EFISIENSI PEMASARAN KOPI ROBUSTA (Coffea robusta) SEBAGAIPRODUK AGROFORESTRI DI PEKON AIR KUBANG, KECAMATAN
AIR NANINGAN, KABUPATEN TANGGAMUS
(Skripsi)
Oleh
ANNISA MARCHANTIA PRATIWI
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
Annisa Marchantia Pratiwi
ABSTRAK
EFISIENSI PEMASARAN KOPI ROBUSTA (Coffea robusta) SEBAGAIPRODUK AGROFORESTRI DI PEKON AIR KUBANG, KECAMATAN
AIR NANINGAN, KABUPATEN TANGGAMUS
Oleh
ANNISA MARCHANTIA PRATIWI
Salah satu alternatif untuk memecahkan masalah terhadap kebutuhan sumberdaya
hutan yaitu dengan menerapkan sistem agroforestri, karena dapat meningkatkan
kesejahteraan dan produktivitas lahan. Kopi robusta merupakan salah satu
komoditas yang ditanam dengan menerapkan sistem agroforestri. Konsumsi kopi
di Indonesia cenderung meningkat setiap tahunnya, namun harga yang yang
diterima petani kopi masih rendah, hal ini yang menjadi tujuan dilakukannya
penelitian untuk menganalisis saluran dan efisiensi pemasaran kopi robusta.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif.
Metode kualitatif digunakan untuk menganalisis saluran pemasaran, struktur
pasar, dan perilaku pasar, sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk
menganalisis margin pemasaran, margin keuntungan, share harga , ratio profit
margin, dan efisiensi pemasaran. Responden pada penelitian ini dipilih
menggunakan Rumus Slovin dan diperoleh sebanyak 55 responden. Responden
Annisa Marchantia Pratiwidipilih secara acak sederhana dalam suatu populasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat tiga saluran pemasaran kopi robusta. Saluran
pertama yaitu petani - pedagang pengumpul - pedagang besar - pengecer. Saluran
kedua yaitu petani – koperasi - pengecer. Saluran ketiga yaitu petani - koperasi.
Harga kopi ditentukan oleh pedagang besar karena struktur pasarnya merupakan
oligopsoni. Efisiensi pemasaran kopi di Pekon Air Kubang belum efisien karena
margin pemasaran yang belum merata dan cukup tinggi, share harga yang
diterima petani masih relatif rendah, serta margin keuntungan dan biaya pada
petani masih rendah.
Kata kunci: Agroforestri, kopi robusta, pemasaran kopi.
Annisa Marchantia Pratiwi
ABSTRACT
MARKETING EFFICIENCY OF ROBUSTA COFFEE (Coffea robusta) ASAGROFORESTRI PRODUCT IN AIR KUBANG VILLAGE,
SUBDISTRICT OF AIR NANINGAN, DISTRICT OF TANGGAMUS
By
ANNISA MARCHANTIA PRATIWI
One alternative to solve the problem of forest resource needs is by implementing
an agroforestry system, because it can improve the welfare and productivity of the
land. Robusta coffee is one of the commodities grown by implementing an
agroforestry system. Coffee consumption in Indonesia tends to increase every
year, but the price received by coffee farmers is still low, this is the purpose of the
study to analyze the channels and the efficiency of robusta coffee marketing. The
study was conducted using qualitative and quantitative methods. Qualitative
methods are used to analyze marketing channels, market structure, and market
behavior, while quantitative methods are used to analyze marketing margins,
profit margins, share prices, ratio profit margins, and marketing efficiency.
Respondents in this study were selected using Slovin Formula and obtained as
many as 55 respondents. Respondents were chosen by single sampling random in
a population. The results shows that there were three channels of robusta coffee
Annisa Marchantia Pratiwimarketing. First channel are farmer - collector - big trader - retailer. Second
channel are farmer - cooperative - retailer. Third channel are farmer -
cooperative. Coffee prices are determined by large traders because the market
structure is oligopsonic. The efficiency of marketing coffee in Pekon Air Kubang
is not yet efficient because the marketing margins have not been evenly
distributed and are quite high, the share of prices received by farmers is still
relatively low, and the profit and cost margins for farmers are still low.
Keywords: Agroforestry, robusta coffee, coffee marketing.
EFISIENSI PEMASARAN KOPI ROBUSTA (Coffea robusta) SEBAGAIPRODUK AGROFORESTRI DI PEKON AIR KUBANG, KECAMATAN
AIR NANINGAN, KABUPATEN TANGGAMUS
Oleh
ANNISA MARCHANTIA PRATIWI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA KEHUTANAN
pada
Jurusan KehutananFakultas Pertanian Universitas Lampung
JURUSAN KEHUTANANFAKULTAS PERTANIAN
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 21 Juni
1997, sebagai anak kedua dari empat bersaudara, anak dari
Bapak Sabnu Alie dan Ibu Ernawati. Pendidikan formal
penulis diawali pada tahun 2003 penulis menyelesaikan
pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Kartini II Bandar
Lampung. Sekolah Dasar diselesaikan di SDN 2 Palapa pada tahun 2009, Sekolah
Menengah Pertama di SMPN 1 Bandar Lampung pada tahun 2012, dan Sekolah
Menengah Atas di SMAN 2 Bandar Lampung pada tahun 2015.
Tahun 2015 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SBMPTN). Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi
asisten dosen mata kuliah Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Bahasa Inggris, dan
Pengantar Ekonomi Kehutanan.
Penulis juga aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Kehutanan (Himasylva)
sebagai anggota utama, aktif sebagai Duta Mahasiswa Fakultas Pertanian periode
2016-2017, dan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian sebagai sekretaris
dinas eksternal periode 2017-2018. Penulis telah melakukan kegiatan Kuliah
Kerja Nyata (KKN) tahun 2018 di Desa Karang Agung, Kecamatan Semaka,
Kabupaten Tanggamus, Lampung. Tahun 2018 penulis telah melakukan kegiatan
Praktik Umum (PU) di KPH Pekalongan Barat Perum Perhutani Divisi Regional
Jawa Tengah pada tahun 2018.
Ku persembahkan karya kecil ini untuk kedua orang tua ku,Ayahanda Sabnu Ali dan Ibunda Ernawati tercinta
ii
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efisiensi Pemasaran Kopi
Robusta (Coffea Robusta) Sebagai Produk Agroforestri di Pekon Air Kubang,
Kecamatan Air Naningan, Kabupaten Tanggamus” sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana kehutanan pada Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung. Tidak lupa shalawat beserta salam selalu tercurah kepada
Nabi Muhammad SAW beserta para sahabatnya hingga ke akhir zaman.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi. Ucapan terima
kasih penulis sampaikan kepada beberapa pihak sebagai berikut :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si. selaku Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
3. Bapak Hari Kaskoyo, S.Hut., M.P., Ph.D. selaku dosen pembimbing pertama
atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, motivasi, kritik, dan saran
dalam proses penyelesaian skripsi ini.
iii
4. Ibu Susni Herwanti, S.Hut., M.Si. selaku dosen pembimbing kedua atas
kesediaannya memberikan bimbingan, motivasi, kritik, dan saran dalam
proses penyelesaian skripsi ini.
5. Ibu Rommy Qurniati, S.P., M.Si. selaku dosen penguji atas arahan, saran dan
kritik yang telah diberikan sampai selesainya penulisan skripsi ini.
6. Bapak Drs. Afif Bintoro, M.P. selaku Pembimbing Akademik.
7. Segenap dosen Jurusan Kehutanan yang telah memberikan ilmu pengetahuan
bidang kehutanan selama penulis menuntut ilmu di Universitas Lampung.
8. Bapak Dewan, selaku Kepala Desa yang telah memberikan izin untuk
melakukan penelitian di Desa Air Kubang.
9. Orang tua penulis yaitu Ayahanda Sabnu Alie dan Ibunda Ernawati yang
selalu memberikan doa, semangat, kasih sayang serta dukungan moril maupun
materil hingga penulis dapat meniti langkah sejauh ini.
10. Saudara penulis yaitu M. Saera Pahlawan, Achmad Febrian, dan Amira Ersa
Putri yang selalu memberikan kasih sayang dan semangat kepada penulis.
11. Teman-teman seperjuangan angkatan 2015 (TW15TER), serta seluruh
keluarga besar Himasylva semoga kebersamaan, kekeluargaan, dan tali
silaturrahim dapat terus terjalin dengan baik.
12. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian penelitian dan penyusunan skripsi.
Bandar Lampung, 12 Mei 2019
Annisa Marchantia Pratiwi
iv
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR TABEL .................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ vii
I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang dan Masalah ........................................................... 11.2 Tujuan Penelitian ............................................................................. 41.3 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 6
2.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................ 62.1.1 Letak dan Batas Pekon .......................................................... 62.1.2 Klimatologi............................................................................. 62.1.3 Koperasi Tirto Kencono ......................................................... 7
2.2 Agroforestri ...................................................................................... 82.3 Kopi Robusta ................................................................................... 92.4 Pemasaran......................................................................................... 11
III. METODE PENELITIAN ................................................................. 15
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................ 153.2 Objek dan Alat Penelitian................................................................. 153.3 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ................................................... 16
3.3.1 Data Primer ............................................................................ 163.3.2 Data Sekunder ....................................................................... 17
3.4 Metode Pengambilan Sampel. .......................................................... 173.5 Metode Analisis Data ...................................................................... 18
3.5.1 Struktur dan Perilaku Pasar .................................................... 18a. Analisis Saluran Pemasaran ............................................... 18b. Analisis Struktur Pasar....................................................... 18c. Analisis Perilaku Pasar....................................................... 19
3.5.2 Keragaan Pasar ....................................................................... 19a. Margin Pemasaran.............................................................. 19b. Share harga ........................................................................ 20
v
Halamanc. Ratio Profit Margin............................................................ 20d. Efisiensi Pemasaran ........................................................... 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 22
4.1 Agroforestri di Pekon Air Kubang................................................ 224.2 Karakteristik Responden ............................................................... 234.3 Saluran Pemasaran ........................................................................ 284.4 Struktur Pasar................................................................................ 334.5 Perilaku Pasar................................................................................ 354.6 Keragaan Pasar.............................................................................. 37
V. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 45
5.1 Simpulan ....................................................................................... 455.2 Saran ............................................................................................. 46
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 47
LAMPIRAN .............................................................................................. 55Gambar 5-15 ............................................................................................... 56Kuesioner penelitian ................................................................................... 62
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman1. Tingkat pendidikan responden petani di Pekon Air Kubang ...... 25
2. Luas lahan responden di Pekon Air Kubang............................... 26
3. Kelompok tani di Pekon Air Kubang.......................................... 27
4. Keragaan pasar kopi robusta ...................................................... 37
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman1. Bagan alir kerangka pemikiran penelitian .................................. 5
2. Peta lokasi penelitian ................................................................. 16
3. Grafik umur responden petani di Pekon Air Kubang ................. 24
4. Saluran pemasaran kopi robusta di Pekon Air Kubang ............. 29
5. Lahan agroforestri kopi robusta di Pekon Air Kubang .............. 56
6. Kegiatan wawancara dengan petani kopi robusta ....................... 56
7. Observasi pada biji kopi robusta yang sedang dijemur .............. 57
8. Kegiatan wawancara dengan ketua koperasi Tirto Kencono ...... 57
9. Produk kopi robusta T20 yang telah dikemas............................. 58
10. Kegiatan wawancara dengan pedagang pengumpul ................... 58
11. Kegiatan wawancara dengan pedagang besar ............................. 59
12. Kegiatan wawancara dengan pedagang pengecer ....................... 59
13. Produk kopi robusta yang ada di tingkat pengecer ..................... 60
14. Kegiatan roasting kopi robusta di tingkat pengecer ................... 60
15. Foto alat pengemasan kopi robusta............................................. 61
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Agroforestri merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah terhadap
kebutuhan sumberdaya hutan karena dapat meningkatkan kesejahteraan dan
kelestarian lingkungan (Febryano, 2008; Widyaningsih dan Diniyati, 2010).
Agroforestri merupakan salah satu bentuk penggunaan lahan yang digunakan
dengan perpaduan tanaman kayu dan tanaman pertanian semusim (Olivi dkk,
2015).
Sistem agroforestri bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan kayu, meningkatkan
pendapatan masyarakat, dan produktivitas lahan milik masyarakat (Pratama dkk,
2015). Sistem ini dipilih oleh petani agar memberikan pendapatan mingguan,
bulanan, dan tahunan (Hudiyani dkk, 2017). Salah satu jenis komoditas yang
biasanya ditanam pada sistem agroforestri adalah kopi. Agroforestri kopi mampu
menyediakan layanan ekosistem yang hampir sama dengan hutan dan pada saat
yang sama dapat memenuhi kepentingan sosial dan ekonomi (Taugourdeau dkk,
2014).
Kopi berperan penting dalam ekonomi dunia sebagai salah satu komoditas yang
memasuki perdagangan internasional, setelah gas dan minyak bumi (Ashoka dkk,
2017). Indonesia merupakan produsen terbesar pengekspor kopi di dunia setelah
2Brazil, Vietnam dan Kolombia (Zakaria dkk, 2017). Setiap tahun konsumsi kopi
Indonesia cenderung meningkat, karena masyarakat Indonesia menjadikan
minuman kopi sebagai kebiasaan atau tradisi dalam perubahan gaya hidup
sehingga kopi dapat dinikmati oleh lapisan masyarakat dari berbagai latar
belakang (Sari dkk, 2017).
Salah satu Provinsi penghasil kopi di Indonesia adalah Lampung. Lampung
merupakan salah satu daerah penghasil kopi robusta. Berdasarkan informasi dari
BPS (2017), produksi biji kopi di Lampung sebesar 115. 479 ton. Kabupaten
Tanggamus merupakan kabupaten kedua terbesar penghasil kopi setelah
Kabupaten Lampung Barat. Kabupaten Tanggamus memiliki produksi tanaman
kopi robusta sebesar 31.346 ton, dengan luas areal 41.416 hektar. Tanggamus
memiliki 20 kecamatan penghasil kopi, salah satunya adalah Kecamatan Air
Naningan, Pekon Air Kubang.
Petani di Pekon Air Kubang menerapkan sistem agroforestri yang didominasi kopi
robusta dan biasanya dipanen pada Bulan Mei hingga Bulan Agustus setiap tahun.
Luas lahan agroforestri yang dimiliki petani kopi di Kabupaten Tanggamus rata-
rata antara 0,5- 1,5 ha (Kustyawati dkk, 2017). Petani kopi memiliki lapangan
pekerjaan yang sumber pendapatannya diperoleh dari pengelolaan hingga
pemasaran hasil agroforestri berupa biji kopi (Syahruni dkk, 2015).
Proses pengolahan biji kopi di daerah Tanggamus diolah dengan cara kering.
Buah kopi hasil pemetikan langsung dijemur, kemudian dikupas kulit luarnya, lalu
dijual ke pengumpul atau ke pembuat kopi bubuk (Setyani dkk, 2018). Salah satu
3aspek pemasaran yang perlu diperhatikan dalam upaya meningkatkan arus barang
dari produsen ke konsumen adalah efisiensi pemasaran.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penyederhanaan saluran pemasaran dan
pembentukan badan-badan usaha berupa koperasi dapat meningkatkan efisiensi
pemasaran karena semakin sedikit jumlah lembaga pemasaran yang terlibat, maka
akan semakin tinggi nilai efisiensi pemasaran (Nurhidayana dkk, 2012; Caesara
dkk, 2017; Lestari dkk, 2017 ). Selain itu pemasaran akan efisien apabila dapat
memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan biaya yang dikeluarkan
serta memiliki penyebaran nilai ratio profit margin (RPM) yang relatif merata dan
nilai margin pemasaran yang semakin kecil (Nurhidayana dkk, 2012; Ali dkk,
2017).
Penelitian tentang efisiensi pemasaran kopi diharapkan mampu memberikan
informasi kepada lembaga yang terlibat dalam pemasaran untuk mengetahui
pemasaran yang efisien agar dapat meningkatkan pendapatan petani di Pekon Air
Kubang. Hal yang melatarbelakangi penelitian ini dilakukan karena belum
adanya penelitian tentang efisiensi pemasaran kopi di Pekon Air Kubang, petani
kurang informasi tentang harga pasaran kopi nasional, sehingga beberapa petani
hanya menjual biji kopi yang sudah dikeringkan ke para tengkulak yang ada di
Pekon Air kubang. Masalah dari penelitian ini adalah bagaimana saluran
pemasaran biji kopi robusta di Pekon Air Kubang, Kecamatan Air Naningan,
Kabupaten Tanggamus dan bagaimana efisiensi pemasaran pada pemasaran biji
4kopi robusta di Pekon Air Kubang, Kecamatan Air Naningan, Kabupaten
Tanggamus.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
1. Menganalisis saluran pemasaran kopi robusta di Pekon Air Kubang,
Kecamatan Air Naningan, Kabupaten Tanggamus.
2. Menganalisis efisiensi pemasaran pada pemasaran kopi robusta di Pekon Air
Kubang, Kecamatan Air Naningan, Kabupaten Tanggamus.
1.3 Kerangka Pemikiran
Petani di Pekon Air Kubang memanfaatkan lahannya dengan sistem agroforestri.
Salah satu komoditi agroforestri di Pekon Air Kubang adalah kopi robusta.
Sistem pemasaran kopi oleh petani dilakukan dengan efisien untuk
menguntungkan petani dan konsumen. Pemasaran yang efisien dapat dilihat dari
struktur, perilaku, dan keragaan pasarnya. Struktur dan perilaku pasar dianalisis
dengan analisis saluran pemasaran, analisis struktur pasar, dan analisis perilaku
pasar, sedangkan keragaan pasar dianalisis melalui analisis margin pemasaran.
Kinerja pasar ditentukan oleh interaksi antara struktur dan perilaku pasar.
Struktur pasar yang terbentuk akan berpengaruh pada perilaku pasar yaitu
terhadap penjualan dan pembelian oleh lembaga pemasaran, penentuan dan
pembentukan harga, dan kerjasama antar lembaga pemasaran. Pengaruh struktur
5pasar dan perilaku pasar yang berhubungan dengan harga, biaya, dan volume
pasar merupakan keragaan pasar.
Penelitian ini diharapkan memberikan informasi besarnya biaya dan keuntungan
dalam pemasaran biji kopi robusta sehingga diketahui saluran apa yang efisien
dalam pemasaran kopi robusta serta diharapkan meningkatkan pendapatan
lembaga yang terlibat dalam pemasaran kopi robusta. Kerangka penelitian ini
dapat dilihat pada Gambar 1.
Efisien
EfisienTidak efisien
Gambar 1. Bagan alir kerangka pemikiran penelitian.
Pemanfaatan lahan hutan yang dilakukandengan sistem Agroforestri
Kopi Robusta
Sistem Pemasaran Kopi Robusta
Struktur dan Perilaku Pasar
Analisis Saluran PemasaranAnalisis Struktur PasarAnalisis Perilaku Pasar
Keragaan Pasar
Analisis Margin PemasaranAnalisis Margin KeuntunganAnalisis Ratio Profit Margin
Efisiensi PemasaranKopi Robusta
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gambar Umum Lokasi Penelitian
2.1.1 Letak dan Batas Pekon
Pekon Air Kubang merupakan salah satu pekon dari 10 pekon di wilayah
Kecamatan Air Naningan, yang terletak 1 km dari pusat Kecamatan Air Naningan,
37 km dari pusat Pemerintahan Kabupaten dan 73 km dari pusat pemerintahan
provinsi. Pekon Air Kubang mempunyai luas wilayah sekitar 1.600 ha dan
dataran berbukit dengan ketinggian rata-rata 270 m di atas permukaan laut.
Secara administratif wilayah Pekon Air Kubang dibatasi oleh :
Sebelah Utara : Air Naningan
Sebelah Selatan : Karangsari
Sebelah Barat : Air Naningan dan Margo Mulyo
Sebelah Timur : Sinar Sekampung
2.1.2 Klimatologi
Iklim di wilayah Pekon Air Kubang sama sebagaimana di wilayah Indonesia yang
mempunyai iklim kemarau dan penghujan, hal tersebut mempunyai pengaruh
langsung terhadap pola tanam yang ada di Pekon Air Kubang.
72.1.3 Koperasi Tirto Kencono
Koperasi Tirto Kencono adalah sebuah organisasi yang bergerak pada bidang
pertanian dibentuk pada tahun 2014 atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan
kondisi lingkungan sosial, ekonomi dan sumberdaya, serta keakraban untuk
meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Koperasi ini berdiri
berdasarkan hasil kesepakatan 4 lembaga kelompok tani di 4 desa lingkar
Kecamatan Air Naningan yaitu kelompok tani Tunas Karya II, kelompok tani
Tirto Kencono, Kelompok tani Sejahtera, dan Kelompok tani Suka Karya.
Dalam perjalanannya untuk mengembangkan kegiatan dalam kelompok yang
hingga saat ini dalam catatan buku keanggotaan mempunyai anggota sebanyak 32
orang ini telah melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Pertemuan rutin setiap bulan
2. Pengembangan usaha peternakan dimasing-masing anggota kelompok
3. Penerapan teknologi pertanian dan terlibat aktif dalam program-program yang
dirahkan oleh pemerintah.
4. Pengembangan kegiatan produksi hasil pertanian.
Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan atas dasar prinsip-prinsip kebebasan,
keterbukaan, partisipatif, keswadayaan, kesetaraan, dan kemitraan, dengan
harapan Kelompok tani Tirto Kencono ini dapat meningkatkan kemampuan
anggota dalam mengembangkan agribisnis.
82.2 Agroforestri
Sistem budidaya pada suatu lahan yang dilakukan dengan mengkombinasikan
tanaman pertanian maupun dengan pola tanaman campuran pepohonan/kayuan
melalui sistem agroforestri (Sabilla dkk, 2017). Agroforestri adalah sistem dan
teknologi penggunaan lahan, di mana tanaman berkayu ditanam secara sengaja
pada unit manajemen lahan yang sama dengan tanaman pertanian dan/atau ternak
(Zainuddin dan Irma, 2018). Pola agroforestri diharapkan mampu meningkatkan
fungsi hutan secara ekonomi, ekologi, dan sosial serta memperbaiki produktivitas
lahan agar meningkatkan pendapatan masyarakat (Sari dkk, 2018). Agroforestri
penting, karena secara ekologi dapat mendukung lingkungan seperti menahan
erosi, mengurangi bahaya banjir, perbaikan tata air, dan penyerapan karbon
(Aminah dkk, 2013).
Agroforestri berbasis kopi dikelompokkan ke dalam dua sistem, yaitu sistem
agroforestri multistrata dan agroforestri sederhana. Kopi multistrata atau
kompleks yaitu tanaman kopi yang ditanam dengan menggunakan lebih dari lima
jenis tanaman penaung sedangkan pada agroforestri sederhana menggunakan
kurang dari lima jenis tanaman penaung. Basal area (luas lahan yang ditutupi
tanaman) pada kedua sistem agroforestri tersebut kurang dari 80% (Supriadi dan
Pranowo, 2015).
Penerapan sistem agroforestri pada tanaman kopi yang dicirikan oleh banyaknya
pohon penaung memberi beberapa manfaat, yaitu dapat meningkatkan keragaman
hayati, mengkonservasi kesuburan tanah, dan meningkatkan kesehatan tanaman
(Maharani dkk, 2013). Strata tajuk lengkap yang terbentuk dari pola agroforestri
9memberikan manfaat ekonomi dan ekologis yang penting bagi petani dengan
adanya pendapatan bagi petani dan mencegah terjadi banjir sebagai solusi dalam
kebutuhan lahan terkait faktor produksi sekaligus pemulihan hutan terutama
fungsi life support system (Winarni dkk, 2016).
Kopi yang ditanam dengan sistem agroforestri memberikan berbagai keunggulan
dibandingkan dengan kopi yang ditanam secara monokultur. Salah satunya yaitu
peyerapan air pada agroforestri berbasis kopi lebih tinggi dibandingkan kopi
monokultur, sehingga ketersediaan air pada agroforestri berbasis kopi lebih besar,
terutama pada kedalam tanah 100 – 200 cm (Cannavo dkk, 2011). Selain itu
dengan sistem agroforestri mampu menahan serangan hama dan penyakit. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian Swibawa dkk (2010), menunjukkan bahwa sistem
agroforestri berbasis kopi dengan tingkat naungan di atas 40% dapat menurunkan
kelimpahan nematoda parasit.
Sistem agroforestri juga dapat menambah cadangan karbon. Cadangan karbon
untuk beberapa wilayah di Indonesia, pada agroforestri multistrata berbasis kopi
rata-rata adalah 43 ton C/ha, agroforestri sederhana (naungan tunggal) berbasis
kopi lahan milik petani dan kebun percobaan masing-masing adalah 23 dan 38 ton
C/ha. Sedangkan pada lahan kopi monokultur cadangan karbonnya rata-rata
hanya 13 ton C/ha (Cannavo dkk, 2011).
2.2 Kopi robusta
Kopi adalah suatu jenis tanaman tropis yang dapat tumbuh dimana saja, terkecuali
pada tempat-tempat yang terlalu tinggi dengan temperatur yang sangat rendah
10atau daerah-daerah tandus yang memang tidak cocok bagi kehidupan tanaman
(Abimanyu dkk, 2018). Kopi memiliki syarat tumbuh ketinggian 400-800 mdpl,
rata-rata temperatur harian 210-240, untuk curah hujan rata-rata membutuhkan
2000-3000 mm/tahun dan pH atau keasaman 5,5-6,5 (Lestari dkk, 2017).
Tanaman kopi membutuhkan pohon naungan untuk menghasilkan biji kopi yang
berkualitas. Biji kopi yang berkualitas dihasilkan dari proses penanaman,
kemudian dilakukan penjarangan dan pemangkasan pada pohon naungan, untuk
mendapatkan kondisi cahaya dan kelembaban yang sesuai (Guillemot dkk, 2018).
Teknologi pengolahan kopi pertama kali ditemukan di wilayah timur laut
Ethiopia, dan pembudidayaan pertama kali di wilayah selatan Arabia sementara
pertama kali menjadi minuman pada pertengahan abad ke 15 di Yaman (Sualeh
dan Mekonnen, 2013). Perbedaan kopi Robusta dengan kopi lainnya adalah
terletak pada rasa, kondisi dimana spesies itu tumbuh, dan perbedaan ekonomis
yaitu perbedaan harga dimana harga (Puspaningrum dan Agustina, 2016).
Kopi dihasilkan oleh lebih dari 70 negara sedang berkembang dimana 45 negara
diantaranya memasok 97% produksi kopi dunia. Kopi merupakan sumber
pendapatan petani di Lampung dengan nilai ekonomi cukup tinggi. Kopi yang
dihasilkan petani pada umumnya memiliki mutu yang rendah. Hal ini disebabkan
buah kopi yang dipanen bukan hanya yang sudah merah, tetapi juga yang masih
hijau karena rawan pencurian (Listyati dkk, 2017).
Proses pengolahan kopi terdiri dari proses natural, honey, dan semi wash. Proses
pengolahan kopi tersebut memerlukan lahan yang luas untuk proses pengeringan
serta sinar matahari yang cukup karena masih memanfaatkan sinar matahari
11secara langsung (Kartika dkk, 2018). Mesin giling, mesin pengupas, mesin
roasting, dan mesin press adalah alat-alat yang digunakan para pelaku
agroindustri dalam upaya memaksimalkan pendapatan yang dihasilkan pada
agroindustri kopi (Pahlevi dkk, 2014). Penggunaan teknologi dalam usahatani
dibutuhkan petani untuk meningkatkan produktivitas lahan, peningkatan efisiensi
usaha, serta meningkatkan pendapatan petani (Ginting dkk, 2018).
2.3 Pemasaran
Kegiatan usaha/bisnis untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen
melalui pendistribusian suatu produk dari produsen kepada konsumen akhir
disebut pemasaran (Balakrishnan dan Chandran, 2018). Sistem pemasaran biji
kopi robusta yang baik akan mengalirkan barang atau jasa dari produsen ke
konsumen dan memberi indikasi tentang perubahan penawaran dan permintaan
biji kopi robusta kepada produsen (Desiana dkk, 2017).
Harga merupakan faktor pendorong petani untuk melakukan pekerjaannya dan
salah satu indikator dalam tingkat efisiensi dari rantai pemasaran (Juliviani dkk,
2017). Rantai pemasaran yang panjang pada komoditas kopi menyebabkan petani
sangat tergantung pada pedagang besar akibatnya petani tidak dapat lagi sebagai
penentu harga (Marlina dkk, 2017).
Faktor karakteristik tingkat pasar dalam pemasaran kopi dipengaruhi oleh ukuran
usahatani, variasi kopi, saluran pemasaran, pengalaman perdagangan,
keanggotaan asosiasi, kepuasan harga dan metode penjualan (Akinpelu dkk,
2018). Strategi pemasaran yang dilakukan yaitu (1) Melakukan lebih banyak
12kegiatan promosi, didukung oleh kualitas produk yang baik dan sarana prasarana
yang memadai; (2) Memperluas jaringan pemasaran kopi; dan (3) Meningkatkan
jumlah tenaga pemasaran agar mampu memanfaatkan peluang pertumbuhan
ekonomi (Dewi dkk, 2016).
Margin pemasaran adalah selisih harga dari dua tingkat rantai pemasaran atau
selisih harga yang dibayarkan ditingkat pengecer dengan harga yang diterima oleh
produsen (petani) (Hasyim, 2012). Saluran pemasaran adalah lembaga yang
digunakan untuk menyampaikan komoditas kopi dengan menyelenggarakan
kegiatan pembelian, pengangkutan, penyimpanan, dan penjualan dari petani kopi
ke konsumen akhir (Lestari dkk, 2017). Semakin panjang saluran pemasaran,
semakin besar marginnya, sehingga harga di tingkat konsumen akan lebih mahal
(Jumiati dkk, 2013). Faktor yang menentukan panjang pendeknya saluran
pemasaran antara lain yaitu jarak antara produsen ke konsumen, makin jauh maka
makin panjang saluran pemasarannya. Struktur pasar yang terbentuk monopoli
biasanya saluran tataniaganya lebih pendek dibanding struktur pasar yang lain
(Kholik dkk, 2018).
Hasyim (2012) mengemukakan bahwa pengukuran efisiensi pemasaran dapat
dilakukan melalui organisasi pasar yang secara umum dapat dikelompokkan ke
dalam tiga komponen sebagai berikut:
a. Struktur pasar (market structure) adalah organisasi dari suatu pasar, yang
menentukan hubungan antara pembeli dan penjual, yang masuk dalam pasar.
13b. Perilaku pasar (market conduct) adalah pola tingkah laku dari lembaga
tataniaga dalam hubungannya dengan sistem pembentukan harga dan praktik,
melakukan pembelian dan penjualan, secara horizontal maupun vertikal.
c. Keragaan pasar (market performance) adalah sampai sejauh mana pengaruh riil
struktur dan perilaku pasar yang berkaitan dengan harga, biaya, dan volume
produksi.
Keragaan pasar dapat ditentukan oleh struktur pasar dan perilaku pasar yang
diukur melalui peubah harga, biaya, margin tataniaga dan jumlah komoditas yang
diperdagangkan. Perilaku pasar dapat diketahui dengan melakukan pengamatan
terhadap perilaku lembaga pemasaran, yaitu praktik pembelian dan penjualan,
proses penentuan dan pembentukan harga, pembayaran serta kerjasama diantara
berbagai lembaga pemasaran (Ali dkk, 2017).
Petani menjual biji kopi ke pedagang lokal, selanjutnya pedagang lokal menjual
ke agen untuk penggilingan kopi besar dan eksportir setelah diolah lalu
menjualnya ke pengecer, terutama supermarket, sebelum akhirnya mencapai
konsumen (Amamo, 2014). Untuk mengetahui saluran mana yang dianggap
paling efisien dapat diketahui dengan cara menghitung jumlah penjualan atau
pembelian barang pada setiap masing - masing saluran (Nurhidayana dkk, 2012).
Efisiensi pemasaran yang baik dapat berdampak positif bagi keberlanjutan
produksi kopi kedepannya.
Efisiensi pemasaran adalah kemampuan lembaga-lembaga pemasaran untuk dapat
menyampaikan suatu produk dari produsen ke konsumen secara adil dengan
memberikan kepuasan pada semua pihak yang terlibat untuk suatu produk yang
14sama (Irianto dan Widiyanti, 2013). Suatu sistem pemasaran dikatakan efisien,
jika:
1. Menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya
serendah-rendahnya.
2. Mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga
yang dibayar oleh konsumen akhir kepada semua pihak yang ikut serta
di dalam kegiatan produksi dan pemasaran barang tersebut (Daniel,
2001).
15
III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2018 di Pekon Air Kubang,
Kecamatan Air Naningan, Kabupaten Tanggamus. Lokasi dipilih secara sengaja
(purposive) dengan pertimbangan bahwa Pekon Air Kubang merupakan salah satu
daerah penghasil kopi yang menerapkan sistem agroforestri. Peta lokasi
penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
3.2 Objek dan Alat Penelitian
Objek penelitian ini adalah petani kopi di Pekon Air Kubang yang memanfaatkan
lahan agroforestri dan lembaga pemasaran (pedagang) yang terlibat dalam
memasarkan kopi dari Pekon Air Kubang. Alat yang akan digunakan dalam
penelitian adalah kuesioner, kamera, laptop, alat hitung dan alat tulis.
16
Gambar 2. Peta lokasi penelitian.
3.3 Jenis dan Cara Pengumpulan Data
3.3.1 Data Primer
Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden (lembaga
pemasaran kopi) di lokasi penelitian dengan menggunakan kuisioner, observasi
langsung dan studi dokumentasi. Jenis data primer meliputi: identitas petani
seperti nama, umur, jenis kelamin, harga beli kopi, harga jual kopi, biaya-biaya
yang dikeluarkan untuk pemasaran kopi (biaya tenaga dan biaya transportasi),
risiko pemasaran, jumlah pembelian dan penjual yang terlibat pada tingkat
17lembaga pemasaran, sistem penjualan petani pada lembaga pemasaran, segmentasi
pasar, alat-alat yang digunakan dalam produksi kopi, sistem penentuan harga pada
lembaga pemasaran dan sistem pembayaran yang digunakan oleh pedagang dan
petani serta saluran pemasaran.
3.3.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang telah tersedia dalam bentuk catatan tertulis, peta
dan dokumentasi lainnya. Data sekunder dihimpun melalui penelusuran literatur
dan studi pustaka. Data yang digunakan yaitu data BPS Kabupaten Tanggamus,
data jumlah penduduk Pekon Air Kubang dan data jumlah petani kopi.
3.4 Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel petani dilakukan secara acak sederhana dan menggunakan
Formula Slovin, sehingga didapatkan jumlah sampel pada penelitian sebagai
berikut:= ( ) = ( ) = 55 Responden
Keterangan:
n = Jumlah sampelN = Jumlah petani kopi Pekon Air Kubang adalah 119 respondene = Batas error 10%1 = Bilangan konstan
Penarikan sampel lembaga pemasaran dilakukan secara snowball sampling
(Nurdiani, 2014). Teknik snowball sampling digunakan dalam menentukan
sampel yang dalam hal ini diawali dari sampel petani kopi, kemudian sampel
18tersebut mencari atau menunjukkan sampel lainnya berupa lembaga pemasaran 1,
lembaga pemasaran 2 dan seterusnya sampai jumlah sampel tercapai (Hikmat,
2011). Selanjutnya peneliti melakukan wawancara kepada lembaga-lembaga
pemasaran yang terlibat didalam pemasaran kopi di Pekon Air Kubang.
3.5 Metode Analisis Data
Penelitian efisiensi pemasaran ini dengan melihat struktur dan prilaku pasar serta
keragaan pasar. Struktur dan prilaku pasar dianalisis melalui analisis saluran
pemasaran, analisis struktur pasar, dan analisis perilaku pasar. Keragaan pasar
dianalisis melalui analisis margin pemasaran.
3.5.1 Struktur dan Perilaku Pasar
a. Analisis Saluran Pemasaran
Analisis saluran pemasaran dilakukan secara deskriptif kualitatif terhadap para
pelaku atau lembaga yang terlibat dalam pemasaran kopi Pekon Air Kubang.
Menurut Hasyim (2012), saluran pemasaran adalah aliran barang dari produsen ke
konsumen melalui lembaga pemasaran. Lembaga pemasaran dapat terdiri dari
tengkulak, pedagang besar, dan pengecer (Putri dkk, 2014).
b. Analisis Struktur Pasar
Analisis struktur pasar dilakukan secara deskriptif kualitatif. Struktur pasar dalam
sistem pemasaran ini dapat dilihat dengan mengamati praktek penjualan dan
pembelian.
19c. Analisis Perilaku Pasar
Perilaku pasar kopi dianalisis dengan cara deskriptif kualitatif. Analisis
perilaku pasar dilakukan dengan mengamati praktek penjualan dan pembelian,
sistem penentuan dan penyebaran harga, kerjasama antara lembaga pemasaran
serta praktik-praktik lainnya.
3.5.2 Analisis Keragaan Pasar
Analisis keragaan pasar dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan
perhitungan margin pemasaran dan penyebarannya, pengaruh struktur pasar dan
perilaku pasar, harga ditiap lembaga pemasaran, dan biaya pemasaran.
Analisis margin pemasaran ini dapat dijadikan indikator efisiensi pemasaran
dengan membandingkan RPM, share (keuntungan) petani, profit margin, dan
efisiensi pemasaran antar lembaga pemasaran dan saluran pemasaran.
a. Margin pemasaran
Margin pemasaran yaitu untuk mengetahui jumlah uang yang diterima petani kopi
dengan harga yang dibayarkan konsumen. Untuk menghitung margin pemasaran
dan margin keuntungan dapat dihitung dengan rumus (Hasyim, 2012):
MP = Pr - Pfi = Mp – bti
Keterangan :
MP = Margin pemsaran di tingkat lembaga pemasaranPr = Harga jual pada setiap tingkat lembaga pemasaranPf = Harga beli pada setiap tingkat lembaga pemasarani = Keuntungan pada setiap lembaga pemasaranbt i = Biaya pemasaran pada setiap lembaga pemasaran
20Semakin kecil nilai margin pemasaran, maka semakin efisien suatu pemasaran.
Pemasaran dapat dikatakan efisien apabila nilai harga yang diterima petani atau
lebih besar dari pada margin pemasaran keseluruhan serta semakin sedikit
lembaga pemasaran yang terlibat akan semakin efisien (Hasyim, 2012).
b. Share Harga
Share harga yaitu persentase harga yang diterima petani dari harga yang diterima
konsumen. Share dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
(Hasyim, 2012) : = x 100 %
Dimana:
Sp = Bagian (share) yang diterima petani (%)Pf = Harga ditingkat petani (Rp)Pr = Harga di tingkat konsumen akhir atau harga di tingkat pengecer (Rp)
c. Ratio Profit Margin (RPM)
Penyebaran margin pemasaran dapat dilihat berdasarkan persentase keuntungan
terhadap biaya pemasaran atau RPM pada masing masing lembaga pemasaran,
yang dirumuskan sebagai berikut (Hasyim, 2012) :
=Keterangan:
RPM = Total biaya keuntunganbti = biaya pemasaran lembaga pemasaran tingkat ke-ii = keuntungan lembaga pemasaran tingkat ke-i
21d. Efisiensi Pemasaran
Efisiensi pemasaran Menurut Rasuli dkk (2007), yang dimodifikasi sesuai dengan
kebutuhan penelitian untuk mengetahui efisiensi pemasaran pada setiap lembaga
pemasaran yang terlibat digunakan rumus:
EP =Keterangan :
Jika EP > 1 berarti tidak efisienJika EP < 1 berarti efisien
45
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Simpulan dari penelitian ini adalah:
1. Lembaga pemasaran kopi robusta yang terdapat di Pekon Air Kubang meliputi
petani, pedagang pengumpul, pedagang besar, pengecer, dan koperasi.
Lembaga-lembaga tersebut membentuk tiga saluran pemasaran, yaitu: (1)
petani ke pedagang pengumpul, lalu pedagang besar dan pengecer, (2) petani
ke koperasi, lalu pengecer, dan (3) petani ke koperasi. Sebagian besar petani
memilih saluran pemasaran yang pertama, walaupun saluran pemasaran ketiga
adalah yang paling efisien. Hal ini disebabkan karena jarak yang lebih dekat
ke pedagang pengumpul, adanya pemberian pinjaman uang yang diberikan
kepada petani oleh pedagang pengumpul, serta tidak adanya perlakuan khusus
terhadap kopi yang dijual. Harga kopi ditentukan oleh pedagang besar karena
struktur pasarnya merupakan oligopsoni.
2. Efisiensi pemasaran kopi di Pekon Air Kubang belum efisien karena margin
pemasaran yang belum merata dan cukup tinggi, share harga yang diterima
petani masih relatif rendah, serta margin keuntungan dan biaya pada petani
masih rendah.
465.2 Saran
Saran dari penelitian ini adalah :
Sebaiknya para petani yang termasuk anggota koperasi diberikan penyuluhan agar
petani mau membayar iuran secara rutin agar koperasi memiliki modal yang
cukup sehingga koperasi dapat menjalankan keberlanjutan usahanya.
47
41
DAFTAR PUSTAKA
48
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, W., Hadi, S. dan Ridho, A. A. 2018. Studi komparatif usahaperkebunan kopi robusta dan kopi arabika di kecamatan panti kabupatenjember. Jurnal Agribest. 2(1): 14-23.
Akinpelu, A. 0., Okunade, A. F. dan Oluyole, K. A. 2018. Market levelcharacteristic factors influencing smallholder coffee marketers in kogi state,nigeria. Journal Research in Science and Technology. 1(2): 28-35.
Ali, M. F., Situmorang, S. dan Murniati, K. 2017. Analisis efisiensi pemasarankubis di kecamatan gisting kabupaten tanggamus. Jurnal Ilmu-IlmuAgribisnis. 5(3): 258-266.
Amamo, A. A. 2014. Coffee production and marketing in ethiopia. EuropeanJournal of Business and Management. 6(3): 109-121.
Aminah, L. N., Qurniati, R. dan Hidayat, W. 2013. Kontribusi hutan rakyatterhadap pendapatan petani di desa buana sakti kecamatan batangharikabupaten lampung timur. Jurnal Sylva Lestari. 1(1): 47-54.
Anggraini, N., Hasyim, A. I. dan Situmorang, S. 2013. Analisis efisiensipemasaran ubi kayu di provinsi lampung. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis. 1(1):80-86.
Ardiyani dan Erdiansyah. 2012. Sertifikasi Kopi Berkelanjutan di Indonesia.Buku. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Jember. 115 hlm.
Ashoka, N., Naik, B. K. dan Anupama, G. 2017. Study on export and retail pricebehavior of coffee seed in india: an econometric analysis. InternationalJournal of Current Microbiology and Applied Sciences. 6(9): 346-355.
Badan Pusat Statistik. 2017. Produksi Kopi di Tanggamus. Badan Pusat Statistik(online), diakses 6 April 2019. https://www.bps.go.id/subject/6/produksi-kopi.html.
Badan Pusat Statistik. 2018. Tenaga Kerja Usia Produktif. Badan Pusat Statistik(online), diakses 2 Mei 2019. https://www.bps.go.id/subject/6/tenaga-kerja.html.
49Baladina, N., Anindita, R. dan Ariani R. P. 2011. Analisis efisiensi pemasaran
durian di desa wonoagung, kecamatan kasembon, kabupaten malang. JurnalHabitat. 22(1): 1–11.
Balakrishnan, M. dan Chandran, K. 2018. An integration of major coffeeconsuming centres in india – an economic analysis. International Journal ofCurrent Microbiology and Applied Sciences. 7(3): 1090-1097.
Bugis, I. W., Marjuni, S. dan Nur, I. 2016. Analisis marjin pemasaran, efisiensipemasaran dan keuntungan pada tataniaga cengkeh kabupaten seram bagianbarat, provinsi maluku (studi kasus di desa luhu). Jurnal Riset. 2(2): 21-34.
Caesara, V., Baihaqi, A. dan Usman, M. 2017. Analisis pendapatan dan efisiensipemasaran biji kopi (green bean) arabika di kabupaten bener meriah. JurnalIlmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah. 2(1): 250-261.
Cannavo, P. J., Sansoulet, J. M., Harmand, P., Siles, E., Dreyer. and Vaast. 2011.Agroforestry associating coffee and inga densiflora results incomplementarity for water uptake and decreases deep drainage in costa rica.Journal Agriculture Ecosystems and Environment. 1(4): 1–13.
Daniel, E. 2001. Manajemen Agribisnis. Buku. Erlangga. Jakarta. 163 hlm.
Desiana, C., Rochdiani, D. dan Pardani, C. 2017. Analisis saluran pemasaran bijikopi robusta (studi kasus di desa kalijaya kecamatan banjarsari kabupatenciamis). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agroinfo Galuh. 4(2): 162-173.
Dewi, N. L., Suryawardani, I. O. dan Sarjana, I. D. 2016. Strategi pemasaran kopipada perusahaan kopi banyuatis. Jurnal Agribisnis dan Agrowisata. 5(1): 1-10.
Febryano, I.G. 2008. Analisis finansial agroforestri kakao di lahan hutan negaradan lahan milik. Jurnal Perennial. 4(1): 41-47.
Ginting, A., Nainggolan, H. L. dan Ginting, M. H. 2018. Analisis efesiensi danidentifikasi faktor sosial, ekonomi dan teknis yang mempengaruhi konversiusahatani jeruk ke usahatani kopi di kecamatan barus jahe kabupaten karo.Jurnal Agrifo. 3(1): 17-29.
Guillemot, J., Maire, G. L., Munishamappa, M., Charbonnier, F. and Vaast, P.2018. Native coffee agroforestry in the western ghats of india maintainshigher carbon storage and tree diversity compared to exotic agroforestry.Journal Agriculture, Ecosystems and Environment. 2(6): 461-469.
Harwati, W. M. I., Supardi, S. dan Hastuti, D. 2015. Faktor yang mempengaruhipendapatan petani jagung (zea mays l.) (studi kasus di desa sidodadi, kec.patean kab. kendal). Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian. 11(2): 77–86.
50Hasyim, A.I. 2012. Pengantar Tataniaga Pertanian. Buku. Fakultas
Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 253 hlm.
Herlina, N., Karyaningsih, I. dan Rianto, M. A. 2016. Prospek kontribusi hutanrakyat terhadap pendapatan asli daerah kabupaten kuningan (studi kasus dikawasan hutan rakyat bekas lahan kritis desa karangsari kecamatan darmakabupaten kuningan). Jurnal Wanaraksa. 10(1): 16-24.
Hernanto, F. 1990. Ilmu Usahatani. Buku. Penebar Swadaya. Jakarta. 185 hlm.
Hikmat, D. dan Mahi, M. 2011. Metode Penelitian dalam Perspektif IlmuKomunikasi dan Sastra. Buku. Graha Ilmu. Yogyakarta. 220 hlm.
Hudiyani, I., Purnaningsih, N., Asngari, P. S. dan Hardjanto. 2017. Persepsi petaniterhadap hutan rakyat pola agroforestri di kabupaten wonogiri, provinsijawa tengah. Jurnal Penyuluhan. 13(1): 64-78.
Irianto, H. dan Widiyanti, E. 2013. Analisis value chain dan efisiensi pemasaranagribisnis jamur kuping di kabupaten karanganyar. Jurnal Sosial EkonomiPertanian Agribisnis. 9(2): 260–272.
Ismail, A.Y., Hendrayana, Y. dan Saputra, R. H. 2016. Inventarisasi danidentifikasi sebaran hutan rakyat di kabupaten majalengka. JurnalWanaraksa. 10(2): 31-40.
Juliaviani, N., Sahara. dan Winandi, R. 2017. Transmisi harga kopi arabika gayodi provinsi aceh. Jurnal Agribisnis Indonesia. 5(1): 39-56.
Jumiati, E., Darwanto, D. H., Hartono, S. dan Masyhuri. 2013. Analisis saluranpemasaran dan marjin pemasaran kelapa dalam di daerah perbatasankalimantan timur. Jurnal Agriculture and Forestry. 12(1): 1-10.
Kartika, Y. D., Rifin, A. dan Saptono, I. T. 2018. Strategi pengembangan usahapengolahan kopi arabika (studi kasus pt golden malabar). Jurnal AplikasiBisnis dan Manajemen. 4(2): 212-219.
Kaskoyo, H., Mohammed, A. J. dan Inoue, M. 2014. Present state of communityforestry (hutan kemasyarakatan/ hkm) program in forest and its challenges:case study in lampung province, indonesia. Journal of Forest Science.30(1): 15-29.
Kaskoyo, H., Mohammed, A. J. dan Inoue, M. 2017. Impact of community forestprogram inprotection forest on livelihood outcomes: a case study oflampung province, indonesia. Journal of Suistanable Forestry. 36(3): 250-263.
Kholik, N., Hasiholan, L. B. dan Fathoni, A. 2018. Analysis of marketingchannels on the contribution of farmer share of sweet potato products with
51the determination of value chain value in rural village bergas kidulkabupaten semarang. Journal of Management. 4(4): 1-9.
Kustyawati, M. E., Setyani, S., Sugiharto, R. dan Waluyo, S. 2017. Produksi kopibubuk terintegrasi untuk meningkatkan mutu pada kelompok serba usahasrikandi di kabupaten tanggamus. Jurnal Batoboh. 2(1): 45-56.
Lestari, O., Hasyim, A. I. dan Kasymir, E. 2017. Analisis usahatani dan efisiensipemasaran kopi (coffea sp) di kecamatan pulau panggung kabupatentanggamus. Jurnal Ilmu- Ilmu Agribisnis. 5(1): 1-8.
Listyati, D., Sudjarmoko, B., Hasibuan, A. M. dan Randriani, E. 2017. Analisisusaha tani dan rantai tata niaga kopi robusta di bengkulu. Jurnal TanamanIndustri dan Penyegar. 4(3): 145-154.
Maharani, J. S., Susilo, F. X., Swibawa, I. G. dan Prasetyo, J. 2013. Keterjadianpenyakit tersebab jamur pada hama penggerek buah kopi (pbko) dipertanaman kopi agroforestry. Jurnal Agrotek Tropika. 1(1): 86–91.
Maramba, U. 2018. Pengaruh karakteristik terhadap pendapatan petani jagung dikabupaten sumba timur (studi kasus: desa kiritana, kecamatan kambera,kabupaten sumba timur). Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis. 2(2):94-101.
Marlina, L., Dharmawan, A. H. dan Purnamadewi, Y. L. 2017. Peranan kopirakyat terhadap perekonomian wilayah kabupaten lampung barat. JurnalIlmu- Ilmu Agribisnis. 5(3): 292-303.
Maryoni, H. S. 2015. Identifikasi pengaruh luas lahan, biaya pemeliharaan, danjumlah keluarga terhadap pendapatan petani (studi kasus desa kepenuhanraya). Jurnal Sungkai. 3(2): 34–42.
Nurdiani, N. 2014. Teknik sampling snowball dalam penelitian lapangan. JurnalComtech. 5(2): 1110–1118.
Nurhidayana. Kuswardani, R. A. dan Siregar, M. A. 2012. Analisis efisiensipemasaran cabai merah di kabupaten batubara. Jurnal Agribisnis SumateraUtara. 5(1): 28-39.
Olivi, R., Qurniati, R. dan Firdasari. 2015. Kontribusi agroforestri terhadappendapatan petani di desa sukoharjo kecamatan sukoharjo kabupatenpringsewu. Jurnal Sylva Lestari. 3(2): 1-12.
Pahlevi, R., Zakaria, W. A. dan Kalsum, U. 2014. Analisis kelayakan usahaagroindustri kopi luwak di kecamatan balik bukit kabupaten lampung barat.Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis. 2(1): 48-55.
52Permadi, R. 2017. Analisis efisiensi pemasaran pisang kepok di kabupaten
seruyan. Journal Agricultural Scienties. 1(1): 120–128.
Popoko, S. 2013. Pengaruh biaya pemasaran terhadap tingkat pendapatan petanikopra di kecamatan tobelo selatan kabupaten halmehara utara. JurnalUniera. 2(2): 80-91.
Pratama, A. R., Yuwono, S. B. dan Hilmanto, R. 2015. Pengelolaan hutan rakyatoleh kelompok pemilik hutan rakyat di desa bandar dalam kecamatansidomulyo kabupaten lampung selatan. Jurnal Sylva Lestari. 3(2): 99-112.
Puspaningrum, D. dan Agustina, T. 2016. Prospek dan strategi pengembangankopi arabika specialty ketinggian sedang berbasis kawasan di kabupatenjember. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian. 9(3): 56-66.
Putri, A. D. dan Setiawina, N. D. 2013. Pengaruh umur, pendidikan, pekerjaanterhadap pendapatan rumah tangga miskin di desa bebandem. JurnalEkonomi Pembangunan Universitas Udayana. 2(4):173-180
Putri, Y. R., Siswanto, I. S. dan Wiludjeng, R. 2014. Farmer share dan efisiensisaluran pemasaran kacang hijau (vigna radiata l.) di kecamatan godongkabupaten grobogan. Jurnal Agri Wiralodra. 6(2): 28–35.
Qurniati, R. 2010. Buku Ajar Pemasaran Hasil Hutan. Buku. UniversitasLampung. Bandar Lampung. 115 hlm.
Rasuli, N., Samsul, M. A. dan Kartika, E. 2007. Analisis margin pemasaran teluritik di kelurahan borongloe, kecamatan bontomarannu, kabupaten gowa.Jurnal Agrisistem. 3(1): 34-43.
Sabilla, A., Kustanti, A. dan Hilmanto, R. 2017. Kontribusi hutan milik terhadapkesejahteraan petani di desa sukoharjo 1 kecamatan sukoharjo, kabupatenpringsewu. Jurnal Sylva Lestari. 5(2): 53-62.
Sari, A. M., Haryono, D. dan Adawiyah, R. 2017. Kinerja produksi dan strategipengembangan agroindustri kopi bubuk di kota bandar lampung. JurnalIlmu-Ilmu Agribisnis. 5(4): 360-367.
Sari, R. R., Hairiah, K. dan Suyanto. 2018. Karakteristik hutan rakyat jati dansengon serta manfaat ekonominya di kabupaten malang. Jurnal EkonomiPertanian dan Agribisnis. 2(2): 129-137.
Setyani, S., Subeki., dan Grace, H. A. 2018. Evaluasi nilai cacat dan cita rasa kopirobusta (coffea canephora) yang diproduksi ikm kopi di kabupatentanggamus. Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian. 23(2): 103-114.
53Swibawa, I. G., Putra, D., Susilo, F.X., Hairiah, K. dan Suprayogo, D. 2010.
Manipulasi cahaya untuk menurunkan kelimpahan nematoda parasittumbuhan pada pembibitan kopi. Jurnal HPT Tropika. 10(1): 20-28.
Sualeh, A. dan Mekonnen, N. 2013. Evaluation of coffee quality of tigray regionalstate, ethiopia (case study raya azebo district). Prudence Journal ofAgricultural Research. 1(2): 3–6.
Supriadi, H. dan Pranowo, D. 2015. Prospek pengembangan agroforestri berbasiskopi di Indonesia. Jurnal Perspektif. 14(2): 135-150.
Syahruni, T., Hartono, S., Darwanto, D. H. dan Jamhari. 2015. Efisiensi teknisusahatani kopi arabika di kabupaten enrekang. Jurnal Ilmu Pertanian. 18(2):92-97.
Tahir, M. I., Nurhapsa., Mu’min, S. dan Suherman. 2018. Respon petani terhadapefektivitas kerja di lahan irigasi teknis (studi kasus desa carawali kecamatanwatang pulu kabupaten sidenreng rappang). Jurnal Agri Sains. 2(2):1-5.
Taugourdeau, S. G., le Maire, J., Avelino, J. R., Jones, L. G., Ramirez, M. J.,Quesada, F., Charbonnier, F., Gómez-Delgado, J. M., Harmand, B., Rapidel,P., Vaast. dan Roupsard, O. 2014. Leaf area index as an indicator ofecosystem services and management practices: an application for coffeeagroforestry. Journal Agriculture, Ecosystems and Environment 1(2):19–37.
Triana, R., Lubis, Y. dan Pane, E. 2013. Analisis sistem pemasaran kopipembinaan di kabupaten dair, provinsi sumatera utara. Jurnal AgribisnisSumatera Utara. 6(1): 34-45.
Triyanti, R. dan Nensyana, S. 2012. Kajian pemasaran ikan lele (clarias sp) dalammendukung industri perikanan budidaya. Jurnal Sosial Ekonomi KelautanPerikanan. 7(2): 75-88.
Winarni, S., Yuwono,S. B. dan Herwanti, S. 2016. Struktur pendapatan, tingkatkesejahteraan dan faktor produksi agroforestri kopi pada kesatuanpengelolaan hutan lindung batutegi (studi di gabungan kelompok tani karyatani mandiri). Jurnal Sylva Lestari. 4(1): 1-10.
Widyaningsih, T. S. dan Diniyati, D. 2010. Kontribusi ekonomi dan sistempemasaran hasil hutan rakyat pola wanafarma di majenang, cilacap. JurnalPenelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan. 7(1): 55-71.
Wulandari, D., Qurniati, R. dan Herwanti, S. 2018. Efisiensi pemasaran durian(durio zibethinus) di desa wisata durian kelurahan sumber agung. JurnalSylva Lestari. 6(2): 68-76.
Zakaria, A., Aditiawati, P. dan Rosmiati, M. 2017. Strategi pengembangan usahatani kopi arabika (kasus pada petani kopi di desa suntenjaya kecamatan
54lembang kabupaten bandung barat, provinsi jawa barat). JurnalSosioteknologi. 16(3): 325-339.
Zainuddin, M. dan Irma, S. 2018. Pendapatan masyarakat pada komponensilvopasture dan agrisilvikultur kecamatan parangloe kabupaten gowa.Jurnal Hutan dan Masyarakat. 10(1): 136-144.
Top Related