Metode Pelaksanaan Pekerjaan Rigid

35
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG KERJA PRAKTIK Seirama dengan evolusi peradaban manusia, kemajuan ilmu pengetahuan dan juga teknologi telah sangat maju, yang di tandai dengan semakin meningkatnya kebutuhan manusia. Dampak perkembangan tersebut sangat mempengaruhi kita dalam segala aspek kehidupan, terutama aspek sosial dan ekonomi. Untuk menanggulangi pengaruh tersebut di butuhkan sumber daya manusia yang mempunyai integritas, dimana dituntut untuk dapat bersaing dalam dunia kerja yang saat ini membutuhkan tenaga – tenaga yang terampil dan professional. Untuk menghasilkan tenaga kerja yang terampil dan professional itu, kita harus dapat mengsinkronisasikan antara praktik dan teori. Salah satu realitanya adalah diadakan Kerja Praktik (KP). Kerja praktik adalah salah satu usaha menunjang mahasiswa untuk memahami, membandingkan serta mengembangkan teori yang diperoleh dalam bangku perkuliahan. Atas dasar tersebut penulis, mengangkat judul Laporan Kerja Praktik ”METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN RIGID PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN DAN AREA PARKIR (SERVICE ROAD) BANDAR UDARA KUALA NAMU” Pada paparan ini hanya akan menjelaskan pelaksanaan pekerjaan rigid beton yang akan dilaksanakan setelah pekerjaan timbunan tanah selesai dilaksanakan. 1.2. MAKSUD DAN TUJUAN KERJA PRAKTIK Maksud dan tujuan kerja praktik adalah sebagai berikut : A. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaiakan pendidikan sarjana (strata 1) pada jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan, Institut Teknologi Medan (FTSP – ITM). Agar Mahasiswa dapat mengaplikasikan teori-teori yang ada di bangku perkuliahan dengan keadaan dilapangan.

description

pekerjaan rigid

Transcript of Metode Pelaksanaan Pekerjaan Rigid

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG KERJA PRAKTIK

Seirama dengan evolusi peradaban manusia, kemajuan ilmu pengetahuan dan juga teknologi telah sangat maju, yang di tandai dengan semakin meningkatnya kebutuhan manusia. Dampak perkembangan tersebut sangat mempengaruhi kita dalam segala aspek kehidupan, terutama aspek sosial dan ekonomi. Untuk menanggulangi pengaruh tersebut di butuhkan sumber daya manusia yang mempunyai integritas, dimana dituntut untuk dapat bersaing dalam dunia kerja yang saat ini membutuhkan tenaga – tenaga yang terampil dan professional.

Untuk menghasilkan tenaga kerja yang terampil dan professional itu, kita harus dapat mengsinkronisasikan antara praktik dan teori. Salah satu realitanya adalah diadakan Kerja Praktik (KP). Kerja praktik adalah salah satu usaha menunjang mahasiswa untuk memahami, membandingkan serta mengembangkan teori yang diperoleh dalam bangku perkuliahan. Atas dasar tersebut penulis, mengangkat judul Laporan Kerja Praktik ”METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN RIGID PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN DAN AREA PARKIR (SERVICE ROAD) BANDAR UDARA KUALA NAMU”

Pada paparan ini hanya akan menjelaskan pelaksanaan pekerjaan rigid beton yang akan dilaksanakan setelah pekerjaan timbunan tanah selesai dilaksanakan.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN KERJA PRAKTIK

Maksud dan tujuan kerja praktik adalah sebagai berikut :

A. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaiakan pendidikan sarjana (strata 1) pada jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan, Institut Teknologi Medan (FTSP – ITM).

Agar Mahasiswa dapat mengaplikasikan teori-teori yang ada di bangku perkuliahan dengan keadaan dilapangan.

Untuk memperluas wawasan berpikir dan mengetahui lebih dalam ilmu yang dipelajari di bangku kuliah dengan melihat, mengamati dan saling tukar menukar pendapat dengan pihak – pihak terkait di lapangan.

1.3. RUANG LINGKUP DAN PEMBATASAN MASALAH

Ruang lingkup pekerjaannya adalah “Metode Pelaksanaan Pekerjaan Rigid Pada Proyek Pembangunan Jalan Dan Area Parkir (Service Road)” di Bandar Udara Kuala Namu Sumatera Utara. Sesuai dengan judul diatas maka penulis melibatkan berbagai ilmu dalam teknik sipil seperti manajemen konstruksi, struktur jalan raya, pembesiaan dan beton. Laporan kerja praktek ini membahas pembersihan lahan, suvei, pembesiaan dan pengecoran.

1.4. METHODOLOGI PENELITIAN

Wawancara:

Yaitu dengan cara berkonsultasi dengan pengawas, pelaksana proyek dilapangan dan pihak – pihak yang terkait didalam proyek pembangunan ini.

Observasi

Yaitu dengan meninjau langsung ke lapangan untuk mengetahui situasi di lapangan.

Study literature

Yaitu study kepustakaan dengan menelaah buku – buku dan mempelajari dokumen – dokumen yang berhubungan dengan pelaksanaan proyek.

1.5 . SISTEMATIKA PENULISAN

Penulisan laporan kerja praktik disusun didalam 5 (lima) bab, dimana antara bab saling berhubungan yaitu dengan sistematika sebagai berikut :

BAB 1 :

Pendahuluan yang berisi latar belakang kerja praktik, maksud dan tujuan kerja praktek, ruang lingkup kerja praktek, methodology pengumpulan data dan sistematika penulisan.

BAB II :

Tinjauan umum proyek, berisikan latar belakang proyek, tujuan proyek, data proyek, organisasi proyek dan tenaga kerja.

BAB III :

Tinjauan Pustaka, berisikan pekerjaan persiapan, bahan dan alat,

BAB IV :

Pekerjaan Struktur, berisikan pekerjaan bekisting, pekerjaan penulangan, pekerjaan pengecoran beton.

BAB V : Kesimpulan dan Saran

BAB II

TINJAUAN UMUM PROYEK

2.1. LATAR BELAKANG PROYEK

Untuk meningkatkan dan melancarkan aktifitas angkutan dan transportasi di areal Bandara Baru Kuala Namu Sumatera Utara, sangat dibutuhkan sarana dan prasarana penunjang. Adapun sarana dan prasarana yang dimaksud adalah salah satunya adalah pembangunan sisi darat berupa jalan dan areal parkir di dalam bandara. Tanpa dukungan tersebut akan sulit mencapai hasil yang maksimal.

Salah satu langkah kongkrit yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini PT. (Persero) Angkasa Pura II dan Departemen Pekerjaan Umum (PU), untuk mencapai tujuan tersebut adalah menyediakan sarana pendukung berupa “paket pembangunan jalan dan area parkir (service road) bandar udara Kuala Namu”. Dimana jalan ini dapat digunakan sebagai akses jalan utama yang dapat di dalam Bandar Udara Kuala Namu, dan parkir area sebagai tempat berhentinya mobil/ kendaraan pengunjung. Dengan demikian aktivitas di dalam Bandar udara khususnya di bidang transportasi darat dapat melalui jalan ini dan tidak menganggu aktivitas lainnya.

2.2. TUJUAN PROYEK

Untuk mempermudah akses transportasi darat di dalam lokasi Bandar udara.

Menggantikan Bandar Udara lama (Polonia) yang terletak persis di tengah kota Medan

2.3. DATA PROYEK

2.3..1. Data Non Teknis Proyek

Nomor : 01/spp.km/02/10

TANGGAL : 16 Februari 2010

PEKERJAAN : PEMBANGUNAN JALAN DAN AREA

PARKIR (SERVICE ROAD) BANDAR

UDARA KUALA NAMU SUMATERA

UTARA (SUMUT)

PEMILIK PROYEK : PT. (Persero) ANGKASA PURA II

LOKASI : KECAMATAN BERINGIN, KABUPATEN

DELI SERDANG

KONTRAKTOR : PT. NINDYA KARYA (Persero)

PELAKSANA : PT. DUTA AGUNG (Persero)

DIREKTUR : Ir. BAHWAN SIMANJUNTAK

ALAMAT : JALAN PABRIK TENUN NO. MEDAN

NILAI PROYEK : Rp 51.470.000.000,-

2.3..2. Data Teknis Proyek

Panjang rigid : 142600 cm (23 area @ 6200 cm)

Lebar rigid : 1400 cm

Tebal rigid : 25 cm

Panjang lean concrete : 143060 cm (23 area @ 6220)

Lebar land concrete : 1420 cm

Tebal lean concrete : 7 cm

2.3..3. Bagan Struktur Organisasi Proyek

STRUKTUR ORGANISASI

Gambar 2.1 Bagan Struktur Organisasi

2.4. ORGANISASI PROYEK

Proyek adalah suatu usaha yang mempuyai awal dan akhir dan dilaksanakan untuk memenuhi tujuan yang sudah di tetapkan dalam biaya, jadwal dan sasaran kualitas. Manajemen proyek yang menyatukan dan mengoptimumkan sumber daya yang di perlukan untuk menyelesaikan proyek dengan baik. Sumber daya ini mencakup : keterampilan, bakat, dan kerjasama tim, fasilitas, alat, perlengkapan, informasi, sistem teknik serta keuangan.

Untuk melaksanakan suatu proyek yang besar maupun yang kecil diperlukan suatu sistem organisasi yang mengelola dan mengontrol jalannya proyek. Organisasi proyek tersebut harus memiliki badan hukum, sarana serta personil yang dapat yang bekerja secara kolektif dan kualitatif agar mendapat hasil yang baik.

Struktur organisasi pekerja merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Sedapat – dapatnya segala urusan didalam proyek dapat diselesaikan sebaik – baiknya, jika terdapat perselisihan atau ketidakcocokan pendapat maka dirundingkan secara kekeluargaan demi kelancaran proyek tersebut.

2.4..1. Pemilik Proyek

Pemilik proyek adalah pihak yang memiliki proyek, pada jalan dan area parkir (service road) Bandar udara Kuala Namu. Pemilik proyek adalah PT. (Persero) ANGKASA PURA II.

2.4..2. Pemimpin Proyek

Pemimpin proyek adalah pimpinan proyek yang bertanggung jawab terhadap proyek , dan dalam pelaksanaan tugasnya pimpinan proyek dibantu oleh staf pemimpin bagian proyek

2.4..3. Panitia Lelang

Panitia lelang adalah panitia yang bertugas melaksanakan pelelangan dan pengadaan barang serta jasa pada proyek jalan dan area parkir (service road) Bandar Udara Kuala Namu.

2.4..4. Perencana

Yang bertindak sebagai perencana pada proyek adalah konsultan perencana, bertugas antara lain :

Mengumpulkan data di lapangan, lingkungan dan penyelidikan tanah.

Membuat gambar kerja dan perhitungan.

Melaksanakan pengadaan dokumen konstruksi dan memberikan penjelasan pekerjaan pada waktu pelelangan.

Memberikan penjelasan terhadap persoalan perencanaan yang timbul selama tahap konstruksi.

Melaksanakan pengawasan berkala selama proyek berlangsung.

Membuat laporan umum perencanaan bangunan.

2.4..5. Konsultan Pengawas

Tugas dan kewajiban tim konsultan pengawas (supervisi) akan mencakup tetapi tidak terbatas hal-hal sebagai berikut :

Selama pelaksanaan pekerjaan konsultan pengawas harus melakukan penilaian rencana kerja yang diusulkan oleh Kontraktor. Evaluasi dan penilaian meliputi urut – urutan, metode kerja, rencana alokasi waktu, alokasi bahan/material, alokasi tenaga kerja dan peralatan kerja.

Setelah diadakan koreksi dan masukan seperlunya, oleh Konsultan Pengawas memberikan persetujuan rencana kerja yang diusulkan oleh kontraktor.

Konsultan Pengawas melakukan Supervisi dan pengendalian agar kerja yang sudah disetujui bisa dilaksanakan pada saat pembangunan fisik.

Supervisi dan pengendalian meliputi jumlah dan kualitas material/bahan, peralatan, tenaga kerja dan jadwal pelaksanaannya. Khusus untuk Supervisi bahan/material harus dipahami betul karakteristik dan metode Supervisi dan pengujiannya seperti tertuang didalam persyaratan bahan/material pada Rencana Kerja dan syarat-syarat pekerjaan pembangunan.

Bersama-sama pelaksana fisik (Kontraktor) melakukan pengukuran dan menyepakati hasil pekerjaan sesuai dengan yang tercantum didalam Kontrak Pelaksanaan Fisik.

Mencatat semua hasil pengukuran besaran/volume pekerjaan yang telah diperlukan untuk pembayaran.

Melaporkan kepada Pengguna Jasa/Pejabat Pembuat Komitmen Proyek Pembangunan Jalan dan Area Parkir (Service Roada) Bandar Udara Kuala Namu atas setiap persoalan yang timbul sehubungan dengan kontrak dan memberikan pilihan/alternatif cara penyelesaian.

Menelaah semua perhitungan pekerjaan tambah – kurang (CCO) atau perpanjangan waktu yang diajukan oleh Pelaksana Fisik dan memberikan saran/pendapat kepada Pengguna Jasa/Pejabat Pembuat Komitmen Proyek Pembangunan Jalan dan Area Parkir (Service Roada) Bandar Udara Kuala Namu.

Melaksakan pemeriksaan secara periodik terhadap bahan – bahan bangunan yang digunakan oleh Pelaksana Fisik, dan sesuai dengan persyaratan teknis yang telah ditentukan dalam kontrak.

Konsultan Pengawas harus menolak bahan/material, peralatan dan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan ketentuan.

Melakukan pemeriksaan dan memberikan saran/pendapat atas pekerjaan Pelaksanaan Fisik yang telah selesai secara lengkap untuk dapat dinyatakan /diterima baik oleh Pengguna Jasa (Pejabat Pembuat Komitmen) Pembangunan Jalan dan Area Parkir (Service Roada) Bandar Udara Kuala Namu.

Memeriksa dan menyetujui laporan-laporan yang dibuat oleh pelaksana fisik/kontraktor antara lain yaitu :

i. Laporan harian pelaksana pekerjaan.

ii. Laporan mingguan pelaksana pekerjaan

iii. Gambar hasil pelaksanaan/asbuilt drawing, dan

Membuat laporan – laporan:

i. Membuat laporan bulanan

ii. Membuat laporan khusus (bila ada/dianggap perlu).

2.4..6. Kontraktor Pelaksana

Kontraktor pelaksana pada Pembangunan Jalan dan Area Parkir (Service Road) Bandar Udara Kuala Namu adalah PT. DUTA AGUNG (Persero). Tugas dari kontraktor adalah melaksanakan pekerjaan konstruksi. Pemilihan kontraktor pada proyek ini melalui proses pelelangan. Penting dalam hal ini kontraktor harus menyadari berapa besar pekerjaanya.

Adapun susunan organsasi PT. DUTA AGUNG pada proyek ini terdiri dari :

Direktur Utama

Tugas – tugas dan wewenang Direktur Utama dari perusahaan yang di pimpinnya adalah sebagai berikut :

Mengkoordinir kegiatan kantor

Bertanggung jawab atas kelancaran kegiatan proyek

Mengadakan kegiatan evaluasi kegiatan proyek

Koordinator Lapangan

Adapun tugas koordinator lapangan adalah sebagai berikut ;

Mengkoordinir kegiatan proyek di lapangan

Mengkontrol gambar pelaksana perhitungan konstruksi atas persetujuan pemilik proyek.

Menghitung pekejaan tambah kurang

Mengadakan pengukuran dan pengujiaan hasil pekerjaan.

Pelaksana

Adapun tugas pelaksana antara lain :

Bertanggung jawab terhadap koordinator lapangan

Bertanggung jawab atas kelancaran pekerjaan yang menjadi kewajibannya

Membuat surat perintah mandor

Memberikan perintah kepada pembantu pelaksana

Mengisi catatan cuaca dan laporan harian

Mengatur pekerjaan sesuai gambar rencana, metode – metode serta spesifikasi

Menjelaskan teknik- teknik pelaksanaan kepada tenaga kerja (buruh yang diberikan melalui mandor)

Mengusahakan penggunaan peralatan kerja seefektif mungkin

Tenaga bagian logistik

Adapun tugas dari tenaga bagian logistik adalah sebagai berikut :

Membuat jadwal pengadaan bahan dan peralatan.

Melakukan survey dan memberikan informasi kepada manager proyek sesuai jadwal pengadaan bahan.

Melaksanakan administrasi pemesan dan pengiriman bahan diproyek.

Memahami prosedur dan pelaksanaan penyimpanan bahan.

Penyediaan perlengkapan dan peralatan proyek.

Tenaga bagian gudang

Adapun tugas dari tenaga bagian gudang adalah membantu tenaga bagian logistik melakukan hal sebagai berikut :

Menguasai arus masuk dan keluar material dan barang.

Menyiapkan berita acara permintaan barang dan sesuai dengan penggunaan.

Mengatur penempatan barang di gudang.

Tenaga bagian keuangan

Adapun tugas dari tenaga bagian keuangan adalah menyusun dan membuat laporan tentang keuangan proyek sesuai dengan instruksi direktur utama.

Tenaga bagian gambar

Adapun tugas dari tenaga bagian gambar adalah sebagai berikut :

Mendetail gambar proyek yang belum jelas.

Menyiapkan gambar pelaksanaan di lapangan.

Membuat gambar revisi jika ada perusahaan gambar kerja.

Mandor

Adapun tugas dari mandor adalah melakukan pekerjaan konstruksi sesuai dengan instruksi pelaksana dan persetujuan pengawas.

Tenaga bagian adminstrasi

Adapun tugas dari tenaga bagian administrasi adalah sebagai berikut :

Mencatat, menyimpan dan mengelolah segala dokumen yang berkaitan dengan kegiatan diproyek.

Mengelola kegiatan di proyek terutama menyangkut pelaksanaan di lapangan dan dokumen pelaksanaan lainnya yang penting.

2.4..7. Hubungan Kerja Antara Organisasi Proyek

1) Kedudukan Masing-Masing Pihak Secara Teknis

Perencanaan

Perencanaan bertugas membantu pengelolaan proyek untuk pengadaan dokumen perancangan, dokumen lelang, dokumen pelaksanaan konstruksi serta memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan perancangan yang timbul selama tahap konstruksi serta bertanggung jawab kepada pemilik proyek.

Kontraktor Perencana

Perusahaan yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan untuk melaksanakan pekerjaan pemborong, konstruksi fisik, serta bertanggung jawab secara konstruktual dalam bentuk kontrak kepada pemilik proyek.

Konsultan Pengawas

Konsultan pengawas membantu mengelola proyek untuk melaksanakan pengawasan pada tahap konstruksi serta bertanggung jawab secara konstruktual kepada pemilik proyek.

2) Kedudukan Masing-Masing Pihak Secara Hukum

Kedudukan masing-masing pihak secara hukum dimaksudkan bahwa pemilik proyek langsung membawahi kontraktor pelaksana. Artinya pelaksana langsung bertanggung jawab atas hasil pekerjaan kepada pemilik proyek. Sedangkan konsultan perencana dan konsultan pengawas secara hukum tidak bertanggung jawab kepada pihak pemilik proyek.

2.5. RENCANA KERJA

Pelaksanaan pembangunan suatu proyek agar dapat berjalan dengan lancar, mudah dikontrol dan dapat selesai tepat pada waktu yang telah ditentukan. Maka perlu diperlukan pembagiaan waktu pada setiap tahapan pelaksanaan pekerjaan dan rencana kerja (Network Planning) yang biasa disebut “ Time Schedule”.

Melalui time schedule pelaksanaan suatu proyek yang sedang berlangsung dapat dikontrol sampai berapa jauh kemajuan pelaksanaannya, prestasi dari pada pekeja, sehingga pengaruh untung rugi terhadap perusahaan dalam melaksanakan proyek tersebut dapat dikontrol dan untuk mengajukan permohonan anggaran sesuai dengan kontrak kerja.

Time Schedule dibuat kontraktor selaku pelaksana, sesuai dengan jangka waktu pelaksanaan yang ditentukan oleh pemilik, kemudian harus disahkan oleh pimpinan proyek (pihak pemilik) dari pihak kontraktor.

Rencana kerja atau “Time Schedule” yang dibuat kontraktor meliputi rencana kerja induk (master plann) , rencana kerja hariaan, mingguan, serta bulanan.

Rencana Kerja Induk

Rencana kerja induk harus diserahkan kontraktor selambat – lambatnya 4 (empat) hari setelah dikeluarkan surat perintah mulai kerja (SPMK). Rencana kerja ini merupakan program kerja kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan.

Rencana Kerja Harian, Mingguan, Serta Bulanan

Rencana kerja harian yang diserahkan kontraktor kepada konsultan pengawas selambat – lambatnya sore hari, yang berisi rencana kerja pelaksanaan pekerjaan yang akan dikerjakan untuk esok hari.

Rencana kerja mingguan yang diserahkan kontraktor kepada konsultan pengawas selambat – lambatnya setiap akhir minggu, yang berisi rencana kerja pelaksanaan pekerjaan yang akan dikerjakan untuk minggu berikutnya.

Rencana kerja bulanan yang diserahkan kontraktor kepada konsultan pengawas selambat – lambatnya pada hari terakhir tiap bulan, yang berisi rencana kerja pelaksanaan pekerjaan yang akan dikerjakan untuk bulan berikutnya.

Pembuatan rencana kerja yang baik harus didasarkan pada data – data sebagai berikut :

Daftar volume pekerjaan

Rencana kerja dan syarat – syarat

Jenis dan macam pekerja

Spesifikasi peralatan dan bahan bangunan

Keadaan lapangan

Waktu pelaksanaan yang tersedia

Biaya yang direncanakan dan yang tersedia

Hal – hal yang perlu diperhatikan adalah gambar kerja, sifat konstruksi bangunan, kelangsungan ataupun kontinuitas pelaksanaan pekerjaan.

2.6. TENAGA KERJA

Tenaga kerja merupakan unsur penting pada pelaksanaan pekerjaan dilapangan. Tenaga kerja yang terlibat pada proyek pembangunan jalan dan area parkir (service road) Bandar Kuala Namu menurut statusnya terbagi atas :

Tenaga kerja tetap

Adalah tenaga kerja yang dipakai oleh perusahaan baik selama ada proyek maupun tidak ada proyek. Tenaga kerja tetap disini adalah tenaga kerja atau karyawan PT. DUTA AGUNG, (Persero).

Tenaga kerja harian

Adalah tenaga kerja yang bekerja berdasarkan kebutuhan jumlah pekerja pada proyek ini. Tenaga kerja harian ini jumlahnya sewaktu – waktu dapat ditambah atau dikurangi sesuai volume pekerjaan yang dilaksanakan.

Tenaga kerja kontrak

Adalah karyawan yang bersifat kontrak selama pelaksanaan pekerjaan proyek ini. Jika telah selesai maka dengan sendirinya karyawan ini diberhentikan dari perusahaan kecuali jika masih dibutuhkan.

Sedangkan tenaga kerja yang ditinjau menurut keahliaannya dapat dibagi atas :

Tenaga kerja ahli

Yaitu tenaga kerja dengan tingkat pendidikan minimal sarjana muda dengan pengalaman pada proyek serupa minimal 2 (dua) tahun.

Tenaga kerja menengah

Yaitu tenaga kerja yang berpendidikan sekolah kejuruan atau sekolah menengah atas dengan pengalaman pada proyek serupa minimal 3 (tiga) tahun.

Tenaga pekerja

Seluruh tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan secara langsng sesuai dengan perintah atasannya.

BAB III

PERALATAN DAN MATERIAL

3.1. PELAKSANAAN PEKERJAAN PERSIAPAN

Sebelum pekerjaan proyek dilaksanakan terlebih dahulu harus mengadakan persiapan – persiapan sebagai langkah awal, antara lain :

Untuk mempermudah pengangkutan bahan – bahan bangunan ke lokasi proyek, maka kontraktor mempersiapkan jalan atau pintu masuknya transportasi ke lokasi proyek.

Sebelum melakukan pekerjaan fisik terlebih dahulu dilakukan pembersihan lahan.

Untuk keperluaan pelaksanaan pekerjaan, kontraktor menyediakan kantor dilapangan, gudang penyimpanan bahan dan peralatan kerja serta los kerja untuk pengerjaan bahan – bahan.

Ijin mendirikan bangunan secara administrasi akan di urus oleh pimpinan proyek, tetapi seluruh biaya izin merupakan tanggungan kontraktor.

3.2. BAHAN DAN ALAT KERJA

3.2.1. Bahan

Bahan atau material yang dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan rigid pada proyek pembangunan jalan dan areal parkir (service road) Bandar Udara Kuala Namu didatangkan dari beberapa perusahaan pengelola bahan yang telah disetujui oleh pihak pimilik proyek, dalam hal ini PT. Angkasa Pura II (Persero). Adapun perusahaan pengelola bahan antara lain :

a) Untuk beton K-350 dan K-125 diperoleh dari :

- Batching plant PT. Kraton

- Batching plant PT. USI (Unggul Sejati Indonesia)

- Batching plant PT. Sukses Beton

b) Untuk besi beton, diperoleh dari :

- PT. Putera Baja Deli

- PT. Growth Sumatera

Semen

Semen yang dipakai dalam pembangunan harus Portland Cemen (PC), yang dalam segala hal harus sesusai denga persyaratan yang telah disyahkan Dewan Normalisasi Indonesia (NI-8), antara lain yang

menyebutkan bahwa kantongan semen tidak boleh ada yang rusak. Semen tidak boleh membatu dan berat atau volume semen tidak boleh kurang dari ketentuan-ketentuan yang sudah ada.

Pada proyek ini di gunakan semen produksi dalam negri yaitu semen padang. Pemakaian semen tiap campuran dapat ditentukan menurut ukuran yang sesuai dalam gambar rencana. Untuk menjamin kualitas semen, perlu dilakuakan beberapa hal sebagai berikut:

a) Semen harus ditempatkan dalam gudang tertutup.

b) Semen tidak boleh di campur dengan bahan bahan yang lain – lain.

c) Supaya kering , maka tempat penyimpanan harus di berikan alas.

d) Untuk semen yang tersimpan lama dan diragukan mutunya, maka penggunaannya harus persetujuaan pengawas.

B.Pasir

Pasir yang digunakan untuk campuran beton jika dilihat dari sumbernya dapat berasal dari sungai ataupun dari galian tambang (quarry). Agregat yang berasal dari tanah galian yaitu tanah yang dibuka lapisan penutupnya (pre-striping), biasanya berbentuk tajam, bersudut, berpori dan bebas dari kandungan garam. Pada kasus tertentu, agregat yang terletak pada lapisan yang paling atas harus dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan.

Menurut SII.0052 pasir (agregat halus) hasrus memenuhi syarat sebagai berikut :

a) Modulus halus butir 1,5 sampai 3,8.

b) Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,074 mm) maksimum 5%.

c) Kadar zat organic yang terkandung yang ditentukan dengan mencampur agregat halus dengan larutan natrium sulfat (NaSO4) 3 %, jika dibandingkan dengan warna standar/pembanding tidak lebih tua dari pada warna standar.

d) Kekerasan butiran jika dibandingkan dengn kekerasan butiran pasir pembanding yang berasal dari pasir kwarsa Bangka memberikan angka tidak lebih dari 2,20.

e) Kekekalan (jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur maksimum 10%, dan jika dipakai magnesium sulfat, maksimum 15%)

Kerikil dan Batu Pecah

Batu pecah merupakan hasil pengolahan batu dengan stone crusher. Butiran yang dihasilkan berbentuk tajam sehingga dapat memperkuat mortar. Batu pecah lebih sering digunakan untuk pekerjaan structural. Ukuran yang paling dikenal dalam pekerjaan beton adalah ukuran 10/20 dan 20/30.

Kerikil adalah bahan agregat kasar yang dalam proyek ini harus memenuhi standar Agregat Normal Menurut SII. 0052 (Teknologi Beton, Ir. Tri Mulyono, MT).

a) Modulus halus butir 6.0 sampai 7.1

b) Kadar lumpur atau bagaian yang lebih kecil dari 70 mikron (0.074 mm) maksimum 1%.

c) Kadar bagian yang lemah jika diuji dengan goresan batang tembaga maksimum 5%.

d) Kekekalan jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur maksimum 12%, dan jika dipakai magnesium sulafat bagian yang hancur maksimum 18%.

e) Tidak bersifat reaktif terhadap alkali jika kadar alkali dalam semen sebagai Na2O lebih besardari 0,6%.

f) Tidak mengadung butiran yang panajang dan pipih lebih dari 20%.

g) Kekasaran agregat harus memenuhi syarat sepereti tabel 3.1 di bawah.

Tabel 3.1 Syarat Mutu Kekuatan Agregat Sesuai SII.0052-80

Kelas dan Mutu Beton

Kekerasan dengan bejana Rudelloff, bagian hancur menembus ayakan 2 mm, persen (%) maksimumKekerasan dengan bejana geser Los Angelos,

Bagian hancur menembus ayakan 1,7 mm,

% makasimum

(1)

(2)

(3)

(4)

Beton Kelas I dan mutu B0 dan B1

Beton Kelas II dan mutu K.125, K.175 dan K.225

Beton Kelas III dan mutu > K.225 atau beton pratekan

22-30

14-22

Kurang dari

14

24-32

16-24

Kurang dari

16

40-50

27-40

Kurang dari

27

Sumber : Tabel 4.4 Teknologi Beton, Ir. Try Mulyono, MT

Air

Air yang digunakan untuk campuran beton harus bersih, tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, zat organis atau bahan lainnyayang dapat merusak beton atau tulangan. Sebaiknya dipakai air tawar yang dapat diminum. Air yang digunakan dalam pembuatan beton pratekan dan beton yang akan ditanami logam almunium (termasuk air bebas yang terkandung dalam agregat) tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang membahayakan (ACI 318-89:2-2). Untuk perlindungan terhadap korosi, konsentrasi ion klorida maksimum yang terdapat dalam beton yang telah mengeras pada umur 28 hari yang dihasilkan dari bahan campuran termasuk air, agregat, bahan bersemen dan bahan campuran tambahan tidak boleh melampaui nilai batas yang diberikan pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Batas Maksimum Ion Klorida

Jenis Beton

Batas (%)

Beton Pra-tekan

Beton bertulang yang selamanya berhubungan dengan klorida.

Beton bertulang yang selamanya kering atau terlindung dari basah.

Konstruksi beton bertulang lainnya.

0,06

0,15

1,00

0,30

Sumber : Tabel 3.2 Teknologi Beton, Ir. Try Mulyono, MT

Baja Tulangan

Setiap jenis besi tulangan yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik baja yang terkenal dapat dipakai. Pada umumnya setiap pabrik baja mempunyai standart mutu dan jenis baja, sesuai dengan yang berlaku dinegara yang bersangkutan, namun demikian, umumnya baja tulangan yang terdapat di pasaran Indonesia dapat dibagi dalam mutu-mutu tercantum dalam tabel.

Tabel 3.3 Mutu Baja Tulang

Mutu

Sebutan

Tegangan leleh karakteristik (sau) atau tegangan karakteristik yang memberikan regangan teteap 0.2% (s 0.2%) ( kg/cm2)

U – 22

U – 24

U – 32

U – 39

U – 48

Baja lunak

Baja lunak

Baja sedang

Baja keras

Baja keras

2.200

2.400

3.200

3.900

4.800

Sumber: Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971. N.I. – 2.

Baja tulangan tidak boleh di tumpuk langsung diatas tanah, tapi harus di tinggikan dengan menggunakan ganjal/balok. Penumpukan ditempat yang terbuka untuk jangka waktu yang lama harus dihindarkan.

Baja tulangan yang yang digunakan harus bebas dari kotoran karat, miyak, cat serta bahan lain yang dapat mengurangi daya lekat beton terhadap baja. Diameter baja yang digunakan harus sesuai dengan diameter baja yang direncanakan dalam gambar bestek.

Kawat Pengikat Tulangan

Kawat Pengikat tulangan ini terbuat dari besi yuang telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak tersepuh seng. Kawat yang digunakan harus bersih dari kotoran karat, miyak dan cat sertra bahan lain yang dapat mengurangi daya lekat terhadap beton.

3.2.2. Alat Kerja

Untuk memperlancar pelaksanaan pekerja di lapangan, tentu tidak lepas dari penyediaan alat – alat pekerjaan. Dalam Proyek ini digunakan alat – alat kerja antara lain :

Concrete Mixer ( Molen )

Untuk mengadukkan beton harus menggunakan alat pengaduk concrete mixer. Pada proyek ini menggunakan beton dengan mutu K-350 untuk pengecoran rigid dan beton dengan mutu K-125 untuk pengecoran lean concrete. Karena keterbatasan alat, dan beton yang dibutuhkan dalam jumlah besar

maka perusahaan yang bersangkutan memilih untuk membeli beton siap pakai (yang telah diaduk) dari beberapa perusahaan pengelola beton yang juga berada dalam lokasi Proyek Bandara Kuala Namu.

Truck dan Grobak Dorong

Alat ini digunakan untuk mengangkut bahan – bahan seperti pasir, batu, besi atau baja, baut serta bahan – bahan lain yang diperlukan untuk berada disekitar lokasi sesuai dengan kapasitas dan kemampuaannya.

Alat Pemotong Besi

Alat ini digunakan untuk memotong besi tulangan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan.

Alat pembengkok Besi Tulangan

Alat ini digunakan untuk membengkokkan besi tulangan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan.

Vibrator Roller

Untuk mencegahnya timbulnya rongga-rongga kosong pada adukan beton, maka adukan beton harus dipadatkan. Pemadatan dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu :

1) Merojok dan menumpuk atau memukul – mukul cetakan dengan besi atau kayu (non mekanis)

2) Memadatkan dengan cara mekanis yaitu Vibrator.

Bila pemadatan menggunakan vibrator, harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

- Jarum penggetar harus dimasukkan ke dalam adukan beton secara vertikal pada keadaan khusus boleh dimiringkan sampai 450.

- Selama penggetaran, jarum tidak boleh digerakkan ke arah horizontal, karena akan menyebabkan pemisahan bahan.

- Jarum penggetar tidak boleh bersentuhan dengan tulangan beton, untuk menjaga agar tulangan tidak bergeser dari betonnya.

- Untuk beton tebal penggetaran dilakukan berlapis-lapis dan setiap lapis 30 cm sampai 50cm.

- Jarum pengetar di tarik secara pelan-pelan, bila adukan beton sudah nampak mengkilat (air semen memisah dari agregat) alat penggetar ditarik.

- Jarak antara pemasukan jarum penggetar harus dipilih sehingga daerah-daerahnya saling menutupi.

Mesin Pompa.

Alat ini digunakan untuk menghisap sisa air pada pipa baja dan mengurangi kelebihan air pada tapak pilar sebelum pengecoran.

Waterpass

Digunakan untuk mengukur elevasi tanah untuk dapat melakukan pekerjaan pengecoran lean concrete sebelum pengecoran rigid dilakukan.

Escafator

Setelah dilakukan pengukuran elevasi dengan menggunakan waterpass, maka dilakukan pengerukan, penimbunan dan meratakan tanah dengan menggunakan escafator.

Paku

Tali

Martil

Slang

Sendok spesi

BAB IV

PEKERJAAN STRUKTUR

4.1. PENDAHULUAN

Sebelum pekerjaan struktur dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan persiapan struktur, Hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan pembangunan proyek dapat berjalan sesuai dengan rencana kerja yang berpedoman kepada perturann refrensi dan standar yang berlaku. Pekerjaan struktur tersebut meliputi pekerjaan pembesian dan pengerjaan pengecoran.

Perkerasan jalan atau lebih sering disebut perkerasan kaku (rigid pavement) terdiri dari plat beton semen portland dan lapisan pondasi (bisa juga tanpa lapisan pondasi) di atas tanah dasar/timbunan. Tahapan pekerjaan rigid K-350 sesuai urutannya adalah sebagai berikut, pengukuran (penentuan) elevasi, pemasangan bekisting/besi, penghamparan concrete pavement, perawatan beton/curring, pembuatan celah dengan saw cutter, dan diakhiri dengan pekerjaan joint sealant.

Gambar 4.1.1. Tipikal Struktur Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)

4.2. PENGUKURAN/PENENTUAN ELEVASI

Pekerjaan pengukuran (penentuan elevasi) adalah pekerjaan awal setelah pekerjaan pembersihan lahan. Penentuan elevasi dilakukan dengan menggunakan alat waterpass, penentuan elevasi dimaksudkan agar dapat memperoleh ketinggian yang direncanakan.

4.3. PEKERJAAN BEKISTING (BEKISTING PLAT BAJA)

Dalam pelaksanaan pembangunan, beton membutuhkan suatu bekisting baik untuk mendapatkan bentuk yang direncanakan maupun untuk pengerasannya. Walaupun bekisting sebagai alat Bantu sementara, tetapi bekisting memegang peran penting. Hal ini yang perlu diperhatikan dalam membuat bekisting antara lain :

Bekisting diperlukan untuk dipasang di sisi arah shoulder, setinggi tebal rigid yang akan dicor atau setinggi 27 cm yang nantinya akan berguna juga untuk pengukuran elevasi tinggi pengecoran rigid.

Pemasangan bekisting disesuaikan dengan modul/blok rigid yang akan dilaksanakan, sebagai contoh untuk jalur poros ruang A1 dan A2 akan dilakukan dengan cara membagi dua lebar jalan (2 x 3,5 m) dengan blok 5 m.

Pemasangan bekisting untuk pengecoran tahap pertama dipasang pada sisi luar jalan dan sisi tengah, untuk pengecoran tahap selanjutnya pemasangan bekisting hanya untuk bagian tepi luar.

Pemasangan bekisting harus sudah mengikuti level yang direncanakan terutama untuk tahap pertama setting elevasi bekisting sisi luar dan sisi dalam harus mengikuti sloope kemiringan melintang jalan yang direncanakan (2%), dengan menggunakan alt ukur (theodolit/total station)

4.4. PEKERJAAN PEMBESIAN

Pelaksanaan pekerjaan pembesian pada proyek pembangunan jalan dan areal parkir bandar udara Kuala Namu meliputi pembesian dowel dan tie bar, tahap – tahap pekerjaannya ialah :

a) Pemasangan dowel per 5 m pada arah melintang jalan (TJ-1) dengan tulangan diameter 32 mm polos dimana bagian ujungnya searah jalan yang digunakan dilumasi dengan pelumas (gemuk) dan dibungkus dengan us plastic.

b) Pada arah memanjang dipasang tulangan tepi (TP) pada bagian kiri dan kanan jalan dan bagian tengahnya/as jalan dipasang tie bar/longitudinal joint (LJ-2)

c) Untuk mengantisipasi pengembangan/penyusutan arah memanjang dipasang penulangan untuk construction joint (TJ-2)

d) Pemotongan dan fabrikasi dilaksanakan di workshop dengan membuat masing – masing modul penulangan dan dipasang di atas lean concrete apabila akan dilaksanakan tahapan pengecoran rigid.

e) Agar posisi penulangan kokoh tidak bergerak maka pada posisi tertentu diangkur pada lean concrete dengan menggunakan besi berdiameter 10 mm.

Gambar 4.4.1 Detail Arrangement Dowel D-32 Untuk rigid Pavement

Sumber : Gambar Rencana Pembesian Rigid Pavement Proyek Pembangunan Jalan dan Area Parkir Bandar Udara Kuala Namu – Sumatera Utara.

Gambar 4.4.2 Longitudinal Keyed Abutting Joint (LJ-1)

Sumber : Gambar Rencana Pembesian Rigid Pavement Proyek Pembangunan Jalan dan Area Parkir Bandar Udara Kuala Namu – Sumatera Utara.

Gambar 4.4.3 Longitudinal Dummy Joint (LJ-2)

Sumber : Gambar Rencana Pembesian Rigid Pavement Proyek Pembangunan Jalan dan Area Parkir Bandar Udara Kuala Namu – Sumatera Utara.

Gambar 4.4.4 Constraction Joint Melintang (TJ-1)

Sumber : Gambar Rencana Pembesian Rigid Pavement Proyek Pembangunan Jalan dan Area Parkir Bandar Udara Kuala Namu – Sumatera Utara.

Gambar 4.4.5 Expantion Joint Melintang

Sumber : Gambar Rencana Pembesian Rigid Pavement Proyek Pembangunan Jalan dan Area Parkir Bandar Udara Kuala Namu – Sumatera Utara

Gambar 4.4.6 Penulangan Tepi (TP)

Sumber : Gambar Rencana Pembesian Rigid Pavement Proyek Pembangunan Jalan dan Area Parkir Bandar Udara Kuala Namu – Sumatera Utara

Gambar 4.4.7 Metode Perkuatan Dowel dan Tie Bar

Sumber : Gambar Rencana Pembesian Rigid Pavement Proyek Pembangunan Jalan dan Area Parkir Bandar Udara Kuala Namu – Sumatera Utara.

4.5. PEKERJAAN PENGECORAN

Pengerjaan pengecoran dilakukan dalam dua bagian yang masing – masing bagian mempunyai tahapan tersendiri.

4.

4.1.

4.2.

4.3.

4.4.

4.5.

4.5.1. Pekerjaan Pengecoran Lean Concrete (Lantai Kerja)

Lantai kerja dicor di atas tanah yang telah ditimbun/digali berdasarkan elevasi yang telah direncanakan. Setelah pekerjaan timbun/gali selesai akan dilanjutkan dengan pekerjaan Lean Concrete (lantai kerja) setebal 10 cm dengan beton K-125. Pekerjaan ini memerlukan ketelitian dalam hal kerataan dan elevasi harus diperhatikan. Lean concrete akan menentukan kualitas pekerjaan beton rigid diatasnya.

Material lean concrete akan disuplai dari baching plant dalam bentuk ready mix yang diangkut ke lapangan dengan menggunakan truck mixer dan pekerjaan penghamparannya akan dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia (pekerja). Untuk menjaga kerataan disiapkan Straight Edge agar tidak ada gelombang.

4.5.2. Pengecoran Rigid Pavement (Perkerasan Rigid)

Perkerasan kaku adalah perkerasan yang menggunakan semen sebagai bahan pengikat. Beton dengan tulangan atau tanpa tulangan diletakkan di atas lapis pondasi bawah atau langsung di atas tanah dasar yang sudah disiapkan, dengan atau tanpa lapisan aspal sebagai lapis permukaan. Kekuatan perkerasan kaku ditentukan oleh kekuatan lapisan beton itu sendiri, sedangkan kekuatan tanah dasar tidak begitu menentukan. Kekuatan pelat beton yang tinggi dapat memikul sebagian besar beban lalu lintas sehingga pengaruh pada daya dukung tanah dasar kecil. Gambar distribusi beban pada perkerasan kaku terdapat pada Gambar 4.5.2.1 Karena kekakuan pelat beton yang relatif tinggi sehingga dapat menyebarkan beban pada bidang yang luas. Tegangan yang timbul pada lapis pondasi bawah relatif kecil karena beban telah disebarkan oleh pelat beton.

Gambar 4.5.2.1 Distribusi Beban Pada Perkerasan kaku

Untuk menghindari terjadinya segregasi dan bleeding, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penuangan beton. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:

Campuran yang akan dituangkan harus ditempatkan sedekat mungkin dengan cetakan akhir untuk mencegah segregasi karena penanganan kembali atau pengaliran adukan.

Pembetonan harus dilaksanakan dengan kecepatan penuangan yang diatur sedemikian rupa sehingga campuran beton selalu dalam keadaan plastis dan dapat mengalir dengan mudah ke dalam rongga di antara tulangan.

Campuran beton yang telah mengeras atau yang telah terkotori oleh material asing tidak boleh dituang ke dalam struktur.

Campuran beton yang setengah mengeras atau telah mengalami penambahan air tidak boleh dituangkan, kecuali telah disetujui oleh pengawas ahli.

Setelah penuangan campuran beton dimulai, pelaksanaan harus dilakukan tanpa henti hingga diselesaikan penuangan suatu panel atau penampang, yang dibentuk oleh batas-batas elemennya atau batas penghentian penuangan yang ditentukan, kecuali diizinkan atau dilarang dalam pelaksanaan siar pelaksanaan (construction joint).

Permukaan atas dari acuan yang diangkat secara vertical pada umumnya harus terisi rata dengan campuran beton.

Sama halnya dengan lean concrete, pengecoran beton kaku K-350 dilakukan dengan tenaga manusia dan material beton rigid disuplai dari baching plant dalam bentuk ready mix yang diangkut ke lapangan dengan menggunakan truck mixer dan dicor setebal 25 cm yang diletakkan di atas lean concrete yang sebelumnya telah dipasang penulangan.

4.5.3. Pemadatan.

Apabila spesi beton dituang dalam bekisting maka diantara dinding dan spesi beton didalam campuran spesi beton sendiri terdapat banyak udara. Ruang kosong ini sangat merugikan bagi kualitas beton. Karnanya spesi beton yang baru dicor harus dipadatkan.

Metode pemadatan beton rigid yang dilaksanakan pada proyek ini adalah pemadatan mekanis yaitu dengan menggunakan vibrator. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pemakaian vibrator adalah :

Pada tempat – tempat yang dekat jaraknya dilakukan dengan waktu getar yang pendek tidak boleh lebih dari 5 detik untuk satu titik.

Masukkan alat penggetar dengan arah tegak lurus.

Bila tampak permukaan agak licin, tarik perlahan – lahan sehingga lubang yang ditinggalkan akan menutup dengan sendirinya.

Jangan sampai menggetarkan konstruksi tulangan.

Hindarkan singgungan alat penggetar dengan bekisting.

4.5.4. Pembongkaran bekisting

Pada prinsipnya pembongkaran bekisting dilakukan dengan ketentuan – ketentuan yang terdapat dalam peraturan PBI-1971. Adapun ketentuan – ketentuannya adalah sebagai berikut :

Untuk bekisting bagian struktur hanya boleh dibongkar setelah mencapai kekuatan yang cukup untuk memikul berat sendiri dan beban – beban pelaksanaan yang bekerja padanya selama pembangunan. Cetakan dapat dibongkar setelah beton berumur 3 minggu atau menurut ketentuan lain.

Bekisting harus tetap dipasang selama paling sedikit 8 jam setelah penghamparan beton.

Setelah acuan dibongkar, permukaan beton yang terbuka harus segera dirawat.

4.5.5. Perawatan Beton (Curing)

Setelah pengecoran beton selesai, beton perlu dirawat agar mutu beton tidak berubah atau berkurang. Perawatan beton dimaksudkan untuk mencegah pengerasan bidang – bidang beton secara mendadak akibat terik matahari. Pengerasan mendadak dapat menimbulkan retak – retak pada permukaan beton, karena beton belum meningkat secara sempurna.

Beton yang telah dicor harus dicurring dengan Curring Compound eks. Fosroc segera setelah pekerjaan pembuatan alur (grooving) dilaksanakan, untuk menjaga kelembapan air sering digunakan karung goni atau geoteksil non wovan dan disiram berulang – ulang dan karung harus selalu dalam kondisi basah. Proses curring ini dilakukan sampai kekuatan beton memenuhi syarat penelitian laboratorium yang biasanya sampai 7 hari setelah pengecoran.

Adapun cara perawatan beton adalah :

Beton yang belum kering / harus dilindungi dari aliran air dan peralatan yang merusak beton.

Beton harus dilindungi dari pengaruh panas langsung, sehingga tidak terjadi penguapan yang terlalu cepat.

Beton harus dilindungi dari hujan yang bisa merusak ikatan beton.

4.5.6. Pengendalian Mutu Di Lapangan

Pengujian Untuk Kelecakan (Workability)

Satu atau lebih pengujian “slump”, harus dilaksanakan pada setiap takaran beton yang dihasilkan.

Pengujian Kuat Tekan

Kontraktor harus melaksanakan tidak kurang dari 1 pengujian kuat tekan untuk setiap 60 m3 beton yang dicor. Setiap pengujian harus termasuk 3 contoh yang identik untuk diuji pada umur 3, 7 dan 28 hari. Tetapi bila jumlah beton yang dicor dalam satu hari memberikan kurang dari 5 contoh untuk diuji, maka contoh-contoh harus diambil dari 5 takaran yang dipilih secara acak. Contoh pertama dari contoh-contoh ini harus diuji pada umur 3 hari disusul dua oleh pengujian lebih lanjut pada umur 7 dan 28 hari.

Pengujian Tambahan

Kontraktor harus melaksanakan pengujian tambahan yang diperlukan untuk menentukan mutu bahan atau campuran atau pekerjaan beton akhir, pengujian tambahan tersebut meliputi :

Pengujian yang tidak merusak menggunakan “sclerometer” atau perangkat penguji lainnya.

Pengambilan dan pengujian benda uji inti (core) beton.

Pengujian lainnya sebagaimana ditentukan secara khusus.

4.5.7. Pemasangan dilatasi

Dilatasi dilakukan setiap 5 meter dengan memakai alat potong concrete cutter yang kemudian disealant eks fosroc. Sebelum disealant atau sering disebut penyegelan permanent, maka lubang – lubang yang telah dibuat harus bersih dari segala kotoran dengan menggunakan kompresor.

Gambar 4.5.7.1 Pembuatan Dilatasi Dengan Concrete Cutter

Gambar 4.5.7.2. Pekerjaan Joint sealant

4.5.8. Antisipasi Terhadap Cuaca

Perlindungan untuk selama proses pengecoran dilakukan dengan pembuatan tenda beroda dengan panjang 4-5 meter selebar badan jalan.

Perlindungan rigid yang baru selesai akan dilakukan dengan penutupan menggunakan terpal.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan pengamatan dalam pelaksanaan jembatan selama 2 bulan kerja praktek pada proyek pembangunan jalan dan area parkir (service road) bandar udara Kuala Namu, maka penyusun dapat menyimpulkan beberapa hal, antara lain :

Lokasi Bandar udara Kuala Namu sangat strategis sehingga menjadikan kota Medan sebagai salah satu Gerbang keluar masuk dari dan ke Indonesia.

Lokasi jalan dan area parkir adalah yang berada dalam Bandar udara juga sangat strategis karena dapat membantu dan mendukung segala aktivitas di dalam bandara.

Perencanaan jalan ini telah didasarkan pada semua pedoman dan peraturan yang berlaku di Indonesia.

Koordinasi antar unur – unsur pelaksanaan proyek dalam pelaksanaan proyek ini cukup baik antara Kontraktor, PT. Angkasa Pura II dan PU.

PT. Duta Agung telah menempatkan pekerja – pekerja yang berpengalaman dibidang proyek. Ini dapat dilihat dengan cara mereka yang terkoordinasi, sehingga pelaksanaan pekerjaan cukup lancer.

Pada proyek ini, mutu pelaksanaan dapat sesuai dengan apa yang diharapkan berkat pengawasan dan pengendalian yang baik.

Pemanfaatan areal lapangan dan para pekerja yang optimal sehingga aktifitas dalam proyek tidak terganggu satu sama lain.

5.2. SARAN

Adapun saran yang dapat di ambil oleh penyusun antara lain :

Ø Perencanaan hendaknya melakukan chek pengukuran langsung ke lapangan dan konsultasi dengan pihak pemilik proyek sebelum melaksanakan perencanaan sehingga bentuk dan kekuatan bangunan sesuai dengan apa yang diinginkan.

Ø Perencanaan gambar hendaknya perlu dipersiapkan lebih matang agar hasil gambar sinkron antar denah dan detail sehingga tidak adalagi perubahan – perubahan.

Ø Perlu pengwasan yang lebih ketat lagi untuk para pekerja.

Ø Peralatan pekerjaan hendaknya ditingkatkan lagi pemeliharaannya.