I. IDENTITAS PASIEN
STATUS REKAM MEDIS PASIEN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS RIAU / RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU
Nama : Ny. N
Umur : 24 tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat : Salero
Agama : Islam
No RM : 60.21.34
II. ANAMNESIS
1. Chief complaint: Gigi berlubang dan mudah berdarah pada gigi geraham kiri
bawah.
2. Present Illness
2 tahun yang lalu, pasien mengeluhkan gigi bawah kirinya berlubang,
kecoklatan dan terasa nyeri saat makan lama kelaman gigi menghitam dan
tidak terasa sakit lagi. Pasien mengaku kurang memperhatikan kebersihan
giginya, sehingga keadaan seperti gigi berlubang ini dibiarkan saja.
1 tahun yang lalu gigi geraham kanan atas pasien berlobang terasa nyei saat
makan dan kemudian kecoklatan dan lama-kelamaan menghitam.
5 hari yang lalu gigi bawah kiri pasien merasa terganggu saat makan karena
makanan sering masuk di gigi berlobang. Dan saat pasien menggosok gigi
atau gigi itu tertusuk sering mengeluarkan darah.
3. Post Dental History
Pasien tidak pernah melakukan penambalan pada gigi tersebut.
4. Past Medical History
Tidak ada yang berhubungan.
III. PEMERIKSAAN OBJEKTIF
1. INTRA ORAL
Inspeksi : - Rubor (-), fungsiolaisa (-).
- Radix 16 dan 38 mengalami karies, sebagian mahkotanya
terlepas.
Palpasi : nyeri 16 dan 38 (-), kalor (-)
Perkusi : nyeri 16 dan 38 (-)
Tes vitalitas : tes termal (-)
Status Lokalis
Nomenklatur Gigi (WHO)
1 5 6 2
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37
4 8 7 3
Keterangan :
: Gangren pulpa
: Gangren Pulpa dan pulpa polip
38
16
Oklusi : normal bite
Torus palatinus : tidak ada
Torus Mandibularis : tidak ada
Palatum : dalam/sedang/rendah
Supenumery teeth : tidak ada/ada
Diasteros/spacing:tida k ada
ODONTOGRAM
11 Normal Normal 2112 Normal Normal 2213 Normal Normal 2314 Normal Normal 2415 Normal Normal 2516 Gangren pulpa Normal 2617 Normal Normal 2718 Normal Normal 28
Keterangan :
: Gangren Pulpa
: Gangren pulpa dan pulpa polip
41 Normal Normal 3142 Normal Normal 3243 Normal Normal 3344 Normal Normal 3445 Normal Normal 3546 Normal Normal 3647 Normal Normal 3748 Normal Ganggren pulpa dan pulpa polip 38
2. EKSTRA ORAL
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 78 x/i
T : Afebris
Perbesaran KGB (-)
IV. DIAGNOSIS : Gangren pulpa dengan polip pulpa
V. RENCANA PERAWATAN :
Eliminasi inflamasi
VI. TINDAKAN :
30-10-13 Amoxicilin 3 x 1 tablet dan Paracetamol 3 x 1, selama
4-7 hari
Gambar 1. Gigi Molar 16 dan 38 pasien.
VII. TINJAUAN PUSTAKA
PENYAKIT PULPA
Penyakit pulpa adalah suatu keadaan saat kekuatan pulpa rendah untuk
menjadi kuat kembali yang disebabkan aktivitas plasminogen yang tinggi, yang
dengan cepat merusak fibrin setelah injuri.
1. Etiologi
Iritasi pada jaringan pulpa akan mengakibatkan inflamasi. Iritan terhadap
jaringan pulpa dapat terbagi menjadi tiga yaitu iritan mikroba, iritan mekanik, dan
iritan kimia.1
a. Iritan mikroba 2
Karies mengandung banyak bakteri seperti S. Mutans, Laktobasili,
Actynomyces. Mikroorganisme dalam kares menghasilkan toksin yang
berpenetrasi kedalam pulpa melalui tubulus dentin.
Lesi periapeks terjadi setelah pulpa terinflamasi dan nekrosis. Lesi
pertama-tama meluas kearah horizontal, lalu kearah vertikal, baru kemudian
berhenti.
Lambat atau cepat kerusakan jaringan akan meluas dan menyebar
keseluruh jaringan pulpa. Bakteri dan produknya dan iritan lain dari jaringan yang
telah nekrosis menjadi merembes dalam jaringan periapeks menjadi inflamasi
periapeks.
Masuknya bakteri kedalam pulpa melalui 3 cara :3
1) Invasi langsung melalui dentin seperti misalnya karies, fraktur mahkota
atau akar, terbukanya pulpa pada saat preparasi kavitas, atrisi, abrasi, erosi,
atau retak pada mahkota.
8
2) Invasi melalui pembuluh darah atau limfatik terbuka, yang ada
hubungannya dengan penyakit periodontal, suatu kanal aksesori pada
daerah furkasi, infeksi gusi, atau skalling gigi. Invasi melalui darah,
misalnya selama penyakit infeksi atau bakterimia transien.
3) Bakteri dapat menembus dentin pada waktu preparasi kavitas karena
kontaminasi lapisan smear karena penetrasi bakteri pada tubuli dentin
terbuka, disebabkan oleh proses karies dan masuknya bakteri karena
tindakan operatif yang tidak bersih. Bakteri dan toksin menembus tubuli
dentin dan waktu mencapai pulpa, menyebabkan reaksi inflamasi.
b. Iritan mekanis
Jaringan radikuler dapat teriritasi secara mekanik dan mengalami inflamasi
oleh pengaruh trauma, hiperoklusi, prosedur dan kecelakaan perawatan
endodonsia, ekstirpasi pulpa, instrumentasi yang terlalu berlebihan
(overinstrumentation), perforasi akar, dan pengisisan yang terlalu panjang.
Iritasi mekanik oleh instrument biasa terjadi selama preparasi saluran
akar.penentuan panjang gigi yang tidak tepat biasanya merupakan penyebab
instrumentasi berlebihan dan inflamasi.
Tidak adanya apical stop setelah preparasi dan Pembersihan saluran akar
dapat menyebabkan bahan obturasi keluar kedaerah periapeks dilanjutkan dengan
kerusakan fisik dan kimia.
c. Iritan kimia
Antibakteri yang dipakai selama pembersihan dan pembentukan saluran
akar, obat-obatan intrakanal, senyawa dalam bahan obturasi menjadi iritan kimia
yang potensial mengiritasi jaringan periradikuler.
2. Klasifikasi Penyakit Pulpa 4
a. Hiperemi Pulpa
Hiperemi pulpa adalah penumpukan darah secara berlebihan pada pulpa,
yang di sebabkan oleh kongesti vaskularisasi.
Hiperemi pulpa ada 2 tipe:
1) Arteri (aktif) jika terjadi peningkatan peredaran darah arteri
2) Vena (pasif) jika terjadi pengurangan peredaran darah vena
9
b. Pulpitis
Pulpitis adalah suatu radang yang terjadi pada jaringan pulpa gigi dengan
gambaran klinik yang akut. Pulpitis merupakan kelanjutan dari hiperemi pulpa
yaitu bakteri yang menginvasi jaringan pulpa.
Berdasarkan sifat eksudat yang keluar dari pulpa,pulpitis terbagi atas:
1) Pulpitis akut,secara struktural jaringan pulpa sudah tidak di kenal
lagi,tetapi selnya masih terlihat jelas.
2) Pulpitis akut fibrinosa: banyak di temukan fibrinogen pada pulpa.
3) Pulpitis akut hemoragia: bnyak eritrosit di pulpa
4) Pulpitis akut purulenta: terlihat intitrasi sel-sel masih yang berangsur
berubah menjadi peleburan jaringan pulpa.
Berdasarkan ada atau tidaknya gejala:
1) Pulpitis simptomatis. Pulpitis merupakan respon peradangan dari jaringan
pulpa terhadap iritasi, dengan proses eksudatif memegang peranan.
Yang termasuk dalam pulpitis simptomatis adalah:
a) Pulpitis akut
b) Pulpitis akut dengan periodontitis apikalis
c) Pulpitis subakut
2) Pulpitis asimptomatis
Merupakan proses peradangan yang terjadi sebagai mekanisme pertahanan
dari jaringan pulpa terhadap iritasi dengan proses proliterasi.
Yang termasuk pulpitis asimtomatis:
a) Pulpitis kronis ulseratif
b) Pulpitis kronis hiperplastik
c) Pupitis kronis yang bukan di sebabkan karies
Berdasarkan gambaran histopatologi dan diagnosis klinis:
1. Pulpitis reversible yaitu fitalitas jaringan pulpa masih dapat di pertahankan.
Yang termasuk pulpitis reversible:
a) Peradangan pulpa stadium transisi
b) Atrofi pulpa
c) Pulpit akut
10
2. Pulpitis Ireversibel yaitu keadaan ketika vitalitas jaringan pulpa tidak dapat di
pertahankan,tetapi gigi masih dapat di pertahankan dalam rongga mulut.
Yang termasuk pulpitis ireversibel:
a) Pulpitis kronis parsialis tanpa nekrosis
b) Pulpitis kronis parsialis dengan nekrosis
c) Pulpitis kronis koronalis dengan nekrosis
d) Pulpitis kronis radikularis dengan nekrosis
e) Pulpitis kronis eksaserbasi akut
c. Degenerasi Pulpa
Penyebabnya ialah iritasi ringan yang persisten. Keadaan ini biasanya
asimptomatis,gigi tidak mengalami perubahan warna dan pulpa tidak bereaksi
terhadap tes termal dan elekrik.
Macam-macam degenerasi pulpa:
a) Degenerasi hialin.
Terjadinya penebalan jaringan ikat pulpa karena penempelan karbohidrat.
b) Degenerasi amiloid
Terlihat gumpalan-gumpalan sel pada pulpa.
c) Degenerasi kapur
Terjadinya mineralisasi pada pulpa sehingga dapat terbentuk dentikel.
Mineralisasi dapat terjadi pada jaringan saraf, jaringan ikat, terutama pada
saluran akar.
d. Pulpitis Hiperplastik
Pulpitis hiperplastik merupakan suatu inflamasi pulpa produktif yang di
sebabkan oleh suatu pembukaan karies luas pada pulpa muda. Ganguan ini di
tandai oleh perkembangan jaringan granulasi,kadang-kadang tertutup oleh
epitelium dan di sebab kan Karena iritasi tingkat rendah yang berlangsung lama.
e. Nekrosis pulpa
Nekrosis pulpa adalah kematian yang merupakan proses lanjutan dari
radang pulpa akut/kronis/terhenti sirkulasi darah.
3. Histopatologi 5
a. Pulpitis Reversibel
11
Secara mikroskopis, terlihat adanya dentin reparatif, gangguan lapisan
odontoblas, pembesaran pembuluh darah, ekstravasasi cairan edema, dan
adanya sel inflamasi kronis yang secara imunologis kompeten.
b. Pulpitis ireversibel
Gangguan ini mempunyai tingkat inflamasi kronis dan akut dalam
pulpa. Bila karies tidak diambil, perubahan inflamasi di dalam pulpa akan
meningkat keparahannya jika kerusakan mendekati pulpa. Venula pasca-
kapiler menjadi padat dan mempengaruhi sirkulasi di dalam pulpa, serta
menyebabkan perubahan patologik seperti nekrosis.
c. Nekrosis pulpa
Dalam kavitas pulpa terlihat adanya jaringan pulpa nekrotik, debris
seluler, dan mikroorganisme. Jaringan periapikal menunjukkan sedikit
inflamasi yang dijumpai di ligamen periodontal.
4. Imunopatogenesis 6
Seperti halnya jaringan ikat lain pada tubuh, jaringan pulpa akan
mengadakan respon terhadap iritan dengan reaksi inflamasi nonspesifik dan reaksi
imunologi spesifik. Inflamasi pulpa akibat karies dimulai sebagai respon selular
kronik yang ditandai oleh adanya limfosit, sel-sel plasma, dan makrofag. Pada
umumnya, pulpa tidak akan mengalami inflamasi yang parah jika kariesnya tidak
berpenetrasi ke dalam pulpa.
Setelah pulpa terbuka karena karies, berbagai spesies bakteri yang
oportunis dari flora oral akan berkoloni pada pulpa yang terbuka tersebut.
Leukosit polimorfonuklear (PMN) yang merupakan tanda inflamasi akut, secara
kemotaktik akan tertarik ke daerah inflamasi. Akumulasi Leukosit PMN akan
menyebabkan terbentuknya abses. Jaringan pulpa bisa tetap terinflamasi dalam
waktu yang lama, atau bisa juga dengan cepat menjadi nekrosis.
5. Pemeriksaan Klinis 6
a. Pemerisaan Subjektif
1) Keadaan saat itu
12
Sejumlah informasi rutin yang berkaitan dengan data pribadi, riwayat
medis dan riwayat dental serta keluhan utama dapat diperoleh melalui personil
staf.
2) Aspek nyata dari nyeri
Nyeri yang intensitasnya tinggi biasanya bersifat intermiten, sedangkan
yang intensitasnya rendah sering bersifat terus menerus dan berlarut-larut.
Sejumlah aspek nyeri merupakan petunjuk kuat bagi adanya penyakit endodonsi
yang ireversibel dan perlunya dilakukan perawatan. Aspek-aspek ini adalah
intensitas, spontanitas, dan kontinuitas nyeri.
3) Intensitas nyeri
Makin intens nyerinya (misalnya makin mengganggu nyeri tersebut
terhadap gaya hidup pasien), makin besar kemungkinan adanya penyakit yang
ireversibel. Nyeri intens adalah nyeri yang baru terjadi tak dapat diredakan oleh
analgesik dan telah menyebabkan pasien mencari pertolongan. Nyeri intens
dapat timbul dari pulpitis ireversibel atau dari periodontitis atau akses aplikasi
akut.
b. Pemeriksaan objektif
1) Pemeriksaan Ekstra Oral
Penampilan umum, tonus otot, asimetris wajah, pembengkakan, perubahan
warna, kemerahan, dan kepekaan atau nodus jaringan limfe servikal /
wajah membesar, merupakan indikator, status fisik pasien. Pemeriksaan
ekstra oral yang hati-hati akan membantu mengidentifikasi sumber
keluhan pasien serta adanya dan luasnya reaksi inflamasi rongga mulut.
2) Pemeriksaan Intra Oral
Pemeriksaan Jaringan lunak. Pemeriksaan ini meliputi tes visual dan
digital jaringan rongga mulut yang lengkap dan teliti. Bibir, mukosa oral,
pipi, lidah, palatum dan otot-otot serta semua keabnormalan yang
ditemukan, di periksa. Periksalah pula mukosa alveolar dan gingiva
sekatnya untuk melihat apakah daerah tersebut mengalami perubahan
warna, terinflamasi, mengalami ulserasi atau mempunyai saluran sinus.
3) Gigi geligi. Gigi geligi di periksa untuk mengetahui adanya perubahan
13
warna, fraktur, abrasi, erosi, karies, restorasi yang luas atau abnormalitas
lain. Mahkota yang berubah warna sering merupakan tanda adnya penyakit
pulpa atau merupakan akibat perawatan saluran akar yang telah di lakukan
sebelumnya.
4) Tes klinis. Tes klinis meliputi tes dengan menggunakan kaca mulut dan
sonde serta tes periodontium selain tes pulpa dan jaringan periapeks.
5) Tes Perkusi
Perkusi dapat menentukan ada tidaknya penyakit periradikuler. Cara
melakukan perkusi adalah dengan mengetukkan ujung kaca mulut yang di
pegang paralel atau tegak lurus terhadap mahkota pada permukaan insisal
atau oklusal mahkota.
6) Palpasi. Seperti halnya perkusi, palpasi menentukan seberapa jauh proses
inflamasi telah meluas ke arah periapeks. Respon positif pada palpasi
menandakan adanya inflamasi periradikuler. Palpasi dilakukan dengan
menentukan mukosa diatas apeks dengan cukup kuat. Penekanan
dilakukan dengan ujung jari dan, seperti juga pada tes perkusi,
pemeriksaan hendaknya memakai juga gigi pembanding.
7) Tes kevitalan pulpa
Stimulasi langsung atau direct pada dentin, dingin, panas, tes listrik akan
menentukan respons terhadap stimulasi dan kadang-kadang dapat
mengidentifikasikan gigi tersangka melalui timbulnya respon yang
abnormal.
6. Gambaran dan gejala klinis
a. Pulpitis Reversibel
Pulpitis reversible tidak menimbulkan gejala (asimptomatik) , tetapi jika
ada gejala biasanya timbul dari pola tertentu seperti :
1) Aplikasi cairan / udara dingin atau panas menyebabkan nyeri tajam
sementara.
2) Jika panas diaplikasikan pada gigi yang pulpanya normal , akan timbul
respon awal yang lambat dan intensitas nyeri akan semakin naik jika
suhunya dinaikkan. Sebaliknya jika dingin diaplikasikan pada gigi yang
14
pulpanya normal , akan timbul reaksi nyeri dan intensitas nyerinya
cenderung menurun jika stimulus dinginnya dipertahankan.
b. Pulpitis Ireversible
Pulpitis Ireversible sering merupakan akibat atau perkembangan lebih
lanjut dari pulpitis reversible . Kerusakan pulpa yang parah akibat pengambilan
dentin yang banyak selama prosedur operatif atau gangguan dalam aliran darah
dalama pulpa akibat trauma atau gerakan gigi pada perawatan orthodonti dapat
juga menjadi penyebabnya
Pulpitis ireversible biasanya tidak menimbulkan gejala , atau pasien hanya
mengeluh gejala yang ringan saja , akan tetapi pulpitis ireversible dapat juga
menyebabkan episode nyeri spontan yang intermiten atau terus menerus tanpa ada
stimulus eksternal. Nyerinya bisa tajam, tumpul, berbatas jelas, menyebar, bisa
hanya beberapa menit atau berjam-jam.
Mengetahui letak pulpanya lebih sukar dibandingkan dengan menentukan
letak nyeri periradikuler dan akan makin sukar jika nyeri makin parah. Aplikasi
Stimuli eksternal seperti dingin atau panas dapat mengakibatkankan nyeri yang
berkepanjangan.
Jadi, pada pulpa dengan nyeri parah responsnya berbeda pada pulpa pada
gigi dengan pulpitis ireversibel bisa menimbulkan respons dengan segera, kadang-
kadang dengan aplikasi dingin responsnya tidak hilang dan berkepanjangan.
Adakalanya akan menimbulkan vasokonstriksi, turunnya tekanan pulpa dan
hilangnya nyeri setelah beberapa saat.
Walaupun telah dinyatakan bahwa gigi dengan pulpitis ireversiel memiliki
ambang rangsang lebih rendah terhadap stimuli elektrik, rumford menemukan
ambang persepsi nyeri yang serupa, baik dalam pulpa yang terinflamasi maupun
tidak.
c. Pulpa Nekrosis
Gigi yang kelihatan normal dengan pulpa nekrotik tidak menyebabkan
gejala rasa sakit. Diskolorasi adalah tanda utama bahwa pulpa mati.
7. Terminologi Diagnosa 6
Gejala Radiografi Tes Pulpa Tes Periapek
15
Pulpitis
Reversibel
Mungkin
Menimbulkan
gejala ringan
terhadap
Stimulus termis
atau
mungkin juga
tidak.
Tidak ada
perubahan
periapek.
Memberi
respon.
Tidak sensitif
Pulpitis
Irreversibel
Sama dengan
reversibel; selain
itu
Mungkin terdapat
nyeri spontan atau
nyeri parah
terhadap
stimulus.
Tidak ada
perubahan
radiolusensi di
periapek.
Memberi
Respon
(mungkin
dengan
nyeri
ekstrem
terhadap
stimulus
termis).
Mungkin
Memberi
respon nyeri
atau mungkin
juga tidak
terhadap
perkusi atau
palpasi.
Nekrosis
Pulpa
Tidak ada
reaksi
terhadap
stimulus
Tidak
memberi
respon
Tergantung
pada status
periapek
8. Prognosis 3
a. Pulpitis reversibel
Prognosis untuk pulpa adalah baik bila iritan diambil cukup dini; kalau
tidak kondisinya dapat berkembang menjadi pulpitis irreversibel.
b. Pulpitis Ireversibel
Prognosis gigi adalah baik bila pulpa diambil dan pada gigi dilakukan
terapi endodontik dan restorasi yang tepat.
c. Pulpitis hiperplastik kronis
Prognosis bagi pulpa tidak baik. Prognosis bagi gigi baik setelah
perawatan endodontik dan restorasi yang memadai.
16
d. Nekrosis Pulpa
Prognosis bagi gigi baik bila diadakan terapi endodontik yang tepat.
9. Rencana perawatan 5
a. Pulpitis Reversibel Akut (Hiperemia)
Menemukan gigi yang terkena dapat dengan mudah dilakukan; pasien
dapat menunjukkan gigi yang sakit. Diagnosis dapat ditegakkan oleh pemeriksaan
visual, taktil,termal, dan pemeriksaan radiografik.
Bila suatu restorasi yang baru dibuat mempunyai titik kontak prematur,
memperbaiki kontur titik yang tinggi biasanya akan meringankan rasa sakit dan
memungkinkan pulpa sembuh kembali.
Bila nyeri yang bertahan timbul setelah preparasi kavitas, atau karena
pembersihan kavitas secara kimiawi atau karena kebocoran preparasi, maka
restorasi harus diangkat dan diganti dengan semen sedative seperti seng oksida
eugenol. Cara yang sama dapat dilakukan bila daerah pembusukan (decay)
berulang di bawah restorasi lama tidak menyebabkan pulpa terbuka.
Perawatan terbaik adalah pencegahan; suatu bahan protektif pulpa
diletakkan di bawah semua restorasi, hindarai kebocoran mikro, kurangi trauma
oklusal bila ada, buat kontur yang baik pada semua restorasi, dan hindari trauma
/injuri pada pulpa. Setelah perawatan paliatif, rasa sakit akan hilang selama
beberapa hari. Bila tetap bertahan atau lebih buruk, lebih baik pulpa diekstirpasi.
b. Pulpitis Ireversibel Akut
Perawatan darurat yang paling baik adalah pulpektomi. Bila pasien
memberikan gambaran rasa sakit yang berlangsung bermenit-menit atau berjam-
jam, atau sakit spontan dan mengganggu tidur, pasien lebih membutuhkan
pulpektomi pada gigi yang bersangkutan.
Macam-macam perawatan Endodonsia 4
1. Pulpektomi
Pulpektomi adalah tindakan pengambilan seluruh jaringan pulpa dari
seluruh akar dan korona gigi. Indikasi:
a) Gigi sulung dengan infeksi yang melewati kamar pulpa, baik pada gigi
vital, nekrosis sebagian maupun gigi sudah nonvital.
17
b) Saluran akar dapat dimasuki instrument.
c) Kelainan jaringan periapeks dalam gambaran radiografi kurang dari
sepertiga apikal.
Adapun pengelompokan pulpektomi :
a. Pulpektomi Vital
Pulpektomi vital sering dilakukan pada gigi anterior dengan karies yang
telah meluas ke arah pulpa, atau gigi yang mengalami fraktur.
b. Pulpotomi Devital
Pulpotomi devital sering dilakukan pada gigi posterior yang telah
mengalami pulpitis atau dapat juga pada gigi anterior pada pasien yang tidak
tahan terhadap anestesi. Perawatan ini sekarang sudah jarang dilakukan pada gigi
tetap, biasanya langsung dilakukan perawatan pulpektomi vital walaupun ada gigi
posterior. Pulpektomi devital masih sering digunakan hanya pada gigi sulung.
c. Pulpektomi Nonvital
Perawatan saluran akar ini sering dilakukan pada gigi anterior dengan
diagnosis gangren pulpa atau nekrosis.
Indikasi:
1) Mahkota gigi masih dapat direstorasi
2) Gigi tidak goyang dan periodontal normal
3) Foto rontgen menunjukkan resorpsi akar tidak lebih dari sepertiga apikal,
tidak ada granuloma pada gigi sulung
4) Kondisi pasien baik serta ingin giginya dipertahankan dan bersedia untuk
memelihara kesehatan gigi dan mulutnya
5) Keadaan ekonomi pasien memungkinkan
Kontraindikasi:
1) Gigi tidak dapat direstorasi lagi
2) Resorpsi akar lebih dari sepertiga apikal
3) Kondisi pasien buruk, mengidap penyakit kronis
4) Terdapat belokan ujung dengan granuloma atau kista yang sukar
dibersihkan
10.Evaluasi Perawatan 6
18
Penentuan berhasil atau tidaknya perawatan diambil dari :
a. Pemeriksaan klinis
Yang paling dinilai adalah tanda dan gejala klinis, yang apabila jelas sekali
indikasi kegagalan. Berhasil apabila tidak ada nyeri dan gejala, namun penyakit
tanpa gejala yang signifikan merupakan keadaan yang umum terjadi. Kriteria
klinis keberhasilan perawatan yang disusun oleh Bennet dkk adalah :
1) Tidak adanya nyeri atau pembengkakan
2) Hilangnya saluran sinus
3) Tidak ada fungsi yang hilang
4) Tidak ada bukti kerusakan jaringan lunak termasuk tidak adanya sulkus
yang dalam pada pemeriksaan dengan sonde periodontium.
b. Temuan radiografis
Tiga kriteria dalam hasil radiografis, yaitu:
1) Berhasil, jika tidak ada lesi apeks yang resorptif secara radiologis yang
berarti bahwa suatu lesi yang terdapat saat perawatan telah membaik atau
tidak ada timbul lesi yang tidak ada saat perawatan. Keberhasilan benar-
benar terjadi jika radiolusensi tidak berkembang atau hilang setelah
interval 1-4 tahun.
2) Gagal, jika kelainanya menetap atau berkembangnya suatu tanda penyakit
yang jelas secara radiografis. Secara khusus terdapat lesi radiolusen yang
telah membesar, telah menjadi persisten atau telah berkembang mulai di
saat perawatan.
VIII PEMBAHASAN
Diagnosis Gangren pulpa dengan ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan klinis yang telah dilakukan. Dari anamnesis didapatkan pasien
datang dengan keluhan gigi berlubang pada bagian gigi bawah kiri dan gigi
geraham kanan atas , awalnya gigi berlubang kecoklatan dan terasa nyeri lama
kelaman gigi menghitam dan tidak terasa sakit lagi dan saat pasien menyikat gigi
mudah berdarah. Pasien tidak pernah melakukan penambalan pada gigi tersebut.
Pada pemeriksaan inspeksi terlihat radix 16 dan 38 mengalami karies, sebagian
mahkotanya terlepas. Pada pemeriksaan palpasi dan perkusi tidak didapatkan
19
nyeri pada gigi 16 dan 38, kalor, dan dolor. Pada tes vitalitas dengan tes termal
didapatkan hasil (-).
Gejala yang didapat dari pulpa yang gangren bisa terjadi tanpa keluhan
sakit, dalam keadaan demikian terjadi perubahan warna gigi, dimana gigi terlihat
berwarna kecoklatan atau keabu-abuan Pada gangrene pulpa dapat disebut juga
gigi non vital dimana pada gigi tersebut sudah tidak memberikan reaksi pada
cavity test (tes dengan panas atau dingin), gigi tersebut baru akan memberikan
rasa sakit apabila penderita minum atau makan benda yang panas yang
menyebabkan pemuaian gas dalam rongga pulpa tersebut yang menekan ujung
saraf akar gigi sebelahnya yang masih vital.
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan objektif (ekstra
oral dan intra oral). Berdasarkan pemeriksaan klinis, secara objektif didapatkan :
1. Karies profunda (+)
2. Pemeriksaan sonde (-)
Dengan menggunakan sonde mulut, lalu ditusukkan beberapa kali kedalam
karies, hasilnya (-). Pasien tidak merasakan sakit
3. Pemeriksaan perkusi (-)
Dengan menggunakan ujung sonde mulut yang bulat, diketuk-ketuk
kedalam gigi yang sakit, hasilnya (-).pasien tidak merasakan sakit
Tindakan yang dilakukan pada gangren pulpa yaitu :
1. ekstraksi pada gigi yang sakit, karena pada kondisi ini gigi akan menjadi
non-vital (gigi mati) sehingga akan menjadi sumber infeksi (fokal infeksi)
2. konservasi gigi
a. Pembuangan jaringan karies.
b. Sterilisasi cavitas.
c. Pemberian obat untuk jaringan pulpa ( TKF, CHKM, chresophene /
rockle )
d. Pasien disuruh kembali antara 4 – 7 hari lagi.
Prosedur ini dilakukan minimal 2 kali dengan mengganti obat dalam
pulpa.
20
IX. SIMPULAN DAN SARAN
1. Gangren Pulpa adalah keadaan gigi dimana jarigan pulpa sudah mati
sebagai sistem pertahanan pulpa sudah tidak dapat menahan rangsangan
sehingga jumlah sel pulpa yang rusak menjadi semakin banyak dan
menempati sebagian besar ruang pulpa.
2. Gangren pulpa bisa mengakibatkan infeksi lokal maupun sistemik.
3. Kasus ini berhubungan erat dengan rendahnya kesadaran masyarakat untuk
menjaga oral hygiene.
4. Maka dari itu masyarakat harus mengerti tentang pentingnya menjaga
kesehatan gigi dan mulut.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Goodell GG, Tordik PA, Moss HD. Pulpal and periradicular diagnosis.
Nav Dent School J; 2005: 27(9): 15-8.
2. Baum, Lloyd, Philips, Ralph W., Lund, Melvin R. 1197. Buku Ajar Ilmu
Konservasi Gigi, Edisi 3. Jakarta: EGC Gros sman LI. 1998. Endodontic
Practice. 8th ed. Philadelphia, London: Lea and Febiger
3. Tarigan, Rasinta. 1994. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Jakarta :
Widya Medika Walton, Richard. E & Torabinejad, Mahmoud. 1997.
Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsi. Jakarta : EGC.
4. Penyakit gigi dan mulut, bursa buku senat mahasiswa fakultas kedokteran
UNDIP, Semarang, 2007
5. Prosedur tetap pelayanan medis penyakit gigi dan mulut, RS.DR.Kariadi/
Fakultas kedokteran UNDIP, Semarang, 1993
6. Walton and Torabinajed. 1996. Prinsip dan Praktik Endodonsi. Edisi ke-2.
Jakarta: EGC.
22
23