KURETASE
I. Definisi Kuretase
Kuretase adalah serangkaian proses pelepasan jaringan yang
melekat pada dinding kavum uteri dengan melakukan invasi dan
memanipulasi instrument (sendok kuret) ke dalam kavum uteri.1
Kuretase juga merupakan suatu cara membersihkan hasil konsepsi
memakai alat kuretase (sendok kerokan). Sendok kuret akan
melepaskan jaringan tersebut dengan teknik pengerokan secara
sistematik.
Sebelum melakukan kuretase, penolong harus melakukan
pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks
dan besarnya uterus. Gunanya untuk mencegah terjadinya bahaya
kecelakaan misalnya perforasi.2
II. Tujuan Kuretase2, 3
a. Sebagai terapi pada kasus-kasus abortus. Intinya, kuret ditempuh oleh
dokter untuk membersihkan rahim dan dinding rahim dari benda-
benda atau jaringan yang tidak diharapkan.
b. Penegakan diagnosis. Semisal mencari tahu gangguan yang terdapat
pada rahim, apakah sejenis tumor atau gangguan lain. Meski
tujuannya berbeda, tindakan yang dilakukan pada dasarnya sama saja.
Begitu juga persiapan yang harus dilakukan pasien sebelum
menjalani kuret.
III. Indikasi2, 3
a.Kuretase pada Abortus:
Abortus inkompletus
Abortus inkompletus adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari
kavum uteri dan masihada yang tertinggal. Batasan ini juga masih
1
terpancang pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram. Pada pemeriksaan vagina, kanalis
servikalis terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri
ataumenonjol pada ostium uteri eksternum (OUE). Sendok kuret akan
melepaskan jaringan tersebut dengan teknik pengerokan secara
sistematik.Ciri : perdarahan yang banyak, disertai kontraksi, serviks
terbuka, sebagian jaringan keluar.Tindakan kuretase harus
dilaksanakan dengan hati-hati sesuai dengan keadaan umum ibu dan
besarnya uterus.
Abortus septik4,5
Sepsis akibat tindakan abortus yang terinfeksi (misalnya dilakukan
oleh dukun atau awam). Abortus septik adalah abortus yang disertai
penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh atau peritoneum
(septikemia atau peritonitis). Ciri : perdarahan pervaginam yang
berbau, uterus yang membesar dan lembut serta nyeri tekan, tampak
lelah, panas tinggi, menggigil, tekanan darah turun dan leukositosis.
Tindakan kuretase dilakukan bila keadaan tubuh sudah membaik
minimal 6 jam setelah antibiotika adekuat diberikan. Pada saat
tindakan uterus dilindungi dengan uterotonika.
Gunakan secara hati-hati pada:
Abortus yang disertai cedera intra abdomen (perlu
tindakanlaporotomi)
Abortus mola
Abortus terkomplikasi (syok hipovolemik) yang belum dapat di
koreksi
b. Kuretase pada Paska Persalinan:
Sisa Plasenta
Sisa Selaput Ketuban
2
Gunakan secara hati-hati pada:
Sisa plasenta dengan keadaan umum yang jelek atau
dengankomplikasi syok hipovolemik, syok septik, dan infeksi
berat.
Sisa plasenta akreta yang melekat erat/tertanam pada dinding
uterus
Alat-alat kuret:
a. Cunam tampon: 1
b. Cunam peluru atau tenakulum: 1
c. Klem ovum (Foerster/Fenstrer clampt) lurus dan lengkung: 2
d. Sendok kuret: 1 set
e. Penala kavum uteri (Uterine Sound/Sondage): 1
f. Spikulum Sim’s atau L dan kateter karet: 2 dan 1
g. Tabung 5 ml dan jarum suntik no.23 sekali pakai: 2
Gambar 1. Alat –Alat Kuretase5
3
Prosedur Kuretase pada Abortus Inkomplit 2
LANGKAH/KEGIATANPERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK
1. Sapa pasien dan keluarganya, perkenalkan bahwa anda adalah petugas
yang akan melakukan tindakan medik.
2. Jelaskan tentang diagnosis dan penatalaksanaan abortus inkomplit
3. Jelaskan bahwa setiap tindakan medik mengandung risiko, baik yang telah
diduga sebelumnya maupun tidak.
4. Pastikan bahwa pasien dan keluarganya telah mengerti dan jelas tentang
penjelasan tersebut di atas.
5. Beri kesempatan kepada pasien dan keluarganya untuk mendapatkan
penjelasan ulang apabila ragu atau belum mengerti.
6. Setelah pasien dan keluarga mengerti dan memberikan persetujuan untuk
dilakukan tindakan ini, mintakan persetujuan secara tertulis, dengan
mengisi dan menandatangani formulir yang telah disediakan.
7. Masukkan lembar Persetuan Tindakan Medik yang telah diisi dan
ditandatangani ke dalam catatan medik pasien.
8. Serahkan kembali catatan medik pasien setelah diperiksa
kelengkapannya, catatan kondisi pasien dan pelaksanaan instruksi.
PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN
A. PASIEN
9. Cairan dan selang infus sudah terpasang. Perut bawah dan lipat paha
sudah dibersihkan dengan air dan sabun.
10. Uji fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi kardipulmoner.
11. Siapkan kain alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah
12. Medikamentosa
a. Analgetika (Pethidin 1-2 mg/kgBB, Ketamin HCl 0,5 mg/kgBB,
Tramadol 1-2 mg/kgBB)
b. Sedativa (Diazepam 10mg)
c. Atropin Sulfat (0,25-0,50mg/ml)
13. Larutan antiseptik (Povidon iodin 10%)
4
14. Oksigen dengan regulator
15. Instrumen
a. Cunam tampon: 1
b. Cunam peluru atau tenakulum: 1
c. Klem ovum (Foerster/Fenstrer clampt) lurus dan lengkung: 2
d. Sendok kuret: 1 set
e. Penala kavum uteri (Uterine Sound/Sondage): 1
f. Spikulum Sim’s atau L dan kateter karet: 2 dan 1
g. Tabung 5 ml dan jarum suntik no.23 sekali pakai: 2
B. PENOLONG (Operator dan Asisten)
16. Baju kamar tindakan, pelapis plastik, marker dan kacamata pelindung: 3
set
17. Sarung tangan DTT/Steril: 4 pasang
18. Alas kaki (Sepatu/boot karet): 3 pasang
19. Instrumen
a. Lampu sorot: 1
b. Mangkok logam: 2
c. Penampung darah dan jaringan: 1
PENCEGAHAN INFEKSI SEBELUM TINDAKAN
20. Cuci tangan dan lengan dengan sabun hingga ke siku dibawah air
mengalir
21. Keringkan tangan dengan handuk DTT/Steril
22. Pakai baju dan alas kaki kamar tindakan, masker, dan kacamata
pelindung
23. Pakai sarung tangan DTT/Steril
24. Pasien dengan posisi lithotomi, pasangkan alas bokong, sarung kaki dan
penutup perut bawah, fiksasi dengan klem kain (ingat: sarung tangan
tidak boleh menyentuh bagian yang tidak aman)
TINDAKAN
25. Instruksikan asisten untuk memberikan sedativa dan analgetikamelalui
karet infus (Pethidin diberikan secara intramuskuler)
5
26. Dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri sisihkan labium mayus ke kiri
dan kanan ke lateral hingga tampak muara urethra. Masukkan kateter ke
urethra dengan ibu jari dan telunjuk tangan kanan hingga 0,5cm.
Pindahkan telunjuk kiri ke dinding depan vagina (dasar urethra) dorong
kateter (dengan tuntunan telunjuk kiri) hingga memasuki kandung kemih
(keluar air kemih).
27. Setelah kandung kemih dikosongkan, lepaskan kateter, masukkan ke
dalam tempat yang tersedia. Buka introitus vagina dengan ibu jari dan
telunjuk tangan kiri, masukkan telunjuk dan jari tengah tangan kanan ke
dalam lumen vagina, pindahkan tangan kiri ke perut bawah
(suprasimfisis) untuk memeriksa besar dan lengkung uterus, bukaan
serviks, jaringan yang terkumpul di vagina atau terjepit di kanalis
servisis (pemeriksaan dalam).
28. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5%, bersihkan darah atau jaringan yang melekat di
sarung tangan, lepaskan sarung tangan secara terbalik.
29. Pakai sarung tangan DTT/ steril yang baru
30. Pegang speculum Sim’s/L dengan tangan kanan masukkan bilahnya
secara vertikal kedalam vagina, setelah itu putar kebawah sehingga
posisi bilah menjadi transversal.
31. Minta asisten untuk menahan spekulum bawah pada posisinya
32. Dengan sedikit menarik spekulum bawah (hingga lumen vagina tampak
jelas) masukkan bilah spekulum atas secara vertikal kemudian putar dan
tarik keatas hingga jelas terlihat serviks.
33. Minta asisten untuk memegang spekulum atas pada posisinya
34. Jepit kapas (yang telah dibasahi dengan larutan antiseptik) dengan
cunam tampon, bersihkan jaringan dan darah dalam vagina. Tentukan
bagian serviks yang akan dijepit (posisi jam 11 dan 13).
35. Dengan tangan kanan, jepit serviks dengan tenakulum, setelah terjepit
dengan baik pegang gagang tenakulum dengan tangan kiri.
36. Lakukan pemeriksaan dalam dan lengkung uterus dengan penala
6
(Uterine Sound/Soundage)
37. Sementara tangan kiri menahan serviks, masukkan klem ovum yang
sesuai dengan bukaan kanalis servisis hingga menyentuh fundus uteri
keluarkan dulu jaringan yang tertahan pada kanalis).
38. Lakukan pengambilan jaringan dengan jalan membuka dan menutup
klem (dorong klem dalam keadaan terbuka hingga menyentuh fundus
kemudian tutup dan tarik). Pilih klem ovum yang mempunyai permukaan
bulatan, halus, rata, agar tidak melukai dinding dalam uterus.
39. Keluarkan klem ovum jika dirasakan sudah tidak ada lagi jaringan yang
terjepit/keluar.
40. Pegang gagang sendok kuret dengan ibu jari dan telunjuk, masukkan
ujung sendok kuret (sesuai lengkung uterus) melalui kanalis servisis
kedalam uterus hingga menyentuh fundus uteri.
41. Lakukan kerokan dinding uterus secara sistematis dan searah jarum jam,
hingga bersih (seperti mengenai bagian bersabut).
42. Untuk dinding cavum uteri yang berlawanan dengan lengkung cavum
uteri, masukkan sendok kuret dengan lengkung uteri, setelah mencapai
fundus, putar gagang sendok 180derajat baru lakukan pengerokan.
43. Keluarkan semua jaringan dan bersihkan darah yang menggenangi lumen
vagina bagian belakang.
44. Lepaskan jepitan tenakulum pada serviks.
45. Lepaskan spekulum atas.
46. Keluarkan spekulum bawah.
47. Sebelum melepas sarung tangan, kumpulkan dan masukkan instrumen
kedalam wadah yang berisi cairan klorin 0,5%.
48. Kumpulkan bahan habis pakai yang terkena darah atau cairan tubuh
pasien, masukkan ketempat sampah yang tersedia.
49. Bubuhi benda-benda dalam kamar tindakan yang terkena cairan tubuh
atau darah pasien dengan cairan klorin 0,5%
7
50. Bersihkan sarung tangan dari noda darah dan cairan tubuh pasien
kemudian lepaskan secara terbalik dan rendam dalam cairan klorin 0,5%.
CUCI TANGAN PASKA TINDAKAN
51. Setelah melepas sarung tangan, cuci tangan kembali dengan sabun,
dibawah air mengalir.
52. Keringkan tangan dengan handuk/tissue yang bersih.
53. Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan dan beri
instruksi apabila terjadi kelainan/komplikasi.
54. Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan didalam kolom yang
tersedia dalam status pasien. Bila keadaan umum pasien cukup baik,
setelah cairan habis, lepaskan peralatan infus.
55. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan pemantauan pasien
56. Beritahukan kepada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telahselesai
dilakukan tetapi pasien masih memerlukan perawatan.
57. Bersama petugas yang akan merawat pasien, jelaskan jenis perawatan
yang masih diperlukan.
58. Tegaskan pada petugas yang merawat untuk menjalankan instruksi
perawatan dan pengobatan serta laporkan segera bila pemantauan lanjut
ditemukan perubahan-perubahan seperti yang ditulis dalam catatan pasca
tindakan.
8
Prosedur Kuretase Pasca Persalinan2
Kuretase pascapersalinan menjadi khusus karena dilakukan setelah
lahir dan sebagian dari jaringan plasenta masih melekat pada dinding
kavum uteri.Uterus masih berukuran cukup besar dan lunak sehingga risiko
tindakan ini cukup tinggi.Instrumen atau sendok kuret yang dipergunakan
adalah sendok besar dengan tangkai yang lebih panjang dan (dirancang
khusus). Untuk fiksasi porsio, digunakan klem ovum (Fenster atau
Foerster clamp).
LANGKAH/KEGIATAN
PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK
1. Sapa pasien dan keluarganya, perkenalkan bahwa anda adalahpetugas yang
akan melakukan tindakan medik.
2. Jelaskan tentang diagnosis dan penatalaksanaan sisa plasenta
3. Jelaskan bahwa setiap tindakan medik mengandung risiko, baik yang telah
diduga sebelumnya maupun tidak.
4. Pastikan bahwa pasien dan keluarganya telah mengerti dan jelas tentang
penjelasan tersebut di atas.
5. Beri kesempatan kepada pasien dan keluarganya untuk mendapatkan
penjelasan ulang apabila ragu atau belum mengerti.
6. Setelah pasien dan keluarga mengerti dan memberikan persetujuan untuk
dilakukan tindakan ini, mintakan persetujuan secara tertulis, dengan mengisi
dan menandatangani formulir yang telah disediakan.
7. Masukkan lembar Persetuan Tindakan Medik yang telah diisi dan
ditandatangani ke dalam catatan medik pasien.
8. Serahkan kembali catatan medik pasien setelah diperiksa kelengkapannya,
catatan kondisi pasien dan pelaksanaan instruksi.
PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN
9
A. PASIEN
9. Cairan dan selang infus sudah terpasang. Perut bawah dan lipat paha sudah
dibersihkan dengan air dan sabun.
10. Uji fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi kardiopulmoner.
11. Siapkan kain alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah
12. Medikamentosa
a. Analgetika (Pethidin 1-2 mg/kgBB, Ketamin HCl 0,5 mg/kgBB,
Tramadol 1-2 mg/kgBB)
b. Sedativa (Diazepam 10mg)
c. Atropin Sulfat (0,25-0,50mg/ml)
13. Larutan antiseptik (Povidon iodin 10%)
14. Oksigen dengan regulator
15. Instrumen
a. Cunam tampon: 1
b. Klem ovum (Foerster/Fenstrer clampt) lurus dan lengkung: 1
c. Sendok kuret pasca persalinan: 1 set
d. Spikulum Sim’s atau L dan kateter karet: 2 dan 1
e. Tabung 5 ml dan jarum suntik no.23 sekali pakai: 2
B. PENOLONG (Operator dan Asisten)
16. Baju kamar tindakan, pelapis plastik, marker dan kacamata pelindung: 3 set
17. Sarung tangan DTT/Steril: 4 pasang
18. Alas kaki (Sepatu/boot karet): 3 pasang
19. Instrumen
a. Lampu sorot: 1
b. Mangkok logam: 2
c. Penampung darah dan jaringan: 1
PENCEGAHAN INFEKSI SEBELUM TINDAKAN
20. Cuci tangan dan lengan dengan sabun hingga ke siku dibawah air mengalir.
21. Keringkan tangan dengan handuk DTT/Steril
22. Pakai baju dan alas kaki kamar tindakan, masker, dan kacamata pelindung.
23. Pakai sarung tangan DTT/Steril
10
24. Pasien dengan posisi lithotomi, pasangkan alas bokong, sarung kaki dan
penutup perut bawah, fiksasi dengan klem kain.
TINDAKAN
25. Instruksikan asisten untuk memberikan sedativa dan analgetika melalui
karet infus (Pethidin diberikan secara intramuskuler).
26. Sisihkan labium mayus kiri dan kanan ke lateral hingga muara urethra
tampak jelas. Dengan ibu jari dan telunjuk tangan kanan, masukkan kateter
hingga 0,5 cm. Pindahkan telunjuk kiri ke dinding depan vagina
(dasar urethra) dorong kateter ke kandung kemih.
27. Setelah kandung kemih dikosongkan, cabut kateter, dan letakkan di dalam
wadah yang tersedia. Buka introitus vagina dengan ibu jari dan telunjuk
tangan kiri, masukkan jari telunjuk dan tengah ke dalam lumen vagina.
Pindahkan tangan kiri ke suprasimfisis (pemeriksaan bimanual). Tentukan
besar uterus dan bukaan serviks. Setelah pemeriksaan selesai, masukkan
tangan ke dalam wadah yang berisi larutan klorin 0,5%, bersihkan noda
darah dan bekas cairan tubuh pasien, kemudian lepaskan sarung tangan
tersebut secara terbalik dan rendam dalam larutan klorin 0,5%.
28. Pakai sarung tangan DTT/ steril yang baru.
29. Dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri, buka labium mayus kanan dan kiri
ke lateral sehingga introitus vagina tampak dengan jelas, ambil spekulum
Sim’s atau L dengan tangan kanan,masukkan bilahnya secara vertikal,
kemudian putar ke bawah.
30. Ambil spekulum Sim’s berikutnya dengan tangan kiri, masukkan bilahnya
secara vertikal (di atas bilah spekulum bawah) kemudian putar dan tarik
keatas sehingga portio tampak dengan jelas.
31. Minta asisten untuk memegang spekulum atas dan bawah, pertahankan
pada posisinya semula.
32. Dengan cunam tampon, ambil kapas yang telah dibasahi dengan larutan
antiseptik kemudian bersihkan lumen vagina dan portio. Buang kapas
tersebut dalam tempat sampah yang tersedia, kembalikan cunam ke tempat
semula.
11
33. Ambil klem ovum yang lurus, jepit bagian atas portio (perbatasan antara
kuadran atas kiri dan kanan atau pada jam 12).
34. Pegang gagang cunam dengan tangan kiri, ambil sendok kuret pasca
persalinan dengan tangan kanan, pegang diatara ibu jari dan telunjuk
(gagang sendok berada pada telapak tangan) kemudian masukkan hingga
menyentuh fundus.
35. Minta asisten untuk memegang gagang klem ovum, telapak tangan kiri
menahan bagian atas fundus uteri (sehingga penolong dapat merasakan
tersentuhnya fundus oleh ujung sendok kuret).
36. Memasukkan lengkung sendok kuret, disesuaikan dengan lengkung kavum
uteri kemudian lakukan pengerokan dinding uterus bagian depan searah
jarum jam, secara sistematis. Keluarkan jaringan plasenta
(dengan sendok kuret) dari kavumuteri.
37. Memasukkan ujung sendok sesuai dengan lengkung kavum uteri, setelan
sampai fundus, kemudian putar 180 derajat lalu bersihkan dinding
belakang uterus. Keluarkan jaringan yang ada.
38. Kembalikan sendok kuret ke tempat semula, pegang kembali gagang klem
ovum dengan tangan kiri.
39. Ambil kapas (dibasahi larutan antiseptik) dengan cunam tampon, bersihkan
darah dan jaringan dalam lumen vagina.
40. Lepaskan jepitan klem ovum pada portio.
41. Lepaskan spekulum atas dan bawah.
42. Lepaskan kain penutup perut bawah, alas bokong dan sarung kaki
masukkan ke dalam wadah yang berisi larutan klorin 0,5%.
43. Bersihkan noda darah dan cairan tubuh dengan larutan antiseptik.
DEKONTAMINASI
44. Sebelum melepas sarung tangan, kumpulkan semua instrumen dan
masukkan kedalam wadah yang berisi larutan klorin 0,5%.
45. Kumpulkan bahan habis pakai, masukkan ke dalam tempat sampah yang
tersedia.
46. Bubuhi larutan klorin 0,5% pada benda atau bagian-bagian yang tercemar
12
darah atau cairan tubuh pasien
47. Masukkan tangan ke dalam wadah yang berisi cairan klorin 0,5% bersihkan
sarung tangan dari darah atau cairan tubuh pasien kemudian lepaskan
sarung tangan secara terbalik dan rendam di dalam wadah tersebut.
CUCI TANGAN PASKA TINDAKAN
48. Cuci tangan dan lengan (hingga siku) dengan sabun, dibawah air mengalir.
49. Keringkan tangan dan lengan dengan handuk/tissue yang bersih.
PERAWATAN PASCA BEDAH
50. Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan dan beri
instruksi apabila terjadi kelainan/gangguan pasca tindakan.
51. Catat kondisi pasien pasca tindakan dan buat laporan tindakan pada kolom
yang tersedia dalam catatan medik pasien.
52. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan pemantauan kondisi pasien (bila
diperlukan pitosin drip atau pemberian obat melalui infus, pertahankan
peralatan infus. Bila keadaan umum pasien baik, lepaskan peralatan infus).
53. Beritahukan kepada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai
dan pasien masih memerlukan perawatan lanjutan.
54. Bersama petugas yang akan melakukan perawatan, jelaskan kepada pasien
jenis dan lama perawatan serta laporkan pada petugas tersebut bila ada
keluhan/gangguan pasca tindakan.
55. Tegaskan pada petugas yang merawat untuk menjalankan instruksi
pengobatan dan perawatan dan laporkan segera bila pada pemantauan
lanjut, ditemukan perubahan-perubahan seperti yang ditulis dalam catatan
pasca tindakan.
Perawatan Pasca Tindakan :
13
Beri Paracetamol 500 mg jika perlu
Beri antibiotic profilaksis, termasuk tetanus profilaksis kalau ada
Segera mobilisasi dan realimentasi
Konseling KB
Boleh pulang 1 sampai 2 jam pasca tindakan dan jika tidak terdapat
tanda-tanda komplikasi
Anjurkan pasien segera kembali jika terjadi gejala sebagai berikut :
1. Nyeri perut lebih dari beberapa hari
2. Perdarahan berlanjut lebih dari 2 minggu
3. Perdarahan lebih dari haid
4. Demam, menggigil.
5. Pingsan
Komplikasi :
Infeksi, Perdarah dan Perforasi
Penanganan Komplikasi :
Infeksi : Pemberian antibiotika yang adekuat, bila perlu kultur dan
tes resistensi
Perforasi : Bila kecil pasien hanya di observasi terhadap adanya
perdarahan dan infeksi. Kuretase dapat diteruskan dengan hati-hati.
Perdarahan banyak : Maka segera di buka.
Bila Perforasi besar ada bahaya terjadi prolaps usus atau organ lain
melalui perforasi atau bahkan terjepit cunam maka tindakan
kuretase harus dihentikan.
Segera lakukan laparotomi
Observasi vital signs pasang infus atau tranfusi drip oksitosin,
posisi semi fowler dan beri antibiotika.
ASPIRASI VAKUM MANUAL (AVM) /
14
MANUAL VACUUM ASPIRATION (MVA)
I. DefinisiAspirasi vakum manual (AVM) adalah teknik aspirasi untuk
mengeluarkan isi uterus melalui servik dan merupakan cara yang cepat
dan aman untuk mengosongkan rahim menggunakan jarum besar dan
kanul. Hal ini dapat digunakan untuk membantu seorang wanita yang
telah mengalami keguguran atau aborsi yang tidak lengkap, mengatur
perdarahan bulanan dan untuk mengakhiri kehamilan yang tidak
diinginkan.
Aspirasi vakum manual (AVM) lebih aman, mudah dan murah
dibandingkan metode lain yang biasanya digunakan untuk
mengosongkan rahim. Sementara metode lain hanya bisa dilakukan oleh
dokter di pusat-pusat medis, aspirasi vakum manual dapat diakukan oleh
bidan, perawat, atau siapa saja yang telah dilatih, memiliki alat-alat dan
dapat mensterilkan alat tersebut. Jika bidan dan petugas dan petugas
kesehatan belajar untuk menggunakan aspirasi vakum manual dengan
aman, akan banyak perempuan terutama yang miskin dan tinggal di desa
yang jauh dari fasilitas medis, akan memiliki akses untuk melakukan
aborsi dengan aman dan perawatan untuk keamanan setelah keguguran
yang tidak lengkap dan aborsi.
Wanita yang memiliki sisa jaringan dalam rahim setelah keguguran
atau aborsi dapat meninggal karena aborsi atau perdarahan. Aspirasi
vakum manual dapat mengurangi resiko terjadinya kejadian tersebut.
Namun aspirasi vakum manual juga berbahaya jika tidak dilakukan
dengan hati-hati.
Untuk melakukan aspirasi vakum manual, operator harus memasukkan
sesuatu ke dalam rahim wanita.Memasukkan sesuatu ke dalam rahim
seorang wanita sangat beresiko karena jika tidak dilakukan dengan benar
dapat menyebabkan infeksi dan melukai rahim. Aspirasi vakum manual
15
dapat dilakukan dengan aman hanya sampai pada usia 12 minggu
kehamilan.
Sebelum melakukan aspirasi vakum manual harus dipastikan bahwa
memang tidak ada alternatif lain yang lebih aman sperti tidak ada pusat
kesehatan terdekat dan bukan waktu yang tepat untuk menggunakan
misoprostol. Aspirasi vakum manual hanya digunakan jika prosedur ini
merupakan cara yang paling aman untuk mengosongkan rahim.
Teknik ini biasanya digunakan pada:
Kasus abortus provokatus
Prosedur terapi pada abortus inkompletus
Pengambilan sediaan endometrium (endometrial biopsi)
Keuntungan dibandingkan dilatasi dan kuretase konvensional:
Tindakan aspirasi vakum manual dilakukan pada kehamilan kurang
dari 6 minggu dengan komplikasi yang lebih rendah dibandingkan
tindakan dilatasi dan kuretase umumnya.
Aspirasi vakum manual peralatan yang digunakan jauh lebih murah
dibandingkan peralatan untuk tindakan D&C.
Tindakan dapat dilakukan tanpa anestesi dan secara poliklinis tanpa
rawat inap.
Tindakan aspirasi vakum manual dapat dikerjakan oleh dokter, bidan
dan tidak perlu seorang ahli obstetri ginekologi.
Aspirasi manual vakum tidak memerlukan tenaga listrik sehingga
dapat digunakan di tempat terpencil sekalipun.
Gambar 2. Perbandingan Kuretase Konvensional dengan AVM5
Untuk melakukan aspirasi vakum manual secara aman diperlukan :
16
Alat yang steril
Petugas atau tenaga ahli yang sudah terlatih dan berpengalaman
Mengetahui bahwa prosedur ini merupaka prosedur yang tepat untuk
pasien
Abortus inkomplit yang ditandai dengan rasa sakit didaerah bawah
pusat, perdarahan hebat dari vagina, nadi yang cepat, suhu badan
tinggi dan tekanan darah menurun.
Kewaspadaan sebelum tindakan AVM, yang menjadi perhatian, bila :
Besar uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan (HPHT)
Usia kehamilan > trimester pertama
II. Persiapan prosedur AVM
Mengurangi Risiko Infeksi
Cuci tangan dengan sabun & air mengalir
Peralatan yang steril atau DTT
Bersihkan vagina & serviks dengan larutan antiseptik
Teknik tanpa sentuh
Menyiapkan Instrumen AVM
Periksa fungsi isap tabung AVM
Kesiapan tindakan gawat darurat
Buat tekanan negatif dengan :
Kunci katup pengatur
Tarik tangkai toraks
Pemeriksaan Panggul
Besar & arah uterus (bimanual)
Kondisi vagina & servik
Persiapan Pasien
Kosongkan kandung kemih
Bersihkan perut bawah, lipat paha, genitalia eksterna dengan
sabun & air
17
Siapkan vagina & serviks dengan antiseptik 2-3 kali
(bila dengan iodofor tunggu 2 menit)
Menyiapkan AVM
Membantu pasien merasa nyaman
Pencegahan rasa sakit selama proses berlangsung
Berikan Paracetamol 500 – 1000 mg per oral 20 menit sebelum
prosedur dilaksanakan.
Siapkan alat-alat yang diperlukan
Jarum suntik
Kanul
Sterilkan alat-alat yang akan digunakan
sarung tangan plastik
kassa
ring forcep
jarum suntik aspirasi vakum manual
tenakulum
spekulum
kanul
Gambar 3. Alat- Alat AVM5
III. Prosedur Aspirasi vakum manual (AVM)
1. Vakum di dalam jarum
18
Tutup katup dengan menekan ke depan dan ke belakang sampai
terdengar bunyi klik. Pegang laras jarum suntik dengan satu tangan
dan tarik plunger kembali dengan tangan lain sampai hujung barel.
2. Berikan cahaya pada alat kelamin wanita sehingga dapat melihat
dengan baik.
3. Cuci tangan dengan sabun dan air, biarkan tangan kering oleh udara
kemudian masukan sarung tangan plastik yang bersih ke tangan.
4. Apabila pasien sudah siap, lakukan pemeriksaan bimanual.
Perkirakan ukuran rahim, ukuran rahim harus sesuai dengan usia
kehamilan yang dikatakan pasien. Aspirasi vakum manual tidak
boleh dilakukan pada wanita dengan usia kandungan lebih dari 3
bulan, kecuali ada masalah yang serius dari abortus inkomplit dan
tidak ada cara lain yang untuk menolongnya.
5. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan anda. Gunakan sarung
tangan steril yang baru.
6. Masukkan spekulum.
7. Masukkan kassa steril dengan bantuan ring forcep atau swab
panjang ke dalam antiseptik. Gunakan kassa atau swab untuk
membersihkan leher rahim.
19
8. Minta wanita untuk rileks dan tarik nafas dalam-dalam. Ketika
wanita sudah siap pegang serviks dengan tenakulum atau ring
forcep. Tutup tenakulum dan tarik sedikit untuk meluruskan rahim.
Hal ini bisa sangat tidak nyaman bagi wanita, jadi lakukan dengan
perlahan dan jelaskan apa yang kita lakukan.
9. Berikan suntikkan ke daerah serviks untuk memberikan efek
kesemutan.
20
10. Pilih kanul. Ukuran kanul bermacam-macam, semakin besar rahim
seorang wanita semakin besar kanul yang harus digunakan.
11.Beberapa jenis kanul membutuhkan adaptor untuk menyesuaikan
dengan jarum suntik.
12.Katakan kepada pasien bahwa prosedur akan segera dimulai ketika
pasien sudah siap, dengan lembut dorong kanul yang sudah
disterilkan melalui pembukaan pada serviks. Jangan sampai kanul
menyentuh apapun, termasuk dinding vagina sekalipun, sebelum
21
masuk ke dalam servik.Kadang-kadang servik terlalu kencang
sehingga kanul dengan ukuran besar tidak dapat masuk. Jika hal ini
terjadi, masukkan kanul dengan ukuran kecil terlebih dahulu
kemudian keluarkan dan masukkan kanul dengan ukuran yang lebih
besar. Dengan perlahan putar kanul saat melewati servik. Ini akan
memudahkan kanul untuk masuk.
13.Secara perlahan masukkan kanul sampai kanul berhenti pada bagian
atas rahim. Ketika pemeriksa merasakan bagian atas dari rahim,
tarik kembali kanul sedikit saja. Jika diperlukan, lepaskan
tenaculum.
14. Pegang tabung suntuk dengan satu tangan dan kanul dengan tangan
lainnya. Pasang jarum suntik pada kanul dengan menarik sedikit
kanul ke tabung suntuk. Pastikan jangan sampai kanul terdorong ke
dalam rahim. Mendorong terlalu jauh akan melukai rahim.
22
15. Jepit tombol pada jarum suntik kearah pemeriksa untuk membuka
katup. Tombol akan mengeluarkan suara klik. Cairan berbusa,
berbuih, darah dan jaringan akan mengalir dari rahim ke dalam
tabung suntik. Darah juga bisa keluar ke dalam vagina.
16. Kosongkan rahim dengan mengeluarkan kanul keluar dan masuk
secara perlahan dan hati-hati saat memutarkan jarum suntik.
23
17. Terus bergerak dan putar jarum suntuk sampai rahim kosong.
Biasanya dibutuhkan waktu kurang lebih 5 menit untuk
mengosongkan rahim. Berikut adalah tanda-tanda bahwa rahim
telah kosong :
Hanya ada busa bewarna merah muda di dalam kanul.
Tidak ada lagi jaringan di dalam kanul.
Ketika ujung kanul menyentuh rahim, rasanya kasar dan
berpasir.
Rahim akan mengencang dan menjempit kanul.
18. Ketika rahim sudah kosong, keluarkan jarum suntik dari dalam
kanul. Keluarkan isi tabung suntik ke dalam wadah bening seperti
botol kaca. Secara perlahan keluarkan kanul dan lepaskan
tenaculum dan keluarkan speculum.
24
19. Periksa jaringan yang didapat dari rahim apakah sudah lengkap atau
belum. Sangat penting untuk mengetahui apakah pemeriksa sudah
mengambil semua jaringan karena jika ada jaringan yang tersisa di
dalam rahim akan menyebabkan infeksi dan perdarahan.
20. Setelah selesai melakukan pemeriksaan pada jaringan, buang
jaringan.
Pasca AVM:
Bercak perdarahan sekitar 2 minggu
Nyeri mengejang beberapa jam pasca tindakan
Reaksi emosional
Tindakan AVM:
Antibiotika
Isitrahat satu hari
Asetaminofen atau ibuprofen
Hindari sexual intercourse satu minggu
Segera awali dengan kontrasepsi
25
Masalah pada AVM:
Kanul keluar dari Rahim
Jarum suntik penuh
Kanula tersumbat
Rahim terlalu besar
Efek samping AVM:
Aspirasi vakum manual yang tidak lengkap
Infeksi
Cedera pada rahim
Setelah melakukan prosedur AVM:
Periksa temperatur dan nadi pasien untuk melihat adanya tanda-tanda
infeksi dan periksa berapa banyak perdarahan yang dialami.
Katakan pada pasien untuk segera datang kembali apabila ditemukan
tanda-tanda berikut ini :
Perdarahan dengan jumlah lebih banyak dari menstruasi selama
beberapa hari atau beberapa minggu terutama jika bewarna merah
terang dan bergumpal-gumpal.
Keluar cairan berbau dari vagina
Rahim yang tetap besar atau bahkan semakin besar setelah
dilakukan aspirasi vakum manual.
Sakit hebat, atau sakit semakin hebat atau keram atau sakit pada
bagian perut atau pelvis lebih dari 3 hari.
Demam, menggigil atau merasa sakit.
Merasa lemas pusing ataupun pernah pingsan.
Jika wanita mengalami perdarahan lebih dari perdarahan pada saat
menstruasi, gosok rahimnya setiap beberapa jam untuk menjaga tetap
26
keras dan membantu mengeluarkan darah yang sudah membeku.
Kompres perut dengan kantong es selama 15 – 20 menit. Jika
perdarahan masih terus berlanjut atau ditemukan tanda-tanda bahaya
segera cari bantuan medis.
Komplikasi
Untuk maksud evakuasi uterus, keberhasilan aspirasi vakum kira-kira
98% dan sisa produk konsepsi seringkali memerlukan tindakan aspirasi
berikutnya. Komplikasi lain adalah perdarahan, cedera servik dan
adhesi uterus.
DAFTAR PUSTAKA
27
1. Dorland. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
2. Saifuddin, A. B., dkk. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
3. Supono. 1983. Ilmu Kebidanan Bagian Tindakan. Palembang : Bagian
Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum FK Unsri.
4. Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
5. Manjoer, A., dkk. Kapita Selekta Kedokteran, Fakultas Kedokteran UI,
Media Aesculapius, Jakarta : 2002
6. A Book for Midwives 2010. www.hesperian.org
28