7/25/2019 hipertensi pada anestesi
1/24
TINJAUAN PUSTAKA
1
7/25/2019 hipertensi pada anestesi
2/24
BAB 1
PENDAHULUAN
Hipertensi yang sudah ada adalah alasan medis yang paling umum untuk menunda
operasi. Hipertensi juga dikenal sebagai faktor risiko kegawatan kardiovaskular, risiko yang
meluas selama periode perioperatif. Manajemen perioperatif hipertensi meliputi evaluasi dan
kondisi pasien secara optimal pada saat pra operasi, saat pasien berada di bawah agen
anestesi selama operasi dan perawatan pasca operasi. Pasien dengan hipertensi cenderung
memiliki ketidakstabilan hemodinamik dan lebih sensitif terhadap anestesi dan prosedur
operasi, sehingga perlu pengawasan yang lebih ketat terutama untuk mengontrol
hemodinamik pasien1.
2
7/25/2019 hipertensi pada anestesi
3/24
BAB II
ANESTESI PADA PASIEN HIPERTENSI
Diagnosis dan Klasifikasi Hipertensi
Diagnosis suatu keadaan hipertensi dapat ditegakkan bila ditemukan adanya
peningkatan tekanan arteri diatas nilai normal yang diperkenankan berdasarkan umur, jenis
kelamin dan ras. atas atas tekanan darah normal yang diijinkan adalah sebagai berikut ! 1,"
Dewasa 1#$%&$ mmHg
Dewasa muda 'remaja( 1$$%)* mmHg
+nak usia prasekolah *%** mmHg
+nak - 1 tahun 'infant( )$%#* mmHg
Menurut he /oint 0ational ommittee ) '/0 )( on prevention, detection,
evaluation, and treatment of high blood pressure tahun "$$2, klasifikasi hipertensi dibagi atas
prehipertensi, hipertensi derajat 1 dan " 'lihat tabel 1(
abel 1. 3lasifikasi hipertensi menurut /0 ).1
3lasifikasi di atas untuk dewasa 1 tahun ke atas. Hasil pengukuran D dipengaruhi
oleh banyak faktor, termasuk posisi dan waktu pengukuran, emosi, aktivitas, obat yang
sedang dikonsumsi dan teknik pengukuran D.1
3riteria ditetapkan setelah dilakukan " atau
lebih pengukuran D dari setiap kunjungan dan adanya riwayat peningkatan D darah
3
7/25/2019 hipertensi pada anestesi
4/24
sebelumnya. Penderita dengan klasifikasi prehipertensi mempunyai progresivitas yang
meningkat untuk menjadi hipertensi. 0ilai rentang D antara 12$412&%$4& mmHg
mempunyai risiko " kali berkembang menjadi hipertensi dibandingkan dengan nilai D yang
lebih rendah dari nilai itu.",2,#
Perti!angan Anestesia Penderita Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik 5 1#$ mmHg atau tekanan
darah diastolik 6 &$ mmHg2. Hipertensi yang sudah ada dapat menyebabkan berbagai
tanggapan kardiovaskular yang berpotensi meningkatkan resiko pembedahan, termasuk
disfungsi diastolik dari hipertrofi ventrikel kiri, disfungsi sistolik menyebabkan gagal
jantung kongestif, kerusakan ginjal, dan otak dan penyakit occlusive koroner. ingkat risiko
tergantung pada tingkat keparahan hipertensi." Penilaian preoperatif penderita4penderita
hipertensi esensial yang akan menjalani prosedur pembedahan, harus mencakup empat hal
dasar yang harus dicari, yaitu jenis pendekatan medikal yang diterapkan dalam terapi
hipertensinya, penilaian ada tidaknya kerusakan atau komplikasi target organ yang telah
terjadi, penilaian yang akurat tentang status volume cairan tubuh penderita dan penentuan
kelayakan penderita untuk dilakukan tindakan teknik hipotensi, untuk prosedur pembedahan
yang memerlukan teknik hipotensi.2 7elama operasi, pasien dengan dan tanpa hipertensi
memiliki kemungkinan untuk terjadinya peningkatan tekanan darah dan tachycardia selama
induksi anestesi. Prediktor umum hipertensi perioperatif adalah memiliki riwayat hipertensi
sebelumnya, terutama tekanan darah diastolik lebih besar dari 11$ mm Hg.2,# 7edangkan
prinsip umum dalam pemberian anestesi pada pasien hipertensi adalah menjaga stabilitas
kardiovaskular selama anestesi dan periode perioperatif. Pasien dengan hipertensi memiliki
resiko perubahan tekanan darah lebih besar daripada populasi normal dan telah terbukti
bahwa ketidakstabilan tekanan darah dapat dikaitkan dengan morbiditas kardiovaskular dan
peningkatan kematian pasca operasi, terutama pada pasien dengan hipertensi berat yang
tidak terkontrol. Pasien yang memiliki hipertensi, membutuhkan tekanan darah yang lebih
tinggi untuk perfusi organ yang memadai daripada pasien dengan normotensi 'terutama pada
orang tua(.* Menghindari hipotensi 'dan normotension pada pasien yang biasanya memiliki
angka tekanan darah yang tinggi dalam kesehariannya(, dapat mencegah komplikasi akibat
perfusi yang kurang, terutama untuk mengontrol hemodinamik. Hipertensi pasca operasi yang
didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik 5 1&$ mm Hg dan % atau diastolik 1$$ mm Hg di
dua pembacaan berturut4turut setelah operasi, mungkin memiliki gejala sisa yang secara
signifikan merugikan pada kedua jantung dan noncardiac pasien. Hipertensi, dan krisis
4
7/25/2019 hipertensi pada anestesi
5/24
hipertensi, sangat umum pada periode pascaoperasi awal dan terkait dengan tonus simpatik
yang meningkat dan resistensi pembuluh darah. Hipertensi pascaoperasi sering dimulai
sekitar 1$4"$ menit setelah operasi dan dapat berlangsung sampai # jam. /ika tidak diobati,
pasien akan meningkatkan risiko untuk pendarahan, peristiwa serebrovaskular, dan infark
miokard.*
7ampai saat ini belum ada protokol untuk penentuan D berapa sebaiknya yang paling
tinggi yang sudah tidak bisa ditoleransi untuk dilakukannya penundaan anestesia dan operasi.
0amun banyak literatur yang menulis bahwa DD 11$ atau 11* adalah cut4off point untuk
mengambil keputusan penundaan anestesia atauoperasi kecuali operasi emergensi. 3enapa
D diastolik 'DD( yang dijadikan tolak ukur, karena peningkatan D sistolik 'D7( akan
meningkat seiring dengan pertambahan umur, dimana perubahan ini lebih dianggap sebagai
perubahan fisiologik dibandingkan patologik. 0amun beberapa ahli menganggap bahwa
hipertensi sistolik lebih besar risikonya untuk terjadinya morbiditas
kardiovaskuler dibandingkan hipertensi diastolik#,*. Pendapat ini muncul karena dari hasil
studi menunjukkan bahwa terapi yang dilakukan pada hipertensi sistolik dapat menurunkan
risiko terjadinya stroke dan M8 pada populasi yang berumur tua. Dalam banyak uji klinik,
terapi antihipertensi pada penderita hipertensi akan menurunkan angka kejadian stroke
sampai 2*94#$9, infark jantung sampai "$4"*9 dan angka kegagalan jantung diturunkan
sampai lebih dari *$9. Menunda operasi hanya untuk tujuan mengontrol D mungkin tidak
diperlukan lagi khususnya pada pasien dengan kasus hipertensi yang ringan sampai sedang."4#
0amun pengawasan yang ketat perlu dilakukan untuk menjaga kestabilan hemodinamik,
karena hemodinamik yang labil mempunyai efek samping yang lebih besar terhadap
kardiovaskular dibandingkan dengan penyakit hipertensinya itu sendiri.#
Penundaan operasi dilakukan apabila ditemukan atau diduga adanya kerusakan target
organ sehingga evaluasi lebih lanjut perlu dilakukan sebelum operasi. he +merican Heart
+ssociation % +merican ollege of ardiology '+H+%+( mengeluarkan acuan bahwa D
sistole 1$ mmHg dan%atau D diastole 11$ mmHg sebaiknya dikontrol sebelum dilakukan
operasi, terkecuali operasi bersifat urgensi. Pada keadaan operasi yang sifatnya urgensi,#,*D
dapat dikontrol dalam beberapa menit sampai beberapa jam dengan pemberian obat
antihipertensi yang bersifat rapid acting. Perlu dipahami bahwa penderita hipertensi
cenderung mempunyai respon D yang berlebihan pada periode perioperatif. Pasien
hipertensi preoperatif yang sudah dikontrol tekanan darahnya dengan baik akan mempunyai
hemodinamik yang lebih stabil dibandingkan yang tidak dikontrol dengan baik.*
5
7/25/2019 hipertensi pada anestesi
6/24
Mempertahankan kestabilan hemodinamik selama periode intraoperatif adalah sama
pentingnya dengan pengontrolan hipertensi pada periode preoperatif. Pada hipertensi kronis
akan menyebabkan pergeseran kekanan autoregulasi dari serebral dan ginjal. 7ehingga pada
penderita hipertensi ini akan mudah terjadi penurunan aliran darah serebral dan iskemia
serebral jika D diturunkan secara tiba4tiba. erapi jangka panjang dengan obat antihipertensi
akan menggeser kembali kurva autregulasi kekiri kembali ke normal.
+nestesia aman jika dipertahankan dengan berbagai teknik tapi dengan memperhatikan
kestabilan hemodinamik yang kita inginkan. +nestesia regional dapat dipergunakan sebagai
teknik anesthesia, namun perlu diingat bahwa anesthesia regional sering menyebabkan
hipotensi akibat blok simpatis dan ini sering dikaitkan pada pasien dengan keadaan
hipovolemia.
Penilaian Preoperatif dan Persiapan Preoperatif Penderita Hipertensi
Penilaian preoperatif penderita4penderita hipertensi esensial yang akan menjalani
prosedur pembedahan, harus mencakup # hal dasar yang harus dicari, yaitu!",2
/enis pendekatan medikal yang diterapkan dalam terapi hipertensinya.
Penilaian ada tidaknya kerusakan atau komplikasi target organ yang telah terjadi.
Penilaian yang akurat tentang status volume cairan tubuh penderita.
Penentuan kelayakan penderita untuk dilakukan tindakan teknik hipotensi, untuk
prosedur pembedahan yang memerlukan teknik hipotensi.
7emua data4data di atas bisa didapat dengan melakukan anamnesis riwayat perjalanan
penyakitnya, pemeriksaan fisik, tes laboratorium rutin dan prosedur diagnostik lainnya."
Penilaian status volume cairan tubuh adalah menyangkut apakah status hidrasi yang dinilai
merupakan yang sebenarnya ataukah suatu relative hipovolemia 'berkaitan dengan
penggunaan diuretika dan vasodilator(. Disamping itu penggunaan diuretika yang rutin,
sering menyebabkan hipokalemia dan hipomagnesemia yang dapat menyebabkan
peningkatan risiko terjadinya aritmia.*:ntuk evaluasi jantung, ;3< dan =4ray toraks akan
sangat membantu. +danya >?H dapat menyebabkan meningkatnya risiko iskemia miokardial
akibat ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. :ntuk evaluasi ginjal,
urinalisis, serum kreatinin dan :0 sebaiknya diperiksa untuk memperkirakan seberapa
6
7/25/2019 hipertensi pada anestesi
7/24
tingkat kerusakan parenkim ginjal. /ika ditemukan ternyata gagal ginjal kronis, maka adanya
hiperkalemia dan peningkatan volume plasma perlu diperhatikan. :ntuk evaluasi
serebrovaskuler, riwayat adanya stroke atau 8+ dan adanya retinopati hipertensi perlu
dicatat.*ujuan pengobatan hipertensi adalah mencegah komplikasi kardiovaskuler akibat
tingginya D, termasuk penyakit arteri koroner, stroke, H@, aneurisme arteri dan penyakit
ginjal. Diturunkannya D secara farmakoligis akan menurunkan mortalitas akibat penyakit
jantung sebesar "19, menurunkan kejadian stroke sebesar 29, menurunkan penyakit arteri
koronariasebesar 1A9.",#,*
Hipertensi Intraoperatif
Hipertensi pada periode preoperatif mempunyai risiko hipertensi juga pada periode
anestesia maupun saat pasca bedah. Hipertensi intraoperatif yang tidak berespon dengan
didalamkannya anestesia dapat diatasi dengan antihipertensi secara parenteral, namun faktor
penyebab bersifat reversibel atau bisa diatasi seperti anestesia yang kurang dalam,
hipoksemia atau hiperkapnea harus disingkirkan terlebih dahulu.#
"ana#een Post $peratifHipertensi yang terjadi pada periode pasca operasi sering terjadi pada pasien yang
menderita hipertensi esensial. Hipertensi dapat meningkatkan kebutuhan oksigen miokard
sehingga berpotensi menyebabkan iskemia miokard, disritmia jantung dan H@. Disamping
itu bisa juga menyebabkan stroke dan perdarahan ulang luka operasi akibat terjadinya
disrupsi vaskuler dan dapat berkonstribusi menyebabkan hematoma pada daerah luka operasi
sehingga menghambat penyembuhan luka operasi.2,#
Penyebab terjadinya hipertensi pasca operasi ada banyak faktor, disamping secara
primer karena penyakit hipertensinya yang tidak teratasi dengan baik, penyebab lainnya
adalah gangguan sistem respirasi, nyeri, overload cairan atau distensi dari kandung kemih.
7ebelum diputuskan untuk memberikan obat4obat antihipertensi, penyebab4penyebab
sekunder tersebut harus dikoreksi dulu.",2,*
0yeri merupakan salah satu faktor yang paling berkonstribusi menyebabkan hipertensi
pasca operasi", sehingga untuk pasien yang berisiko, nyeri sebaiknya ditangani secara
adekuat, misalnya dengan morfin epidural secara infuse kontinyu. +pabila hipertensi masih
ada meskipun nyeri sudah teratasi, maka intervensi secara farmakologi harus segera
7
7/25/2019 hipertensi pada anestesi
8/24
dilakukan dan perlu diingat bahwa meskipun pasca operasi D kelihatannya normal, pasien
yang prabedahnya sudah mempunyai riwayat hipertensi, sebaiknya obat antihipertensi pasca
bedah tetap diberikan. Hipertensi pasca operasi sebaiknya diterapi dengan obat antihipertensi
secara parenteral misalnya dengan beta blocker yang terutama digunakan untuk mengatasi
hipertensi dan takikardia yang terjadi. +pabila penyebabnya karena overload cairan, bisa
diberikan diuretika furosemid dan apabila hipertensinya disertai dengan heart failure
sebaiknya diberikan +;4inhibitor"4#. Pasien dengan iskemia miokard yang aktif secara
langsung maupun tidak langsung dapat diberikan nitrogliserin dan beta4blocker secara
intravena sedangkan untuk hipertensi berat sebaiknya segera diberikan sodium nitroprusside. #
+pabila penderita sudah bisa makan dan minum secara oral sebaiknya antihipertensi secara
oral segera dimulai.
BAB III
ANESTESI SPINAL
+nestesi spinal ialah pemberian obat anestetik lokal ke dalam ruang subarackhnoid.
+nestesi spinal diperoleh dengan cara menyuntikkan anestetik lokal ke dalam ruang
subarachnoid. +nestesi spinal%subaraknoid disebut juga sebagai analgesi%blok spinal
intradural atau blok intratekal.
:ntuk mencapai cairan serebrospinal, maka jarum suntik akan menembus kulis
subkutis>ig. 7upraspinosum >ig. 8nterspinosum >ig. @lavum ruang epidural
durameter ruang subarachnoid.
8
7/25/2019 hipertensi pada anestesi
9/24
Medulla spinalis berada didalam kanalis spinalis dikelilingi oleh cairan serebrospinal,
dibungkus oleh meningens 'duramater, lemak dan pleksus venosus(. Pada dewasa berakhir
setinggi >1, pada anak >" dan pada bayi >2. Bleh karena itu, anestesi%analgesi spinal
dilakukan ruang subarachnoid di daerah antara vertebra >"4>2 atau >24># atau >#4>*.A
8ndikasi anestesi spinal!A
1. edah ekstremitas bawah
". edah panggul
2. indakan sekitar rektum perineum
#. edah obstetrik4ginekologi
*. edah urologi
A. edah abdomen bawah
). Pada bedah abdomen atas dan bawah pediatrik biasanya dikombinasikan
dengan anesthesia umum ringan
3ontra indikasi absolute!A
1. Pasien menolak untuk dilakukan anestesi spinal
". 8nfeksi pada tempat suntikan
2. Hipovolemia berat, syok
9
7/25/2019 hipertensi pada anestesi
10/24
#. 3oagulapatia atau mendapat terapi koagulan
*. ekanan intrakranial meningkat
A. @asilitas resusitasi minim
). 3urang pengalaman tanpa didampingi konsulen anestesi.
3ontra indikasi relative!A
1. 8nfeksi sistemik
". 8nfeksi sekitar tempat suntikan
2. 3elainan neurologis
#. 3elainan psikis
*. edah lama
A. Penyakit jantung
). Hipovolemia ringan
. 0yeri punggung kronik
Persiapan analgesia spinal
Pada dasarnya persiapan untuk analgesia spinal seperti persiapan pada
anastesia umum. Daerah sekitar tempat tusukan diteliti apakah akan menimbulkan
kesulitan, misalnya ada kelainan anatomis tulang punggung atau pasien gemuk sekali
sehingga tak teraba tonjolan prosesus spinosus. 7elain itu perlu diperhatikan hal4hal di
bawah ini ! A
1. 8nformed consent
3ita tidak boleh memaksa pasien untuk menyetujui anesthesia spinal
". Pemeriksaan fisik
idak dijumpai kelainan spesifik seperti kelainan tulang punggung
2. Pemeriksaan laboratorium anjuran
10
7/25/2019 hipertensi pada anestesi
11/24
Hb, Ht, P 'Protrombin ime( , PP 'Partial romboplastin ime(
Peralatan analgesia spinalA
1. Peralatan monitor! tekanan darah, nadi, saturasi oksigen, dll.
". Peralatan resusitasi
2. /arum spinal
/arum spinal dengan ujung tajam 'ujung bambu runcing%Cuinckebacock( atau
jarum spinal dengan ujung pinsil 'pencil point whitecare(
+nastetik lokal untuk analgesia spinalA
erat jenis cairan cerebrospinalis pada 2) derajat celcius adalah 1.$$241.$$.
+nastetik lokal dengan berat jenis sama dengan 77 disebut isobarik. +nastetik lokal
dengan berat jenis lebih besar dari 77 disebut hiperbarik. +nastetik lokal dengan
berat jenis lebih kecil dari 77 disebut hipobarik. +nastetik lokal yang sering
digunakan adalah jenis hiperbarik diperoleh dengan mencampur anastetik local
dengan de=trose. :ntuk jenis hipobarik biasanya digunakan tetrakain diperoleh
dengan mencampur dengan air injeksi.
+nestetik lokal yang paling sering digunakan! A
1. >idokaine'=ylobain,lignokain( "9! berat jenis 1.$$A, sifat isobarik, dosis "$4
1$$mg '"4*ml(
11
7/25/2019 hipertensi pada anestesi
12/24
". >idokaine'=ylobain,lignokaine( *9 dalam de=trose ).*9! berat jenis 1.$22, sifat
hyperbarik, dosis "$4*$ mg '14"ml(
2. upivakaine'markaine( $.*9 dlm air! berat jenis 1.$$*, sifat isobarik, dosis *4
"$mg '14#ml(
#. upivakaine'markaine( $.*9 dlm de=trose ."*9! berat jenis 1.$"), sifat
hiperbarik, dosis *41*mg '142ml(
eknik analgesia spinal
Posisi duduk atau posisi tidur lateral dekubitus dengan tusukan pada garis
tengah ialah posisi yang paling sering dikerjakan. iasanya dikerjakan di atas meja
operasi tanpa dipindah lagi dan hanya diperlukan sedikit perubahan posisi pasien.
Perubahan posisi berlebihan dalam 2$ menit pertama akan menyebabkan
menyebarnya obat. A
1. 7etelah dimonitor, tidurkan pasien misalkan dalam posisi lateral dekubitus.
eri bantal kepala, selain enak untuk pasien juga supaya tulang belakang
stabil. uat pasien membungkuk ma=imal agar processus spinosus mudah
teraba. Posisi lain adalah duduk.
". Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua garis 3rista iliaka,
misal >"4>2, >24>#, >#4>*. usukan pada >14>" atau diatasnya berisiko
trauma terhadap medulla spinalis.
2. 7terilkan tempat tusukan dengan betadine atau alkohol.
#. eri anastesi lokal pada tempat tusukan,misalnya dengan lidokain 14"9 "42ml
12
7/25/2019 hipertensi pada anestesi
13/24
*. ara tusukan median atau paramedian. :ntuk jarum spinal besar ""
7/25/2019 hipertensi pada anestesi
14/24
b. Posisi pasien
c. Dosis dan volume anestetik lokal
". @aktor tambahan
a. 3etinggian suntikan
b. 3ecepatan suntikan%barbotase
c. :kuran jarum
d. 3eadaan fisik pasien
e. ekanan intra abdominal
Laa ker#a anestetik lokal tergant&ng!
1. /enis anestetia lokal
". esarnya dosis
2. +da tidaknya vasokonstriktor
#. esarnya penyebaran anestetik local
Koplikasi tindakan anestesi spinalA
1. Hipotensi berat
+kibat blok simpatis terjadi venous pooling. Pada dewasa dicegah dengan
memberikan infus cairan elektrolit 1$$$ml atau koloid *$$ml sebelum tindakan.
". radikardia
Dapat terjadi tanpa disertai hipotensi atau hipoksia,terjadi akibat blok sampai 4
"
2. Hipoventilasi
+kibat paralisis saraf frenikus atau hipoperfusi pusat kendali nafas
#. rauma pembuluh saraf
*. rauma saraf
A. Mual4muntah
).
7/25/2019 hipertensi pada anestesi
15/24
". 0yeri punggung
2. 0yeri kepala karena kebocoran likuor
#. Getensio urine
*. Meningitis
BAB I(
HIP$TENSI AKIBAT ANESTESI SPINAL
Hipotensi merupakan salah satu komplikasi akut anestesi spinal yang paling sering
terjadi. Penelitian prospektif yang dilakukan pada lebih dari 1$$ pasien yang mendapat
anestesi spinal, "A 9 pasien mengalami komplikasi anestesi spinal, mayoritas ' 1A 9 ( berupa
hipotensi. arpenter dkk. Mendapatkan insiden hipotensi pada anestesi spinal sebesar 22 9.)
8nsiden dan derajat hipotensi pada anestesi spinal dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah jenis obat anestesi lokal, tingkat penghambatan sensorik, umur, jenis
kelamin, berat badan, kondisi fisik pasien dan manipulasi operasi),.
Patofisiologi hipotensi pada anestesi spinal terutama akibat blok saraf simpatis
preganglionik yang menyebabkan vasodilatasi tidak hanya pada pembuluh darah arteri dan
arteriola, tapi juga pada vena dan venula, sehingga terjadi penurunan tahanan pembuluh darah
perifer. 7mith dkk. Menyatakan terjadinya hipotensi pada anestesi spinal akibat turunnya
venous return karena penumpukan darah pada pembuluh darah vena.
15
7/25/2019 hipertensi pada anestesi
16/24
:ntuk mencegah dan terapi hipotensi akibat anestesi spinal adalah dengan pemberian
infus cairan dan atau pemberian obat4obat vasopressor. anyak penelitian telah dilakukan
baik pada pemberian cairan infus maupun obat4obat vasopressor dengan berbagai macam
cara atau metode dan jenis yang berbeda.
Insiden Hipotensi Pada Anestesi Spinal
Hipotensi merupakan penyulit yang sering timbul pada anestesi spinal sebagai akibat
blok simpatis. :ntuk kepentingan klinis praktis, diagnosis hipotensi ditegakkan bila ada
penurunan tekanan darah sistolik sebesar "$ 2$ 9 dari tekanan darah sistolik semula atau
tekanan darah sistolik kurang dari &$ mmHg.)
+ngka kejadian hipotensi pada anestesi spinal sekitar 1%2 dari seluruh kasus. arpenter
dkk menyatakan bahwa pasien yang mengalami hipotensi akut pada anestesi spinal biasanya
juga mengalami komplikasi lain dan biasanya terjadi lebih awal dengan insiden 22 9.
Peneliti lain melaporkan dari sekitar "A 9 pasien yang mengalami komplikasi pada anestesi
spinal, 1A 9 disertai dengan hipotensi.
Patofisiologi
Patofisiologi hipotensi pada anestesi spinal terutama akibat blok saraf simpatis
preganglionik yang menyebabkan vasodilatasi tidak hanya pada pembuluh darah arteri dan
arteriola, tapi juga pada vena dan venula, sehingga terjadi penurunan tahanan pembuluh darah
perifer.A,
Penurunan tekanan darah setelah anestesi spinal akan merangsang baroreseptor di arkusaorta, sinus karotikus, atrium dan ventrikel. /aras aferen dari baroreseptor melalui 0 8I dan
0 I memproyeksikan ke pusat vasomotor di medulla oblongata. /aras eferen dari lengkung
refleks terdiri dari serabut parasimpatis menuju ke jantung malaui 0 I dan serabut simpatis
menuju ke jantung dan pembuluh darah mengakibatkan vasokonttriksi arteri dan vena,
peningkatan laju jantung, peningkatan kontraksi miokardium.
ahanan pembuluh darah tepi ditentukan oleh tonus arteri yang diatur oleh persarafan
simpatis. lokade vasokonstriktor arteri menyebabkan dilatasi arteri dan kehilangan tonus
16
7/25/2019 hipertensi pada anestesi
17/24
arteri, tetapi tidak semuanya hilang dan masih terdapat sisa tonus yang bermakna. Dilatasi
arteri tidak merata, bahkan di daerah yang mengalami blokade simpatis. ?asodilatasi daerah
yang di blok membuat kompensasi vasokonstriksi daerah yang tidak di blok.
7mith dkk. Menyatakan terjadinya hipotensi pada anestesi spinal akibat turunnya
venous return karena penumpukan darah pada pembuluh darah vena. Jalaupun terjadi
hipotensi akibat anestesi spinal, volume darah tetap dalam keadaan normal, sehingga jaringan
dirasakan hangat dan kering oleh karena vasodilatasi dan tidak akan terjadi anoksia % hipoksia
seluler serta gangguan metabolik sebagaimana yang terjadi pada hipotensi akibat
hipovolemia.Derajat hipotensi yang relatif ringan sebagian besar berasal dari perubahan
tahanan pembuluh darah tepi. ila tekanan terus turun dibawah batas kritis, hipotensi paling
sering disebabkan perubahan curah jantung. atas kritis hipotensi untuk penderita normal
akibat perubahan curah jantung adalah sistolik &$ mmHg, tetapi ada pendapat lain yang
mengatakan sistolik $ mmHg.
Derajat dan insiden hipotensi pada anestesi spinal dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu umur, jenis kelamin, berat badan, kondisi fisik, jenis obat anestesi lokal, tingkat
penghambatan sensorik, posisi pasien dan manipulasi operasiA4
.
:mur
o Pada pasien muda sehat biasanya terjadi hipotensi yang kurang berat
dibanding pasien tua dengan tinggi anestesi spinal yang sama. 8nsiden
hipotensi meningkat secara progresif setelah umur *$ tahun dari 1$9 menjadi
2$9 pada umur $ tahun.
/enis 3elamin
o Hipotensi, mual dan muntah lebih sering terjadi pada wanita, hal ini mungkin
berhubungan dengan tingkat blok yang lebih tinggi pada wanita meskipun
jumlah anestesi lokal yang diberikan sama. Perbandingan insiden komplikasi
spinal antara wanita dan pria adalah 2"9 dan "$9.
erat adan
17
7/25/2019 hipertensi pada anestesi
18/24
o Gesiko mengalami hipotensi, mual dan muntah pada anestesi spinal lebih
besar pada pasien yang memiliki ody Mass 8nde= ' M8 (lebih dari 2$9.
3ondisi fisik
o Pada pasien dewasa muda sehat dan normovolemia, blok simpatis hingga
pertengahan toraks mungkin tidak akan menimbulkan hipotensi atau hanya
hipotensi ringan. Pada pasien usia lanjut dan atau hipovolemia atau pasien
dengan kompresi pembuluh darah besar abdomen 'hamil, tumor abdomen (,
blok dengan tinggi yang sama akan terjadi hipotensi berat.
/enis obat anestesi lokal
o >idokain lebih cepat menimbulkan hipotensi dari pada bupivakain, rata rata
timbul pada 1 menit pertama, tetapi bupivakain lebih sering. upivakain
hiperbarik menimbulkan hipotensi pada "2 menit pertama, sedangkan
bupivakain isobarik menimbulkan hipotensi pada 2 menit pertama.
ingkat penghambatan sensorik
o 8nsiden dan derajat hipotensi pada anestesi spinal sangat tergantung dan
berhubungan erat dengan tingginya blok. Pada tingkat 1 * "* 9 pasien
mengalami hipotensi. ila tinggi anestesi spinal mencapai tingkat servikal *$
9 pasien atau lebih mengalami hipotensi.
Posisi pasien
o Posisi head up atau kaki pasien lebih rendah dari pada kepala, misal pada
operasi artroskopik sendi lutut, akan mengalami pooling darah vena sehingga
lebih mudah terjadi hipotensi.
Manipulasi operasi
o 7emakin banyak manipulasi operasi semakin berat hipotensi yang terjadi
sehingga sukar untuk mengkompensasi.
Hipotensi pada anestesi spinal menimbulkan gejala yang berhubungan dengan hipoksia
jaringan, yaitu berupa gelisah, ketakutan, tinitus, pusing dan sakit kepala, biasanya juga
18
7/25/2019 hipertensi pada anestesi
19/24
disertai mual dan muntah. ;fek lebih lanjut berupa mengantuk, disorientasi dan koma
yang pada akhirnya bisa menimbulkan syok dan kematian.
"ekanise Kopensasi Aki!at Hipotensi
Hipotensi biasanya terjadi pada 1* "$ menit pertama setelah penyuntikan
subarachnoid dan bila dibiarkan tekanan darah mencapai tingkat paling rendah dalam waktu
"$ "* menit. 7etelah tekanan darah mencapai penurunan yang terendah, secara spontan
akan naik kembali sekitar * 1$ mmHg setelah 1$ 1* menit kemudian, hal ini terjadi oleh
karena kompensasi aktifitas simpatis dari bagian yang tidak terblok dan bukan karena
naiknya curah jantung, yang kemudian tekanan darah tersebut stabil sampai efek obat
anestesi lokal habis),.
3ontrol aliran darah oleh sistim saraf otonom berlangsung cepat ' 1 detik ( , komponen
terpenting adalah saraf simpatis. Mekanisme cepat untuk regulasi tekanan darah diatur oleh
refleks baroreseptor, refleks kemoreseptor, refleks atrium, dan refleks iskemik sistem saraf
pusat. arorefleks memberikan mekanisme kontrol umpan balik negatif untuk
mempertahankan tekanan darah sistemik pada level relatif konstan. ila terjadi hipotensi
akibat anestesi spinal harus segera diterapi dengan tujuan untuk mengembalikan oksigenasi
jaringan, yaitu dengan meningkatkan curah jantung, meningkatkan tekanan dan aliran perfusi
jaringan dan meningkatkan kandungan oksigen dalam darah. /ika hipotensi tidak segera
diatasi akan menimbulkan efek yang lebih berat yaitu syok dan kematian.)
Usa)a pen'ega)an )ipotensi
richley, 7hort dan
7/25/2019 hipertensi pada anestesi
20/24
7ternio dkk. Menyatakan bahwa pemberian cairan preload kristaloid saja kurang efektif
untuk mencegah hipotensi pada anestesi spinal terutama pada pasien tua dengan kelainan
jantung. 7tudi kualitatif tahun 1&4"$$$ disimpulkan bahwa preload kristaloid untuk
mencegah hipotensi tidak konsisten dibandingkan dengan koloid.
Penggunaan preload larutan de=trosa *9 juga kurang efektif mencegah hipotensi pada
seksio sesaria dengan tehnik anestesia regional. Preload arutan 0al hipertonik 29 memiliki kadar natrium lebih dari 2,2 kali besar
dari laruatan 0al $,&9 dan memiliki tekanan osmotik 1$"A mBsm%l.
Mekanisme cairan 0al hipertonis dalam melawan perubahan4perubahan hemodinamik
akibat anestesi spinal adalah terutama melalui mobilisasi cairan endogen sepanjang gradien
tekanan osmotik dari intraseluler dan interstisiil ke dalam intravaskuler. Penggunaan preload
1,A ml%kg 0al hipertonik '),*9( adalah sama baiknya dengan 12 ml%kg 0al $,& 9
dalam pencegahan hipotensi karena anestesi spinal. 3oloid jarang dipakai oleh karena
pertimbangan biaya dan resiko anafilaktik. 7hiv 3 7arma juga meneliti preload larutan
hetastrach A9 *$$ ml yang ternyata lebih efektif mencegah hipotensi dibandingkan dengan
larutan ringer laktat 1$$$ ml. Dengan insiden hipotensinya #*9 berbanding $9.
Penggunaan Hydro=yethylstarch 'H;7( 1$9 *$$ ml juga lebih efektif dibandingkan
larutan Ginger >aktat 1$$$ ml "*. 8nsiden hipotensinya #$9 berbanding $9. Pada pasien
tua, derajat hipotensi atau kebutuhan obat vasopresor tidak berhubungan dengan preload
kristaloid atau koloid.A,)
Terapi Hipotensi Pada Anestesi Spinal
erdapat # tindakan utama terapi hipotensi pada anestesi spinal !),
Posisi head down% rendelenberg.
20
7/25/2019 hipertensi pada anestesi
21/24
o indakan memposisikan pasien head down% trendelenberg yaitu 3epala pasien
diturunkan sekitar * derajat merupakan tindakan yang sederhana, mudah
dan sangat bermanfaat. +danya gravitasi dari posisi tersebut akan
meningkatkan venous return dan curah jantung sehingga tekanan darah akan
meningkat.
o 7elama anestesi spinal tekanan darah akan meningkat dari $% )$ mmHg
menjadi 12$%1$$ mmHg hanya dengan posisi ini saja, hal ini telah dibuktikan
oleh
7/25/2019 hipertensi pada anestesi
22/24
o Bbat vasopressor bekerja melalui # mekanisme, yaitu ! aksi langsung pada otot
arteriola yang mengakibatkan vasokonstriksi, stimulasi pusat vasomotor,
stimulasi miokard dan melalui konstriksi vena yang akan meningkatkan curah
jantung dan venous return.
o Bbat4obat vasopressor yang biasa digunakan pada hipotensi selama anestesi
spinal yaitu efedrin, metoksamin, fenilefrin, adrenalin, metaraminol, dopamin
dan dobutamin.
BAB (
KESI"PULAN
22
7/25/2019 hipertensi pada anestesi
23/24
Hipertensi adalah penyakit yang umum dijumpai, dengan angka penderitayang cukup
tinggi. Hipertensi sendiri merupakan faktor risiko mayor yang bisamenyebabkan terjadinya
komplikasi seperti penyakitpenyakit jantung, serebral, ginjaldan vaskuler. Mengingat
tingginya angka kejadian dan komplikasi yang bisaditimbulkan oleh penyakit hipertensi ini,
maka perlu adanya pemahaman para ahlianestesia dalam manajemen selama periode
perioperatif.
Manajemen perioperatif dimulai sejak evaluasi prabedah, selama operasi dan
dilanjutkan sampai periodepasca bedah. ;valuasi prabedah sekaligus optimalisasi keadaan
penderita sangatpenting dilakukan untuk meminimalkan terjadinya komplikasi, baik yang
terjadiselama intraoperatif maupun yang terjadi pada pascapembedahan.
7/25/2019 hipertensi pada anestesi
24/24
1. Hypertension management."$1$. +vailable at!
http!%%www.surgicalcriticalcare.net%
Top Related