I. PENDAHULUAN - core.ac.uk filemencapai 62.163.000 ton, dengan pemasok utama adalah minyak kedelai...

23
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang A.1.Perdagangan Minyak Sawit Dunia Pasokan minyak nabati dunia dipenuhi dari minyak kedelai, minyak sawit dan inti saw it, minyak kapas, minyak kacang tanah, minyak biji matahari, minyak lobak, minyak wijen, minyak jagung, minyak zaitun, minyak kelapa, minyak biji rawi dan minyak jarak. Pada tahun 1991 total pasokan/pengadaan minyak nabati mencapai 62.163.000 ton, dengan pemasok utama adalah minyak kedelai (26%) dan minyak sawit (19%). Pada tahun 1995 pasokan minyak nabati naik menjadi 73.630.100 ton dengan pemasok utama tetap diduduki oleh minyak kedelai (28%) dan minyak sawit (21%). Pertumbuhan pasokan minyak nabati dari tahun 1991 sampai dengan September 1996 rata-rata 3,5% per tahun, yang tertinggi ditempati oleh minyak inti sawit (7,40%), minyak sawit (6,82%), minyak kedelai (4,50%), minyak jagung (4,02%), dan minyak lobak (3,25%). Berikut adalah gambaran tentang pasokan masing-masing minyak nabati dunia pada tahun 1995 (Gambar 1). 6'" , .. M. 1.ob.I1 " ... Sumber: PT. less, 1997 M.UuIn)·J ... Gambar 1. Pasokan Minyak Nabati Dunia pada Tahun 1995 http://www.mb.ipb.ac.id

Transcript of I. PENDAHULUAN - core.ac.uk filemencapai 62.163.000 ton, dengan pemasok utama adalah minyak kedelai...

Page 1: I. PENDAHULUAN - core.ac.uk filemencapai 62.163.000 ton, dengan pemasok utama adalah minyak kedelai (26%) dan minyak sawit (19%). Pada tahun 1995 pasokan minyak nabati naik menjadi

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

A.1.Perdagangan Minyak Sawit Dunia

Pasokan minyak nabati dunia dipenuhi dari minyak kedelai, minyak sawit

dan inti sawit, minyak kapas, minyak kacang tanah, minyak biji matahari, minyak

lobak, minyak wijen, minyak jagung, minyak zaitun, minyak kelapa, minyak biji

rawi dan minyak jarak. Pada tahun 1991 total pasokan/pengadaan minyak nabati

mencapai 62.163.000 ton, dengan pemasok utama adalah minyak kedelai (26%)

dan minyak sawit (19%). Pada tahun 1995 pasokan minyak nabati naik menjadi

73.630.100 ton dengan pemasok utama tetap diduduki oleh minyak kedelai (28%)

dan minyak sawit (21%). Pertumbuhan pasokan minyak nabati dari tahun 1991

sampai dengan September 1996 rata-rata 3,5% per tahun, yang tertinggi

ditempati oleh minyak inti sawit (7,40%), minyak sawit (6,82%), minyak kedelai

(4,50%), minyak jagung (4,02%), dan minyak lobak (3,25%). Berikut adalah

gambaran tentang pasokan masing-masing minyak nabati dunia pada tahun

1995 (Gambar 1).

M.~TMWl

6'" M.~,..

M. 1.ob.I1

"...

Sumber: PT. less, 1997

M.UuIn)·J...

Gambar 1. Pasokan Minyak Nabati Dunia pada Tahun 1995

http://www.mb.ipb.ac.id

Page 2: I. PENDAHULUAN - core.ac.uk filemencapai 62.163.000 ton, dengan pemasok utama adalah minyak kedelai (26%) dan minyak sawit (19%). Pada tahun 1995 pasokan minyak nabati naik menjadi

2

Didalam perdagangan minyak sawit dunia, negara importir sawit dapat dibedakan

menjadi dua jenis yakni :

1. Negara yang sebagian besar impornya untuk memenuhi konsumsi minyak

sawit dalam negeri. Misalnya RRC, Pakistan, dan India.

2. Negara yang sebagian kecil impornya untuk memenuhi konsumsi dalam negeri

dan sebagian besar diekspor lagi setelah atau tanpa diproses lebih lanjut.

Misalnya Hongkong dan Singapura.

Negara importir minyak sawit terbesar pada tahun 1995 dan 1996,

berturut-turut adalah RRC, Pakistan, India, Singapura, Inggris, Belanda, Mesir,

Jerman dan Jepang, sedangkan pertumbuhan impor minyak sawit dunia dari

tahun 1991 sampai dengan September 1996 rata-rata sebesar 3,65% per tahun

(Tabel1 ).

Tabel 1. Negara Importir Minyak Sawit Dunia pada Tahun 1995dan 1996

I ~:--""~c:; Negaf.t~±~:f~· ;. Jan-Des 1995 _2Jan~ Sep'~1996

""':":~(~OOO'iTo'fi.':\~ ~:;"'i'l:;"000~i;'ik)~:.-._::. :'..." :..- -e=-:- _

RRC 1.577,6 1.400Pakistan 1.130 1.240India 835 700Singapura 559,2 580Inggris 462 475,4Mesir 369 390Jenman 365,4 375,1Belanda 440 450Jepang 351,1 360Negara Lainnya 4.443,7 4.727,1

To ta I 10.533,0 10.697,6

Sumber : PT. ICBS 1997

http://www.mb.ipb.ac.id

Page 3: I. PENDAHULUAN - core.ac.uk filemencapai 62.163.000 ton, dengan pemasok utama adalah minyak kedelai (26%) dan minyak sawit (19%). Pada tahun 1995 pasokan minyak nabati naik menjadi

3

Negara eksportir minyak sawit terbesar adalah Malaysia, dan Indonesia.

Seperti halnya negara importir, negara eksportir juga dapat dibedakan menjadi

dua jenis yakni :

1. Negara yang mengeskpor minyak sawit hasil produksi negaranya sendiri,

seperti : Malaysia, Indonesia, Papua New Guinea, dan Ivory Coast (Pantai

Gading).

2. Negara yang mengekspor minyak sawit, hasil impor dari negara lain, seperti:

Hongkong, Singapura, RRC, dan Belanda.

Dalam periode 1991-1996 pertumbuhan ekspor minyak sawit, rata-rata

sebesar 4,38% per tahun, seperti diperlihatkan pada Tabel 2.

Tabel2. Negara Eksportir Minyak Sawit Dunia pada Tahun1995 dan 1996

MalaysiaIndonesiaPapua New GuneaSingapuraHongkongChinaBelandaIvory Coast (PantaiGading)Ne ara Lainn a

Tota ISumber: PT. less 1997

6.637,52.070

220398,8273,3260,8195,5125

287710.468,6

6.5602.320

225380293269,8196,5125

261,210.630,5

Pertumbuhan impor inti sawit dan 1991-1996, tidak setinggi minyak sawit,

rata-rata hanya sebesar 1,9% pertahun. Besarnya import tahun 1995 dan 1996

masing-masing sebesar 789.400 ton dan 886.200 ton.

http://www.mb.ipb.ac.id

Page 4: I. PENDAHULUAN - core.ac.uk filemencapai 62.163.000 ton, dengan pemasok utama adalah minyak kedelai (26%) dan minyak sawit (19%). Pada tahun 1995 pasokan minyak nabati naik menjadi

4

Sedangkan pertumbuhan ekspor inti sawit, pada periode 1991-1996 rata­

rata sebesar 1,3% per tahun. Besarnya Ekspor inti sawit pada tahun 1995 dan

1996 masing-masing sebesar 779.100 ton dan 859,200 ton.

A.2. Konsumsi dan Prospek Pemasaran Minyak Sawit

Menurut proyeksi yang dibuat World Bank, konsumsi minyak sawit dunia

pada tahun 1990 berkisar 9.111.000 ton, dan pada tahun 2000 berkisar

16.393.000 ton. Negara konsumen terbesar adalah negara berkembang seperti

Indonesia, India, Pakistan, dan RRC. Salah satu pendekatan dalam menghitung

konsumsi minyak sawit dunia, atas dasar pertumbuhan konsumsi selama 7 tahun

terakhir (1990 - 1996), yang mencapai 5,44% per tahun. Dengan asumsi

pertumbuhan sebesar 5,44% pertahun, maka pertumbuhan konsumsi minyak

sawit dari tahun 1996-2005, sebagaimana tampak pada Tabel 3.

Tabel3. Proyeksi Konsumsi Minyak Sawit dari Tahun1996-2005

,:,,- .'1" -_~_, ::J TQtal"'~'O!lS4msi,; 'iI. _ T/llluni!ji",;:t;:::\,(,~;,J:JUi~,.l\~~;Ri~, 1¢i"'..d\~f.i'(dOOOJlOn~)~~~

1996 15.492,41997 16.3351998 17.2241999 18.1612000 19.1492001 20.2972002 21.5122003 22.8062004 24.1752005 25.625

Sumber : PT. less, 1997

Tingginya pertumbuhan konsumsi minyak sawit dunia antara lain disebabkan :

1. Meningkatnya kesadaran konsumen internasional, bahwa minyak sawit tidak

membawa dampak negatif terhadap kesehatan.

http://www.mb.ipb.ac.id

Page 5: I. PENDAHULUAN - core.ac.uk filemencapai 62.163.000 ton, dengan pemasok utama adalah minyak kedelai (26%) dan minyak sawit (19%). Pada tahun 1995 pasokan minyak nabati naik menjadi

5

2. Bagi negara-negara yang sedang berkembang, produk minyak sawit masih

merupakan:

a. Barang Normal, yang artinya peningkatan pendapatan menyebabkan

peningkatan konsumsi minyak sawit.

b. Barang Elastis, yang artinya, apabila harga turun akan mengakibatkan

kenaikan konsumsi minyak sawit dengan persentase yang lebih besar,

dibanding persentase penurunan harganya.

3. Harga minyak sawit relatif lebih rendah dibanding harga minyak nabati

lainnya, sehingga mempunyai kemampuan substitusi yang kuat.

Sampai dengan saat ini penggunaan minyak sawit yang dominan adalah

untuk bahan baku minyak goreng, margarine, sabun cuci, sabun mandi, makanan

temak dan bahan farmasi. Peningkatan konsumsi minyak sawit perkapita di

Indonesia, antara lain karena produk tersebut masih tergolong barang normal dan

barang elastis untuk sebagian besar penduduk Indonesia, seperti diperlihatkan

pada Gambar 2.

co 20 16 16.32 17.12~ 15,565 12.89 13.51 14,15'5. 15 11,23 11.75 12,31""'"&. 10

.;;;E 5~~c0

><: 0

1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 200S

Sumber : PT. ICBS, 1997Tahun

Gambar 2. Konsumsi minyak sawit perkapita penduduk Indonesia

http://www.mb.ipb.ac.id

Page 6: I. PENDAHULUAN - core.ac.uk filemencapai 62.163.000 ton, dengan pemasok utama adalah minyak kedelai (26%) dan minyak sawit (19%). Pada tahun 1995 pasokan minyak nabati naik menjadi

6

Dengan mengalikan konsumsi perkapita dengan proyeksi penduduk

Indonesia maka dapat diperoleh angka proyeksi konsumsi minyak sawit

Indonesia, seperti diperlihatkan pada Tabel4.

Tabel 4. Proyeksi konsumsi Per Kapita dan Total Konsumsi Minyak Sawit IndonesiaSelama Periode Tahun 1996-2005

, r '. "1'. ·i· ""'. -""",:"~,.;:;;".... ,., ~::j. ~roY,e~1 ;,;r '1.,4' \' r'" t •• -, .,. , ,',.,,;. .':;ojj:,,! .. ~.", ':ii q,;i';!t1- t:"~a'i"f;I"u'"l';'''' "1' 'Proyeltsi ~ ~)~ _.... :11• Ii;.!; . 'r ~i ,l~r].';t 'p . .m "It"" I'r" ' -jK2nSUmsl;'P"~Taht~W~.;~[~ ~l., ~e S~ ~~Tot8I""'~·

.... l~i:"I-:'i:-u( . !j'il,'L'L.....p"",. 'Cn< ",,- ~~ fki"··it8"!"'~ ""'Piutumbuhan'~... ,I:~'. "":,'. en u u '.- f,'" ,-.;'. ._" .'

'.. '''1~''1l;1';r. ...~!t, . • p.,: 'L:? s ", ~,'(~~~ , !Konsumsi .' .......

I.~·i . -~ . <t- ... :i; . <,-,,'., .' ;~'...~-"-:,. I"I: 'l~ ;', ,I :;:r 't' 1:0::-' ".m: '.•S.u·O/:·' ~ t:·:,i··~"· iflILl~~! k ,,:~:t;I';' 'h ~-l:irtkKih-~lti,,. ./

1996 198.300.000 11,23 2.226.909 -1997 201.400.000 11,75 2.366.450 6,271998 204.400.000 12,31 2.516.164 6,331999 207.400.000 12,89 2.673.386 6,252000 210.400.000 13,51 2.842.504 6,332001 213.387.000 14,15 3.019.426 6,222002 216.353.000 14,84 3.210.678 6,332003 219.296.000 15,56 3.412.245 6,272004 222.212.000 16,32 3.626.499 6,272005 225.101.000 17,12 3.853.729 6,26

PersentasePertumbuhan 0,65 6,28rata-rata

Sumber : PT. ICBS, 1997

Penggunaan minyak sawit Indonesia masih didominasi untuk minyak

goreng, yang sebagian besar bahan bakunya adalah minyak sawit. Komposisi

pemakaian bahan baku minyak sawit, untuk produk lain diperlihatkan pada

Tabel5.

Tabel5. Komposisi Pemakaian Minyak Sawit padaBerbagai Produk

% bahan bakuproduk , . mlnvak sawlt ..,. ",

Margarine 80%

Sabun cuci 80%

Sabun mandi 60%Sumber: PT. ICBS, 1997

http://www.mb.ipb.ac.id

Page 7: I. PENDAHULUAN - core.ac.uk filemencapai 62.163.000 ton, dengan pemasok utama adalah minyak kedelai (26%) dan minyak sawit (19%). Pada tahun 1995 pasokan minyak nabati naik menjadi

7

Penggunaan lain adalah untuk industri Oleochemical, industri kimia yang

memproduksi Fatty Acid, Fatty Alkohol, Glycerine, dan Stearic Acid (Gambar 3).

Ind. Margarin2,97%

Ind. SabunlU6%

Ind. Lainnya8,96%

Industri MinyakGoreng 76,71%

Sumber : PT. leSS, 1997

Gambar 3. Pangsa Penggunaan Minyak Sawit Di Indonesia Pada Tahun 1996

Potensi ekspor minyak sawit Indonesia (termasuk dalam bentuk olahan)

meningkat setiap tahun, dengan pertumbuhan yang semakin keci!.

Tabel6. Potensi Ekspor Minyak Sawit Indonesia (termasuk dalam bentuk olahan)dalam Periode Tahun 1996-2005

..: . ..:. .:...."'.;;. raye SI,. ..raye I .. raye t.:.. ertum !i. an;;,;il;~\i;;:'~~~~~?~m;~~l;~j!i;;. il~~j,.e.~'1~~~,!:l~;;:, :~~:J~~~pn~~~.~"!:i~:;i :l~iAL~ksJ:1~r;~!i1~~,. ;ii;j:tlf~i;;i!~,~~~,~:;~~;;~~;t;l~i~~

1996 4.746.823 2.226.909 2.519.9141997 5.992.668 2.366.450 3.626.218 441998 6.565.222 2.516.164 4.409.058 121999 7.137.775 2.637.386 4.464.389 102000 7.710.328 2.842.504 4.867.824 92001 8.282.880 3.019.426 5.263.454 82002 8.855.434 3.210.678 5.644.756 72003 9.427.987 3.412.245 6.015.742 72004 10.000.540 3.626.499 6.374.041 62005 10.573.093 3.853.729 6.719.364 5

Sumber: PT. ICBS, 1997

http://www.mb.ipb.ac.id

Page 8: I. PENDAHULUAN - core.ac.uk filemencapai 62.163.000 ton, dengan pemasok utama adalah minyak kedelai (26%) dan minyak sawit (19%). Pada tahun 1995 pasokan minyak nabati naik menjadi

8

Dengan membandingkan angka produksi dan konsumsi minyak sawit

dunia, maka diperoleh angka SurpluslDefisit. Dari Tabel 4 berikut diketahui

bahwa surplus minyak sawit dunia dari tahun 1999-2005 semakin besar. Jika

tidak terdapat pengembangan pemakaian minyak sawit, seperti untuk bahan

bakar kenderaan, maka surplus yang semakin besar tersebut dapat

menyebabkan turunnya harga minyak sawit di pasar intemasionat.

z 250000...~ 20000=>=02 15000

~ 10000..l..:c

5000

.Produksi

o Konsumsi

o1996 1997 1998 1999 2000 200 I 2002 2003 2004 2005

TAHUN

Sumber : PT. ICBS, 1997

Gambar 4. Perkiraan Produksi dan Konsumsi Minyak Sawit DuniaTahun 1996 - 2005

Sebagian besar ekspor minyak sawit Indonesia adalah ke negara-negara Eropa,

yang merupakan ·pasar ekspor lama· bagi minyak sawit Indonesia.

Pengembangan pasar ke negara lain relatif masih lambat, yang tergambar dari

perkembangan pangsa pasar minyak sawit Indonesia di negara lain (Tabel 7).

http://www.mb.ipb.ac.id

Page 9: I. PENDAHULUAN - core.ac.uk filemencapai 62.163.000 ton, dengan pemasok utama adalah minyak kedelai (26%) dan minyak sawit (19%). Pada tahun 1995 pasokan minyak nabati naik menjadi

9

Tabel7. Per1<embangan Pangsa Pasar Minyak Sawit Indonesia di Negara Lain

Negara Penglmpor Pangea Paear Mlnvak 5awlt (ndoneale 1%\ .I' . , 1991'" 1992 1993· " 1994 1995

Belanda 57 46 55 52 57Jerman 35 32 40 43 45Italy 48 54 65 58 49Uni Sowet 6 7 8 75 68India 24 13 38 42 11Prancis 15 9 15 11 5InQQris 42 26 28 36 33Amerika Serikat 9 11 6 8 18Pakistan 1 - 6 8 6Korea Selatan - 2 2 5 0,3Saudi Arabia 0,1 01 7 3 0,2

Sumber: Dlolah dan PT. ICBS, 1997

A.3. Produksi Minyak dan Inti Sawit Indonesia

Sampai saat ini Indonesia tergolong produsen minyak sawit terbesar

kedua setelah Malaysia. Pada tahun 1994 produksi minyak sawit Malaysia telah

mencapai sekitar 51% dari total produksi dunia, sedangkan Indonesia menduduki

urutan kedua dengan peranan sekitar 27%. Negara lain yang cukup potensial

adalah Nigeria, Ivory Coast (pantai Gading), Colombia, Papua New Guinea,

Zaire, Kamerun, Equador, Thailand dan China. Setain sebagai produsen minyak

sawit nomor dua, Indonesia juga merupakan salah satu negara yang konsumsi

minyak sawitnya sangat besar. Dengan demikian pengembangan minyak sawit di

Indonesia bukan hanya untuk meningkatkan devisa non migas, juga untuk

memenuhi kebutuhan pokok penduduk Indonesia. Perkebunan sawit di Indonesia

dikelola oleh tiga kelompok usaha yaitu Perkebunan Rakyat, Perkebunan Besar

Swasta dan Perkebunan Besar Negara.

http://www.mb.ipb.ac.id

Page 10: I. PENDAHULUAN - core.ac.uk filemencapai 62.163.000 ton, dengan pemasok utama adalah minyak kedelai (26%) dan minyak sawit (19%). Pada tahun 1995 pasokan minyak nabati naik menjadi

10

Perkembangan luas Areal Tanaman Sawit dari ketiga kelompok tersebut,

tampak pada Tabel 8.

Tabel 8. Perkembangan luas Areal Tanaman Sawit Indonesia MenurutPengusahaannya Selama Periode 1992 - 1996

; li'l!ng!!sa~!In. . ~.r1992 _ "-1993 . , 1994,:. ,.1995 . 1996 .i~' ., _Ip.em~~). -,""; ftl"~~~~~~~~il\ f:~; ih(H j" F'" ,,;.i( Halt -dH!J. ··'lH~J ..

-----~~ ...~ lili? ,...!~. ~:%oo' ".,..,..• ....- .- -r ...,;..A.._ ............ ...... . ....Perusahaan 389.761 380.746 386,309 390.355 399,613besar neaaraPerusahaan 638,241 730,109 845.296 905,166 955.326besar swastaPerkebunan 439.468 502,332 572,544 656.088 722,533rakvatJumlah 1.467.470 1.613,187 1.804.149 1,951,609 2,077.472

Sumber : Dlrektorat Jenderal Perkebunan RI

Kondisi umur tanaman sawit pada tahun 1996 dapat dilihat pada

Gambar5.

600000

500000400000

:t 300000200000

100000

0+----PBN

Swnhcr: DircktorutcJcndcnt.1 Perkchunan RI

Keterangan : - PBN = Perkebunan Besar Neganl- PBS =Perkebunan 88S8f Swasta- PR = Perkebunan Rak)'Olll

PBS PR

_Tanaman Bclum Mcnghasilkan• T8naman Mcnghasilkan

Gambar 5. Kondisi Umur Tanaman Sawit Tahun 1996

Sesuai dengan perkembangan luas areal, maka produksi sawit Indonesia juga

meningkat (Tabel 9),

http://www.mb.ipb.ac.id

Page 11: I. PENDAHULUAN - core.ac.uk filemencapai 62.163.000 ton, dengan pemasok utama adalah minyak kedelai (26%) dan minyak sawit (19%). Pada tahun 1995 pasokan minyak nabati naik menjadi

11

Tabe! 9. Perkembangan Produksi TBS Minyak Dan Inti Sawn Indonesia SelamaPeriode Tahun 1991 - 1996

Minyak Peruba Minyak Peruba %Tahun TBS Sawit han Inti han lerhadap TBS

(ton) , (%) (Ion) (%) MS MIS1991 12.530.568 2.657.600 - 551.345 - 21 2 4,41992 14.620.681 3.266.250 22,90 559.274 1,44 22,3 3,81993 16.959.977 3.421.449 4,75 602.229 768 20,2 361994 17.435.070 4.008.062 17,15 796.537 3226 22,9 4,61995 18.922.870 4.350.085 853 878.196 1025 229 4,61996 20.648.680 4.746.823 8,36 993.644 13,15 22,9 4,8

Rata-rata 12,34 12,96 22,1 4,3Sumber : D,rekloral Jenderal Perkebunandlolah oleh ICBSKeterangan :TBS : Tandan Buah Segar (TBS)MS : Minyak SawttMIS : Minyak inti ..wit

Dari Tabel 9 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata rendemen minyak sawit

dan minyak inti sawit adalah 22,1% dan 4,3% temadap TBS.

Pangsa produksi minyak sawit ketiga kelompok usaha perkebunan sawit

pada tahun 1996, tampak pada Gambar 6 berikut.

PerkebunanRaky.l23%

PcrkcbunanBcsar Swasta

43%

PerlcebunanBcsar Negara

34%

Sumber : PT. ICBS, 1997

Gambar 6. Pangsa Produksi Tiga Kelompok Usaha Perkebunan Sawitpada Tahun 1996

http://www.mb.ipb.ac.id

Page 12: I. PENDAHULUAN - core.ac.uk filemencapai 62.163.000 ton, dengan pemasok utama adalah minyak kedelai (26%) dan minyak sawit (19%). Pada tahun 1995 pasokan minyak nabati naik menjadi

12

Terdapat tiga versi proyeksi tentang luas perkebunan sawit di Indonesia

masing-masing versi Direktorat Jenderal Perkebunan, versi REPELlTA, dan

versi PT. ICBS. Berikut adalah proyeksi luas perkebunan sawit tahun 1997-2000

versi PT. ICBS.

2000000 TM 1.931 67~ 1.6 , 1.7''" 1.503 5;s 1500000 1.359.447~ o BM 97 593'" 1000000 78 167 8 9 .451::> 7

...J500000

2000199919981997

0+-------,-------..-----.,------..,1996

Sumber : PT. ICBS, 1997

Kelerangan : - Tanaman Menghasilkan (TM)- Tan.man Belum Menghasilkan (TBM)

Tahun

Gambar 7. Proyeksi Luas Kebun Kelapa Sawit Tahun 1996-2000

Sedangkan proyeksi pertumbuhan produksi minyak sawit dan inti sawit dari tahun

1996-2000 rata-rata 12,8% dan 11,6%.

'2 8000000Minyak Sawit

6.565.222 7.137.775 7.7 0.32K

g 5.992.6686000000 4.74

'0;4000000 Minyak Imi SO";I"'" 1.535.490::>

~ 2000ooo 993.644 1.193.423 1.307.446 1.421.468

c- o1996 1997 1998 1999 2000

TahunSumber : PT. ICBS, 1997

Gambar 8. Proyeksi Produksi Minyak dan Inti Sawit Tahun 1996-2000

A.4. Pembiayaan Perkebunan Sawit

Pembiayaan perkebunan sawit melalui Perusahaan Besar Swasta

Nasional telah digalakkan oleh pemerintah sejak awal tahun delapan puluhan,

yaitu disediakannya kredit dengan bunga rendah.

http://www.mb.ipb.ac.id

Page 13: I. PENDAHULUAN - core.ac.uk filemencapai 62.163.000 ton, dengan pemasok utama adalah minyak kedelai (26%) dan minyak sawit (19%). Pada tahun 1995 pasokan minyak nabati naik menjadi

13

1. Kredit Investasi Perkebunan Swasta Nasional disingkat KI PBSN dengan

tingkat bunga sebesar 12% per tahun.

2. Kredit Investasi Perusahaan Inti Rakyat Transmigrasi disingkat KI PIR-Trans

dengan tingkat bunga :

a. Kepada perusahaan inti sebesar 16% per tahun.

b. Kepada petani plasma sebesar 16% per tahun pada masa pembangunan

proyek (pra konversi) dan 12% per tahun pada masa pelunasan kredit

(pasca konversi).

Selain berbunga murah, kedua kredit diatas juga diberi keringanan dalam

besamya kewajiban dana sendiri dalam pembiayaan proyek.

KI PBSN yang memperoleh izin dari Direktorat Jenderal Perkebunan

sebelum tgl. 1 Januari 1987, disebut KI PBSN II, dengan ketentuan dana sendiri

minimal sebesar 10% dari nilai investasi proyek. Sedangkan yang memperoleh

izin sejak 1 Januari 1987, disebut KI PBSN III, dengan ketentuan dana sendiri

minimal sebesar 30% dari nilai investasi proyek.

KI PIR-Trans, ketentuan dana sendiri untuk perusahaan inti minimal

sebesar 35%, sedangkan untuk petani plasma adalah 0%.

Besamya investasi untuk membangun kebun perusahaan inti ditetapkan

oleh Bank Indonesia dengan memperhatikan usulan Bank Pemberi Kredit.

Sedangkan besamya biaya investasi untuk membangun kebun petani plasma

ditetapkan oleh BAPPENAS dan Bank Indonesia.

http://www.mb.ipb.ac.id

Page 14: I. PENDAHULUAN - core.ac.uk filemencapai 62.163.000 ton, dengan pemasok utama adalah minyak kedelai (26%) dan minyak sawit (19%). Pada tahun 1995 pasokan minyak nabati naik menjadi

14

A.5. Proyek PIR-Trans Sawit XYZ

Tesis ini difokuskan pada proyek PIR-Trans Sawit XYZ. Berlokasi di salah

satu Kabupaten di Propinsi Jambi. Pembangunan proyek dimulai tahun 1989

dengan Rencana sebagai berikut :

1. Pembangunan Kebun Inti terdiri dari :

a. Kebun sawit seluas 5000 Ha.

b. Fasilitas Non Tanaman antara lain berupa rumah karyawan dan staff,

kantor, mess, dan peralatan pertanian.

c. Tiga Unit Pabrik CPO dengan total kapasitas 160 ton TBS per Jam.

d. Infrastruktur antara lain berupa jalan, jembatan dan drainase.

2. Pembangunan Kebun Plasma

a. Kebun sawit seluas 20.000 Ha.

b. Infrastruktur antara lain berupa jalan, jembatan, dan drainase.

Kebun inti dan kebun plasma memperoleh fasilitas Kredit Investasi PIR­

Trans dengan ketentuan antara lain sebagai berikut:

a) Kebun Inti

- Tingkat bunga sebesar 16% per tahun.

- Dana sendiri untuk pembangunan proyek minimal 35% dari anggaran

Investasi. Investasi proyek berkisar Rp. 81 Milyar.

- Kredit diberikan tahun 1991 dengan masa penarikan sampai dengan tahun

1998.

- Kredit harus lunas tahun 2001.

http://www.mb.ipb.ac.id

Page 15: I. PENDAHULUAN - core.ac.uk filemencapai 62.163.000 ton, dengan pemasok utama adalah minyak kedelai (26%) dan minyak sawit (19%). Pada tahun 1995 pasokan minyak nabati naik menjadi

15

b). Kebun Plasma

- Pembangunan Kebun Plasma dilaksanakan secara bertahap oleh

perusahaan inti, dengan masa pembangunan (pra konversi) selama 4

tahun, terhitung sejak tanaman sawit ditanam. Setelah 4 tahun, konversi

dilaksanakan (pengelolaan kebun dan kreditnya dialihkan) kepada petani

plasma.

- Apabila konversi dilakukan tepat pada umur tanaman 4 tahun, maka

investasi proyek berkisar Rp 88 milyar, namun apabila konversi mundur

atau baru dilaksanakan setelah tanaman berumur 5-6 tahun, maka

investasi proyek diperkirakan mencapai Rp 113 Miyar, sehingga pada

akhir konversi (tahun 2001) masih terdapat sisa Kredit Investasi Kebun

Plasma sebesar ± Rp 25 milyar yang tidak terlunasi dan hasil konversi.

Sesuai ketentuan Bank Indonesia, apabila konversi kebun plasma sudah

selesai dilaksanakan, terdapat dana sisa hasil konversi, maka dana

tersebut menjadi keuntungan perusahaan inti, demikian sebaliknya apabila

terdapat sisa KI kebun plasma yang tidak terlunasi dan hasil konversi,

maka sisa KI tersebut menjadi tanggung jawab perusahaan inti.

Realisasi pembangunan kebun inti dan plasma adalah sebagai benkut :

(a) Kebun Inti

Sampai saat ini perusahaan Inti telah melaksanakan penanaman

sawit kebun inti seluas ± 3500 Ha, dan seluruh tanaman masih tergolong

TBM. Target tanam 5000 Ha diperkirakan selesai tahun 1998.

http://www.mb.ipb.ac.id

Page 16: I. PENDAHULUAN - core.ac.uk filemencapai 62.163.000 ton, dengan pemasok utama adalah minyak kedelai (26%) dan minyak sawit (19%). Pada tahun 1995 pasokan minyak nabati naik menjadi

16

Tahun tanam dari areal 3.500 Ha tersebut masing-masing :

19951996

- Semester 1/1997 :Total

2.189 Ha966 Ha345 Ha

3.500 Ha

Penanaman sawit baru dimulai tahun 1995, karena izin pencadangan lahan

yang pertama diberikan oleh Gubemur tumpang tindih dengan hutan Iindung,

sehingga tidak dapat ditanami, dan baru pada 1993 perusahaan inti

memperoleh lahan penggantinya.

Infrastruktur pada areal kebun inti, juga telah mulai dibangun,

demikian dengan fasilitas non tanaman seperti bangunan perumahan, kantor

dan mess. Pabrik CPO I yang dibangun oleh perusahaan inti berkapasitas

30 ton TBS per jam, dan mulai berproduksi komersial Juni 1995. Sebelum

pabrik tersebut selesai perusahaan inti mengupahkan pengolahan TBS ke

perusahaan groupnya di Riau dan pabrik perusahaan lain di Jambi. Pabrik

CPO II berkapasitas 30 ton TBS per jam, selesai dibangun November 1996.

Pada saat ini perusahaan inti sedang melaksanakan pembangunan

peningkatan kapasitas pabrik CPO I menjadi 60 ton TBS per jam. Pada

tahun 1998/1999 akan dilaksanakan pembangunan pabrik CPO III

berkapasitas 40 ton TBS per jam serta peningkatan kapasitas pabrik II

menjadi 60 ton TBS per jam.

(b). Kebun Plasma

Perusahaan Inti telah melaksanakan pembangunan kebun plasma

seluas 20.000 Ha, dan sId akhir Mei 1997, 9460 Ha dari areal tersebut telah

http://www.mb.ipb.ac.id

Page 17: I. PENDAHULUAN - core.ac.uk filemencapai 62.163.000 ton, dengan pemasok utama adalah minyak kedelai (26%) dan minyak sawit (19%). Pada tahun 1995 pasokan minyak nabati naik menjadi

17

dialihkan kepada 4730 petani plasma (setiap petani plasma memperoleh

lahan kebun sawit seluas 2 Ha/1 kapling).

Tahun tanam dari areal yang telah dialihkan sebagai berikut:

- Tahun 1989/1990 seluas 1.092 Ha atau 546 kapling- Tahun 1990/1991 seluas 3.754 Ha atau 1.877 kapling- Tahun 1991 /1992 seluas 4.614 Ha atau 2.307 kapling

Total 9.460 Ha atau 4.730 kapling

Sisa lahan yang belum dikonversi seluas 10.540 Ha (5.270 kapling)

akan dikonversi secara bertahap sampai dengan tahun 2001. Maksimum

kredit (per kapling) dari masing-masing tahun tanam adalah sebagai berikut :

- Tahun tanam 1989/1990 sebesar Rp 9.674.000,-

- Tahun tanam 1990/1991 sebesar Rp 10.012.500,-

- Tahun tanam 1991/1992 sebesar Rp 10.401.000,-

A.G. Sistem Jual Beli TBS dalam Proyek PIR-Trans

1. Ketentuan dan Harga Pembelian TBS

Pemerintah memandang perlu mengatur jual-beli TBS pada proyek PIR

Sawit, karena :

b. Keterkaitan antara petani plasma dan perusahaan inti merupakan kesatuan

ekonomi yang utuh dan berkesinambungan.

c. Tingkat harga dan tata cara pembelian TBS dapat mempengaruhi

pendapatan petani plasma dan perusahaan inti.

http://www.mb.ipb.ac.id

Page 18: I. PENDAHULUAN - core.ac.uk filemencapai 62.163.000 ton, dengan pemasok utama adalah minyak kedelai (26%) dan minyak sawit (19%). Pada tahun 1995 pasokan minyak nabati naik menjadi

18

c. Berbagai kegiatan dan kepentingan di dalam penetapan harga dan tata cara

pembelian TBS perlu diserasikan dan diarahkan agar mampu mendukung

kelangsungan hubungan yang saling menguntungkan antara petani plasma

dan perusahaan inti.

Sampai dengan saat ini terdapat empat Surat Keputusan yang mengatur

ketentuan dan harga TBS dalam proyek PIR Sawit, yaitu:

a) Surat Keputusan Menteri Pertanian

Nomor: 43/KPTS/KB.320/211987 Tgl. 2 Februari 1987.

b) Surat Keputusan Direktur Jenderal Perkebunan

Nomor: 31/KB.210/SKlDJ.BUN/6/1987 Tgl. 27 Juni 1987.

c) Surat Keputusan Direktur Jenderal Perkebunan.

Nomor: 321KB.210/SKlDJ.BUN/4/90 Tgl. 4 April 1990.

d) Surat Keputusaan Direktur Jenderal Perkebunan.

Nomor: 29/KB.030/SKlDJ.BUN/04/93 Tgl. 7 April 1993.

Surat Keputusan tersebut antara lain mengatur :

(a) Seluruh TBS yang dihasilkan petani plasma wajib dijual kepada perusahaan

inti, dan perusahaan inti wajib mengolah TBS di pabrik sendiri atau di pabrik

perusahaan lain jika pabrik sendiri belum dapat melaksanakannya, dan

memasarkan hasil produksinya berupa CPO dan minyak inti sawit

(b) Harga pembelian TBS oleh perusahaan inti didasarkan atas indeks proporsi

tertentu terhadap harga dan Rendemen CPO dan Inti sawit, atau dengan

rumus sebagai berikut :

HTBS = K ( HCPO x RCPO + HIS x RIS )

http://www.mb.ipb.ac.id

Page 19: I. PENDAHULUAN - core.ac.uk filemencapai 62.163.000 ton, dengan pemasok utama adalah minyak kedelai (26%) dan minyak sawit (19%). Pada tahun 1995 pasokan minyak nabati naik menjadi

19

HTBS = Harga TBS setiap bulan yang diterima oleh petani.

Harga tersebut diumumkan setiap tgl. 27 bulan yang bersang-

kutan.

K = Indeks proporsi (dalam %), merupakan bagian yang diterima

petani.

HCPO = Harga rata-rata tertimbang penjualan CPO dalam satu bulan

sebelumnya.

RCPO = Rendemen minyak sawit atau berat CPO yang dihasilkan pabrik

dibagi dengan berat TBS yang diolah dikali 100%.

HIS = Harga rata-rata tertimbang penjualan inti sawit selama satu bulan

sebelumnya.

RIS = Rendemen Inti sawit atau berat inti sawit yang dihasilkan parik

dibagi dengan berat TBS yang diolah dikali 100%.

(c) K ditetapkan oleh Di~en Perkebunan Departemen Pertanian sekali dalam 3

bulan setelah mempertimbangkan masukan dari perusahaan inti antara lain:

biaya tetap seperti penyusutan, biaya modal, serta biaya variabel seperti

biaya pengolahan dan pemasaran CPO dan inti sawit.

(d) RCPO dan RIS ditetapkan berdasarkan umur tanaman dan Rayon dengan

memperhatikan rekomendasi dari Pusat Penelitian Marihat dan Balai

Penelitian Perkebunan.

(e) Persyaratan panen dan mutu TBS yang dijual oleh petani plasma.

(f) Tata cara penilaian mutu panen.

(g) Tata cara pengangkutan TBS.

http://www.mb.ipb.ac.id

Page 20: I. PENDAHULUAN - core.ac.uk filemencapai 62.163.000 ton, dengan pemasok utama adalah minyak kedelai (26%) dan minyak sawit (19%). Pada tahun 1995 pasokan minyak nabati naik menjadi

20

(h) Tata cara perhitungan berat tandan rata-rata TBS untuk setiap umur

tanaman sawit.

(i) Denda terhadap mutu TBS yang tidak memenuhi syarat seperti buah

mentah. buah lewat matang. tandan kosong. buah bertangkai panjang. danjumlah brondolan yang terlalu rendah.

0) Tata cara pembayaran TBS. atas mufakat petani plasma dan perusahaan intiserta memperhatikan persyaratan kredil petani plasma yang ditetapkan oleh

Bank.

Sampai dengan saat ini ketentuan Rayonisasi telah tiga kali mengalamiperubahan yang dapat dilihat pada lampiran 1.

Demikian juga dengan ketentuan Rendemen CPO dan Inti sawit telahmengalami perubahan sebanyak tiga kali.

2. Penentuan Harga TBS pada Proyek PIR-Trans Sawit XYZ.

Mengacu kepada sistem penentuan harga TBS dalam butir 1. diatas.

maka harga TBS sejak Desember 1994 pada proyek XYZ adalah sebagaimana

lampiran 2.b.

Gambaran singkat tentang harga TBS pada proyek PIR-Trans Sawit XYZ.tampak dalam tabel 10 berikut :

Tabel10. Harga TBS Pada Proyek x:YZ dari Januari 1996 sampai dengan April 1997

0' ' "'·ill"""'!;,'!'"".' ~··";:·~<~d'.k, ',,',-', <, a:*,:r"'~ . ',:.' " I ~:::':" .,c, ,,,-,,,-,~t.\ 'I''''' )'" jljh;;'l:>""', ... ,..,. j l 11l .,.. "' .. "iii :i.... .

',..~ 'rlod '" - ,,:: ';199011991', ' ! ',,; 1991'/1992r,~' i~a~~:';'i. ,. e e, r,•• ~1989J~~~,1.:8i~' ",,,"=,'.--:i:ij ~. '.i:'~;.1~'" ..... ..:.....:; "'.~,~iE; .. ,'. ", ,ot t~~,.~t;f.i:~~·~~ ....._...........,;.,:: .... _;:;.:1 ,':~. ;i'R._"'4, ...

1996Januari Rp. 166,86 Rp. 155,58 Rp. 139.68Februari Rp. 165.36 Rp. 154,16 Rp. 138.33Maret Rp. 161,50 Rp. 150.56 Rp. 135,11April Rp. 170,13 Rp. 163.77 Rp. 152.72Mei Rp. 169.18 Rp. 162,88 Rp. 151,87Juni Rp. 171.07 Rp. 164.66 Rp. 153,56Juli Rp. 169.79 Rp. 163.40 Rp. 152,41Agustus Rp. 160.53 Rp, 154,47 Rp, 144.09September Rp. 169,66 Rp. 163,32 Rp. 152,30Oktober Rp. 169.58 Rp. 163.25 Rp. 152.23November Rp. 168,49 Rp. 162.22 Rp. 151.25Desember Rp. 169.31 Rp. 163.04 Rp. 152.00

Rata-Rata Rp. 167.62 Rp. 160.11 Rp. 147,96 Rp. 158.561997Januari Rp. 175,19 Rp. 168.69 Rp. 157,28Februari Rp. 177,14 Rp. 170.56 Rp. 159.02Maret Rp. 183,80 Rp. 176,56 Rp. 165,00April Rp. 190,96 Rp. 184,19 Rp. 177,35

Rata-Rata Rp. 181,77 Rp. 175,00 Rp. 164,66 FRp. 173,81Sumber : Perusahaan Inti XYZ

http://www.mb.ipb.ac.id

Page 21: I. PENDAHULUAN - core.ac.uk filemencapai 62.163.000 ton, dengan pemasok utama adalah minyak kedelai (26%) dan minyak sawit (19%). Pada tahun 1995 pasokan minyak nabati naik menjadi

21

B. Perumusan Masalah

Pengembangan kemitraan di Indonesia berlatar belakang : kebersamaan,

menghilangkan monopoli, penyebaran lapangan kerja, penyebaran modal serta

penekanan kekuatan politik yang muncul karena adanya integrasi vertikal antara

dua atau beberapa perusahaan. Konsep keterkaitan dapat dilakukan dalam

aspek permodalan, management, teknologi, dan pemasaran. Pada umumnya

kondisi keterbatasan lebih melekat pada usaha kecil, sehingga usaha besar

diminta lebih berperan dalam menciptakan keterkaitan dalam beberapa aspek

tersebut di atas. Perusahaan Inti dapat sebagai penjamin, pengasuh,

pembina/pengembang, alih disain, dalam proyek kemitraan. Agar tidak terjadi

perselisihan antara usaha besar dan kecil, maka diperlukan peraturan dan

perjanjian yang mendukung berjalannya kemitraan secara berkesinambungan.

Kemitraan merupakan kerja sama usaha antara perusahaan besarl

menengah dengan perusahaan kecil yang berdasarkan azas saling mem­

butuhkan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan.

Bachriadi (1995) mengemukakan suatu hasil studi tentang ·Contract

Farming" yang berpeluang merugikan petani, karena :

- Pembagian nilai tambah sering tidak adil.

- Ketergantungan finansial dan tekhnologi pada perusahaan besar.

- Ketergantungan pasar.

- Resiko kegagalan dibebankan kepada petani.

- Keterpaksaan petani.

Dalam proyek PIR-Trans Kelapa Sawit, petani harus menjual seluruh TBS

nya kepada perusahaan inti, dengan tingkat harga TBS yang mengacu pada

http://www.mb.ipb.ac.id

Page 22: I. PENDAHULUAN - core.ac.uk filemencapai 62.163.000 ton, dengan pemasok utama adalah minyak kedelai (26%) dan minyak sawit (19%). Pada tahun 1995 pasokan minyak nabati naik menjadi

22

ketentuan Di~en Perkebunan. Natobudhiharjo (1996) menyebutkan bahwa

salah satu masalah dalam proyek PIR adalah penetapan harga TBS yang masih

memihak pada kepentingan perusahaan inti. Pada tahun 1996 terdapat

perbedaan harga TBS yang cukup besar antara proyek PIR-Trans XYZ (rata-rata

sebesar Rp 148 sId Rp 168 per kg TBS) dengan proyek Non PIR-Trans (rata-rata

sebesar Rp. 214 per kg TBS). Yang menjadi masalah apakah dengan ketentuan

tingkat harga TBS pada proyek PIR-Trans XYZ terdapat distribusi laba yang

cukup wajar antara petani plasma dengan perusahaan inti, sehingga tercipta

kondisi yang saling menguntungkan.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

- Mengetahui distribusi laba antara perusahaan inti dan petani plasma sejak

konversi dilaksanakan (tahun 1995) sampai dengan semester 1/1997.

- Mengetahui terwujud tidaknya kondisi yang saling menguntungkan antara

perusahaan inti dan petani plasma.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk :

- Memberikan masukan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan, sebagai

instansi yang menetapkan ketentuan harga TBS pada proyek PIR-Trans.

- Memberikan masukan pada peneliti berikutnya yang akan mengkaji tentang

permasalahan dalam sistem penentuan harga TBS disemua proyek PIR-Trans.

http://www.mb.ipb.ac.id

Page 23: I. PENDAHULUAN - core.ac.uk filemencapai 62.163.000 ton, dengan pemasok utama adalah minyak kedelai (26%) dan minyak sawit (19%). Pada tahun 1995 pasokan minyak nabati naik menjadi

23

- Peneliti

Dalam rangka menerapkan ilmu dan pengalaman, yang telah dimiliki selama

ini, baik selama mengikuti kuliah di MMA - IPB, maupun selama bekerja pada

Bank BNI.

E. Batasan Penelitian

Penelitian ini dibatasi hanya pada analisa finansial yang berkaitan dengan

perhitungan, laba dan penerimaan cash petani plasma dan perusahaan inti sejak

konversi dilaksanakan tahun 1995 sampai dengan semester 1/1997.

http://www.mb.ipb.ac.id