THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta
1349
PENGARUH TINGKAT AKTIVITAS FISIK DAN INDEKS MASSA TUBUH
TERHADAP HIPERTENSI PADA LANSIA DI POSYANDU MEKAR SARI
Endang Sawitri,1)
Endang Wahyuningsih2)
Stikes Muhammadiyah Klaten
Email :[email protected]
ABSTRAK
Hipertensi merupakan penyakit yang mematikan dan merupakan penyebab kematian nomor 3
di Indonesia dan banyak faktor yang mempengaruhi seperti aktifitas yang kurang kurang dan
indeks massa tubuh yang lebih. Banyak lansia yang mengalami hipertensi dengan IMT dan
tingkat aktivitas fisik yang berbeda- beda. Penelitian ini untuk mengetahui besarnya pengaruh
tingkat aktivitas fisik dan indeks massa tubuh terhadap kejadian hipertensi pada lansia. Desain
penelitian ini menggunakan desain kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Analisis
bivariat menggunakan kendall tau dan analisis multivariat dengan regresi logistik ganda.
Populasi penelitian adalah semua anggota kelompok posyandu lansia Mekar Sari Desa
Pokak. Besar sampel menggunakan tehnik total sampling dengan jumlah 43 lansia. Hasil
penelitian ada hubungan antara tingkat aktifitas fisik dengan hipertensi yang ditunjukkan P
value = 0,019 < 0,05 dan ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan hipertensi yang
ditunjukkan P value=0,036 < 0,05. Analisis menunjukkan nilai OR dan IMT lebih akan
berisiko terkena hipertensi sebesar 13,1 kali lebih tinggi dibandingkan IMT kurang, IMT
normal akan berisiko terkena hipertensi sebesar 9,5 kali lebih tinggi dibandingkan
IMT kurang, tingkat aktivitas fisik rendah akan berisiko terkena hipertensi sebesar 6,4 kali
lebih tinggi dibandingkan tingkat aktifitas fisik moderat. Kesimpulan penelitian adalah ada
pengaruh tingkat aktivitas fisik dan indeks massa tubuh terhadap hipertensi pada lansia
di posyandu mekarsari. Saran bagi masyarakat diharapkan masyarakat khususnya lansia untuk
menjaga berat badan yang ideal agar IMT normal, mengatur dan mengubah asupan nutrisi
yang seimbang dan menyehatkan, mengatur tingkat aktivitas fisik moderat seperti jalan sehat,
senam lansia secara teratur, dan melakukan kunjungan posyandu lansia setiap bulan.
Kata Kunci : aktivitas fisik, Indeks massa tubuh, Hipertensi, Lansia
1. LATAR BELAKANG
Lanjut usia adalah penduduk yang
telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Tahun 2010 penduduk lanjut usia mencapai
9,77% dari total penduduk atau 24 juta jiwa
dan pada tahun 2020 diperkirakan menjadi
11,34 % atau tercatat 28,8 juta orang.
Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa 48,2
persen penduduk Indonesia kurang
melakukan aktivitas fisik. Aktivitas fisik
merupakan suatu kegiatan yang
membutuhkan gerakan dan mengeluarkan
energi. Aktivitas fisik meliputi aktivitas fisik
tinggi, moderat dan rendah (Arisman,
2010).
Aktivitas fisik akan membakar
THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta
1361
THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta
1350
energi dalam tubuh, jika asupan kalori
kedalam tubuh berlebihan dan tidak
diimbangi dengan aktivitas fisik yang
seimbang akan menyebabkan tubuh
mengalami kegemukan (Budiharjo, 2010).
Data Riset Kesehatan Dasar
tahun 2010 prevalensi obesitas pada
penduduk berusia ≥ 15 tahun adalah laki-
laki 13,9 % dan perempuan 23,8 %. Survei
indeks massa tubuh (IMT) pada
kelompok usia ≥ 60 tahun di kota besar di
Indonesia tahun 2010, 15,6% laki-laki dan
26,1% perempuan mengalami obesitas
Proses menua menyebabkan proporsi lemak
dan otot di dalam tubuh berubah. Semakin
tua seseorang semakin bertambah lemak
tubuhnya, sedangkan otot berkurang dan
melemah sehingga menyebabkan
kegemukan (obesitas). Puncak kenaikan
berat badan pada perempuan terjadi pada
usia 55–65 tahun dan laki-laki pada usia
34-54 tahun (Fatmah, 2010).
Data riset kesehatan dasar
(Riskesdas) di Indonesia tahun 2010
mengemukakan bahwa hipertensi
merupakan penyebab kematian nomor 3
setelah stroke dan TBC, yakni mencapai
6,7% dari populasi kematian pada semua
umur di Indonesia. Hipertensi dianggap
sebagai pembunuh gelap (Silent Killer),
karena termasuk penyakit yang
mematikan, tanpa disertai dengan gejala-
gejalanya lebih dahulu (Sustrani, 2007).
Puskesmas Jambukulon mempunyai
wilayah kerja yang mencakup 9 desa
dan terdapat 5 posyandu lansia. Data
survey yang dilakukan di Puskesmas
Jambukulon jumlah lansia di bulan
Januari sampai Desember tahun 2015
sebanyak 1850 lansia dan yang menderita
hipertensi 140 lansia. Proporsi penderita
hipertensi 7,5% dari keseluruhan jumlah
lansia yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Jambukulon. Salah satu
posyandu lansia di Puskesmas
Jambukulon adalah posyandu Mekar Sari
yang ada di Desa Pokak dengan jumlah
lansia 68, yang aktif ikut posyandu
sebanyak 52 lansia dan yang
tidak aktif sebanyak 16 lansia, banyak yang
mengalami hipertensi Fenomena yang di
jumpai di posyandu Mekar Sari
kebanyakan tidak obesitas dan aktivitas
sehari-harinya kebanyakan bekerja sebagai
petani dan banyak yang tidak
bekerja.Kasus hipertensi apabila tidak
terdeteksi akan mengakibatkan
kematian.Dari uraian diatas perlu dilakukan
penelitian tentang : Pengaruh indeks massa
tubuh dan tingkat aktivitas fisik terhadap
hipertensi pada lansia di Posyandu
lansia Mekar Sari Wilayah Kerja
Puskesmas Jambukulon.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah
tekanan sistol mencapai 140mmHg atau
lebih dan tekanan diastol mencapai
90mmHg atau lebih. Tekanan darah tinggi
biasanya terjadi kenaikan tekanan sistol dan
diastol (Muhammadun AS, 2010). Faktor
yang mempengaruhi hipertensi menurut
Wigudjoyo (2006):
a. Obesitas
Obesitas adalah keadaan seseorang dimana
terjadi penumpukan lemak yang lebih di
dalam tubuh dan dapat diekspresikan
dengan perbandingan berat badan serta
tinggi badan yang meningkat.
b. Merokok
Rokok dan asap rokok mengandung berbaga
i bahan kimia yang berbahaya terutama
nikotin dalam rokok dapat mempercepat
THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta
1351
proses penyempitan dan penyumbatan
pembuluh darah.
c. Kegiatan fisik
Tekanan darah juga dipengaruhi oleh akti
vitasfisik, dimana akan lebih tinggi pada
saat melakukan aktivitas dan lebih rendah
ketika beristirahat.
d.Tekanan mental/stres
Salah satu tugas saraf simpatis adalah
merangsang pengeluaran hormon adrenalin.
d. Konsumsi tinggi garam
Natrium memegang peranan penting
terhadap timbulnya hipertensi.
Mengkonsumsi natrium yang berlebihan
menyebabkan konsentrasi natrium di dalam
cairan ekstraseluler meningkat, untuk
menormalkannya cairan intra seluler ditarik
keluar sehingga volume cairan ekstra seluler
meningkat.
e.IMT
IMT adalah nilai yang diambil dari
perhitungan antara berat badan (BB) dan
tinggi badan (TB) seseorang. IMT
merupakan alat yang sederhana untuk
memantau status gizi orang dewasa,
khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan.
Berat Badan (kilogram)
IMT = ---------------------------------
-
Tinggi Badan² (meter²)
Aktivitas fisik akan membakar energi
dalam tubuh. Dengan demikian jika
asupan kalori ke dalam tubuh berlebihan
dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik
yang seimbang tentu akan menyebabkan
tubuh mengalami kegemukan (Budiharjo,
2004; hal.99).
3. METODE
Desain dalam penelitian ini menggunak
an penelitian kuantitatif korelasi dimana
keberadaan data yang diteliti sudah ada dan
peneliti tinggal merekam atau
mengobservasi sehingga penelitian ini
menggunakan jenis penelitian non-
eksperimen.
Peneliti menggunakan metode survei de
ngan pendekatan cross sectional Populasi
dalam penelitian ini adalah anggota
kelompok lansia Mekar Sari di Desa
Pokak yang aktif ikut posyandu yang
berjumlah 68 lansia Teknik pengambilan
sampel adalah menggunakan teknik
purposive sampel. Besar sampel yang
diambil menjadi 43 responden.
4. HASIL PENELITIAN
Karakteristik responden meliputi :
jenis kelamin, umur, jenis pekerjaan,
tingkat pendidikan, dan lama beraktivitas.
THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta
1352
THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta
1353
THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta
1354
THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta
1355
THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta
1356
5. PEMBAHASAN
1. Karakteristik Jenis Kelamin
Penderita hipertensi pada wanita lebih
besar dibandingkan laki-laki yang
menderita hipertensi ( Darmono,2010 ).
Perempuan pramenopouse cenderung
memiliki tekanan darah yang tinggi
daripada laki-laki usia yang sama.
Riskesdas (2010) bahwa perempuan
lebih banyak yang menderita
hipertensi dibanding laki-laki, hal
ini disebabkan karena terdapatnya
hormon estrogen pada wanita. Hasil
penelitian menunjukkan semua
responden perempuan yaitu sebanyak
43 responden (100%). Lansia
perempuan akan mempunyai risiko
lebih tinggi terkena hipertensi karena
ketidakstabilan hormon yaitu
mengalami penurunan hormon
estrogen pada saat pramenopouse.
a. Karakteristik Umur
Umur diatas 60 tahun mempunyai
prevalensi lebih tinggi terkena
hipertensi karena semakin tua
seseorang pengaturan
metabolisme zat kapur/kalsium tergang
gu, sehingga banyak zat kapur yang
THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta
1357
beredar bersama darah. Kalsium
dalam darah yang banyak
menyebabkan darah menjadi lebih
padat, sehingga tekanan darah
meningkat. Usia yang bertambah juga
menyebabkan elastisitas arteri
berkurang. Arteri tidak dapat lentur
dan cenderung kaku sehingga volume
darah yang mengalir sedikit dan kurang
lancar. Kebutuhan darah di jaringan
agar tercukupi maka jantung harus
memompa darah lebih kuat lagi,
dengan bertambahnya umur, risiko
terkena hipertensi lebih besar sehingga
prevalensi hipertensi dikalangan usia
lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 %
dengan kematian sekitar 50 % diatas
umur 60 tahun (Nurkhalida, 2010).
WHO 2010 juga mengemukakan
bahwa usia diatas 60 tahun paling
banyak mengalami hipertensi yaitu
sebesar 13,0%. Hasil penelitian
menunjukkan mayoritas responden
umur diatas 60 tahun. Umur diatas 60
tahun mempunyai risiko tinggi terkena
hipertensi karena umur diatas 60
tahun mengalami penurunan hormon
estrogen, pembuluh darah sudah kaku
atau tidak elastis dan asupan garam
natrium semakin tinggi yang disebabkan
oleh indra perasa yang sudah berkurang.
b. Karakteristik Jenis Pekerjaan
WHO 2010 mengemukakan bahwa
jenis pekerjaan seseorang
mempengaruhi tingkat aktivitas fisik
karena semakin berat jenis pekerjaan
maka beban aktivitas yang
dilakukan semakin tinggi sebaliknya
seseorang yang mempunyai jenis
pekerjan ringan seperti menjahit maka
tingkat aktivitas yang dilakukan semakin
rendah. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa mayoritas responden sebagai ibu
rumah tangga sebanyak 32 lansia
(74,4%). Ibu rumah tangga cenderung
berisiko terkena hipertensi karena
tingkat aktivitas fisik yang dilakukan
rendah dan asupan nutrisi cenderung
banyak.
c. Karakteristik Tingkat Aktivitas Fisik
Tekanan darah juga dipengaruhi ole
h aktivitas fisik. Aktivitas fisik yang
rendah seperti bermalas-malasan
memicu terjadinya hipertensi karena
curah jantung menurun sehingga
tahanan perifer meningkat. Gaya
hidup yang tidak aktif atau malas
berolahraga bisa memicu terjadinya
hipertensi pada orang-orang memiliki
kepekaan yang diturunkan
Wigudjoyo (2008). Berat badan yang
berlebih akan membuat seseorang susah
bergerak dengan bebas. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa mayoritas
responden mempunyai tingkat aktifitas
fisik rendah yaitu 27 lansia (62,8%).
Lansia yang tidak aktif beraktivitas
cenderung tekanan darah akan
meningkat, tetapi bila beraktivitas atau
berolahraga secara teratur akan lebih
sehat dan akan memiliki tekanan darah
yang lebih normal karena olah raga
yang teratur akan menurunkan
tahanan perifer sehingga dapat
menurunkan tekanan darah.
d. Karakteristik Indeks Masa Tubuh
Obesitas adalah keadaan seseorang dima
na terjadi penumpukan lemak yang
lebih di dalam tubuh dan dapat
diekspresikan dengan perbandingan
berat badan serta tinggi badan yang
meningkat. Obesitas merupakan
faktor resiko yang sering dikaitkan
THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta
1358
dengan hipertensi. Individu dengan
kelebihan berat badan 20% memiliki
risiko 3-8 kali tinggi di banding
dengan individu dengan berat badan
normal Wigudjoyo (2008). Data Riset
Kesehatan Dasar tahun 2010 survei
indeks massa tubuh (IMT) pada
kelompok usia ≥ 60 tahun di
Indonesia, 15,6% laki-laki dan 26,1%
perempuan mengalami obesitas. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa
responden dengan IMT kurang sebesar
9 responden (20,9%), IMT normal
sebesar 20 responden (46,5%), dan
IMT lebih sebesar 14 responden
(32,6%). Hasil penelitian sesuai dengan
teori karena seseorang yang obesitas
akan meningkatkan kadar kolesterol
dalam darah sehingga terjadi endapan
kolesterol dalam dinding pembuluh
darah, lama–lama endapan tersebut
akan menyumbat pembuluh darah
dan mengganggu peredaran darah,
jika terdapat sumbatan pada pembuluh
darah maka kerja jantung semakin
meningkat.
e. Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan
Hipertensi
Berdasarkan analisis dengan uji statis
tik Kendall tau didapatkan hasil
bahwa hubungan IMT dengan
hipertensi di Posyandu Mekar Sari
signifikan dengan nilai p=0.019
(p<0.05). IMT diatas 25 terbukti
berpengaruh terhadap terjadinya
hipertensi. Obesitas merupakan faktor
resiko yang sering dikaitkan
dengan hipertensi. Individu dengan
kelebihan berat badan 20% memiliki
risiko 3-8 kali tinggi di banding
dengan individu dengan berat badan
normal.
f. Hubungan Tingkat Aktivitas Fisik Deng
an Hipertensi
Hasil analisis statistik kendall tau
didapatkan bahwa hasil bahwa
hubungan aktifitas fisik rendah
dengan hipertensi di Posyandu Mekar
Sari signifikan dengan nilai p=0,036
(p<0,05). Hasil ini sesuai dengan teori
wigudjoyo (2008), tekanan darah juga
dipengaruhi oleh aktivitas fisik.
Aktivitas fisik yang rendah seperti
bermalas-malasan memicu terjadinya
hipertensi karena curah jantung
menurun sehingga tahanan perifer
meningkat. Gaya hidup yang tidak
aktif atau malas berolahraga bisa
memicu terjadinya hipertensi pada
orang-orang memiliki kepekaan yang
diturunkan.
g. Pengaruh Tingkat Aktivitas Fisik Dan
IMT terhadap Hipertensi
Analisis multivariat digunakan untuk
mengetahui pengaruh secara bersama-
sama variabel bebas terhadap
variabel terikat, dan variabel bebas
yang paling besar pengaruhnya
terhadap variabel terikat (hipertensi)
dengan uji regresi logistik berganda
menggunakan metode enter (Sugiyono,
2008). Odds ratio diperlukan dalam
konsep regresi logistik untuk
memudahkan proses interpretasi yang
diperoleh. Nilai OR tertinggi pada
analisis regresi logistik pada variabel
bebas merupakan faktor yang paling
mempengaruhi terjadinya variabel
terikat (hipertensi). Hasil analisis regresi
logistik didapat variabel indeks massa
tubuh dengan P value< 0,05 dan
OR untuk IMT lebih 13,107 artinya
seseorang yang mempunyai IMT lebih
akan berisiko terjadi hipertensi sebesar
THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta
1359
13,1 kali lebih tinggi dibandingkan
seseorang dengan IMT kurang. OR
untuk IMT normal 9,469 artinya
seseorang yang mempunyai IMT normal
akan berisiko terkena hipertensi sebesar
9,5 kali lebih tinggi dibandingkan
seseorang dengan IMT kurang. Hasil
analisis regresi logistis variabel tingkat
aktivitas fisik rendah dengan P value
0,04 berarti P value <0,05 dan OR
tingkat aktivitas fisik rendah 6,374
artinya seseorang yang mempunyai
tingkat aktivitas fisik rendah akan
berisiko terkena hipertensi sebesar
6,4 kali lebih tinggi dibandingkan
seseorang dengan tingkat aktivitas.
6. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut : Indeks
massa tubuh pada lansia di Posyandu
Mekar Sari mayoritas normal yaitu
sebesar 46,5% Tingkat aktivitas fisik
pada lansia di Posyandu Mekar Sari
mayoritas rendah yaitu sebesar 62,8%
Ada pengaruh tingkat aktivitas fisik
rendah terhadap hipertensi. Ada
pengaruh indeks massa tubuh lebih
terhadap hipertensi.
Tingkat aktivitas fisik rendah
dengan OR=6,374 artinya tingkat
aktivitas fisik rendah berisiko terkena
hipertensi sebesar 6,4 kali lebih tinggi
dibandingkan tingkat aktivitas moderat
pada lansia di Posyandu Mekar Sari
Indeks massa tubuh yang lebih
berisiko terkena hipertensi sebesar 13,1
kali lebih tinggi dibandingkan IMT
kurang dan IMT normal berisiko
terkena hipertensi sebesar 9,5 kali lebih
tinggi dibandingkan IMT kurang pada
lansia di Posyandu Mekar Sari. Indeks
massa tubuh yang lebih
menyumbangkan angka sebesar 2,573
untuk terjadi hipertensi dan tingkat
aktivitas fisik yang rendah
menyumbangkan angka sebesar 1,852
untuk terjadinya hipertensi.
7. SARAN
Petugas kesehatan disarankan
mampu mengembangkan
kesehatan masyarakat melalui upaya
promotif dan preventif pada lansia
yang belum mengalami hipertensi,
meningkatkan pelayanan pada lansia
yang sudah mengalami hipertensi.
Masyarakat khususnya lansia
disarankan untuk menjaga berat
badan yang ideal agar IMT normal
dengan cara mengatur asupan nutrisi,
mengatur dan melakukan tingkat
aktivitas fisik moderat seperti: jalan
sehat, senam lansia secara teratur.
THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta
1360
Cipta
Arisman, MB. 2010. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC
Aru W. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Departemen IlmuPenyakitDalam FKUI
Azis A. 2008. Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisa Data. Jakarta:Salemba Medika
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, RepublikIndonesia . 2007 Riset kesehatan dasarprovinsi jawa tengah. Internet fromhttp://www.dinkesjatengprov.go.id/download/mi/riskesdas_jateng2007.pdf.8 Februari 2012 Jam 09.00
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, RepublikIndonesia . 2010 Riset kesehatan dasarprovinsi jawa tengah. Internet fromhttp://www.dinkesjatengprov.go.id/download/mi/riskesdas_jateng2010.pdf. 4 April 2012 Jam 13.00
Budiharjo, et.al. 2010. Pengaruh Latihan Fisik Intensitas Sedang TerhadapPresentase Lemak Badan Wanita Usia Lanjut. From : Jurnal BagianAnatomi, Embriologi dan Antropologi. 36 (4) : 195-200. Yogyakarta :Fakultas KedokteranUniversitas Gadjah Mada
Fatmah, 2010. Gizi Usia Lanjut.Jakarta : Erlangga
Ferawati, T.F. 2008. Hubungan Antara IndeksMassa Tubuh, Aktifitas Fisik DanKebiasaan Mengkomsumsi Makanan SiapSaji Ala Barat Dengan TekananDarahPada Pensiunan Pegawai PT. Pertamina Semarang. Internet Fromhttp://eprints.undip.ac.id/25997/1/150_Tri_Fani_Ferawati_G2C206022_A.pdf. Di akses tanggal 31 Januari 2012 jam 08.50
Hadi, H. 2010. Epidemi Kegemukan dan Munculnya Penyakit Modern diIndonesia.Makalah
Marilynn J & Lee J. 2011. Keperawatan Klinis. Jakarta: Erlangga
Muhammadun AS. 2010. Hidup Bersama Hipertensi. Yogyakarta : in-Books
Nugroho, W. 2008. Keperawatan Gerontik &Geriatrik. Jakarta : EGC
Nuriyah, A. 2011. Hubungan Indek Massa Tubuh Dengan Tekanan Darah PadaLanjut Usia Didesa Bulukan Kec. Colomadu. Surakarta : PerpustakaanUMS.
Notoatmodjo, S. 2010. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: RinekaCipta-------------------. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Alfabeta
Sustrani, L, et.al. 2009. Diabetes. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Yulianti, L. & Maloedyn, S. 2008. 30 Ramuan Penakluk Hipertensi. Jakarta :AgroMedia Pustaka
WHO. 2010. Global Physical Activity Questionare (GPAQ). Internet from :http://www.who.int/chp/steps/resources/GPAQ_Analysis_Guide.pdf. diakses tanggal 20 Maret 2012 jam 14.00-------. 2011. Obesity and Overweight. Internet from :http//www.who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en/index.html. Di aksestanggal 19 januari 2012 jam 11.00
8. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian : SuatuPendekatan Praktik. Jakarta : Rineka