IDENTIFIKASI FINITE DAN RIGID UNIFORMITY TERHADAP PSAK 1994Oleh
Mohamad Mahsun, SE, M.Si, Ak.
Penetapan suatu standar akuntansi oleh institusi yang berwenang bisa
mempengaruhi banyak aspek. Banyak sekali faktor-faktor yang harus
dipertimbangkan agar suatu standar tidak menyimpang jauh dari teori dan tetap
memperhitungkan konsekuensi ekonomi. Penurunan standar dari suatu postulat harus
mempertimbangkan kendala-kendala para pengguna laporan keuangan agar informasi
akuntansi bermanfaat secara optimal. Kendala-kendala tersebut antara lain faktor
materiality, consistency, uniformity, comparability, dan timeliness.
Tulisan ini mencoba mengidentifikasi PSAK 1994 (edisi revisi per Juni 1999)
yang sudah ditetapkan IAI terutama dalam mempertimbangkan faktor uniformity
(keseragaman). Dalam hal ini perlu kiranya diidentifikasi apakah standar dirumuskan
sebagai finite uniformity, rigid uniformity atau mungkin fleksibilitas. Jika perumusan
suatu standar memperhitungkan faktor finite dan rigid uniformity secara tepat akan
mampu meningkatkan tingkat komparabilitas laporan keuangan. Sebetulnya tujuan
konsep uniformity sendiri adalah komparabilitas, bukan suatu keseragaman yang
kaku. Dalam arti, penetapan keseragaman penyajian dengan menggunakan prosedur
akuntansi, konsep pengukuran, klasifikasi, metode pengungkapan, dan format dasar
yang seragam lebih ditujukan untuk menambah daya banding laporan keuangan.
ARTI PENTING KONSEP UNIFORMITY
Para pengguna laporan keuangan terutama yang mengandalkan perbandingan
aspek-aspek khusus perusahaan daripada sekedar mengevaluasi perusahaan secara
menyeluruh sangat membutuhkan standar yang menetapkan keseragaman ini.
Misalnya pada saat pengguna (kreditur) mempertimbangkan risiko dari beberapa
1
perusahaan, seperti current ratio atau debt equity ratio, maka mereka memerlukan
ratio yang dapat dibandingkan berdasarkan informasi yang diolah dengan prosedur
yang uniform. Prosedur dan praktek yang beragam akan menimbulkan kesulitan
ketika para pengguna berniat melakukan perbandingan. Konsep uniformity ini juga
bisa mengurangi kebebasan manajemen dalam memilih metode-metode tertentu untuk
memenuhi kepentingannya yang dapat mengakibatkan laporan keuangan bias karena
manipulasi informasi.
Namun demikian, konsep uniformity dapat juga berdampak pada terhambatnya
kemajuan dan perubahan-perubahan yang diperlukan terutama apabila standar
diseragamkan secara kaku. Kritik lain terhadap konsep uniformity ini mengatakan
bahwa uniformity merupakan bentuk pelanggaran terhadap hak asasi dan kebebasan
manajemen. Hal ini menjadi permasalahan sendiri, yaitu seberapa jauh suatu
keseragaman diperlukan. Komparabilitas menjadi bahan pertimbangan utama dalam
menerapkan konsep uniformity ini. Selain itu perlakuan ke dalam klasifikasi finite dan
rigid uniformity perlu diperhitungkan untuk menjawab pertanyaan di atas.
KEBUTUHAN UNTUK KOMPARABILITAS SEMAKIN MELUAS
Seperti ditegaskan di atas, hakikat dari konsep uniformity pada dasarnya
adalah untuk mencapai tingkat komparabilitas yang tinggi. Sejalan dengan arus
globalisasi, kebutuhan akan komparabilitas ini tidak hanya dirasakan oleh para pelaku
ekonomi lokal atau nasional. Kebutuhan untuk komparabilitas ini semakin meluas
sampai pada para pelaku perusahaan multinasional. Mereka melakukan penilaian
terhadap perusahaan induk dan berbagai perusahaan anak yang tersebar di beberapa
negara. Hal ini menuntut ditetapkannya rumusan standar akuntansi yang uniform
dengan mempertimbangkan berbagai kondisi yang relevan.
2
Beresford (1994,hal.65) menyatakan bahwa diperlukan standar akuntansi
nasional yang komparabel oleh beberapa perusahaan multinasional sebagai bahan
untuk penilaian faktor ekonomi internal dan tingkat efektifitas perusahaan. Standar
akuntansi nasional yang tidak komparabel sangat menyulitkan perusahaan
multinasional terutama dalam memenuhi persyaratan pendaftaran surat berharga
nasional, melakukan pelatihan untuk para pegawai dan juga dalam menyesuaikan
catatan akuntansi perusahaan anak terhadap perusahaan induk. Kondisi di atas
menunjukkan dengan jelas bahwa banyak pihak yang semakin menuntut adanya
perlakuan yang seragam terhadap keadaan yang sama atau serupa. Menghadapi
permasalahan ini, institusi perumus standar akuntansi sudah selayaknya bersikap
obyektif dan memperhitungkan aspek global sebelum suatu kebijakan ditetapkan.
Standar yang uniform dalam skala nasional hanya dapat dimanfaatkan oleh sebagian
pengguna saja.
KENDALA DAN STRATEGI ALTERNATIF DALAM PENERAPAN KONSEP
KOMPARABILITAS
Penerapan standar yang menetapkan perlakuan yang seragam terhadap
keaadan yang sama atau serupa tidak mudah. Penyeragaman secara kaku justru bisa
membuat substansinya bias dan tidak cocok untuk dibandingkan. Identifikasi terhadap
keadaan yang akan diseragamkan harus dilakukan dengan hati-hati dan cermat.
Pada dasarnya penerapan standar yang uniform ini memang tidak bisa
dilakukan dengan serta merta. Diperlukan suatu proses secara bertahap dan
pengevaluasian di lapangan untuk mengetahui efektifitas standar. Strategi yang
dilakukan the International Accounting Standards Committee (IASC) mungkin bisa
dijadikan masukan dalam upaya mengefektifkan penerapan konsep komparabilitas
3
dari standar akuntansi nasional. Komite ini menerapkan comparibility project dalam
International Accounting Standards (IAS) secara bertahap. Beragamnya perlakuan
akuntansi yang ada menuntut suatu evolusi untuk tercapainya comparibility project
ini.
Menurut Purvis et al (1994,hal.761) terdapat tiga strategi utama agar bisa
mengurangi kendala dalam penerapan konsep komparabilitas yang ditetapkan IAS.
Pertama, menjalin kerjasama yang baik dengan para pengguna (negara anggota) untuk
memperkenalkan manfaat keseragaman. Kedua, keseragaman yang bersifat
kedaerahan atau lokal harus diminimumkan dengan usaha keras. Ketiga, IASC harus
menyiapkan faktor pendanaan yang cukup untuk bisa mencapai tujuan tersebut.
Dalam mengidendifikasi kendala dan strategi penerapan konsep komparabilitas
standar akuntansi nasional kemungkinan tidak jauh berbeda dengan apa yang tengah
dihadapi IAS. Hal ini terutama jika standar akuntansi nasional dirumuskan dengan
mengacu pada IAS.
MEMPERTIMBANGKAN RELEVANCE CIRCUMSTANCES SEBAGAI
DASAR UNIFORMITY
Menurut Tearney (2001,hal.291) relevance circumstances merupakan keadaan
yang penting secara ekonomi yang dapat mempengaruhi secara luas kejadian-kejadian
yang mirip atau serupa. Keadaan yang dimaksud adalah kondisi umum atau faktor
yang berkaitan dengan kejadian kompleks yang diharapkan mempengaruhi timing dari
arus kas. Keadaan tersebut mungkin bisa diketahui pada saat kejadian (present
magnitudes) atau setelah kejadian (future contingencies). Institusi perumus standar
seharusnya mengidentifikasi faktor relevance circumstances secara tepat agar standar
yang dirumuskan tidak kaku.
4
Konsep finite uniformity berusaha menyamakan metode akuntansi yang
ditentukan dengan relevance circumstances yang ada dalam situasi serupa secara
umum. Konsep rigid uniformity berusaha menentukan satu metode untuk transaksi
yang pada umumnya serupa meskipun terdapat relevance circumstances. Sementara
fleksibilitas diterapkan pada situasi tidak ada relevance circumstances tetapi terdapat
lebih dari satu kemungkinan metode akuntansi yang bisa dipilih.
PERUMUSAN STANDAR AKUNTANSI
Konsep finite dan rigid uniformity di atas semestinya digunakan sebagai dasar
perumusan SAK. Jika relevance circumstances dapat diukur dan diimplementasikan
dengan biaya yang murah seharusnya diterapkan finite uniformity. Jika terdapat
kejadian sederhana ataupun kompleks dan finite uniformity tidak dapat diterapkan
atau biayanya mahal seharusnya diterapkan rigid uniformity. Standar yang ditetapkan
harus bisa mengurangi tingkat fleksibilitas yang ada.
Konsep di atas adalah tinjauan dari segi normatif. Pada dasarnya hal ini
merupakan tugas berat institusi perumus standar untuk bisa patuh terhadap sisi
normatif tersebut karena banyak pertimbangan lain terutama konsekuensi sosial
ekonomi. Institusi perumus di AS sendiri terbukti tidak bisa sistematis dalam
menerapkan konsep uniformity ini. Hal ini bisa dilihat dalam SFAS No.13 tentang
pengkapitalisasian lease, APB Opinion No.16 tentang purchase vs pooling, ARB 51,
APB Opinion No.18, SFAS No.94 tentang pemilihan antara full consolidation, equity,
metode cost atas saham biasa dari perusahaan yang dipegang untuk tujuan
pengendalian, SFAS No.2 tentang biaya riset dan pengembangan, dan juga APB
Opinion No.29 tentang perolehan aktiva dari donasi. Menurut konsep uniformity, jika
ada relevance circumstances maka keadaan tersebut diperlakukan finite uniformity
5
dan jika tidak ada relevance circumstances akan diperlakukan rigid uniformity. SFAS
No.2 memperlakukan biaya riset dan pengembangan sebagai rigid uniformity
meskipun terdapat kriteria relevance circumstances dengan alasan mengantisipasi
earning management. APB Opinion No.16 tentang purchase vs pooling menetapkan
finite uniformity meskipun tidak terdapat kriteria relevance circumstances.
TINJAUAN KONSEP UNIFORMITY ATAS PSAK 1994
IAI telah mendapat kepercayaan dari pemerintah untuk merumuskan Standar
Akuntansi Keuangan (SAK). Dalam perumusan standar ini IAI menggunakan IAS
sebagai acuan dengan mempertimbangkan berbagai faktor lingkungan usaha yang ada
di Indonesia. Dalam edisi revisi SAK per 1 Juni 1999 IAI telah berhasil merumuskan
55 PSAK dan mengembangkan 4 IPSAK.
Berikut akan diidentifikasi masing-masing PSAK dalam menerapkan konsep
finite dan rigid uniformity. Identifikasi ini lebih dimaksudkan untuk menganalisis
deviasi yang terjadi terhadap teori yang berkembang serta alasan institusi perumus
(IAI) menetapkan standar yang mungkin menyimpang dari konsep. Identifikasi setiap
pernyataan dilakukan dengan menganalisis item-item berikut: A.Jenis PSAK,
B.Topik, C.Terdapat kriteria relevance circumstances, D.Standar yang ditetapkan,
E.Perlakuan menurut teori, F.Keterangan.
1. A.PSAK No.1, B.Penyajian Laporan Keuangan, C.Ya, D.Finite Uniformity,
E.Finite Uniformity, F.Pengukuran unsur laporan keuangan menggunakan
sejumlah dasar pengukuran yang berbeda dalam derajat dan kombinasi yang
berbeda. Hal ini menunjukkan keseragaman namun dalam batasan tertentu.
2. A.PSAK No.2, B.Laporan Arus Kas, C.Tidak, D.Fleksibilitas, E.Rigid
Uniformity, F.Standar pelaporan kas dari aktivitas operasi memberikan
6
kelonggaran manajemen untuk memilih menggunakan metode langsung atau
tidak langsung.
3. A.PSAK No.3, B.Laporan Keuangan Interim, C.Tidak, D.Rigid Uniformity, E.
Rigid Uniformity, F.Standar metode khusus dalam penggolongan aktiva
diseragamkan secara kaku untuk perusahaan tertentu seperti bank dan asuransi.
4. A.PSAK No.4, B.Laporan Keuangan Konsolidasi, C.Tidak, D.Rigid
Uniformity, E. Rigid Uniformity, F.Induk perusahaan yang memenuhi kriteria
konsolidasi tidak boleh menyajikan tersendiri laporan keuangannya (tanpa
konsolidasi) untuk tujuan pelaporan keuangan.
5. A.PSAK No.5, B.Pelaporan Informasi Keuangan Menurut Segmen, C.Ya,
D.Finite Uniformity, E.Finite Uniformity, F.Untuk tujuan pelaporan, segmen
industri dan geografis dapat ditentukan dengan berbagai cara. Standar tidak
menetapkan satu cara yang seragam secara kaku.
6. A.PSAK No.6, B.Akuntansi dan Pelaporan Bagi Perusahaan Dalam Tahap
Pengembangan, C.Ya, D.Finite Uniformity, E.Finite Uniformity, F.Biaya
dikapitalisasi dibatasi pada biaya-biaya yang memiliki manfaat di masa depan
antara lain meliputi beban pendirian perusahaan. Jika tidak memenuhi kriteria
tersebut biaya dibukukan sebagai beban pada periode berjalan.
7. A.PSAK No.7, B.Pengungkapan Pihak-Pihak yang Mempunyai Hubungan
Istimewa, C.Tidak, D.Rigid Uniformity, E. Rigid Uniformity, F.Jika terjadi
transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, perusahaan
pelapor harus mengungkapkan hakekat hubungan istimewa, jenis dan unsur
yang diperlukan untuk pemahaman laporan keuangan.
8. A.PSAK No.8, B.Kontijensi dan Peristiwa Setelah Tanggal Neraca, C.Ya,
D.Finite Uniformity, E.Finite Uniformity, F.Standar masih belum menetapkan
7
secara seragam metode estimasi mengenai dampak keuangan baik berupa
keuntungan maupun kerugian.
9. A.PSAK No.9, B.Penyajian Aktiva Lancar dan Kewajiban Jangka Pendek,
E.Telah diganti oleh PSAK No.1 (revisi 1998) Penyajian Laporan Keuangan.
10. A.PSAK No.10, B.Transaksi Dalam Mata Uang Asing, C.Ya, D.Rigid
Uniformity, E.Finite Uniformity, F.Untuk memasukkan transaksi dalam valuta
asing pada laporan keuangan standar mengharuskan untuk menyatakan dalam
mata uang pelaporan perusahaan, yaitu mata uang yang digunakan dalam
menyajikan laporan keuangan
11. A.PSAK No.11, B.Penjabaran Laporan Keuangan Dalam Mata Uang Asing,
C.Ya, D.Finite Uniformity, E.Finite Uniformity, F.Untuk memasukkan kegiatan
usaha luar negeri pada laporan keuangan standar mengharuskan untuk
menjabarkan kegiatan usaha tersebut ke dalam mata uang pelaporan
perusahaan.
12. A.PSAK No.12, B.Pelaporan Keuangan Mengenai Bagian Partisipasi Dalam
Pengendalian, C. Tidak, D.Rigid Uniformity, E. Rigid Uniformity, F.Standar
mengharuskan venturer mengungkapkan jumlah agregat dari kontijensi yang
timbul akibat bagian partisipasi venturer pada joint ventures dan jika venturer
ikut bertanggungjawab atas kontijensi disajikan terpisah dari kontijensi lainnya
dari venturer.
13. A.PSAK No.13, B.Akuntansi Untuk Investasi, C.Tidak, D.Fleksibilitas, E.
Rigid Uniformity, F.Investasi yang diklasifikasikan sebagai aktiva lancar harus
dicatat pada nilai terendah antara biaya dan nilai pasar. Sementara standar
memberikan fleksibilitas perusahaan dalam menentukan biaya berdasarkan
FIFO, rata-rata tertimbang atau LIFO.
8
14. A.PSAK No.14, B.Persediaan, C.Tidak, D.Fleksibilitas, E. Rigid Uniformity,
F.Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih mana
yang lebih rendah. Biaya persediaan bisa dihitung dengan menggunakan rumus
FIFO, rata-rata tertimbang atau LIFO.
15. A.PSAK No.15, B.Akuntansi Untuk Investasi Dalam Perusahaan Asosiasi,
C.Ya, D.Finite Uniformity, E.Finite Uniformity, F.Jika investor mempunyai
pengaruh signifikan (20% atau lebih hak suara) maka investasi pada investee
dicatat dengan metode ekuitas, dan jika investor tidak mempunyai pengaruh
signifikan (kurang dari 20% hak suara) maka investasi pada investee dicatat
dengan metode biaya.
16. A.PSAK No.16, B.Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-Lain, C.Tidak,
D.Fleksibilitas, E. Rigid Uniformity, F.Standar memberikan fleksibilitas
perusahaan untuk memilih metode penyusutan aktiva tetap dengan syarat harus
mencerminkan pola pemanfaatan ekonomi aktiva oleh perusahaan.
17. A.PSAK No.17, B.Akuntansi Penyusutan, C.Tidak, D.Fleksibilitas, E. Rigid
Uniformity, F.Metode penyusutan aktiva menurut standar dapat diklasifikasi
antara lain metode garis lurus, jumlah angka tahun, saldo menurun, jam jasa,
jumlah unit produksi, berdasarkan jenis dan kelompok, anuitas dan sistem
persediaan. Dalam hal ini perusahaan diberi kebebasan untuk memilih salah
satu metode yang sesuai dengan kondisi perusahaannya.
18. A.PSAK No.18, B.Akuntansi Dana Pensiun, C. Tidak, D.Rigid Uniformity, E.
Rigid Uniformity, F.Untuk tujuan penyusunan laporan aktiva bersih dan laporan
perubahan aktiva bersih investasi dana pensiun harus dinilai dengan nilai wajar
(fair value).
19. A.PSAK No.19, B.Aktiva Tak Berwujud, C. Tidak, D.Rigid Uniformity, E.
9
Rigid Uniformity, F.Standar mengharuskan perusahaan menggunakan metode
amortisasi garis lurus, kecuali perusahaan mempunyai metode lain yang
memang sesuai dengan kondisi perusahaan.
20. A.PSAK No.20, B.Biaya Riset dan Pengembangan, C.Ya, D.Finite Uniformity,
E.Finite Uniformity, F.Biaya riset diakui sebagai beban dalam periode
terjadinya. Biaya pengembangan diakui sebagai beban dalam periode terjadinya
kecuali besar kemungkinan biaya tersebut akan meningkatkan manfaat
keekonomian masa depan maka diakui sebagai aktiva.
21. A.PSAK No.21, B.Akuntansi Ekuitas, C.Ya, D.Finite Uniformity, E.Finite
Uniformity, F.Standar tidak mewajibkan membuat pengelompokan unsur
ekuitas secara terperinci, namun harus diungkapkan secara jelas
pengelompokkan modal disetor, saldo laba, selisih penilaian kembali aktiva
tetap dan modal sumbangan.
22. A. PSAK No.22, B.Akuntansi Penggabungan Usaha, C.Ya, D.Rigid Uniformity,
E.Finite Uniformity, F.Standar mengharuskan penggabungan usaha melalui
akuisisi harus dipertanggungjawabkan dengan metode pembelian dan
penyatuan kepemilikan harus dibukukan dengan metode penyatuan
kepemilikan.
23. A.PSAK No.23, B.Pendapatan, C. Tidak, D.Rigid Uniformity, E. Rigid
Uniformity, F.Pendapatan harus diakui dengan nilai wajar imbalan yang
diterima atau yang dapat diterima.
24. A.PSAK No.24, B.Akuntansi Biaya Manfaat Pensiun, C.Tidak, D.Rigid
Uniformity, E. Rigid Uniformity, F.Biaya manfaat pensiun harus diakui sebagai
beban pada periode dimana jasa tersebut diterima.
25. A.PSAK No.25, B.Laba atau Rugi Bersih Untuk Periode Berjalan, Kesalahan
10
Mendasar dan Perubahan Kebijakan Akuntansi, C.Tidak, D.Rigid Uniformity,
E. Rigid Uniformity, F.Standar menetapkan keseragaman yang kaku dalam
penggolongan dan pengungkapan pos luar biasa, pengungkapan unsur tertentu
sehubungan dengan laba rugi aktivitas normal, perubahan estimasi akuntansi,
kebijakan akuntansi dan perlakuan akuntansi atas kesalahan mendasar.
26. A.PSAK No.26, B.Biaya Pinjaman, C.Ya, D.Finite Uniformity, E.Finite
Uniformity, F.Standar mengharuskan pembebanan segera biaya pinjaman pada
saat terjadinya, namun untuk biaya pinjaman yang secara langsung dapat
diatribusikan dengan perolehan, konstruksi atau produksi dari suatu qualifying
asset, standar mengharuskan kapitalisasi.
27. A.PSAK No.27, B.Akuntansi Perkoperasian, C.Ya, D.Finite Uniformity,
E.Finite Uniformity, F.Standar memperkenankan format penyajian laporan
keuangan dalam bentuk dan keterincian yang berbeda sepanjang memberikan
penyajian yang lebih layak untuk keadaan tertentu.
28. A.PSAK No.28, B.Akuntansi Asuransi Kerugian, C.Ya, D.Finite Uniformity,
E.Finite Uniformity, F.Standar memperkenankan format penyajian laporan
keuangan dalam bentuk dan keterincian yang berbeda sepanjang memberikan
penyajian yang lebih layak untuk keadaan tertentu.
29. A.PSAK No.29, B.Akuntansi Gas dan Minyak Bumi, C.Tidak, D.Fleksibilitas,
E. Rigid Uniformity, F.Standar menetapkan perusahaan bisa menggunakan baik
metode full cost maupun succesfull effort. Pada metode full cost semua biaya
dikapitalisasi sebagai bagian dari asset minyak dan gas bumi dan metode
succesfull effort semua biaya eksplorasi diperlakukan sebagai beban pada
periode bersangkutan. Full cost memandang bahwa semua kekayaan dari
perusahaan minyak dan gas bumi sebagai satu kesatuan asset sehingga semua
11
biaya sebelum mencapai tahap produksi harus dikapitalisasi. Sedangkan
succesfull effort menganggap kekayaan perusahaan yang tertanam dalam setiap
cadangan sebagai kesatuan asset.
30. A.PSAK No.30, B.Akuntansi Sewa Guna Usaha, C.Ya, D.Finite Uniformity,
E.Finite Uniformity, F.Transaksi sewa guna usaha dikelompokkan sebagai
capital lease bagi penyewa guna usaha dan finance lease bagi perusahaan sewa
guna usaha.
31. A.PSAK No.31, B.Akuntansi Perbankan, C.Ya, D.Finite Uniformity, E.Finite
Uniformity, F.Standar memperkenankan format penyajian laporan keuangan
dalam bentuk dan keterincian yang berbeda sepanjang memberikan penyajian
yang lebih layak untuk keadaan tertentu.
32. A.PSAK No.32, B.Akuntansi Kehutanan, C.Tidak, D.Rigid Uniformity, E.
Rigid Uniformity, F.Biaya yang timbul sebagai akibat kegiatan pengusahaan
hutan harus diestimasi dan dibebankan sebagai biaya produksi walaupun
kegiatannya belum dilaksanakan.
33. A.PSAK No.33, B.Akuntansi Pertambangan Umum, C.Ya, D.Finite
Uniformity, E.Finite Uniformity, F.Biaya pengadaan pengelolaan lingkungan
hidup dikapitalisasi sebagai aktiva tetap dan disusutkan sistematis berdasarkan
umur ekonomisnya.
34. A.PSAK No.34, B.Akuntansi Kontrak Konstruksi, C.Ya, D.Rigid Uniformity,
E.Finite Uniformity, F.Standar menetapkan pengakuan pendapatan dan beban
dengan metode penyelesaian.
35. A.PSAK No.35, B.Akuntansi Pendapatan Jasa Telekomunikasi, C.Ya, D.Finite
Uniformity, E.Finite Uniformity, F.Diperlakukan keseragaman dalam batasan
tertentu terutama dalam hal pengakuan pendapatan jasa telekomunikasi
12
interkoneksi yang bisa tidak menggunakan dasar akrual.
36. A.PSAK No.36, B.Akuntansi Asuransi Jiwa, C.Ya, D.Finite Uniformity,
E.Finite Uniformity, F.Standar memperkenankan format penyajian laporan
keuangan dalam bentuk dan keterincian yang berbeda sepanjang memberikan
penyajian yang lebih layak untuk keadaan tertentu.
37. A.PSAK No.37, B.Akuntansi Penyelenggaraan Jalan Tol, C.Ya, D.Finite
Uniformity, E.Finite Uniformity, F.Metode penyusutan jalan tol tidak
diseragamkan secara kaku. Peraturan pemerintah yang mendasari
penyelenggaraan jalan tol bersifat dinamis.
38. A.PSAK No.38, B.Akuntansi Restrukturisasi Entitas, C.Ya, D.Fleksibilitas,
E.Finite Uniformity, F.Metode akuntansi yang bisa digunakan bisa dipilih
perusahaan dalam beberapa alternatif yang sesuai dengan kondisi.
39. A.PSAK No.39, B.Akuntansi Kerjasama Operasi (KSO), C.Ya, D.Finite
Uniformity, E.Finite Uniformity, F.Asset KSO dicatat sebesar biaya perolehan
atau biaya pembangunan atau sebesar nilai wajar dipilih yang paling obyektif.
40. A.PSAK No.40, B.Akuntansi Perubahan Ekuitas Anak Perusahaan atau
Perusahaan Asosiasi, C.Ya, D.Finite Uniformity, E.Finite Uniformity, F.Standar
memperkenankan format penyajian laporan keuangan dalam bentuk dan
keterincian yang berbeda sepanjang memberikan penyajian yang lebih layak
untuk keadaan tertentu.
41. A.PSAK No.41, B.Akuntansi Waran, C.Ya, D.Finite Uniformity, E.Finite
Uniformity, F.Dasar penentuan nilai wajar waran distandarkan secara seragam
dalam batasan tertentu.
42. A.PSAK No.42, B.Akuntansi Perusahaan Efek, C.Ya, D.Fleksibilitas, E.Finite
Uniformity, F.Penyajian laporan rugi laba bisa dalam bentuk multiple step
13
maupun single step. Hal ini karena beban dalam melakukan berbagai kegiatan
perusahaan efek sulit diidentifikasi dengan jenis pendapatan yang diperoleh.
43. A.PSAK No.43, B.Akuntansi Anjak Piutang, C.Ya, D.Finite Uniformity,
E.Finite Uniformity, F.Kebijakan akuntansi mengenai transaksi anjak piutang
tidak diseragamkan secara kaku.
44. A.PSAK No.44, B.Akuntansi Aktivitas Pengembangan Real Estat, C.Ya,
D.Finite Uniformity, E.Finite Uniformity, F.Terdapat kondisi yang kompleks
terutama terkait dengan metode pengakuan pendapatan dan metode alokasi
biaya proyek pengembangan. Jika ada kondisi tertentu, pendapatan penjualan
real estat bisa diakui dengan tidak menggunakan metode akrual penuh.
45. A.PSAK No.45, B.Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba, C.Ya, D.Finite
Uniformity, E.Finite Uniformity, F.Standar memperkenankan format penyajian
laporan keuangan dalam bentuk dan keterincian yang berbeda sepanjang
memberikan penyajian yang lebih layak untuk keadaan tertentu.
46. A.PSAK No.46, B.Akuntansi Pajak Penghasilan, C.Tidak, D.Rigid Uniformity,
E. Rigid Uniformity, F.Standar mengharuskan pajak kini dan pajak tangguhan
diakui sebagai penghasilan atau beban pada laporan rugi laba periode berjalan
kecuali PPh berasal dari transaksi yang langsung dikreditkan atau dibebankan
ke ekuitas pada periode yang sama.
47. A.PSAK No.47, B.Akuntansi Tanah, C.Tidak, D.Rigid Uniformity, E. Rigid
Uniformity, F.Penyeragaman atas nilai tanah tidak disusutkan kecuali kondisi
kualitas tanah tidak layak untuk operasi utama entitas dan sifat operasi utama
tanah meninggalkan tanah dan bangunan begitu saja jika proyek selesai.
48. A.PSAK No.48, B.Penurunan Nilai Aktiva, C.Ya, D.Finite Uniformity, E.Finite
Uniformity, F.Tarif diskonto yang digunakan untuk ekstrapolasi proyeksi
14
jangka pendek bisa ditentukan perusahaan sendiri dengan kewajiban memberi
alasan penjelasan.
49. A.PSAK No.49, B.Akuntansi Reksadana, C.Ya, D.Rigid Uniformity, E.Finite
Uniformity, F.Uniformity secara kaku ditetapkan dalam penyajian laporan
keuangan yang meliputi laporan aktiva dan kewajiban, laporan operasi, laporan
perubahan aktiva bersih dan catatan atas laporan keuangan.
50. A.PSAK No.50, B.Akuntansi Investasi Efek Tertentu, C.Tidak, D.Rigid
Uniformity, E. Rigid Uniformity, F.Perlakuan akuntansi yang seragam untuk
pengakuan dan pengukuran nilai investasi efek terutama efek utang.
51. A.PSAK No.51, B.Akuntansi Kuasi Reorganisasi, C.Ya, D.Fleksibilitas,
E.Finite Uniformity, F.Teknik penilaian aktiva dan kewajiban jika tidak ada
nilai pasar ditentukan dengan estimasi. Estimasi ini dilakukan dengan beberapa
model alternatif yang bisa dipilih.
52. A.PSAK No.52, B.Akuntansi Mata Uang Pelaporan, C.Ya, D.Rigid Uniformity,
E.Finite Uniformity, F.Mata uang selain mata uang fungsional dianggap sebagai
mata uang non fungsional, sedangkan mata uang fungsional dianggap sebagai
mata uang dasar dalam menentukan nilai tukar.
53. A.PSAK No.53, B.Akuntansi Kompensasi Berbasis Saham, C.Ya, D.Finite
Uniformity, E.Finite Uniformity, F.Metode dengan asumsi signifikan yang
digunakan dalam suatu periode untuk mengestimasi nilai wajar opsi tidak
diseragamkan secara kaku.
54. A.PSAK No.54, B.Akuntansi Restrukturisasi Utang Piutang Bermasalah, C.Ya,
D.Finite Uniformity, E.Finite Uniformity, F.Standar tidak mengatur metode
estimasi piutang tidak tertagih. Kebijakan akuntansi untuk pengakuan bunga
atas piutang bermasalah cukup diungkapkan dalam laporan keuangan atau
15
catatan atas laporan keuangan.
55. A.PSAK No.55, B.Akuntansi Instrumen Derivatif, C.Ya, D.Fleksibilitas,
E.Finite Uniformity, F.Standar memberikan fleksibilitas atas kebijakan
manajemen risiko entitas yang bersangkutan untuk setiap jenis lindung nilai.
Tidak ada standar yang mewajibkan manajemen memberikan pengungkapan
kualitatif tambahan.
PENUTUP
Seperti halnya institusi perumus standar di Amerika, IAI pun menghadapi
kendala uniformity dalam menurunkan standar dari postulat yang ada. Penyimpangan
rumusan standar terhadap konsep uniformity yang ada sebetulnya semata-mata karena
banyak pertimbangan baik politik, sosial mapun ekonomi yang harus diperhitungkan
oleh IAI.
Berkaitan dengan konsep uniformity ini ada baiknya SAK yang dirumuskan
bisa dikurangi tingkat fleksibilitasnya maupun perlakuan yang bersifat rigid
uniformity. Pada dasarnya rigid uniformity ini dari segi metode memang komparabel
tetapi substansinya belum tentu komparabel. Akan lebih baik jika sebagian besar
pernyataan yang ditetapkan dalam perumusan standar diperlakukan kondisi finite
uniformity jika memang layak diimplementasikan dengan efektif karena bisa
mempunyai tingkat komparabilitas yang cukup tinggi.
SAK yang dirumuskan dengan mengacu pada IAS mempunyai tingkat
komparabilitas yang luas. Meskipun mengadopsi dari IAS, jika dicermati SAK ini
memang cukup memperhatikan kondisi usaha yang ada di Indonesia. Hal ini bisa
dilihat dalam PSAK No.30 tentang akuntansi sewa guna usaha. Standar berusaha
menjembatani beberapa kepentingan untuk mengurangi pihak-pihak yang dirugikan
16
dengan mengelompkkan capital lease bagi penyewa guna usaha dan finance lease
bagi perusahaan sewa guna usaha. PSAK No.20 tentang biaya riset dan
pengembangan diperlakukan finite uniformity karena memang terdapat relevance
circumstances dalam hal biaya tersebut menghasilkan produk baru atau tidak
menghasilkan produk baru. Jika biaya riset dan pengembangan menghasilkan produk
baru maka akan dikapitalisasi sebagai aktiva dan sebaliknya jika tidak menghasilkan
produk baru akan diakui sebagai beban.
Dalam perkembangan selanjutnya perlu kiranya dievaluasi efektifitas
penerapan SAK terutama dalam kaitannya dengan kebutukan komparabilitas. Untuk
mengoptimalkan manfaat konsep uniformity, identifikasi yang mendalam terhadap
keadaan yang sama atau serupa harus dilakukan dengan cermat.
17
DAFTAR PUSTAKA
Beresford, Dennis R.”Comparability, Competition and Cost”.Dalam Readings and Notes on Financial Accounting. Ed. Zeff, Stephen A. dan Bala G. Dharan. Singapore: Mc. Graw-Hill, Inc., 1994.
Hendriksen, Eldon S. Accounting Theory. Fourth Edition. Homewood, I1.: Richard D. Irwin, Inc., 1982.
Ikatan Akuntan Indonesia. Standar Akuntansi Keuangan per Juni 1999. Buku Satu. Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 1999.
_____________________ Standar Akuntansi Keuangan per Juni 1999. Buku Dua. Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 1999.
Miller, Paul B.W. “A New View of Comparability”. Journal of Accountancy, Agustus 1978, hal 70-77.
Purvis, S.E.C., Helen Gernon, dan Michael A. Diamond. “The IASC and Its Comparability Project: Prerequisites for Success”. Dalam Readings and Notes on Financial Accounting. Ed. Zeff, Stephen A. dan Bala G. Dharan. Singapore: Mc. Graw-Hill, Inc., 1994.
Revsine, Lawrence.”Towards Greater Comparability in Accounting Reports”. Financial Analysis Journal, Januari-Februari 1975, hal 45-51.
Wolk, Harry I., Michael G. Tearney, dan James L. Dodd. Accounting Theory: A Conceptual and Institutional Approach. Fifth Edition, Cincinnati: South-Western College Publishing, 2001.
18