DEFINISI
Inkontinensia urin (IU) oleh International Continence Society (ICS) didefinisikan
sebagai keluarnya urin yang tidak dapat dikendalikan atau dikontrol; secara objektif
dapat diperlihatkan dan merupakan suatu masalah sosial atau higienis. Hal ini
memberikan perasaan tidak nyaman yang menimbulkan dampak terhadap kehidupan
sosial, psikologi, aktivitas seksual dan pekerjaan. Juga menurunkan hubungan interaksi
sosial dan interpersonal.
Inkontinensia urine adalah pengeluaran urin tanpa disadari dalam jumlah dan
frekuensi yang cukup sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan dan sosial.
Variasi dari inkontinensia urin meliputi keluar hanya beberapa tetes urin saja, sampai
benar-benar banyak, bahkan terkadang juga disertai inkontinensia alvi (disertai
pengeluaran feses) (brunner, 2011).
Pengertian Inkontinensia urin adalah pengeluaran urin yang tidak terkendali
pada waktu yang tidak dikehendaki dan tanpa melihat frekuensi maupun
jumlahnya yang mana keadaan ini dapat menyebabkan masalah fisik, emosional,
sosial dan higienis bagi penderitanya ( Martin dan Frey, 2005 ).
ETIOLOGI
Seiring dengan bertambahnya usia, ada beberapa perubahan pada anatomi dan
fungsi organ kemih, antara lain disebabkan
a. melemahnya otot dasar panggul,
Kelemahan otot dasar panggul dapat terjadi karena kehamilan, setelah
melahirkan, kegemukan (obesitas), menopause, usia lanjut, kurang aktivitas dan
operasi vagina. Penambahan berat dan tekanan selama kehamilan dapat
menyebabkan melemahnya otot dasar panggul karena ditekan selama sembilan
bulan. Proses persalinan juga dapat membuat otototot dasar panggul rusak akibat
regangan otot dan jaringan penunjang serta robekan jalan lahir, sehingga dapat
meningkatkan risiko terjadinya Inkontinensia urin.
b. kebiasaan mengejan yang salah
c. karena penurunan estrogen.
Dengan menurunnya kadar hormon estrogen pada wanita di usia menopause (50
tahun ke atas), akan terjadi penurunan tonus otot vagina dan otot pintu
saluran kemih (uretra), sehingga menyebabkan
terjadinya Inkontinensia urin.
Penyebab yang paling sering ditemukan adalah infeksi kandung kemih (sistitis).
Penyebab lainnya adalah:
Efek samping obat
Penyakit yang mempengaruhi pergerakan atau menyebabkan linglung
Asupan minuman yang mengandung kafein atau alkohol berlebihan
Keadaan yang menyebabkan iritasi kandung kemih atau uretra (misalnya vaginitis
atropik atausembelit yang berat).
Inkontinensia menahun bisa terjadi akibat:
Perubahan di dalam otak
Perubahan di dalam kandung kemih atau uretra
Kelainan saraf yang menuju atau berasal dari kandung kemih.
Perubahan-perubahan ini terutama sering ditemui pada usia lanjut dan wanita
pasca menopause.
Tabel 1.1
Jenis Penyebab
Inkontinensia desakan Infeksi saluran kemih.
Kandung kemih yg terlalu aktif.
Penyumbatan aliran kemih.
Batu & tumor kandung empedu.
Obat, terutama diuretic.
Inkontinensiakarena stres Kelemahan pada sfingter (otot yang
mengendalikan aliran kemih dari kandung
kemih).
Pada wanita,berkurangnya tahanan terhadap aliran
kemih melalui uretra, biasanya karena
kekurangan estrogen.
Perubahan anatomis yang disebabkan oleh
melahirkan banyak anak atau pembedahan
panggul.
Pada pria, pengangkatan prostat atau cedera pada
bagian atas uretra atau leher kandung kemih.
Inkontinensia aliran
berlebih
Penyumbatan aliran air kemih, biasanya
disebabkanoleh pembesaran atau kanker prostat
(pada pria) dan karena penyempitan uretra(pada
anak-anak).
Kelemahan otot kandung kemih.
Kelainan fungsi saraf.
Obat-obatan.
Inkontinensia total :
kebocoran
berkesinambungan karena
spingter tidak menutup
Cacat bawaan
Cedera pada leher kandung kemih (misalnya
karena pembedahan)
Inkontinensia psikogenik :
Hilangnya pengendalian
karena kelainan psikis
Gangguan emosional (misalnya depresi)
Inkontinensia campuran :
Gabungan dari berbagai
keadaan diatas
Banyak wanita yang
mengalami inkontinensia
campuran antara stress &
desakan
Gabungan dari berbagai penyebab diatas
EPIDEMIOLOGI
prevalensi Inkontinensia urinlebih tinggi terjadi pada wanita dan meningkat dengan bertambahnya usia, BMI, riwayathisterektomi, monopause, status depresi dan paritas(Melville et al, 2005 ). Prevalensinya pada wanita berkisar antara 3-55ya
bergantung pada batasan dankelompok usia. Prevalensi baru meningkat seiring denganpertambahax usia.z Prevalensi pada percmpuan usia di atas 80 tahun mencapal 46%. Prevalensi dan berat gangguan meningkat dengan bertambahnnya umur dan paritas. Pada usia 15 tahun atau lebih didapatkan kejadian 10%, sedang pada usia 35-65 tahun mencapai 12%. Prevalansi meningkat sampai 16% pada wanita usia lebih dari 65 tahun. Pada nulipara didapatkan kejadian 5%, pada wanita dengan anak satu mencapai 10% dan meningkat sampai 20% pada wanita dengan 5 anak
Di Indonesia, survey Inkontinensia urinyang dilakukan oleh Divisi Geriatri Bagian Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Dr. Cipto Mangunkusumo pada 208 orang usia lanjut di lingkungan Pusat Santunan Keluarga di Jakarta (2002), mendapatkan angka kejadian Inkontinensia urin tipe stress sebesar 32.2 %. Sedangkan penelitian yang dilakukan di Poli Geriatri RS Dr. Sardjito didapatkan angka prevalensi Inkontinensia urin sebesar 14.47 % ( Setiati dan Pramantara, 2007 ).
FAKTOR RISIKO
Faktor resiko yang berperan memicu inkontinensia urin pada wanita adalah
a. Faktor kehamilan dan persalinan
Efek kehamilan pada inkontinensia urin tampaknya bukan sekedar proses mekanik
inkontinensia urin pada perempuan hamil dapat terjadi dari awal kehamilan hingga
masa nifas, jadi tidak berhubungan dengan penekanan kandung kemih oleh
uterus.Prevalensi inkontinensia urin meningkat selama kehamilan dan beberapa
minggu setelah persalinan.
b. Tingginya usia, paritas dan berat badan bayi tampaknya berhubungan dengan
inkontinensia urin.
c. Wanita dengan indeks masa tubuh lebih tinggi akan cenderung lebih banyak
mengalami inkontinensia urin
d. Menopause cenderung bertindak sebagai kontributor untuk resiko terjadinya
inkontinensia urin.
KLASIFIKASI
Berdasarkan sifat reversibilitasnya inkontinensia urin dapat dikelompokkan menjadi 2
yaitu:
Inkontinensia urin akut ( Transient incontinence ) : Inkontinensia urin ini terjadi
secara mendadak, terjadi kurang dari 6 bulan dan biasanya berkaitan dengan kondisi
sakit akut atau problem iatrogenic dimana menghilang jika kondisi akut teratasi.
Penyebabnya dikenal dengan akronim DIAPPERS yaitu : delirium, infeksi dan
inflamasi, atrophic vaginitis, psikologi dan pharmacology, excessive urin
production(produksi urin yang berlebihan), restriksi mobilitas dan stool impaction
(impaksi feses).
Inkontinensia urin kronik ( Persisten )
Inkontinensia urin ini tidak berkaitan dengan kondisi akut dan berlangsung lama
( lebih dari 6 bulan ). Ada 2 penyebab kelainanmendasar yang melatar belakangi
Inkontinensia urin kronik (persisten) yaitu : menurunnya kapasitas kandung kemih
akibat hiperaktif dankarena kegagalan pengosongan kandung kemih akibat lemahnya
kontraksi otot detrusor. Inkontinensia urin kronik ini dikelompokkan lagi menjadi
beberapa tipe (stress, urge, overflow, mixed).
a. Inkontinensia urin tipe stress : Inkontinensia urin ini terjadi apabila urin secara tidak
terkontrol keluar akibat peningkatan tekanan di dalam perut, melemahnya otot
dasar panggul, operasi dan penurunan estrogen. Gejalanya antara lain kencing
sewaktu batuk, mengedan, tertawa, bersin, berlari, atau hal lain yang meningkatkan
tekanan pada rongga perut. Pengobatan dapat dilakukan tanpa operasi (misalnya
dengan Kegel exercises, dan beberapa jenis obat-obatan), maupun dengan operasi.
Inkontinesia urin tipe stress dapat dibedakan dalam 4 jenis yaitu
1. Tipe 0 :pasien mengeluh kebocoran urin tetapi tidak dapat dibuktikan
melalui pemeriksaan
2. Tipe 1 :IU terjadi pada pemeriksaan dengan manuver stress dan adanya
sedikit penurunan uretra pada leher vesika urinaria
3. Tipe 2 :IU terjadi pada pemeriksaan dengan penurunan uretra pada leher
vesika urinaria 2 cm atau lebih
4. Tipe 3 :uretra terbuka dan area leher kandung kemih tanpa kontraksi
kandung kemih. Leher uretra dapat menjadi fibrotik (riwayat trauma atau
bedah sebelumnya) dengan gangguan neurologic atau keduanya. Tipe ini
disebut juga defisiensi sfingter intrinsic
b. Inkontinensia urin tipe urge
timbul pada keadaan otot detrusor kandung kemih yang tidak stabil, yang mana otot
ini bereaksi secara berlebihan. Inkontinensia urin ini ditandai dengan ketidak
mampuan menunda berkemih setelah sensasi berkemih muncul. Manifestasinya
dapat berupa perasaan ingin kencing yang mendadak ( urge ), kencing berulang kali (
frekuensi ) dan kencing di malam hari ( nokturia ).
c. Inkontinensia urin tipe overflow :
pada keadaan ini urin mengalir keluar akibat isinya yang sudah terlalu banyak di
dalam kandung kemih, umumnya akibat otot detrusor kandung kemih yang lemah.
Biasanya hal ini dijumpai pada gangguan saraf akibat penyakit diabetes, cedera pada
sumsum tulang belakang, atau saluran kencing yang tersumbat. Gejalanya berupa
rasa tidak puas setelah kencing ( merasa urin masih tersisa di dalam kandung
kemih ), urin yang keluar sedikit dan pancarannya lemah. Inkontinensia tipe
overflow ini paling banyak terjadi pada pria dan jarang terjadi pada wanita.
d. Inkontinensia tipe campuran (Mixed) :
merupakan kombinasi dari setiap jenis inkontinensia urin di atas. Kombinasi
yangpaling umum adalah tipe campuran inkontinensia tipe stress dan tipe urgensi
atau tipe stress dan tipe fungsional.
MANIFESTASI KLINIS
Inkontinensia stres: keluarnya urin selama batuk, mengedan, dan sebagainya.
Gejala-gejala ini sangat spesifik untuk inkontinensia stres.
2. Inkontinensia urgensi: ketidakmampuan menahan keluarnya urin dengan gambaran seringnya terburu-buru untuk berkemih.
3. Enuresis nokturnal: 10% anak usia 5 tahun dan 5% anak usia 10 tahun mengompol selama tidur. Mengompol pada anak yang lebih tua merupakan sesuatu yang abnormal dan menunjukkan adanya kandung kemih yang tidak stabil.
4. Gejala infeksi urine (frekuensi, disuria, nokturia), obstruksi (pancara lemah, menetes), trauma (termasuk pembedahan, misalnya reseksi abdominoperineal), fistula (menetes terus-menerus), penyakit neurologis (disfungsi seksual atau usus besar) atau penyakit sistemik (misalnya diabetes) dapat menunjukkan penyakit yang mendasari
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Anamnesis
Anamesa meliputi faktor-faktor yang mungkin berpengaruh terhadap terjadinya
inkontinensia pada seseorang dan mungkin dapat membantu penyembuhan.Hal-hal
penting yang perlu ditanyakan adalah sbb : Hal-halyang perlu ditanyakan antara lain
pola berkemih (voiding) dan mengompol, frekuensi dan volume urin,kebiasaan defekasi
serta pola kepribadian.
Pemeriksaan Fisik meliputi:
Pemeriksaan abdomen untuk memeriksa kandung kemih penuh atau kosong,
perkembangan psikomotor,inspeksi daerah genital dan punggung, refleks lumbosakral
dan pengamatan terhadap polaberkemih.
Pemeriksaan laboratorium
urinalisis, biakanurin, pemeriksaan kimia darah dan uji faal ginjal perlu dilakukan
terhadap semua kasus inkontinensia urin) maupun pencitraan.
MSU
MSU merupakan pemeriksaan radiografi vesikaurinaria dengan pemakaian
kontras yang dimasukkan melalui kateter urin kemudian dilakukanpemeriksaan
fluoroskopi secara intermitten selama pasien berkemih.
Endoscopy
Pemeriksaan urodinamik terindikasi pada kasus yang diduga buli-buli neurogenik yang
tidak
selalu dapat terdiagnosis hanya berdasarkan pemeriksaan fisik-neurologik, ataupun
pada sekitar 20%
kasus yang belum jelas diagnosisnya dengan pemeriksaan baku seperti USG dan MSU.
Penderita dengan LUT, endoscopy dianjurkan apabila terdapat :
Curiga ada keganasan buli-buli (hematuria)
LUTS dengan keluhan sakit waktu berkemih yang
diduga ada kelainan di dalam kandung kencing
Diduga ada vesicovaginal fistula
Pemeriksaan Urodynamic
Test urodinamik meliputi uroflowmetri dan sistometri. Sistometri merupakan
test yang paling penting, karena dapat menunjukan keadaan kandung kemih
yang hiperaktif, normal maupun hipoaktif.
Diagnostik imaging meliputi USG,CT scan dan IVP yang digunakan untuk
mengidentifikasi kelainan patologi (seperti fistel/tumor) dan kelainan anatomi
(ureter ektopik).
Test tambahan yang diperlukan untuk evaluasi diagnostik yaitu ‘Pessary Pad
Test’
Penderita minum 500 ml air selama 15 menit untuk mengisi kandung kemih.
Setelah ½ jam, penderita melakukan latihan selama 45 menit dengan cara :
berdiri dari duduk (10 kali), batuk (10 kali),joging di tempat (11 kali), mengambil
benda dari lantai (5 kali), dan mencuci tangan dari air mengalir selama 1 menit.
Test positif bila berat Pad sama atau lebih besar dari 1g. Test ini dapat
menunjukan adanya inkontinesia stres hanya bila tidak didapatkan kandung
kemih yang tidak stabil.
PENATALAKSANAAN MEDIS unsri pdf
Latihan otot-otot dasar panggul Latihan penyesuaian berkemih Obat-obatan
untuk merelaksasi kandung kemih dan estrogen Tindakan pembedahan
memperkuat muara kandung kemih
1. Inkontinensia urgensi a. Latihan mengenal sensasi berkemih dan penyesuaianyb. Obat-obatan untuk merelaksasi kandung kemih dan estrogenc. Tindakan pembedahan untuk mengambil sumbatan dan lain-lain keadaan
patologik yang menyebabkan iritasi pada saluran kemih bagian bawah.d. Kateterisasi, bila mungkin secara intermiten, dan kalau tidak mungkin secara
menetap.e. Tindakan pembedahan untuk mengangkat penyebab sumbatan2. Inkontensia overflow
a. Kateterisasi, bila mungkin secara intermiten, dan kalau tidak mungkin secara menetap
b. Tindakan pembedahan untuk mengangkat penyebab sumbatan 3. Inkontinensia tipe fungsional a. Penyesuaian sikap berkemih antara lain dengan jadwal dan kebiasaan berkemih b. Pekaian dalam dan kain penyerap khusus lainnyac. Penyesuaian/modifikasi lingkungan tempat berkemihd. Kalau perlu digaunakan obat-obatan yang merelaksasi kandung kemih
KOMPLIKASI
PENCEGAHAN
PATOFISIOLOGI
ASKEP
Top Related