perusahaan asuransi besar akan mengadopsi sistem pembayaran
serupa calon-harga (Vestal, 1995; Malloy 7 Hartshorn, 1989). Sejak itu,
industri asuransi kesehatan telah memperkenalkan perubahan besar,
dan aliansi baru untuk perawatan kesehatan dikelola berkembang
setiap hari. Biaya dan kualitas merupakan komponen kunci dari
perawatan kesehatan dikelola.
Dengan munculnya DRGs, perencanaan debit diasumsikan makna
baru. Insentif keuangan diikat dengan tanggal debit, karena rumah sakit
yang diganti jumlah tetap didasarkan pada DRGs. Strategi yang
dikembangkan untuk mengelola fiskal rangkaian perawatan pasien dari
pendekatan baru untuk skrining preadmission untuk manajemen kasus
rawat inap, dan dari klinik rawat jalan khusus untuk teknologi tinggi
10
perawatan di rumah. Sistem perawatan kesehatan muncul,
menghubungkan penyedia di sebuah kontinum pengaturan perawatan
kesehatan. Manajemen kasus yang terlibat menjamin kelangsungan
layanan perawatan pasien, memaksimalkan kualitas pelayanan, dan
meminimalkan biaya. Dengan munculnya setiap pendekatan baru,
pendidikan klien telah mengambil tengah panggung.
Fokus utama dari pendidikan klien pada 1980-an bergeser dari
hasil penyedia untuk hasil pasien dan keluarga. pendidikan klien yang
sukses tidak dapat dijamin hanya berdasarkan pada kemampuan dan
kemauan dari penyedia layanan kesehatan untuk memberikan informasi
dimengerti tentang diagnosis, pengobatan dan prognosis. tujuan untuk
pendidikan dari semua pasien harus mencakup belajar keterampilan
bertahan hidup, mengakui masalah setelah kepulangan dan membuat
keputusan yang berkontribusi terhadap manajemen perawatan diri.
BAB III
3.1 Kesimpulan
Nursing’s Agenda for Health Care Reform dari American Nurses Association
(ANA) (1991) merekomendasikan perubahan struktur sistem pelayanan kesehatan, dimana
11
pelayanan lebih berfokus pada kesehatan dan perawatan kesehatan daripada penyakit dan
penyembuhan. Pada dasarnya yang ingin dicapai adalah mempertahankan status kesehatan.
Klien saat ini mengetahui lebih banyak tentang kesehatan dan ingin lebih dilibatkan dalam
upaya mempertahankan kesehatan. Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan
sehingga klien menerima informasi tentang perawatan kesehatan dengan cara yang lebih
menyenangkan dan dilakukan di tempat yang tidak asing baginya (ANA, 1991).
Pendidikan klien yang komprehensif meliputi tiga tujuan yaitu pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, perbaikan kesehatan, dan koping
terhadap gangguan fungsi. Perawat belajar untuk mengidentifikasi keinginan klien untuk
belajar dan membantu memotivasi minatnya. Keluarga berperan penting dalam
penyembuhan pasien, oleh karena itu perawat perlu mengkaji hubungan klien-keluarga.
Pendidikan kesehatan memiliki tiga tujuan, primer, sekunder dan tersier. Pendidikan atau
edukasi klien dalam pelayanan kesehatan berperan untuk mengubah pasien menjadi lebih
mandiri dan disiplin, mencegah kondisi pasien menurun, mencegah penyebaran penyakit,
merubah gaya hidup pasien menjadi lebih baik, menjaga lingkungan agar tetap sehat,
mengembangkan pengetahuan bagi perawat dan peran yang paling besar adalah
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat.
Perencanaan pulang (discharge planning) adalah rencana pemulangan pasien.
Discharge planning dibutuhkan agar pasien ketika pulang nanti dapat menjalani asuhan
secara mandiri di rumah. Discharge planning dilakukan oleh semua tim kesehatan agar
persiapannya berjalan dengan baik dan tidak ada miskomunikasi. Hubungan antara
discharge planning dengan edukasi klien adalah ketika dischrge planning mulai
dilakukan, maka edukasi klien yang diberikan adalah asuhan mandiri di rumah. Discharge
planning merupakan bagian dari edukasi klien. Ketika perawat memberikan penjelasan
tindakan dan memberikan saran yang terbaik untuk pasien melakukannya di rumah, itu
sudah termasuk discharge planning. Discharge plannign dan edukasi klien adalah sebuah
rangkaian tindakan tim kesehatan.
3.2 Saran
- Perlunya pendidikan kesehatan yang mendalam terhadap perawat dan klien,
sehingga tindakan atau informasi tentang perawatan kesehatan lebih di pahami
12
- Perawat perlu belajar lebih banyak agar memiliki bekal untuk dapat memberikan
informasi yang maksimal pada saat melakukan edukasi terhadap pasien. Perawat
juga perlu mengasah ilmu yang dimiliki agar dapat meningkatkan mutu pendidikan
dan berperilaku sehat karena perawat merupakan sumber yang nyata dan memiliki
kompetensi dalam usaha meningkatkan kesehatan fisik dan psikologis klien
- Kolaborasi antara tim kesehatan sangatlah penting, hal tersbut sebaiknya lebih di
perhatikan dan diterapkan pada tiap tim kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Fundamental Keperawatan. Buku 1 Edisi 4. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Redman, Barbara Klug. (1993). The Process of Patient Education. 7th Ed. St. Louis: Mosby Year Book.
13
Rankin, Sally H. & Stallings, Karen Duffy. (2001). Patient Education: Principles & Practice. 4th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wikins.
Nursalam.2008.Pendidikan dalam keperawatan.Jakarta : Salemba Medika
Potter, P.A & Perry, A.G. (2005). Fundamental of Nursing: Concepts Process, and Practice. 6th Ed. St Louis, Ml : Elseiver Mosby.
14