inkontinensia urin

17
DEFINISI Inkontinensia urin (IU) oleh International Continence Society (ICS) didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak dapat dikendalikan atau dikontrol; secara objektif dapat diperlihatkan dan merupakan suatu masalah sosial atau higienis. Hal ini memberikan perasaan tidak nyaman yang menimbulkan dampak terhadap kehidupan sosial, psikologi, aktivitas seksual dan pekerjaan. Juga menurunkan hubungan interaksi sosial dan interpersonal. Inkontinensia urine adalah pengeluaran urin tanpa disadari dalam jumlah dan frekuensi yang cukup sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan dan sosial. Variasi dari inkontinensia urin meliputi keluar hanya beberapa tetes urin saja, sampai benar-benar banyak, bahkan terkadang juga disertai inkontinensia alvi (disertai pengeluaran feses) (brunner, 2011). Pengertian Inkontinensia urin adalah pengeluaran urin yang tidak terkendali pada waktu yang tidak dikehendaki dan tanpa melihat frekuensi maupun jumlahnya yang mana keadaan ini dapat menyebabkan masalah fisik, emosional, sosial dan higienis bagi penderitanya ( Martin dan Frey, 2005 ). ETIOLOGI Seiring dengan bertambahnya usia, ada beberapa perubahan pada anatomi dan fungsi organ kemih, antara lain disebabkan

Transcript of inkontinensia urin

Page 1: inkontinensia urin

DEFINISI

Inkontinensia urin (IU) oleh International Continence Society (ICS) didefinisikan

sebagai keluarnya urin yang tidak dapat dikendalikan atau dikontrol; secara objektif

dapat diperlihatkan dan merupakan suatu masalah sosial atau higienis. Hal ini

memberikan perasaan tidak nyaman yang menimbulkan dampak terhadap kehidupan

sosial, psikologi, aktivitas seksual dan pekerjaan. Juga menurunkan hubungan interaksi

sosial dan interpersonal.

Inkontinensia urine adalah pengeluaran urin tanpa disadari dalam jumlah dan

frekuensi yang cukup sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan dan sosial.

Variasi dari inkontinensia urin meliputi keluar hanya beberapa tetes urin saja, sampai

benar-benar banyak, bahkan terkadang juga disertai inkontinensia alvi (disertai

pengeluaran feses) (brunner, 2011).

Pengertian Inkontinensia urin adalah pengeluaran urin yang tidak terkendali

pada waktu yang tidak dikehendaki dan tanpa melihat frekuensi maupun

jumlahnya yang mana keadaan ini dapat menyebabkan masalah fisik, emosional,

sosial dan higienis bagi penderitanya ( Martin dan Frey, 2005 ).

ETIOLOGI

Seiring dengan bertambahnya usia, ada beberapa perubahan pada anatomi dan

fungsi organ kemih, antara lain disebabkan

a. melemahnya otot dasar panggul,

Kelemahan otot dasar panggul dapat terjadi karena kehamilan, setelah

melahirkan, kegemukan (obesitas), menopause, usia lanjut, kurang aktivitas dan

operasi vagina. Penambahan berat dan tekanan selama kehamilan dapat

menyebabkan melemahnya otot dasar panggul karena ditekan selama sembilan

bulan. Proses persalinan juga dapat membuat otototot dasar panggul rusak akibat

regangan otot dan jaringan penunjang serta robekan jalan lahir, sehingga dapat

meningkatkan risiko terjadinya Inkontinensia urin.

b. kebiasaan mengejan yang salah

Page 2: inkontinensia urin

c. karena penurunan estrogen.

Dengan menurunnya kadar hormon estrogen pada wanita di usia menopause (50

tahun ke atas), akan terjadi penurunan tonus otot vagina dan otot pintu

saluran kemih (uretra), sehingga menyebabkan

terjadinya Inkontinensia urin.

Penyebab yang paling sering ditemukan adalah infeksi kandung kemih (sistitis).

Penyebab lainnya adalah:

Efek samping obat

Penyakit yang mempengaruhi pergerakan atau menyebabkan linglung

Asupan minuman yang mengandung kafein atau alkohol berlebihan

Keadaan yang menyebabkan iritasi kandung kemih atau uretra (misalnya vaginitis

atropik atausembelit yang berat).

Inkontinensia menahun bisa terjadi akibat:

Perubahan di dalam otak

Perubahan di dalam kandung kemih atau uretra

Kelainan saraf yang menuju atau berasal dari kandung kemih.

       Perubahan-perubahan ini terutama sering ditemui pada usia lanjut dan wanita

pasca menopause.

Tabel 1.1

Jenis Penyebab

Inkontinensia desakan   Infeksi saluran kemih.

  Kandung kemih yg terlalu aktif.

  Penyumbatan aliran kemih.

  Batu & tumor kandung empedu.

  Obat, terutama diuretic.

Inkontinensiakarena stres   Kelemahan pada sfingter (otot yang

mengendalikan aliran kemih dari kandung

kemih).

  Pada wanita,berkurangnya tahanan terhadap aliran

kemih melalui uretra, biasanya karena

Page 3: inkontinensia urin

kekurangan estrogen.

  Perubahan anatomis yang disebabkan oleh

melahirkan banyak anak atau pembedahan

panggul.

  Pada pria, pengangkatan prostat atau cedera pada

bagian atas uretra atau leher kandung kemih.

Inkontinensia aliran

berlebih

  Penyumbatan aliran air kemih, biasanya

disebabkanoleh pembesaran atau kanker prostat

(pada pria) dan karena penyempitan uretra(pada

anak-anak).

  Kelemahan otot kandung kemih.

  Kelainan fungsi saraf.

  Obat-obatan.

Inkontinensia total :

kebocoran

berkesinambungan karena

spingter tidak menutup

  Cacat bawaan

  Cedera pada leher kandung kemih (misalnya

karena pembedahan)

Inkontinensia psikogenik :

Hilangnya pengendalian

karena kelainan psikis

  Gangguan emosional (misalnya depresi)

Inkontinensia campuran :

Gabungan dari berbagai

keadaan diatas

Banyak wanita yang

mengalami inkontinensia

campuran antara stress &

desakan

  Gabungan dari berbagai penyebab diatas

EPIDEMIOLOGI

prevalensi Inkontinensia urinlebih tinggi terjadi pada wanita dan meningkat dengan bertambahnya usia, BMI, riwayathisterektomi, monopause, status depresi dan paritas(Melville et al, 2005 ). Prevalensinya pada wanita berkisar antara 3-55ya

Page 4: inkontinensia urin

bergantung pada batasan dankelompok usia. Prevalensi baru meningkat seiring denganpertambahax usia.z Prevalensi pada percmpuan usia di atas 80 tahun mencapal 46%. Prevalensi dan berat gangguan meningkat dengan bertambahnnya umur dan paritas. Pada usia 15 tahun atau lebih didapatkan kejadian 10%, sedang pada usia 35-65 tahun mencapai 12%. Prevalansi meningkat sampai 16% pada wanita usia lebih dari 65 tahun. Pada nulipara didapatkan kejadian 5%, pada wanita dengan anak satu mencapai 10% dan meningkat sampai 20% pada wanita dengan 5 anak

Di Indonesia, survey Inkontinensia urinyang dilakukan oleh Divisi Geriatri Bagian Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Dr. Cipto Mangunkusumo pada 208 orang usia lanjut di lingkungan Pusat Santunan Keluarga di Jakarta (2002), mendapatkan angka kejadian Inkontinensia urin tipe stress sebesar 32.2 %. Sedangkan penelitian yang dilakukan di Poli Geriatri RS Dr. Sardjito didapatkan angka prevalensi Inkontinensia urin sebesar 14.47 % ( Setiati dan Pramantara, 2007 ).

FAKTOR RISIKO

Page 5: inkontinensia urin

Faktor resiko yang berperan memicu inkontinensia urin pada wanita adalah

a. Faktor kehamilan dan persalinan

Efek kehamilan pada inkontinensia urin tampaknya bukan sekedar proses mekanik

inkontinensia urin pada perempuan hamil dapat terjadi dari awal kehamilan hingga

masa nifas, jadi tidak berhubungan dengan penekanan kandung kemih oleh

uterus.Prevalensi inkontinensia urin meningkat selama kehamilan dan beberapa

minggu setelah persalinan.

b. Tingginya usia, paritas dan berat badan bayi tampaknya berhubungan dengan

inkontinensia urin.

Page 6: inkontinensia urin

c. Wanita dengan indeks masa tubuh lebih tinggi akan cenderung lebih banyak

mengalami inkontinensia urin

d. Menopause cenderung bertindak sebagai kontributor untuk resiko terjadinya

inkontinensia urin.

KLASIFIKASI

Berdasarkan sifat reversibilitasnya inkontinensia urin dapat dikelompokkan menjadi 2

yaitu:

Inkontinensia urin akut ( Transient incontinence ) : Inkontinensia urin ini terjadi

secara mendadak, terjadi kurang dari 6 bulan dan biasanya berkaitan dengan kondisi

sakit akut atau problem iatrogenic dimana menghilang jika kondisi akut teratasi.

Penyebabnya dikenal dengan akronim DIAPPERS yaitu : delirium, infeksi dan

inflamasi, atrophic vaginitis, psikologi dan pharmacology, excessive urin

production(produksi urin yang berlebihan), restriksi mobilitas dan stool impaction

(impaksi feses).

Inkontinensia urin kronik ( Persisten )

Inkontinensia urin ini tidak berkaitan dengan kondisi akut dan berlangsung lama

( lebih dari 6 bulan ). Ada 2 penyebab kelainanmendasar yang melatar belakangi

Inkontinensia urin kronik (persisten) yaitu : menurunnya kapasitas kandung kemih

akibat hiperaktif dankarena kegagalan pengosongan kandung kemih akibat lemahnya

kontraksi otot detrusor. Inkontinensia urin kronik ini dikelompokkan lagi menjadi

beberapa tipe (stress, urge, overflow, mixed).

a. Inkontinensia urin tipe stress : Inkontinensia urin ini terjadi apabila urin secara tidak

terkontrol keluar akibat peningkatan tekanan di dalam perut, melemahnya otot

dasar panggul, operasi dan penurunan estrogen. Gejalanya antara lain kencing

sewaktu batuk, mengedan, tertawa, bersin, berlari, atau hal lain yang meningkatkan

tekanan pada rongga perut. Pengobatan dapat dilakukan tanpa operasi (misalnya

dengan Kegel exercises, dan beberapa jenis obat-obatan), maupun dengan operasi.

Inkontinesia urin tipe stress dapat dibedakan dalam 4 jenis yaitu

1. Tipe 0 :pasien mengeluh kebocoran urin tetapi tidak dapat dibuktikan

melalui pemeriksaan

2. Tipe 1 :IU terjadi pada pemeriksaan dengan manuver stress dan adanya

Page 7: inkontinensia urin

sedikit penurunan uretra pada leher vesika urinaria

3. Tipe 2 :IU terjadi pada pemeriksaan dengan penurunan uretra pada leher

vesika urinaria 2 cm atau lebih

4. Tipe 3 :uretra terbuka dan area leher kandung kemih tanpa kontraksi

kandung kemih. Leher uretra dapat menjadi fibrotik (riwayat trauma atau

bedah sebelumnya) dengan gangguan neurologic atau keduanya. Tipe ini

disebut juga defisiensi sfingter intrinsic

b. Inkontinensia urin tipe urge

timbul pada keadaan otot detrusor kandung kemih yang tidak stabil, yang mana otot

ini bereaksi secara berlebihan. Inkontinensia urin ini ditandai dengan ketidak

mampuan menunda berkemih setelah sensasi berkemih muncul. Manifestasinya

dapat berupa perasaan ingin kencing yang mendadak ( urge ), kencing berulang kali (

frekuensi ) dan kencing di malam hari ( nokturia ).

c. Inkontinensia urin tipe overflow :

pada keadaan ini urin mengalir keluar akibat isinya yang sudah terlalu banyak di

dalam kandung kemih, umumnya akibat otot detrusor kandung kemih yang lemah.

Biasanya hal ini dijumpai pada gangguan saraf akibat penyakit diabetes, cedera pada

sumsum tulang belakang, atau saluran kencing yang tersumbat. Gejalanya berupa

rasa tidak puas setelah kencing ( merasa urin masih tersisa di dalam kandung

kemih ), urin yang keluar sedikit dan pancarannya lemah. Inkontinensia tipe

overflow ini paling banyak terjadi pada pria dan jarang terjadi pada wanita.

d. Inkontinensia tipe campuran (Mixed) :

merupakan kombinasi dari setiap jenis inkontinensia urin di atas. Kombinasi

yangpaling umum adalah tipe campuran inkontinensia tipe stress dan tipe urgensi

atau tipe stress dan tipe fungsional.

MANIFESTASI KLINIS

      Inkontinensia stres: keluarnya urin selama batuk, mengedan, dan sebagainya.

Gejala-gejala ini sangat spesifik untuk inkontinensia stres.

2.        Inkontinensia urgensi: ketidakmampuan menahan keluarnya urin dengan gambaran seringnya terburu-buru untuk berkemih.

3.        Enuresis nokturnal: 10% anak usia 5 tahun dan 5% anak usia 10 tahun mengompol selama tidur. Mengompol pada anak yang lebih tua merupakan sesuatu yang abnormal dan menunjukkan adanya kandung kemih yang tidak stabil.

Page 8: inkontinensia urin

4.        Gejala infeksi urine (frekuensi, disuria, nokturia), obstruksi (pancara lemah, menetes), trauma (termasuk pembedahan, misalnya reseksi abdominoperineal), fistula (menetes terus-menerus), penyakit neurologis (disfungsi seksual atau usus besar) atau penyakit sistemik (misalnya diabetes) dapat menunjukkan penyakit yang mendasari

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Anamnesis

Anamesa meliputi faktor-faktor yang mungkin berpengaruh terhadap terjadinya

inkontinensia pada seseorang dan mungkin dapat membantu penyembuhan.Hal-hal

penting yang perlu ditanyakan adalah sbb : Hal-halyang perlu ditanyakan antara lain

pola berkemih (voiding) dan mengompol, frekuensi dan volume urin,kebiasaan defekasi

serta pola kepribadian.

Pemeriksaan Fisik meliputi:

Pemeriksaan abdomen untuk memeriksa kandung kemih penuh atau kosong,

perkembangan psikomotor,inspeksi daerah genital dan punggung, refleks lumbosakral

dan pengamatan terhadap polaberkemih.

Pemeriksaan laboratorium

urinalisis, biakanurin, pemeriksaan kimia darah dan uji faal ginjal perlu dilakukan

terhadap semua kasus inkontinensia urin) maupun pencitraan.

Page 9: inkontinensia urin

MSU

MSU merupakan pemeriksaan radiografi vesikaurinaria dengan pemakaian

kontras yang dimasukkan melalui kateter urin kemudian dilakukanpemeriksaan

fluoroskopi secara intermitten selama pasien berkemih.

Endoscopy

Pemeriksaan urodinamik terindikasi pada kasus yang diduga buli-buli neurogenik yang

tidak

selalu dapat terdiagnosis hanya berdasarkan pemeriksaan fisik-neurologik, ataupun

pada sekitar 20%

kasus yang belum jelas diagnosisnya dengan pemeriksaan baku seperti USG dan MSU.

Penderita dengan LUT, endoscopy dianjurkan apabila terdapat :

Curiga ada keganasan buli-buli (hematuria)

LUTS dengan keluhan sakit waktu berkemih yang

diduga ada kelainan di dalam kandung kencing

Diduga ada vesicovaginal fistula

Pemeriksaan Urodynamic

Test urodinamik meliputi uroflowmetri dan sistometri. Sistometri merupakan

test yang paling penting, karena dapat menunjukan keadaan kandung kemih

yang hiperaktif, normal maupun hipoaktif.

Diagnostik imaging meliputi USG,CT scan dan IVP yang digunakan untuk

mengidentifikasi kelainan patologi (seperti fistel/tumor) dan kelainan anatomi

(ureter ektopik).

Test tambahan yang diperlukan untuk evaluasi diagnostik yaitu ‘Pessary Pad

Test’

Penderita minum 500 ml air selama 15 menit untuk mengisi kandung kemih.

Setelah ½ jam, penderita melakukan latihan selama 45 menit dengan cara :

berdiri dari duduk (10 kali), batuk (10 kali),joging di tempat (11 kali), mengambil

benda dari lantai (5 kali), dan mencuci tangan dari air mengalir selama 1 menit.

Page 10: inkontinensia urin

Test positif bila berat Pad sama atau lebih besar dari 1g. Test ini dapat

menunjukan adanya inkontinesia stres hanya bila tidak didapatkan kandung

kemih yang tidak stabil.

PENATALAKSANAAN MEDIS unsri pdf

Page 11: inkontinensia urin

Latihan otot-otot dasar panggul Latihan penyesuaian berkemih Obat-obatan

untuk merelaksasi kandung kemih dan estrogen Tindakan pembedahan

memperkuat muara kandung kemih

1.        Inkontinensia urgensi a.         Latihan mengenal sensasi berkemih dan penyesuaianyb.         Obat-obatan untuk merelaksasi kandung kemih dan estrogenc.         Tindakan pembedahan untuk mengambil sumbatan dan lain-lain keadaan

patologik yang menyebabkan iritasi pada saluran kemih bagian bawah.d.         Kateterisasi, bila mungkin secara intermiten, dan kalau tidak mungkin secara

menetap.e.         Tindakan pembedahan untuk mengangkat penyebab sumbatan2.        Inkontensia overflow

Page 12: inkontinensia urin

a.         Kateterisasi, bila mungkin secara intermiten, dan kalau tidak mungkin secara menetap

b.         Tindakan pembedahan untuk mengangkat penyebab sumbatan 3.        Inkontinensia tipe fungsional a.         Penyesuaian sikap berkemih antara lain dengan jadwal dan kebiasaan berkemih b.         Pekaian dalam dan kain penyerap khusus lainnyac.         Penyesuaian/modifikasi lingkungan tempat berkemihd.        Kalau perlu digaunakan obat-obatan yang merelaksasi kandung kemih

KOMPLIKASI

PENCEGAHAN

PATOFISIOLOGI

ASKEP