EPILEPSI
Tentang Epilepsi
• Epilepsi berasaldari perkataan Yunani yang berarti "serangan" atau penyakit yang timbul secara tiba-tiba.
• Dalam masyarakat terdapat banyak anggapan tentang epilepsi. Ada yang mengatakan karena kutukan Tuhan atau karena tangan yang berdosa (Mesopotamia), penyakit karena gangguan roh jahat, kemasukan setan atau karena kesurupan
Epilepsi
• Adalah gejala kompleks dari banyak gangguan fungsi otak berat yang dikarakteritikkan oleh kejang berulang, hilang kesadaran, gangguan perilaku, alam perasaan, sensasi & persepsi
• Diperkirakan dari gangguan dasar listrik(disritmia) pada sel saraf pada salah satu bagian otak (sel otak mengeluarkan muatan listrik abnormal, berulang dan tidak terkontrol)
Pengertian Epilepsi
• Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi dengan ciri-ciri timbulnya serangan paroksismal dan berkala akibat lepas muatan listrik neron-neron otak secara berlebihan dengan berbagai manifestasi klinik dan laboratorik
Etiologi
• Penyebab pada kejang epilepsi SEBAGIAN BESAR belum diketahui (Idiopatik)
• Sering terjadi pada:– Trauma lahir, Asphyxia neonatorum– Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf– Keracunan CO, intoksikasi obat/alkohol– Demam, ganguan metabolik– Tumor Otak
Patofisiologi1
• Pengetahuan tentang neuroanatomi dan neurofisiologi sangat penting untuk mengerti dasar gangguan pada epilepsi.
• Otak merupakan pusat penerima pesan (impuls sensorik) dan sekaligus merupakan pusat pengirim pesan (impuls motorik
• Otak ialah rangkaian berjuta-juta neron
Patofisiologi2
• Pada hakekatnya tugas neron ialah menyalurkan dan mengolah aktivitas listrik saraf yang berhubungan satu dengan yang lain melalui sinaps.
• Dalam sinaps terdapat zat yang dinamakan nerotransmiter.
• Acetylcholine dan norepinerprine ialah neurotranmiter eksitatif, sedangkan zat lain yakni GABA (gama-amino-butiric-acid) bersifat inhibitif terhadap penyaluran aktivitas listrik sarafi dalam sinaps
Patofisiologi3
• Bangkitan epilepsi dicetuskan oleh suatu sumber gaya listrik saran di otak yang dinamakan fokus epileptogen.
• Dari fokus ini aktivitas listrik akan menyebar melalui sinaps dan dendrit ke neron-neron di sekitarnya dan demikian seterusnya sehingga seluruh belahan hemisfer otak dapat mengalami muatan listrik berlebih (depolarisasi).
• Pada keadaan demikian akan terlihat kejang yang mula-mula setempat selanjutnya akan menyebar kebagian tubuh/anggota gerak yang lain pada satu sisi tanpa disertai hilangnya kesadaran
Patofisiologi4
• Dari belahan hemisfer yang mengalami depolarisasi, aktivitas listrik dapat merangsang substansia retikularis dan inti pada talamus yang selanjutnya akan menyebarkan impuls-impuls ke belahan otak yang lain dan dengan demikian akan terlihat manifestasi kejang umum yang disertai penurunan kesadaran.
PatofisiologiRangsangan Pada
Resceptor
Hantaran Impuls ke Otak
Fokus Epileptogen
Aktivitas Listrik Otak Tak Terkontrol menyebar Melalui
Sinaps & Dendrit
Respon Kejang Lokal & Umum
serta Penurunan Kesadaran
MANIFESTASI KLINIK• Manifestasi klinik dapat berupa kejang-kejang,
gangguan kesadaran atau gangguan penginderaan
• Kelainan gambaran EEG• Tergantung lokasi dan sifat Fokus Epileptogen• Dapat mengalami Aura yaitu suatu sensasi
tanda sebelum kejang epileptik (Aura dapat berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu, men cium bau-bauan tak enak, mendengar suara gemuruh, mengecap sesuatu, sakit kepala dan sebagainya)
Klasifikasi Kejang (Konvulsion)1. Kejang Parsial
– Parsial Sederhana – Parsial Kompleks
2. Kejang Umum (grandmal)– Kejang Tonik-Klonik– Kejang Tonik– Kejang Klonik– Kejang Atonik– Kejang Myoklonik– Spasme kelumpuhan– Tidak ada kejang
3. Kejang Tidak Diklasifikasikan
1. Kejang Parsial Sederhana
• Gejala dasar, umumnya tanpa gangguan kesadaran
• Misal: hanya satu jari atau tangan yang bergetar, mulut tersentak
• Dengan gejala sensorik khusus atau somatosensorik seperti: mengalami sinar, bunyi, bau atau rasa yang tidak umum/tdk nyaman
2. Kejang Partial Kompleks
• Dengan gejala kompleks, umumnya dengan ganguan kesadaran
• Dengan gejala kognitif, afektif, psiko sensori, psikomotor. Misalnya: individu terdiam tidak bergerak atau bergerak secara automatik, tetapi individu tidak ingat kejadian tersebut setelah episode epileptikus tersebut lewat
3. Kejang Umum
• Melibatkan kedua hemisfer otak yang menyebabkan kedua sisi tubuh bereaksi
• Terjadi kekauan intens pada seluruh tubuh (tonik) yang diikuti dengan kejang yang bergantian dengan relaksasi dan kontraksi otot (Klonik)
• Disertai dengan penurunan kesadaran
Pemeriksaan Diagnostik
• CT Scan untuk mendeteksi lesi pada otak, fokal abnormal, serebrovaskuler abnormal, gangguan degeneratif serebral
• Elektroensefalogram (EEG) untuk mengklasifikasi tipe kejang, waktu serangan
CT Scan
EEG
EEG
Status Epileptikus
• Menggambarkan suatu keadaan epilepsi yang berlangsung cukup lama atau serangan berlangsung berulang-ulang dengan interval yang sangat pendek sehingga memperlihatkan keadaan yang tetap.
• Belum ada kesepakatan mengenai lamanya serangan dan umumnya dikatakan sekurang-kurangnya 30 menit.
PENATALAKSANAAN
• Dilakukan secara manual, juga diarahkan untuk mencegah terjadinya kejang
• Farmakoterapi anti kovulsion untuk mengontrol kejang
• Pembedahan untuk pasien epilepsi akibat tumor otak, abses, kista atau adanya anomali vaskuler
Jenis Obat yang Sering Digunakan
1.Phenobarbital (luminal). P– Paling sering dipergunakan, murah harganya,
toksisitas rendah. 2. Primidone (mysolin)
– Di hepar primidone di ubah menjadi phenobarbital dan phenyletylmalonamid.
3. Difenilhidantoin (DPH, dilantin, phenytoin).– Dari kelompok senyawa hidantoin yang paling banyak
dipakai ialah DPH. Berhasiat terhadap epilepsi grand mal, fokal dan lobus temporalis.
– Tak berhasiat terhadap petit mal. – Efek samping yang dijumpai ialah nistagmus,ataxia,
hiperlasi gingiva dan gangguan darah.
4. Carbamazine (tegretol).– Mempunyai khasiat psikotropik yang mungkin disebabkan
pengontrolan bangkitan epilepsi itu sendiri atau mungkin juga carbamazine memang mempunyai efek psikotropik.
– Sifat ini menguntungkan penderita epilepsi lobus temporalis yang sering disertai gangguan tingkahlaku.
– Efek samping yang mungkin terlihat ialah nistagmus, vertigo, disartri, ataxia, depresi sumsum tulang dan gangguanfungsi hati.
5. Diazepam.– Biasanya dipergunakan pada kejang yang sedang berlangsung
(status konvulsi.).– Pemberian i.m. hasilnya kurang memuaskan karena
penyerapannya lambat. Sebaiknya diberikan i.v. atau intra rektal.6. Nitrazepam (inogadon).
– Terutama dipakai untuk spasme infantil dan bangkitan mioklonus.
7. Ethosuximide (zarontine).– Merupakan obat pilihan pertama untuk
epilepsi petit mal 8. Na-valproat (dopakene)
– obat pilihan kedua pada petit mal – Pada epilepsi grand mal pun dapat dipakai. – obat ini dapat meninggikan kadar GABA di
dalam otak.– Efek samping mual, muntah, anorexia
9. Acetazolamide (diamox).– Kadang-kadang dipakai sebagai obat
tambahan dalam pengobatan epilepsi. – Zat ini menghambat enzim carbonic-
anhidrase sehingga pH otak menurun, influks Na berkurang akibatnya membran sel dalam keadaan hiperpolarisasi.
10. ACTH– Seringkali memberikan perbaikan yang
dramatis pada spasme infantil.
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko cedera b/d kejang, hilang kesadaran
2. Ketakutan b/d kemungkinan terjadinya kejang
3. Koping tidak efektif b/d stress akibat epilepsi
4. Kurang pengetahuan tentang epilepsi dan cara mengontrolnya
Intervensi Keperawatan
Top Related