Endang Sawitri, Endang Wahyuningsih Stikes...

13
THE 5 TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta 1349 PENGARUH TINGKAT AKTIVITAS FISIK DAN INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP HIPERTENSI PADA LANSIA DI POSYANDU MEKAR SARI Endang Sawitri, 1) Endang Wahyuningsih 2) Stikes Muhammadiyah Klaten Email :[email protected] [email protected] ABSTRAK Hipertensi merupakan penyakit yang mematikan dan merupakan penyebab kematian nomor 3 di Indonesia dan banyak faktor yang mempengaruhi seperti aktifitas yang kurang kurang dan indeks massa tubuh yang lebih. Banyak lansia yang mengalami hipertensi dengan IMT dan tingkat aktivitas fisik yang berbeda- beda. Penelitian ini untuk mengetahui besarnya pengaruh tingkat aktivitas fisik dan indeks massa tubuh terhadap kejadian hipertensi pada lansia. Desain penelitian ini menggunakan desain kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Analisis bivariat menggunakan kendall tau dan analisis multivariat dengan regresi logistik ganda. Populasi penelitian adalah semua anggota kelompok posyandu lansia Mekar Sari Desa Pokak. Besar sampel menggunakan tehnik total sampling dengan jumlah 43 lansia. Hasil penelitian ada hubungan antara tingkat aktifitas fisik dengan hipertensi yang ditunjukkan P value = 0,019 < 0,05 dan ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan hipertensi yang ditunjukkan P value=0,036 < 0,05. Analisis menunjukkan nilai OR dan IMT lebih akan berisiko terkena hipertensi sebesar 13,1 kali lebih tinggi dibandingkan IMT kurang, IMT normal akan berisiko terkena hipertensi sebesar 9,5 kali lebih tinggi dibandingkan IMT kurang, tingkat aktivitas fisik rendah akan berisiko terkena hipertensi sebesar 6,4 kali lebih tinggi dibandingkan tingkat aktifitas fisik moderat. Kesimpulan penelitian adalah ada pengaruh tingkat aktivitas fisik dan indeks massa tubuh terhadap hipertensi pada lansia di posyandu mekarsari. Saran bagi masyarakat diharapkan masyarakat khususnya lansia untuk menjaga berat badan yang ideal agar IMT normal, mengatur dan mengubah asupan nutrisi yang seimbang dan menyehatkan, mengatur tingkat aktivitas fisik moderat seperti jalan sehat, senam lansia secara teratur, dan melakukan kunjungan posyandu lansia setiap bulan. Kata Kunci : aktivitas fisik, Indeks massa tubuh, Hipertensi, Lansia 1. LATAR BELAKANG Lanjut usia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Tahun 2010 penduduk lanjut usia mencapai 9,77% dari total penduduk atau 24 juta jiwa dan pada tahun 2020 diperkirakan menjadi 11,34 % atau tercatat 28,8 juta orang. Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa 48,2 persen penduduk Indonesia kurang melakukan aktivitas fisik. Aktivitas fisik merupakan suatu kegiatan yang membutuhkan gerakan dan mengeluarkan energi. Aktivitas fisik meliputi aktivitas fisik tinggi, moderat dan rendah (Arisman, 2010). Aktivitas fisik akan membakar

Transcript of Endang Sawitri, Endang Wahyuningsih Stikes...

Page 1: Endang Sawitri, Endang Wahyuningsih Stikes ...lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/258-ENDANG...THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta 1349 PENGARUH TINGKAT

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1349

PENGARUH TINGKAT AKTIVITAS FISIK DAN INDEKS MASSA TUBUH

TERHADAP HIPERTENSI PADA LANSIA DI POSYANDU MEKAR SARI

Endang Sawitri,1)

Endang Wahyuningsih2)

Stikes Muhammadiyah Klaten

Email :[email protected]

[email protected]

ABSTRAK

Hipertensi merupakan penyakit yang mematikan dan merupakan penyebab kematian nomor 3

di Indonesia dan banyak faktor yang mempengaruhi seperti aktifitas yang kurang kurang dan

indeks massa tubuh yang lebih. Banyak lansia yang mengalami hipertensi dengan IMT dan

tingkat aktivitas fisik yang berbeda- beda. Penelitian ini untuk mengetahui besarnya pengaruh

tingkat aktivitas fisik dan indeks massa tubuh terhadap kejadian hipertensi pada lansia. Desain

penelitian ini menggunakan desain kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Analisis

bivariat menggunakan kendall tau dan analisis multivariat dengan regresi logistik ganda.

Populasi penelitian adalah semua anggota kelompok posyandu lansia Mekar Sari Desa

Pokak. Besar sampel menggunakan tehnik total sampling dengan jumlah 43 lansia. Hasil

penelitian ada hubungan antara tingkat aktifitas fisik dengan hipertensi yang ditunjukkan P

value = 0,019 < 0,05 dan ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan hipertensi yang

ditunjukkan P value=0,036 < 0,05. Analisis menunjukkan nilai OR dan IMT lebih akan

berisiko terkena hipertensi sebesar 13,1 kali lebih tinggi dibandingkan IMT kurang, IMT

normal akan berisiko terkena hipertensi sebesar 9,5 kali lebih tinggi dibandingkan

IMT kurang, tingkat aktivitas fisik rendah akan berisiko terkena hipertensi sebesar 6,4 kali

lebih tinggi dibandingkan tingkat aktifitas fisik moderat. Kesimpulan penelitian adalah ada

pengaruh tingkat aktivitas fisik dan indeks massa tubuh terhadap hipertensi pada lansia

di posyandu mekarsari. Saran bagi masyarakat diharapkan masyarakat khususnya lansia untuk

menjaga berat badan yang ideal agar IMT normal, mengatur dan mengubah asupan nutrisi

yang seimbang dan menyehatkan, mengatur tingkat aktivitas fisik moderat seperti jalan sehat,

senam lansia secara teratur, dan melakukan kunjungan posyandu lansia setiap bulan.

Kata Kunci : aktivitas fisik, Indeks massa tubuh, Hipertensi, Lansia

1. LATAR BELAKANG

Lanjut usia adalah penduduk yang

telah mencapai usia 60 tahun ke atas.

Tahun 2010 penduduk lanjut usia mencapai

9,77% dari total penduduk atau 24 juta jiwa

dan pada tahun 2020 diperkirakan menjadi

11,34 % atau tercatat 28,8 juta orang.

Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa 48,2

persen penduduk Indonesia kurang

melakukan aktivitas fisik. Aktivitas fisik

merupakan suatu kegiatan yang

membutuhkan gerakan dan mengeluarkan

energi. Aktivitas fisik meliputi aktivitas fisik

tinggi, moderat dan rendah (Arisman,

2010).

Aktivitas fisik akan membakar

Page 2: Endang Sawitri, Endang Wahyuningsih Stikes ...lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/258-ENDANG...THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta 1349 PENGARUH TINGKAT

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1361

Page 3: Endang Sawitri, Endang Wahyuningsih Stikes ...lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/258-ENDANG...THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta 1349 PENGARUH TINGKAT

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1350

energi dalam tubuh, jika asupan kalori

kedalam tubuh berlebihan dan tidak

diimbangi dengan aktivitas fisik yang

seimbang akan menyebabkan tubuh

mengalami kegemukan (Budiharjo, 2010).

Data Riset Kesehatan Dasar

tahun 2010 prevalensi obesitas pada

penduduk berusia ≥ 15 tahun adalah laki-

laki 13,9 % dan perempuan 23,8 %. Survei

indeks massa tubuh (IMT) pada

kelompok usia ≥ 60 tahun di kota besar di

Indonesia tahun 2010, 15,6% laki-laki dan

26,1% perempuan mengalami obesitas

Proses menua menyebabkan proporsi lemak

dan otot di dalam tubuh berubah. Semakin

tua seseorang semakin bertambah lemak

tubuhnya, sedangkan otot berkurang dan

melemah sehingga menyebabkan

kegemukan (obesitas). Puncak kenaikan

berat badan pada perempuan terjadi pada

usia 55–65 tahun dan laki-laki pada usia

34-54 tahun (Fatmah, 2010).

Data riset kesehatan dasar

(Riskesdas) di Indonesia tahun 2010

mengemukakan bahwa hipertensi

merupakan penyebab kematian nomor 3

setelah stroke dan TBC, yakni mencapai

6,7% dari populasi kematian pada semua

umur di Indonesia. Hipertensi dianggap

sebagai pembunuh gelap (Silent Killer),

karena termasuk penyakit yang

mematikan, tanpa disertai dengan gejala-

gejalanya lebih dahulu (Sustrani, 2007).

Puskesmas Jambukulon mempunyai

wilayah kerja yang mencakup 9 desa

dan terdapat 5 posyandu lansia. Data

survey yang dilakukan di Puskesmas

Jambukulon jumlah lansia di bulan

Januari sampai Desember tahun 2015

sebanyak 1850 lansia dan yang menderita

hipertensi 140 lansia. Proporsi penderita

hipertensi 7,5% dari keseluruhan jumlah

lansia yang ada di wilayah kerja

Puskesmas Jambukulon. Salah satu

posyandu lansia di Puskesmas

Jambukulon adalah posyandu Mekar Sari

yang ada di Desa Pokak dengan jumlah

lansia 68, yang aktif ikut posyandu

sebanyak 52 lansia dan yang

tidak aktif sebanyak 16 lansia, banyak yang

mengalami hipertensi Fenomena yang di

jumpai di posyandu Mekar Sari

kebanyakan tidak obesitas dan aktivitas

sehari-harinya kebanyakan bekerja sebagai

petani dan banyak yang tidak

bekerja.Kasus hipertensi apabila tidak

terdeteksi akan mengakibatkan

kematian.Dari uraian diatas perlu dilakukan

penelitian tentang : Pengaruh indeks massa

tubuh dan tingkat aktivitas fisik terhadap

hipertensi pada lansia di Posyandu

lansia Mekar Sari Wilayah Kerja

Puskesmas Jambukulon.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah

tekanan sistol mencapai 140mmHg atau

lebih dan tekanan diastol mencapai

90mmHg atau lebih. Tekanan darah tinggi

biasanya terjadi kenaikan tekanan sistol dan

diastol (Muhammadun AS, 2010). Faktor

yang mempengaruhi hipertensi menurut

Wigudjoyo (2006):

a. Obesitas

Obesitas adalah keadaan seseorang dimana

terjadi penumpukan lemak yang lebih di

dalam tubuh dan dapat diekspresikan

dengan perbandingan berat badan serta

tinggi badan yang meningkat.

b. Merokok

Rokok dan asap rokok mengandung berbaga

i bahan kimia yang berbahaya terutama

nikotin dalam rokok dapat mempercepat

Page 4: Endang Sawitri, Endang Wahyuningsih Stikes ...lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/258-ENDANG...THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta 1349 PENGARUH TINGKAT

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1351

proses penyempitan dan penyumbatan

pembuluh darah.

c. Kegiatan fisik

Tekanan darah juga dipengaruhi oleh akti

vitasfisik, dimana akan lebih tinggi pada

saat melakukan aktivitas dan lebih rendah

ketika beristirahat.

d.Tekanan mental/stres

Salah satu tugas saraf simpatis adalah

merangsang pengeluaran hormon adrenalin.

d. Konsumsi tinggi garam

Natrium memegang peranan penting

terhadap timbulnya hipertensi.

Mengkonsumsi natrium yang berlebihan

menyebabkan konsentrasi natrium di dalam

cairan ekstraseluler meningkat, untuk

menormalkannya cairan intra seluler ditarik

keluar sehingga volume cairan ekstra seluler

meningkat.

e.IMT

IMT adalah nilai yang diambil dari

perhitungan antara berat badan (BB) dan

tinggi badan (TB) seseorang. IMT

merupakan alat yang sederhana untuk

memantau status gizi orang dewasa,

khususnya yang berkaitan dengan

kekurangan dan kelebihan berat badan.

Berat Badan (kilogram)

IMT = ---------------------------------

-

Tinggi Badan² (meter²)

Aktivitas fisik akan membakar energi

dalam tubuh. Dengan demikian jika

asupan kalori ke dalam tubuh berlebihan

dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik

yang seimbang tentu akan menyebabkan

tubuh mengalami kegemukan (Budiharjo,

2004; hal.99).

3. METODE

Desain dalam penelitian ini menggunak

an penelitian kuantitatif korelasi dimana

keberadaan data yang diteliti sudah ada dan

peneliti tinggal merekam atau

mengobservasi sehingga penelitian ini

menggunakan jenis penelitian non-

eksperimen.

Peneliti menggunakan metode survei de

ngan pendekatan cross sectional Populasi

dalam penelitian ini adalah anggota

kelompok lansia Mekar Sari di Desa

Pokak yang aktif ikut posyandu yang

berjumlah 68 lansia Teknik pengambilan

sampel adalah menggunakan teknik

purposive sampel. Besar sampel yang

diambil menjadi 43 responden.

4. HASIL PENELITIAN

Karakteristik responden meliputi :

jenis kelamin, umur, jenis pekerjaan,

tingkat pendidikan, dan lama beraktivitas.

Page 5: Endang Sawitri, Endang Wahyuningsih Stikes ...lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/258-ENDANG...THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta 1349 PENGARUH TINGKAT

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1352

Page 6: Endang Sawitri, Endang Wahyuningsih Stikes ...lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/258-ENDANG...THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta 1349 PENGARUH TINGKAT

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1353

Page 7: Endang Sawitri, Endang Wahyuningsih Stikes ...lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/258-ENDANG...THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta 1349 PENGARUH TINGKAT

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1354

Page 8: Endang Sawitri, Endang Wahyuningsih Stikes ...lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/258-ENDANG...THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta 1349 PENGARUH TINGKAT

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1355

Page 9: Endang Sawitri, Endang Wahyuningsih Stikes ...lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/258-ENDANG...THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta 1349 PENGARUH TINGKAT

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1356

5. PEMBAHASAN

1. Karakteristik Jenis Kelamin

Penderita hipertensi pada wanita lebih

besar dibandingkan laki-laki yang

menderita hipertensi ( Darmono,2010 ).

Perempuan pramenopouse cenderung

memiliki tekanan darah yang tinggi

daripada laki-laki usia yang sama.

Riskesdas (2010) bahwa perempuan

lebih banyak yang menderita

hipertensi dibanding laki-laki, hal

ini disebabkan karena terdapatnya

hormon estrogen pada wanita. Hasil

penelitian menunjukkan semua

responden perempuan yaitu sebanyak

43 responden (100%). Lansia

perempuan akan mempunyai risiko

lebih tinggi terkena hipertensi karena

ketidakstabilan hormon yaitu

mengalami penurunan hormon

estrogen pada saat pramenopouse.

a. Karakteristik Umur

Umur diatas 60 tahun mempunyai

prevalensi lebih tinggi terkena

hipertensi karena semakin tua

seseorang pengaturan

metabolisme zat kapur/kalsium tergang

gu, sehingga banyak zat kapur yang

Page 10: Endang Sawitri, Endang Wahyuningsih Stikes ...lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/258-ENDANG...THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta 1349 PENGARUH TINGKAT

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1357

beredar bersama darah. Kalsium

dalam darah yang banyak

menyebabkan darah menjadi lebih

padat, sehingga tekanan darah

meningkat. Usia yang bertambah juga

menyebabkan elastisitas arteri

berkurang. Arteri tidak dapat lentur

dan cenderung kaku sehingga volume

darah yang mengalir sedikit dan kurang

lancar. Kebutuhan darah di jaringan

agar tercukupi maka jantung harus

memompa darah lebih kuat lagi,

dengan bertambahnya umur, risiko

terkena hipertensi lebih besar sehingga

prevalensi hipertensi dikalangan usia

lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 %

dengan kematian sekitar 50 % diatas

umur 60 tahun (Nurkhalida, 2010).

WHO 2010 juga mengemukakan

bahwa usia diatas 60 tahun paling

banyak mengalami hipertensi yaitu

sebesar 13,0%. Hasil penelitian

menunjukkan mayoritas responden

umur diatas 60 tahun. Umur diatas 60

tahun mempunyai risiko tinggi terkena

hipertensi karena umur diatas 60

tahun mengalami penurunan hormon

estrogen, pembuluh darah sudah kaku

atau tidak elastis dan asupan garam

natrium semakin tinggi yang disebabkan

oleh indra perasa yang sudah berkurang.

b. Karakteristik Jenis Pekerjaan

WHO 2010 mengemukakan bahwa

jenis pekerjaan seseorang

mempengaruhi tingkat aktivitas fisik

karena semakin berat jenis pekerjaan

maka beban aktivitas yang

dilakukan semakin tinggi sebaliknya

seseorang yang mempunyai jenis

pekerjan ringan seperti menjahit maka

tingkat aktivitas yang dilakukan semakin

rendah. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa mayoritas responden sebagai ibu

rumah tangga sebanyak 32 lansia

(74,4%). Ibu rumah tangga cenderung

berisiko terkena hipertensi karena

tingkat aktivitas fisik yang dilakukan

rendah dan asupan nutrisi cenderung

banyak.

c. Karakteristik Tingkat Aktivitas Fisik

Tekanan darah juga dipengaruhi ole

h aktivitas fisik. Aktivitas fisik yang

rendah seperti bermalas-malasan

memicu terjadinya hipertensi karena

curah jantung menurun sehingga

tahanan perifer meningkat. Gaya

hidup yang tidak aktif atau malas

berolahraga bisa memicu terjadinya

hipertensi pada orang-orang memiliki

kepekaan yang diturunkan

Wigudjoyo (2008). Berat badan yang

berlebih akan membuat seseorang susah

bergerak dengan bebas. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa mayoritas

responden mempunyai tingkat aktifitas

fisik rendah yaitu 27 lansia (62,8%).

Lansia yang tidak aktif beraktivitas

cenderung tekanan darah akan

meningkat, tetapi bila beraktivitas atau

berolahraga secara teratur akan lebih

sehat dan akan memiliki tekanan darah

yang lebih normal karena olah raga

yang teratur akan menurunkan

tahanan perifer sehingga dapat

menurunkan tekanan darah.

d. Karakteristik Indeks Masa Tubuh

Obesitas adalah keadaan seseorang dima

na terjadi penumpukan lemak yang

lebih di dalam tubuh dan dapat

diekspresikan dengan perbandingan

berat badan serta tinggi badan yang

meningkat. Obesitas merupakan

faktor resiko yang sering dikaitkan

Page 11: Endang Sawitri, Endang Wahyuningsih Stikes ...lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/258-ENDANG...THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta 1349 PENGARUH TINGKAT

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1358

dengan hipertensi. Individu dengan

kelebihan berat badan 20% memiliki

risiko 3-8 kali tinggi di banding

dengan individu dengan berat badan

normal Wigudjoyo (2008). Data Riset

Kesehatan Dasar tahun 2010 survei

indeks massa tubuh (IMT) pada

kelompok usia ≥ 60 tahun di

Indonesia, 15,6% laki-laki dan 26,1%

perempuan mengalami obesitas. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa

responden dengan IMT kurang sebesar

9 responden (20,9%), IMT normal

sebesar 20 responden (46,5%), dan

IMT lebih sebesar 14 responden

(32,6%). Hasil penelitian sesuai dengan

teori karena seseorang yang obesitas

akan meningkatkan kadar kolesterol

dalam darah sehingga terjadi endapan

kolesterol dalam dinding pembuluh

darah, lama–lama endapan tersebut

akan menyumbat pembuluh darah

dan mengganggu peredaran darah,

jika terdapat sumbatan pada pembuluh

darah maka kerja jantung semakin

meningkat.

e. Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan

Hipertensi

Berdasarkan analisis dengan uji statis

tik Kendall tau didapatkan hasil

bahwa hubungan IMT dengan

hipertensi di Posyandu Mekar Sari

signifikan dengan nilai p=0.019

(p<0.05). IMT diatas 25 terbukti

berpengaruh terhadap terjadinya

hipertensi. Obesitas merupakan faktor

resiko yang sering dikaitkan

dengan hipertensi. Individu dengan

kelebihan berat badan 20% memiliki

risiko 3-8 kali tinggi di banding

dengan individu dengan berat badan

normal.

f. Hubungan Tingkat Aktivitas Fisik Deng

an Hipertensi

Hasil analisis statistik kendall tau

didapatkan bahwa hasil bahwa

hubungan aktifitas fisik rendah

dengan hipertensi di Posyandu Mekar

Sari signifikan dengan nilai p=0,036

(p<0,05). Hasil ini sesuai dengan teori

wigudjoyo (2008), tekanan darah juga

dipengaruhi oleh aktivitas fisik.

Aktivitas fisik yang rendah seperti

bermalas-malasan memicu terjadinya

hipertensi karena curah jantung

menurun sehingga tahanan perifer

meningkat. Gaya hidup yang tidak

aktif atau malas berolahraga bisa

memicu terjadinya hipertensi pada

orang-orang memiliki kepekaan yang

diturunkan.

g. Pengaruh Tingkat Aktivitas Fisik Dan

IMT terhadap Hipertensi

Analisis multivariat digunakan untuk

mengetahui pengaruh secara bersama-

sama variabel bebas terhadap

variabel terikat, dan variabel bebas

yang paling besar pengaruhnya

terhadap variabel terikat (hipertensi)

dengan uji regresi logistik berganda

menggunakan metode enter (Sugiyono,

2008). Odds ratio diperlukan dalam

konsep regresi logistik untuk

memudahkan proses interpretasi yang

diperoleh. Nilai OR tertinggi pada

analisis regresi logistik pada variabel

bebas merupakan faktor yang paling

mempengaruhi terjadinya variabel

terikat (hipertensi). Hasil analisis regresi

logistik didapat variabel indeks massa

tubuh dengan P value< 0,05 dan

OR untuk IMT lebih 13,107 artinya

seseorang yang mempunyai IMT lebih

akan berisiko terjadi hipertensi sebesar

Page 12: Endang Sawitri, Endang Wahyuningsih Stikes ...lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/258-ENDANG...THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta 1349 PENGARUH TINGKAT

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1359

13,1 kali lebih tinggi dibandingkan

seseorang dengan IMT kurang. OR

untuk IMT normal 9,469 artinya

seseorang yang mempunyai IMT normal

akan berisiko terkena hipertensi sebesar

9,5 kali lebih tinggi dibandingkan

seseorang dengan IMT kurang. Hasil

analisis regresi logistis variabel tingkat

aktivitas fisik rendah dengan P value

0,04 berarti P value <0,05 dan OR

tingkat aktivitas fisik rendah 6,374

artinya seseorang yang mempunyai

tingkat aktivitas fisik rendah akan

berisiko terkena hipertensi sebesar

6,4 kali lebih tinggi dibandingkan

seseorang dengan tingkat aktivitas.

6. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan, maka dapat disimpulkan

beberapa hal sebagai berikut : Indeks

massa tubuh pada lansia di Posyandu

Mekar Sari mayoritas normal yaitu

sebesar 46,5% Tingkat aktivitas fisik

pada lansia di Posyandu Mekar Sari

mayoritas rendah yaitu sebesar 62,8%

Ada pengaruh tingkat aktivitas fisik

rendah terhadap hipertensi. Ada

pengaruh indeks massa tubuh lebih

terhadap hipertensi.

Tingkat aktivitas fisik rendah

dengan OR=6,374 artinya tingkat

aktivitas fisik rendah berisiko terkena

hipertensi sebesar 6,4 kali lebih tinggi

dibandingkan tingkat aktivitas moderat

pada lansia di Posyandu Mekar Sari

Indeks massa tubuh yang lebih

berisiko terkena hipertensi sebesar 13,1

kali lebih tinggi dibandingkan IMT

kurang dan IMT normal berisiko

terkena hipertensi sebesar 9,5 kali lebih

tinggi dibandingkan IMT kurang pada

lansia di Posyandu Mekar Sari. Indeks

massa tubuh yang lebih

menyumbangkan angka sebesar 2,573

untuk terjadi hipertensi dan tingkat

aktivitas fisik yang rendah

menyumbangkan angka sebesar 1,852

untuk terjadinya hipertensi.

7. SARAN

Petugas kesehatan disarankan

mampu mengembangkan

kesehatan masyarakat melalui upaya

promotif dan preventif pada lansia

yang belum mengalami hipertensi,

meningkatkan pelayanan pada lansia

yang sudah mengalami hipertensi.

Masyarakat khususnya lansia

disarankan untuk menjaga berat

badan yang ideal agar IMT normal

dengan cara mengatur asupan nutrisi,

mengatur dan melakukan tingkat

aktivitas fisik moderat seperti: jalan

sehat, senam lansia secara teratur.

Page 13: Endang Sawitri, Endang Wahyuningsih Stikes ...lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/258-ENDANG...THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta 1349 PENGARUH TINGKAT

THE 5TH URECOL PROCEEDING 18 February 2017 UAD, Yogyakarta

1360

Cipta

Arisman, MB. 2010. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC

Aru W. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Departemen IlmuPenyakitDalam FKUI

Azis A. 2008. Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisa Data. Jakarta:Salemba Medika

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, RepublikIndonesia . 2007 Riset kesehatan dasarprovinsi jawa tengah. Internet fromhttp://www.dinkesjatengprov.go.id/download/mi/riskesdas_jateng2007.pdf.8 Februari 2012 Jam 09.00

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, RepublikIndonesia . 2010 Riset kesehatan dasarprovinsi jawa tengah. Internet fromhttp://www.dinkesjatengprov.go.id/download/mi/riskesdas_jateng2010.pdf. 4 April 2012 Jam 13.00

Budiharjo, et.al. 2010. Pengaruh Latihan Fisik Intensitas Sedang TerhadapPresentase Lemak Badan Wanita Usia Lanjut. From : Jurnal BagianAnatomi, Embriologi dan Antropologi. 36 (4) : 195-200. Yogyakarta :Fakultas KedokteranUniversitas Gadjah Mada

Fatmah, 2010. Gizi Usia Lanjut.Jakarta : Erlangga

Ferawati, T.F. 2008. Hubungan Antara IndeksMassa Tubuh, Aktifitas Fisik DanKebiasaan Mengkomsumsi Makanan SiapSaji Ala Barat Dengan TekananDarahPada Pensiunan Pegawai PT. Pertamina Semarang. Internet Fromhttp://eprints.undip.ac.id/25997/1/150_Tri_Fani_Ferawati_G2C206022_A.pdf. Di akses tanggal 31 Januari 2012 jam 08.50

Hadi, H. 2010. Epidemi Kegemukan dan Munculnya Penyakit Modern diIndonesia.Makalah

Marilynn J & Lee J. 2011. Keperawatan Klinis. Jakarta: Erlangga

Muhammadun AS. 2010. Hidup Bersama Hipertensi. Yogyakarta : in-Books

Nugroho, W. 2008. Keperawatan Gerontik &Geriatrik. Jakarta : EGC

Nuriyah, A. 2011. Hubungan Indek Massa Tubuh Dengan Tekanan Darah PadaLanjut Usia Didesa Bulukan Kec. Colomadu. Surakarta : PerpustakaanUMS.

Notoatmodjo, S. 2010. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: RinekaCipta-------------------. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Alfabeta

Sustrani, L, et.al. 2009. Diabetes. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Yulianti, L. & Maloedyn, S. 2008. 30 Ramuan Penakluk Hipertensi. Jakarta :AgroMedia Pustaka

WHO. 2010. Global Physical Activity Questionare (GPAQ). Internet from :http://www.who.int/chp/steps/resources/GPAQ_Analysis_Guide.pdf. diakses tanggal 20 Maret 2012 jam 14.00-------. 2011. Obesity and Overweight. Internet from :http//www.who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en/index.html. Di aksestanggal 19 januari 2012 jam 11.00

8. DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian : SuatuPendekatan Praktik. Jakarta : Rineka