hipertensi pada anestesi

download hipertensi pada anestesi

of 24

Transcript of hipertensi pada anestesi

  • 7/25/2019 hipertensi pada anestesi

    1/24

    TINJAUAN PUSTAKA

    1

  • 7/25/2019 hipertensi pada anestesi

    2/24

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    Hipertensi yang sudah ada adalah alasan medis yang paling umum untuk menunda

    operasi. Hipertensi juga dikenal sebagai faktor risiko kegawatan kardiovaskular, risiko yang

    meluas selama periode perioperatif. Manajemen perioperatif hipertensi meliputi evaluasi dan

    kondisi pasien secara optimal pada saat pra operasi, saat pasien berada di bawah agen

    anestesi selama operasi dan perawatan pasca operasi. Pasien dengan hipertensi cenderung

    memiliki ketidakstabilan hemodinamik dan lebih sensitif terhadap anestesi dan prosedur

    operasi, sehingga perlu pengawasan yang lebih ketat terutama untuk mengontrol

    hemodinamik pasien1.

    2

  • 7/25/2019 hipertensi pada anestesi

    3/24

    BAB II

    ANESTESI PADA PASIEN HIPERTENSI

    Diagnosis dan Klasifikasi Hipertensi

    Diagnosis suatu keadaan hipertensi dapat ditegakkan bila ditemukan adanya

    peningkatan tekanan arteri diatas nilai normal yang diperkenankan berdasarkan umur, jenis

    kelamin dan ras. atas atas tekanan darah normal yang diijinkan adalah sebagai berikut ! 1,"

    Dewasa 1#$%&$ mmHg

    Dewasa muda 'remaja( 1$$%)* mmHg

    +nak usia prasekolah *%** mmHg

    +nak - 1 tahun 'infant( )$%#* mmHg

    Menurut he /oint 0ational ommittee ) '/0 )( on prevention, detection,

    evaluation, and treatment of high blood pressure tahun "$$2, klasifikasi hipertensi dibagi atas

    prehipertensi, hipertensi derajat 1 dan " 'lihat tabel 1(

    abel 1. 3lasifikasi hipertensi menurut /0 ).1

    3lasifikasi di atas untuk dewasa 1 tahun ke atas. Hasil pengukuran D dipengaruhi

    oleh banyak faktor, termasuk posisi dan waktu pengukuran, emosi, aktivitas, obat yang

    sedang dikonsumsi dan teknik pengukuran D.1

    3riteria ditetapkan setelah dilakukan " atau

    lebih pengukuran D dari setiap kunjungan dan adanya riwayat peningkatan D darah

    3

  • 7/25/2019 hipertensi pada anestesi

    4/24

    sebelumnya. Penderita dengan klasifikasi prehipertensi mempunyai progresivitas yang

    meningkat untuk menjadi hipertensi. 0ilai rentang D antara 12$412&%$4& mmHg

    mempunyai risiko " kali berkembang menjadi hipertensi dibandingkan dengan nilai D yang

    lebih rendah dari nilai itu.",2,#

    Perti!angan Anestesia Penderita Hipertensi

    Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik 5 1#$ mmHg atau tekanan

    darah diastolik 6 &$ mmHg2. Hipertensi yang sudah ada dapat menyebabkan berbagai

    tanggapan kardiovaskular yang berpotensi meningkatkan resiko pembedahan, termasuk

    disfungsi diastolik dari hipertrofi ventrikel kiri, disfungsi sistolik menyebabkan gagal

    jantung kongestif, kerusakan ginjal, dan otak dan penyakit occlusive koroner. ingkat risiko

    tergantung pada tingkat keparahan hipertensi." Penilaian preoperatif penderita4penderita

    hipertensi esensial yang akan menjalani prosedur pembedahan, harus mencakup empat hal

    dasar yang harus dicari, yaitu jenis pendekatan medikal yang diterapkan dalam terapi

    hipertensinya, penilaian ada tidaknya kerusakan atau komplikasi target organ yang telah

    terjadi, penilaian yang akurat tentang status volume cairan tubuh penderita dan penentuan

    kelayakan penderita untuk dilakukan tindakan teknik hipotensi, untuk prosedur pembedahan

    yang memerlukan teknik hipotensi.2 7elama operasi, pasien dengan dan tanpa hipertensi

    memiliki kemungkinan untuk terjadinya peningkatan tekanan darah dan tachycardia selama

    induksi anestesi. Prediktor umum hipertensi perioperatif adalah memiliki riwayat hipertensi

    sebelumnya, terutama tekanan darah diastolik lebih besar dari 11$ mm Hg.2,# 7edangkan

    prinsip umum dalam pemberian anestesi pada pasien hipertensi adalah menjaga stabilitas

    kardiovaskular selama anestesi dan periode perioperatif. Pasien dengan hipertensi memiliki

    resiko perubahan tekanan darah lebih besar daripada populasi normal dan telah terbukti

    bahwa ketidakstabilan tekanan darah dapat dikaitkan dengan morbiditas kardiovaskular dan

    peningkatan kematian pasca operasi, terutama pada pasien dengan hipertensi berat yang

    tidak terkontrol. Pasien yang memiliki hipertensi, membutuhkan tekanan darah yang lebih

    tinggi untuk perfusi organ yang memadai daripada pasien dengan normotensi 'terutama pada

    orang tua(.* Menghindari hipotensi 'dan normotension pada pasien yang biasanya memiliki

    angka tekanan darah yang tinggi dalam kesehariannya(, dapat mencegah komplikasi akibat

    perfusi yang kurang, terutama untuk mengontrol hemodinamik. Hipertensi pasca operasi yang

    didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik 5 1&$ mm Hg dan % atau diastolik 1$$ mm Hg di

    dua pembacaan berturut4turut setelah operasi, mungkin memiliki gejala sisa yang secara

    signifikan merugikan pada kedua jantung dan noncardiac pasien. Hipertensi, dan krisis

    4

  • 7/25/2019 hipertensi pada anestesi

    5/24

    hipertensi, sangat umum pada periode pascaoperasi awal dan terkait dengan tonus simpatik

    yang meningkat dan resistensi pembuluh darah. Hipertensi pascaoperasi sering dimulai

    sekitar 1$4"$ menit setelah operasi dan dapat berlangsung sampai # jam. /ika tidak diobati,

    pasien akan meningkatkan risiko untuk pendarahan, peristiwa serebrovaskular, dan infark

    miokard.*

    7ampai saat ini belum ada protokol untuk penentuan D berapa sebaiknya yang paling

    tinggi yang sudah tidak bisa ditoleransi untuk dilakukannya penundaan anestesia dan operasi.

    0amun banyak literatur yang menulis bahwa DD 11$ atau 11* adalah cut4off point untuk

    mengambil keputusan penundaan anestesia atauoperasi kecuali operasi emergensi. 3enapa

    D diastolik 'DD( yang dijadikan tolak ukur, karena peningkatan D sistolik 'D7( akan

    meningkat seiring dengan pertambahan umur, dimana perubahan ini lebih dianggap sebagai

    perubahan fisiologik dibandingkan patologik. 0amun beberapa ahli menganggap bahwa

    hipertensi sistolik lebih besar risikonya untuk terjadinya morbiditas

    kardiovaskuler dibandingkan hipertensi diastolik#,*. Pendapat ini muncul karena dari hasil

    studi menunjukkan bahwa terapi yang dilakukan pada hipertensi sistolik dapat menurunkan

    risiko terjadinya stroke dan M8 pada populasi yang berumur tua. Dalam banyak uji klinik,

    terapi antihipertensi pada penderita hipertensi akan menurunkan angka kejadian stroke

    sampai 2*94#$9, infark jantung sampai "$4"*9 dan angka kegagalan jantung diturunkan

    sampai lebih dari *$9. Menunda operasi hanya untuk tujuan mengontrol D mungkin tidak

    diperlukan lagi khususnya pada pasien dengan kasus hipertensi yang ringan sampai sedang."4#

    0amun pengawasan yang ketat perlu dilakukan untuk menjaga kestabilan hemodinamik,

    karena hemodinamik yang labil mempunyai efek samping yang lebih besar terhadap

    kardiovaskular dibandingkan dengan penyakit hipertensinya itu sendiri.#

    Penundaan operasi dilakukan apabila ditemukan atau diduga adanya kerusakan target

    organ sehingga evaluasi lebih lanjut perlu dilakukan sebelum operasi. he +merican Heart

    +ssociation % +merican ollege of ardiology '+H+%+( mengeluarkan acuan bahwa D

    sistole 1$ mmHg dan%atau D diastole 11$ mmHg sebaiknya dikontrol sebelum dilakukan

    operasi, terkecuali operasi bersifat urgensi. Pada keadaan operasi yang sifatnya urgensi,#,*D

    dapat dikontrol dalam beberapa menit sampai beberapa jam dengan pemberian obat

    antihipertensi yang bersifat rapid acting. Perlu dipahami bahwa penderita hipertensi

    cenderung mempunyai respon D yang berlebihan pada periode perioperatif. Pasien

    hipertensi preoperatif yang sudah dikontrol tekanan darahnya dengan baik akan mempunyai

    hemodinamik yang lebih stabil dibandingkan yang tidak dikontrol dengan baik.*

    5

  • 7/25/2019 hipertensi pada anestesi

    6/24

    Mempertahankan kestabilan hemodinamik selama periode intraoperatif adalah sama

    pentingnya dengan pengontrolan hipertensi pada periode preoperatif. Pada hipertensi kronis

    akan menyebabkan pergeseran kekanan autoregulasi dari serebral dan ginjal. 7ehingga pada

    penderita hipertensi ini akan mudah terjadi penurunan aliran darah serebral dan iskemia

    serebral jika D diturunkan secara tiba4tiba. erapi jangka panjang dengan obat antihipertensi

    akan menggeser kembali kurva autregulasi kekiri kembali ke normal.

    +nestesia aman jika dipertahankan dengan berbagai teknik tapi dengan memperhatikan

    kestabilan hemodinamik yang kita inginkan. +nestesia regional dapat dipergunakan sebagai

    teknik anesthesia, namun perlu diingat bahwa anesthesia regional sering menyebabkan

    hipotensi akibat blok simpatis dan ini sering dikaitkan pada pasien dengan keadaan

    hipovolemia.

    Penilaian Preoperatif dan Persiapan Preoperatif Penderita Hipertensi

    Penilaian preoperatif penderita4penderita hipertensi esensial yang akan menjalani

    prosedur pembedahan, harus mencakup # hal dasar yang harus dicari, yaitu!",2

    /enis pendekatan medikal yang diterapkan dalam terapi hipertensinya.

    Penilaian ada tidaknya kerusakan atau komplikasi target organ yang telah terjadi.

    Penilaian yang akurat tentang status volume cairan tubuh penderita.

    Penentuan kelayakan penderita untuk dilakukan tindakan teknik hipotensi, untuk

    prosedur pembedahan yang memerlukan teknik hipotensi.

    7emua data4data di atas bisa didapat dengan melakukan anamnesis riwayat perjalanan

    penyakitnya, pemeriksaan fisik, tes laboratorium rutin dan prosedur diagnostik lainnya."

    Penilaian status volume cairan tubuh adalah menyangkut apakah status hidrasi yang dinilai

    merupakan yang sebenarnya ataukah suatu relative hipovolemia 'berkaitan dengan

    penggunaan diuretika dan vasodilator(. Disamping itu penggunaan diuretika yang rutin,

    sering menyebabkan hipokalemia dan hipomagnesemia yang dapat menyebabkan

    peningkatan risiko terjadinya aritmia.*:ntuk evaluasi jantung, ;3< dan =4ray toraks akan

    sangat membantu. +danya >?H dapat menyebabkan meningkatnya risiko iskemia miokardial

    akibat ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. :ntuk evaluasi ginjal,

    urinalisis, serum kreatinin dan :0 sebaiknya diperiksa untuk memperkirakan seberapa

    6

  • 7/25/2019 hipertensi pada anestesi

    7/24

    tingkat kerusakan parenkim ginjal. /ika ditemukan ternyata gagal ginjal kronis, maka adanya

    hiperkalemia dan peningkatan volume plasma perlu diperhatikan. :ntuk evaluasi

    serebrovaskuler, riwayat adanya stroke atau 8+ dan adanya retinopati hipertensi perlu

    dicatat.*ujuan pengobatan hipertensi adalah mencegah komplikasi kardiovaskuler akibat

    tingginya D, termasuk penyakit arteri koroner, stroke, H@, aneurisme arteri dan penyakit

    ginjal. Diturunkannya D secara farmakoligis akan menurunkan mortalitas akibat penyakit

    jantung sebesar "19, menurunkan kejadian stroke sebesar 29, menurunkan penyakit arteri

    koronariasebesar 1A9.",#,*

    Hipertensi Intraoperatif

    Hipertensi pada periode preoperatif mempunyai risiko hipertensi juga pada periode

    anestesia maupun saat pasca bedah. Hipertensi intraoperatif yang tidak berespon dengan

    didalamkannya anestesia dapat diatasi dengan antihipertensi secara parenteral, namun faktor

    penyebab bersifat reversibel atau bisa diatasi seperti anestesia yang kurang dalam,

    hipoksemia atau hiperkapnea harus disingkirkan terlebih dahulu.#

    "ana#een Post $peratifHipertensi yang terjadi pada periode pasca operasi sering terjadi pada pasien yang

    menderita hipertensi esensial. Hipertensi dapat meningkatkan kebutuhan oksigen miokard

    sehingga berpotensi menyebabkan iskemia miokard, disritmia jantung dan H@. Disamping

    itu bisa juga menyebabkan stroke dan perdarahan ulang luka operasi akibat terjadinya

    disrupsi vaskuler dan dapat berkonstribusi menyebabkan hematoma pada daerah luka operasi

    sehingga menghambat penyembuhan luka operasi.2,#

    Penyebab terjadinya hipertensi pasca operasi ada banyak faktor, disamping secara

    primer karena penyakit hipertensinya yang tidak teratasi dengan baik, penyebab lainnya

    adalah gangguan sistem respirasi, nyeri, overload cairan atau distensi dari kandung kemih.

    7ebelum diputuskan untuk memberikan obat4obat antihipertensi, penyebab4penyebab

    sekunder tersebut harus dikoreksi dulu.",2,*

    0yeri merupakan salah satu faktor yang paling berkonstribusi menyebabkan hipertensi

    pasca operasi", sehingga untuk pasien yang berisiko, nyeri sebaiknya ditangani secara

    adekuat, misalnya dengan morfin epidural secara infuse kontinyu. +pabila hipertensi masih

    ada meskipun nyeri sudah teratasi, maka intervensi secara farmakologi harus segera

    7

  • 7/25/2019 hipertensi pada anestesi

    8/24

    dilakukan dan perlu diingat bahwa meskipun pasca operasi D kelihatannya normal, pasien

    yang prabedahnya sudah mempunyai riwayat hipertensi, sebaiknya obat antihipertensi pasca

    bedah tetap diberikan. Hipertensi pasca operasi sebaiknya diterapi dengan obat antihipertensi

    secara parenteral misalnya dengan beta blocker yang terutama digunakan untuk mengatasi

    hipertensi dan takikardia yang terjadi. +pabila penyebabnya karena overload cairan, bisa

    diberikan diuretika furosemid dan apabila hipertensinya disertai dengan heart failure

    sebaiknya diberikan +;4inhibitor"4#. Pasien dengan iskemia miokard yang aktif secara

    langsung maupun tidak langsung dapat diberikan nitrogliserin dan beta4blocker secara

    intravena sedangkan untuk hipertensi berat sebaiknya segera diberikan sodium nitroprusside. #

    +pabila penderita sudah bisa makan dan minum secara oral sebaiknya antihipertensi secara

    oral segera dimulai.

    BAB III

    ANESTESI SPINAL

    +nestesi spinal ialah pemberian obat anestetik lokal ke dalam ruang subarackhnoid.

    +nestesi spinal diperoleh dengan cara menyuntikkan anestetik lokal ke dalam ruang

    subarachnoid. +nestesi spinal%subaraknoid disebut juga sebagai analgesi%blok spinal

    intradural atau blok intratekal.

    :ntuk mencapai cairan serebrospinal, maka jarum suntik akan menembus kulis

    subkutis>ig. 7upraspinosum >ig. 8nterspinosum >ig. @lavum ruang epidural

    durameter ruang subarachnoid.

    8

  • 7/25/2019 hipertensi pada anestesi

    9/24

    Medulla spinalis berada didalam kanalis spinalis dikelilingi oleh cairan serebrospinal,

    dibungkus oleh meningens 'duramater, lemak dan pleksus venosus(. Pada dewasa berakhir

    setinggi >1, pada anak >" dan pada bayi >2. Bleh karena itu, anestesi%analgesi spinal

    dilakukan ruang subarachnoid di daerah antara vertebra >"4>2 atau >24># atau >#4>*.A

    8ndikasi anestesi spinal!A

    1. edah ekstremitas bawah

    ". edah panggul

    2. indakan sekitar rektum perineum

    #. edah obstetrik4ginekologi

    *. edah urologi

    A. edah abdomen bawah

    ). Pada bedah abdomen atas dan bawah pediatrik biasanya dikombinasikan

    dengan anesthesia umum ringan

    3ontra indikasi absolute!A

    1. Pasien menolak untuk dilakukan anestesi spinal

    ". 8nfeksi pada tempat suntikan

    2. Hipovolemia berat, syok

    9

  • 7/25/2019 hipertensi pada anestesi

    10/24

    #. 3oagulapatia atau mendapat terapi koagulan

    *. ekanan intrakranial meningkat

    A. @asilitas resusitasi minim

    ). 3urang pengalaman tanpa didampingi konsulen anestesi.

    3ontra indikasi relative!A

    1. 8nfeksi sistemik

    ". 8nfeksi sekitar tempat suntikan

    2. 3elainan neurologis

    #. 3elainan psikis

    *. edah lama

    A. Penyakit jantung

    ). Hipovolemia ringan

    . 0yeri punggung kronik

    Persiapan analgesia spinal

    Pada dasarnya persiapan untuk analgesia spinal seperti persiapan pada

    anastesia umum. Daerah sekitar tempat tusukan diteliti apakah akan menimbulkan

    kesulitan, misalnya ada kelainan anatomis tulang punggung atau pasien gemuk sekali

    sehingga tak teraba tonjolan prosesus spinosus. 7elain itu perlu diperhatikan hal4hal di

    bawah ini ! A

    1. 8nformed consent

    3ita tidak boleh memaksa pasien untuk menyetujui anesthesia spinal

    ". Pemeriksaan fisik

    idak dijumpai kelainan spesifik seperti kelainan tulang punggung

    2. Pemeriksaan laboratorium anjuran

    10

  • 7/25/2019 hipertensi pada anestesi

    11/24

    Hb, Ht, P 'Protrombin ime( , PP 'Partial romboplastin ime(

    Peralatan analgesia spinalA

    1. Peralatan monitor! tekanan darah, nadi, saturasi oksigen, dll.

    ". Peralatan resusitasi

    2. /arum spinal

    /arum spinal dengan ujung tajam 'ujung bambu runcing%Cuinckebacock( atau

    jarum spinal dengan ujung pinsil 'pencil point whitecare(

    +nastetik lokal untuk analgesia spinalA

    erat jenis cairan cerebrospinalis pada 2) derajat celcius adalah 1.$$241.$$.

    +nastetik lokal dengan berat jenis sama dengan 77 disebut isobarik. +nastetik lokal

    dengan berat jenis lebih besar dari 77 disebut hiperbarik. +nastetik lokal dengan

    berat jenis lebih kecil dari 77 disebut hipobarik. +nastetik lokal yang sering

    digunakan adalah jenis hiperbarik diperoleh dengan mencampur anastetik local

    dengan de=trose. :ntuk jenis hipobarik biasanya digunakan tetrakain diperoleh

    dengan mencampur dengan air injeksi.

    +nestetik lokal yang paling sering digunakan! A

    1. >idokaine'=ylobain,lignokain( "9! berat jenis 1.$$A, sifat isobarik, dosis "$4

    1$$mg '"4*ml(

    11

  • 7/25/2019 hipertensi pada anestesi

    12/24

    ". >idokaine'=ylobain,lignokaine( *9 dalam de=trose ).*9! berat jenis 1.$22, sifat

    hyperbarik, dosis "$4*$ mg '14"ml(

    2. upivakaine'markaine( $.*9 dlm air! berat jenis 1.$$*, sifat isobarik, dosis *4

    "$mg '14#ml(

    #. upivakaine'markaine( $.*9 dlm de=trose ."*9! berat jenis 1.$"), sifat

    hiperbarik, dosis *41*mg '142ml(

    eknik analgesia spinal

    Posisi duduk atau posisi tidur lateral dekubitus dengan tusukan pada garis

    tengah ialah posisi yang paling sering dikerjakan. iasanya dikerjakan di atas meja

    operasi tanpa dipindah lagi dan hanya diperlukan sedikit perubahan posisi pasien.

    Perubahan posisi berlebihan dalam 2$ menit pertama akan menyebabkan

    menyebarnya obat. A

    1. 7etelah dimonitor, tidurkan pasien misalkan dalam posisi lateral dekubitus.

    eri bantal kepala, selain enak untuk pasien juga supaya tulang belakang

    stabil. uat pasien membungkuk ma=imal agar processus spinosus mudah

    teraba. Posisi lain adalah duduk.

    ". Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua garis 3rista iliaka,

    misal >"4>2, >24>#, >#4>*. usukan pada >14>" atau diatasnya berisiko

    trauma terhadap medulla spinalis.

    2. 7terilkan tempat tusukan dengan betadine atau alkohol.

    #. eri anastesi lokal pada tempat tusukan,misalnya dengan lidokain 14"9 "42ml

    12

  • 7/25/2019 hipertensi pada anestesi

    13/24

    *. ara tusukan median atau paramedian. :ntuk jarum spinal besar ""

  • 7/25/2019 hipertensi pada anestesi

    14/24

    b. Posisi pasien

    c. Dosis dan volume anestetik lokal

    ". @aktor tambahan

    a. 3etinggian suntikan

    b. 3ecepatan suntikan%barbotase

    c. :kuran jarum

    d. 3eadaan fisik pasien

    e. ekanan intra abdominal

    Laa ker#a anestetik lokal tergant&ng!

    1. /enis anestetia lokal

    ". esarnya dosis

    2. +da tidaknya vasokonstriktor

    #. esarnya penyebaran anestetik local

    Koplikasi tindakan anestesi spinalA

    1. Hipotensi berat

    +kibat blok simpatis terjadi venous pooling. Pada dewasa dicegah dengan

    memberikan infus cairan elektrolit 1$$$ml atau koloid *$$ml sebelum tindakan.

    ". radikardia

    Dapat terjadi tanpa disertai hipotensi atau hipoksia,terjadi akibat blok sampai 4

    "

    2. Hipoventilasi

    +kibat paralisis saraf frenikus atau hipoperfusi pusat kendali nafas

    #. rauma pembuluh saraf

    *. rauma saraf

    A. Mual4muntah

    ).

  • 7/25/2019 hipertensi pada anestesi

    15/24

    ". 0yeri punggung

    2. 0yeri kepala karena kebocoran likuor

    #. Getensio urine

    *. Meningitis

    BAB I(

    HIP$TENSI AKIBAT ANESTESI SPINAL

    Hipotensi merupakan salah satu komplikasi akut anestesi spinal yang paling sering

    terjadi. Penelitian prospektif yang dilakukan pada lebih dari 1$$ pasien yang mendapat

    anestesi spinal, "A 9 pasien mengalami komplikasi anestesi spinal, mayoritas ' 1A 9 ( berupa

    hipotensi. arpenter dkk. Mendapatkan insiden hipotensi pada anestesi spinal sebesar 22 9.)

    8nsiden dan derajat hipotensi pada anestesi spinal dipengaruhi oleh beberapa faktor,

    diantaranya adalah jenis obat anestesi lokal, tingkat penghambatan sensorik, umur, jenis

    kelamin, berat badan, kondisi fisik pasien dan manipulasi operasi),.

    Patofisiologi hipotensi pada anestesi spinal terutama akibat blok saraf simpatis

    preganglionik yang menyebabkan vasodilatasi tidak hanya pada pembuluh darah arteri dan

    arteriola, tapi juga pada vena dan venula, sehingga terjadi penurunan tahanan pembuluh darah

    perifer. 7mith dkk. Menyatakan terjadinya hipotensi pada anestesi spinal akibat turunnya

    venous return karena penumpukan darah pada pembuluh darah vena.

    15

  • 7/25/2019 hipertensi pada anestesi

    16/24

    :ntuk mencegah dan terapi hipotensi akibat anestesi spinal adalah dengan pemberian

    infus cairan dan atau pemberian obat4obat vasopressor. anyak penelitian telah dilakukan

    baik pada pemberian cairan infus maupun obat4obat vasopressor dengan berbagai macam

    cara atau metode dan jenis yang berbeda.

    Insiden Hipotensi Pada Anestesi Spinal

    Hipotensi merupakan penyulit yang sering timbul pada anestesi spinal sebagai akibat

    blok simpatis. :ntuk kepentingan klinis praktis, diagnosis hipotensi ditegakkan bila ada

    penurunan tekanan darah sistolik sebesar "$ 2$ 9 dari tekanan darah sistolik semula atau

    tekanan darah sistolik kurang dari &$ mmHg.)

    +ngka kejadian hipotensi pada anestesi spinal sekitar 1%2 dari seluruh kasus. arpenter

    dkk menyatakan bahwa pasien yang mengalami hipotensi akut pada anestesi spinal biasanya

    juga mengalami komplikasi lain dan biasanya terjadi lebih awal dengan insiden 22 9.

    Peneliti lain melaporkan dari sekitar "A 9 pasien yang mengalami komplikasi pada anestesi

    spinal, 1A 9 disertai dengan hipotensi.

    Patofisiologi

    Patofisiologi hipotensi pada anestesi spinal terutama akibat blok saraf simpatis

    preganglionik yang menyebabkan vasodilatasi tidak hanya pada pembuluh darah arteri dan

    arteriola, tapi juga pada vena dan venula, sehingga terjadi penurunan tahanan pembuluh darah

    perifer.A,

    Penurunan tekanan darah setelah anestesi spinal akan merangsang baroreseptor di arkusaorta, sinus karotikus, atrium dan ventrikel. /aras aferen dari baroreseptor melalui 0 8I dan

    0 I memproyeksikan ke pusat vasomotor di medulla oblongata. /aras eferen dari lengkung

    refleks terdiri dari serabut parasimpatis menuju ke jantung malaui 0 I dan serabut simpatis

    menuju ke jantung dan pembuluh darah mengakibatkan vasokonttriksi arteri dan vena,

    peningkatan laju jantung, peningkatan kontraksi miokardium.

    ahanan pembuluh darah tepi ditentukan oleh tonus arteri yang diatur oleh persarafan

    simpatis. lokade vasokonstriktor arteri menyebabkan dilatasi arteri dan kehilangan tonus

    16

  • 7/25/2019 hipertensi pada anestesi

    17/24

    arteri, tetapi tidak semuanya hilang dan masih terdapat sisa tonus yang bermakna. Dilatasi

    arteri tidak merata, bahkan di daerah yang mengalami blokade simpatis. ?asodilatasi daerah

    yang di blok membuat kompensasi vasokonstriksi daerah yang tidak di blok.

    7mith dkk. Menyatakan terjadinya hipotensi pada anestesi spinal akibat turunnya

    venous return karena penumpukan darah pada pembuluh darah vena. Jalaupun terjadi

    hipotensi akibat anestesi spinal, volume darah tetap dalam keadaan normal, sehingga jaringan

    dirasakan hangat dan kering oleh karena vasodilatasi dan tidak akan terjadi anoksia % hipoksia

    seluler serta gangguan metabolik sebagaimana yang terjadi pada hipotensi akibat

    hipovolemia.Derajat hipotensi yang relatif ringan sebagian besar berasal dari perubahan

    tahanan pembuluh darah tepi. ila tekanan terus turun dibawah batas kritis, hipotensi paling

    sering disebabkan perubahan curah jantung. atas kritis hipotensi untuk penderita normal

    akibat perubahan curah jantung adalah sistolik &$ mmHg, tetapi ada pendapat lain yang

    mengatakan sistolik $ mmHg.

    Derajat dan insiden hipotensi pada anestesi spinal dipengaruhi oleh beberapa faktor,

    yaitu umur, jenis kelamin, berat badan, kondisi fisik, jenis obat anestesi lokal, tingkat

    penghambatan sensorik, posisi pasien dan manipulasi operasiA4

    .

    :mur

    o Pada pasien muda sehat biasanya terjadi hipotensi yang kurang berat

    dibanding pasien tua dengan tinggi anestesi spinal yang sama. 8nsiden

    hipotensi meningkat secara progresif setelah umur *$ tahun dari 1$9 menjadi

    2$9 pada umur $ tahun.

    /enis 3elamin

    o Hipotensi, mual dan muntah lebih sering terjadi pada wanita, hal ini mungkin

    berhubungan dengan tingkat blok yang lebih tinggi pada wanita meskipun

    jumlah anestesi lokal yang diberikan sama. Perbandingan insiden komplikasi

    spinal antara wanita dan pria adalah 2"9 dan "$9.

    erat adan

    17

  • 7/25/2019 hipertensi pada anestesi

    18/24

    o Gesiko mengalami hipotensi, mual dan muntah pada anestesi spinal lebih

    besar pada pasien yang memiliki ody Mass 8nde= ' M8 (lebih dari 2$9.

    3ondisi fisik

    o Pada pasien dewasa muda sehat dan normovolemia, blok simpatis hingga

    pertengahan toraks mungkin tidak akan menimbulkan hipotensi atau hanya

    hipotensi ringan. Pada pasien usia lanjut dan atau hipovolemia atau pasien

    dengan kompresi pembuluh darah besar abdomen 'hamil, tumor abdomen (,

    blok dengan tinggi yang sama akan terjadi hipotensi berat.

    /enis obat anestesi lokal

    o >idokain lebih cepat menimbulkan hipotensi dari pada bupivakain, rata rata

    timbul pada 1 menit pertama, tetapi bupivakain lebih sering. upivakain

    hiperbarik menimbulkan hipotensi pada "2 menit pertama, sedangkan

    bupivakain isobarik menimbulkan hipotensi pada 2 menit pertama.

    ingkat penghambatan sensorik

    o 8nsiden dan derajat hipotensi pada anestesi spinal sangat tergantung dan

    berhubungan erat dengan tingginya blok. Pada tingkat 1 * "* 9 pasien

    mengalami hipotensi. ila tinggi anestesi spinal mencapai tingkat servikal *$

    9 pasien atau lebih mengalami hipotensi.

    Posisi pasien

    o Posisi head up atau kaki pasien lebih rendah dari pada kepala, misal pada

    operasi artroskopik sendi lutut, akan mengalami pooling darah vena sehingga

    lebih mudah terjadi hipotensi.

    Manipulasi operasi

    o 7emakin banyak manipulasi operasi semakin berat hipotensi yang terjadi

    sehingga sukar untuk mengkompensasi.

    Hipotensi pada anestesi spinal menimbulkan gejala yang berhubungan dengan hipoksia

    jaringan, yaitu berupa gelisah, ketakutan, tinitus, pusing dan sakit kepala, biasanya juga

    18

  • 7/25/2019 hipertensi pada anestesi

    19/24

    disertai mual dan muntah. ;fek lebih lanjut berupa mengantuk, disorientasi dan koma

    yang pada akhirnya bisa menimbulkan syok dan kematian.

    "ekanise Kopensasi Aki!at Hipotensi

    Hipotensi biasanya terjadi pada 1* "$ menit pertama setelah penyuntikan

    subarachnoid dan bila dibiarkan tekanan darah mencapai tingkat paling rendah dalam waktu

    "$ "* menit. 7etelah tekanan darah mencapai penurunan yang terendah, secara spontan

    akan naik kembali sekitar * 1$ mmHg setelah 1$ 1* menit kemudian, hal ini terjadi oleh

    karena kompensasi aktifitas simpatis dari bagian yang tidak terblok dan bukan karena

    naiknya curah jantung, yang kemudian tekanan darah tersebut stabil sampai efek obat

    anestesi lokal habis),.

    3ontrol aliran darah oleh sistim saraf otonom berlangsung cepat ' 1 detik ( , komponen

    terpenting adalah saraf simpatis. Mekanisme cepat untuk regulasi tekanan darah diatur oleh

    refleks baroreseptor, refleks kemoreseptor, refleks atrium, dan refleks iskemik sistem saraf

    pusat. arorefleks memberikan mekanisme kontrol umpan balik negatif untuk

    mempertahankan tekanan darah sistemik pada level relatif konstan. ila terjadi hipotensi

    akibat anestesi spinal harus segera diterapi dengan tujuan untuk mengembalikan oksigenasi

    jaringan, yaitu dengan meningkatkan curah jantung, meningkatkan tekanan dan aliran perfusi

    jaringan dan meningkatkan kandungan oksigen dalam darah. /ika hipotensi tidak segera

    diatasi akan menimbulkan efek yang lebih berat yaitu syok dan kematian.)

    Usa)a pen'ega)an )ipotensi

    richley, 7hort dan

  • 7/25/2019 hipertensi pada anestesi

    20/24

    7ternio dkk. Menyatakan bahwa pemberian cairan preload kristaloid saja kurang efektif

    untuk mencegah hipotensi pada anestesi spinal terutama pada pasien tua dengan kelainan

    jantung. 7tudi kualitatif tahun 1&4"$$$ disimpulkan bahwa preload kristaloid untuk

    mencegah hipotensi tidak konsisten dibandingkan dengan koloid.

    Penggunaan preload larutan de=trosa *9 juga kurang efektif mencegah hipotensi pada

    seksio sesaria dengan tehnik anestesia regional. Preload arutan 0al hipertonik 29 memiliki kadar natrium lebih dari 2,2 kali besar

    dari laruatan 0al $,&9 dan memiliki tekanan osmotik 1$"A mBsm%l.

    Mekanisme cairan 0al hipertonis dalam melawan perubahan4perubahan hemodinamik

    akibat anestesi spinal adalah terutama melalui mobilisasi cairan endogen sepanjang gradien

    tekanan osmotik dari intraseluler dan interstisiil ke dalam intravaskuler. Penggunaan preload

    1,A ml%kg 0al hipertonik '),*9( adalah sama baiknya dengan 12 ml%kg 0al $,& 9

    dalam pencegahan hipotensi karena anestesi spinal. 3oloid jarang dipakai oleh karena

    pertimbangan biaya dan resiko anafilaktik. 7hiv 3 7arma juga meneliti preload larutan

    hetastrach A9 *$$ ml yang ternyata lebih efektif mencegah hipotensi dibandingkan dengan

    larutan ringer laktat 1$$$ ml. Dengan insiden hipotensinya #*9 berbanding $9.

    Penggunaan Hydro=yethylstarch 'H;7( 1$9 *$$ ml juga lebih efektif dibandingkan

    larutan Ginger >aktat 1$$$ ml "*. 8nsiden hipotensinya #$9 berbanding $9. Pada pasien

    tua, derajat hipotensi atau kebutuhan obat vasopresor tidak berhubungan dengan preload

    kristaloid atau koloid.A,)

    Terapi Hipotensi Pada Anestesi Spinal

    erdapat # tindakan utama terapi hipotensi pada anestesi spinal !),

    Posisi head down% rendelenberg.

    20

  • 7/25/2019 hipertensi pada anestesi

    21/24

    o indakan memposisikan pasien head down% trendelenberg yaitu 3epala pasien

    diturunkan sekitar * derajat merupakan tindakan yang sederhana, mudah

    dan sangat bermanfaat. +danya gravitasi dari posisi tersebut akan

    meningkatkan venous return dan curah jantung sehingga tekanan darah akan

    meningkat.

    o 7elama anestesi spinal tekanan darah akan meningkat dari $% )$ mmHg

    menjadi 12$%1$$ mmHg hanya dengan posisi ini saja, hal ini telah dibuktikan

    oleh

  • 7/25/2019 hipertensi pada anestesi

    22/24

    o Bbat vasopressor bekerja melalui # mekanisme, yaitu ! aksi langsung pada otot

    arteriola yang mengakibatkan vasokonstriksi, stimulasi pusat vasomotor,

    stimulasi miokard dan melalui konstriksi vena yang akan meningkatkan curah

    jantung dan venous return.

    o Bbat4obat vasopressor yang biasa digunakan pada hipotensi selama anestesi

    spinal yaitu efedrin, metoksamin, fenilefrin, adrenalin, metaraminol, dopamin

    dan dobutamin.

    BAB (

    KESI"PULAN

    22

  • 7/25/2019 hipertensi pada anestesi

    23/24

    Hipertensi adalah penyakit yang umum dijumpai, dengan angka penderitayang cukup

    tinggi. Hipertensi sendiri merupakan faktor risiko mayor yang bisamenyebabkan terjadinya

    komplikasi seperti penyakitpenyakit jantung, serebral, ginjaldan vaskuler. Mengingat

    tingginya angka kejadian dan komplikasi yang bisaditimbulkan oleh penyakit hipertensi ini,

    maka perlu adanya pemahaman para ahlianestesia dalam manajemen selama periode

    perioperatif.

    Manajemen perioperatif dimulai sejak evaluasi prabedah, selama operasi dan

    dilanjutkan sampai periodepasca bedah. ;valuasi prabedah sekaligus optimalisasi keadaan

    penderita sangatpenting dilakukan untuk meminimalkan terjadinya komplikasi, baik yang

    terjadiselama intraoperatif maupun yang terjadi pada pascapembedahan.

  • 7/25/2019 hipertensi pada anestesi

    24/24

    1. Hypertension management."$1$. +vailable at!

    http!%%www.surgicalcriticalcare.net%