I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
A.1.Perdagangan Minyak Sawit Dunia
Pasokan minyak nabati dunia dipenuhi dari minyak kedelai, minyak sawit
dan inti sawit, minyak kapas, minyak kacang tanah, minyak biji matahari, minyak
lobak, minyak wijen, minyak jagung, minyak zaitun, minyak kelapa, minyak biji
rawi dan minyak jarak. Pada tahun 1991 total pasokan/pengadaan minyak nabati
mencapai 62.163.000 ton, dengan pemasok utama adalah minyak kedelai (26%)
dan minyak sawit (19%). Pada tahun 1995 pasokan minyak nabati naik menjadi
73.630.100 ton dengan pemasok utama tetap diduduki oleh minyak kedelai (28%)
dan minyak sawit (21%). Pertumbuhan pasokan minyak nabati dari tahun 1991
sampai dengan September 1996 rata-rata 3,5% per tahun, yang tertinggi
ditempati oleh minyak inti sawit (7,40%), minyak sawit (6,82%), minyak kedelai
(4,50%), minyak jagung (4,02%), dan minyak lobak (3,25%). Berikut adalah
gambaran tentang pasokan masing-masing minyak nabati dunia pada tahun
1995 (Gambar 1).
M.~TMWl
6'" M.~,..
M. 1.ob.I1
"...
Sumber: PT. less, 1997
M.UuIn)·J...
Gambar 1. Pasokan Minyak Nabati Dunia pada Tahun 1995
http://www.mb.ipb.ac.id
2
Didalam perdagangan minyak sawit dunia, negara importir sawit dapat dibedakan
menjadi dua jenis yakni :
1. Negara yang sebagian besar impornya untuk memenuhi konsumsi minyak
sawit dalam negeri. Misalnya RRC, Pakistan, dan India.
2. Negara yang sebagian kecil impornya untuk memenuhi konsumsi dalam negeri
dan sebagian besar diekspor lagi setelah atau tanpa diproses lebih lanjut.
Misalnya Hongkong dan Singapura.
Negara importir minyak sawit terbesar pada tahun 1995 dan 1996,
berturut-turut adalah RRC, Pakistan, India, Singapura, Inggris, Belanda, Mesir,
Jerman dan Jepang, sedangkan pertumbuhan impor minyak sawit dunia dari
tahun 1991 sampai dengan September 1996 rata-rata sebesar 3,65% per tahun
(Tabel1 ).
Tabel 1. Negara Importir Minyak Sawit Dunia pada Tahun 1995dan 1996
I ~:--""~c:; Negaf.t~±~:f~· ;. Jan-Des 1995 _2Jan~ Sep'~1996
""':":~(~OOO'iTo'fi.':\~ ~:;"'i'l:;"000~i;'ik)~:.-._::. :'..." :..- -e=-:- _
RRC 1.577,6 1.400Pakistan 1.130 1.240India 835 700Singapura 559,2 580Inggris 462 475,4Mesir 369 390Jenman 365,4 375,1Belanda 440 450Jepang 351,1 360Negara Lainnya 4.443,7 4.727,1
To ta I 10.533,0 10.697,6
Sumber : PT. ICBS 1997
http://www.mb.ipb.ac.id
3
Negara eksportir minyak sawit terbesar adalah Malaysia, dan Indonesia.
Seperti halnya negara importir, negara eksportir juga dapat dibedakan menjadi
dua jenis yakni :
1. Negara yang mengeskpor minyak sawit hasil produksi negaranya sendiri,
seperti : Malaysia, Indonesia, Papua New Guinea, dan Ivory Coast (Pantai
Gading).
2. Negara yang mengekspor minyak sawit, hasil impor dari negara lain, seperti:
Hongkong, Singapura, RRC, dan Belanda.
Dalam periode 1991-1996 pertumbuhan ekspor minyak sawit, rata-rata
sebesar 4,38% per tahun, seperti diperlihatkan pada Tabel 2.
Tabel2. Negara Eksportir Minyak Sawit Dunia pada Tahun1995 dan 1996
MalaysiaIndonesiaPapua New GuneaSingapuraHongkongChinaBelandaIvory Coast (PantaiGading)Ne ara Lainn a
Tota ISumber: PT. less 1997
6.637,52.070
220398,8273,3260,8195,5125
287710.468,6
6.5602.320
225380293269,8196,5125
261,210.630,5
Pertumbuhan impor inti sawit dan 1991-1996, tidak setinggi minyak sawit,
rata-rata hanya sebesar 1,9% pertahun. Besarnya import tahun 1995 dan 1996
masing-masing sebesar 789.400 ton dan 886.200 ton.
http://www.mb.ipb.ac.id
4
Sedangkan pertumbuhan ekspor inti sawit, pada periode 1991-1996 rata
rata sebesar 1,3% per tahun. Besarnya Ekspor inti sawit pada tahun 1995 dan
1996 masing-masing sebesar 779.100 ton dan 859,200 ton.
A.2. Konsumsi dan Prospek Pemasaran Minyak Sawit
Menurut proyeksi yang dibuat World Bank, konsumsi minyak sawit dunia
pada tahun 1990 berkisar 9.111.000 ton, dan pada tahun 2000 berkisar
16.393.000 ton. Negara konsumen terbesar adalah negara berkembang seperti
Indonesia, India, Pakistan, dan RRC. Salah satu pendekatan dalam menghitung
konsumsi minyak sawit dunia, atas dasar pertumbuhan konsumsi selama 7 tahun
terakhir (1990 - 1996), yang mencapai 5,44% per tahun. Dengan asumsi
pertumbuhan sebesar 5,44% pertahun, maka pertumbuhan konsumsi minyak
sawit dari tahun 1996-2005, sebagaimana tampak pada Tabel 3.
Tabel3. Proyeksi Konsumsi Minyak Sawit dari Tahun1996-2005
,:,,- .'1" -_~_, ::J TQtal"'~'O!lS4msi,; 'iI. _ T/llluni!ji",;:t;:::\,(,~;,J:JUi~,.l\~~;Ri~, 1¢i"'..d\~f.i'(dOOOJlOn~)~~~
1996 15.492,41997 16.3351998 17.2241999 18.1612000 19.1492001 20.2972002 21.5122003 22.8062004 24.1752005 25.625
Sumber : PT. less, 1997
Tingginya pertumbuhan konsumsi minyak sawit dunia antara lain disebabkan :
1. Meningkatnya kesadaran konsumen internasional, bahwa minyak sawit tidak
membawa dampak negatif terhadap kesehatan.
http://www.mb.ipb.ac.id
5
2. Bagi negara-negara yang sedang berkembang, produk minyak sawit masih
merupakan:
a. Barang Normal, yang artinya peningkatan pendapatan menyebabkan
peningkatan konsumsi minyak sawit.
b. Barang Elastis, yang artinya, apabila harga turun akan mengakibatkan
kenaikan konsumsi minyak sawit dengan persentase yang lebih besar,
dibanding persentase penurunan harganya.
3. Harga minyak sawit relatif lebih rendah dibanding harga minyak nabati
lainnya, sehingga mempunyai kemampuan substitusi yang kuat.
Sampai dengan saat ini penggunaan minyak sawit yang dominan adalah
untuk bahan baku minyak goreng, margarine, sabun cuci, sabun mandi, makanan
temak dan bahan farmasi. Peningkatan konsumsi minyak sawit perkapita di
Indonesia, antara lain karena produk tersebut masih tergolong barang normal dan
barang elastis untuk sebagian besar penduduk Indonesia, seperti diperlihatkan
pada Gambar 2.
co 20 16 16.32 17.12~ 15,565 12.89 13.51 14,15'5. 15 11,23 11.75 12,31""'"&. 10
.;;;E 5~~c0
><: 0
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 200S
Sumber : PT. ICBS, 1997Tahun
Gambar 2. Konsumsi minyak sawit perkapita penduduk Indonesia
http://www.mb.ipb.ac.id
6
Dengan mengalikan konsumsi perkapita dengan proyeksi penduduk
Indonesia maka dapat diperoleh angka proyeksi konsumsi minyak sawit
Indonesia, seperti diperlihatkan pada Tabel4.
Tabel 4. Proyeksi konsumsi Per Kapita dan Total Konsumsi Minyak Sawit IndonesiaSelama Periode Tahun 1996-2005
, r '. "1'. ·i· ""'. -""",:"~,.;:;;".... ,., ~::j. ~roY,e~1 ;,;r '1.,4' \' r'" t •• -, .,. , ,',.,,;. .':;ojj:,,! .. ~.", ':ii q,;i';!t1- t:"~a'i"f;I"u'"l';'''' "1' 'Proyeltsi ~ ~)~ _.... :11• Ii;.!; . 'r ~i ,l~r].';t 'p . .m "It"" I'r" ' -jK2nSUmsl;'P"~Taht~W~.;~[~ ~l., ~e S~ ~~Tot8I""'~·
.... l~i:"I-:'i:-u( . !j'il,'L'L.....p"",. 'Cn< ",,- ~~ fki"··it8"!"'~ ""'Piutumbuhan'~... ,I:~'. "":,'. en u u '.- f,'" ,-.;'. ._" .'
'.. '''1~''1l;1';r. ...~!t, . • p.,: 'L:? s ", ~,'(~~~ , !Konsumsi .' .......
I.~·i . -~ . <t- ... :i; . <,-,,'., .' ;~'...~-"-:,. I"I: 'l~ ;', ,I :;:r 't' 1:0::-' ".m: '.•S.u·O/:·' ~ t:·:,i··~"· iflILl~~! k ,,:~:t;I';' 'h ~-l:irtkKih-~lti,,. ./
1996 198.300.000 11,23 2.226.909 -1997 201.400.000 11,75 2.366.450 6,271998 204.400.000 12,31 2.516.164 6,331999 207.400.000 12,89 2.673.386 6,252000 210.400.000 13,51 2.842.504 6,332001 213.387.000 14,15 3.019.426 6,222002 216.353.000 14,84 3.210.678 6,332003 219.296.000 15,56 3.412.245 6,272004 222.212.000 16,32 3.626.499 6,272005 225.101.000 17,12 3.853.729 6,26
PersentasePertumbuhan 0,65 6,28rata-rata
Sumber : PT. ICBS, 1997
Penggunaan minyak sawit Indonesia masih didominasi untuk minyak
goreng, yang sebagian besar bahan bakunya adalah minyak sawit. Komposisi
pemakaian bahan baku minyak sawit, untuk produk lain diperlihatkan pada
Tabel5.
Tabel5. Komposisi Pemakaian Minyak Sawit padaBerbagai Produk
% bahan bakuproduk , . mlnvak sawlt ..,. ",
Margarine 80%
Sabun cuci 80%
Sabun mandi 60%Sumber: PT. ICBS, 1997
http://www.mb.ipb.ac.id
7
Penggunaan lain adalah untuk industri Oleochemical, industri kimia yang
memproduksi Fatty Acid, Fatty Alkohol, Glycerine, dan Stearic Acid (Gambar 3).
Ind. Margarin2,97%
Ind. SabunlU6%
Ind. Lainnya8,96%
Industri MinyakGoreng 76,71%
Sumber : PT. leSS, 1997
Gambar 3. Pangsa Penggunaan Minyak Sawit Di Indonesia Pada Tahun 1996
Potensi ekspor minyak sawit Indonesia (termasuk dalam bentuk olahan)
meningkat setiap tahun, dengan pertumbuhan yang semakin keci!.
Tabel6. Potensi Ekspor Minyak Sawit Indonesia (termasuk dalam bentuk olahan)dalam Periode Tahun 1996-2005
..: . ..:. .:...."'.;;. raye SI,. ..raye I .. raye t.:.. ertum !i. an;;,;il;~\i;;:'~~~~~?~m;~~l;~j!i;;. il~~j,.e.~'1~~~,!:l~;;:, :~~:J~~~pn~~~.~"!:i~:;i :l~iAL~ksJ:1~r;~!i1~~,. ;ii;j:tlf~i;;i!~,~~~,~:;~~;;~~;t;l~i~~
1996 4.746.823 2.226.909 2.519.9141997 5.992.668 2.366.450 3.626.218 441998 6.565.222 2.516.164 4.409.058 121999 7.137.775 2.637.386 4.464.389 102000 7.710.328 2.842.504 4.867.824 92001 8.282.880 3.019.426 5.263.454 82002 8.855.434 3.210.678 5.644.756 72003 9.427.987 3.412.245 6.015.742 72004 10.000.540 3.626.499 6.374.041 62005 10.573.093 3.853.729 6.719.364 5
Sumber: PT. ICBS, 1997
http://www.mb.ipb.ac.id
8
Dengan membandingkan angka produksi dan konsumsi minyak sawit
dunia, maka diperoleh angka SurpluslDefisit. Dari Tabel 4 berikut diketahui
bahwa surplus minyak sawit dunia dari tahun 1999-2005 semakin besar. Jika
tidak terdapat pengembangan pemakaian minyak sawit, seperti untuk bahan
bakar kenderaan, maka surplus yang semakin besar tersebut dapat
menyebabkan turunnya harga minyak sawit di pasar intemasionat.
z 250000...~ 20000=>=02 15000
~ 10000..l..:c
5000
.Produksi
o Konsumsi
o1996 1997 1998 1999 2000 200 I 2002 2003 2004 2005
TAHUN
Sumber : PT. ICBS, 1997
Gambar 4. Perkiraan Produksi dan Konsumsi Minyak Sawit DuniaTahun 1996 - 2005
Sebagian besar ekspor minyak sawit Indonesia adalah ke negara-negara Eropa,
yang merupakan ·pasar ekspor lama· bagi minyak sawit Indonesia.
Pengembangan pasar ke negara lain relatif masih lambat, yang tergambar dari
perkembangan pangsa pasar minyak sawit Indonesia di negara lain (Tabel 7).
http://www.mb.ipb.ac.id
9
Tabel7. Per1<embangan Pangsa Pasar Minyak Sawit Indonesia di Negara Lain
Negara Penglmpor Pangea Paear Mlnvak 5awlt (ndoneale 1%\ .I' . , 1991'" 1992 1993· " 1994 1995
Belanda 57 46 55 52 57Jerman 35 32 40 43 45Italy 48 54 65 58 49Uni Sowet 6 7 8 75 68India 24 13 38 42 11Prancis 15 9 15 11 5InQQris 42 26 28 36 33Amerika Serikat 9 11 6 8 18Pakistan 1 - 6 8 6Korea Selatan - 2 2 5 0,3Saudi Arabia 0,1 01 7 3 0,2
Sumber: Dlolah dan PT. ICBS, 1997
A.3. Produksi Minyak dan Inti Sawit Indonesia
Sampai saat ini Indonesia tergolong produsen minyak sawit terbesar
kedua setelah Malaysia. Pada tahun 1994 produksi minyak sawit Malaysia telah
mencapai sekitar 51% dari total produksi dunia, sedangkan Indonesia menduduki
urutan kedua dengan peranan sekitar 27%. Negara lain yang cukup potensial
adalah Nigeria, Ivory Coast (pantai Gading), Colombia, Papua New Guinea,
Zaire, Kamerun, Equador, Thailand dan China. Setain sebagai produsen minyak
sawit nomor dua, Indonesia juga merupakan salah satu negara yang konsumsi
minyak sawitnya sangat besar. Dengan demikian pengembangan minyak sawit di
Indonesia bukan hanya untuk meningkatkan devisa non migas, juga untuk
memenuhi kebutuhan pokok penduduk Indonesia. Perkebunan sawit di Indonesia
dikelola oleh tiga kelompok usaha yaitu Perkebunan Rakyat, Perkebunan Besar
Swasta dan Perkebunan Besar Negara.
http://www.mb.ipb.ac.id
10
Perkembangan luas Areal Tanaman Sawit dari ketiga kelompok tersebut,
tampak pada Tabel 8.
Tabel 8. Perkembangan luas Areal Tanaman Sawit Indonesia MenurutPengusahaannya Selama Periode 1992 - 1996
; li'l!ng!!sa~!In. . ~.r1992 _ "-1993 . , 1994,:. ,.1995 . 1996 .i~' ., _Ip.em~~). -,""; ftl"~~~~~~~~il\ f:~; ih(H j" F'" ,,;.i( Halt -dH!J. ··'lH~J ..
-----~~ ...~ lili? ,...!~. ~:%oo' ".,..,..• ....- .- -r ...,;..A.._ ............ ...... . ....Perusahaan 389.761 380.746 386,309 390.355 399,613besar neaaraPerusahaan 638,241 730,109 845.296 905,166 955.326besar swastaPerkebunan 439.468 502,332 572,544 656.088 722,533rakvatJumlah 1.467.470 1.613,187 1.804.149 1,951,609 2,077.472
Sumber : Dlrektorat Jenderal Perkebunan RI
Kondisi umur tanaman sawit pada tahun 1996 dapat dilihat pada
Gambar5.
600000
500000400000
:t 300000200000
100000
0+----PBN
Swnhcr: DircktorutcJcndcnt.1 Perkchunan RI
Keterangan : - PBN = Perkebunan Besar Neganl- PBS =Perkebunan 88S8f Swasta- PR = Perkebunan Rak)'Olll
PBS PR
_Tanaman Bclum Mcnghasilkan• T8naman Mcnghasilkan
Gambar 5. Kondisi Umur Tanaman Sawit Tahun 1996
Sesuai dengan perkembangan luas areal, maka produksi sawit Indonesia juga
meningkat (Tabel 9),
http://www.mb.ipb.ac.id
11
Tabe! 9. Perkembangan Produksi TBS Minyak Dan Inti Sawn Indonesia SelamaPeriode Tahun 1991 - 1996
Minyak Peruba Minyak Peruba %Tahun TBS Sawit han Inti han lerhadap TBS
(ton) , (%) (Ion) (%) MS MIS1991 12.530.568 2.657.600 - 551.345 - 21 2 4,41992 14.620.681 3.266.250 22,90 559.274 1,44 22,3 3,81993 16.959.977 3.421.449 4,75 602.229 768 20,2 361994 17.435.070 4.008.062 17,15 796.537 3226 22,9 4,61995 18.922.870 4.350.085 853 878.196 1025 229 4,61996 20.648.680 4.746.823 8,36 993.644 13,15 22,9 4,8
Rata-rata 12,34 12,96 22,1 4,3Sumber : D,rekloral Jenderal Perkebunandlolah oleh ICBSKeterangan :TBS : Tandan Buah Segar (TBS)MS : Minyak SawttMIS : Minyak inti ..wit
Dari Tabel 9 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata rendemen minyak sawit
dan minyak inti sawit adalah 22,1% dan 4,3% temadap TBS.
Pangsa produksi minyak sawit ketiga kelompok usaha perkebunan sawit
pada tahun 1996, tampak pada Gambar 6 berikut.
PerkebunanRaky.l23%
PcrkcbunanBcsar Swasta
43%
PerlcebunanBcsar Negara
34%
Sumber : PT. ICBS, 1997
Gambar 6. Pangsa Produksi Tiga Kelompok Usaha Perkebunan Sawitpada Tahun 1996
http://www.mb.ipb.ac.id
12
Terdapat tiga versi proyeksi tentang luas perkebunan sawit di Indonesia
masing-masing versi Direktorat Jenderal Perkebunan, versi REPELlTA, dan
versi PT. ICBS. Berikut adalah proyeksi luas perkebunan sawit tahun 1997-2000
versi PT. ICBS.
2000000 TM 1.931 67~ 1.6 , 1.7''" 1.503 5;s 1500000 1.359.447~ o BM 97 593'" 1000000 78 167 8 9 .451::> 7
...J500000
2000199919981997
0+-------,-------..-----.,------..,1996
Sumber : PT. ICBS, 1997
Kelerangan : - Tanaman Menghasilkan (TM)- Tan.man Belum Menghasilkan (TBM)
Tahun
Gambar 7. Proyeksi Luas Kebun Kelapa Sawit Tahun 1996-2000
Sedangkan proyeksi pertumbuhan produksi minyak sawit dan inti sawit dari tahun
1996-2000 rata-rata 12,8% dan 11,6%.
'2 8000000Minyak Sawit
6.565.222 7.137.775 7.7 0.32K
g 5.992.6686000000 4.74
'0;4000000 Minyak Imi SO";I"'" 1.535.490::>
~ 2000ooo 993.644 1.193.423 1.307.446 1.421.468
c- o1996 1997 1998 1999 2000
TahunSumber : PT. ICBS, 1997
Gambar 8. Proyeksi Produksi Minyak dan Inti Sawit Tahun 1996-2000
A.4. Pembiayaan Perkebunan Sawit
Pembiayaan perkebunan sawit melalui Perusahaan Besar Swasta
Nasional telah digalakkan oleh pemerintah sejak awal tahun delapan puluhan,
yaitu disediakannya kredit dengan bunga rendah.
http://www.mb.ipb.ac.id
13
1. Kredit Investasi Perkebunan Swasta Nasional disingkat KI PBSN dengan
tingkat bunga sebesar 12% per tahun.
2. Kredit Investasi Perusahaan Inti Rakyat Transmigrasi disingkat KI PIR-Trans
dengan tingkat bunga :
a. Kepada perusahaan inti sebesar 16% per tahun.
b. Kepada petani plasma sebesar 16% per tahun pada masa pembangunan
proyek (pra konversi) dan 12% per tahun pada masa pelunasan kredit
(pasca konversi).
Selain berbunga murah, kedua kredit diatas juga diberi keringanan dalam
besamya kewajiban dana sendiri dalam pembiayaan proyek.
KI PBSN yang memperoleh izin dari Direktorat Jenderal Perkebunan
sebelum tgl. 1 Januari 1987, disebut KI PBSN II, dengan ketentuan dana sendiri
minimal sebesar 10% dari nilai investasi proyek. Sedangkan yang memperoleh
izin sejak 1 Januari 1987, disebut KI PBSN III, dengan ketentuan dana sendiri
minimal sebesar 30% dari nilai investasi proyek.
KI PIR-Trans, ketentuan dana sendiri untuk perusahaan inti minimal
sebesar 35%, sedangkan untuk petani plasma adalah 0%.
Besamya investasi untuk membangun kebun perusahaan inti ditetapkan
oleh Bank Indonesia dengan memperhatikan usulan Bank Pemberi Kredit.
Sedangkan besamya biaya investasi untuk membangun kebun petani plasma
ditetapkan oleh BAPPENAS dan Bank Indonesia.
http://www.mb.ipb.ac.id
14
A.5. Proyek PIR-Trans Sawit XYZ
Tesis ini difokuskan pada proyek PIR-Trans Sawit XYZ. Berlokasi di salah
satu Kabupaten di Propinsi Jambi. Pembangunan proyek dimulai tahun 1989
dengan Rencana sebagai berikut :
1. Pembangunan Kebun Inti terdiri dari :
a. Kebun sawit seluas 5000 Ha.
b. Fasilitas Non Tanaman antara lain berupa rumah karyawan dan staff,
kantor, mess, dan peralatan pertanian.
c. Tiga Unit Pabrik CPO dengan total kapasitas 160 ton TBS per Jam.
d. Infrastruktur antara lain berupa jalan, jembatan dan drainase.
2. Pembangunan Kebun Plasma
a. Kebun sawit seluas 20.000 Ha.
b. Infrastruktur antara lain berupa jalan, jembatan, dan drainase.
Kebun inti dan kebun plasma memperoleh fasilitas Kredit Investasi PIR
Trans dengan ketentuan antara lain sebagai berikut:
a) Kebun Inti
- Tingkat bunga sebesar 16% per tahun.
- Dana sendiri untuk pembangunan proyek minimal 35% dari anggaran
Investasi. Investasi proyek berkisar Rp. 81 Milyar.
- Kredit diberikan tahun 1991 dengan masa penarikan sampai dengan tahun
1998.
- Kredit harus lunas tahun 2001.
http://www.mb.ipb.ac.id
15
b). Kebun Plasma
- Pembangunan Kebun Plasma dilaksanakan secara bertahap oleh
perusahaan inti, dengan masa pembangunan (pra konversi) selama 4
tahun, terhitung sejak tanaman sawit ditanam. Setelah 4 tahun, konversi
dilaksanakan (pengelolaan kebun dan kreditnya dialihkan) kepada petani
plasma.
- Apabila konversi dilakukan tepat pada umur tanaman 4 tahun, maka
investasi proyek berkisar Rp 88 milyar, namun apabila konversi mundur
atau baru dilaksanakan setelah tanaman berumur 5-6 tahun, maka
investasi proyek diperkirakan mencapai Rp 113 Miyar, sehingga pada
akhir konversi (tahun 2001) masih terdapat sisa Kredit Investasi Kebun
Plasma sebesar ± Rp 25 milyar yang tidak terlunasi dan hasil konversi.
Sesuai ketentuan Bank Indonesia, apabila konversi kebun plasma sudah
selesai dilaksanakan, terdapat dana sisa hasil konversi, maka dana
tersebut menjadi keuntungan perusahaan inti, demikian sebaliknya apabila
terdapat sisa KI kebun plasma yang tidak terlunasi dan hasil konversi,
maka sisa KI tersebut menjadi tanggung jawab perusahaan inti.
Realisasi pembangunan kebun inti dan plasma adalah sebagai benkut :
(a) Kebun Inti
Sampai saat ini perusahaan Inti telah melaksanakan penanaman
sawit kebun inti seluas ± 3500 Ha, dan seluruh tanaman masih tergolong
TBM. Target tanam 5000 Ha diperkirakan selesai tahun 1998.
http://www.mb.ipb.ac.id
16
Tahun tanam dari areal 3.500 Ha tersebut masing-masing :
19951996
- Semester 1/1997 :Total
2.189 Ha966 Ha345 Ha
3.500 Ha
Penanaman sawit baru dimulai tahun 1995, karena izin pencadangan lahan
yang pertama diberikan oleh Gubemur tumpang tindih dengan hutan Iindung,
sehingga tidak dapat ditanami, dan baru pada 1993 perusahaan inti
memperoleh lahan penggantinya.
Infrastruktur pada areal kebun inti, juga telah mulai dibangun,
demikian dengan fasilitas non tanaman seperti bangunan perumahan, kantor
dan mess. Pabrik CPO I yang dibangun oleh perusahaan inti berkapasitas
30 ton TBS per jam, dan mulai berproduksi komersial Juni 1995. Sebelum
pabrik tersebut selesai perusahaan inti mengupahkan pengolahan TBS ke
perusahaan groupnya di Riau dan pabrik perusahaan lain di Jambi. Pabrik
CPO II berkapasitas 30 ton TBS per jam, selesai dibangun November 1996.
Pada saat ini perusahaan inti sedang melaksanakan pembangunan
peningkatan kapasitas pabrik CPO I menjadi 60 ton TBS per jam. Pada
tahun 1998/1999 akan dilaksanakan pembangunan pabrik CPO III
berkapasitas 40 ton TBS per jam serta peningkatan kapasitas pabrik II
menjadi 60 ton TBS per jam.
(b). Kebun Plasma
Perusahaan Inti telah melaksanakan pembangunan kebun plasma
seluas 20.000 Ha, dan sId akhir Mei 1997, 9460 Ha dari areal tersebut telah
http://www.mb.ipb.ac.id
17
dialihkan kepada 4730 petani plasma (setiap petani plasma memperoleh
lahan kebun sawit seluas 2 Ha/1 kapling).
Tahun tanam dari areal yang telah dialihkan sebagai berikut:
- Tahun 1989/1990 seluas 1.092 Ha atau 546 kapling- Tahun 1990/1991 seluas 3.754 Ha atau 1.877 kapling- Tahun 1991 /1992 seluas 4.614 Ha atau 2.307 kapling
Total 9.460 Ha atau 4.730 kapling
Sisa lahan yang belum dikonversi seluas 10.540 Ha (5.270 kapling)
akan dikonversi secara bertahap sampai dengan tahun 2001. Maksimum
kredit (per kapling) dari masing-masing tahun tanam adalah sebagai berikut :
- Tahun tanam 1989/1990 sebesar Rp 9.674.000,-
- Tahun tanam 1990/1991 sebesar Rp 10.012.500,-
- Tahun tanam 1991/1992 sebesar Rp 10.401.000,-
A.G. Sistem Jual Beli TBS dalam Proyek PIR-Trans
1. Ketentuan dan Harga Pembelian TBS
Pemerintah memandang perlu mengatur jual-beli TBS pada proyek PIR
Sawit, karena :
b. Keterkaitan antara petani plasma dan perusahaan inti merupakan kesatuan
ekonomi yang utuh dan berkesinambungan.
c. Tingkat harga dan tata cara pembelian TBS dapat mempengaruhi
pendapatan petani plasma dan perusahaan inti.
http://www.mb.ipb.ac.id
18
c. Berbagai kegiatan dan kepentingan di dalam penetapan harga dan tata cara
pembelian TBS perlu diserasikan dan diarahkan agar mampu mendukung
kelangsungan hubungan yang saling menguntungkan antara petani plasma
dan perusahaan inti.
Sampai dengan saat ini terdapat empat Surat Keputusan yang mengatur
ketentuan dan harga TBS dalam proyek PIR Sawit, yaitu:
a) Surat Keputusan Menteri Pertanian
Nomor: 43/KPTS/KB.320/211987 Tgl. 2 Februari 1987.
b) Surat Keputusan Direktur Jenderal Perkebunan
Nomor: 31/KB.210/SKlDJ.BUN/6/1987 Tgl. 27 Juni 1987.
c) Surat Keputusan Direktur Jenderal Perkebunan.
Nomor: 321KB.210/SKlDJ.BUN/4/90 Tgl. 4 April 1990.
d) Surat Keputusaan Direktur Jenderal Perkebunan.
Nomor: 29/KB.030/SKlDJ.BUN/04/93 Tgl. 7 April 1993.
Surat Keputusan tersebut antara lain mengatur :
(a) Seluruh TBS yang dihasilkan petani plasma wajib dijual kepada perusahaan
inti, dan perusahaan inti wajib mengolah TBS di pabrik sendiri atau di pabrik
perusahaan lain jika pabrik sendiri belum dapat melaksanakannya, dan
memasarkan hasil produksinya berupa CPO dan minyak inti sawit
(b) Harga pembelian TBS oleh perusahaan inti didasarkan atas indeks proporsi
tertentu terhadap harga dan Rendemen CPO dan Inti sawit, atau dengan
rumus sebagai berikut :
HTBS = K ( HCPO x RCPO + HIS x RIS )
http://www.mb.ipb.ac.id
19
HTBS = Harga TBS setiap bulan yang diterima oleh petani.
Harga tersebut diumumkan setiap tgl. 27 bulan yang bersang-
kutan.
K = Indeks proporsi (dalam %), merupakan bagian yang diterima
petani.
HCPO = Harga rata-rata tertimbang penjualan CPO dalam satu bulan
sebelumnya.
RCPO = Rendemen minyak sawit atau berat CPO yang dihasilkan pabrik
dibagi dengan berat TBS yang diolah dikali 100%.
HIS = Harga rata-rata tertimbang penjualan inti sawit selama satu bulan
sebelumnya.
RIS = Rendemen Inti sawit atau berat inti sawit yang dihasilkan parik
dibagi dengan berat TBS yang diolah dikali 100%.
(c) K ditetapkan oleh Di~en Perkebunan Departemen Pertanian sekali dalam 3
bulan setelah mempertimbangkan masukan dari perusahaan inti antara lain:
biaya tetap seperti penyusutan, biaya modal, serta biaya variabel seperti
biaya pengolahan dan pemasaran CPO dan inti sawit.
(d) RCPO dan RIS ditetapkan berdasarkan umur tanaman dan Rayon dengan
memperhatikan rekomendasi dari Pusat Penelitian Marihat dan Balai
Penelitian Perkebunan.
(e) Persyaratan panen dan mutu TBS yang dijual oleh petani plasma.
(f) Tata cara penilaian mutu panen.
(g) Tata cara pengangkutan TBS.
http://www.mb.ipb.ac.id
20
(h) Tata cara perhitungan berat tandan rata-rata TBS untuk setiap umur
tanaman sawit.
(i) Denda terhadap mutu TBS yang tidak memenuhi syarat seperti buah
mentah. buah lewat matang. tandan kosong. buah bertangkai panjang. danjumlah brondolan yang terlalu rendah.
0) Tata cara pembayaran TBS. atas mufakat petani plasma dan perusahaan intiserta memperhatikan persyaratan kredil petani plasma yang ditetapkan oleh
Bank.
Sampai dengan saat ini ketentuan Rayonisasi telah tiga kali mengalamiperubahan yang dapat dilihat pada lampiran 1.
Demikian juga dengan ketentuan Rendemen CPO dan Inti sawit telahmengalami perubahan sebanyak tiga kali.
2. Penentuan Harga TBS pada Proyek PIR-Trans Sawit XYZ.
Mengacu kepada sistem penentuan harga TBS dalam butir 1. diatas.
maka harga TBS sejak Desember 1994 pada proyek XYZ adalah sebagaimana
lampiran 2.b.
Gambaran singkat tentang harga TBS pada proyek PIR-Trans Sawit XYZ.tampak dalam tabel 10 berikut :
Tabel10. Harga TBS Pada Proyek x:YZ dari Januari 1996 sampai dengan April 1997
0' ' "'·ill"""'!;,'!'"".' ~··";:·~<~d'.k, ',,',-', <, a:*,:r"'~ . ',:.' " I ~:::':" .,c, ,,,-,,,-,~t.\ 'I''''' )'" jljh;;'l:>""', ... ,..,. j l 11l .,.. "' .. "iii :i.... .
',..~ 'rlod '" - ,,:: ';199011991', ' ! ',,; 1991'/1992r,~' i~a~~:';'i. ,. e e, r,•• ~1989J~~~,1.:8i~' ",,,"=,'.--:i:ij ~. '.i:'~;.1~'" ..... ..:.....:; "'.~,~iE; .. ,'. ", ,ot t~~,.~t;f.i:~~·~~ ....._...........,;.,:: .... _;:;.:1 ,':~. ;i'R._"'4, ...
1996Januari Rp. 166,86 Rp. 155,58 Rp. 139.68Februari Rp. 165.36 Rp. 154,16 Rp. 138.33Maret Rp. 161,50 Rp. 150.56 Rp. 135,11April Rp. 170,13 Rp. 163.77 Rp. 152.72Mei Rp. 169.18 Rp. 162,88 Rp. 151,87Juni Rp. 171.07 Rp. 164.66 Rp. 153,56Juli Rp. 169.79 Rp. 163.40 Rp. 152,41Agustus Rp. 160.53 Rp, 154,47 Rp, 144.09September Rp. 169,66 Rp. 163,32 Rp. 152,30Oktober Rp. 169.58 Rp. 163.25 Rp. 152.23November Rp. 168,49 Rp. 162.22 Rp. 151.25Desember Rp. 169.31 Rp. 163.04 Rp. 152.00
Rata-Rata Rp. 167.62 Rp. 160.11 Rp. 147,96 Rp. 158.561997Januari Rp. 175,19 Rp. 168.69 Rp. 157,28Februari Rp. 177,14 Rp. 170.56 Rp. 159.02Maret Rp. 183,80 Rp. 176,56 Rp. 165,00April Rp. 190,96 Rp. 184,19 Rp. 177,35
Rata-Rata Rp. 181,77 Rp. 175,00 Rp. 164,66 FRp. 173,81Sumber : Perusahaan Inti XYZ
http://www.mb.ipb.ac.id
21
B. Perumusan Masalah
Pengembangan kemitraan di Indonesia berlatar belakang : kebersamaan,
menghilangkan monopoli, penyebaran lapangan kerja, penyebaran modal serta
penekanan kekuatan politik yang muncul karena adanya integrasi vertikal antara
dua atau beberapa perusahaan. Konsep keterkaitan dapat dilakukan dalam
aspek permodalan, management, teknologi, dan pemasaran. Pada umumnya
kondisi keterbatasan lebih melekat pada usaha kecil, sehingga usaha besar
diminta lebih berperan dalam menciptakan keterkaitan dalam beberapa aspek
tersebut di atas. Perusahaan Inti dapat sebagai penjamin, pengasuh,
pembina/pengembang, alih disain, dalam proyek kemitraan. Agar tidak terjadi
perselisihan antara usaha besar dan kecil, maka diperlukan peraturan dan
perjanjian yang mendukung berjalannya kemitraan secara berkesinambungan.
Kemitraan merupakan kerja sama usaha antara perusahaan besarl
menengah dengan perusahaan kecil yang berdasarkan azas saling mem
butuhkan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan.
Bachriadi (1995) mengemukakan suatu hasil studi tentang ·Contract
Farming" yang berpeluang merugikan petani, karena :
- Pembagian nilai tambah sering tidak adil.
- Ketergantungan finansial dan tekhnologi pada perusahaan besar.
- Ketergantungan pasar.
- Resiko kegagalan dibebankan kepada petani.
- Keterpaksaan petani.
Dalam proyek PIR-Trans Kelapa Sawit, petani harus menjual seluruh TBS
nya kepada perusahaan inti, dengan tingkat harga TBS yang mengacu pada
http://www.mb.ipb.ac.id
22
ketentuan Di~en Perkebunan. Natobudhiharjo (1996) menyebutkan bahwa
salah satu masalah dalam proyek PIR adalah penetapan harga TBS yang masih
memihak pada kepentingan perusahaan inti. Pada tahun 1996 terdapat
perbedaan harga TBS yang cukup besar antara proyek PIR-Trans XYZ (rata-rata
sebesar Rp 148 sId Rp 168 per kg TBS) dengan proyek Non PIR-Trans (rata-rata
sebesar Rp. 214 per kg TBS). Yang menjadi masalah apakah dengan ketentuan
tingkat harga TBS pada proyek PIR-Trans XYZ terdapat distribusi laba yang
cukup wajar antara petani plasma dengan perusahaan inti, sehingga tercipta
kondisi yang saling menguntungkan.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
- Mengetahui distribusi laba antara perusahaan inti dan petani plasma sejak
konversi dilaksanakan (tahun 1995) sampai dengan semester 1/1997.
- Mengetahui terwujud tidaknya kondisi yang saling menguntungkan antara
perusahaan inti dan petani plasma.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk :
- Memberikan masukan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan, sebagai
instansi yang menetapkan ketentuan harga TBS pada proyek PIR-Trans.
- Memberikan masukan pada peneliti berikutnya yang akan mengkaji tentang
permasalahan dalam sistem penentuan harga TBS disemua proyek PIR-Trans.
http://www.mb.ipb.ac.id
23
- Peneliti
Dalam rangka menerapkan ilmu dan pengalaman, yang telah dimiliki selama
ini, baik selama mengikuti kuliah di MMA - IPB, maupun selama bekerja pada
Bank BNI.
E. Batasan Penelitian
Penelitian ini dibatasi hanya pada analisa finansial yang berkaitan dengan
perhitungan, laba dan penerimaan cash petani plasma dan perusahaan inti sejak
konversi dilaksanakan tahun 1995 sampai dengan semester 1/1997.
http://www.mb.ipb.ac.id
Top Related