i
EVALUASI BELAJAR YANG DIGUNAKAN GURU
DI SEKOLAH DASAR INKLUSI SE-KOTA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Tri Wahyu Setyaningsih
NIM: 121134124
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini peneliti persembahkan untuk:
1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, atas berkat dan kasihNya yang
selalu melimpah dalam hidupku.
2. Orang tuaku, Bapak Suhardjo dan Ibu Lucia Sunarnigsih yang selalu
memberikan doa, motivasi, dan kasih sayang.
3. Kedua kakakku Nanang Suharyadi, Bambang T.A.A serta
keponakanku Andrean Perdana dan Zahra Aurelia yang selalu
memberikan semangat dan keceriaan.
4. Teman-teman satu penelitian yang saling memberikan semangat dan
motivasi.
5. Teman-teman PGSD angkatan 2012 yang saling berjuang.
6. Almamaterku tercinta, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada Tuhan, sebab Ia yang
memelihara kamu”
(Petrus 5:7)
“Setiap Murid bisa belajar, hanya saja tidak pada hari yang sama atau dengan
cara yang sama”
(George Evans)
Jadilah diri sendiri dan jangan menjadi orang lain, walaupun dia terlihat lebih
baik dari kita.
( Lucia Sunarningsih)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang telah saya tulis tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar referensi, sebagai layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 12 Agustus 2016
Peneliti,
Tri Wahyu Setyaningsih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Tri Wahyu Setyaningsih
Nomor Mahasiswa : 121134124
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah sayang yang berjudul :
EVALUASI BELAJAR YANG DIGUNAKAN GURU
DI SEKOLAH DASAR INKLUSI SE-KOTA YOGYAKARTA
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada
perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasinya di internet atau media lain
untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
peneliti.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 12 Agustus 2016
Yang menyatakan
Tri Wahyu Setyaningsih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
EVALUASI BELAJAR YANG DIGUNAKAN GURU DI SEKOLAH
DASAR INKLUSI SE-KOTA YOGYAKARTA
Tri Wahyu Setyaningsih
Universitas Sanata Dharma
2016
Pemerintah mulai merencanakan program sekolah inklusi. Tujuannya agar
anak berkebutuhan khusus dapat belajar bersama dengan anak yang tidak
mengalami kebutuhan secara khusus agar dapat mengembangkan potensi/
kemampuannya. Ada 27 sekolah dasar inklusi di Kota Yogyakarta. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan dan memetakan evaluasi belajar yang diberikan
guru pada siswa berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusi. Evaluasi belajar
adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk mengetahui perkembangan kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Ada dua aspek evaluasi belajar yaitu tes dan non tes. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif. Data diperoleh
dengan membagikan kuesioner kepada 42 guru di sekolah dasar inklusi se-kota
Yogyakarta. Kuesioner divalidasi oleh dua orang validator dan memperoleh nilai
rata-rata: 4. Dengan demikian instrumen tersebut layak dibagikan kepada guru.
Kuesioner yang kembali berjumlah 27. Dari hasil olah data, peneliti
mendapatkan data: (a) Evaluasi belajar dengan tes yang dilakukan guru
bentuknya adalah 17.05% melakukan penilaian evaluasi belajar yang sesuai
dengan kemampuan ABK, 8.58% melakukan penilaian secara berkelanjutan, 5.6%
melakukan asesmen awal dan akhir, 5.6% melakukan penilaian kognitif. (b)
Evaluasi belajar non tes yang dilakukan guru bentuknya adalah 15.73%
melakukan penilaian secara berkelanjutan, 6.9% melakukan penilaian afektif,
6.9% melakukan penilaian psikomotorik, dan 6.4% menyesuaikan instrumen
penilaian hasil belajar. Jadi, evaluasi belajar tes maupun non tes sama-sama
digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta.
Kata Kunci : Evaluasi Belajar dan Sekolah Dasar Inklusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
LEARNING EVALUATION USED BY TEACHERS IN INCLUSIVE
PRIMARY SCHOOLS IN YOGYAKARTA
Tri Wahyu Setyaningsih
Universitas Sanata Dharma
2016
The government begins to plan program of inclusive school. The aim of
the program is to learn together and develop potential/abilities between students
with special needs and students without disabilities. There are 27 inclusive
primary schools in Yogyakarta. This research aims to describe and map the
learning evaluation which is given by the teacher to students with special needs in
inclusive primary school. Learning evaluation is an act or a process to determine
the development of cognitive, affective, and psychomotor. There are two aspects
of learning evaluation. There are test and non-test.
This research is descriptive quantitative. The data was obtained by
distributing questionnaire to 42 teachers in inclusive primary school in
Yogyakarta. The questionnaire was validated by two validators and obtained an
average value: 4. Thus, the instrument is qualified to be filled to the teachers.
Total of the questionnaire which were returned was 27. From the data
analysis, the researcher obtained the data: (a) learning evaluation with test which
was done by teachers were 17.05% did assesment of learning evaluation which
appropriate to ABK abilities, 8.58% did sustainable assessment, 5.6% did
preliminary and final assessment, 5.6% did cognitive assessment. (b) learning
evaluation with non-test which was done by teachers were 15.73% did sustainable
assessment, 6.9% did affective assessment, 6.9% did psychomotoric assessment,
and 6.4% adjusted instrument with learning outcomes assessment. Therefore,
learning evaluation with test and non-test are fairly balanced use for the teachers
in inclusive primary school in Yogyakarta.
Keywords: learning evaluation and inclusive primary school
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan
limpahan kasih, rahmat, dan berkatNya, sehingga skripsi yang berjudul
Evaluasi Belajar yang Digunakan Guru Di Sekolah Dasar Inklusi se-Kota
Yogyakarta dapat peneliti selesaikan dengan baik. Skripsi disusun sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Peneliti menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah banyak membantu serta memberikan motivasi dalam
penyusunan skripsi ini sampai selesai. Pada kesempatan ini, peneliti
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma
2. Christiyanti Aprinastuti S.Si., M.Pd., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum., Dosen Pembimbing I yang
telah memberikan kritik, saran, dorongan, semangat, waktu, pikiran,
dan tenaga untuk membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi.
4. Brigitta Erlita Tri Anggadewi M.Psi., Dosen Pembimbing II yang
telah memberikan kritik, saran, semangat, waktu, pikiran dan tenaga
untuk membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi.
5. Seluruh dosen dan staf karyawan PGSD Universitas Sanata
Dharma yang telah memberikan pelayanan prima selama perkuliahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
6. Validator instrumen pra-penelitian dan validator kuesioner yang telah
menilai serta memberikan kritik dan saran pada penelitian ini.
7. Kepala sekolah, guru, dan segenap staf di SD inklusi se-Kota
Yogyakarta yang telah mengijinkan peneliti melakukan analisis
kebutuhan dan mengisikan kuesioner.
8. Orang tua tercinta Bapak Suhardjo dan Ibu Lucia Sunarningsih
yang selalu memberi motivasi, perhatian dan kasih dalam setiap
doanya.
9. Kedua kakak Nanang Suharyadi dan Bambang T.A.A. serta
keponakan Andrean Perdana Saputra dan Zahra Aurelia yang selalu
memberikan semangat dan keceriaan.
10. Laurentius Beny, Elisabeth Lisara, Lusia Eka, dan Veronica Mayang
yang sama-sama berjuang serta saling memberikan semangat dan
masukan.
11. Agatha Ceandy, Defirra Alizunna, Veronica Tyas Larasati, Siti
Mabruroh, Agus Restu Antono sahabat yang selalu memberikan kasih
sayang dan semangat.
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan.
Semoga skripsi ini berguna bagai pembaca sekaligus menjadi sumber
belajar bagi peneliti lain yang memiliki tujuan memperkembangkan
pendidikan inklusi.
Peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ....................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT ........................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN ......................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvi
DAFTAR RUMUS ........................................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xviii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG MASALAH ..................................................... 1
B. IDENTIFIKASI MASALAH ............................................................... 3
C. RUMUSAN MASALAH ..................................................................... 4
D. TUJUAN PENELITIAN ...................................................................... 4
E. MANFAAT PENELITIAN .................................................................. 4
F. DEFINISI OPERASIONAL ................................................................ 5
BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 7
A. KAJIAN TEORI .................................................................................. 7
1. Pendidikan Inklusi .......................................................................... 7
a. Pengertian Pendidikan Inklusi.................................................. 7
b. Tujuan Pendidikan Inklusi ....................................................... 8
c. Karakteristik Pendidikan Inklusi ............................................ 10
d. Prinsip Dasar Pendidikan Inklusi ........................................... 11
e. Fungsi Pendidikan Inklusi ...................................................... 12
2. Sekolah Dasar Inklusi .................................................................. 13
3. Anak Berkebutuhan Khusus ......................................................... 15
a. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus.................................. 15
b. Jenis-jenis anak Berkebutuhan Khusus ................................... 16
4. Evaluasi Belajar ........................................................................... 19
a. Pengertian Evaluasi Belajar ................................................... 19
b. Bentuk Evaluasi Belajar ......................................................... 20
5. Kecerdasaan Ganda ...................................................................... 22
a. Pengertian Kecerdasan Ganda................................................ 21
b. Siswa ABK Memiliki Kecerdasan Ganda .............................. 23
B. PENELITIAN YANG RELEVAN .................................................... 23
C. KERANGKA BERPIKIR .................................................................. 26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
D. HIPOTESIS ........................................................................................ 27
BAB III METODE PENELITIAN................................................................. 28
A. JENIS PENELITIAN ......................................................................... 28
B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN .......................................... 29
1. Tempat Penelitian .......................................................................... 29
2. Waktu Penelitian ........................................................................... 29
C. POPULASI DAN SAMPEL .............................................................. 29
1. Populasi ......................................................................................... 29
2. Sampel ........................................................................................... 30
D. VARIABEL PENELITIAN ............................................................... 31
1. Variabel Bebas (Indepedent variable) ........................................... 31
2. Variabel Terikat (Dependent variable).......................................... 31
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA.................................................. 32
F. INSTRUMEN PENELITIAN ............................................................ 32
G. TEKNIK PENGUJIAN INSTRUMEN.............................................. 36
1. Uji Validitas Instrumen ................................................................. 37
2. Uji Reliabilitas Instrumen .............................................................. 42
H. TEKNIK ANALISIS DATA.............................................................. 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 47
A. HASIL PENELITIAN ........................................................................ 47
B. TINGKAT PENGEMBALIAN KUESIONER ................................... 48
C. HASIL PENELITIAN ......................................................................... 48
1. Deskripsi Hasil Penelitian ............................................................. 48
2. Pemetaan Evaluasi Belajar ............................................................ 55
D. PEMBAHSAN .................................................................................... 57
1. Evaluasi Belajar dengan Tes ......................................................... 57
2. Evaluasi Belajar dengan Non Tes ................................................. 58
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ...................... 61
A. KESIMPULAN .................................................................................. 61
B. KETERBATASAN PENELITIAN .................................................... 62
C. SARAN .............................................................................................. 62
DAFTAR REFERENSI ................................................................................. 63
LAMPIRAN ................................................................................................... 65
BIOGRAFI PENELITI .................................................................................. 66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Penelitian yang Relevan ................................................................. 26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Daftar Tujuh SD Inklusi ................................................................... 14
Tabel 3.1 Kisi-kisi Lembar Kuesioner ............................................................ 35
Tabel 3.2 Kuesioner Evaluasi Belajar ............................................................. 35
Tabel 3.3 Skala Likert ..................................................................................... 38
Tabel 3.4 Hasil Validitas Pernyataan .............................................................. 41
Tabel 3.5 Koefisien Korelasi ........................................................................... 43
Tabel 3.6 Reliabilitas ....................................................................................... 43
Tabel 3.7 Contoh Coding Data ........................................................................ 45
Tabel 4.1 Hasil Angket Evaluasi Belajar ........................................................ 49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Presentase Penggunaan Evaluasi Belajar Aspek Tes .................. 56
Gambar 4.1 Presentase Penggunaan Evaluasi Belajar Aspek Non Tes .......... 57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR RUMUS
Rumus 3.1 Menghitung Skor Setiap Indikator ................................................ 46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian Di Sekolah Dasar .......................................... 1
Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian dari Dinas ...................................................... 3
Lampiran 3 Validasi Dosen A ........................................................................... 5
Lampiran 4 Validasi Dosen B ......................................................................... 11
Lampiran 5 Reliabilitas ................................................................................... 13
Lampiran 6 Analisis Data ................................................................................. 19
Lampiran 7 Contoh Kuesioner ........................................................................ 23
Lampiran 8 Kuesioner yang Diisi Responden ................................................. 25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah,
identifikasi masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi
operasional.
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan inklusi adalah sistem layanan pendidikan yang mengikut
sertakan anak berkebutuhan khusus yang belajar bersama dengan anak yang tidak
mengalami kebutuhan secara khusus. Anak berkebutuhan khusus (ABK) dapat
dimaknai dengan anak-anak yang tergolong cacat atau yang menyandang
ketunaan dan juga anak yang memiliki potensi/kemampuan (Mulyono, 2003: 26).
Kustawan (2012: 7) menjelaskan bahwa pendidikan inklusi adalah sistem
pendidikan yang terbuka bagi semua siswa serta mengakomodasi semua
kebutuhan sesuai dengan kondisi masing-masing siswa.
Sekolah inklusi adalah sekolah yang mengakomodasi dan mengintegrasikan
siswa berkebutuhan tetapi tidak secara khusus dan siswa berkebutuhan khusus
dalam program yang sama (Ilahi, 2013: 87). Pemerintah Kota Yogyakarta
menunjuk 27 sekolah dasar inklusi yang dianggap mampu untuk menerapkan
pendidikan inklusi bagi siswa berkebutuhan khusus. Sekolah dasar inklusi tersebar
dibeberapa kecamatan di Kota Yogyakarta, antara lain di Kecamatan
Gondokusuman, Wirobrajan, Umbulharjo, Mantrijeron, Kotagede, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Mergangsan. Sekolah inklusi melayani anak berkebutuhan khusus dengan
kategori slow learner, hiperaktif, disgrafia, dan disleksia.
Dalam sekolah inklusi guru perlu menguasai metode pengajaran, kreatif
menggunakan media pembelajaran dan memiliki kemampuan mengevaluasi hasil
belajar siswa untuk mengetahui perkembangkan potensi/kemampuan siswa.
Penelitian ini memusatkan perhatian pada aspek evaluasi belajar yang digunakan
guru di sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta. Evaluasi belajar adalah suatu
tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai keberhasilan belajar seseorang.
Ada dua aspek evaluasi belajar yaitu tes dan non tes (Kustawan, 2006: 39).
Evaluasi belajar dengan tes adalah cara atau prosedur dalam pengukuran
dan penilaian yang berbentuk pemberian tugas. Pemberian tugas diberikan dengan
cara meberikan serangkaian pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan tersebut
diberikan sebelum pelajaran (pre-test) sebagai assesmen awal maupun diberikan
sesudah pelajaran (post-test) sebagai asessmen akhir. Soal-soal yang disusun oleh
guru disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Hasil dari tes dapat dijadikan
acuan untuk melakukan penilaian kognitif sekaligus menjadi dasar untuk
melakukan penilian berkelanjutan.
Evaluasi belajar dengan non tes adalah penilaian untuk memperoleh
gambaran mengenai karakteristik, sikap, atau kepribadian siswa (Sudijono 2005:
54). Bentuknya berupa rubrik pengamatan dengan pernyataan. Pengamatan
dilakukan sebelum, saat, dan sesudah pelajaran sebagai asesmen awal, tengah, dan
akhir. Hasil dari pengamatan dapat digunakan dalam rubrik penilaian afektif dan
psikomotorik. Rubrik penilaian afektif misalnya ada pernyataan yang mengarah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
pada perilaku yang menunjukan adanya perkembangan siswa dalam hal
ketekunan, kedisiplinan, kesabaran, kerja keras dsb. Rubrik penilaian
psikomotorik misalnya ada pernyataan yang memandu guru untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam mendengarkan perintah guru, mempresentasikan tugas,
kesediaan membantu teman dsb. Rubrik penilaian disesuaikan dengan instrumen
penilaian hasil belajar.
Peneliti tertarik untuk mengetahui evaluasi belajar yang digunakan guru di
sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta. Peneliti menggunakan kuesioner berisi
15 pernyataan tertutup, beisi aspek tes dan non tes dengan masing-masing
indikatornya.` Kuesioner dibagikan kepada 42 guru di sekolah dasar inklusi se-
Kota Yogyakarta. Ada 27 kuesioner yang kembali dari tujuh sekolah dasar inklusi
di sana. Data-data tersebut akan menjadi acuan peneliti untuk mendeskripsikan
dan memetakan evaluasi belajar yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi.
Untuk itu peneliti ingin meneliti dengan judul “Evaluasi Belajar yang Digunakan
Guru Di Sekolah Dasar Inklusi se-Kota Yogyakarta”.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Identifikasi masalah dalam penelitian ini bertujuan untuk menemukan
masalah yang akan diteliti. Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Menemukan sekolah dasar tempat penelitian sesuai dengan ciri-ciri sekolah
dasar inklusi.
2. Memetakan evaluasi belajar di sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas maka rumusan
masalah yang diperoleh sebagai berikut:
1. Evaluasi belajar apa yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-Kota
Yogyakarta.
2. Bagaimanakah hasil pemetaan evaluasi belajar dari setiap sekolah di sekolah
dasar inklusi se-Kota Yogyakarta.
D. TUJUAN PENELITIAN
Mengacu pada rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah untuk :
1. Mendeskripsikan evaluasi belajar yang diberikan guru pada anak
berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusi.
2. Memetakan evaluasi belajar yang digunakan guru dari setiap sekolah di
sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta.
E. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam pendidikan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Manfaat penelitian ini antara lain sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi guru di
sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta tentang evaluasi belajar yang
digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Sekolah Dasar Inklusi
Sekolah mendapatkan data tentang evaluasi belajar yang digunakan guru
di sekolah dasar inklusi.
b. Bagi Guru
Guru mendapatkan informasi tentang evaluasi belajar yang diberikan
kepada siswa berkebutuhan khusus.
c. Bagi Peneliti
Peneliti mampu memetakan tentang evaluasi belajar yang digunakan
guru di sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta dari data yang
diperoleh setelah melakukan penelitian kuantitatif.
D. DEFINISI OPERASIONAL
1. Pendidikan Inklusi
Pendidikan Inklusi adalah sistem layanan pendidikan yang mengikut
sertakan anak berkebutuhan khusus yang belajar bersama dengan anak yang
tidak mengalami kebutuhan secara khusus di sekolah regular yang dekat
dengan tempat tinggalnya.
2. Sekolah Dasar Inklusi
Sekolah dasar inklusi adalah sekolah yang menampung semua siswa di
kelas yang sama dan menyediakan program pendidikan yang layak sesuai
dengan kemampuan serta kebutuhan setiap siswa, maupun bantuan dan
dukungan yang dapat diberikan oleh para guru agar anak-anak berhasil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
3. Evaluasi Belajar
Evaluasi belajar diartikan sebagai suatu tindakan atau proses menentukan
nilai keberhasilan belajar seseorang setelah ia mengalami proses belajar
selama periode tertentu. Bentuknya adalah tes dan non tes.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini membahas kajian teori, hasil penelitian yang relevan,
kerangka berpikir, dan hipotesis.
A. KAJIAN TEORI
1. Pendidikan Inklusi
Berikut akan dijelaskan kajian teori tentang pengertian pendidikan inklusi,
tujuan pendidikan inklusi, karakteristik pendidikan inklusi, prinsip dasar
pendidikan inklusi, dan fungsi pendidikan inklusi.
a. Pengertian Pendidikan Inklusi
Pendidikan Inklusi adalah sistem layanan pendidikan yang mengikut
sertakan anak berkebutuhan khusus yang belajar bersama dengan anak yang tidak
mengalami kebutuhan secara khusus di sekolah yang dekat dengan tempat
tinggalnya. Menurut Kustawan (2012: 7) menjelaskan bahwa pendidikan inklusi
adalah sistem pendidikan yang terbuka bagi semua individu serta mengakomodasi
semua kebutuhan sesuai dengan kondisi masing-masing individu. Pendidikan
inklusi merupakan konsep pendidikan yang tidak membeda-bedakan latar
belakang kehidupan anak karena keterbatasan fisik maupun mental (Ilahi, 2013:
23). Pendapat tersebut di dukung oleh pernyataan dari O’neil (dalam Ilahi, 2013:
25) yang menjelaskan bahwa pendidikan inklusi merupakan suatu layanan
pendidikan yang mempersyaratkan agar semua anak berkebutuhan khusus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
dilayani disekolah-sekolah terdekat, dikelas reguler bersama-sama dengan anak
tidak berkebutuhan secara khusus.
Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 Tentang Pendidikan Inklusi Bagi
Siswa yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/ atau Bakat
Istimewa, Pasal 1 bahwa: “Pendidikan inklusi adalah sistem penyelenggaraan
pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua siswa yang memiliki
kebutuhan khusus dan memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa untuk
mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara
bersama-sama dengan siswa pada umumnya”. Berdasarkan pendapat ahli bahwa
pendidikan inklusi adalah layanan pendidikan yang tidak membeda-bedakan latar
belakang siswa dan memberikan layanan kebutuhan yang sesuai dengan
kebutuhan masing-masing siswa tanpa diskriminatif.
b. Tujuan Pendidikan Inklusi
Secara umum pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif
mengembangkan potensi pribadinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia dan
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara ( UU No
20 tahun 2003, Pasal 1 ayat 1). Oleh sebab itu inti dari pendidikan inklusi adalah
hak asasi manusia atas pendidikan. Suatu konsekuensi logis dari hak ini adalah
semua anak mempunyai hak untuk menerima pendidikan yang tidak
mendiskriminasikan dengan kekurangan fisik, etnis, agama, bahasa, jenis kelamin,
kemampuan dan lain-lain. Tujuan praktis yang ingin dicapai dalam pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
inklusi ( UU No 20 tahun 2003, Pasal 1 ayat 1) meliputi tujuan langsung oleh
anak, oleh guru, oleh orang tua dan oleh masyarakat.
1) Tujuan yang ingin dicapai oleh anak dalam mengikuti kegiatan belajar dalam
inklusi antara lain adalah :
a) Berkembangnya kepercayaan pada diri anak, merasa bangga pada diri
sendiri atas prestasi yang diperolehnya.
b) Anak dapat belajar secara mandiri, dengan mencoba memahami dan
menerapkan pelajaran yang diperolehnya di sekolah ke dalam kehidupan
sehari-hari.
c) Anak mampu berinteraksi secara aktif bersama teman- temannya, guru,
sekolah dan masyarakat.
d) Anak dapat belajar untuk menerima adanya perbedaan, dan mampu
beradaptasi dalam mengatasi perbedaan tersebut.
2) Tujuan yang ingin dicapai oleh guru-guru dalam pelaksanakan pendidikan
inklusi antara lain adalah :
a) Guru akan memperoleh kesempatan belajar dari cara mengajar dengan
setting inklusi.
b) Terampil dalam melakukan pembelajaran kepada siswa yang memiliki
latar belakang beragam.
c) Mampu mengatasi berbagai tantangan dalam memberikan layanan
kepada semua anak.
d) Bersikap positif terhadap orang tua, masyarakat, dan anak dalam situasi
beragam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
e) Mempunyai peluang untuk menggali dan mengembangkan serta
mengaplikasikan berbagai gagasan baru melalui komunikasi dengan anak
di lingkungan sekolah dan masyarakat.
3) Tujuan yang akan dicapai bagi orang tua antara lain adalah :
a) Para orangtua dapat belajar lebih banyak tentang bagaimana cara
mendidik dan membimbing anaknya lebih baik di rumah, dengan
menggunakan teknik yang digunakan guru di sekolah.
b) Para orangtua secara pribadi terlibat dan akan merasakan keberadaanya
menjadi lebih penting dalam membantu anak untuk belajar.
c) Orangtua akan merasa dihargai, merasa dirinya sebagai mitra sejajar
dalam memberikan kesempatan belajar yang berkualitas kepada anaknya.
d) Orangtua mengetahui bahwa anaknya dan semua anak yang di sekolah,
menerima pendidikan yang berkualitas sesuai dengan kempuan masing-
masing individu anak.
c. Karakteristik Pendidikan Inklusi
Hakikat pendidikan inklusi sesungguhnya berupaya memberikan
peluang kepada setiap anak untuk memperoleh pelayanan pendidikan yang
terbaik dan memadai demi membangun masa depan bangsa. Hal ini sesuai
dengan kebijakan pendidikan inklusi yang tertuang dalam Permendiknas
Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusi yang menyatakan bahwa
“Sistem penyelenggara pendidikan yang memberikan kesempatan pada semua
siswa yang mengalami kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/ atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan secara bersama-sama dengan siswa
pada umumnya”.
Pendidikan inklusi memiliki empat karakteristik makna, antara lain (1)
proses yang berjalan terus menerus dalam usahanya menemukan cara-cara
merespon keragaman individu, (2) mempedulikan cara-cara untuk
meruntuhkan hambatan-hambatan anak dalam belajar, (3) anak kecil yang
hadir di sekolah berpartisipasi dan menempatkan hasil belajar yang bermakna
dalam hidupnya, (4) diperuntukan utamanya bagi anak-anak yang tergolong
marginal, eksklusi, dan membutuhkan layanan pendidikan khusus dalam
belajar (Direktorat Pendidikan Luar Biasa, 2004).
Berdasarkan penjelasan di atas bahwa karakteristik pendidikan inklusi
adalah keterbukaan tanpa batas dan lintas latar belakang yang memberikan
kesempatan seluas-luasnya bagi setiap anak Indonesia yang membutuhkan
layanan pendidikan anti diskriminasi. Pelayanan pendidikan tanpa batas dan
lintas latar belakang adalah landasan fundamental dari pendidikan inklusi yang
berkonsentrasi dalam memproyeksikan pendidikan untuk semua.
d. Prinsip Dasar Pendidikan Inklusi
Bagi anak berkebutuhan khusus, akses pendidikan formal sangat
mereka impikan demi mendapatkan layanan pendidikan terbaik seperti anak
tidak berkebutuhan secara khusus pada umumnya. Prinsip pendidikan inklusi
(Ilahi, 2013: 48-49) bahwa pendidikan inklusi menekankan pada keterbukaan
dan penghargaan terhadap anak berkebutuhan khusus. Pendidikan inklusi
menjamin akses dan kualitas yang terintegrasi tanpa terkecuali, hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
menunjukan bahwa anak berkebutuhan khusus bersama dengan anak tidak
berkebutuhan secara khusus yang belajar bersama di kelas. Pendidikan inklusi
lahir atas dasar prinsip bahwa layanan sekolah seharusnya diperuntukan untuk
semua siswa tanpa menghiraukan perbedaan yang ada, baik siswa dengan
kondisi kebutuhan khusus, perbedaan sosial, emosional, kultural, maupun
bahasa (Florian 2008: 123).
Prinsip pendidikan inklusi memang harus sejalan dengan Deklarasi Hak
Asasi Manusia yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sebagai basis
utama dalam membela anak berkebutuhan khusus. Prinsip-prinsip yang
mendasari pendidikan inklusi adalah keyakinan masyarakat terhadap
pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus merupakan refleksi dari ide-ide
yang ada dalam hak-hak asasi manusia, persamaan hak dan keadilan sosial
(Delphie, 2009: 21). Berdasarkan pendapat ahli diatas bahwa pendidikan
inklusi adalah pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus memiliki
kesempatan dan hak untuk mendapatkan pendidikan tanpa memandang latar
belakang kehidupan masing-masing siswa untuk mendapatkan layanan
pendidikan yang terbaik seperti anak yang tidak berkebutuhan secara khusus
pada umumnya.
e. Fungsi Pendidikan Inklusi
Kustawan & Meimulyani (2013: 20-21) menjelaskan bahwa sesuai
dengan disiplin ilmu fungsi pendidikan khusus dibagi menjadi 3 yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
1) Fungsi Preventif
Melalui pendidikan inklusi guru melakukan upaya pencegahan agar tidak
muncul hambatan-hambatan yang lainnya pada anak berkebutuhan
khusus.
2) Fungsi Intervensi
Pendidikan inklusi menangani anak berkebutuhan khusus agar dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya.
3) Fungsi Kompensasi
Pendidikan inklusi membantu anak berkebutuhan khusus untuk
menangani kekurangan yang ada pada dirinya dengan menggantikan
dengan fungsi lainnya.
Berdasarkan penjelasan di atas bahwa fungsi pendidikan inklusi adalah
guru mencegah agar tidak terjadi hambatan pada anak berkebutuhan khusus
dengan melakukan penanganan bagi anak berkebutuhan khusus dengan
mengembangkan potensi yang dimilikinya dan mengganti kekurangannya
dengan fungsi lainnya.
2. Sekolah Dasar Inklusi di Kota Yogyakarta
Sekolah dasar inklusi adalah sekolah yang menampung semua siswa di
kelas yang sama dan menyediakan program pendidikan yang layak sesuai dengan
potensi/kemampuan serta kebutuhan setiap siswa. Sekolah ini menyediakan
program pendidikan yang layak, menantang, sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhan setiap siswa, maupun bantuan dan dukungan yang dapat diberikan oleh
guru agar anak-anak berhasil (Shaffer, 2002: 593). Menurut Ilahi, (2013: 87).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Sekolah inklusi adalah sekolah yang mengakomodasi dan mengintegrasikan siswa
berkebutuhan tetapi tidak secara khusus dan siswa berkebutuhan khusus dalam
program yang sama.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sekolah inklusi adalah
sekolah yang menggabungkan layanan pendidikan khusus dan regular dalam satu
sistem, dimana siswa berkebutuhan khusus mendapatkan pendidikan khusus
sesuai dengan potensi masing-masing dan siswa tidak berkebutuhan secara khusus
mendapatkan layanan khusus untuk mengembangkan potensi mereka. Sehingga,
baik siswa yang berkebutuhan khusus ataupun siswa yang tidak berkebutuhan
secara khusus dapat bersama-sama mengembangkan potensi masing-masing.
Berikut adalah tujuh sekolah dasar inklusi yang ada di kota Yogyakarta:
Tabel 2.1 Daftar tujuh sekolah dasar inklusi di kota Yogyakarta
No. Sekolah Dasar Inklusi Jumlah dan Kategori Siswa ABK
1. SD Negeri Giwangan 3 siswa slow learner
2. SD Negeri Wirosaban 12 siswa slow learner
3. SD Negeri Pakel 1 siswa hiperaktif
4. SD Negeri Tamansari I 7 siswa slow learner
5. SD Negeri Juara 3 siswa disleksia dan 5 siswa slow learner
6. SD Negeri Baciro 6 siswa slow learner
7. SD Negeri Karanganyar 27 siswa slow learner
Dari tabel 2.1 dapat diketahui bahwa terdapat tiga SD inklusi, yaitu (1) SD
Negeri Giwangan Yogyakarta terletak di Jl. Tegalturi No.45 Umbulharjo, (2) SD
Negeri Wirosaban yang terletak di Jl. Wiroyudo II, Sorosutan, Umbulharjo, dan
(3) SD Negeri Pakel yang terletak di Jl. Tritunggal No. 27 Umbulharjo. Di
Kecamatan Wirobrajan hanya terdapat satu SD inklusi yaitu SD Negeri Tamansari
I yang terletak di Jl. Kapten Piere Tendean No.43 Yogyakarta. Di Kecamatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Gondokusuman terdapat dua SD inklusi yaitu SD Negeri juara yang terletak di Jl.
Gayam No. 9 Yogyakarta dan SD Negeri Baciro yang terletak di Jl. Mawar
No.17A Yogyakarta. SD inklusi yang selanjutnya berada di Kecamatan
Mergangsan, SD inklusi tersebut adalah SD Negeri Karanganyar yang terletak di
Jl. Singsingamangaraja No. 29A Yogyakarta. Sekolah dasar tersebut ditetapkan
sebagai sekolah dasar inklusi oleh Pemerintah Kota Yogyakarta di mana sekolah
dasar tersebut dianggap mampu memberikan penanganan bagi siswa
berkebutuhan khusus.
3. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
a. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Anak berkebutuhan khusus dapat dimaknai dengan anak-anak yang
tergolong cacat atau yang menyandang ketunaan, dan juga anak potensial dan
berbakat (Mulyono, 2003: 26). Istilah konsep anak berkebutuhan khusus
berkembang seiring dengan munculnya paradigma baru pendidikan inklusi, yang
mewarnai perjalanan setiap anak Indonesia dalam menghadapi segala pelabelan
negatif yang diarahkan kepada mereka. Istilah anak berkebutuhan khusus bukan
berarti hendak menggantikan anak penyandang cacat atau anak luar biasa,
melainkan memiliki pandangan yang lebih luas dan positif bagi anak dengan
keberagaman yang berbeda (Sunanto, 2009: 137). Terdapat pula anak dengan
intelegensi yang luar biasa, seperti anak tunagrahita atau anak gifted dan berbakat.
Jenis-jenis anak berkebutuhan khusus ini membutuhkan layanan pendidikan
inklusif yang secara konsisten dan penuh perhatian sehingga mengatasi segala
hambatan belajar dan perkembangan jiwanya (Silverman, 2006: 3).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Berdasarkan pendapat dari para ahli anak berkebutuhan khusus adalah anak
yang memiliki perbedaan-perbedaan baik perbedaan antar individu (inter
individual) yaitu membandingkan individu dengan individu lain baik perbedaan
fisik, emosi maupun intelektual, dan perbedaan antar potensi yang ada pada
individu itu sendiri (intra invidual) yang signifikan dan mengalami kesulitan
dalam berinteraksi dengan lingkungan sehingga untuk mengembangkan
potensinya dibutuhkan pendidikan dan pengajaran.
b. Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Memahami anak berkebutuhan khusus berarti melihat perbedaan individu,
baik perbedaan antar individu yaitu membandingkan individu dengan individu
lain baik perbedaan fisik, emosi maupun intelektual, dan perbedaan antar potensi
yang ada pada individu itu sendiri (Suparno: 2007: 42). Berikut jenis-jenis anak
berkebutuhan khusus :
1. Kelainan Mental
a. Mental Tinggi
Sering dikenal dengan anak berbakat intelektual, di mana selain memiliki
kemampuan intelektual di atas rata-rata normal juga memiliki kreativitas
dan tanggung jawab terhadap tugas.
b. Mental Rendah
Kemampuan mental rendah atau kapasitas intelektual (IQ) di bawah rata-
rata dan dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu anak lamban belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
(slow leaner) yaitu anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di
bawah anak tidak berkebutuhan secara khusus dan dalam menyelesaikan
tugas akademiknya terlambat dibandingan teman-teman seusianya.
c. Berkesulitan Belajar Spesifik
Berkesulitan belajar berkaitan dengan prestasi belajar (achivement) yang
diperoleh siswa. Anak berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang
memiliki kapasitas intelektual normal ke atas tetapi memiliki prestasi
rendah pada bidang akademi tertentu.
2. Kelainan Fisik
a. Kelainan Tubuh (Tunadaksa)
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang
disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat
bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy (kelayuhan
otak), amputasi (kehilangan organ tubuh), polio, dan lumpuh.
b. Kelainan Indera Pengelihatan (Tunanetra)
Tunanetra adalah individu yang memilki hambatan dalam pengelihatan.
Tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total
dan low vision.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
c. Kelainan Pendengaran (Tunarungu)
Tunarungu adalah individu yang memilki hambatan dalam pendengaran
baik permanen maupun tidak permanen karena memiliki hambatan dalam
pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara
sehingga mereka disebut tunawicara.
d. Kelainan Bicara (Tunawicara)
Tunawicara adalah seseorang yang mengalami kesulitan dalam
mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal, sehingga sulit bahkan
tidak dapat dimengerti orang lain. Kelainan berbicara ini dapat bersifat
fungsional di mana mungkin disebabkan karena ketunarunguan, dan
organik yang memang disebabkan adanya ketidaksempurnaan organ bicara
maupun adanya gangguan pada organ motoris yang berkaitan dengan
bicara.
3. Kelainan Emosi
Gangguan emosi merupakan masalah psikologis, dan hanya dapat dilihat
dari indikasi perilaku yang tampak pada individu. Adapun klasifikasi
gangguan emosi meliputi:
a. Gangguan Perilaku
b. Gangguan Konsentrasi (ADD/ Attention Deficit Disorder)
c. Gangguan Hiperaktif (ADHD/ Attention Deficit Hiperactivity
Disorder).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
4. Evaluasi Belajar
Berikut akan dijelaskan tentang pengertian evaluasi belajar dan bentuk
evaluasi belajar.
a. Pengertian Evaluasi Belajar
Evaluasi belajar diartikan sebagai suatu tindakan atau proses menentukan
nilai keberhasilan belajar seseorang setelah ia mengalami proses belajar selama
periode tertentu. Evaluasi belajar menurut Erman (2003: 2) merupakan suatu
penentuan kesesuaian dari kedua sisi, yaitu, tampilan siswa dan tujuan
pembelajaran itu sendiri dan yang dievaluasi adalah ciri khas atau karakteristik
seorang siswa dengan memakai suatu tolok ukur. Ciri khas atau karakteristik
tersebut meliputi beberapa kegiatan pembelajaran, entah dari segi kognitif, dari
segi afektif, maupun segi psikomotor. Semua karakteristik tersebut dapat
dievaluasi dengan baik, secara lisan maupun tertulis dan perilaku keseharian
siswa.
Sesuai dengan Permendiknas No 70 tahun 2009 pasal 7 sampai 9 bahwa
penyelenggaraan pendidikan inklusi dilaksanakan dengan menggunakan
kurikulum satuan pendidikan dengan mengakomodasi kebutuhan dan
kemampuan peserta didik seperti minat, bakat, potensi. Dalam mengevaluasi
siswa guru dapat menggunakan ulangan harian, ulangan umum dan ujian akhir.
Evaluasi harus dilaksanakan sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, evaluasi
belajar dilaksanakan unuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa termasuk anak
berkebutuhan khusus. Evaluasi pembelajaran dilaksanakan selama proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
pembelajaran yaitu dapat dilakukan secara tertulis, lisan, dan pengamatan.
Melalui pengertian evaluasi pembelajaran dapat disimpulkan bahwa
evaluasi belajar adalah proses yang dilakukan untuk menentukan nilai dari
pembelajaran yang telah dilaksanakan, melalui berbagai kegiatan pengukuran
maupun penilaian pembelajaran. Seorang guru harus memahami dengan
sebaik-baiknya, apa itu evaluasi belajar dan bagaimana pengaruhnya terhadap
proses pembelajaran seorang siswa. Evaluasi belajar akan membantu seorang
guru untuk membandingkan, mengumpulkan data, mengolah data yang telah
diukur dan mengetahui berapa siswa yang telah berhasil mencapai tujuan
pembelajaran serta berapa siswa yang harus kembali dibimbing, diajarkan serta
dididik sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan dan telah ditentukan
sebelumnya.
b. Bentuk Evaluasi Belajar
Dalam pembelajaran ada juga penilaian evaluasi belajar. Menurut
Kustawan (2006: 39 ) cara melaksanakan penilaian evaluasi belajar ada dua
yaitu, aspek tes dan non tes.
1) Evaluasi Belajar dengan Tes
Menurut Riduwan (2006: 37) tes adalah serangkaian pertanyaan
yang digunakan untuk mengukur, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki individu/ kelompok. Pemberian
tugas diberikan dengan cara meberikan serangkaian pertanyaan
kepada siswa. Pertanyaan tersebut diberikan sebelum pelajaran (pre-
test) sebagai assesmen awal maupun diberikan sesudah pelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
(post-test) sebagai asessmen akhir. Soal-soal yang disusun oleh guru
disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Hasil dari tes dapat
dijadikan acuan untuk melakukan penilaian kognitif sekaligus
menjadi dasar untuk melakukan penilian berkelanjutan.
2) Evaluasi Belajar dengan Non Tes
Evaluasi belajar dengan non tes adalah penilaian untuk memperoleh
gambaran mengenai karakteristik, sikap, atau kepribadian siswa
(Sudijono 2005: 54). Bentuknya berupa rubrik pengamatan dengan
pernyataan. Pengamatan dilakukan sebelum, saat, dan sesudah
pelajaran sebagai asesmen awal, tengah, dan akhir. Hasil dari
pengamatan dapat digunakan dalam rubrik penilaian afektif dan
psikomotorik. Rubrik penilaian afektif misalnya ada pernyataan yang
mengarah pada perilaku yang menunjukan adanya perkembangan
siswa dalam hal ketekunan, kedisiplinan, kesabaran, kerja keras dsb.
Rubrik penilaian psikomotorik misalanya ada pernyataan yang
memandu guru untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
mendengarkan perintah guru, mempresentasikan tugas, kesediaan
membantu teman dsb. Rubrik penilaian disesuaikan dengan
instrumen penilaian hasil belajar.
Berdasarkan pengertian di atas peneliti menyimpulkan bahwa penilaian
adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi
yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes
maupun non tes. Dengan hal tersebut guru dapat mengobservasi kemampuan atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
potensi yang dimiliki oleh masing-masing siswa sehingga, guru dapat mengelola
atau mengarahkan kemampuan atau potensi siswa dengan kecerdasan ganda yang
sesaui karena manusia pada dasarnya, memiliki beberapa jenis kecerdasan yang
menonjol.
5. Kecerdasan Ganda
Berikut akan dijelaskan pengertian kecerdasan ganda, macam-macam
kecerdasan ganda, dan memperkembangkan potensi anak.
a. Pengertian Kecerdasan Ganda
Kecerdasan merupakan potensi yang dimiliki seseorang yang dapat
diaktifkan melalui proses belajar, interaksi dengan keluarga, guru, teman dan
nilai-nilai budaya yang berkembang. Kecerdasan mengandung dua aspek pokok
yaitu; kemampuan belajar dari pengalaman dan beradaptasi terhadap lingkungan
(Gardner dalam Suparno 2004: 14). Berikut adalah sembilan intelegensi,
intelegensi linguistik, intelegensi matematis-logis, intelegensi ruang visual,
intelegensi kinestetis-badani, intelegensi musikal, intelegensi interpersonal,
intelegensi intrapersonal, intelegensi lingkungan, dan intelegensi eksistensial.
Berdasarkan penjelasan di atas, setiap individu memiliki kecerdasan dan
potensi yang unik yang harus dikembangkan menjadi kompetensi. Pendidikan
merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mengembangkan potensi individu
menjadi kompetensi. Manusia, pada dasarnya, memiliki beberapa jenis
kecerdasan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
b. Siswa ABK Memiliki Kecerdasan Ganda: Lumera Dhipta.
Lumera Dhipta anak berkebutuhan khusus dengan kelainan pada telinga
(tunarungu) lahir di Yogyakarta, 04 Agustus 1991. Ia mengalami kelainan pada
telinga sejak dilahirkan. Orangtua selalu mendapmpingi dan mengamati
perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Pengamatan perilaku yang dilakukan
orangtua dijadikan acuan untuk pendampingan di sekolah sehingga, guru dapat
mengarahkan potensi/kemampuan sesuai dengan kecerdasan ganda. Dhipta
memiliki kecerdasan dalam ilmu sains dan Dhipta memiliki kecerdasan ganda
diantaranya matematis-logis, intelegensi interpersonal, dan intelegensi
intrapersonal. Matematis-logis pada kemampuannya dalam mengerjakan soal-soal
fisika. Hafalan rumusnya kuat, cara menghitung yang cepat dan juga mudah
memahami maksud soal. Dhipta memiliki kemampuan itelegensi ganda berupa
intelegensi interpersonal. Oleh karena itu, ia menjadi juara dalam olimpiade fisika
tingkat kota dan propinsi di Yogyakarta. Kemampuan intelegensi intrapersonal
saat dia memperoleh prestasi yang membanggakan dalam mengikuti olimpiade.
B. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN
Penelitian ini juga didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan
terdahulu. Adapun penelitian tersebut adalah:
Pertama, penelitian yang berjudul “Evaluasi Pembelajaran Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) di kelas Inklusi Di SD Plus Darul’ulum Jombang”
yang ditulis oleh Lilik Maftuhatin (2014). Dalam penelitian ini bertujuan untuk
mencari solusi pemecahan masalah bagaimana sistem perencanaan evaluasi
pembelajaran, bentuk evaluasi, bentuk pelaporan yang telah dilakukan di kelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
inklusi. Penelitian ini difokuskan pada perencanaan evaluasi pembelajaran, bentuk
evaluasi yang telah dilakukan di kelas inklusi yang terdapat di SD Plus
Darul’ulum. Penelitian ini dilakukan dengan metode interview, observasi, dan
dokumentasi. Objek penelitian adalah kepala sekolah, guru-guru pendamping
ABK, serta koordinator kelas inklusi disertai dengan data-data di lapangan yang
dapat mendukung penelitian ini. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa
evaluasi pembelajaran sudah cukup bagus karena guru sudah menerapkan dua
metode dalam evaluasi yaitu dengan soal yang disamakan dengan reguler dan
yang kedua dengan soal sesuai dengan kebutuhan mereka, disertai dengan
portofolio yang mencatat perkembangan mereka selama pembelajaran.
Kedua, penelitian ini berjudul “Evaluasi Penyelenggaraan Pendidikan
Inklusi Bagi Peserta Didik Berkebutuhan Khusus di SDN 131/IV Kota Jambi”.
Ditulis oleh Paramita Isabella, Emosda, dan Suratno pada tahun 2014.
Dipenelitian ini yang ditulis oleh peneliti mengatakan bahwa teknik pengumpulan
data yang digunakan peneliti menggunakan in-depth interview, yaitu wawancara
mendalam yang tidak terstruktur ketat. Observasi dilakukan secara terus terang
dan tersamar. Selain itu peneliti juga melakukan pengumpulan data melalui studi
dokumentasi yaitu dokumen mengenai profil sekolah, data peserta didik, foto-
foto, dan sebagainya. Hasil penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimanakah penyelenggaraan pendidikan inklusi di sekolah dan apakah
pelaksanaannya sudah sesuai dengan standar yang diperuntukkan bagi kegiatan
tersebut, maka dalam hal ini fokus penelitian dititikberatkan pada evaluasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
penyelenggaraan pendidikan inklusi bagi peserta didik berkebutuhan khusus di
SD Negeri 131/IV Kota Jambi.
Ketiga, penelitian yang berjudul “Studi Evaluasi Program Pendidikan
Inklusi Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Dasar Kabupaten Pontianak”
yang ditulis oleh Gusti Nono Haryono pada tahun 2010. Dipenelitian yang ditulis
oleh peneliti mengatakan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
informasi yang komprehenshif mengenai efektifitas program pendidikan inklusif.
Data yang diperoleh mengguakan dengan wawancara, observasi, dokumentasi dan
angket. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil temuan komponen proses
menunjukkan kegiatan perencanaan, proses dan evaluasi pembelajaran untuk
setiap aspek dinilai masuk dalam katagori baik dan cukup baik.
Ketiga penelitian tersebut memiliki relevansi dengan penelitian yang akan
peneliti lakukan. Pada penelitian pertama menyatakan tentang bagaimana sistem
perencanaan evaluasi pembelajaran, bentuk evaluasi, bentuk pelaporan yang telah
dilakukan di kelas inklusi dan memiliki relevansi dengan penelitian yang akan
dilakukan peneliti terkait dengan evaluasi pembelajaran di sekolah Inklusi.
Sedangan penelitian kedua dan ketiga ini juga menggambarkan bagaimana
kesesuaian evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam proses
pembelajaran. Pada penelitian tersebut teknik pengumpulan data yang diperoleh
berupa kuesioner untuk guru-guru. Ketiga penelitian tersebut memberi relevansi
kepada peneliti yang akan melakukan penelitian mengenai evaluasi belajar di
skolah dasar inklusi. Literatur map penelitian yang relevan dapat dilihat pada
berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Bagan 2.1 Penelitian yang Relevan
C. KERANGKA BERPIKIR
Evaluasi belajar dalam pendidikan inklusi dimulai dengan proses assesmen
sehingga akan diperoleh gambaran kemampuan dan kebutuhan belajar dari
masing-masing siswa. Setiap kemampuan dan kebutuhan belajar yang dimiliki
masing-masing siswa berbeda karena setiap anak memiliki kecerdasan ganda yang
juga berbeda. Mengingat perbedaan kemampuan dan kebutuhan belajar antara
siswa berkebutuhan khusus dan siswa yang tidak berkebutuhan secara khusus
menjadi keprihatinan peneliti apabila guru-guru di sekolah dasar inklusi tidak
Lilik Maftuhatin
“Evaluasi Pembelajaran
Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK) di kelas
Inklusi”
Paramita Isabella,
Emosda, Suratno.
“Evaluasi
Penyelenggaraan
Pendidikan Inklusi Bagi
Peserta Didik
Berkebutuhan Khusus di
SD N 131/IV Kota
Jambi”
Gusti Nono Haryono
“Studi Evaluasi Program
Pendidikan Inklusi Bagi
Anak Berkebutuhan
Khusus Di Sekolah Dasar
Kabupaten Pontianak”
Perlunya perencanaan
bentuk evaluasi di kelas
inklusi.
Pentingnya
penyelenggaraan
evaluasi belajar bagi
peserta didik di SD
Negeri
Perlunya efektifitas
program pendidikan
inklusi
Tri Wahyu
Setyaningsih
“Evaluasi
Belajar yang
Digunakan
Guru Di
Sekolah Dasar
Inklusi se-
Kota
Yogyakarta”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
mengetahui evaluasi belajar yang digunakan sesuai atau tidak dengan siswa
berkebutuhan khusus maupun siswa berkebutuhan tetapi tidak secara khusus.
Melihat hal itu peneliti terdorong untuk melakukan penelitian kuantitatif
dengan jenis penelitian survey yang menggunakan kuesioner dan pernyataan
terstruktur untuk mengumpulkan data. Data yang diperoleh kemudian akan diolah
dan dianalis. Data yang diperoleh peneliti diggunakan untuk memetakan evaluasi
belajar yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta yang
memiliki persentase penggunaan paling tinggi yang digunakan guru untuk
melakukan evaluasi belajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Peneliti akan
meberikan kuesioner dengan jawaban tertutup kepada guru di sekolah dasar
inklusi se-Kota Yogyakarta. Kuesioner yang diperoleh dari berbagai sekolah
inklusi dan dikumpulkan, kemudian data tersebut akan diolah sehingga dapat
disimpulkan evaluasi belajar apa yang memiliki persentase penggunaan paling
tinggi yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta.
D. HIPOTESIS
Berdasarkan rumusan masalah, maka peneliti melakukan hipotesis
penelitian. Hipotesis penelitian ini adalah: Evaluasi belajar yang digunakan guru
di sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta adalah evaluasi belajar dengan aspek
tes yaitu asesmen awal dan akhir, melakukan penilaian hasil belajar sesuai dengan
kemampuan anak berkebutuhan khusus, melakukan penilaian kognitif, dan
melakukan penilaian secara berkelanjutan serta aspek non tes yaitu melakukan
asesmen awal, tengah, dan akhir, melakukan penilaian afektif, psikomotor untuk
menyesuaikan instrumen penilaian hasil belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
BAB III
METODE PENELITIAN
Bagian metode penelitian ini memaparkan jenis penelitian, tempat dan
waktu peneitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, teknik pengumpulan
data, instrumen penelitian, validasi dan reliabilitas, dan teknik analisis data.
A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah non eksperimental dengan cross
sectional design melalui metode survey. Pengelompokan data dengan cross
sectional design merupakan pengumpulan data dengan tujuan untuk
menggambarkan keadaan (Siregar 2010: 129). Penelitian survey dapat digunakan
untuk mengumpulkan data yang berkenaan dengan sikap, nilai, kepercayaan,
pendapat, perilaku, kebiasaan, dan lain-lain (Syaodih 2010: 82).
Penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian dengan menggunakan
pernyataan terstruktur atau sistematis yang sama kepada banyak orang, untuk
kemudian seluruh jawaban yang diperoleh peneliti dicatat, diolah, dan dianalisis
(Siregar 2011: 143). Berdasarkan penjelasan tersebut dapat simpulkan bahwa
penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian survey yang menggunakan kuesioner
dengan pernyataan terstruktur untuk mengumpulkan data. Data yang diperoleh
kemudian diolah dan dianalis. Penelitian bertujuan untuk mengetahui evaluasi
belajar yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
1. Tempat Penelitian
Dalam penelitian ini sekolah dasar inklusi yang digunakan adalah 7 sekolah
dasar inklusi yang ada di Kota Yogyakarta yaitu:
Tabel 3.1 Daftar tujuh sekolah dasar inklusi di kota Yogyakarta
No. Sekolah Dasar Inklusi Jumlah dan Kategori Siswa ABK
1. SD Negeri Giwangan 3 siswa slow learner
2. SD Negeri Wirosaban 12 siswa slow learner
3. SD Negeri Pakel 1 siswa hiperaktif
4. SD Negeri Tamansari I 7 siswa slow learner
5. SD Negeri Juara 3 siswa disleksia dan 5 siswa slow learner
6. SD Negeri Baciro 6 siswa slow learner
7. SD Negeri Karanganyar 27 siswa slow learner
Dari tabel 3.1 tujuh sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta tersebar
dibeberapa Kecamatan di Kota Yogyakarta, antara lain di Kecamatan
Gondokusuman, Kecamatan Wirobrajan, Kecamatan Umbulharjo, Kecamatan
Mantrijeron, Kecamatan Kotagede, dan Kecamatan Mergangsan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan satu tahun, terhitung mulai dari bulan Agustus 2015
sampai bulan Agustus 2016.
C. POPULASI DAN SAMPEL
1. Populasi
Menurut (Sugiyono 2002: 55) populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek/subjek yang memiliki kuntitas dan karakteristik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru di SD
Negeri/Swasta inklusi se-Kota Yogyakarta yang berjumlah 162 guru dari 27
sekolah dasar inklusi. Peneliti membatasi populasi untuk sekolah negeri
maupun swasta karena beberapa sekolah dasar tertutup untuk penelitian yang
dilakukan mahasiswa dan tidak memilki surat keputusan yang menyatakan
bahwa sekolah tersebut adalah sekolah dasar inklusi dari Dinas Pendidikan.
2. Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek
yang diteliti untuk mewakili seluruh populasi dan diambil dengan
menggunakan teknik tertentu (Arikunto 2012:34). Sampel penelitian adalah
sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
(Sugiyono 2002: 56). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel
penelitian adalah sebagian yang diambil dari populasi yang diteliti. Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 27 guru dari 7 sekolah dasar
inklusi di kota Yogyakarta. Teknik sampling yang digunakan dalam
penelitian ini adalah purposive sampling. Sugiyono (2010:120)
mengemukakan bahwa purposive sampling adalah teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian
adalah simple random sampling. Menurut Martono (2012:75) simple random
sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara acak
tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. Peneliti
memilih teknik purposive sampling dan metode simple random sampling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
karena peneliti menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu pada setiap
sekolah negeri untuk menjadi sampel pada penelitian ini. Pertimbangan
tersebut adalah, sekolah memiliki surat keputusan dari Dinas Pendidikan
yang menyatakan bahwa sekolah tersebut adalah sekolah dasar inklusi dan
memiliki siswa yang berkebutuhan khusus.
D. VARIABEL PENELITIAN
Variabel penelitian adalah karakteristik objek kajian (konsep) yang
mempunyai variasi nilai, baik itu kejadian, situasi, perilaku, maupun karakteristik
individu (Suharsaputra, 2014:75). Variabel penelitian adalah suatu atribut atau
sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono 2011:38). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa variabel penelitian adalah suatu objek kajian yang mempuyai nilai yang
dapat ditetapkan oleh peneliti untuk selanjutnya ditarik menjadi sebuah
kesimpulan. Menurut (Martono 2010:22-23) Variabel terdiri dari 2 macam yaitu:
1. Variabel Bebas (Indepedent variable)
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain atau
menghasilkan akibat pada variabel yang lain, yang pada umumnya berada
dalam urutan tata waktu yang terjadi lebih dulu. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah evaluasi belajar yang digunakan guru.
2. Variabel Terikat (Dependent variable)
Variabel terkait merupakan variabel yang diakibatkan atau dipengaruhi oleh
variabel bebas. Variabel tergantung adalah varibel yang variabelnya diamati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
dan diukur untuk menentukan untuk menentukan pengaruh yang disebabkan
oleh variabel bebas (Sarwono 2006:54). Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah sekolah dasar inklusi di Kota-Yogyakarta.
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai teknik pengumpulan data.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawab” (Sugiyono 2010: 199). Kuesioner masuk ke dalam teknik
pengumpulan data non tes. Tujuan dari penggunaan kuesioner untuk mengetahui
bentuk evaluasi belajar yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-kota
Yogyakarta. Terdapat 15 item pertanyaan yang termuat dalam kuesioner dengan
jawaban tertutup. Kuesioner dibagikan kepada guru-guru inklusi yang mengajar di
sekolah dasar inklusi se-kota Yogyakarta. Kuesioner sendiri berisi mengenai
aspek-aspek indikator evaluasi belajar. Guru-guru diminta untuk mengisi
kuesioner selama jangka waktu yang sudah ditentukan.
F. INSTRUMEN PENELITIAN
Alat ukur penelitian ini menggunakan lembar kuesioner bentuk evaluasi
belajar yang digunakan untuk guru di sekolah dasar inklusi. Kuesioner menurut
(Sugiyono 2012:142) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawab. Kuesioner dibagikan kepada guru-guru sekolah dasar
inklusi di kota Yogyakarta. Lembar kuesioner tersebut tersusun atas 2 aspek,
aspek pertama berisi tentang bentuk evaluasi belajar dengan tes. Kedua berisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
tentang bentuk evaluasi belajar dengan non tes. Lembar kuesioner berisi 15 item
pertanyaan yang terdiri dari 8 pertanyaan tentang bentuk evaluasi belajar dengan
tes dan 7 pertanyaan tentang bentuk evaluasi belajar dengan non tes. Penelitian ini
menggunakan kuesioner pernyataan tertutup.
Tukiran (2012:184) mengungkapkan karakteristik pernyataan tertutup
adalah semua pilihan jawaban dari pernyataan ini telah ditentukan oleh peneliti.
Alasan peneliti menggunakan kuesioner pernyataan tertutup adalah untuk
menghindari adanya pernyataan ragu-ragu dari responden, selain itu dengan
menggunakan kuesioner tertutup dapat mempermudah peneliti dalam
menganalisis data. Lembar kuesioner bentuk evaluasi belajar yang digunakan guru
di sekolah dasar inklusi se-kota Yogyakarta dalam penelitian ini terdapat 8
indikator.
Evaluasi belajar menurut Erman (2003: 2) merupakan suatu penentuan
kesesuaian dari kedua sisi, yaitu, tampilan peserta didik dan tujuan pembelajaran
itu sendiri dan yang dievaluasi adalah ciri khas atau karakteristik seorang peserta
didik dengan memakai suatu tolok ukur. Ciri khas atau karakteristik tersebut
meliputi beberapa kegiatan pembelajaran, entah dari segi kognitif, dari segi
afektif, maupun segi psikomotor. Semua karakteristik tersebut dapat dievaluasi
dengan baik, secara lisan maupun tertulis dan perilaku keseharian peserta didik.
Menurut Kustawan (2006: 39 ) cara melaksanakan penilaian evaluasi
belajar ada dua yaitu, aspek tes dan non tes. Evaluasi Belajar dengan tes Menurut
Riduwan (2006: 37) tes adalah serangkaian pertanyaan yang digunakan untuk
mengukur, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
individu/ kelompok. Pemberian tugas diberikan dengan cara meberikan
serangkaian pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan tersebut diberikan sebelum
pelajaran (pre-test) sebagai assesmen awal maupun diberikan sesudah pelajaran
(post-test) sebagai asessmen akhir. Soal-soal yang disusun oleh guru disesuaikan
dengan tingkat kemampuan siswa. Hasil dari tes dapat dijadikan acuan untuk
melakukan penilaian kognitif sekaligus menjadi dasar untuk melakukan penilian
berkelanjutan.
Penilaian non tes adalah penilaian yang mengukur kemampuan siswa
secara langsung dengan tugas-tugas riil dalam proses pembelajaran (Sudijono
2005: 54). Bentuknya berupa rubrik pengamatan dengan pernyataan. Pengamatan
dilakukan sebelum, saat, dan sesudah pelajaran sebagai asesmen awal, tengah, dan
akhir. Hasil dari pengamatan dapat digunakan dalam rubrik penilaian afektif dan
psikomotorik. Rubrik penilaian afektif misalnya ada pernyataan yang mengarah
pada perilaku yang menunjukan adanya perkembangan siswa dalam hal
ketekunan, kedisiplinan, kesabaran, kerja keras dsb. Rubrik penilaian
psikomotorik misalanya ada pernyataan yang memandu guru untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam mendengarkan perintah guru, mempresentasikan tugas,
kesediaan membantu teman dsb. Rubrik penilaian disesuaikan dengan instrumen
penilaian hasil belajar.
Berdasarkan dari keseluruhan indikator guru dapat mengobservasi
kemampuan atau potensi yang dimiliki oleh masing-masing siswa sehingga, guru
dapat mengelola atau mengarahkan kemampuan atau potensi siswa dengan
kecerdasan ganda yang sesuai karena manusia pada dasarnya, memiliki beberapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
jenis kecerdasan yang menonjol. Berikut adalah tabel kisi-kisi yang mencakup 8
indikator dan 15 item pernyataan dengan jawaban tertutup.
Tabel 3.1 Kisi-kisi Lembar Kuesioner Evaluasi Belajar yang
Digunakan Guru Di Sekolah Dasar Inklusi se-Kota Yogyakarta
No. Aspek Indikator No.item
1. Tes Melakukan asesmen awal dan akhir. 1-3
Melakukan penilaian hasil belajar sesuai
dengan kemampuan ABK.
4-6
Melakukan penilaian kognitif. 7
Melakukan penilaian secara berkelanjutan 8
2. Non
Tes
Melakukan asesmen awal, tengah, dan akhir. 9-11
Melakukan penilaian afektif. 12
Melakukan penilaian psikomotorik. 13
Menyesuaikan instrumen penilaian hasil
belajar.
14-15
Setelah menentukan dua aspek, peneliti mengembangkan menjadi 15
pernyataan dan diberi jawaban “ya” dan “tidak” sehingga menjadi kuesiner
penelitian yang mudah dipahami oleh guru. Bentuk kuesioner penelitian untuk
guru di sekolah dasar inklusi dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Kuesioner Evaluasi Belajar yang Digunakan Guru Di
Sekolah Dasar Inklusi se-Kota Yogyakarta.
No Aspek Indikator Pernyataan
1 Tes Melakukan asesmen
awal dan akhir.
1. Saya memberikan latihan ulangan bagi
siswa untuk terbiasa dengan format ujian.
2. Saya memberikan les atau tutor sebelum
ujian sesuai jam pembelajaran sekolah
berakhir pada siswa yang berkebutuhan
khusus.
3. Saya dapat membuat alternatif bentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
No Aspek Indikator Pernyataan
pertanyaan saat ujian berlangsung bagi
siswa berkebutuhan khusus.
Melakukan penilaian
hasil belajar sesuai
dengan kemampuan
ABK.
4. Saya menentukan standar kompetensi
kelulusan pada setiap mata pelajaran
sesuai kemampuan siswa.
5. Saya membuat indikator yang sesuai
kemampuan kemampuan siswa dan
menjadi acuan terhadap hasil belajar.
6. Saya menggunakan instrumen penilaian
yang bervariasi sesuai kemampuan untuk
menilai hasil belajar.
Melakukan penilaian
kognitif.
7. Saya memberikan tes terulis atau lisan
untuk mengetahui tingkat pengetahuan
siswa tentang materi.
Melakukan penilaian
secara berkelanjutan.
8. Saya melakukan penilaian berdasarkan
hasil kemajuan yang dicapai siswa.
2 Non Tes Melakukan asesmen
awal, tengah, dan
akhir.
9. Saya melakukan penilaian secara berkala
pada seluruh siswa.
10. Saya mengobservasi kemampuan siswa
pada saat proses pembelajaran.
11. Saya mnegobservasi kemampuan siswa
diakhir proses pembelajaran.
Melakukan penilaian
afektif.
12. Saya membuat indikator tentang aspek
sikap/afektif.
Melakukan penilaian
psikomotorik.
13. Saya mebuat instrumen observasi untuk
meninjau sikap setiap siswa.
14. Saya membuat indikator tentang aspek
psikomotor.
Menyesuaikan
instrumen penilaian
hasil belajar.
15. Saya membuat instrumen observasi untuk
meninjau ketrampilan siswa.
Tabel 3.2 Menunjukkan bahwa terdapat dua aspek. Aspek pertama memiliki
4 indikator dengan jumlah 8 item, item tersebut terdapat pada item 1, 2, 3, 4, 5, 6,
7, dan 8. Aspek kedua memiliki 4 indikator dengan jumlah 7 item, item tersebut
terdapat pada item 9, 10, 11, 12, 13, 14, dan 15.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
G. TEKNIK PENGUJIAN INSTRUMEN
Instrumen penelitian yang digunakan harus melalui pengujian validitas dan
reliabilitas. Uji validitas meliputi tiga hal yaitu validitas isi, validitas muka, dan
validitas konstruk. Ketiga validitas dan reliabilitas akan dikenakan pada instrumen
non tes. Sementara instrumen daftar cek tidak melalui uji validasi dan reliabilitas.
1. Uji Validitas Instrumen
Menurut Sugiyono (2011: 361) validitas merupakan derajat ketepatan
antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan
oleh peneliti. Instrumen dapat dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat
mengukur apa yang sebenarnya diukur. Uji validitas dalam penelitian ini meliputi
dua hal yaitu validitas isi, validitas konstruk. Kedua validitas dan reliabilitas ini
akan dikenakan pada instrumen non tes.
a. Validasi Isi
Validitas isi adalah validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi
dengan analisis rasional atau lewat professional judgment (Anwar, 2009: 45).
Validitas isi diberikan oleh para ahli yang bidang keahliannya berhubungan
dengan penelitian ini. Dari hasil validasi penelitian untuk guru serta validasi
produk dari ahli bahasa dan sastra. Data dianalisis sebagai dasar dari kuesioner
diubah menjadi data interval. Peneliti dalam hal ini akan memberikan rentan
skor atas komentar para ahli menjadi data interval. Skala penilaian terhadap
evaluasi hasil belajar, sudah baik (4), sudah baik, perlu perbaikan (3), tidak
baik (2), sangat tidak baik (1). Untuk menyusun tabel klasifikasi menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
aturan yang sama dengan dasar jumlah skor responden, yaitu dicari skor
tertinggi, skor terendah, jumlah kelas, dan jarak interval.
Skor Tertinggi (ideal) = 4 (sudah baik)
Skor Terendah = 1 (sangat tidak baik)
Jumlah kelas = 4 (sangat tidak baik sampai sudah baik)
Jarak interval = (4-1)/3 = 1
Skor yang sudah didapat kemudian dikonversikan menggunakan tabel
konversi nilai skala empat berdasarkan skala Likert (Widoyoko, 2012). Berikut
adalah tabel klasifikasi skor skala empat yang peneliti susun. Skala skor yang
digunakan dalam lembar penilaian insrumen ini menggunakan skala Likert.
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono,
2011:93). Penelitian ini menggunakan skala Likert dengan skala 1–4. Dalam
penelitian ini lembar penilaian dibuat berdasarkan indikator-indikator dan hasil
akhirnya akan diakumulasi kemudian dikategorikan menggunakan kriteria
yang telah ditentukan. Ketentuan pelaksanaan revisi terhadap instrumen diatur
dalam tabel berikut.
Tabel 3.3 Skala Likert
Rentang Skor Jawaban Klasifikasi Kelayakan (Sikap)
4 s/d 5 Sudah Baik (SB)
3 s/d 4 Sudah Baik Perlu Perbaikan (SBP)
2 s/d 3 Tidak Baik (TB)
1 s/d 2 Sangat Tidak Baik (STB)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Dari tabel 3.3 di atas dapat diketahui bahwa jika soal yang divalidasi
mendapat nilai kurang dari 3 tetapi komentar yang diberikan baik, maka soal
perlu direvisi. Begitu juga dengan nilai yang kurang dari 3 tetapi mendapat
komentar baik, maka soal perlu direvisi. Sedangkan jika soal yang telah
divalidasi mendapat nilai lebih besar dari 3 dengan komentar negatif, maka
soal perlu direvisi pada bagian tertentu. Namun, jika soal tersebut mendapat
nilai lebih besar dari 3 dengan komentar yang baik, maka soal tersebut tidak
perlu direvisi.
Validasi pertama adalah validator ahli A, Peneliti memilih A sebagai
validator karena beliau saat ini menjabat sebagai dosen disalah satu universitas
swasta dan beliau pernah mengajar pada matakuliah evaluasi pembelajaran.
Hasil validasi dari A menunjukkan bahwa beberapa soal perlu direvisi mulai
dari susunan kalimat. Validator A rata-rata memberikan nilai 3 – 4 pada blue
print.
Validasi kedua adalah validator B, peneliti memilih validator B sebagai
validator karena validator B seorang yang paham tentang evaluasi
pembelajaran. Beliau saat ini menjabat sebagai seorang dosen di universitas
swasta di Yogyakarta. Hasil validasi dari validator B menunjukkan bahwa
beberapa instrumen direvisi susunan kalimatnya dan lebih diperjelas maksut
dari kalimat dalam kuesioner. Validator B rata-rata memberikan nilai 3 – 4
pada blue print kuesioner.
Berdasarkan validasi yang sudah dilakukan oleh validator ahli terhadap
instrumen, dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut layak digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
dengan revisi sesuai yang telah disarankan oleh validator, seperti pada
lampiran. Setelah divalidasi oleh dua validator ahli dibidangnya, peneliti
menggunakan 15 pernyataan pada kuesioner yang sudah dianggap valid untuk
diujikan kepada 27 responden yang ada di SD Negeri inklusi se-Kota
Yogyakarta. Selanjutnya, hasil pengujian tersebut dikoreksi oleh peneliti untuk
dilihat soal yang valid. Setelah diujikan kepada 27 responden dan divalidasi
menggunakan SPSS.
b. Validitas Konstruk
Validitas konstruk adalah tipe validitas yang menunjukkan sejauh
mana tes mengungkap suatu trait atau konstrak teoritis yang hendak diukurnya
(Allen&Yen dalam Azwar, 2009: 48). Validitas konstruk dilakukan pada 27
guru yang mengajar di SD Inklusi Se-Kota Yogyakarta.
Hasil uji validitas konstruk akan direkap menggunakan Microsoft
Excel dan dihitung menggunakan SPSS versi 21 for windows. Hasil uji
validitas yang dihitung menggunakan SPSS menunjukkan bahwa dari
kuesioner ada 15 pernyataan ada yang mendapat bintang satu (*) artinya soal
tersebut memiliki taraf kepercayaan sebesar 95%. Sedangkan yang mendapat
bintang dua (**) artinya soal tersebut mempunyai kepercayaan sebesar 99%.
Soal yang tidak mendapat bintang (*) (**) berarti soal tersebut tidak valid.
Hasil uji validitas konstruk dapat dilihat pada tabel 3.4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Tabel 3.4 Hasil Validitas Pernyataan
Aspek Indikator No.
Butir
Soal
t
tabel
r hitung
Pearson
Correlation
Sig. (2-
tailed) Keputusan
Tes Melakukan asesmen
awal dan akhir
1 0,381 .859** .000 Valid
2 0,381 .667** .000 Valid
3 0,381 .340 .083 Tidak valid
Melakukan penilaian
hasil belajar sesuai
dengan kemampuan
ABK
4 0,381 .859** .000 Valid
5 0,381 .377 .052 Tidak valid
6 0,381 .377 .052 Tidak valid
Melakukan penilaian
kognitif
7 0,381 .859** .000 Valid
Melakukan penilaian
secara berkelanjutan
8 0,381 -.108 .593 Tidak valid
Non Tes Melakukan asesmen
awal, tengah, akhir
9 0,381 .197 .324 Tidak valid
10 0,381 .563** .002 Valid
11 0,381 .859** .000 Valid
Melakukan penilaian
afektif
12 0,381 .477* .012 Valid
Melakukan penilaian
psikomotorik
13 0,381 .477* .012 Valid
Menyesuaikan
instrumen hasil belajar
14 0,381 .124 .538 Tidak valid
15 0,381 .563* .002 Valid
Berdasarkan output yang dilakukan dengan menggunakan program IBM
SPSS Statistic 21 untuk uji validitas instrumen diperoleh 9 aitem pernyataan yang
dinyatakan valid yaitu aitem 1, aitem 2, aitem 4, aitem 7, aitem 10, aitem 11,
aitem 12, aitem 13, dan aitem 15. Aitem valid dan tidak valid dianalisis dengan
membandingkan rhitung > rtabel (Sugiyono, 2011:631). Peneliti menentukan rtabel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
menurut Sugiyono, melihat jumlah sampel yang digunakan. Jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 30 guru, kemudian melihat sampel yang
digunakan dalam menentukan rtabel pada taraf signifikansi 5% dengan jumlah
sampel. Nilai rtabel dengan jumlah sampel 27 adalah 0,381. Aitem yang dinyatakan
valid dan memiliki tanda (*) memiliki taraf kepercayaan sebesar 95%. Sedangkan
aitem yang memiliki tanda (**) memiliki taraf kepercayaan sebesar 99%.
2. Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas adalah indeks untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran
pada suatu alat ukur dapat konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau
lebih terhadap gejala yang sama (Siregar, 2014:55). Instrumen dikatakan reliabel
jika instrumen tersebut memiliki ketepatan atau keajegan dalam menilai apa yang
seharusnya dinilai, dan instrumen harus dapat mengatur apa yang seharusnya
diukur, sehingga peneliti menggunakan cara yang sama agar mendapatkan hasil
yang sama. Rumus yang digunakan adalah:
Korelasi Alpha Cronbach: (
) (
∑
)
Keterangan:
r11 = Reliabilitas
n = jumlah item yang valid
∑ 𝜎𝑖2
: jumlah varians skor tiap-tiap item
: varians total
Kriteria Reliabilitasnya adalah: Jika “ 𝑖 ”
Hasil perhitungan dibandingkan dengan rtabel dengan taraf signifikan
0,05. Jika rtabel lebih besar maka tidak reliabel. Jika r tabel lebih kecil, maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
dinyatakan reliabel. Taraf reliabilitas suatu tes dinyatakan dalam suatu
koefisien yang disebut koefisien reliabilitas. Besar koefisien dapat dilihat pada
tabel 3.5.
Tabel 3.5 Koefisien Korelasi
Koefisien Korelasi Kualifikasi
0,91 – 1,00 Sangat tinggi
0,71 – 0,90 Tinggi
0,41 – 0,70 Cukup
0,21 – 0,40 Rendah
Negative – 0,20 Sangat rendah
Sumber: Masidjo (2010:310).
Tabel 3.5 menguraikan bahwa skor interval koefisien negatif – 0,20
memiliki hubungan yang sangat rendah. Skor interval 0,21 – 0.40 dinyatakan
memiliki hubungan yang rendah. Skor interval 0.41 – 0.70 memiliki hubungan
yang cukup. Skor interval 0.1 – 0.90 memiliki hubungan yang tinggi. Skor
interval 0,91 – 1.00 memiliki hubungan yang sangat tinggi. Item kuesioner
yang sudah di uji validitas dan dinyatakan valid sebanyak 9 item. Item-item
yang valid tersebut kemudian diolah reliabilitasnya menggunakan SPSS 21.
Setelah mendapatkan butir pernyataan yang valid, kemudian aitem pernyataan
dilakukan uji reliabilitasnya. Berikut hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada
tabel 3.6:
Tabel 3.6 Reliabilitas
Coronbach Alpha Jumlah Item Kategori Keterangan
0,812 15 Tinggi Reliabel
Tabel 3.6 di atas menunjukkan hasil penghitungan untuk pernyataan.
Hasil reliabel dilihat dari koefisien reliabilitas dengan hasil reliabilitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
pernyataan 0,812. Hasil koefisien reliabilitas dilihat dari kualifikasi, maka
pernyataan dikategorikan tinggi. Berdasarkan hasil kualifikasi reliabilitas
maka instrumen soal pernyataan dinyatakan layak digunakan untuk alat ukur
penelitian.
H. TEKNIK ANALISIS DATA
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Teknik analisis data
dalam penelitian data menggunakan statistik. Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik analisis data statistik deskriptif. Statistik deskriptif
berkenaan dengan bagaimana data dapat digambarkan (dideskripsikan) atau
disimpulkan baik secara numerik (misalnya menghitung rata-rata dan deviasi
standar) atau secara grafis (dalam bentuk tabel atau grafik), untuk mendapat
gambaran sekilas mengenai data tersebut sehingga mudah dibaca dan lebih
bermakna (Darmawan, 2013: 174). Penelitian ini menggunakan lembar kuesioner
yang berjumlah 15 item pernyataan. Data bentuk evaluasi belajar yang digunakan
guru diperoleh berdasarkan pembagian kuesioner.
Martono (2012: 144) menjelaskan bahwa pengolahan data dalam
penelitian ini ada 5, yaitu coding, entering, cleaning, output, dan analyzing.
Coding adalah proses penyusunan data mentah secara sistematis ke dalam bentuk
yang mudah dibaca oleh mesin pengolah data (komputer). Kode bisa berupa
angka maupun huruf yang bertujuan untuk membedakan antara data atau identitas
data yang akan dianalisis. Coding dalam penelitian ini berupa pemberian kode
pada kuesioner. Tujuannya untuk membedakan data antara guru satu dengan yang
lainnya. Tabel 3.7 merupakan contoh coding data dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Tabel 3.7 Contoh Coding Data
Nama
Sekolah
Kode
Sekolah
Kode I Kode II Kode
III
Kode
IV
Kode V Kode
VI
SD N S 1 1.1.1 1.2.1 1.3.1 1.4.1 1.5.1 1.6.1
Tabel 3.10 menjelaskan bahwa untuk SD N S menggunakan Kode 1. Kode
untuk guru pengampu kelas I adalah 1.1.1, berarti bahwa kuesioner tersebut
berasal dari SD N S yang telah diisi oleh guru pengampu kelas I yang pertama.
Apabila kelas paralel, maka kode untuk guru kedua adalah 1.1.2. Kode 1.2.1
digunakan untuk kuesioner dari SD S guru pengampu kelas II yang pertama. Kode
1.3.1 diberikan untuk kuesioner dari SD S yang diisi oleh guru pengampu kelas
III. Kode 1.4.1 diberikan untuk kuesioner dari SD S yang diisi oleh guru
pengampu kelas IV. Kode 1.5.1 diberikan untuk kuesioner dari SD S yang diisi
oleh guru pengampu kelas V. Kode 1.6.1 diberikan untuk kuesioner dari SD S
yang diisi oleh guru pengampu kelas VI.
Data Entering merupakan proses pemindahan data yang telah diubah
kedalam kode angka ke dalam komputer. Data dimasukkan kedalam Microsoft
Excel 2010 dan kemudian dicek kelengkapannya. Setelah selesai melakukan data
entering maka dilakukan data cleaning. Proses data cleaning adalah pengecekan
untuk memastikan bahwa seluruh data yang telah dimasukkan ke komputer sudah
sesuai dengan informasi yang sebenarnya. Proses data cleaning adalah
menghilangkan item-item kuesioner yang tidak valid. Setelah melakukan data
cleaning maka dilakukan data analyzing. Peneliti membutuhkan beberapa alat uji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
𝑅𝑎𝑡𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑎𝑎𝑛 𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡𝑒𝑔𝑖 (𝑀) 𝑋 + 𝑋2
𝑁
statistik yang sesuai dengan kebutuhan. Analisis data pada setiap strategi
pembelajaran yang digunakan guru dapat ditempuh dengan:
1. Menghitung total skor untuk setiap item pernyataan.
2. Menghitung nilai maksimal dari pernyataan.
3. Menghitung rata-rata item 1 dan item 2 (Hadi, 2004: 103)
4. Menghitung presentase jumlah skor untuk setiap item pernyataan.
Data Output atau penyajian data adalah tahap penyajian hasil pengolahan
data dalam bentuk data yang mudah dibaca dan lebih menarik. Data output adalah
tahap akhir dalam analisis data. Penyajian data pada penelitian ini menggunakan
grafik. Tujuan pemilihan grafik adalah agar data yang disajikan mudah dibaca dan
dipahami.
𝑃𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑎𝑎𝑛 𝑠𝑡𝑟𝑎𝑡𝑒𝑔𝑖 ( 00%)
𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙𝑥 00
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 X + 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑋2
𝑁
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab IV ini peneliti akan membahas mengenai deskripsi penelitian, tingkat
pengembalian kuesioner, hasil penelitian, dan pembahasan.
A. DESKRIPSI PENELITIAN
Peneliti melakukan penelitian non-Eksperimen yang berjudul “Evaluasi
Belajar yang Digunakan Guru Di Sekolah Dasar Inklusi se-Kota Yogyakarta yang
dilaksanakan pada bulan Agustus tahun 2015. Penelitian ini dilaksanakan bersama
dengan anggota kelompok studi penelitian. Peneliti meminta surat ijin penelitian
ke dinas perijinan Kota Yogyakarta untuk melakukan penelitian pada wilayah
Kota Yogyakarta. Setelah mendapatkan surat ijin penelitian, pada bulan Juni
peneliti mulai menyebarkan blue print kepada guru-guru yang bersedia
memvalidasi (validator konstruk).
Kuesioner disebarkan pada Juni 2016- Juli 2016 kepada 27 responden yang
mewakili tujuh SD Negeri se-Kota Yogyakarta. Teknis pembagian kuesioner
dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada guru-guru kelas atas se-Kota
Yogyakarta yang berupa 15 penyataan dengan jawaban tertutup dan peneliti
menjelaskan cara pengisian kuesioner. Pengumpulan hasil kuesioner diterima oleh
peneliti sesuai dengan deadline yang telah diberikan oleh peneliti. Jumlah guru-
guru se-Kota Yogyakarta adalah 42 guru. Sampel yang kembali sebanyak 27
kuesioner dan tujuh sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
B. TINGKAT PENGEMBALIAN KUESIONER
Jumlah guru di sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta sebanyak 42 guru.
Peneliti mengambil sampel sebanyak 27 guru. Semua guru pengampu sekolah
dasar inklusi di Kota Yogyakarta bersedia mengisi kuesioner yang peneliti
bagikan. Peneliti menyedikan kuesioner yang berjumlah 42 buah. Kuesioner yang
kembali sebanyak 27 buah. Hal tersebut menjelaskan bahwa kuesioner kembali
64.3%.
C. HASIL PENELITIAN
1. Deskripsi Hasil Penelitian
Peneliti membagikan kepada 42 guru di tujuh SD inklusi yang ada di
Kota Yogyakarta. Kuesioner tersebut berisi 15 item pernyataan. Ada 27
kuesioner yang kembali. Data bentuk evaluasi belajar yang digunakan guru
di sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta dihitung melalui lima tahap.
Tahap pertama yaitu menghitung total dari setiap. Tahap kedua yaitu
mencari rata-rata nilai maksimal dari item. Rata-rata dihitung dengan
membagi dua total skor maksimal item. Tahap ketiga yaitu mencari mean
dari skor item. Tahap keempat yaitu menghitung presentase penggunaan
evaluasi belajar. Presentase dihitung dengan membagi mean skor dengan
mean skor maksimal dikali dengan 100. Tahap kelima yaitu memasukkan
hasil persentase ke dalam tabel. Berikut adalah tabel persentase penggunaan
evaluasi belajar yang digunakan guru di SD Inklusi se-Kota Yogyakarta:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Tabel 4.1 Hasil Angket Evaluasi Belajar yang Digunakan Guru di
Sekolah Dasar Inklusi se-Kota Yogyakarta
Aspek Indikator No.
Item
Jumlah Presentase
Ya Tidak Ya Tidak
Tes Melakukan asesmen awal
dan akhir
1 17 10 63% 37%
2 13 14 48% 52%
3 21 6 78% 22%
Melakukan penilaian hasil
belajar sesuai dengan
kemampuan ABK.
4 17 10 63% 37%
5 26 1 96% 4%
6 26 1 96% 4%
Melakukan penilaian
kognitif. 7 17 10 63% 37%
Melakukan penilaian secara
berkelanjutan. 8 26 1 96% 4%
Non
Tes
Melakukan asesmen awal,
tengah, dan akhir.
9 20 7 74% 26%
10 22 5 81% 19%
11 17 10 63% 37%
Melakukan penilaian afektif. 12 21 6 78% 22%
Melakukan penilaian
psikomotorik. 13 21 6 78% 32%
Menyesuaikan instrumen
penilaian hasil belajar.
14 17 10 63% 37%
15 22 5 81% 19%
Pada item 1 dari 27 guru, ada 17 guru (63%) yang menjawab “ya” dan
10 guru (37%) yang menjawab “tidak” untuk pernyataan memberikan
latihan ulangan bagi siswa agar terbiasa dengan format ujian. 10 guru yang
menjawab tidak pada item ini seharusnya memberikan latihan ulangan agar
siswa terbiasa dengan format ulangan dan tidak merasakan kesulitan saat
mengerjakan ulangan. Latihan ulangan ini mampu menimbulkan rasa
percaya diri kepada siswa saat mengerjakan ujian karena sudah terbiasa
melakukan latihan ulangan yang diberikan guru.
Pada item 2 dari 27 guru, ada 13 guru (48%) yang menjawab “ya” dan
14 guru (52%) menjawab “tidak” untuk pernyataan memberikan les atau
tutor sebelum ujian sesuai jam pembelajaran sekolah berakhir pada siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
yang berkebutuhan khusus. Sangatlah perlu memberikan les atau tutor
sebelum ujian sesuai jam pembelajaran sekolah berakhir pada siswa yang
berkebutuhan khusus. Namun dari hasil angket, masih ada 14 guru (52%)
yang menjawan “tidak”. Perlu adanya pengarahan kepada 14 guru yang
menjawab “tidak” karena memberikan les atau tutor sebelum ujian sesuai
jam pembelajaran sekolah berakhir pada siswa yang berkebutuhan khusus,
sangat penting karena guru dapat mengulang kembali materi pelajaran pada
siswa yang belum paham.
Pada item 3 dari 27 guru, ada 21 guru (78%) yang menjawab “ya” dan
6 guru (22%) yang menjawab “tidak” untuk pernyataan membuat alternatif
bentuk pertanyaan saat ujian berlangsung bagi siswa berkebutuhan khusus.
Sangatlah perlu membuat alternatif bentuk pertanyaan saat ujian
berlangsung bagi siswa berkebutuhan khusus. Namun dari hasil angket,
masih ada 6 guru (22%) yang menjawab “tidak”. Perlu adanya pengarahan
kepada 6 guru yang menjawab “tidak” karena membuat alternatif bentuk
pertanyaan saat ujian berlangsung bagi siswa berkebutuhan khusus, dapat
mempermudah siswa memahami pertanyaan yang dibuat guru dan tidak
mempermasalahkan pertanyaan.
Pada item 4 dari 27 guru, ada 17 guru (63%) yang menjawab “ya” dan
10 guru (37%) yang menjawab “tidak” untuk menentukan standar
kompetensi kelulusan pada setiap mata pelajaran sesuai kemampuan siswa.
Di setiap mata pelajaran pasti ada standar kompetensi kelulusan, ini
digunakan untuk menentukan berhasil atau tidaknya siswa pada mata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
pelajaran tersebut. Oleh sebab itu, guru harus menentukan standar
kompetensi kelulusan pada mata pelajaran yang diampu guru tersebut. Guru
dalam menentukan standar kompetensi kelulusan harus menyesuaikan
kemampuan siswa agar standar kompetensi kelulusan yang diberikan oleh
guru tidak terlalu tinggi. Namun dalam kenyataannya, masih ada 10 guru
(37%) yang menjawab tidak menentukan standar kompetensi kelulusan
pada setiap mata pelajaran sesuai kemampuan siswa.
Pada item 5 dari 27 guru, ada 26 guru (96%) yang menjawab “ya” dan
1 guru (4%) yang menjawab “tidak” untuk pernyataan membuat indikator
yang sesuai kemampuan siswa dan menjadi acuan terhadap hasil belajar.
Sangatlah perlu membuat indikator yang sesuai kemampuan siswa dan
menjadi acuan terhadap hasil belajar. Namun dari hasil angket, masih ada 1
guru (4%) yang menjawab “tidak”. Perlu adanya pengarahan kepada 1 guru
yang menjawab “tidak” karena membuat indikator yang sesuai kemampuan
siswa dapat digunakan sebagai acuan terhadap hasil belajar siswa, jika tidak
sesuai dalam membuat indikator dan tidak melihat kemampuan siswa maka
hasil belajar yang diharapkan akan tidak maksimal.
Pada item 6 dari 27 guru, ada 26 guru (96%) yang menjawab “ya” dan
1 guru (4%) yang menjawab “tidak” untuk pernyataan menggunakan
instrumen penilaian yang bervariasi sesuai kemampuan siswa untuk menilai
hasil belajar. Penggunaan instrumen penilaian yang bervariasi perlu
digunakan oleh guru sebab kemampuan siswa berbeda-beda misalnya salah
satu anak memiliki kemampuan dalam bidang olahraga, dalam menilai hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
belajar anak tersebut tidak hanya menggunakan penilaian tes saja, akan
tetapi guru perlu menggunakan penilaian non tes misalnya observasi.
Namun dalam kenyataannya, masih ada 1 guru (4%) yang menjawab tidak
menggunakan instrumen penilaian yang bervariasi sesuai kemampuan siswa
untuk menilai hasil belajar.
Pada item 7 dari 27 guru, ada 17 guru (63%) yang menjawab “ya” dan
10 guru (37%) yang menjawab “tidak” untuk memberikan nilai tes di akhir
pembelajaran. Ketika guru mengajar hendaknya di setiap akhir
pembelajaran memberikan nilai tes, ini digunakan untuk mengapresiasi
kemampuan siswa dan nilai tes juga sebagai acuan untuk penilaian
selanjutnya. Namun dalam kenyataannya, masih ada 10 guru (37%) yang
menjawab tidak memberikan nilai tes di akhir pembelajaran.
Pada item 8 dari 27 guru, ada 26 guru (96%) yang menjawab “ya” dan
1 guru (4%) yang menjawab “tidak” untuk melakukan penilaian berdasarkan
hasil kemajuan yang dicapai siswa. Hasil kemajuan yang dicapai siswa
hendaknya diberikan penilaian, karena dapat digunakan untuk penilaian
berkelanjutan dan mengetahui apakah siswa itu berkembang atau tidak.
Namun dalam kenyataannya, masih ada 1 guru (4%) yang menjawab tidak
melakukan penilaian berdasarkan hasil kemajuan yang dicapai siswa.
Pada item 9 dari 27 guru, ada 20 guru (74%) yang menjawab “ya” dan
7 guru (26%) yang menjawab “tidak” mengenai pernyataan melakukan
penilaian secara berkala. Penilaian secara berkala perlu dilakukan oleh guru
untuk mengetahui kondisi siswa. Penilaian secara berkala dapat mengetahui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
tingkat perkembangan siswa. Jika siswa belum menunjukkan nilai yang
semakin meningkat guru bisa memberi materi tambahan. Namun dalam
kenyataannya, masih ada 7 guru (26%) yang menjawab tidak pada
penilaian secara berkala untuk mengetahui kemampuan siswa.
Pada item 10 dari 27 guru, ada 22 guru (81%) yang menjawab “ya”
dan 5 guru (19%) yang menjawab “tidak” pada pernyataan mengobservasi
kondisi siswa pada saat pelajaran. Kegiatan observasi perlu dilakukan oleh
guru untuk mengetahui situasi dan kondisi siswa. Obervasi saat pelajaran
perlu dilakukan untuk mengetahui paham atau tidak siswa dalam memahami
materi pelajaran. Namun dalam kenyataannya, masih ada 5 guru (19%)
yang menjawab tidak pada mengobservasi kondisi siswa pada saat
pelajaran.
Pada item 11 dari 27 guru, ada 17 guru (63%) yang menjawab “ya”
dan 10 guru (37%) yang menjawab “tidak” pada pernyataan mengobservasi
kemampuan siswa diakhir proses pelajaran untuk memastikan bahwa materi
yang disampaikan dapat dipahami oleh siswa. Mengobservasi kemampuan
siswa diakhir proses pembelajaran sangat perlu dilakukan oleh guru untuk
mengetahui apakah siswa paham atau tidak dengan materi yang
disampaikan guru. Namun dalam kenyataannya, masih ada 10 guru (37%)
yang menjawab tidak mengobservasi kemampuan siswa diakhir pelajaran.
Pada item 12 dari 27 guru, ada 21 guru (78%) yang menjawab “ya”
dan 6 guru (22%) yang menjawab “tidak” pada pernyataan mengobservasi
ketertarikan siswa saat mengerjakan tes. Mengobservasi ketertarikan siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
saat mengerjakan tes seharusnya perlu dilakukan oleh guru untuk melihat
ketertarikan siswa saat mengerjakan tes, apakah siswa senang atau tidak
sebab jika siswa merasa senang dalam mengerjakan tes ia akan menjawab
dengan jawaban yang sesuai. Namun dalam kenyataannya, masih ada 6 guru
(22%) yang menjawab tidak pada mengobservasi ketertarikan siswa saat
mengerjakan tes.
Pada item 13 dari 27 guru, ada 21 guru (78%) yang menjawab “ya”
dan 6 guru (22%) yang menjawab “tidak” pada pernyataan mengobservasi
ketrampilan sikap siswa saat mengerjakan tes. Mengobservasi sikap siswa
saat mengerjakan tes seharusnya perlu dilakukan oleh guru untuk melihat
kemampuan siswa, apakah siswa tekun atau tidak saat mengerjakan tes.
Namun dalam kenyataannya, masih ada 6 guru (22%) yang menjawab tidak
pada mengobservasi sikap siswa saat mengerjakan tes.
Pada item 14 dari 27 guru, ada 17 guru (63%) yang menjawab “ya”
dan 10 guru (37%) yang menjawab “tidak” pada pernyataan membuat rubrik
penilaian tentang aspek psikomotorik. Bentuknya berupa rubrik pengamatan
dengan pernyataan. Rubrik penilaian psikomotorik misalnya ada pernyataan
yang memandu guru untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
mendengarkan perintah guru, mempresentasikan tugas, kesediaan
membantu teman dsb. Namun dalam kenyataannya, masih ada 10 guru
(37%) yang menjawab tidak membuat rubrik penilaian tentang aspek
psikomotorik pada siswa yang berkebutuhan khusus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Pada item 15 dari 27 guru, ada 22 guru (81%) yang menjawab “ya”
dan 5 guru (19%) yang menjawab “tidak” pada pernyataan membuat
instrumen observasi untuk meninjau ketrampilan siswa. Setiap anak
berkebutuhan khusus memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Oleh karena
itu, rubrik observasi dibuat berdasarkan kemampuan siswa agar tercapainya
hasil belajar yang diharapkan. Namun dalam kenyataannya, masih ada 5 guru
(19%) yang menjawab tidak membuat rubrik observasi bagi siswa yang
berkebutuhan khusus.
Guru di sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta menggunakan
evaluasi belajar tes dan non tes (Kustawan, 2006: 39). Bahwa evaluasi
belajar non tes sangat membantu bagi siswa berkebutuhan khusus yang
cenderung mengalami permasalahan dalam memperhatikan, mengingat, dan
mengatur informasi secara berarti. Namun, dari hasil penelitian dapat dilihat
bahwa beberapa guru di sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta belum
secara maksimal dalam menggunakan evaluasi belajar, terlebih pada evaluasi
belajar dengan aspek non tes yang menjadi ciri khas dari pendidikan inklusi.
2. Pemetaan Evaluasi Belajar
Evaluasi belajar tes maupun non tes sama-sama digunakan oleh guru di
sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta untuk mengetahui perkembangan
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Oleh karena itu guru perlu memiliki
kemampuan untuk mengembangkan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
a. Evaluasi Belajar dengan Tes
Evaluasi belajar dengan tes adalah cara atau prosedur dalam
pengukuran dan penilaian yang berbentuk pemberian tugas. Pemberian
tugas diberikan dengan cara meberikan serangkaian pertanyaan kepada
siswa.
Gambar. 4.1 Presentase penggunaan evaluasi belajar yang
digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta
dengan aspek tes.
Berdasarkan hasil pemetaan yang ditunjukkan pada gambar 4.1 evaluasi
belajar yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta
dalam aspek tes adalah melakukan penilaian hasil belajar sesuai dengan
kemampuan ABK (17.05%), melakukan penilaian secara berkelanjutan
(8.58%), Melakukan asesmen awal dan akhir (5.6%), dan melakukan
penilaian kognitif (5.6%).
b. Evaluasi Belajar dengan Non Tes
Evaluasi belajar dengan non tes adalah penilaian untuk memperoleh
gambaran mengenai karakteristik, sikap, atau kepribadian siswa. Bentuknya
berupa rubrik pengamatan dengan pernyataan.
5,60%
17,05% 5,60%
8,58%
Melakukan asesmen awal dan
akhir
Melakukan penilaian hasil
belajar sesuai dengan
kemampuan ABKMelakukan penilaian kognitif
Melakukan penilaian secara
berkelanjutan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Gambar. 4.2 Presentase penggunaan evaluasi belajar yang
digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta
dengan aspek non tes.
Berdasarkan hasil pemetaan yang ditunjukkan pada gambar 4.1 evaluasi
belajar yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta dalam
aspek tes adalah melakukan asesmen awal, tengah, dan akhir (15.73%),
melakukan penilaian afektif (6.9%), melakukan penilaian psikomotor (6.9%), dan
menyesuaikan instrumen penilaian hasil belajar (6.4%).
D. PEMBAHASAN
Dari hasil olah data diketahui bahwa evaluasi belajar tes maupun non tes
sama-sama digunakan oleh guru di sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta
untuk mengetahui perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Oleh
karena kedua jenis tes perlu dilakukan guru untuk melihat perkembangan anak
berkebutuhan khusus maupun yang tidak berkebutuhan secara khusus. Guru perlu
memiliki kemampuan untuk mengevaluasi:
1. Evaluasi Belajar dengan Aspek Tes
Evaluasi belajar dengan tes adalah cara atau prosedur dalam pengukuran
dan penilaian yang berbentuk pemberian tugas. Pemberian tugas diberikan dengan
15,73%
6,90%
6,90%
6,40%
Melakukan asesmen
awal, tengah, dan
akhirMelakukan
penilaian afektif
Melakukan
penilaian
psikomotorikMenyesuaikan
instrumen penilaian
hasil belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
cara meberikan serangkaian pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan tersebut
diberikan sebelum pelajaran (pre-test) sebagai assesmen awal maupun diberikan
sesudah pelajaran (post-test) sebagai asessmen akhir. Soal-soal yang disusun oleh
guru disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Evaluasi dalam bentuk tes
membantu guru untuk dapat melihat perkembangan kognitif semua siswa dalam
memahami materi pelajaran dan dapat dijadikan sebagai acuan untuk melakukan
penilaian dasar dan penilaian berkelanjutan.
2. Evaluasi Belajar dengan Aspek Non Tes
Evaluasi belajar dengan non tes adalah penilaian untuk memperoleh
gambaran mengenai karakteristik, sikap, atau kepribadian siswa. Bentuknya
berupa rubrik pengamatan dengan pernyataan. Pengamatan dilakukan sebelum,
saat, dan sesudah pelajaran sebagai asesmen awal, tengah, dan akhir. Hasil dari
pengamatan dapat digunakan dalam rubrik penilaian afektif dan psikomotorik.
Rubrik penilaian afektif misalnya ada pernyataan yang mengarah pada
perilaku yang menunjukan adanya perkembangan siswa dalam hal ketekunan,
kedisiplinan, kesabaran, kerja keras dsb. Contoh rubrik perkembangan afeksi
siswa yang slow learner adalah siswa tekun mengerjakan tugas sesuai
perpanjangan waktu yang telah diberikan oleh guru. Sedangkan contoh
perkembangan afeksi bagi siswa yang tidak berkebutuhan secara khusus, siswa
sabar menunggui temannya yang berkebutuhan secara khusus untuk
menyelesaikan tugasnya.
Rubrik penilaian psikomotorik misalnya ada pernyataan yang memandu
guru untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mendengarkan perintah guru,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
mempresentasikan tugas, kesediaan membantu teman dsb. Rubrik penilaian
disesuaikan dengan instrumen penilaian hasil belajar. Contoh rubrik penilaian
psikomotorik bagi siswa slow learner yaitu, siswa dapat mendengarkan perintah
dari guru dengan baik untuk mengerjakan tugasnya. Sedangkan, bagi siswa yang
tidak berkebutuhan secara khusus rubrik penilaian psikomotoriknya adalah siswa
bersedia membantu temannya yang berkebutuhan khusus untuk menyelesaikan
tugasnya.
Oleh karena itu, pemerintah perlu mengadakan lokakarya bagi guru tentang
pentingnya mengetahui dan menguasai evaluasi belajar yang digunakan di sekolah
dasar inklusi, khususnya evaluasi belajar dengan aspek tes dan non tes yang
menjadi ciri khas dalam evaluasi belajar di sekolah inklusi. Dalam penggunaan
evaluasi belajar, guru perlu mengetahui dan memahami tingkat kemampuan
siswa. Guru juga perlu memahami kecerdasan ganda agar dapat memadukan
evaluasi belajar dengan kecerdasan ganda siswa secara maksimal di sekolah
inklusi, sehingga guru benar-benar membantu siswa untuk mengembangkan
potensi/kemampuan yang dimilikinya.
Dari uraian di atas maka kesimpulan hasil penelitian tentang evaluasi belajar
yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta sebagai berikut:
1. Guru SD inklusi perlu menguasai evaluasi belajar dengan aspek tes dan
non tes yang diharapkan evaluasi belajar dapat membantu siswa
berkebutuhan khusus untuk memperkembangkan potensinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
2. Guru perlu mengembangkan kemampuan menevaluasi hasil belajar siswa
agar dapat menerapkan evaluasi belajar yang sesuai dengan karakteristik
siswa berkebutuhan khusus.
3. Guru perlu mengaitkan evaluasi belajar dengan kecerdasan ganda, sebab
kecerdasan ganda yang dimiliki masing-masing siswa berbeda.
Memadukan kecerdasan ganda yang dimiliki siswa dengan evaluasi belajar
yang digunakan dapat membantu siswa untuk menggali potensi yang
dimilikinya.
4. Guru mampu mengembangkan kecerdasan ganda yang dimiliki masing-
masing siswa agar siswa berkebutuhan khusus mendapatkan kesempatan
untuk menjadi sukses terlepas dari kekurangan yang dimilikinya.
5. Orangtua tidak perlu merasa berkecil hati atau malu ketika memiliki anak
dengan kebutuhan khusus, sebab apabila dibimbing dengan evaluasi
belajar yang sesuai, maka anak berkebutuhan khusus mampu menyamakan
dirinya dengan anak yang tidak berkebutuhan secara khusus.
6. Orangtua sebaiknya dengan sadar dan mengetahui bahwa setiap anak
berkebutuhan khusus dan anak yang tidak berkebutuhan secara khusus
mendapatkan porsi pendidikan yang sesuai dengan potensi/kemampuan
yang dimilikinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
BAB V
KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
Bab V ini akan membahas tentang kesimpulan penelitian, keterbatasan penelitian,
dan saran untuk penelitian selanjutnya.
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di sekolah dasar inklusi se-
Kota Yogyakarta dapat diperoleh kesimpulan bahwa evaluasi belajar yang sering
digunakan guru adalah:
1. Di sekolah dasar inklusi se-Kota Yogyakarta menggunakan evaluasi
belajar yang terdiri dari dua aspek yaitu aspek tes dan non tes.
2. Persentase penggunaan evaluasi belajar (a) Evaluasi belajar dengan tes
yang dilakukan guru bentuknya adalah 17.05% melakukan penilaian
evaluasi belajar yang sesuai dengan kemampuan ABK, 8.58% melakukan
penilaian secara berkelanjutan, 5.6% melakukan asesmen awal dan akhir,
5.6% melakukan penilaian kognitif. (b) Evaluasi belajar non tes yang
dilakukan guru bentuknya adalah 15.73% melakukan penilaian secara
berkelanjutan, 6.9% melakukan penilaian afektif, 6.9% melakukan
penilaian psikomotorik, dan 6.4% menyesuaikan instrumen penilaian hasil
belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
B. KETERBATASAN PENELITIAN
Peneliti dalam melakukan penelitian ini menyadari sungguh bahwa masih
banyak kelemahan dan keterbatasan yang dialami. Berikut beberapa keterbatasan
peneliti:
1. Instrumen yang peneliti kembangkan ditunjukan untuk mencari data awal
dalam penelitian, sehingga instrumen yang dikembangkan belum
mencakup evaluasi belajar dengan maksimal.
2. Kuesioner yang dibagikan menggunakan pertanyaan dengan jawaban
tertutup maka kurang menggali data deskripsi .
C. SARAN
Saran yang diberikan peneliti akan digunakan sebagai masukan dan bahan
perbaikan untuk penelitian selanjutnya agar jangan sampai ada keterbatasan
penelitian yang menghambat proses pembelajaran, diantaranya yaitu:
1. Peneliti selanjutnya perlu menyusun instrumen yang mencakup seluruh
evaluasi belajar untuk memperoleh data yang akurat.
2. Peneliti selanjutnya apabila menyusun instrumen pernyataan dapat
menggunakan kuesioner dengan jawaban yang terbuka supaya data yang
diperoleh bervariasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
DAFTAR REFERENSI
Darmawan. 2013. Metode penelitian kuantitatif. Bandung: PT. Remaja
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2003. Undang- Undang
sistem pendidikan nasional no. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa. 2007. Kebutuhan dan
pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Direktorat Pendidikan Luar Biasa. 2004a. Mengenal pendidikan terpadu. Jakarta:
Direktorat Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan
Nasional.
Ilahi, Moh. 2013. Pendidikan inklusi: konsep & aplikasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Kustawan, D & Meimulyani. 2013. Pendidikan inklusif dan upaya
implementasinya. Jakarta: PT Luxima Metro Medi.
Martono, Nanang. 2005. Metode penelitian kuantitatif analisis isi dan analisis
data sekunder. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Martono, Nanang. 2010. Metode penelitian kuantitatif analisis isi dan analisis
data sekunder. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Permendiknas. 2009. No 70 tahun 2009. Pendidikan inklusi bagi peserta didik
yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat
khsusus. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Rosdakarya Offset.
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Siregar, Syofian. 2010. Statistika deskriptif untuk penelitian: dilengkapi
perhitungan manual dan aplikasi SPSS versi 17. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Siregar, Effendi dan Tukiran. 2011. Metode penelitian survei. Jakarta: LP3ES.
Sugiyono. 2002. Metode penelitian administrasi. Bandung: CV. Alfabeta.
Sugiyono. 2011. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Suharsaputra, U. 2014. Metode penelitian: kuantitatif, kualitatif dan tindakan.
Bandung: PT. Refika Aditama
Suparno, dkk. 2007. Pendidikan anak berkebutuhan khusus. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Suparno, Paul 2004. Teori intelegensi ganda dan aplikasi di sekolah. Yogyakarta:
Kanisius.
Suyanto. 2007. Lingkungan inklusi ramah terhadap pembelajaran (LIRP).
Jakarta: Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Syofian, Siregar. 2014. Metode penelitian kuantitatif. Jakarta: Kencana.
Tukiran, Effendi Siregar. 2012. Metode penelitian survei. Jakarta: LP3ES.
Widoyoko, Eko P. 2012. Teknik penyusunan instrumen penelitian. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sumber Internet:
Florian, Leni. 2008. “Special or inclusive education: future trends”. Dalam
British “journal of special education”. Diunduh 27 Juli, dari
http://eprints.uny.ac.id/4222/1/PENDIDIKAN_UNTUK_ANAK_DENGA
N_TUNALARAS_DALAM_SETING_INKLUSI.doc
Silverman,F.H. 2006. Speech, language, and hearing disorder. Boston: Allyn and
Bacon. Inc. Diunduh 03 Agustus, dari http://lib.education.vnu
.edu.vn:8121/bitstream/123456789/2237/1/ClinicalPsychology11299.pdf.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
Lampiran 1 Permohonan Ijin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian Di Sekolah Dasar
Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian dari Dinas Perijinan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Lampiran 3 Validasi Dosen A
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Lampiran 3 Validasi Dosen B
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Lampiran 5 Reliabilitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Resp
Pernyataan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1.1.1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
1.3.1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0
1.4.1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1
1.5.1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2.2.1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
2.3.1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2.3.1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0
2.4.1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3.1.1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
3.3.1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0
3.4.1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0
3.5.1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4.1.1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0
4.2.1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1
4.4.1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
5.2.1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
5.3.1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5.4.1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1
6.1.1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1
6.2.1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1
6.3.1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1
6.4.1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1
6.5.1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6.6.1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1
7.1.3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
7.3.1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
7.5.1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
Lampiran 6 Hasil Analisis Instrumen Evaluasi Belajar yang
Digunakan Guru Di Sekolah Dasar Inklusi Se-Kota Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Lampiran 6 Analisis Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Lampiran 7 Contoh Petunjuk Kuesioner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Lampiran 8 Kuesioner yang Diisi Responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
BIOGRAFI
PENELITI
Tri Wahyu Setyaningsih, lahir di Sleman pada
tanggal 04 September 1993 sebagai anak ketiga dari
pasangan Suhardjo dan Lucia Sunarningsih. Menempuh
pendidikan formal di SD Tamanan III pada tahun 2006,
SMP Negeri 4 Kalasan lulus pada tahun 2009, dan SMA
Negeri 1 Prambanan, Sleman lulus pada tahun 2012.
Peneliti melanjutkan studi S1 di Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma. Selama menempuh pendidikan di PGSD, peneliti mengikuti berbagai
macam kegiatan, antara lain:
1. Divisi Acara Dekan Cup 2013.
2. Coordinator Expo Insadha 2014.
3. Divisi Acara Parade Gamelan Anak 2014.
4. Peserta Studium General dengan tema:“Family Problems and
Children’s Motivation to Learn”.
5. Peserta Kuliah Umum dengan tema: “Mental Health in Children:
Theory and Research”.
6. Peserta Seminar for Studium General Entitled: “Learning from the
past for a better future: We and the 1965 tragedy”.
7. Peserta seminar: “Una Seminar and Workshop on Anti Bias
Curriculum and Teaching”.
Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menulis
skripsi sebagai tugas akhir dengan judul “Evaluasi Belajar yang Digunakan
Guru Di SD Inklusi se-Kota Yogyakarta”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Top Related