i
UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PROGRAM SARJANA
SKRIPSI
EFEKTIVITAS PELAYANAN PERIZINAN DI KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU
KABUPATEN LUWU TIMUR
Oleh:
KIKI RESKI
E 211 08 293
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Dalam Bidang Ilmu Administrasi
Makassar, 2012
ii
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU ADMINISTASI
PROGRAM SARJANA
ABSTRAK
KIKI RESKI (E211 08 293), Efektivitas Pelayanan Perizinan di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur, xiv + 116 halaman + 3 tabel + 4 gambar + 25 pustaka (1986-2009). Dibimbing oleh Prof. Dr. Suratman, M.Si dan Dr. Hamsinah, M.Si. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis tingkat efektivitas pelayanan perizinan di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dimana dalam penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui atau menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti. Proses analisis data dilakukan secara terus menerus dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen dan sebagainya sampai dengan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelayanan perizinan di Kantor Pelayanan Perizinan Kabupaten Luwu Timur telah berjalan dengan efektif, dimana masyarakat sebagai pengguna layanan merasa sangat puas dengan pelayanan yang diberikan, program kerja dan kegiatan yang direncanakan dapat terealisasi dengan baik dan pelaksanaannya sesuai dengan waktu yang ditentukan.
iii
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU ADMINISTASI
PROGRAM SARJANA
ABSTRACT
KIKI RESKI (E211 08 293), Effectiveness of Services Licensing in Office Integrated Licensing Services of east luwu, xiv + 116 pages + 3 tables + 4 image + 25 library (1986-2009). Supervised by Prof. Dr. Suratman, M.Si and Dr. Hamsinah, M.Sc. The purpose of this research to analyze the effectiveness of the licensing service on Office Integrated Licensing Services of east luwu. The research method used in this research a qualitative approach in which the descriptive study conducted to determine or describe the reality of the events observed. Data analysis process is conducted continuously starts by reviewing all available data from various sources, from interviews, observations that have been written in field notes, documents and so on until the conclusion withdrawal. The results showed that the licensing service in Office Integrated Licensing Services of east luwu been carried out effectively, whereby the public as service users were very satisfied with the services provided, work programs and activities that can be realized with a well planned and its implementation in accordance with the specified time.
iv
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
PROGRAM SARJANA
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama : KIKI RESKI
NPM : E211 08 293
Program Studi : ILMU ADMINISTRASI NEGARA
Judul : EFEKTIVITAS PELAYANAN PERIZINAN DI KANTOR
PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN LUWU
TIMUR
Telah disetujui oleh Ketua Program Sarjana dan diperiksa oleh pembimbing serta
dinyatakan layak untuk diajukan ke Ujian Skripsi Program Sarjana Jurusan Ilmu
Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin.
Makassar, 13 April 2012
Disetujui oleh,
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Suratman Nur, M.Si.
Nip : 19570715 198403 1 001
Dr. Hamsinah, M.Si.
Nip : 19551103 198702 2 002
Mengetahui,
Ketua Program Sarjana Jurusan Ilmu Administrasi
Prof. Dr. Sangkala, MA
Nip : 19631111 199103 1 002
v
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
PROGRAM SARJANA
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda-tangan dibawah ini :
Nama : KIKI RESKI
NIM : E211 08 293
Program Studi : ILMU ADMINISTRASI NEGARA
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “EFEKTIVITAS PELAYANAN
PERIZINAN DI KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN
LUWU TIMUR” benar-benar merupakan hasil karya pribadi dan seluruh sumber
yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Makassar, 13 April 2012
KIKI RESKI E211 08 293
vi
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
PROGRAM SARJANA
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Nama : KIKI RESKI
NIM : E211 08 293
Program Studi : ILMU ADMINISTRASI NEGARA
Judul : EFEKTIVITAS PELAYANAN PERIZINAN DI KANTOR
PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN LUWU
TIMUR
Telah dipertahankan dihadapan Penguji Ujian Skripsi Program Sarjana Jurusan
llmu Administrasi Fakultas llmu Sosial dan llmu Politik Universitas Hasanuddin
pada hari Kamis, 26 April 2012.
Dewan Penguji Skripsi
Ketua Sidang : Prof. Dr. Suratman Nur, M.Si. (…………….....…)
Sekretaris Sidang : Dr. Hamsinah, M.Si. (………….....……)
Anggota : Dr. H. Muhammad Yunus, MA. (………….....……)
Dr. H. Badu Ahmad, M.Si. (………….....……)
Dr. Muhammad Rusdi, M.Si. (…...………..……)
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena rahmat dan hidayah-Nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan penulisan
skripsi dengan judul: “Efektivitas Pelayanan Perizinan di Kantor Pelayanan
Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur”. Salawat serta salam kepada
junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, yang membawa manusia dari alam
kegelapan menuju alam yang terang benderang.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan karena menyadari keterbatasan ilmu dan kemampuan yang
dimiliki oleh penulis. Untuk itu demi sempurnanya skripsi ini, penulis sangat
membutuhkan dukungan dan sumbangsih pikiran yang berupa kritik dan saran
yang bersifat kondusif.
Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua (Syamsu
Alam dan Hj. Nurhana) yang telah tulus ikhlas memberikan kasih sayang, cinta,
do’a, perhatian, dukungan moral dan materil yang telah diberikan selama ini.
Terima kasih telah meluangkan segenap waktunya untuk mengasuh, mendidik,
membimbing, dan mengiringi perjalanan hidup penulis dengan dibarengi alunan
do’a yang tiada henti agar penulis sukses dalam menggapai cita-cita. Buat adik-
adikku tersayang Syamsinar, Surachman dan Abdillah terima kasih sudah
menjadi adik yang manis dan lucu. Dan untuk My Baby Cute Fathur jadilah anak
yang baik. I’ll love all of you forever.
viii
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, karena
itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. DR. dr. Idrus Paturusi, Sp.B, Sp.BO. Sebagai Rektor
Universitas Hasanuddin.
2. Bapak Prof. Dr. Hamka Naping. MA., Sebagai Dekan Fisip Universitas
Hasanuddin.
3. Bapak Prof. Dr. Sangkala,M.Si. Selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi
Negara dan Dr. Hamsinah, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Administrasi Negara.
4. Bapak Prof. Dr. Suratman Nur, M.Si. dan Ibu Dr. Hamsinah, M.Si. Selaku
pembimbing I dan pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk
membimbing penulis.
5. Bapak Dr. H. Muhammad Yunus, MA., Bapak Dr. H. Badu Ahmad, M.Si.,
dan Bapak Dr. Muhammad Rusdi, M.Si selaku penguji. Terima kasih atas
waktu, masukan dan arahannya.
6. Adnan Nasuation, S.Sos. M.Si. dan Dr. Suryadi Lambali, MA. Selaku
penasehat akademik yang bersedia meluangkan waktunya untuk
membimbing dan mengarahkan penulis.
7. Para dosen atas ilmu yang telah diberikan, staf akademik (Ka’ Rini, Ka’ Aci,
Ibu Ani, Ka Irman, Ka Amra dan Pak Lili) yang banyak membantu penulis.
8. Drs. Hasanuddin Bengngareng, MM. Selaku Kepala Kantor dan Bapak
Muhammad Syukri, S.Sos selaku Kasi Pelayanan yang telah banyak
membantu penulis selama penelitian di Kantor Pelayanan Perizinan
Terpadu Kabupaten Luwu Timur.
ix
9. My Best Friend UmmulChairi (UmBhot yang cute, kita sama2 berjuang
dalam keadaan apapun, membuat orang iri atas kebersamaan kita, bahagia
bisa jadi sahabatmu), Nur Rizka Ayuningsih (ZkaBhot), dan Febrianty
(NengBhot) terima kasih atas perhatian, semangat, bantuan, nasihat, dan
persahabatan yang manis ini.
10. Teman seperjuanganku Nova (teman yang selalu menemaniku makan,
tidur, kegitan lain dan kadang-kadang kita bicara hal-hal yang tidak
mungkin sebagai hiburan), Ikha (Katanya kita satu kost tapi kenapa jarang
ketemu? soalnya, dia Miss sibuk dan narsis), Ni’ma (kita sering
memanggilnya ibu Ustadza), Tika (anaknya ayah ibu yang laload), Ana
(gadis energik), Vina (Miss Perfect), Ria (Si sabar tapi kadang keras
kepala), Titin (soo cute), Indah (yang satu ini apa yah? kita sebut si “L”),
Vani (si kalem dan sabar), Suci dan Amel, (kita pernah perjuang KKNP di
PDAM Kota Makassar) Erni, Nazar, Wahyu, Taufik, Fadel, Dimas, Adhi,
Ardy, Fahrun, Arham, Kiki, Muna, Mawar, Febi, Rani, Titin Paramita dan
teman-teman Bravo 08 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Thanks for your attentions, support dan bantuan kalian. Terima kasih atas
kebersamaannya selama ini. Semoga harapan dan cita-cita kita tercapai.
(Amin)... Kompak selalu...!
11. Untuk kanda-kanda senior (Humanis FISIP UH) ksatria ’05, atmosfer ’06,
Creator ’07 serta kanda yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu dan
adik-adik mahasiswa Ilmu Administrasi Negara, CIA ’09, Prasasti ’10 dan
Brilian ’11.
12. Untuk teman-teman di SMANSA Malili, Mariadi, Sarwan, Ipha, Ummi, Ulhy,
Gita, Warti, Wenda, Obhy, Ochin serta seluruh keluarga besar SMANSA
x
Malili terima kasih atas semangat, keceriaan, kebersamaan dalam melukis
masa-masa yang lucu dan manis.
13. Teman-teman kost di “Pondok Tak Bernama” Ka’ Mia, and Anha (Mitzy)
terima kasih atas bantuan, persahabatan dan rasa kekeluargaan yang
indah selama ini. Thanks for this beautiful friendship. Keep it forever !
14. Spesial untuk Saldin, yang setiap saat ada untukku. Terima kasih atas
semua bantuannya.
15. Untuk Keluarga besar penulis tanpa terkecuali yang telah mendukung dan
mendoakan selama ini.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan masukan bagi
pembaca. Terima Kasih, Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Makassar, 13 April 2012
KIKI RESKI
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
ABSTRACT .................................................................................................... iii LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................ v
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1 I.1 Latar Belakang Masalah .................................................................. 1 I.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 7 I.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 7 I.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 9
II.1 Landasan Teori ............................................................................... 9
II.1.1 Konsep Efektivitas ................................................................ 9 II.1.2 Konsep Pelayanan ................................................................ 17 II.1.3 Konsep Perizinan .................................................................. 29 II.1.4 Konsep Pelayanan Perizinan ................................................ 33
II.2 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 40
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 42 III.1 Pendekatan Penelitian ................................................................... 42 III.2 Tipe Penelitian ............................................................................... 42 III.3 Unit Analisis .................................................................................... 43 III.4 Waktu dan Lokasi Penelitian .......................................................... 43 III.5 Jenis dan Sumber Data .................................................................. 43 III.6 Informan .......................................................................................... 44
xii
III.7 Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 45 III.8 Teknik Analisis Data ...................................................................... 46
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN .................................................... 48
IV.1 Letak Geografi Kabupaten Luwu Timur .......................................... 48 IV.2 Sekilas Terbentuknya KPPT Kab. Luwu Timur .............................. 49 IV.3 Visi dan Misi .....................................................................................50 IV.4 Motto dan Janji Pelayanan ............................................................. 51 IV.5 Tujuan Didirikannya KPPT Kabupaten Luwu Timur ...................... 51 IV.6 Sasaran KPPT Kabupaten Luwu Timur .......................................... 52 IV.7 Kebijakan Mutu KPPT Kabupaten Luwu Timur .............................. 52 IV.8 Asas Penyelenggaraan KPPT Kabupaten Luwu Timur .................. 53 IV.9 Prinsip Penyelenggaraan KPPT Kabupaten Luwu Timur ............... 54 IV.10 Struktur Kelembagaan KPPT Kabupaten Luwu Timur ................ 55 IV.11 Tugas Pokok dan Fungsi KPPT Kabupaten Luwu Timur ............. 56 IV.12 Cakupan Layanan Penyelengaraan KPPT Kabupaten
Luwu Timur .................................................................................... 63 IV.13 Manfaat Keberadaan KPPT Kabupaten Luwu Timur ................... 64 IV.14 Jenis Perizinan, Persyaratan Dasar Hukum dan Standar
Waktu Perizinan dan Non Perizinan yang Dikelolah KPPT Kabupaten Luwu Timur ................................................................ 65
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 77
Efektifitas Pelayanan Perizinan di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur ............................................................ 77
1. Efesiensi Dalam Pelayanan .......................................................... 79 2. Semangat Kerjasama dan Loyalitas Kelompok Kerja .................. 85 3. Prosedur Pelayanan ..................................................................... 88 4. Responsivitas Pegawai ................................................................ 96 5. Sarana dan Prasarana ................................................................. 100
BAB VI PENUTUP ........................................................................................... 111
VI.1 Kesimpulan ..................................................................................... 111 VI.2 Saran .............................................................................................. 113
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 114 LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data Jumlah Pegawai ...................................................................... 56
Tabel 2. Jenis Perizinan, Persyaratan Dasar Hukum dan Standar Waktu ...... 65
Tabel 3. Matriks Pembahasan .......................................................................... 107
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Pemikiran ................................………............................ 41
Gambar 2. Struktur Kelembagaan .................................................................... 55
Gambar 3. Alur Pelayanan Perizinan ............................................................... 86
Gambar 4. Siklus Proses Perizinan .................................................................. 87
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan dan kemajuan otonomi daerah akan terus digalakkan
hingga terwujudnya otonomi daerah yang diharapkan yakni otonomi daerah
yang mandiri, sehingga ketergantungan pada pusat dapat berkurang serta
otonomi daerah tersebut bisa menjadi wadah bagi masyarakat dengan
memberikan tanggapan dan respon secara aktif terhadap kebutuhan,
kapasitas dan kehendak dari aspirasi masyarakat yang ada di daerah.
Pelaksanaan otonomi daerah akan mendorong pemikiran baru bagaimana
menata kewenangan yang efektif dan efisien. Artinya pemerintahan dapat
diselenggarakan secara demokratis.
Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk
memberi pelayanan, peningkatan peran serta peningkatan peran serta
prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Sejalan dengan hal tersebut, maka dilaksanakan pula
prinsip otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab. Prinsip yang
nyata adalah prinsip yang menegaskan bahwa urusan pemerintahan
dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang dan tanggung jawab. (Waluyo,
2007 : 206).
Penyelenggaraan pemerintahan saat ini bukan lagi semata-mata
menjadi tanggung jawab pemerintah, melainkan seluruh aktor dalam sebuah
negara. Meskipun demikian, peran pemerintah tentunya masih sangat
dibutuhkan terkait dengan penyediaan pelayanan publik. Pada dasarnya,
2
pelayanan publik mencakup tiga aspek, yaitu pelayanan barang, jasa, dan
administratif. Wujud pelayanan administratif adalah layanan berbagai
perizinan, baik yang bersifat non perizinan maupun perizinan. Perizinan
merupakan salah satu aspek penting dalam pelayanan publik, demikian juga
perizinan yang terkait dengan kegiatan usaha. Penerapan otonomi daerah
memberikan ruang yang cukup besar bagi daerah untuk mengatur dan
mengurus pelayanan publiknya, termasuk dalam hal perizinan.
(http://www.transparansi.or.id/Otonomi_Daerah.pdf.).
Salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah
adalah kemampuan pemerintah daerah untuk memberikan pelayanan kepada
publik dengan baik. Dalam arti bahwa masyarakat memperoleh pelayanan
secara mudah, murah, cepat, dan ramah yang pada akhirnya mencapai
ukuran kepuasan publik yang dikehendaki.
Pelayanan merupakan wujud dari fungsi pemerintah sebagai bukti
pengabdian kepada masyarakat. Rendahnya kualitas pelayanan di Indonesia
saat ini mendorong pemerintah untuk segera memperbaiki kualitas
pelayanannya, apalagi yang berhubungan dengan pelayanan perizinan yang
dicitrakan sebagai pelayanan yang berbelit-belit, sulit diakses, memiliki
prosedur yang sangat rumit serta tidak adanya kepastian waktu dan
keterbukaan biaya pelayanan yang dibutuhkan.
Dalam hal penyediaan pelayanan perizinan, petugas birokrasi sering
kali memberikan prosedur yang sangat rumit dan cenderung berbelit-belit, jika
mekanisme yang rumit terus tetap berjalan, otomatis membuat masyarakat
menjadi malas dan enggan dalam mengurus perizinan. Maka, pemerintah
3
perlu mencari solusi untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
(http:///www.repository.usu.ac.id).
Atas dasar itulah, Pemerintah Indonesia menginstruksikan kepada
seluruh kepala daerah agar dapat segera menerapkan pola pelayanan
perizinan terpadu satu pintu melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor
24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Perizinan Terpadu Satu
Pintu, yang jenis kelembagaannya diserahkan kepada daerah untuk memilih
jenis lembaga yang sesuai, apakah berbentuk dinas, kantor atau badan yang
disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan daerah dalam mengelolanya.
Dengan dibentuknya Kantor/Dinas Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu
ini sebagai institusi yang khusus bertugas memberikan pelayanan perizinan
kepada masyarakat, dalam hal pengurusan perizinan masyarakat hanya
cukup mendatangi satu kantor/dinas saja.
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu adalah kegiatan
penyelenggaraan perizinan dan non perizinan yang proses pengelolaannya
mulai dari tahap permohonan sampai ke tahap terbitnya dokumen dilakukan
dalam satu tempat. Dalam Pelayanan Terpadu Satu Pintu, kepala PTSP diberi
pelimpahan kewenangan untuk menandatangani izin yang masuk, hal ini
berarti penyederhanaan pelayanan. Penyederhanaan pelayanan adalah
upaya penyingkatan terhadap waktu, prosedur, dan biaya pemberian
perizinan dan non perizinan. Perizinan adalah pemberian legalitas kepada
seseorang atau pelaku usaha/kegiatan tertentu, baik dalam bentuk izin
maupun tanda daftar usaha. Pemberlakuan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(PTSP) ini diharapkan mampu memangkas waktu dan biaya yang dibutuhkan
untuk mengurus perizinan. Hasilnya pelayanan perizinan lebih efektif, mudah
4
dan murah. (Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Perizinan Terpadu Satu Pintu).
Organisasi yang efektif adalah organisasi yang mempunyai orientasi
dan proyeksi dalam mengimplementasikan seluruh program kerja yang telah
ditetapkan. Upaya mengevaluasi jalannya suatu organisasi, dapat dilakukan
melalui konsep efektivitas. Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan
seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana
makin besar presentase target yang dicapai makin tinggi efektifitasnya.
Sedangkan efektivitas pelayanan publik berarti penyelesaian pekerjaan tepat
pada waktu yang telah ditentukan, artinya pelaksanaan sesuatu tugas dinilai
baik atau tidak sangat tergantung pada penyelesaian tugas tersebut dengan
waktu yang telah ditetapkan. (Sondang P. Siagian, 1997:151)
Konsep efektivitas menekankan pada pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Tingkat efektivitas dapat diukur dengan
membandingkan antara rencana atau target yang telah ditentukan dengan
hasil yang dicapai, maka usaha atau hasil pekerjaan yang dilakukan tidak
tercapai sesuai dengan rencana maka hal itu dikatakan tidak efektif. Dalam
hal ini efektivitas merupakan pencapaian tujuan organisasi melalui
pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara efisien, ditinjau dari sisi
masukan (input) maupun keluaran (output). Suatu kegiatan dikatakan efisien
apabila dikerjakan dengan benar dan sesuai dengan prosedur, sedangkan
efektif bila kegiatan bila kegiatan tersebut dilaksanakan dengan benar dan
dapat memberikan hasil yang bermanfaat. (Sondang P. Siagian, 1987: 76)
Efektivitas dapat diartikan sebagai tepat sasaran yang juga lebih
diarahkan pada aspek keberhasilan pencapaian tujuan. Maka efektivitas fokus
5
pada tingkat pencapaian terhadap tujuan dari organisasi publik. Dalam
kaitannya terhadap pelayanan perizinan, pemerintah berusaha menciptakan
suatu sistem pelayanan yang optimal. Salah satu dari tindakan pemerintah
tersebut adalah dengan dikeluarkannya suatu kebijakan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (PTSP). Dengan adanya PTSP, aparatur pemberi pelayanan harus
benar-benar ditata, diperbaharui, dan dibenahi untuk mengubah citra aparatur
yang sebelumnya dipandang lamban dan tidak transparan menjadi efektif
sesuai dengan tujuan pelayanan publik.
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kabupaten Luwu Timur
telah diberi kewenangan untuk melaksanakan Pelayanan Administrasi
Perizinan sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Timur Nomor :
30 Tahun 2006 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga
Teknis Daerah Kabupaten Luwu Timur, berdasarkan Permendagri No. 24
Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Perizinan Terpadu Satu
Pintu, yang diperkuat dengan Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencana
Pembangunan Daerah, dan Lembaga Teknis Daerah. (Panduan Perizinan
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur. 2011 : 5)
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) merupakan salah satu
perangkat pemerintah daerah di Kabupaten Luwu Timur yang menerapkan
sistem pelayanan satu pintu. Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu sebagai
instansi yang khusus bertugas memberikan pelayanan mengenai perizinan
yang langsung bersinggungan kepada masyarakat, pada dasarnya dapat
dikatakan sebagai terobosan baru atau inovasi manajemen pemerintah
6
daerah. yang diharapkan mampu memberikan pelayanan publik yang
berkualitas sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat.
Pembentukan Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) sebagai
wujud nyata komitmen Kabupaten Luwu Timur dalam memberikan pelayanan
yang lebih baik dan memberikan pelayanan secara terpadu sehingga
memudahkan masyarakat dan dunia usaha dalam memperoleh perizinan.
Salah satu bentuk pelayanan umum kepada masyarakat itu adalah pelayanan
prima di bidang perizinan, yang dimaksud pelayanan perizinan yang prima
adalah pelayanan terpadu satu pintu yang dapat mencerminkan suatu bentuk
pelayanan yang memenuhi prinsip pelayanan yang jelas, sederhana, pasti,
aman, efektif, efisien, transparan, akuntabel, partisipatif, ekonomis, adil, dan
merata.
Namun kenyataannya, berdasarkan informasi yang di dapat melalui
media internet (Malili, Palopo Pos) yang dikutip oleh Yayasan Inovasi
Pemerintahan Daerah (YIPD), menyatakan bahwa pelayanan yang diberikan
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kabupaten Luwu Timur dinilai
belum maksimal. Pasalnya, pelayanan satu pintu yang dijanjikan hingga kini
belum terwujud. Ada sejumlah pelayanan di Kantor Pelayanan Perizinan
Terpadu (KPPT) justru diselesaikan di luar KPPT. Dalam pengurusan
perizinan belum satu pintu karena masih harus keluar ke unit kerja lain yang
terkait. Itu berarti, pelayanan secara terpadu pada satu atap sebagaimana
yang dipersyaratkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu belum
sepenuhnya berjalan yang dinilai belum efektif/maksimal dalam memberikan
pelayanan. (http://www.yipd.or.id/main/readnews/12147).
7
Atas dasar itulah penulis tertarik mengangkat masalah ini kedalam
sebuah judul “Efektivitas Pelayanan Perizinan di Kantor Pelayanan
Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur”.
I.2. Rumusan Masalah
Pelayanan Perizinan merupakan suatu masalah yang sangat
kompleks, perizinan merupakan salah satu aspek penting dalam pelayanan
publik. Dalam hal pelayanan perizinan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
Faktor-faktor tersebut sangat menentukan dalam rangka pencapaian
pelayanan perizinan yang efektif. Pelayanan perizinan dapat terlaksana
apabila unsur yang terlibat dalam proses pelayanan dapat berperan dengan
baik. Kesatupaduan unsur-unsur tersebut akan menentukan efektifnya
pelayanan. Oleh karena itu, untuk lebih terarah dan sistematisnya
pembahasan dalam penelitian ini maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
“Bagaimana efektivitas pelayanan perizinan di Kantor Pelayanan
Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur?”
I.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: untuk
menganalisis tingkat efektivitas pelayanan perizinan di Kantor Pelayanan
Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur.
I.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Manfaat Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumbangan yang
bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam
8
pencarian informasi atau sebagai referensi mengenai efektivitas
pelayanan perizinan.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran
dan digunakan sebagai bahan masukan serta informasi bagi Pemerintah
Daerah di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur
dalam rangka meningkatkan efektivitas pelayanan.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Landasan Teori
II.1.1. Konsep Efektivitas
Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti
berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Menurut Harbani
Pasolong (2007:4), efektivitas pada dasarnya berasal dari kata “efek” dan
digunakan istilah ini sebagai hubungan sebab akibat. Efektivitas dapat
dipandang sebagai suatu sebab dari variabel lain. Efektivitas berarti bahwa
tujuan yang telah direncanakan sebelumnya dapat tercapai atau dengan kata
sasaran tercapai karena adanya proses kegiatan.
Kata efektivitas tidak dapat disamakan dengan efisiensi, karena
keduanya memilki arti yang berbeda walaupun dalam berbagi pengunaan
kata efisiensi lekat dengan kata efektivitas. Efisiensi mengandung pengertian
perbandingan antara biaya dan hasil, sedangkan efektivitas secara langsung
dihubungkan dengan pencapaian tujuan. Kamus Ilmiah Populer
mendefinisikan efektivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna atau
menunjang tujuan. Efektifitas merupakan salah satu dimensi dari
produktivitas, yaitu mengarah kepada pencapaian unjuk kerja yang maksimal,
yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu.
Robbins dalam Tika P. (2008:129) memberikan definisi efektivitas
sebagai tingkat pencapaian organisasi dalam jangka pendek dan jangka
penjang. Maksudnya adalah efektivitas merupakan suatu standar pengkuran
10
untuk menggambarkan tingkat keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai
sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
The Liang Gie dalam bukunya Ensiklopedia Administrasi (1998:147)
mengemukakan definisi bahwa, “efektivitas yaitu suatu keadaan yang
mengandung pengertian mengenai terjadinya suatu efek/akibat yang
dikehendaki”.
Secara nyata Stoner (Kurniawan, 2005:106) menekankan pentingnya
efektivitas dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi dan efektivitas adalah
kunci dari kesuksesan suatu organisasi. Menurut Mullins dalam Rukman
(2006:14), efektif itu harus terkait dengan pencapaian tujuan dan sasaran
suatu tugas dan pekerjaan dan terkait juga dengan kinerja dari proses
pelaksanaan suatu pekerjaan.
Menurut H. Emerson seperti yang dikutip Soewarno Handayanigrat
(1994:16), memberikan definisi bahwa “Efektivitas adalah pengukuran dalam
arti tercapainya sasaran atau tujuan yang ditentukan sebelumnya”.
Sedangkan Georgopolous dan Tannenbaum dalam bukunya yang
berjudul Efektivitas Organisasi (1985:50), mengemukakan bahwa :
“Efektivitas ditinjau dari sudut pencapaian tujuan, dimana keberhasilan suatu organisasi harus mempertimbangkan bukan saja sasaran organisasi tetapi juga mekanisme mempertahankan diri dalam mengejar sasaran dengan kata lain, penilaian efektivitas harus berkaitan dengan masalah sasaran maupun tujuan”.
Upaya mengevaluasi jalannya suatu organisasi, dapat dilakukan
melalui konsep efektivitas. Konsep ini adalah salah satu faktor untuk
menentukan apakah perlu dilakukan perubahan secara signifikan terhadap
bentuk, atau manajemen organisasi. Dalam hal ini efektivitas merupakan
pencapaian tujuan organisasi melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki
11
secara efisien, ditinjau dari sisi masukan (input) maupun keluaran (output).
Suatu kegiatan dikatakan efisien apabila dikerjakan dengan benar dan sesuai
dengan prosedur, sedangkan efektif bila kegiatan bila kegiatan tersebut
dilaksanakan dengan benar dan dapat memberikan hasil yang bermanfaat.
Selanjutnya Martani dan Lubis (1987:55), menyatakan bahwa :
“Dalam setiap organisasi, efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan kata lain suatu organisasi disebut efektif apabila tercapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya”.
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tersebut
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa yang menjadi penekanan dari
pengertian efektivitas berada pada pencapaian tujuan. Ini berarti dapat
dikatakan efektif apabila tujuan atau sasaran yang dikehendaki dapat tercapai
sesuai dengan rencana semula dan menimbulkan efek atau dampak terhadap
apa yang diinginkan atau diharapkan.
Tingkat efektivitas dapat diukur dengan membandingkan antara
rencana atau target yang telah ditentukan dengan hasil yang dicapai, maka
usaha atau hasil pekerjaan tersebut itulah yang dikatakan efektif, namun jika
usaha atau hasil pekerjaan yang dilakukan tidak tercapai sesuai dengan apa
yang direncanakan, maka hal itu dikatakan tidak efektif.
Hari Lubis dan Martani Huseini (1987:55), menyatakan efektifitas
sebagai konsep yang sangat penting dalam organisasi karena menjadi ukuran
keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya. Karenanya, pengukuran
efektifitas bukanlah hal yang sederhana mengingat perbedaan tujuan masing-
masing organisasi dan keragaman tujuan organisasi itu sendiri.
Lebih lanjut, Hari Lubis dan Martani Huseini (1987:55),menyebutkan
3 (tiga) pendekatan utama dalam pengukuran efektifitas organisasi, yaitu :
12
1. Pendekatan sumber (resource approach) yakni mengukur efektivitas
dari input. Pendekatan mengutamakan adanya keberhasilan organisasi
untuk memperoleh sumber daya, baik fisik maupun non fisik yang sesuai
dengan kebutuhan organisasi.
2. Pendekatan proses (process approach) adalah untuk melihat sejauh
mana efektivitas pelaksanaan program dari semua kegiatan proses
internal atau mekanisme organisasi.
3. Pendekatan sasaran (goals approach) dimana pusat perhatian pada
output, mengukur keberhasilan organisasi untuk mencapai hasil (output)
yang sesuai dengan rencana.
Dari ketiga pendekatan tersebut dapat dikemukakan bahwa
efektivitas organisasi merupakan suatu konsep yang mampu memberikan
gambaran tentang keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai
sasarannya. Dalam hal ini penulis menggunakan pendekatan proses (process
approach) untuk mengukur efektivitas pelayanan perizinan di Kantor
Pelayanan Perizinan Kabupaten Luwu Timur. Pendekatan proses (internal
process approach), menganggap efektivitas sebagai efesiensi dan kondisi
kesehatan organisasi internal, yaitu kegiatan dan proses internal organisasi
yang berjalan dengan lancar. Pendekatan proses (process approach) melihat
kegiatan internal organisasi dan mengukur efektivitas melalui indikator internal
seperti efesiensi dalam pelayanan, semangat kerjasama dan loyalitas
kelompok kerja. Dilengkapi dari indikator Keputusan Bupati Luwu Timur
Nomor: 58 Tentang Standar Pelayanan Perizinan Pada Kantor Pelayanan
Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur yaitu prosedur pelayanan,
responsivitas pegawai, sarana dan prasarana.
13
Adam I Indrawijaya (1989:226) mengemukakan pula bahwa untuk
menilai efektivitas suatu organisasi ada 3 hal yaitu :
1. Efektivitas organisasi sama dengan prestasi organisasi secara
keseluruhan. Menurut pandangan ini efektivitas organisasi dapat
diukur berdasarkan berapa besar hasil / keuntungan yang didapatkan
oleh organisasi tersebut
2. Efektivitas organisasi dihubungkan dengan tingkat kepuasan anggota
organisasi.
3. Efektivitas organisasi mencakup aspek intern organisasi dan ekstern
organisasi yaitu kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan
sekeliling.
Adapun kriteria atau ukuran mengenai pencapai tujuan secara efektif
atau tidak, sebagaimana yang dikemukakan oleh S.P Siagian (1987:77) yaitu:
1. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai
2. Kejelasan strategi pencapaian tujuan
3. Proses analisis dan perumusan kebijakanaan yang mantap
4. Penyusunan program yang matang
5. Penyusunan program yang mantap
6. Tersedianya sarana dan prasarana
7. Pelaksanaan efektif dan efisien
8. Sistem pengawasan yang bersifat mendidik
Menurut pendapat David Krech, Ricard S. Cruthfied dan Egerton L.
Ballachey dalam bukunya “Individual and Society” yang dikutip Sudarwan
Danim (2004:119), menyebutkan ukuran efektivitas, sebagai berikut :
14
1) Jumlah hasil yang dapat dikeluarkan, artinya hasil tersebut berupa
kuantitas atau bentuk fisik dari organisasi, program atau kegiatan. Hasil
dimaksud dapat dilihat dari perbandingan (ratio) antara masukan (input)
dengan keluaran (output).
2) Tingkat kepuasan yang diperoleh, artinya ukuran dalam efektivitas ini
dapat kuantitatif (berdasarkan pada jumlah atau banyaknya) dan dapat
kualitatif (berdasarkan pada mutu).
3) Produk kreatif, artinya penciptaan hubungannya kondisi yang kondusif
dengan dunia kerja, yang nantinya dapat menumbuhkan kreativitas dan
kemampuan.
4) Intensitas yang akan dicapai, artinya memiliki ketaatan yang tinggi
dalam suatu tingkatan intens sesuatu, dimana adanya rasa saling
memiliki dengan kadar yang tinggi.
Efektivitas kerja organisasi sangat tergantung dari efektivitas kerja
dari orang-orang yang bekerja didalamnya. Ada beberapa kriteria yang dapat
digunakan untuk mengukur efektivitas kerja dari organisasi yang memberikan
pelayanan (Sondang P. Siagian, 1996:60) antara lain :
1. Faktor waktu
Faktor waktu di sini maksudnya adalah ketepatan waktu dan kecepatan
waktu dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi pelayanan. Hanya saja
penggunaan ukuran tentang tepat tidaknya atau cepat tidaknya
pelayanan yang diberikan berbeda dari satu orang ke orang lain.
Terlepas dari penilaian subjektif yang demikian, yang jelas ialah faktor
waktu dapat dijadikan sebagai salah satu ukuran efektivitas kerja.
15
2. Faktor kecermatan
Faktor kecermatan dapat dijadikan ukuran untuk menilai tingkat efektivitas
kerja organisasi yang memberikan pelayanan. Faktor kecermatan disini
adalah faktor ketelitian dari pemberi pelayanan kepada pelanggan.
Pelanggan akan cenderung memberikan nilai yang tidak terlalu tinggi
kepada pemberi pelayan, apabila terjadi banyak kesalahan dalam proses
pelayanan, meskipun diberikan dalam waktu yang singkat.
3. Faktor gaya pemberian pelayanan
Gaya pemberian pelayanan merupakan salah satu ukuran lain yang dapat
dan biasanya digunakan dalam mengukur efektivitas kerja. Yang
dimaksud dengan gaya disini adalah cara dan kebiasaan pemberi
pelayanan dalam memberikan jasa kepada pelanggan. Bisa saja si
pelanggan merasa tidak sesuai dengan gaya pelanggan yang diberikan
oleh pemberi pelayanan. Jika berbicara tentang sesuatu hal yang
menyangkut kesesuaian, sesungguhnya apa yang dibicarakan termasuk
hal yang tidak terlepas kaitannya dengan nilai-nilai sosial yang dianut oleh
orang yang bersangkutan.
Selanjutnya, Ricard M Steers (1986:209), mengemukakan ada 4
faktor utama atas efektivitas organisasi:
1. Ciri Organisasi
Struktur dan teknologi organisasi dapat mempengaruhi segi-segi tertentu
dari efektivitas, dengan berbagai cara. Mengenai struktur, ditemukan
bahwa meningkatnya produktivitas dan efisiensi sering merupakan hasil
dari meningkatnya spesialisasi fungsi, ukuran organisasi, sentralisasi
pengambilan keputusan dan formalisasi. Walaupun produktivitas dan
16
efisiensi cenderung mempunyai hubungan yang positif dengan beberapa
variabel. Bukti ini menunjukan bahwa para manajer bertanggung jawab
mengidentifikasikan dengan jelas sasaran-sasaran pokok dan mengenali
akibat terhadap sikap dan prilaku individu oleh variasi struktur yang
ditujukan pada sasaran itu.
2. Ciri Lingkungan
Lingkungan luar dan dalam juga dinyatakan berpengaruh atas efektivitas.
Keberhasilan hubungan organisasi dengan lingkungan tampak amat
bergantung pada 3 variabel kunci yaitu: 1) Tingkat keterdugaan keadaan
lingkungan, 2) Ketepatan persepsi dan 3) Tingkat rasionalitas organisasi.
Ketiga faktor ini mempengaruhi ketepatan organisasi terhadap perubahan
lingkungan. Makin tepat tanggapannya, makin berhasil adaptasi yang
dilakukan oleh organisasi.
3. Ciri Pekerja
Faktor pengaruh penting yang ketiga atas efektivitas adalah para pekerja
itu sendiri. Karena perilaku merekalah yang dalam jangka panjang akan
memperlancar atau merintangi tercapainya tujuan organisasi. Sarana
pokok untuk mendapatkan dukungan yang diperlukan ini dari pekerja
adalah mengintegrasikan tujuan pribadi dengan sasaran. Jika pekerja
dapat memperbesar kemungkinan tercapainya tujuan pribadi dengan
kerja mencapai sasaran organisasi adalah logis untuk membuat asumsi
bahwa baik keterikatan pada organisasi maupun prestasi kerja akan
meningkat.
17
4. Kebijakan dan Praktek Manajemen
Beberapa mekanisme khusus alat para manajer meningkatkan efektivitas
organisasi. Mekanisme ini meliputi penetapan strategi, pencarian dan
pemanfaatan sumber-sumber daya secara efisien, menciptakan
lingkungan prestasi, proses komunikasi, kepemimpinan dan pengambilan
keputusan, adaptasi dan inovasi organisasi.
Sehubungan dengan hal-hal yang dikemukakan di atas, efektivitas
suatu konsep yang dapat dipakai sebagai sarana untuk mengukur
keberhasilan suatu organisasi yang dapat diwujudkan dengan memperhatikan
faktor biaya, tenaga, waktu, sarana dan prasarana serta tetap memperhatikan
resiko dan keadaan yang dihadapi.
II.1.2. Konsep Pelayanan
Istilah pelayanan berasal dari kata “layan” yang artinya menolong
menyediakan segala apa yang diperlukan oleh orang lain untuk perbuatan
melayani. L.P. Sinambela (2006:3), menyatakan pada dasarnya setiap
manusia membutuhkan pelayanan, bahkan secara ekstrim dapat dikatakan
bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia.
Harbani Pasolong (2007:4), pelayanan pada dasarnya dapat
didefinisikan sebagai aktivitas seseorang, sekelompok dan/atau organisasi
baik langsung maupun tidak langsung untuk memenuhi kebutuhan
Jika ditinjau secara terminology, beberapa pakar yang memberikan
pengertian mengenai pelayanan diantaranya adalah The Liang Gie dalam
bukunya Ensiklopedia administrasi (1998:104), yang mengemukakan bahwa:
Pelayanan adalah kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi, mengamalkan,
dan mengabdikan diri. Drs. H.A.S Moenir (2006:16), menyatakan bahwa
18
proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung
inilah yang dinamakan pelayanan.
Menurut Kotler dalam Juniarso Ridwan (2009:18) mengemukakan
bahwa :
“Pelayanan adalah setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik”.
Selanjutnya Cristhoper (Tjandra, 2005:3) menyatakan :
“Pelayanan dapat diartikan sebagai suatu sistem manajemen, diorganisir untuk menyediakan hubungan pelayanan yang berkesinambungan antara waktu pemesanan dan waktu barang atau jasa itu diterima dan digunakan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan/harapan pelanggan dalam jangka panjang”.
Sedangkan definisi yang lebih rinci diberikan oleh Gronroos dalam
Ratminto (2005:2), yaitu :
”Pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata yang terjadi akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hak lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen/pelanggan”.
Tingkat pelayanan dan derajat kepuasan masyarakat merupakan
salah satu ukuran efektivitas. Ukuran ini tidak mempertimbangkan berapa
biaya, tenaga, dan waktu yang digunakan dalam memberikan pelayanan,
tetapi lebih menitik beratkan pada tercapainya tujuan organisasi pelayanan
publik.
Kelompok pelayanan Publik berdasarkan Keputusan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63 Tahun 2003 tentang Pedoman
Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, yaitu:
1) Kelompok Pelayanan Administrasi yaitu pelayanan yang menghasilkan
berbagai bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh publik, misalnya
19
status kewarganegaraan, sertifikat kompetensi, kepemilikan atau
penguasaan terhadap suatu barang dan sebagainya. Dokumen-
dokumen ini antara lain Kartu Tanda penduduk (KTP), Akte Pernikahan,
Akte Kelahiran, Akte Kematian, Buku Pemilik Kendaraan Bermotor
(BPKB), Surat Ijin Mengemudi (SIM), Surat Tanda Nomor Kendaraan
Bermotor (STNK), Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), Paspor, Sertifikat
Kepemilikan/Penguasaan Tanah dan sebagainya.
2) Kelompok Pelayanan Barang yaitu pelayanan yang menghasilkan
berbagai bentuk/jenis barang yang digunakan oleh publik, misalnya
jaringan telepon, penyediaan tenaga listrik, air bersih dan sebagainya.
3) Kelompok Pelayanan Jasa yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai
bentuk jasa yang dibutuhkan oleh publik, misalnya pendidikan,
pemeliharaan kesehatan, penyelenggaraan transportasi, pos, dan
sebagainya.
Layanan umum yang bisa dilakukan oleh siapapun, bentuknya tidak
terlepas dari 3 ( tiga ) macam menurut Ahmad Batinggi (1998:21), yaitu :
1. Layanan dengan lisan
Layanan dengan lisan dilakukan oleh petugas-petugas di bidang
Hubungan Masyarakat ( HUMAS ), bidang layanan Informasi, dan bidang-
bidang lain yang tugasnya memberikan penjelasan atau keterangan
kepada siapapun yang memerlukan. Agar supaya layanan lisan berhasil
sesuai dengan yang diharapkan, ada syarat - syarat yang harus dipenuhi
oleh pelaku layanan yaitu:
a. Memahami masalah-masalah yang termasuk ke dalam bidang
tugasnya.
20
b. Mampu memberikan penjelasan apa yang diperlukan, dengan lancar,
singkat tetapi cukup jelas sehingga memuaskan bagi mereka yang
memperoleh kejelasan mengenai sesuatu.
c. Bertingkah laku sopan dan ramah
2. Layanan dengan tulisan
Layanan melalui tulisan merupakan bentuk layanan yang paling
menonjol dalam melaksanakan tugas. Sistem layanan pada abad Informasi
ini menggunakan sistem layanan jarak jauh dalam bentuk tulisan.
Layanan tulisan ini terdiri dari 2 (dua) golongan yaitu, berupa
petunjuk Informasi dan yang sejenis ditujukan kepada orang - orang yang
berkepentingan, agar memudahkan mereka dalam berurusan dengan
instansi atau lembaga pemerintah. Kedua, layanan berupa reaksi tertulis
atau permohonan laporan, pemberian/ penyerahan, pemberitahuan dan
sebagainya. Adapun kegunaannya yaitu :
a. Memudahkan bagi semua pihak yang berkepentingan.
b. Menghindari orang yang banyak bertanya kepada petugas
c. Memperlancar urusan dan menghemat waktu bagi kedua pihak, baik
petugas maupun pihak yang memerlukan pelayanan.
d. Menuntun orang ke arah yang tepat
3. Layanan dengan perbuatan
Pada umumnya layanan dalam bentuk perbuatan dilakukan oleh
petugas-petugas yang memiliki faktor keahlian dan ketrampilan. Dalam
kenyataan sehari - sehari layanan ini memang tidak terhindar dari layanan
lisan jadi antara layanan perbuatan dan lisan sering digabung. Hal ini
disebabkan karena hubungan pelayanan secara umum banyak dilakukan
21
secara lisan kecuali khusus melalui hubungan tulis yang disebabkan oleh
faktor jarak.
Menurut L.P. Sinambela, dalam bukunya “Reformasi Pelayanan
Publik: Teori, Kebijakan dan Implementasi” (2006:6). Secara teoritis, tujuan
pelayanan publik pada dasarnya adalah memuaskan masyarakat. Untuk
mencapai kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan prima yang tercermin dari:
1) Transparansi, yakni pelayanan bersifat terbuka, mudah dan dapat
diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara
memadai serta mudah dimengerti;
2) Akuntabilitas, yakni pelayanan yang dapat dipertanggung jawabkan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
3) Kondisional, yakni pelayanan yang dapat sesuai dengan kondisi dan
kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang
pada prinsip efisiensi dan efektivitas;
4) Partisipatif, yakni pelayanan yang dapat mendorong peran serta
masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan
memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat;
5) Kesamaan hak, yakni pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi
dilihat dari aspek apapun khususnya suku, ras, agama, golongan, status
sosial, dan lain-lain;
6) Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pelayanan yang
mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima
pelayanan publik.
Menurut Parasuraman, (1985) dan Haywood-Farmer (1988), ada tiga
karakteristik utama tentang pelayanan, yaitu :
22
1. Intangibility, berarti bahwa pelayanan pada dasarnya bersifat
performance dan hasil pengalaman dan bukannya suatu objek.
Kebanyakan pelayanan tidak dapat dihitung, diukur, diraba, atau
ditest sebelum disampaikan untuk menjamin kualitas.
2. Heterogeneity, berarti bahwa pemakai jasa atau pelanggan memiliki
kebutuhan yang sangat heterogen. Pelanggan dengan pelayanan
yang sama mungkin mempunyai prioritas yang berbeda.
3. Inseparability, berarti bahwa produksi dan konsumsi suatu pelayanan
tidak terpisahkan. Kualitas terjadi selama penyampaian pelayanan,
biasanya terjadi selama interaksi klien dan penyedia jasa.
Menurut Gasper dalam Azis Sanapiah (2000:42), karakteristik atau
atribut yang harus diperhitungkan dalam perbaikan kualitas jasa pelayanan
ada 10 (dimensi), antara lain sebagai berikut :
1. Kepastian waktu pelayanan
Ketetapan waktu yang di harapkan berkaitan dengan waktu proses
atau penyelesaian, pengiriman, penyerahan, jaminan atau garansi ,
dan menanggapi keluhan.
2. Akurasi pelayanan
Akulturasi pelayanan berkaitan dengan reabilitas pelayanan, bebas
dari kesalahan-kesalahan.
3. Kesopanan dan keramahan
Dalam memberikan pelayanan personil yang berada di garis depan
yang berinteraksi langsung dengan pelanggan harus dapat
memberikan sentuhan pribadi yang menyenangkan. Sentuhan pribadi
23
yang menyenangkan tercermin melalui penampilan, bahasa tubuh dan
tutur bahasa yang sopan, ramah, lincah dan gesit.
4. Tanggung jawab
Bertanggung jawab dalam penerimaan pesan atau permintaan dan
penanganan keluhan pelanggan eksternal.
5. Kelengkapan
Kelengkapan pelayanan menyangkut lingkup (cakupan) pelayanan
ketersediaan sarana pendukung.
6. Kemudahan mendapatkan pelayanan
Kemudahan mendapatkan pelayanan berkaitan dengan banyaknya
petugas yang melayani dan fasilitas yang mendukung.
7. Pelayanan pribadi
Pelayanan pribadi berkaitan dengan ruang/tempat pelayanan
kemudahan, ketersediaan, data/Informasi dan petunjuk – petunjuk.
8. Variasi model pelayanan
Variasi model pelayanan berkaitan dengan inovasi untuk memberikan
pola baru pelayanan.
9. Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan
Kenyamanan pelayanan berkaitan dengan ruang tunggu/tempat
pelayanan, kemudahan, ketersediaan data dan Informasi dan
petunjuk- petunjuk.
10. Atribut pendukung pelayanan
Yang dimaksud atribut pendukung pelayanan dalam hal ini adalah
sarana dan prasarana yang di berikan dalam proses pelayanan.
24
Menurut Boediono (2003:114), ada lima dimensi yang dapat
digunakan untuk mengevaluasi mutu pelayanan yaitu:
1) Bukti langsung (Tangible) yaitu, sejauh mana pegawai mampu
memberikan kesan yang komunikasi dengan pengguna layanan publik.
2) Kehandalan, kemampuan organisasi untuk menjalankan janji
pelayanan terpercaya, tepat waktu dan dapat diandalkan.
3) Daya tanggap yaitu kesiapan pegawai dalam membantu masyarakat
memberikan pelayanan seperti yang diinginkan masyarakat serta
mendengarkan keluhan yang diajukan oleh masyarakat.
4) Jaminan yaitu mencakup kemampuan, kesopanan dan sifat dapat
dipercaya, reputasi yang baik dalam hal pelayanan karyawan yang
kompeten.
5) Toleransi yaitu mengenal pelanggan, pendengar yang baik dan sabar,
yang meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi
yang baik dan memahami kebutuhan masyarakat.
Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara No. 63 Tahun 2004 (Ratminto, 2005:177) tentang pedoman
umum penyelenggaraan pelayanan publik, standar pelayanan publik
sekurang-kurangnya meliputi:
1. Prosedur Pelayanan
Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima
pelayanan termasuk pengaduan.
2. Waktu Penyelesaian
Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan
sampai dengan penyelesaian termasuk pengaduan.
25
3. Biaya Pelayanan
Biaya/ tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses
pemberian layanan.
4. Produk Pelayanan
Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.
5. Sarana dan Prasarana
Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh
penyelenggaraan pelayanan publik.
6. Kompetensi Petugas Pemberi Pelayanan Publik
Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat
sesuai berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan
prilaku yang dibutuhkan.
Dilihat dari pola penyelenggaraannya, pelayanan publik di Indonesia
masih memiliki beberapa kelemahan yang dikemukakan Agus Fanar Syukri,
(2009:17), antara lain:
a. Kurang responsif. Kondisi ini terjadi pada hampir semua tingkatan unsur
pelayanan, mulai pada tingkatan petugas pelayanan (front line staff)
sampai dengan tingkatan penanggung jawab instansi. Respons
terhadap berbagai keluhan, aspirasi, maupun harapan masyarakat
sering kali lambat atau bahkan diabaikan sama sekali.
b. Kurang informatif. Berbagai informasi yang seharusnya disampaikan
kepada masyarakat, lambat penyampaiannya, atau bahkan tidak sampai
sama sekali kepada masyarakat.
26
c. Kurang accessible. Berbagai unit pelaksana pelayanan terletak jauh dari
jangkauan masyarakat, sehingga menyulitkan bagi mereka yang
memerlukan pelayanan.
d. Kurang koordinasi. Berbagai unit pelayanan yang terkait satu dengan
lainnya kurang berkoordinasi. Akibatnya, sering terjadi tumpang tindih
ataupun pertentangan kebijakan antara satu instansi pelayanan dengan
instansi pelayanan lain yang terkait.
e. Terlalu Birokratis. Pelayanan, khususnya pelayanan perizinan, pada
umumnya dilakukan dengan melalui proses yang terdiri dari beberapa
meja yang harus dilalui, sehingga menyebabkan penyelesaian
pelayanan yang terlalu lama.
f. Kurang mau mendengar keluhan/saran/aspirasi masyarakat. Akibatnya,
pelayanan yang diberikan apa adanya, tanpa ada perbaikan dari waktu
ke waktu.
g. Inefisien. Berbagai persyaratan yang diperlukan, khususnya dalam
pelayanan perizinan, seringkali tidak relevan dengan pelayanan yang
diberikan.
Selanjutnya, menurut Tangklisan (2005:223), ada beberapa faktor
yang mempengaruhi kualitas pelayanan itu sendiri adalah:
1) Faktor internal antara lain kewenangan direksi, sikap yang berorientasi
terhadap perubahan, budaya organisasi, etika organisasi, sistem
internship maupun semangat kerjasama.
2) Faktor eksternal antara lain budaya politik, dinamika dan perkembangan
politik, pengelolaan konflik lokal, kondisi sosial ekonomi dan kontrol yang
27
dilakukan oleh masyarakat serta organisasi LSM (Lembaga Swadaya
Masyarakat).
Dalam pelayanan umum terdapat beberapa faktor yang penting guna
tercipta dan terwujudnya pelaksanaan pelayanan secara efektif. Seperti yang
dikemukakan oleh H.A.S Moenir (2006:88) dalam bukunya yang berjudul
“Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia”, adalah sebagai berikut:
1. Faktor kesadaran
Adanya kesadaran dapat membawa seseorang kepada keikhlasan dan
kesungguhan dalam menjalankan atau melaksanakan suatu kehendak.
Kehendak dalam lingkungan organisasi kerja tertuang dalam bentuk
tugas, baik tertulis maupun tidak tertulis, mengikat semua orang dalam
organisasi kerja. Karena itu dengan adanya kesadaran pada pegawai
atau petugas, diharapkan dapat melaksanakan tugas dengan penuh
keikhlasan, kesungguhan dan disiplin. Kelebihan dan tingkah laku orang
lain jika disadari lalu dikembangkan dapat menjadi faktor pendorong bagi
kemajuan dan keberhasilan.
2. Faktor aturan
Aturan adalah perangkat penting dalam segala tindakan dan perbuatan
orang. Makin maju dan majemuk suatu masyarakat makin besar peranan
aturan dan dapat dikatakan orang tidak dapat hidup layak dan tenang
tanpa aturan. Oleh karena itu aturan demikian besar dalam hidup
masyarakat maka dengan sendirinya aturan harus dibuat, dipatuhi, dan
diawasi sehingga dapat mencapai sasaran sesuai dengan maksudnya.
Dalam organisasi kerja dibuat oleh manajemen sebagai pihak yang
berwenang mengatur segala sesuatu yang ada di organisasi kerja
28
tersebut. Oleh karena setiap orang pada akhirnya menyangkut langsung
atau tidak langsung kepada orang, maka masalah manusia serta sifat
kemanusiaannya harus menjadi pertimbangan utama. Pertimbangan
harus diarahkan kepada sebagai subyek aturan, yaitu mereka yang akan
dikenai aturan itu.
3. Faktor organisasi
Organisasi pada dasarnya tidak berbeda dengan organisasi pada
umunya, namun ada perbedaan sedikit dalam penerapannya, karena
sasaran pelayanan ditujukan secara khusus, kepada manusia yang
mempunyai dan kehendak multikompleks, kepada manusia yang
mempunyai dan kehendak multikompleks. Oleh karena itu organisasi
yang dimaksud disini tidak semata-mata dalam perwujudan susunan
organisasi, melainkan lebih banyak pada pengaturan dan mekanisme
kerjanya yang harus mampu menghasilkan pelayanan yang memadai.
4. Faktor pendapatan
Pendapatan adalah seluruh penerimaan seseorang sebagai imbalan atas
tenaga, dana, serta pikiran yang telah dicurahkan untuk orang lain atau
badan/organisasi, baik dalam bentuk uang, maupun fasilitas, dalam
jangka waktu tertentu. Pada dasarnya pendapatan harus dapat
memenuhi kebutuhan hidup baik untuk dirinya maupun keluarganya.
5. Faktor kemampuan dan keterampilan
Kemampuan yang dimaksud disini adalah keadaan yang ditujukan pada
sifat atau keadaan seseorang dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan
atas ketentuan-ketentuan yang ada. Istilah yang “kecakapan” selanjutnya
keterampilan adalah kemampuan melaksanakan tugas atau pekerjaan
29
dengan menggunakan anggota badan dan pengetahuan kerja yang
tersedia. Dengan pengertian ini dapat dijelaskan bahwa keterampilan
lebih banyak menggunakan unsur anggota badan dari pada unsur lain.
6. Faktor sarana pelayanan
Sarana pelayanan yang dimaksud disini adalah segala jenis pelayanan,
perlengkapan kerja dan fasilitas lain yang berfungsi sebagai alat utama
atau pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan, dan juga berfungsi social
dalam rangka kepentingan orang-orang yang sedang berhubungan
dengan organisasi kerja itu. Fungsi sarana pelayanan itu antara lain:
a. Mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan, sehingga dapat
menghemat waktu.
b. Meningkatkan produktivitas, baik barang maupun jasa.
c. Kualitas produk yang lebih baik.
d. Kecepatan susunan dan stabilitas terjamin.
e. Menimbulkan rasa kenyamanan bagi orang-orang yang
berkepentingan.
f. Menimbulkan perasaan puas orang-orang yang berkepentingan
sehingga dapat mengurangi sifat emosional mereka.
II.1.3. Konsep Perizinan
Tidaklah mudah memberikan definisi apa yang dimaksud dengan izin,
sukar memberikan definisi bukan berarti tidak terdapat definisi, bahkan
ditemukan sejumlah definisi yang beragam. Berikut ini disampaikan beberapa
definisi izin.
E. Utrecht (1963:187) mengatakan bahwa bila pembuat peraturan
umumnya tidak melarang suatu perbuatan tetapi masih juga
30
memperkenankannya asal saja diadakan secara yang ditentukan untuk
masing-masing hal konkrit, keputusan administrasi negara yang
memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin (vergunning). Bagir
Manan dalam Ridwan HR (2007:207) menyebutkan bahwa izin dalam arti luas
berarti persetujuan dari penguasa berdasarkan perundang-undangan untuk
memperbolehkan tindakan atau perbuatan yang secara umum dilarang.
Menurut Sjachran Bash dalam Ridwan HR (2007:207) menyatakan
bahwa :
“Izin adalah perbuatan hukum administrasi negara bersegi satu yang mengaplikasikan peraturan dalam hal konkrit berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan”.
Sedangkan N.M. Spelt dan Mr. J. B. J.M Ten Berge yang disuting
oleh Philipus M. Hadjon (1993:2), menyatakan bahwa :
“Izin adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undangan atas peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan perundangan. Dengan memberikan izin, penguasa memperkenankan orang yang dalam memohonnya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu, ini menyangkut perkenaan bagi suatu tindakan yang demi kepentingan umum mengharuskan pengawasan khusus atasnya Izin merupakan salah satu instrumen yang paling banyak digunakan dalam hukum administrasi. Pemerintah menggunakan”.
Selanjutnya, Asep Warlan Yusuf dalam Ridwan Juniarso, (2009:92)
mengatakan bahwa izin adalah instrumen pemerintah yang bersifat yuridis
preventif, yang digunakan sebagai sarana hukum administrasi untuk
mengendalikan perilaku masyarakat.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu,
Izin adalah dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah berdasarkan
peraturan daerah atau peraturan lainnya yang merupakan bukti legalitas,
31
menyatakan sah atau diperbolehkannya seseorang atau badan untuk
melakukan usaha atau kegiatan tertentu. Sedangkan, perizinan adalah
pemberian legalitas kepada seseorang atau pelaku usaha/kegiatan tertentu,
baik dalam bentuk izin maupun tanda daftar usaha.
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu.
Perizinan merupakan salah satu bentuk pelaksanaan dari pengaturan yang
bersifat pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah terhadap kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, dan izin untuk melakukan suatu
tindakan atau kegiatan usaha yang biasanya harus dimiliki atau diperoleh
suatu organisasi perusahaan atau seseorang sebelum yang bersangkutan
dapat melakukan suatu kegiatan atau usaha.
Menurut Ahmad Sobana dalam Juniarso Ridwan (2009:92),
mekanisme perizinan dan izin yang diterbitkan untuk pengendalian dan
pengawasan administratif bisa dipergunakan sebagai alat untuk mengevaluasi
keadaan dan tahapan perkembangan yang ingin dicapai, di samping untuk
mengendalikan arah perubahan dan mengevaluasi keadaan, potensi, serta
kendala.
Tinjauan dari perizinan itu sendiri adalah untuk mengatur tindakan-
tindakan yang oleh pembuat undang-undang tidak seluruhnya dianggap salah.
Jadi, Perizinan sebagai instrumen usaha implementasi program
pemerintah daerah yang menjadi bagian integral dari penyelenggaraan
pemerintahan, maka pemerintah daerah bisa lebih leluasa untuk
menggunakannya sesuai dengan rambu peraturan perundangan yang berlaku
dengan tetap menjunjung tinggi azas umum pemerintahan yang layak.
32
Dari pemaparan pendapat diatas, Ridwan HR dalam bukunya
“Hukum Administrasi Negara” (2007:210) mengemukakan ada beberapa
unsur dalam perizinan, yaitu sebagai berikut :
a. Instrumen Yuridis
b. Peraturan Perundang-undangan
c. Organ Pemerintah
d. Peristiwa Konkret
e. Prosedur dan Persyaratan
Menurut Ridwan HR (2007:217) Izin merupakan instrumen yuridis
yang digunakan oleh pemerintah, oleh karena itu, izin berfungsi selaku ujung
tombak instrumen hukum sebagai pengarah, perekayasa, dan perancang
masyarakat adil dan makmur itu dijelmakan. Hal ini berarti lewat izin dapat
diketahui bagaimana gambaran masyarakat adil dan makmur itu terwujud.
Adapun mengenai tujuan perizinan (Ridwan HR, 2007:218), yang
secara umum dapat disebutkan sebagai berikut:
a. Keinginan mengarahkan (mengendalikan “sturen”) aktivitas-aktivitas
tertentu (misalnya izin bangunan).
b. Izin mencegah bahaya bagi lingkungan (izin-izin lingkungan).
c. Keinginan melindungi objek-objek tertentu (izin terbang, izin
membongkar pada monumen-monumen).
d. Izin hendak membagi benda-benda yang sedikit (izin penghuni di
daerah padat penduduk).
e. Izin memberikan pengarahan, dengan menyeleksi orang-orang dan
aktivitas-aktivitas (izin berdasarkan “drank en horecawet”), dimana
pengurus harus memenuhi syarat-syarat tertentu).
33
II.1.4. Konsep Pelayanan Perizinan
Pada dasarnya, pelayanan publik mencakup tiga aspek, yaitu
pelayanan barang, jasa, dan administratif. Wujud pelayanan administratif
adalah layanan berbagai perizinan, baik yang bersifat non perizinan maupun
perizinan. Perizinan merupakan salah satu aspek penting dalam pelayanan
publik, demikian juga perizinan yang terkait dengan kegiatan usaha. Proses
perizinan, khususnya perizinan usaha, secara langsung akan berpengaruh
terhadap keinginan dan keputusan calon pengusaha maupun investor untuk
menanamkan modalnya. (Tirta Nugraha Mursitama, dkk. 2010. Reformasi
Pelayanan Perizinan dan Pembangunan Daerah Cerita Sukses. Dari
http://www.transparansi.or.id/wp/content/uploads/2011/02/Otonomi_Daerah.pd
f. Diakses tanggal 22 November 2011).
Menurut Ratminto & Atik Septi W (2005:5) Pelayanan administrasi
pemerintahan atau pelayanan perizinan dapat didefinisikan sebagai segala
bentuk jasa pelayanan yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan
dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di lingkungan
BUMN atau BUMD, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan
masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan
perundang-undangan, yang bentuk produk pelayanannya adalah izin atau
warkat.
Pelayanan perizinan dilakukan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan
masyarakat, misalnya upaya instansi yang berwenang dalam memberikan
jaminan kepastian hukum atas usaha yang dimiliki sehingga dapat menjamin
segala aktivitas. Jadi, pelayanan perizinan adalah segala bentuk tindakan
yang dilakukan oleh pemerintah kepada masyarakat yang bersifat legalitas
34
atau melegalkan kepemilikan, hak, keberadaan, dan kegiatan individu atau
organisasi.
Dalam kaitan dengan pelayanan perizinan pemerintah berusaha
menciptakan suatu sistem pelayanan yang optimal. Salah satu dari tindakan
pemerintah tersebut adalah dengan dikeluarkannya suatu kebijakan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Dengan adanya PTSP, aparatur
pemberi pelayanan harus benar-benar ditata, diperbaharui, dan dibenahi
untuk mengubah citra aparatur yang sebelumnya dipandang lamban (karena
birokrasi yang panjang) dan tidak transparan menjadi efektif sesuai dengan
tujuan pelayanan publik.
Perangkat Daerah Penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu,
selanjutnya disingkat PPTSP adalah perangkat pemerintah daerah yang
memiliki tugas pokok dan fungsi mengelola semua bentuk pelayanan
perizinan dan non perizinan di daerah dengan sistem satu pintu.
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) adalah kegiatan
penyelenggaraan perizinan dan non-perizinan, yang proses pengelolaannya di
mulai dari tahap permohonan sampai ke tahap penerbitan dokumen,
dilakukan secara terpadu dalam satu tempat. Dengan konsep ini, pemohon
cukup datang ke satu tempat dan bertemu dengan petugas front office saja.
Hal ini dapat meminimalisasikan interaksi antara pemohon dengan petugas
perizinan dan menghindari pungutan-pungutan tidak resmi.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 24 Tahun 2006
tentang Pedoman Penyelenggaraan Perizinan Terpadu Satu Pintu, Sasaran
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, adalah :
35
a) Terwujudnya pelayanan publik yang cepat, murah, mudah,
transparan, pasti dan terjangkau;
b) Meningkatnya hak-hak masyarakat terhadap pelayanan publik.
Sedangkan tujuan Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu,
adalah :
a) meningkatkan kualitas layanan publik;
b) memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk
memperoleh pelayanan publik.
Selanjutnya berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 24
Tahun 2006, Penyederhanaan penyelenggaraan pelayanan mencakup :
a. Pelayanan atas permohonan perizinan dan non perizinan dilakukan oleh
PPTSP;
b. Percepatan waktu proses penyelesaian pelayanan tidak melebihi
standar waktu yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah;
c. Kepastian biaya pelayanan tidak melebihi dari ketentuan yang telah
ditetapkan dalam peraturan daerah;
d. Kejelasan prosedur pelayanan dapat ditelusuri dan diketahui setiap
tahapan proses pemberian perizinan dan non perizinan sesuai dengan
urutan prosedurnya;
e. Mengurangi berkas kelengkapan permohonan perizinan yang sama
untuk dua atau lebih permohonan perizinan;
f. Pembebasan biaya perizinan bagi Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) yang ingin memulai usaha baru sesuai dengan peraturan yang
berlaku;
36
g. Pemberian hak kepada masyarakat untuk memperoleh informasi dalam
kaitannya dengan penyelenggaraan pelayanan.
Pemerintah melalui kebijakan yang tertuang dalam Peraturan Menteri
Dalam Negeri No. 24 Tahun 2006 (Ridwan, 2009:16) tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu intinya meminta pemerintah
daerah melakukan kegiatan seperti:
1. Penyederhanaan sistem dan prosedur perizinan usaha.
2. Pembentukan lembaga pelayanan perizinan terpadu satu pintu di
daerah.
3. Pemangkasan waktu dan biaya perizinan.
4. Perbaikan sistem pelayanan.
5. Perbaikan sistem informasi.
6. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi proses penyelenggaraan
perizinan.
Menurut Ratminto (2005:39), dalam bukunya yang berjudul
“Manajemen Pelayanan” kualitas pelayanan perizinan sangat dipengaruhi oleh
lima faktor yaitu :
a) Kuatnya Posisi Tawar Pengguna Jasa Pelayanan
Adanya kesetaraan hubungan atau kesetaraan posisi tawar antara
pemberi pelayanan dan pengguna jasa pelayanan yang dilakukan antara
lain dengan memberitahukan dan mensosialisasikan hak-hak dan
kewajiban-kewajiban baik pemberi maupun pengguna jasa pelayanan.
Sehingga posisi tawar masyarakat seimbang dengan posisi tawar
pemberi jasa pelayanan.
37
b) Berfungsinya Mekanisme ‘Voice’
Pengguna jasa pelayanan harus diberi kesempatan untuk
mengungkapkan ekspresi ketidakpuasannya atas pelayanan yang
diterimanya. Apabila saluran ini dapat berfungsi secara efektif, maka
posisi tawar pengguna jasa akan menjadi sama dengan posisi tawar
penyelenggara jasa pelayanan sehingga kualitas pelayanan dapat
ditingkatkan.
c) Pembentukan Birokrat Yang Berorientasi Pelayanan
Faktor utama dalam manajemen pelayanan perizinan adalah sumber
daya manusia atau birokrat yang bertugas memberi pelayanan. Oleh
sebab itu pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia
penyelenggara pelayanan (birokrat) harus ditingkatkan baik secara
kualitas maupun kuantitas.
d) Pengembangan Kultur Pelayanan
Hal lain yang juga sangat krusial dalam peningkatan kualitas pelayanan
perizinan adalah berkembangnya kultur pelayanan dalam diri birokrat.
Penyelenggara pelayanan harus memiliki kultur pelayanan yang
berorientasi pada kepentingan masyarakat.
e) Pembangunan Sistem Pelayanan Yang Mengutamakan Kepentingan
Masyarakat
Faktor terakhir yang juga sangat penting dalam manajemen pelayanan
perizinan adalah beroperasinya pelayanan yang mengutamakan
kepentingan masyarakat. Pelayanan yang berkualitas harus memberikan
kejelasan sistem dan prosedur sehingga ada kepastian yang diperoleh
masyarakat pengguna layanan.
38
Lebih lanjut Ratminto (2005:245) menyebutkan bahwa, ada beberapa
asas dalam penyelenggaraan pelayanan perizinan atau pemerintahan, asas-
asas ini dapat memberikan pedoman tentang efektivitas, efesiensi dan
akuntabilitas pelayanan. Asas-asasnya adalah sebagai berikut :
1) Empati dengan customers. Pegawai yang melayani urusan perizinan dari
instansi penyelenggara jasa perizinan dapat berempati dengan
masyarakat pengguna jasa pelayanan.
2) Pembatasan prosedur. Prosedur harus dirancang sependek mungkin,
dengan demikian konsep one stop shop benar-benar diterapkan.
3) Kejelasan tatacara pelayanan. Tatacara pelayanan harus didesain
sesederhana mungkin dan dikomunikasikan kepada masyarakat
pengguna jasa pelayanan.
4) Minimalisasi persyaratan pelayanan. Persyaratan dalam mengurus
pelayanan harus dibatasi sesedikit mungkin dan sebanyak yang benar-
benar diperlukan.
5) Kejelasan kewenangan. Kewenangan pegawai yang melayani
masyarakat pengguna jasa pelayanan harus dirumuskan sejelas mungkin
dengan membuat bagan tugas distribusi kewenangan.
6) Transparansi biaya. Biaya pelayanan harus ditetapkan seminimal
mungkin dan setransparan mungkin.
7) Kepastian jadwal dan durasi pelayanan. Jadwal dan durasi pelayanan
juga harus pasti, sehingga masyarakat memiliki gambaran yang jelas dan
tidak resah.
39
8) Minimalisasi formulir. Formulir-formulir harus dirancang secara efisien,
sehingga akan dihasilkan formulir yang komposit (satu formulir yang
dapat dipakai untuk berbagai keperluan).
9) Maksimalisasi masa berlakunya izin. Untuk menghindarkan terlalu
seringnya masyarakat mengurus izin, maka masa berlakunya izin harus
ditetapkan selama mungkin.
10) Kejelasan hak dan kewajiban providers dan customers. Hak-hak dan
kewajiban-kewajiban baik bagi providers maupun bagi customers harus
dirumuskan secara jelas, dan dilengkapi dengan sangsi serta ketentuan
ganti rugi.
11) Efektivitas penanganan keluhan. Pelayanan yang baik sedapat mungkin
harus menghindari terjadinya keluhan.
Menurut Ridwan Juniarso (2009:163) ada beberapa hambatan yang
biasanya dikeluhkan oleh masyarakat yang ingin mengurus perizinan yaitu :
1) Biaya perizinan
a) Biaya pengurusan izin sangat memberatkan bagi pelaku usaha kecil.
Besarnya biaya perizinan seringkali tidak transparan.
b) Penyebab besarnya biaya disebabkan karena pemohon tidak
mengetahui besar biaya resmi untuk pengurusan izin, dan karena
adanya pungutan liar.
2) Waktu
a) Waktu yang diperlukan mengurus izin relatif lama karena prosesnya
yang berbelit.
b) Tidak adanya kejelasan kapan izin diselesaikan.
c) Proses perizinan tergantung pada pola birokrasi setempat.
40
3) Persyaratan
a) Persyaratan yang sama dan diminta secara berulang-ulang untuk
berbagai jenis izin.
b) Persyaratan yang ditetapkan seringkali sulit untuk diperoleh.
c) Informasi yang dibutuhkan tidak tersedia dan terdapat beberapa
persyaratan yang tidak dapat dipenuhi khususnya oleh para
pengusaha kecil.
II.3. Kerangka Pemikiran
Pelayanan Perizinan merupakan suatu masalah yang sangat
kompleks, perizinan merupakan salah satu aspek penting dalam pelayanan
publik, dalam hal pelayanan perizinan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Efektivitas pelayanan perizinan dapat terlaksana apabila unsur yang terlibat
dalam proses pelayanan dapat berperan dengan baik. Dalam sistem
kerjasama utamanya pelayanan perizinan terdapat unsur yang saling
berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Kesatupaduan unsur-unsur
tersebut akan menentukan efektifnya pelayanan.
Untuk mengukur seberapa jauh tingkat efektivitas pelayanan
perizinan di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur,
maka penulis menggunakan pendekatan yang dikemukakan oleh Hari Lubis
dan Martani Huseini yaitu pendekatan proses (process approach) untuk
melihat sejauh mana efektivitas pelaksanaan program dari semua kegiatan
proses internal atau mekanisme organisasi. Pendekatan proses (internal
process approach), menganggap efektivitas sebagai efesiensi dan kondisi
kesehatan organisasi internal, yaitu kegiatan dan proses internal organisasi
yang berjalan dengan lancar. Mengingat Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
41
berorentasi pada pelayanan publik maka pendekatan proses (process
approach) melihat kegiatan internal organisasi dan mengukur efektivitas
melalui indikator internal seperti efesiensi dalam pelayanan, semangat
kerjasama dan loyalitas kelompok kerja. Dimana dalam pendekatan ini
dihubungkan dengan indikator Standar Pelayanan Perizinan berdasarkan
Keputusan Bupati Luwu Timur Nomor: 58 Tentang Standar Pelayanan
Perizinan pada Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur
yaitu prosedur pelayanan, responsivitas pegawai, sarana dan prasarana.
Dengan adanya indikator tersebut yang mampu diterapkan dalam organisasi,
maka dapat menciptakan keefektifan pelayanan publik yang sesuai dengan
tuntutan dan harapan masyarakat.
Kerangka pemikiran penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Pelayanan Perizinan
PENDEKATAN PROSES
1. Efesiensi Dalam Pelayanan
2. Semangat Kerjasama dan
Loyalitas Kelompok Kerja
3. Prosedur Pelayanan,
4. Responsivitas Pegawai,
5. Sarana dan Prasarana.
Efektivitas Pelayanan Perizinan Di Kantor Pelayanan Perizinan
Terpadu
42
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegiatan tertentu. Ini berarti untuk mendapatkan data yang
valid dalam penelitian haruslah berlandaskan keilmuan yaitu rasional, empiris
dan sistematis. Untuk memperoleh semuanya itu maka, dalam bab ini penulis
akan menjabarkan metode yang akan digunakan untuk memperoleh data
penelitian yang valid.
III.1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif
dimana dalam penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif yaitu untuk
mengetahui atau menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti
sehingga memudahkan penulis untuk mendapatkan data yang objektif dalam
rangka mengetahui dan memahami tingkat efektifitas pelayanan perizinan di
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur.
Pada teknik pengumpulan data penulis menggunakan teknik
wawancara yang kemudian akan diperoleh data dari hasil wawancara
tersebut. Dengan menggunakan teknik wawancara sebagai salah satu teknik
untuk memperoleh data maka hubungan peneliti dengan narasumber/
informan bersifat independen.
III.2. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian deskriptif yang
dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai masalah-
masalah yang diteliti, menginterpretasikan serta menjelaskan data secara
43
sistematis, dimaksudkan untuk memberi gambaran secara jelas mengenai
masalah-masalah yang diteliti yaitu tentang efektifitas pelayanan perizinan di
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur.
III.3. Unit Analisis
Unit analisis penelitian ini adalah organisasi yaitu Kantor Pelayanan
Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur dan untuk mendeskripsikan
efektivitas pelayanan perizinan terpadu maka diperlukan informasi dari pihak
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur dan masyarakat
yang memanfaatkan (mengurus izin) di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
Kabupaten Luwu Timur sebagai penerima layanan.
III.4. Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu penelitian sekitar 1 (satu) bulan terhitung dari tanggal 16
Januari s/d 13 Februari 2012. Adapun lokasi penelitian adalah Kantor
Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur. Peneliti menganggap
kantor ini layak untuk diteliti karena mengingat kantor ini merupakan salah
satu perangkat pemerintah daerah di Kabupaten Luwu Timur yang
menerapkan sistem pelayanan satu pintu yang khusus memberikan
pelayanan mengenai perizinan yang langsung bersinggungan kepada
masyarakat, diharapkan mampu memberikan pelayanan publik yang
berkualitas sehingga menciptakan pelayanan perizinan yang prima sesuai
dengan tuntutan dan harapan masyarakat.
III.5. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif
Menurut Lofland dan Lofland (1984:47) sebagaimana yang dikutip oleh Lexi
44
J. Moleong bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-
kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan
lain-lain. Dimana data hasil penelitian didapatkan melalui 2 sumber data,
yaitu:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara
yang diperoleh dari narasumber atau informan yang dianggap berpotensi
dalam memberikan informasi yang relevan dan sebenarnya di lapangan.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah sebagai data pendukung data primer dari literatur
dan dokumen serta data yang diambil dari suatu organisasi atau
perusahaan dengan permasalahan di lapangan yang terdapat pada lokasi
penelitian berupa bahan bacaan, bahan pustaka, dan laporan-laporan
penelitian.
III.6. Informan
Informan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang berpotensi
untuk memberikan informasi tentang bagaimana efektifitas pelayanan
perizinan di Kabupaten Luwu Timur, yakni pegawai di Kantor Pelayanan
Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur, meliputi:
1) Kepala Kantor
2) Kepala Bagian Tata Usaha
3) Kepala Seksi Perizinan
4) Kepala Seksi Pelayanan
5) Kepala Seksi Bina Program dan Informasi
6) Kelompok Jabatan Fungsional
45
Selain pegawai pada Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
Kabupaten Luwu Timur, penulis juga mengadakan wawancara kepada
masyarakat yang mendapatkan pelayanan perizinan di Kantor Pelayanan
Perizinan Terpadu sebagai pembanding.
III.7. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini jenis data yang dikumpulkan adalah data primer
dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
masyarakat Kabupaten Luwu Timur melalui wawancara langsung, data
sekunder adalah data yang diperoleh dari Kantor Pelayanan Perizinan
Terpadu Kabupaten Luwu Timur dan data-data pendukung lainnya yang
didapatkan melalui bahan bacaan, bahan pustaka, dan laporan-laporan
penelitian yang berkaitan dengan permasalahan penelitian ini.
Untuk mengumpulkan data primer dan data sekunder peneliti
menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu:
1. Observasi
Observasi yakni metode yang menitikberatkan pada pengamatan
langsung di lokasi penelitian guna melihat dan mengetahui secara pasti
mengenai efektifitas pelayanan perizinan di Kantor Pelayanan Perizinan
Terpadu Kabupaten Luwu Timur.
2. Wawancara
Wawancara yakni kegiatan tanya jawab lisan secara langsung,
wawancara dilakukan guna menggali informasi yang relevan dengan
tujuan penelitian. Maksud mengadakan wawancara, seperti ditegaskan
oleh Lincoln dan Guba (1985:266) yang dikutip oleh Lexi J.Moleong,
antara lain: mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan,
46
organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian lain-lain kebulatan;
merekonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa
lalu; memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang telah diharapkan
untuk dialami pada masa yang akan datang; memverifikasi, mengubah,
dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia
maupun bukan manusia (triangulasi); dan memverifikasi, mengubah, dan
memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai
pengecekan anggota.
3. Dokumentasi
Telaah dokumen yaitu mengkaji dokumen-dokumen baik berupa buku
referensi maupun peraturan atau pasal yang berhubungan dengan
penelitian ini guna melengkapi materi-materi yang berhubungan dengan
penelitian yang penulis lakukan.
III.8. Teknik Analisis Data
Proses analisis data dilakukan secara terus menerus dimulai dengan
menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari
wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan,
dokumen dan sebagainya sampai dengan penarikan kesimpulan. Didalam
melakukan analisis data peneliti mengacu kepada beberapa tahapan yang
dijelaskan Miles dan Huberman yang dikutip oleh Lexi J. Moleong terdiri dari
beberapa tahapan antara lain:
1. Pengumpulan informasi melalui wawancara terhadap key informan yang
compatible terhadap penelitian kemudian observasi langsung ke
lapangan untuk menunjang penelitian yang dilakukan agar mendapatkan
sumber data yang diharapkan.
47
2. Reduksi data (data reduction) yaitu proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, transformasi data kasar yang muncul
dari catatan-catatan di lapangan selama meneliti, tujuan diadakan
transkrip data (transformasi data) untuk memilih informasi mana yang
dianggap sesuai dan tidak sesuai dengan masalah yang menjadi pusat
penelitian di lapangan.
3. Penyajian data (data display) yaitu kegiatan sekumpulan informasi
dalam bentuk naratif, grafik jaringan, tabel dan bagan yang bertujuan
mempertajam pemahaman penelitian terhadap informasi yang dipilih
kemudian disajikan dalam tabel ataupun uraian penjelasan.
4. Pada tahap akhir adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi
(conclution drawing/verification), yang mencari arti pola-pola penjelasan,
konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat dan proposisi. Penarikan
kesimpulan dilakukan secara cermat dengan melakukan verifikasi
berupa tinjauan ulang pada catatan-catatan di lapangan sehingga data
dapat di uji validitasnya.
48
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
IV.1. Letak Geografi Kabupaten Luwu Timur
Kabupaten Luwu Timur adalah salah satu kabupaten di Provinsi
Sulawesi Selatan, Indonesia. Kabupaten ini berasal dari pemekaran
Kabupaten Luwu Utara yang disahkan dengan UU Nomor 7 Tahun 2003
tentang pembentukan Luwu Timur dan Mamuju Utara, pada tanggal 3 Mei
2003 ditetapkan sebagai hari jadi Luwu Timur. Malili adalah ibu kota dari
Kabupaten Luwu Timur yang terletak di ujung utara Teluk Bone.
Letak Kabupaten Luwu Timur kurang lebih 565 km ke arah Timur
Laut dari Makassar. Secara geografis terletak pada koordinat 2 03’00”- 3
03’25” LS dan 119 28’56”-121 47’27” BT. Dengan batas wilayah :
Utara : Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah
Selatan : Kabupaten Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara, dan
Teluk Bone.
Barat : Kec. Bone-bone, Kabupaten Luwu Utara
Timur : Provinsi Sulawesi Tengah.
Luas wilayah Luwu Timur adalah 6.944,88 km2, sekitar 11,14% dari
luas Provinsi Sulawesi Selatan. Dengan curah hujan yang cukup tinggi,
dengan temperatur konstan berada pada kisaran rata-rata 26,9˚ C menurut
data Stasiun Meteorologi dan Geofisika. Kabupaten Luwu Timur pada tahun
2007 dibagi menjadi 11 kecamatan. Dari 11 kecamatan tersebut terbagi
menjadi 99 unit desa dan 4 UPT (unit pemukiman transmigrasi). Di kabupaten
ini terletak Sorowako, tambang nikel yang dikelola oleh PT. INCO atau
49
sekarang dikenal dengan nama PT. VALE. Keadaan topografi Kabupaten
Luwu Timur sangat bervariasi, dalam ketinggian antara 0 s/d 1.230 di atas
permukaan laut, dengan struktur wilayah yang cukup lengkap, terdiri atas
kawasan pegunungan, dataran rendah, pesisir, laut dan kawasan danau yang
dikenal dunia dengan “Kompleks Danau-danau Malili” (Matano, Mahalona dan
Towuti). Secara umum kelerengan wilayahnya, berada pada kisaran 0-2%, 2-
15%, 15-30%, 30-40% dan > 40%.
IV.2. Sekilas Terbentuknya Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten
Luwu Timur (Februari Tahun 2007)
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) adalah kantor
penyelenggaraan perizinan dan non perizinan Kabupaten Luwu Timur, yang
proses pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai ke tahap
penerbitan dokumen perizinan, yang dilakukan secara terpadu dalam satu
tempat dan bertemu dengan petugas front office, hal ini dapat
meminimalisasikan interaksi antara pemohon dengan petugas perizinan dan
menghindari pungutan-pungutan tidak resmi.
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur
dibentuk pertama kali di bentuk pertama kali dengan nama Kantor Perizinan
Terpadu sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Timur Nomor 30
Tahun 2006 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga
Teknis Daerah Kabupaten Luwu Timur yang merupakan tindak lanjut dari
Permendagri No. 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Perizinan Terpadu Satu Pintu di beri kewenangan untuk melaksanakan
pelayanan administrasi perizinan.
50
Dalam perkembangannya berubah menjadi Kantor Pelayanan
Perizinan Terpadu sesuai dengan Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2008
tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan
Perencana Pembangunan Daerah, dan Lembaga Teknis Daerah, yang
merupakan tindak lanjut penerapan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007
tentang Organisasi Perangkat Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelayanan Perizinan Terpadu di Daerah yang merupakan penyempurnaan
dari Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006, diperkuat lagi
dengan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 500/1191/V/BANGDA
tanggal 08 Juni 2009 tentang Penyempurnaan Panduan Nasional
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Peraturan Bersama
Menteri Dalam Negeri Nomor 69 Tahun 2009, Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Nomor MHH 08 AH 01.01. 2009, Menteri Perdagangan Nomor 60/M-
DAG/PER/12/2009, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
Per.30/MEN/XII/2009, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 10
Tahun 2009 tentang Percepatan Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan
untuk memulai usaha.
IV.3. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu
Timur
VISI
Terwujudnya Pelayanan Perizinan Yang Prima,
Dalam Rangka Mewujudkan Kabupaten Luwu Timur
Kabupaten Agro Industri Tahun 2015
51
MISI
Menciptakan Sistem Pelayanan Perizinan yang Menyenangkan dan Prima,
Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur yang Profesional,
Menciptakan Sistem Kinerja yang Baik dan Bermartabat.
IV.4. Motto dan Janji Pelayanan Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
Kabupaten Luwu Timur
MOTTO
Kalau Bisa Dipermudah Mengapa Dipersulit,
Kalau Bisa Dipercepat Mengapa Diperlambat.
JANJI PELAYANAN
Apabila Kami Tidak Tepat Waktu, Kami Siap Mengantar ke Alamat Anda
Kesalahan yang Kami Lakukan, Kami Siap Memperbaiki dan Mengganti
Dokumen Izin Anda
IV.5. Tujuan Didirikannya Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten
Luwu Timur
Pembentukan Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu
Timur pada dasarnya adalah untuk menyederhanakan birokrasi pelayanan
perizinan dan non perizinan dalam bentuk:
1. Mempercepat waktu pelayanan dengan mengurangi tahapan-tahapan
dalam pelayanan yang kurang penting. Koordinasi yang lebih baik antar
instansi yang terkait dengan perizinan, juga akan sangat berpengaruh
terhadap percepatan pelayanan perizinan.
52
2. Menekan biaya pelayanan selain pengurangan tahapan, pengurangan
biaya juga dapat dilakukan dengan prosedur pelayanan serta biaya resmi
menjadi lebih transparan.
3. Menyederhanakan persyaratan, dengan mengembangkan sistem
pelayanan paralel dan akan ditemukan persyaratan-persyaratan yang
tumpang tindih, sehingga dapat dilakukan penyederhanaan persyaratan.
Hal ini juga berdampak langsung terhadap pengurangan biaya dan waktu.
IV.6. Sasaran Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur
Adapun Sasaran Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten
Luwu Timur, sebagai berikut:
1) Menyediakan sistem teknologi dan standar pelayan administrasi perizinan
yang memadai
2) Melakukan sosialisasi dana peningkatan sumber daya manusia aparatur
pengelola perizinan guna mengurangi keluhan pengguna jasa seminimal
mungkin dengan cara meningkatkan ketepatan waktu penyelesaian
perizinan.
3) Menata dengan baik data-data, laporan dan tersusunnya rencana kerja
serta akuntabilitas pelayanan perizinan.
4) Meningkatkan pendapatan daerah setiap tahunnya.
IV.7. Kebijakan Mutu Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
1. Memberikan pelayanan terbaik melalui prosedur yang lebih cepat, tepat,
mudah, jelas, dan transparan serta akuntabel.
2. Komitmen peningkatan dan perbaikan pelayanan secara
berkesinambungan.
53
3. Senantiasa berupaya untuk memenuhi kepuasan pelanggan atau
pengguna jasa.
4. Menggunakan komputerisasi dan sumber daya manusia yang memiliki
kompetensi yang memadai.
IV.8. Asas Penyelenggaraan Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
a. Transparan, yaitu bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh pihak
yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah
dimengerti.
b. Akuntabel, yaitu dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
c. Partisipatif, yaitu mendorong peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pelayanan perizinan dengan memperhatikan aspirasi,
kebutuhan dan harapan masyarakat.
d. Kesamaan hak, yaitu tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan
suku, ras, agama, golongan, gender, dan status ekonomi.
e. Efisien, yaitu proses pelayanan perizinan hanya melibatkan tahap-tahap
yang penting dan melibatkan personel yang memiliki kapasitas memadai.
f. Efektif, yaitu proses pelayanan perizinan dilakukan berdasarkan tata
urutan dan hanya melibatkan personel yang telah ditetapkan.
g. Keseimbangan antara hak dan kewajiban, yaitu pemberi dan penerima
pelayanan perizinan harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing
pihak.
h. Profesional, pemerosesan perizinan melibatkan keahlian yang diperlukan,
baik untuk validasi lapangan, pengukuran dan penilaian kelayakan, yang
54
masing-masing prosesnya dilaksanakan berdasarkan tata urutan dan
prosedur yang ditetapkan.
IV.9. Prinsip Penyelenggaraan Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
a. Kesederhanaan prosedur, pelayanan harus dilaksanakan secara, cepat,
tepat, mudah dan transparan tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan
mudah dilaksanakan.
b. Kejelasan dan Kepastian dalam hal:
Ø Prosedur / tata cara pelayanan
Ø Persyaratan, baik teknis mau pun administratif
Ø Unit kerja atau jabatan yang bertanggung jawab
Ø Rincian biaya / tarif pelayanan, termasuk tata cara pembayarannya
c. Kepastian waktu, pemerosesan permohonan perizinan dan non-
perizinan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan tanpa
memperhatikan skala usaha pemohon.
d. Kepastian Hukum, proses, biaya dan waktu wajib mengikuti aturan yang
berlaku, sehingga dokumen perizinan yang berhasil memiliki kekuatan
hukum yang menjadi jaminan hukum dan rasa aman bagi pemiliknya.
e. Kemudahan Akses, ditunjukkan dengan
Ø Ketersediaan informasi yang dapat dengan mudah dan langsung
diakses oleh masyarakat.
Ø Pelayanan aparat yang responsif.
f. Kenyamanan, telah dibuktikan dengan memiliki ruang dan sarana
pelayanan lainnya yang memadai sehingga memberikan rasa nyaman
bagi para pemohon.
55
KEPALA KANTOR
SEKSI PELAYANAN
BAGIAN TATA USAHA
SEKSI
PERIZINAN
SEKSI BINA PROGRAM
DAN INFORMASI
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
g. Kondisi wilayah, Kabupaten Luwu Timur dengan kondisi geografis yang
luas akan melakukan pelayanan khusus di tingkat kecamatan.
h. Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan
Ø Setiap petugas pelayanan memberikan pelayanan kepada pemohon
dengan memperhatikan etika dan kesopanan dalam berkomunikasi
baik dalam hal tutur bahasa, raut muka, maupun bahasa tubuh.
Ø Setiap petugas memberikan pelayanan sesuai dengan prosedur
yang telah ditetapkan.
Ø Petugas penilai teknis memberikan penilaian secara obyektif
berdasarkan keahlian dan memberikan masukan kepada pengambil
keputusan berdasarkan pandangan keahliannya tersebut, secara
jujur dan bertanggung jawab, termasuk memberikan rekomendasi
apakah izin yang dimohon dapat disetujui atau harus ditolak.
IV.10. Struktur Kelembagaan Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
Kabupaten Luwu Timur
Gambar 2. Struktur Kelembagaan
56
Adapun susunan jumlah pegawai di Kantor Pelayanan Perizinan
Terpadu Kabupaten Luwu Timur sesuai dengan bagiannya adalah sebagai
berikut:
Tabel 1. Data Jumlah Pegawai di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
No Klasifikasi Kerja Jumlah 1. Kepala Kantor 1 2. Bagian Tata Usaha 4 3. Seksi Perizinan 5 4. Seksi Pelayanan 5 5. Seksi Bina Program dan Informasi 5 6 Kelompok Jabatan Fungsional 4
Jumlah 24 Sumber : KPPT Kab. Luwu Timur
IV.11. Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu mempunyai tugas membantu
Bupati dalam penyelenggaraan pemerintah daerah dibidang pelayanan
perizinan terpadu.
Dalam menyelenggarakan tugas, kantor pelayanan perizinan terpadu
sebagaimana dimaksud diatas mempunyai fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pelayanan perizinan terpadu,
b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintah daerah dibidang
pelayanan perizinan terpadu.
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang pelayanan perizinan terpadu.
d. Pengelolaan ketatausahaan meliputi ketatalaksanaan, kepegawaian,
perlengkapan dan peralatan.
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Selain tugas pokok tersebut diatas juga mempunyai tugas dan
Wewenang yang diberikan sesuai dengan surat Edaran Menteri Dalam
57
Negeri. Nomor 500/1191/IV/BANGDA tanggal 8 Juni 2009 tentang
Penyempurnaan Panduan Nasional tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu, adalah sebagai berikut:
a. Tugas pokok Penyelenggara adalah :
1) Memberikan pelayanan perizinan dan non-perizinan yang menjadi
kewenangan pemerintah kota / kabupaten,
2) Mengelola administrasi perizinan dan non-perizinan dengan mengacu
kepada prinsip koordinasi, integrasi, singkronisasi, dan keamanan
berkas.
b. Kewenangan Penyelenggara adalah :
1) Melakukan koordinasi dengan SKPD terkait dalam penyelenggaraan
perizinan dan non-perizinan ditingkat kabupaten / kota.
2) Menandatangani perizinan.
3) Melakukan penyederhanaan persyaratan, jumlah dan jenis perizinan
bersama-sama dengan unsur-unsur lain dalam pemerintah kabupaten /
kota.
c. Tugas dan Kewajiban, Fungsi, dan Uraian Tugas Pegawai
1. Kepala Kantor
Tugas dan Kewajiban
Melaksanakan penyusunan dan kebijakan daerah dalam
penyelenggaraan pelayanan perizinan terpadu.
Fungsi
1) Perumusan kebijakan Kantor
2) Penyusunan rencana stratejik kantor
58
3) Penyelenggaraan pelayanan umum penyelenggaraan ketahanan
pangan.
4) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan,
program dan kegiatan kantor
5) Penyelenggaraan evaluasi program dan kegiatan kantor
Uraian Tugas
1) Merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan dan
mengendalikan serta menetapkan kebijakan penyelenggaraan
pelayanan perizinan terpadu
2) Membina dan mengarahkan Kepala Bagian Tata Usaha dan para
Kepala Seksi dalam melaksanakan tugasnya;
3) Melakukan pembinaan terhadap kedisiplinan pegawai dalam lingkup
kantor;
4) Melakukan upaya pembinaan dan peningkatan kualitas sumber
daya pegawai dalam lingkup kantor;
5) Melakukan pembinaan dan pengendalian atas pengelolaan
keuangan dan penerimaan kantor;
6) Melakukan pembinaan dan pengendalian atas pengelolaan
perlengkapan dan peralatan kantor;
7) Menyelenggarakan koorkantori dengan instansi atau unit kerja
terkait;
8) Menilai prestasi kerja kepala bagian dan kepala seksi dalam rangka
pembinaan dan pengembangan karier;
9) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Bupati;
59
10) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Bupati melalui
Sekretaris Daerah (Sekda).
2. Kepala Bagian Tata Usaha
Tugas dan Kewajiban
Membantu Kepala Kantor dalam melaksanakan perencanaan,
pengendalian data, pembinaan dan evaluasi program/kegiatan kantor.
Fungsi
1) Pelaksanaan kebijakan teknis bagian
2) Pelaksanaan program dan kegiatan bagian
3) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan
program dan kegiatan pejabat non struktural dalam lingkup bagian
4) Pelaksanaan evaluasi program dan kegiatan pejabat non struktural
dalam lingkup bagian
Uraian Tugas
1) Menyusun program dan rencana kerja bagian tata usaha sebagai
pedoman pelaksanaan tugas;
2) Melaksanakan surat menyurat untuk kepentingan dinas;
3) Menerima, meneliti, mengagenda, dan meninfrastruktur dan
distribusikan surat-surat masuk dan surat keluar;
4) Melakukan pengarsipan surat-surat dinas dan dokumen lainnya;
5) Mengelola urusan rumah tangga dan keperotokolan;
6) Mengelola urusan administrasi keuangan;
7) Mengelola urusan administrasi kepegawaian;
8) Mengelola urusan administrasi perlengkapan dan peralatan;
60
9) Mengkoordinasikan penyusunan laporan pelaksanaan program/
kegiatan;
10) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala kantor;
11) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada kepala kantor.
3. Kepala Seksi Perizinan
Tugas dan Kewajiban
Membantu Kepala Kantor dalam melaksanakan penerbitan perizinan
Fungsi
1) Penyusunan program dan kegiatan seksi
2) Pelaksanaan program dan kegiatan seksi
3) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan
program dan kegiatan pejabat non struktural dalam lingkup seksi
4) Pelaksanaan evaluasi program dan kegiatan pejabat non struktural
dalam lingkup seksi
Uraian Tugas
1) Mempersiapkan dan mengolah bahan perumusan kebijakan teknis
kegiatan penerbitan perizinan;
2) Mengumpulkan bahan penyusunan rencana kegiatan penerbitan
perizinan;
3) Menyusun rencana pelaksanaan program dan penerbitan perizinan
sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas;
4) Membina, mengkoordinasikan dan melaksanakan program dan
penerbitan perizinan;
5) Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan
program dan penerbitan perizinan;
61
6) Memberikan petunjuk, mengawasi dan membimbing bawahan
dalam pelaksanaan tugas penerbitan perizinan;
7) Melaksanakan evaluasi dan menyusun laporan pelaksanaan
kegiatan seksi;
8) Melaksanakan tugas lain sesuai dengan kewenangan dan bidang
tugas yang diberikan oleh pimpinan;
9) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada kepala kantor.
4. Kepala Seksi Pelayanan
Tugas dan Kewajiban
Membantu Kepala Kantor dalam melaksanakan kegiatan pelayanan
Fungsi
1) Penyusunan program dan kegiatan seksi
2) Pelaksanaan program dan kegiatan seksi
3) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan
program dan kegiatan pejabat non struktural dalam lingkup seksi
4) Pelaksanaan evaluasi program dan kegiatan pejabat non struktural
dalam lingkup seksi.
Uraian Tugas
1) Mempersiapkan dan mengolah bahan perumusan kebijakan teknis
kegiatan penyelidikan dan penyidikan;
2) Mengumpulkan bahan penyusunan rencana kegiatan penyelidikan
dan penyidikan;
3) Menyusun rencana pelaksanaan program dan kegiatan
penyelidikan dan penyidikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan
tugas;
62
4) Membina, mengkoordinasikan dan melaksanakan program dan
kegiatan penyelidikan dan penyidikan;
5) Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan
program dan kegiatan penyelidikan dan penyidikan;
6) Memberikan petunjuk, mengawasi dan membimbing bawahan
dalam pelaksanaan tugas penyelidikan dan penyidikan;
7) Melaksanakan evaluasi dan menyusun laporan pelaksanaan
kegiatan seksi;
8) Melaksanakan tugas lain sesuai dengan kewenangan dan bidang
tugas yang diberikan oleh pimpinan;
9) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada kepala kantor.
5. Kepala Seksi Bina Program dan Informasi
Tugas dan Kewajiban
Membantu Kepala Kantor dalam melaksanakan kegiatan bina program
dan informasi
Fungsi
1) Penyusunan program dan kegiatan seksi
2) Pelaksanaan program dan kegiatan seksi
3) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan
program dan kegiatan pejabat non struktural dalam lingkup seksi
4) Pelaksanaan evaluasi program dan kegiatan pejabat non struktural
dalam lingkup seksi
Uraian Tugas
1) Mempersiapkan dan mengolah bahan perumusan kebijakan teknis
penyelenggaraan kegiatan bina program dan informasi;
63
2) Mengumpulkan bahan penyusunan rencana penyelenggaraan
kegiatan bina program dan informasi;
3) Menyusun rencana pelaksanaan program dan kegiatan bina
program dan informasi sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas;
4) Membina, mengkoordinasikan dan melaksanakan program dan
kegiatan bina program dan informasi;
5) Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan
program dan kegiatan bina program dan informasi;
6) Memberikan petunjuk, mengawasi dan membimbing bawahan
dalam pelaksanaan tugas penyelenggaraan kegiatan bina program
dan informasi;
7) Melaksanakan evaluasi dan menyusun laporan pelaksanaan
kegiatan seksi;
8) Melaksanakan tugas lain sesuai dengan kewenangan dan bidang
tugas yang diberikan oleh pimpinan;
9) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada kepala kantor.
6. Kelompok Jabatan Fungsional
Mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas di bidang pelayanan
perizinan terpadu sesuai keahlian.
IV.12. Cakupan Layanan Penyelenggaraan Kantor Pelayanan Perizinan
Terpadu
Cakupan pokok pelayanan yang diberikan oleh penyelenggara KPPT
setidaknya meliputi :
1. Izin Dasar dan menjadi prasyarat utama untuk memulai kegiatan usaha
64
2. Non perizinan yang belum dilayani secara efektif oleh SKPD, kecamatan,
atau kelurahan.
3. Perizinan yang terkait dengan pengembangan sektor ekonomi unggulan
IV.13. Manfaat Keberadaan Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
1. Bagi masyarakat
a. Memperoleh akses yang lebih luas dan memperoleh pelayanan publik.
b. Memberikan kepastian dan jaminan hukum dari formalitas usaha yang
dimiliki.
2. Bagi Dunia Usaha
a. Memperoleh kemudahan dalam perizinan usaha akan meningkatkan
minat pelaku usaha untuk melakukan investasi dan mengembangkan
usaha.
b. Efisien pelayanan yang menghasilkan pengurangan waktu dan biaya
membuat pelaku usaha dapat mengalokasikan lebih banyak waktu dan
biaya pada kegiatan-kegiatan yang lebih produktif.
3. Bagi Pemerintah
a. Mengurangi beban administratif karena pelayanan yang lebih efektif
dan efisien. Berbagai data menyangkut aktifitas masyarakat di wilayah
tersebut dapat dipadukan (data base), sehingga mengurangi beban
pendataan di instansi lain, serta menghindari adanya duplikasi
kegiatan pendataan yang tidak perlu. Secara tidak langsung
kemudahan pelayanan perizinan dan non-perizinan juga berdampak
positif terhadap peningkatan pendapatan asli daerah (PAD).
b. Meningkatkan daya saing dan kemandirian daerah. Dengan semakin
mudahnya pelayanan perizinan, maka dunia usaha secara langsung
65
akan bergairah dan selanjutnya berdampak pada kemampuan
keuangan daerah yang diperoleh dari pajak.
c. Terbangunnya citra yang lebih baik, yang memungkinkan pemerintah
mendapatkan manfaat dari partisipasi masyarakat dalam berbagai
aspek pembangunan.
d. Mencegah sejak dini terjadinya KKN dan pungutan liar dalam proses
pengurusan perizinan dan non perizinan.
IV.14. Jenis Perizinan, Persyaratan Dasar Hukum dan Standar Waktu
Perizinan dan Non Perizinan yang Dikelolah Kantor Pelayanan
Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur
Tabel 2. Jenis Perizinan, Persyaratan Dasar Hukum dan Standar Waktu Perizinan dan Non Perizinan KPPT Kab. Luwu Timur
No. Jenis Pelayanan Dasar Hukum Persyaratan
Standar
Waktu
1. Surat Izin Perdagangan
(SIUP)
Perda No.20/2005
tentang retribusi
Perindustrian dan
Perdagangan
• Permohonan Izin
• Pengantar dari Camat
• Fotocopy Akte Notaris
• Fotocopy KTP
• Foto 3x4 2 Lembar
• Izin Gangguan
• Rekomendasi Teknis (Dinas Koperindag)
• Fotocopy PBB/IMB
• Surat Kuasa dari Pemilik Badan Usaha
apabila diwakili
3 hari
kerja
2. Tanda Daftar
Perusahaan (TDP)
UU No.3/1982 tentang
Wajib Daftar
Perusahaan
• Permohonan Izin
• Pengantar dari Camat
• Fotocopy Akte Notaris
• Fotocopy KTP
• Foto 3x4 2 Lembar
• Izin Gangguan
• Rekomendasi Teknis (Dinas Koperindag)
• Fotocopy PBB/IMB
• Surat Kuasa dari Pemilik Badan Usaha
apabila diwakili
3 hari
kerja
3. Surat Izin Usaha Jasa
Kontruksi (SIUJK)
Perda No.13/2005
tentang Distribusi Usaha
Jasa Kontruksi (SIUJK)
• Permohonan Izin
• Pengantar dari Camat
• Fotocopy Akte Notaris
• Fotocopy Sertifikat Badan Usaha (SBU)
LPJK
• Fotocopy KTP yang masih berlaku
• Tanda bukti Pembayaran Pajak 3 (tiga)
Bulan
3 hari
kerja
66
• Foto 3x42 Lembar Rekomendasi Teknis
(Dinas PU)
4. Surat Izin Usaha Rumah
Potong Hewan
(SIURPH)
Perda No. 19/2005
tentang retribusi Rumah
Potong Hewan, Perda
No. 6/2007 tentang
Usaha Peternakan dan
Penertiban Ternak
• Permohonan Izin
• Pengantar dari Camat
• Izin Lokasi / HGU
• Izin Gangguan,
• Fotocopy SIUP dan TDP
• Persyaratan Teknis
• Rekomendasi Teknis (Dinas Pertanian,
Perkebunan & Peternakan)
• Surat Kuasa dari Pemilik Badan Usaha
apabila diwakili
3 hari
kerja
5. Surat Izin Usaha
Menangkap Ikan (SIUPI)
Sementara dalam
penyusunan, Mutandis
Kab. Luwu Utara
• Pengantar Camat
• Permohonan Izin
• Bukti Kepemilikan
• Identitas Pemilik
• Surat Ukur (Pas Kecil GT 7 ke atas dari
Kantor Sabandar
• Surat Ukur (Pas Kecil GT 6 dari
Dinas Informasi dan Komunikasi)
• Rekomendasi Teknis (Dinas Kelautan &
Perikanan
• Surat Kuasa dari Pemilik Badan Usaha
apabila diwakili
3 hari
kerja
6. Surat Izin Gangguan Permendagri No. 27
tentang Pedoman
Penetapan Izin gangguan
Perda no. 8 Tahun 2010
tentang Retribusi Izin
Gangguan
Keputusan Bupati
Nomor 14 Tahun 2010
tentang Penggolongan
Jenis Usaha
Berdasarkan Besar
Kecilnya Gangguan
Dalam Wilayah Kab.
Luwu Timur
• Permohonan Izin
• Pengantar Camat
• Fotocopy KTP
• Surat Pernyataan Persetujuan Tetangga
• Rekomendasi teknis (Dinas Koperindag)
• Fotocopy PBB / IMB
• Surat Kuasa dari Pemilik Badan Usaha
apabila diwakili
3 hari
kerja
7. Surat Izin Usaha Jasa
Pertambangan Umum
(SIUJPU)
Keputusan Bupati
Nomor 133a/2006
tentang Sumbangan
Pihak Ketiga Kepada
Daerah atas Izin Usaha
Pertambangan
• Permohonan Izin
• Pengantar Camat
• Laporan Kegiatan
• Fotocopy Izin Gangguan, SIUP & TDP
• Rekomendasi Teknis (Dinas ESDM)
• Surat Kuasa dari Pemilik Badan Usaha
apabila diwakili
3 hari
kerja
8. Izin Optik Perda Nomor 15
Tahun 20061 tentang
Retribusi Izin
Pelayanan Kesehatan
Swasta
• Permohonan Izin
• Memiliki Tenaga Refraction Optik (RO)
• Surat Pernyataan Pemohon Untuk
Bersedia Menjadi Penanggung Jawab
• Memiliki Ruang Tempat Periksa
• Fotocopy Izin Gangguan, SIUP & TDP
• Memiliki Workshop
• Rekomendasi Teknis (Dinas Kesehatan)
• Surat Kuasa dari Pemilik Badan Usaha
apabila diwakili
7 hari
kerja
9. Izin Praktek Dokter
Spesialis
Kepmenkes 1419
Tahun 2005 tentang
• Permohonan Izin
• Memiliki Surat Tanda Registrasi Dokter
1 hari
kerja
67
Penyelenggaraan
Praktek Dokter dan
Dokter Gigi
Perda Nomor 15
Tahun 2006 tentang
Retribusi Izin
Pelayanan Kesehatan
Swasta
yang diterbitkan oleh Konsil Kedokteran
Indonesia yang masih berlaku
• Fotocopy Surat Keputusan Penempatan
Dalam Rangka Masa Bakti atau Surat Bukti
Telah Selesai Menjalankan Masa Bakti
atau Surat Keterangan Menunda Masa
Bakti yang telah dilegalisir oleh Pejabat
Yang Berwenang
• Surat Pernyataan Memiliki Tempat Praktek
• Surat Rekomendasi Dari Organisasi
Profesi di Wilayah Tempat Praktek
• Pas Foto berwarna terbaru ukuran 3X4
Sebanyak 3 Lbr
• Fotocopy Ijazah
• Fotocopy KTP yang masih berlaku
• Surat Kuasa dari Pemilik Badan Usaha
apabila diwakili
10. Izin Praktek Dokter /
Dokter Gigi
Permenkes Rl No.512 /
MEMKES /PER/ IV /
2007 Tahun 2005
tentang
Penyelenggaraan
Praktek Dokter dan
Dokter Gigi
• Permohonan Izin
• Memiliki Surat Tanda Daftar Registrasi
Dokter/Dokter Gigi yang diterbitkan oleh
Konsil Kedokteran/Kedokteran Gigi
Indonesia yang masih berlaku
• Fotocopy Surat Keputusan penempatan
dalam rangka masa bakti atau Surat Bukti
telah selesai menjalankan masa bakti atau
surat keterangan menunda masa bakti
yang telah dilegalisir oleh pejabat yang
berwenang
• Surat pernyataan memiliki tempat praktek
• Surat Rekomendasi dari organisasi profesi
di wilayah tempat praktek
• Pas Foto Berwarna Terbaru Ukuran 3X4
Sebanyak 3 Lbr
• Fotocopy Ijasah
• Fotocopy KTP yang masih berlaku
• Surat Kuasa dari Pemilik Badan Usaha
apabila diwakili
1 hari
kerja
11. Izin Praktek Apoteker PP RI No. 51 Tahun 2009
Perda No. 15 Tahun 2006
tentang Retribusi Izin
Pelayanan Kesehatan
Swasta
• Permohonan Izin
• Ijasah Apoteker
• Surat Tanda Register dari Dinas
Kesehatan Propinsi
• Surat Penugasan (SP) / Surat Izin Kerja
(SIK)
• Surat keterangan Sehat dari Dokter
• Pas Foto berwarna ukuran 3x4 sebanyak 2
lembar
• Rekomendasi ISFI
• Foto copy KTP yang masih berlaku
• Surat persetujuan atasan bila dalam
pelaksanaan masa bakti atau sebagai
Pegawai Negeri atau Pegawai pada
Sarana Kesehatan
• Surat Kuasa dari Pemilik Badan Usaha
apabila di wakili
1 hari
kerja
12. Izin Praktek Asisten
Apoteker
PP RI No. 51 Tahun
2009
Perda No. 15 Tahun
2006 tentang Retribusi
• Permohonan Izin
• Ijazah Asisten Apoteker
• Surat Tanda Register dari Dinas
Kesehatan Propinsi
• Surat Penugasan (SP) / Surat Izin Kerja
1 hari
kerja
68
Izin Pelayanan
Kesehatan Swasta
(SIK) yang masih berlaku
• Surat Keterangan sehat dari Dokter
• Pas Foto berwarna terbaru ukuran 3x4
sebanyak 2 lembar
• Fotocopy KTP yang masih berlaku
• Surat persetujuan atasan apabila dalam
pelaksanaan masa bakti atau sebagai
Pegawai Negeri atau Pegawai pada
Sarana Kesehatan
• Surat Kuasa dari Pemilik Badan Usaha
apabila diwakili
13. Izin Praktek Bidan Permenkes RI No.
HK.02.02/MENKES/
148/2010
Perda No. 15 Tahun
2006 tentang Retribusi
Izin Pelayanan
Kesehatan Swasta
• Permohonan Izin
• Ijazah
• Surat persetujuan atasan bila dalam
pelaksanaan masa bakti atau sebagai
Pegawai Negeri atau Pegawai pada
Sarana Kesehatan
• Surat keterangan Sehat dari Dokter
• Surat rekomendasi dari organisasi profesi
di wilayah tempat praktek
• Pas foto berwarna terbaru ukuran 3x4
sebanyak 3 lembar
• Surat tanda registrasi dari Dinas
Kesehatan Propinsi
• Surat Izin Kerja / SIB yang masih berlaku
• Fotocopy KTP yang masih berlaku
• Surat Pernyataan memiliki tempat praktek
• Surat Kuasa dari Pemilik Badan Usaha
apabila diwakili
1 hari
kerja
14. Izin Praktek Perawat Permenkes RI No.
HK.02.02/MENKES/
148/2010
Perda No. 15 Tahun
2006 tentang Retribusi
Izin Pelayanan
Kesehatan Swasta
• Permohonan Izin
• Ijazah
• Surat persetujuan atasan bila dalam
pelaksanaan masa bakti atau sebagai
Pegawai Negeri Atau Pegawai pada
Sarana Kesehatan
• Surat Keterangan Sehat dari Dokter
• Surat Rekomendasi dari organisasi profesi
di wilayah tempat praktek
• Pas foto berwarna terbaru ukuran 3x4
sebanyak 3 lembar
• Surat tanda registrasi dari Dinas
Kesehatan Propinsi
• Surat Izin Kerja / SIB yang masih berlaku
• Surat pernyataan bahwa benar bekerja
ditempat tersebut
• Bukti alpor untuk NERS
• Foto copy KTP yang masih berlaku
1 hari
kerja
15. Izin Praktek
Laboratorium Analisis
Perda No. 15 Tahun
2006 tentang Retribusi
Izin Pelayanan
Kesehatan Swasta
• Permohonan Izin
• Ijazah
• Surat Izin Kerja
• Surat persetujuan atasan bila dalam
pelaksanan masa bakti atau sebagai
Pegawai pada Sarana kesehatan
• Surat keterangan sehat dari dokter
• Pas foto berwarna terbaru ukuran 3x4
sebanyak 3 lembar
• Foto copy KTP yang masih berlaku
• Surat Pernyataan memiliki tempat praktek
1 hari
kerja
69
• Surat perjanjian dengan pemilik sarana
• Surat kuasa dari pemilik sarana
• Surat kuasa dari pemilik badan Usaha
apabila diwakili
16. Izin Praktek Tekhniker
Gigi
Perda No. 15 Tahun
2006 tentang Retribusi
Izin Pelayanan
Kesehatan Swasta
• Permohonan Izin
• Ijazah
• Surat Izin Kerja
• Surat persetujuan atasan bila dalam
pelaksanaan masa bakti atau sebagai
Pegawai Negeri atau sebagai Pegawai
pada Sarana Kesehatan
• Surat keterangan Sehat dari Dokter
• Pas foto berwarna terbaru ukuran 3x4
sebanyak 3 lbr
• Foto copy KTP yang masih berlaku
• Surat pernyataan memiliki tempat praktek
• Surat perjanjian dengan pemilik sarana
• Surat kuasa dari pemilik Badan Usaha
apabila diwakili
1 hari
kerja
17. Izin Praktek
Refractinoist Optision
Perda No. 15 Tahun
2006 tentang Retribusi
Izin Pelayanan
Kesehatan Swasta
• Permohonan Izin
• Foto copy Ijazah yang telah dilegalisir
• Surat Izin Kerja
• Surat persetujuan atasan bila dalam
pelaksanaan masa bakti atau sebagai
Pegawai Negeri atau Pegawai pada
Sarana Kesehatan
• Surat keterangan sehat dari dokter
• Pas Foto berwarna 3x4 3 lbr
• Foto copy KTP yang masih berlaku
• Surat pernyataan memiliki tempat praktek
• Surat perjanjian dengan pemilik sarana
• Surat Kuasa dari Pemilik Batman Usaha
apabila diwakili
1 hari
kerja
18. Izin Praktek Radiografer Permenkes RI No.
357/MENKES/SL /
VI/2006
• Fisioterapi SIR yang masih berlaku
• Foto copy Ijazah Radiografer yang
disahkan oleh pimpinan penyelenggara
pendidikan Radiografer
• Surat keterangan sehat dan tidak buta
warna
• Pas foto berwarna ukuran 3x4 sebanyak 3
lbr
• Surat keterangan dari pimpinan sarana
pelayanan kesehatan atau yang
menyatakan masih bekerja pada sarana
yang bersangkutan
• Rekomendasi dari Organisasi profesi
Fotocopy KTP yang masih berlaku
• Surat Kuasa dari pemilik Badan Usaha
apabila diwakili
1 hari
kerja
19. Izin Praktek Fisioterapi Perda No. 15 Tahun
2006 tentang Retribusi
Izin Pelayanan
Kesehatan Swasta
• Permohonan Izin
• Foto copy KTP yang masih berlaku
• Foto copy Ijazah
• Surat Rekomendasi dari IFI
• Surat keterangan sehat dari dokter
• Surat perjanjian dengan pemilik sarana
• Surat pernyataan memiliki tempat praktek
• Surat persetujuan atasan bila dalam
pelaksanaan masa bakti atau sebagai
1 hari
kerja
70
Pegawai Negeri atau Pegawai pada
Sarana Kesehatan
• Daftar peralatan yang digunakan
• Pas Foto berwarna terbaru ukuran 3x4
sebanyak 3 lbr
• Surat Kuasa dari Pemilik Badan Usaha
apabila diwakili
20. Izin Praktek Dokter
Berkelompok
Perda No. 15 Tahun
2006 tentang Retribusi
Izin Pelayanan
Kesehatan Swasta
• Permohonan Izin
• Ada Penanggung Jawab
• Masing-masing Dokter memiliki SIP
• Foto copy KTP (bagi usaha perorangan)
• Akte Yayasan (bila berbentuk
Yayasan/berbadan hukum)
• Foto copy Surat Izin Usaha Perdagangan
(SIUP) .
• Foto copy Izin Gangguan
• Foto copy Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
• Daftar Ketenangan dan Inventaris alat
• Denah Lokasi dan denah Bangunan
• Akte Sewa menyewa / Kontrak / hak milik
bangunan
• Surat Kuasa dari Pemilik Badan Usaha
apabila diwakili
2 hari
kerja
21. Izin Usaha Balai
Kesehatan Ibu Dan
Anak (BKIA)
Perda No. 15 Tahun
2006 tentang Retribusi
Izin Pelayanan
Kesehatan Swasta
• Permohonan Izin
• Foto copy AD/ART Yayasan/Badan
• Foto copy Tanda Daftar Yayasan
• Foto copy Sertifikat Tanah
• Foto copy Izin Lokasi dinas terkait
• Foto copy Perjanjian kontrak bangunan
minimal 6 Tahun, KTP pemilik Bangunan
yang masih berlaku dan foto copy sertifikat
tanah bila bukan milik sendiri
• Foto copy IMB/IPB
• Foto copy Persetujuan tetangga yang
diketahui lurah
• Surat keterangan domisili sarana
kesehatan dari lurah setempat
• Surat pernyataan permohonan yang
menyatakan akan tunduk serta patuh
kepada peraturan yang berlaku diatas
materai yang berlaku
• Peta lokasi dan denah bangunan
• Surat pernyataan bersedia bekerja sama
dengan Puskesmas kelurahan dan
diketahui oleh puskesmas
kecamatan setempat di atas materai yang
berlaku
• Daftar obat-obatan yang tersedia
• Daftar peralatan medis dan non medis
• Daftar keterangan dilampiri SK
pengangkatan petugas dan
• susunan personalia, dilengkapi dengan :
- Tenaga Medis (dokter/dokter gigi Foto
copy Ijazah, STR, SIP lokasi tersebut
- Paramedis perawat ; Foto copy Ijazah,
SIP, SIK atau SIPP di lokasi tersebut
- Paramedis perawat gigi : Foto copy Ijazah,
SIPG atau SIPP di lokasi tersebut
- Non Medis : Foto copy Ijazah
7 hari
kerja
71
• Daftar jenis pelayanan yang disertai tarif
pelayanan dan jam buka
• Jadwal dokter bertugas Laporan bulanan
jumlah kunjungan dan jenis penyakit
serta foto copy izin dan surat keputusan
penyelenggaraan sarana pelayanan yang
sudah habis masa berlakunya (bagi
perpanjangan izin)
• Pas foto berwarna terbaru ukuran 3x4
sebanyak 3 lembar
• Surat kuasa dari pemilik Badan Usaha
apabila diwakili
22. Balai Pengobatan
(BP)/Klinik/PolikIinik
Perda No. 15 Tahun
2006 tentang Retribusi
Izin Pelayanan
Kesehatan Swasta
• Permohonan Izin
• Foto copy AD/ ART Yayasan/Badan
Hukum
• Foto copy Tanda Daftar Yayasan
• Foto copy Sertifikat Tanah
• Foto copy Izin Lokasi dari Dinas Terkait
• Foto copy perjanjian kontrak bangunan
minimal 6 tahun, KTP pemilik bangunan
yang masih berlaku dan foto copy sertifikat
tanah bila bukan milik sendiri
• Foto copy IMB/IPB
• Foto copy persetujuan tetangga yang
diketahui lurah
• Surat keterangan domisili sarana
kesehatan dari lurah setempat
• Surat pernyataan pemohon yang
menyatakan akan tunduk serta patuh pada
peraturan yang berlaku di atas materai
yang berlaku
• Peta lokasi dan denah bangunan
• Surat pernyataan bersedia bekerja sama
dengan puskesmas kelurahan dan
diketahui oleh pukesmas kecamatan
setempat di atas materai yang berlaku
• Surat pernyataan kesediaan dokter
penanggung jawab di atas materai yang
berlaku dan fotocopy KTP yang masih
berlaku
• Surat pernyataan tidak melakukan rawat
inap dan tindakan aborsi diatas materai
yang berlaku
• Daftar obat-obatan yang tersedia
• Struktur organisasi dan tata kerja/laksana
serta nama petugas dan hubungan pemilik
dan pengelola
• Daftar keterangan dilampiri SK
pengangkatan petugas dan susunan
personalia, dilengkapi dengan Tenaga
Medis (dokter/dokter gigi) Foto copy
Ijazah, STR, SIP lokasi tersebut
- Paramedis Perawat ; Foto copy Ijazah,
SIP, SIK atau SIPP lokasi tersebut
- Paramedis Perawat gigi : Foto copy Ijazah,
SIPG atau SIPP lokasi tersebut
- Non medis : Foto copy Ijazah
• Daftar jenis pelayanan yang disertai tarif
pelayanan dan jam buka
7 hari
kerja
72
• Jadwal dokter bertugas
• Laporan bulanan terakhir jumlah
kunjungan dan jenis penyakit serta foto
copy Izin dan surat keputusan
penyelenggaraan sarana pelayanan yang
sudah habis masa berlakunya (bagi
perpanjangan izin)
- Pas foto berwarna terbaru ukuran 3x4
sebanyak 3 lembar
- Surat kuasa dari pemilik Badan Usaha
apabila diwakili
23. Apotek Perda No. 15 Tahun
2006 tentang Retribusi
Izin Pelayanan
kesehatan Swasta
Permenkes No. 1332
Tahun 2002 tentang
Perdagangan eceran
dan Toko Obat
• Permohonan Izin
• Foto copy Surat Izin Kerja/SP Apoteker
• Foto copoy Ijazah asisten apoteker
• Foto copy KTP Pemilik, asisten apoteker
dari apoteker
• Denah Bangunan
• Akte dan Notasi (surat yang menyatakan
status bangunan dalam bentuk hak milik
atau/sewa/kontrak)
• Foto warna 3x4=1 lembar, pemilik, asisten
apoteker dan apoteker
• Ijazah apoteker & Ijazah asisten apoteker
• Daftar isian apoteker dengan
mencantumkan nama, alamat, tanggal
lulus nomor SIK dan ijazah asisten
apoteker
• Surat pernyataan APA dan bahwa tidak
bekerja tetap pada perusahaan formasi
dan tidak menjadi APA pada apotek lain
• Daftar perincian alat pelengkap apotek
• Surat persetujuan atasan bila dalam
pelaksanan masa bakti atau sebagai
Pegawai Negeri atau pegawai pada sarana
kesehatan
• Fotocopy Surat Izin Usaha Perdagangan
• Fotocopy Ijazah Gangguan
• Fotocopy Tanda Daftar Perusahaan
• Rekomendasi dari ISFI Luwu Raya
• Akte perjanjian kerja sama APA dan PSA
• Surat pernyataan pemilik sarana tidak
terlibat pelanggaran peraturan perundang-
undangan di bidang obat
• Surat kuasa dari pemilik Badan Usaha
apabila diwakili
12 hari
kerja
24. Toko Obat Perker No. 1332 Tahun
2002 tetang ketentuan
dan Tatacara
Pemberian Izin Apotik S
Perda No. 15 Tahun
2006 tentang Retribusi
Izin Pelayanan
Kesehatan Swasta
• Permohonan Izin
• Surat Izin kerja sebagai asisten apoteker
• Surat pernyataan pemilik sarana
• Fotocopy Ijazah asisten apoteker
• Fotocopy Surat Izin Usaha Perdagangan
• Fotocopy Ijazah Gangguan
• Fotocopy Tanda Daftar Perusahaan
• Peta lokasi dan denah bangunan
• Surat pernyataan pemilik sarana tidak
terlibat pelanggaran peraturan perundang-
undagan di bidang obat
• Surat pernyataan asisten apoteker
• Laporan hasil pemeriksaan
7 hari
kerja
73
• Foto warna 3x4 = 3 lembar, pemilik dan
asisten apoteker
• Fotocopy IKTP pemilik dan asisten
apoteker
• Surat kuas dari pemilik Badan Usaha
apabila Diwakili
25. Laboratorium Perda No. 15 Tahun
23006 tentang Retribusi
Izin Kesehatan Swasta
• Permohonan Izin
• Struktur organisasi
• Surat pernyataan bersedia sebagai
penanggung jawab,
• SK Pengangkatan sebagai penanggung
jawab
• Ijazah untuk semua personil
• SIP untuk semua personil
• Fotocopy andal
• Fotocopy KTP semua personil
• Rekomendasi dari puskesmas
• Denah lokasi dan denah bangunan
• Foto 3x4 2 lembar semua personil
• Surat perjanjian antara penangg ung jawab
dengan pemilik sarana
• Surat kuasa dari pemilik Badan Usaha
apabila diwakili
7 hari
kerja
26. Tekniker Gizi Perda No. 15 Tahun
23006 tentang Retribusi
Izin Kesehatan Swasta
• Permohonan Izin
• Izin Gangguan
• SIUP
• PO
• Ijazah dan SIK
• Daftar Peralatan
• Denah lokasi dan Denah bangunan
• Foto copy KTP
• Akte pendirian (bila permohonan badan
hukum)
• Surat pernyataan bersedia sebagai
penanggung jawab
• Pas warna terbaru ukuran 3x4 sebanyak 3
lembar
• Surat kuasa dari pemilik Badan Usaha
apabila diwakili
7 hari
kerja
27. Pusat Kebugaran
Jasmani
Perda No. 15 Tahun
23006 tentang Retribusi
Izin Kesehatan Swasta
• Memiliki tenaga dokter sebagai
penanggung jawab
• Surat pernyataan bersedia menjadi
penanggung jawab dari instruktur
• Memiliki Izin Gangguan, SIUP, PO
• Melampirkan Struktur Organisasi
• Melampirkan Ijazah personil
• Pas warna terbaru ukuran 3x4 sebanyak 3
lembar
• Surat kuasa dari pemilik Badan Usaha
apabila diwakili
7 hari
kerja
28. Izin Usaha Industri Perda Kab. Luwu Timur
No. 20 Tahun 2005
tetang Retribusi Bidang
Perindustrian dan
Perdagangan
• Permohonan Izin
• Pengantar/ket. Dari Camat
• Fotocopy pendirian perusahaan atau
perubahannya, khusus bagi perusahaan
yang berbentuk perseroan terbatas, akte
tersebut telah disahkan oleh Menteri
Hukum dan Ham
• Fotocopy IMB
3 hari
kerja
74
• Fotocopy formulir II tentang informasi
kemajuan pembangunan pabrik dan
prasarana produksi (proyek)
• Fotocopy KTP persetujuan prinsip (modal
PI-10)
• Foto copy Izin Gangguan undang-undang
• Foto copy Izin Lokasi
• Foto copy dokumen perjanjian informasi
tentang usaha pelestarian lingkungan
meliputi :
a. Analisis mengenai dampak lingkungan
(AMDAL) atau
b. Upaya pengelolaan lingkungan dan
upaya pemantauan lingkungan
• Dokumen yang dipersyaratkan
berdasarkan peraturan bagi industri
tertentu
• Surat Kuasa dari pemilik Badan Usaha
apabila diwakili
29. Surat Izin Usaha
Perdagangan Minuman
Beralkohol (SIUP-MB)
Perda No. 02 Tahun
2007 tentang
Pengendalian dan
Larangan Minuman
Beralkohol
Izin Prinsip Bupati
• Permohonan Izin Perusahaan
• Pengantar Dari Camat
• Foto copy KTP Pemilik
• Foto copy Izin Gangguan, SIUP dan TDP
• Rekomendasi dari Dinas Kesehatan
• Akta Notasi
• Izin Gangguan
• Izin Prinsip Bupati
• Surat Kuasa dari Pemilik badan Usaha
apabila diwakili
3 hari
kerja
30. Tanda Daftar Gudang
(TDG)
Perda No.20 Tahun
2008 tentang Retribusi
Usaha Perindustrian dan
Perdagangan
• Permohonan Izin mendirikan bangunan
(IMB)
• Foto copy surat bukti pemilik tanah
• Foto copy KTP Pemilik
• Rekomendasi Teknik
• Foto copy Izin Gangguan, SIUP dan TDP
• Surat Kuasa dari pemilik Badan Usaha
apabila diwakili
3 hari
kerja
31. Izin Mendirikan
Bangunan (Kantor dan
Lembaga)
Perda No. 12 Tahun
2005 tentang Retribusi
Izin mendirikan
bangunan
• Permohonan izin mendirikan bangunan
(IMB)
• Foto copy surat bukti kepemilikan tanah
• Foto copy surat bukti pembayaran PBB
• Foto copy KTP I Gambar Perencanaan
Bangunan + RAB (2 Rangkap)
• Gambar Pembesian
• Surat pernyataan permohonan tidak dalam
sengketa
• Surat persetujuan tetangga
• Pas foto ukuran 3x4 sebanyak 4 lembar
• Izin Prinsip dan Izin gangguan
• Berita acara peninjauan
• Surat Kuasa dari pemilik Badan Usaha
apabila diwakili
3 - 7 hari
kerja
32. Izin Pemanfaatan Hutan
Hak (IPHH)
Perda no. 10 tahun 2007
tentang izin
pemanfaatan hutan hak
• Permohonan ditujukan kepada Bupati
Luwu Timur dengan tembusan Dinas
Kehutanan Kab. Luwu Timur Dinas
Pertanian, Peternakan dan Perkebunan,
dengan melampirkan :
o Rekomendasi Kepala Dinas
7 hari
kerja
75
o Rekomendasi Camat
o Bukti kepemilikan, berupa :
- Sertifikat hak milik, atau Leter C, atau
Girik atau surat keterangan lain yang
diakui oleh Badan Pertanahan
Nasional (PBN) sebagai dasar
kepemilikan, berupa :
- Bukti penguasa tanah atau bukti
kepemilikan lainnya
• Surat kuasa bagi pemohon yang
dikuasakan
• Daftar investarisasi potensi kayu rakyat
• Surat Kuasa dari pemilik Badan Usaha
apabila diwakili
33. Usaha Peternakan dan
Peternakan Rakyat
(Surat Izin Tempat
Usaha)
Perda No. 06 tahun
2006 tentang Usaha
Peternakan dan
Ketertiban Ternak
• Pengantar Camat
• Permohonan Izin
• Izin Gangguan
• Foto copy KTP
• Izin yang sudah mati
• Rekomendasi Teknis
• Surat Kuasa dari pemilik
• Bada n Usaha apabila diwakili
3 hari
kerja
34. Izin Penempatan bagi
Lembaga Penempatan
Tenaga Kerja Swasta
(LPTKS) yang
Menyelenggarakan
Kegiatan Angkatan
Kerja Lokal
(AKL)/Angkatan Kerja
Antar Daerah (AKAD)
UU No. 13 /2003
tentang
Ketenagakerjaan
Permennakentrans RI
No. Per.
07/Men/IV/2008
tentang tatacara
penggunaan Tenaga
Kerja Asing
Kepdirjen Binapenta No.
KEP
258/DPPTK/IX/2008
• Foto copy SIUP/TDP
• Foto copy Akte Pendirian
• Foto copy Sertifikat Jamsostek
• Struktur Organisasi
• LPTKS dan LWK sebelumnya (bagi yang
ingin meneruskan perpanjangan masa
waktu perizinan
• Surat Kuasa dari pemilik Badan Usaha
apabila diwakili
35. Surat Persetujuan
Penempatan (SPP)
Angkatan Kerja Antar
Daerah (AKAD) dan
Menandatangani
Perjanjian Kerja di
Satuan Lembaga
Pendidikan Latihan
UU No. 13/2003 tentang
Ketenagakerjaan
Permennakertrans RI
No. Per 07/Men/IV/2008
tentang tata
cara penggunaan
Tenaga Kerja Asing
Kepdirjen Binapenta No.
KEP
258/BPPTK/IX/2008
Perda No. 16 Tahun
2006 tentang perizinan
dan pengesahan
ketenagakerjaan
• Surat Permohonan izin
• Surat Rekomendasi dari Daerah asal
• Perjanjian kerja, foto copy, bidge number
• Foto copy work order / perjanjian borongan
• Wajib lapor ketenagakerjaan
• Bagi LPTKS harus ada foto copy
permintaan Job Order
• Melampirkan bukti kontrak kerja
• Menyerahkan rancangan perjanjian
kerja yang disahkan Dinas Kabupaten
/Kota daerah tujuan
• Melampirkan daftar isian kegiatan
rencana kebutuhan tenaga kerja
• Surat Kuasa dari pemilik Badan Usaha
apabila diwakili
1 hari
kerja
36. Izin Bursa Kerja Khusus
Menengah /Perguruan
Tinggi Kerja
(Pemerintah/ Swasta)
Permen Nakertrans No.
Per. 07/Men/IV/2008
PERDA No.16 Tahun
2006 tentang
perizinan dan
pengesahan
ketenagakerjaan
• Foto copy SIUP/TDP
• Foto copy akte pendirian
• Struktur organisasi
• Surat Kuasa dari pemilik
1 hari
kerja
37. Izin Operator (SIO) Alat UU No.1 tahun 1970 • Surat Permohonan Izin dari perusahaan 1 hari
76
Angkut & Angkat, Ketel
Uap, Tangki Apung dan
lain-lain
tentang keselamatan
kerja
Per. 01/MEN/1989
tentang percepatan
pelayanan pemberian
Surat Izin Operator
Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Nomor :
1Tahun 1989 tentang
kwalifikasi dan syarat-
syarat Operator Crane
Angkat
Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Nomor : 5
Tahun 1989 tentang
Pesawat Angkat dan
Angkut
Perda no.16 Tahun
2006 perizinan dan
pengesahan
ketenagakerjaan
tempat dimana Operator tersebut bekerja
• Foto copy Sertifikat Peralatan
• Foto copy KTP
• Foto copy SIO sebelum (Perpanjangan)
• Surat Kuasa dari pemilik Badan Usaha
apabila diwakili
kerja
38. Pengesahan Izin
Operator (SIO) Alat
Angkut & Angkat, Ketel
Peraturan Perusahaan
(PP) dan Perjanjian
Kerja Sama (PKB)
UU No. 13 Tahun 2003
tentang
Ketenagakerjaan
Kep.48/MEN/IV/2004
tentang Tata Cara
Pembuatan dan
Pengesahan Peraturan
Perusahaan serta
Pendaftaran Perjanjian
Kerja Bersama S
Perda No. 16 Tahun
2006 tentang Perizinan
dan pengesahan
ketenagakerjaan
• Surat Permohonan izin
• Foto copy PP atau PKB
• Surat Kuasa dari pemilik Badan Usaha
apabila diwakili
1 hari
kerja
39. Pendaftaran Pencatatan
Perjanjian kerja
Bersama (PKB)
Kep. 48/MEN/IV/2004
tentang Tata cara
Pembuatan dan
Pengesahan
Peraturan Perusahaan
serta Pendaftaran
Perjanjian Kerja
Bersama
Perda No. 16 Tahun
2006 tentang perizinan
dan pengesahan
ketenagakerjaan
• Surat Permohonan Izin
• Foto copy PKB
• Surat Kuasa dari pemilik Badan Usaha
apabila diwakili
• Surat Permohonan Izin
• Foto copy kontrak kerja per jabatan
• Foto copy KTP
• Surat Kuasa dari Pemilik Badan Usaha
apabila diwakili
1 hari
kerja
40. Pencatatan Perjanjian
Kerja Waktu Tertentu
(PKWT) dan Perjanjian
Kerja Waktu Tidak
Tertentu (PKWTT)
Kep.100/MEN/VI/2004
tentang ketentuan
Pelaksanaan
Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu
Perda No. 16 Tahun
2006 tentang perizinan
dan pengesahan
ketenagakerjaan
• Surat Permohonan Izin
• Foto copy kontrak kerja per jabatan
• Foto copy KTP
• Surat Kuasa dari Pemilik Badan Usaha
apabila diwakili
1 hari
kerja
77
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Efektifitas Pelayanan Perizinan di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
Kabupaten Luwu Timur
Pelayanan Perizinan merupakan suatu masalah yang sangat
kompleks, perizinan merupakan salah satu aspek penting dalam pelayanan
publik. Kualitas pelayanan publik di bidang perizinan usaha memainkan
peranan penting dalam menarik investor untuk menanamkan modalnya di
suatu daerah. Kualitas pelayanan perizinan sendiri juga dapat diidentifikasi
dari peraturan pemerintah daerah dalam mendukung sekaligus memberikan
legitimasi lembaga perizinan di daerah untuk memberikan pelayanan secara
lebih efisien dan efektif.
Dalam hal penyediaan pelayanan perizinan, petugas birokrasi sering
kali memberikan prosedur yang sangat rumit dan cenderung berbelit-belit, sulit
diakses, memiliki prosedur yang sangat rumit serta tidak adanya kepastian
waktu dan keterbukaan biaya pelayanan yang dibutuhkan. Jika mekanisme
yang rumit terus tetap berjalan, otomatis membuat masyarakat menjadi malas
dan enggan dalam mengurus perizinan.
Keberadaan Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) kabupaten
Luwu Timur diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat umum,
dunia usaha dan juga pemerintah sendiri. Bagi masyarakat, dengan adanya
KPPT masyarakat dapat memperoleh pelayanan publik yang lebih baik serta
mendapatkan kepastian dan jaminan hukum serta kemudahan dalam
perizinan usaha. Sementara itu keberadaan Kantor Pelayanan Perizinan
78
Terpadu (KPPT) mampu mengurangi beban administratif, karena pelayanan
yang lebih efisien dan efektif sehingga mengurangi beban SKPD lain serta
menghindari adanya duplikasi pelayanan perizinan dan non perizinan, selain
itu juga berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan asli daerah
(PAD) karena masyarakat akan semakin percaya dengan pelayanan publik
pemerintah khususnya Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT)
Kabupaten Luwu Timur. Metode Pelayanan Perizinan dapat dilakukan dengan
2 (dua) cara yaitu Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dan
Pelayanan Perizinan Satu Atap (PTSA), dari 2 (dua) metode pelayanan
tersebut sama baiknya tetapi Pemerintah Kabupaten Luwu Timur
menggunakan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu, dengan membentuk
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur dengan
mengelola 40 (empat puluh ) jenis Izin .
Upaya dalam memberikan pelayanan publik yang berkualitas yang
merupakan harapan masyarakat dan sekaligus tujuan dari Kantor Pelayanan
Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur. Untuk mengukur keberhasilan
pencapaian tujuan tersebut dapat dilihat dengan tingkat kepuasan masyarakat
terhadap sikap dan prilaku petugas atau pegawai serta prosedur pelayanan
yang ditawarkan.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, diketahui bahwa untuk
mengetahui seperti apa efektivitas pelayanan perizinan di Kantor Pelayanan
Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur, peneliti menggunakan teori yang
dikemukakan oleh Hari Lubis dan Martani Huseini yaitu pendekatan proses
(process approach) untuk melihat sejauh mana efektivitas pelaksanaan
program dari semua kegiatan proses internal atau mekanisme organisasi.
79
Pendekatan proses (internal process approach), menganggap efektivitas
sebagai efesiensi dan kondisi kesehatan organisasi internal, yaitu kegiatan
dan proses internal organisasi yang berjalan dengan lancar. Mengingat Kantor
Pelayanan Perizinan Terpadu berorentasi pada pelayanan publik maka
pendekatan proses (process approach) melihat kegiatan internal organisasi
dan mengukur efektivitas melalui indikator internal seperti efesiensi dalam
pelayanan, semangat kerjasama dan loyalitas kelompok kerja. Dimana dalam
pendekatan ini dihubungkan dengan indikator Standar Pelayanan Perizinan
berdasarkan Keputusan Bupati Luwu Timur Nomor: 58 Tentang Standar
Pelayanan Perizinan pada Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten
Luwu Timur yaitu prosedur pelayanan, responsivitas pegawai, sarana dan
prasarana. Dengan adanya indikator tersebut yang mampu diterapkan dalam
organisasi, maka dapat menciptakan keefektifan pelayanan publik yang
sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat. Indikator tersebut penting
dalam menelusuri efektivitas pelayanan yang ditujukan ke publik. Besarnya
efektivitas pelayanan perizinan di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu dapat
ditinjau dari indikator-indikator yang akan dideskripsikan sesuai hasil
wawancara dengan para informan.
Adapun indikator pengukuran efektivitas meliputi :
1. Efesiensi Dalam Pelayanan
Efesiensi adalah perbandingan terbaik antara keluaran (output) dan
masukan (input) yang dapat dilihat dari biaya dan waktu. Efisiensi merupakan
salah satu dimensi yang perlu dalam pengukuran efektivitas pelayanan publik
karena efisiensi itu berkaitan dengan segala persyaratan yang relevan dengan
pelayanan yang diberikan kepada publik, bagaimana pemanfaatan sumber
80
daya dalam penciptaan efektivitas tersebut serta bagaimana output yang
dihasilkan. Dimensi efisiensi terkait efektivitas pelayanan publik di Kantor
Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur. Dimensi efisiensi
terkait efektivitas pelayanan di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
Kabupaten Luwu Timur dapat dilihat dari segi biaya dan waktu.
Biaya pelayanan adalah tarif pelayanan termasuk rinciannya yang
ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan atau segala biaya sebagai
imbalan jasa yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai ketentuan
yang berlaku.
Terkait dengan masalah biaya dalam pelayanan di Kantor Pelayanan
Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur, Bapak Muhammad Syukri, S.Sos.
selaku Kepala Seksi Pelayanan menyatakan bahwa :
“...Selain dari tiga jenis izin yaitu Surat Izin Gangguan, Izin Mendirikan Bangunan (Kantor dan Lembaga) serta Surat Izin Usaha Perdagangan Minuman Beralkohol (SIUP-MB) kami memberikan pelayanan tanpa biaya. kecuali dari 3 jenis izin yang telah saya sebutkan”. (Sumber : Wawancara, 18 Januari 2012).
Adapun pendapat Bapak Pangerang selaku penerima layanan, yaitu :
“...yang saya rasakan, biaya pelayanan perizinan tidak begitu memberatkan karena kami hanya membayar izin tertentu salah satunya Surat Izin Gangguan.” (Sumber : Wawancara, 18 Januari 2012).
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Ibu Herlinawati : “...Untuk mendapatkan surat izin kami tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar karena biaya pelayanan pembuatan izin hanya untuk surat izin tertentu”. (Sumber : Wawancara, 30 Januari 2012).
Sedangkan Ibu Kasma menuturkan bahwa : “...Kalau mengenai biaya yang dikenakan untuk mengurus izin, saya rasa tidak begitu memberatkan karena sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku jadi saya hanya mengikuti”. (Sumber : Wawancara, 20 Januari 2012).
81
Penuturan informan diatas menunjukkan bahwa biaya pelayanan
yang diberikan oleh Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu
Timur yang dirasakan masyarakat sudah sesuai dengan peraturan yang telah
ditetapkan. Selain itu, masyarakat merasa tidak terbebani oleh biaya
pelayanan pengurusan surat izin. sehingga penulis dapat menarik kesimpulan
bahwa biaya dalam pengurusan surat izin sudah efektif dan efisien.
Dalam hal penyediaan pelayanan perizinan, terkadang kita temukan
adanya pungutan liar (pungli) atau biaya di luar ketentuan yang harus di bayar
oleh masyarakat, sehingga menimbulkan adanya praktek korupsi. Untuk
mengetahui apakah di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu
Timur terjadi hal tersebut. Berikut hasil wawancara yang dilakukan oleh
peneliti dengan beberapa informan.
Pernyataan dari Ibu Normawati, S. Kom. selaku Staf Seksi
Pelayanan, yaitu :
“...Kalau masalah biaya tambahan kami tidak diperbolehkan meminta biaya diluar biaya administrasi. Untuk mencegah adanya pungli kami sediakan loket Bank SulSelBar (BPD). Selain itu, pengurus izin dilarang memberikan Tip kepada petugas pelayanan perizinan.” (Sumber : Wawancara, 17 Januari 2012).
Pendapat dari Bapak Rais penerima pelayanan menyatakan bahwa: “...Kami tidak pernah dimintai biaya tambahan diluar biaya administrasi. Karena kami diperintahkan untuk membayar biaya pengurusan izin langsung ke loket Bank SulSelBar yang ada di dalam kantor”. (Sumber : Wawancara, 03 Februari 2012).
Pendapat yang sama dari Bapak Nurdin S, yaitu :
“...Menurut pengalaman, saya tidak pernah dimintai biaya diluar biaya administrasi. Lagi pula untuk membayar biaya pelayanan sudah tersedia loket Bank SulSelBar (BPD) yang mempermudah dalam pembayaran.” (Sumber : Wawancara, 30 Januari 2012).
82
Selain itu, terdapat pula tanggapan dari Ibu Yasmin bahwa : “...Tidak ada biaya tambahan yang saya bayar, saya hanya membayar biaya pengurusan surat izin yang saya urus. Kebetulan saya mengurus Surat Izin Perdagangan jadi saya cukup membayar Rp. 50.000,00 untuk izin gangguan”. (Sumber : Wawancara, 20 Januari 2012).
Dari hasil wawancara dengan masyarakat pengguna jasa pelayanan
perizinan di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur
tentang biaya pelayanan dalam pengurusan izin dapat disimpulkan cukup
terjangkau bagi masyarakat sehingga dapat dikatakan dari segi efisiensi
biaya, masyarakat merasakan puas terhadap pelayanan diterima. Selain itu
tidak ditemukan adanya pungutan liar (pungli) yang dapat merusak citra
birokrat sebagai penyedia layanan kepada masyarakat. Sebagai upaya
mencegah pungli, Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu
Timur menyediakan loket Bank SulSelBar (BPD) yang mempermudah dalam
pembayaran biaya pelayanan.
Untuk menciptakan pelayanan perizinan yang efektif dapat dilihat dari
kepastian waktu pelayanan dalam penyelesaian pengurusan surat izin.
Berkenaan dengan waktu pelayanan di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
Kabupaten Luwu Timur berikut Penuturan Ibu Suriyanti S.Kom selaku Kepala
Seksi Bina Program dan Informasi, bahwa :
“...Dalam memberikan pelayanan kami usahakan cepat, tepat dan memuaskan bagi masyarakat dalam penyelesaiannya, karena kami memiliki komitmen pelayanan “Apabila Kami Tidak Tepat Waktu, Kami Siap Mengantar ke Alamat Anda Kesalahan yang Kami Lakukan, Kami Siap Memperbaiki dan Mengganti Dokumen Izin Anda”, tetapi terlepas dari itu, bergantung dari situasi maupun kondisi. apabila pengurusan izin dan non Pengurusan Izin dan Non Perizinan dapat selesai dalam waktu 1 (satu) hari, apabila tidak memerlukan peninjauan lapangan. Apabila Pengurusan Izin dan Non Perizinan yang memerlukan peninjauan lapangan tetapi tidak berlaku memerlukan kajian yang mendalam dapat diselesaikan selama 3 hari. Dan apabila perizinannya tersebut memerlukan kajian yang
83
mendalam maka akan memerlukan waktu sesuai dengan kompleksnya perizinan tersebut”. (Sumber : Wawancara, 26 Januari 2012).
Berikut Tanggapan Bapak Syarifuddin bahwa : “...Berdasarkan pengalaman saya, dalam pengurusan surat izin saya rasa waktunya sesuai dengan surat izin apa yang kita urus. Kalau memang memerlukan peninjauan lapangan maka waktu penyelesaiannya juga lama. Jadi saya pikir sudah tepat dan cepat”. (Sumber : Wawancara, 31 Januari 2012).
Hal senada di sampaikan oleh Bapak Sakkir, sebagai berikut : “...Pelayanan yang saya terima, kecepatan dan ketepatan waktu pelayanan kurang tepat, menurut saya cukup lama”. (Sumber : Wawancara, 02 Februari 2012)
Dari penuturan informan diketahui bahwa kecepatan dan ketepatan
waktu pelayanan dalam pengurusan izin cukup baik, cepat dan tepat. Karena
kantor ini memiliki komitmen pelayanan yang wajib dijalankan sehingga
menciptakan pelayanan yang efektif. Meskipun ada masyarakat yang
mengeluh tentang kecepatan dan ketepatan pelayanan yang masih lama.
Untuk menciptakan pelayanan yang efektif dan tidak berbelit-belit,
maka dibutuhkan keterbukaan informasi tentang standar waktu penyelesaian
pengurusan izin agar masyarakat yang mengurus surat izin dapat mengetahui
waktu penyelesaian surat izin yang sedang diurus. Berikut penuturan
beberapa informan tentang kepastian waktu penyelesaian pelayanan telah
diinformasikan oleh pegawai.
Ibu Andi Rajuni, SE selaku Kepala Seksi Perizinan, menjelaskan
sebagai berikut :
“...Waktu penyelesaian pelayanan kami informasikan dengan jelas kepada masyarakat, tetapi waktu penyelesaian pengurusan izin permohonan juga kadang molor karena ketidaklengkapan persyaratan yang dibutuhkan. Kalau persyaratannya kurang, ya... kita tidak dapat memproses langsung, harus menunggu sampai lengkap.
84
Nah, akibatnya pengurus izin harus melengkapi persyaratan yang ada. Tetapi pengurusan izin yang persyaratan sudah lengkap bisa langsung kami proses. Pemerosesan permohonan perizinan dan non perizinan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan tanpa memperhatikan skala usaha pemohon.” (Sumber : Wawancara, 02 Februari 2012).
Bapak Agus Hama mengemukakan tanggapan seperti berikut : “...Waktu penyelesaian pelayanan diinformasikan dengan jelas, tapi waktu saya mengurus izin waktu cukup lama. (Sumber : Wawancara, 18 Januari 2012).
Pendapat yang sama dari Bapak Usman Tina, yaitu : “...Mengenai kepastian waktu penyelesaian pengurusan surat izin, saya pikir informasi yang saya terima cukup jelas”. (Sumber : Wawancara, 07 Februari 2012).
Dari penuturan informan waktu penyelesaian pelayanan perizinan
dinilai sudah efisien karena terdapatnya usaha dari penyedia layanan yang
mengusahakan penyelesaian pekerjaan dengan lebih cepat dan memuaskan
masyarakat. Serta pegawai sebagai penyedia layanan sudah berusaha
menginformasikan dengan jelas tentang standar waktu penyelesaian
pengurusan surat izin.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi langsung, penulis dapat
menggambarkan bahwa Pelayanan Perizinan Kantor Pelayanan Perizinan
Kabupaten Luwu Timur dapat dikatakan efektif, dilihat dari Indikator efisiensi
dalam pelayanan dari segi biaya dan waktu pelayanan. Hal ini dapat dilihat
dari biaya pelayanan yang diberikan tidak memberatkan masyarakat dan
sesuai dengan ketentuan yang ada. Sedangkan waktu pelayanan belum
sesuai dengan standar waktu yang ada dan masih ada keluhan tentang
kepastian waktu penyelesaian pelayanan perizinan.
85
2. Semangat kerjasama dan loyalitas kelompok kerja
Semangat kerjasama dan loyalitas kelompok kerja juga merupakan
hal yang perlu diperhatikan dalam rangka mengukur efektivitas. Dimensi
semangat kerjasama dan loyalitas kelompok kerja terkait dengan efektivitas
pelayanan publik di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu
Timur. Untuk lebih jelasnya tentang semangat kerjasama dan loyalitas
kelompok kerja di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu
Timur berikut ini akan dipaparkan hasil wawancara dari beberapa informan,
sebagai berikut :
Berikut Penuturan Ibu Sriyanti SE, selaku staf seksi pelayanan,
menyatakan bahwa :
“...Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, kerjasama merupakan hal yang penting untuk mencapai tujuan kita bersama yakni memberikan pelayanan yang prima sesuai dengan tuntutan masyarakat yang terdapat pada Visi dan Misi KPPT”. (Sumber : Wawancara, 10 Februari 2012).
Pendapat dari Bapak Aswar, sebagai masyarakat pengguna layanan,
yaitu :
“...Menurut saya kerjasama pegawai sudah baik. Jika mendapati kesulitan, mereka segera mengkoordinasikan dengan bagian terkait”. (Sumber : Wawancara, 30 Januari 2012).
Pendapat yang sama dari Ibu Siska yaitu :
“...Kalau yang saya lihat kerjasama pegawai dalam memberikan
pelayanan sudah cukup baik”. (Sumber : Wawancara, 06 Februari
2012).
Hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa kerjasama pegawai
dalam memberikan pelayanan terjalin dengan baik sehingga menciptakan
suasana yang kondusif dalam melayani masyarakat.
86
Berkaitan dengan hal hubungan kerja dengan para pegawai maupun
atasan dan seperti apa bentuk kerjasama dalam meningkatkan loyalitas
kelompok kerja. Berikut hasil wawancara dengan pegawai di Kantor
Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur.
Berikut Penuturan Ibu Nerty, SE selaku staf seksi perizinan,
menuturkan bahwa :
“...Bentuk kerjasama yang terjalin berjalan dengan baik dan juga bersifat kekeluargaan, sehingga tidak menimbulkan sifat yang monoton. Mengenai masalah bentuk kerjasamanya kami melakukannya dengan sebaik mungkin dan seprofesional mungkin sebagai aparat pemerintah yang baik.” (Sumber : Wawancara, 01 Februari 2012).
Sedangkan Ibu Vivi Novianty, A.Md selaku staf seksi pelayanan,
berpendapat bahwa :
“...Dalam hubungan kerja baik antara pimpinan maupun bawahan di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur, tidak memiliki jarak serta saling welcome, sehingga menimbulkan hubungan yang berjalan dengan baik dan saling memberikan kebebasan untuk menjadi lebih baik lagi, sedangkan bentuk kerjasama yang dilakukan yakni disesuaikan dengan kapasitas maupun kemampuannya jadi semuanya menjalankan sesuai dengan TUPOKSI yang sudah ditetapkan.” (Sumber : Wawancara, 10 Februari 2012).
Dari hasil wawancara dan sepanjang pengamatan peneliti diketahui
bahwa hubungan kerjasama antara pimpinan maupun bawahan di Kantor
Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur tidak memiliki jarak,
mereka saling terbuka sehingga membentuk kerjasama yang baik dan
profesional yang menghasilkan hasil kerja yang maksimal dan sesuai dengan
apa yang menjadi visi Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu
Timur yaitu Terwujudnya Pelayanan Perizinan yang Prima, Dalam Rangka
Mewujudkan Kabupaten Luwu Timur Kabupaten Agro Industri Tahun 2015.
87
Guna memberikan pelayanan yang berkualitas dan efektif
penempatan staf/pegawai yang sesuai dengan latar belakang pendidikan dan
keahliannya sangat berpengaruh terhadap pelayanan yang diberikan. Untuk
mengetahui apakah penempatan pegawai sesuai dengan latar belakang
pendidikan dan keahlian di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten
Luwu Timur, maka peneliti melakukan wawancara dengan beberapa informan.
Berikut penuturan beberapa informan :
Bapak Hamka, SH. Selaku staf Bagian Tata Usaha, menuturkan
bahwa:
“...Dalam penempatan masing-masing staf di sesuaikan dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki untuk mempermudah menyelesaikan tugas-tugas seperti bagian penerimaan dan pengeluaran serta pengadaan barang memiliki pendidikan Strata 1 jurusan ekonomi manajemen dan akuntansi”.
Pendapat bapak Bapak Muhammad Jaure selaku penerima layanan,
yaitu :
“...Menurut penilaian saya penempatan pegawainya sesuai keahlian pendidikan yang dimiliki. buktinya mereka telah memahami tugasnya masing-masing”. (Sumber : Wawancara, 01 Februari 2012).
Pendapat yang sama dari Bapak P.Karurung, bahwa : “...Sudah sesuai dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki dilihat dari penguasaan dibidang masing-masing yang mereka tangani.” (Sumber : Wawancara, 07 Februari 2012).
Dari hasil wawancara dan observasi peneliti menunjukkan bahwa
penempatan pegawai di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten
Luwu Timur sudah sesuai dengan latar belakang pendidikan dan keahlian
yang dimiliki. Hal ini berguna untuk mempermudah menyelesaikan tugas-
tugas yang mereka tangani sehingga dapat memberikan pelayanan yang
efektif kepada masyarakat yang sedang mengurus surat izin usaha.
88
Berkenaan dengan hasil kerja pegawai yaitu kedisiplinan pegawai
dalam memberikan pelayanan di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
Kabupaten Luwu Timur yang dapat meningkatkan loyalitas kelompok kerja.
Upaya mengetahui disiplin pegawai dalam memberikan pelayanan, maka
peneliti melakukan wawancara dengan beberapa informan. Berikut
pemaparan para informan:
Bapak Ilham S.Kom selaku Staf seksi bina program dan informasi,
menuturkan bahwa :
“...Disiplin waktu sangatlah dibutuhkan dan harus selalu tertanam di diri kita apalagi sebagai seorang aparat pemerintah harus dan patutlah memberikan contoh yang lebih baik lagi dalam hal menunjang kesuksesan setiap pegawai sehingga masing - masing pegawai dapat menjalankan kewajibannya dengan menumbuhkan sifat loyal.” (Sumber : Wawancara, 01 Februari 2012).
Adapun pendapat dari Bapak Rasding, bahwa : “...Menurut saya pegawai cukup disiplin dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada kami yang mengurus surat izin”. (Sumber : Wawancara, 30 Januari 2012).
Dari hasil wawancara dengan informan diatas maka penulis dapat
menarik kesimpulan bahwa kedisiplinan pegawai di Kantor Pelayanan
Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur sudah cukup baik. Hal tersebut
dapat meningkatkan kerjasama dan loyalitas kelompok, yang menciptakan
hasil kerja yang maksimal sehingga dalam melaksanakan tugas yaitu
memberikan pelayanan kepada masyarakat dapat berjalan baik dan efektif.
3. Prosedur Pelayanan
Prosedur Pelayanan adalah kemudahan tahapan pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan,
kejelasan persyaratan pelayanan. Prosedur pelayanan merupakan rangkaian
89
proses atau tata kerja yang berkaitan satu sama lain, sehingga adanya
tahapan secara jelas dan pasti serta cara-cara yang harus ditempuh dalam
rangkaian penyelesaian suatu pelayanan.
Prosedur Pelayanan tidak hanya dituntut untuk menciptakan
keteraturan tetapi diutamakan untuk memberikan kemudahan dan kejelasan
bagi masyarakat yang membutuhkan pelayanan yang baik. Kejelasan
prosedur pelayanan disini dimaksudkan bahwa masyarakat mengerti akan
setiap tahapan yang mereka lalui serta persyaratan-persyaratan yang harus
mereka penuhi untuk mendapatkan pelayanan yang diinginkan. Prosedur
pelayanan diharuskan sederhana dan tidak berbelit-belit.
Untuk memberikan pelayanan yang efektif serta kejelasan prosedur
pelayanan, maka Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu
Timur memaparkan mekanisme pelayanan perizinan mulai dari Business
proses/alur eksternal perizinan sampai siklus proses perizinan di Kantor
Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur tempat terbitnya izin.
Business proses/alur eksternal perizinan dimulai dari pemohon
membawa surat pengantar dari Kecamatan setelah mendapat keterangan dari
Desa sebagai tempat domisili usaha, kemudian dilanjutkan ke Kantor
Pelayanan Perizinan Terpadu untuk diproses oleh tim teknis dan selanjutnya
ke dinas teknis terkait untuk mendapatkan rekomendasi kemudian Kantor
Pelayanan Perizinan Terpadu menerima permohonan izin yang telah
memenuhi syarat teknis dan memproses berkas pemohon pada saat itu juga,
kemudian Kepala kantor pelayanan perizinan terpadu menandatangani
dokumen perizinan tersebut setelah melalui pemeriksaan dan pengecekan
90
oleh kepala bagian tata usaha yang selanjutnya diserahkan kepada pemohon,
hal ini dapat dilihat pada sketsa berikut :
BAGAN ALUR EKSTERNAL DAN INTERNAL PELAYANAN PERIZINAN
KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN LUWU TIMUR
Gambar 3. Alur Pelayanan Perizinan
Adapun mekanisme pelayanan perizinan di Kantor Pelayanan
Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur :
Ø Pengantar Desa yang ditujukan kepada Camat;
Ø Pengantar Camat untuk yang ditujukan kepada Kepala Kantor Pelayanan
Perizinan Terpadu
Ø Pemohon melengkapi persyaratan Administrasi yang dibutuhkan untuk
diproses pada Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
Ø Pengurusan Izin dan Non Perizinan dapat selesai dalam waktu 1 (satu)
hari, apabila tidak memerlukan peninjauan lapangan.
PENGANTAR
DESA
PEMOHON
PENGANTAR
CAMAT
KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU
1. Rekomendasi Dari Dinas Teknis
2. Prosese Administrasi
3. Pembayaran
4. Penyerahan Surat Izin
91
Ø Apabila Pengurusan Izin dan Non Perizinan yang memerlukan peninjauan
lapangan tetapi tidak berlaku memerlukan kajian yang mendalam dapat
diselesaikan selama 3 hari.
Ø Dan apabila perizinannya tersebut memerlukan kajian yang mendalam
maka akan memerlukan waktu sesuai dengan kompleksnya perizinan
tersebut.
Berikut ini merupakan siklus proses perizinan yang ditempelkan di
ruang tunggu dan tempat berlansungnya pemberian pelayanan.
SIKLUS PROSES PERIZINAN DI KANTOR PELAYANAN PERIZINAN
TERPADU KABUPATEN LUWU TIMUR
Gambar 4. Siklus Proses Perizinan
Berikut keterangan dari gambar di atas :
1) Pendaftaran Pemohon
• Pemohon menyerahkan berkas permohonan
• Dokumen persyaratan yang disertakan harus sudah lengkap sesuai
ketentuan jenis perizinan
• Data permohonan dan data perizinan dimasukkan dalam sistem
• Petugas pelayanan mencetak Tanda Terima sebagai bukti pendaftaran
8
5
6
4
2
1
3
7
92
2) Kasi Pelayanan
• KASI memeriksa berkas permohonan
• KASI memberikan persetujuan dan disposisi pada permohonan yang
telah memenuhi persyaratan
3) Pemeriksaan
• Staf Seksi Perizinan menentukan rencana pemeriksaan lokasi dan
menerbitkan Surat Tugas.
• Staf Perizinan melakukan pemeriksaan dan mengisi Berita Acara
Pemeriksaan.
• Staf Perizinan bersama Tim Pelaksana Teknis mendiskusikan
kelayakan obyek perizinan terhadap perizinan yang akan diberikan.
• Staf Perizinan dan Tim Pelaksana Teknis mengeluarkan Surat
Rekomendasi
4) Kasi Perizinan
• KASI Perizinan memberi persetujuan untuk pemerosesan dan
pencetakan perizinan,
• KASI Perizinan mendisposisikan permohonan kepada staf perizinan
untuk mencetak surat izin yang dimaksud.
5) Proses dan Pencetakan
• Atas persetujuan KASI, Staf Perizinan membuat dan mencetak Surat
Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) serta surat izin yang dimaksud.
• Berkas tersebut didisposisikan kepada Kepala Kantor untuk ditanda
tangani.
6) Kabag Tata Usaha
• Memeriksa berkas yang dicetak dibagian seksi perizinan.
93
• Mendisposisikan berkas permohonan kepada kepala kantor.
7) Kepala Kantor
• Kepala kantor menandatangani surat izin yang sebelumnya telah
dicetak oleh staf perizinan,
• Kepala kantor mendisposisikan berkas kepada bendahara untuk
menerima pembayaran retribusi,
8) Pembayaran dan Penyerahan
• Bendahara menerima pembayaran dari pemohon dan menyerahkan
bukti pembayaran
• Bendahara menyerahkan surat izin yang sudah ditandatangani kepala
kantor.
Salah satu hal yang menjadi sorotan oleh para penerima layanan
pada umumnya adalah prosedur pelayanan yang melalui proses yang
panjang. Untuk mengetahui bagaimana pelayanan perizinan khususnya
mengenai prosedur pelayanan di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
Kabupaten Luwu Timur. Peneliti melakukan wawancara dengan beberapa
orang masyarakat yang sedang mengurus surat izin.
Seorang informan yang bernama Ibu Djuita Naim, S.Pd. menyatakan
bahwa :
“...Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, saya pikir prosedur pelayanannya sudah sesuai dengan mekanisme pelayanan yang ada.” (Sumber : Wawancara, 19 Januari 2012).
Pernyataan senada dari Ibu Hj. Nurmi mengatakan bahwa : “...Prosedur pelayanan disini sudah jelas dan sesuai dengan mekanisme pelayanan yang tercantum dalam ruang pelayanan.” (Sumber : Wawancara, 30 Januari 2012).
94
Kemudian Bapak I Wayan Arta menuturkan bahwa : “...Prosedur pelayanan yang ada di kantor ini saya rasa sudah jelas dan sesuai dengan mekanisme pelayanan yang tertera ruang pelayanan.” (Sumber : Wawancara, 06 Februari 2012).
Sedangkan Bapak Drs.Alimuddin Nasir, M.Si. selaku Kepala Bagian
Tata Usaha, berpendapat bahwa :
“...Prosedur pelayanan yang ada di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur sudah sesuai dengan mekanisme yang ada. Karena kami sesuaikan dengan SOP dan peraturan perundang-undangan Kabupaten Luwu Timur, dimana prosedur pelayanan dibuat sesuai ketentuan pemerintah.” (Sumber : Wawancara, 10 Februari 2012).
Dari penuturan beberapa informan tersebut dapat dikatakan bahwa
prosedur pelayanan yang ada di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
Kabupaten Luwu Timur sudah jelas, sesuai dengan mekanisme pelayanan
yang ditentukan oleh para administrator di kantor tersebut.
Pelayanan perizinan yang cenderung dicitrakan sebagai pelayanan
yang berbelit-belit, serta tidak ada kepastian waktu dan biaya pelayanan yang
dibutuhkan. Untuk mengetahui apakah proses pelayanan perizinan dikantor
pelayanan perizinan berbelit-belit berikut penuturan informan sebagai
pengguna jasa pelayanan perizinan.
Bapak Budiman menuturkan bahwa: “...Proses pelayanannya cukup berbelit-belit, karena saya harus ke sana kemari untuk memenuhi kelengkapan berkas perizinan yang sedang saya urus”. (Sumber : Wawancara, 06 Februari 2012).
Pendapat berbeda dari berbeda dari Ibu Hj. Khadijah, yaitu : “...Menurut saya proses pelayanannya tidak berbelit-belit dan mudah, jadi saya merasa tidak begitu sulit untuk mengurus perizinan”. (Sumber : Wawancara, 08 Februari 2012).
95
Dari penuturan informan diatas proses pelayanannya belum
sepenuhnya efektif, karena masih ada masyarakat yang mengeluh tentang
proses pelayanannya yang masih berbelit-belit.
Prosedur pelayanan pada umumnya membutuhkan kelengkapan
persyaratan administrasi agar data yang diberikan kepada penyedia layanan
bersifat akurat dan akuntabel. Untuk mengetahui tentang persyaratan
administrative dalam pengurusan surat izin, maka peneliti menanyakan
kepada beberapa informan tentang hal tersebut.
Bapak Sulfikar Sultan mengatakan bahwa : “...Menurut saya persyaratan dalam mengurus surat izin, tidak begitu memberatkan karena seperti yang saya ketahui memang seperti itulah prosedurnya. Jadi saya hanya mengikuti prosedur tersebut.” (Sumber : Wawancara, 30 Januari 2012).
Adapun penuturan Bapak Sugeng yaitu : “...Persyaratannya cukup jelas dan mudah saja. Menurut saya tidak begitu memberatkan dalam pengurusan surat izin.” (Sumber : Wawancara, 20 Januari 2012).
Pendapat berbeda dari Ibu Ria Parinding bahwa: “...Persyaratan administrasi untuk memperoleh pelayanan disini sudah cukup jelas tetapi persyaratan administrasinya cukup banyak jadi terkadang kami jadi repot untuk mengurus persyaratannya.” (Sumber : Wawancara, 21 Januari 2012).
Dari penuturan beberapa informan di atas, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa prosedur pelayanan di Kantor Pelayanan Perizinan
Terpadu Kabupaten Luwu Timur, secara umum sudah efektif dan berjalan
sesuai dengan mekanisme pelayanan yang ada. Persyaratan administrasi
yang dibutuhkan diinformasikan dengan jelas kepada masyarakat pengguna
layanan dan proses pelayanan perizinan dilakukan berdasarkan tata urutan
dan hanya melibatkan personel yang telah ditetapkan. Tapi tidak menutup
96
kemungkinan masih ada keluhan dari masyarakat tentang proses pelayanan
yang masih berbelit-belit. Hal ini terbukti adanya keluhan tentang persyaratan
administrasi yang banyak.
4. Responsivitas Pegawai
Responsivitas adalah kemampuan birokrasi untuk rnengenal
kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, serta
mengembangkan program-program sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi
masyarakat. Konsep responsivitas merupakan pertanggungjawaban dari sisi
yang menerima pelayanan atau masyarakat. Seberapa jauh mereka melihat
administrator negara atau birokrasi publik bersikap tanggap yang tinggi
terhadap apa yang menjadi permasalahan, kebutuhan, keluhan dan aspirasi
mereka.
Responsivitas juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
menyediakan apa yang menjadi tuntutan seluruh rakyat di suatu negara.
Dalam hal ini responsivitas merupakan cara yang efisien dalam memanage
atau mengatur urusan baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah atau lokal
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, karenanya baik
pemerintah pusat maupun daerah dikatakan responsif terhadap kebutuhan
masyarakat apabila kebutuhan masyarakat tadi diidentifikasi oleh para
pembuat kebijakan dengan menggunakan pengetahuan yang dimiliki, secara
tepat dan dapat menjawab apa yang menjadi kepentingan publik.
Dengan demikian birokrasi publik dapat dikatakan bertanggungjawab
jika mereka dinilai mempunyai responsivitas atau daya tanggap yang tinggi
terhadap apa yang menjadi permasalahan, kebutuhan, keluhan dan aspirasi
masyarakat.
97
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur adalah
salah satu organisasi pelayanan publik yang selalu berusaha memberikan
pelayanan terbaik berupa pelayanan prima agar dapat memenuhi kebutuhan
dan harapan masyarakat. Untuk itu dituntut Kantor Pelayanan Perizinan
Terpadu Kabupaten Luwu Timur harus selalu tanggap terhadap kebutuhan
masyarakat serta terhadap keluhan-keluhan yang disampaikan masyarakat.
Konsep responsivitas mengarah pada pertanggungjawaban
organisasi publik dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Respon
yang diharapkan pengguna pelayanan perizinan dari Kantor Pelayanan
Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur adalah daya tanggap Pegawai
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur dalam melayani
dan memenuhi kebutuhan masyarakat dengan cepat dan tanpa prosedur yang
berbelit-belit serta tepat waktu sehingga menciptakan pelayanan yang efektif.
Sikap responsif pegawai Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
Kabupaten Luwu Timur dapat dilihat dari hasil wawancara dengan Ibu Nirhati
A.Md, Staf Pelayanan bagian Bendahara Penerimaan, berikut ini :
“...Kita adalah lembaga pelayanan publik yang selalu berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik. kita juga menerapkan sistem one stop service (sistem pelayanan terpadu satu pintu) sehingga diharapkan pelayanan yang kami berikan cepat dan tepat sesuai dengan harapan masyarakat”. (Sumber : Wawancara, 20 Februari 2012).
Sementara tanggapan diungkapkan oleh Bapak Sapri D, bahwa :
“...Menurut saya pegawai di kantor ini sudah cukup tanggap dengan kebutuhan masyarakat dalam memberikan pelayanan”. (Sumber : Wawancara, 19 Januari 2012).
Pendapat yang sama dari Ibu Nurbaeti, yaitu : “...Kalau pengalaman saya, mereka cepat merespon apa yang kita butuhkan”. (Sumber : Wawancara, 30 Januari 2012).
98
Berdasarkan hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa pegawai
kantor Pelayanan perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur sudah cukup
tanggap terhadap kebutuhan masyarakat dalam memberikan pelayanan hal
ini dapat menciptakan kefeektifan pelayanan perizinan.
Untuk memberikan pelayanan yang baik dan berkesan di mata
masyarakat, para administrator dituntut untuk bertindak sopan dan ramah
ketika memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dalam memberikan
pelayanan, administrator yang berinteraksi langsung dengan masyarakat
harus dapat memberikan sentuhan pribadi yang menyenangkan. Sentuhan
pribadi yang menyenangkan tersebut tercermin melalui penampilan, bahasa
tubuh dan tutur bahasa yang sopan, ramah, lincah dan gesit.
Untuk mengetahui bagaimana kesopanan dan keramahan para
administrator dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, penulis
mewawancarai beberapa orang masyarakat yang sedang mendapatkan
pelayanan di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur.
Berikut penuturan para informan tersebut :
Bapak Syamsuddin memberikan tanggapan bahwa :
“...Kalau berbicara mengenai kesopanan dan keramahan pegawai dalam memberikan pelayanan, mereka sudah cukup ramah dan sopan ketika berhadapan dengan masyarakat”. (Sumber : Wawancara, 19 Januari 2012).
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Nursalma, bahwa : “...Secara umum semua pegawai berhadapan langsung dengan masyarakat disini sudah cukup ramah dan sopan. Saya pikir masalah pelayan memang dibutuhkan pegawai yang ramah dan murah senyum”. (Sumber : Wawancara, 30 Januari 2012).
Sedangkan Bapak Muhammad Syukri, S.Sos. selaku Kepala Seksi
Pelayanan memberikan tanggapan bahwa :
99
“...Untuk memberikan pelayanan yang baik, kami sebagai pegawai yang melayani masyarakat diharapkan dapat memberikan kesan yang baik dengan bersikap ramah dan bertutur kata yang sopan dan mudah dipahami oleh masyarakat sebagai penerima layanan”. (Sumber : Wawancara, 02 Februari 2012).
Dari beberapa pernyataan masyarakat yang mendapatkan pelayanan
di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur tersebut,
menunjukkan bahwa aspek kesopanan dan keramahan para administrator
pada saat memberikan pelayanan kepada masyarakat di kantor tersebut
sudah cukup baik.
Hal lain yang berkaitan dengan aspek responsivitas dalam
memberikan pelayanan adalah respon yang cepat dari petugas pemberi
pelayanan terhadap keluhan yang dirasakan masyarakat sebagai pengguna
layanan. Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti melakukan wawancara
dengan beberapa orang masyarakat, berikut penuturannya:
Ibu Irna ST staf seksi bina program dan informasi, menuturkan
bahwa:
“...Kalau pihak kami menyiapkan kotak saran bagi masyarakat yang ingin memberikan kritik dan saran terhadap pelayanan yang kami berikan. Tetapi selama ini kotak saran tidak pernah terisi jadi kami berindikasi bahwa masyarakat tidak ada yang mengajukan komplain”. (Sumber : Wawancara, 11 Februari 2012).
Ibu Hafisah Dawi memberikan penuturan yaitu : “...Saya pernah mengeluh langsung kepada pegawai yang bertugas tentang persyaratan surat izin yang cukup banyak, tetapi pegawai menanggapi saya dengan baik tentang keluhan saya”. (Sumber : Wawancara, 18 Januari 2012).
Adapun pendapat Bapak Ramlan bahwa : Kebetulan dalam mengurus surat izin saya tidak pernah ada keluhan tentang hal apapun. Tetapi menurut saya mereka bersikap baik terhadap keluhan yang kita rasakan.” (Sumber : Wawancara, 30 Januari 2012).
100
Dari beberapa hasil wawancara di atas tentang responsivitas/sikap
pegawai dalam menanggapi keluhan-keluhan masyarakat di Kantor
Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur. Responsivitas (daya
tanggap) pegawai di KKPT sudah maksimal dalam menanggapi keluhan-
keluhan masyarakat dengan bersikap tanggap, ramah dan bertutur kata yang
sopan dan mudah dipahami oleh masyarakat. Sehingga dalam memberikan
pelayanan perizinan dapat efektif dan tepat sesuai dengan harapan
masyarakat.
5. Sarana dan Prasarana
Secara umum sarana dan prasarana adalah alat penunjang
keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan publik,
karena apabila kedua hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang
dilakukan tidak dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan
rencana.
Sarana dan prasarana adalah merupakan seperangkat alat yang
digunakan dalam suatu proses kegiatan baik alat tersebut adalah merupakan
peralatan pembantu maupun peralatan utama, yang keduanya berfungsi untuk
mewujudkan tujuan yang hendak dicapai.
Salah satu hal yang dapat menciptakan pelayanan yang efektif
adalah mengenai sarana dan prasarana yang ada di sebuah organisasi,
menyangkut pada pemberian pelayanan kepada masyarakat. Karena sebagai
penyedia pelayanan, harus selalu memperhatikan sarana dan prasarana
untuk suatu kegiatan pelayanan kepada masyarakat pengguna jasa. Karena
ketersediaan sarana dan prasarana yang baik, akan mempengaruhi persepsi
masyarakat terhadap kualitas pelayanan.
101
Untuk mengetahui bagaimana kondisi dan ketersediaan sarana dan
prasarana yang dapat membantu efektivitas pelayanan perizinan di Kantor
Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur, penulis melakukan
pengamatan langsung di lapangan dan melakukan wawancara dengan
beberapa masyarakat dan pegawai di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
Kabupaten Luwu Timur.
Ditinjau dari kondisi ruang pelayanan, penulis melakukan wawancara
dengan beberapa masyarakat yang sedang mengurus surat izin. Berikut
penuturan beberapa narasumber.
Ibu Hj. Habiba menuturkan Bahwa: “...Menurut saya kondisi ruang pelayanan di kantor ini sudah cukup baik, selain kondisi ruangan yang bersih, tempat ini juga terasa nyaman, dan terkesan aman.” (Sumber : Wawancara, 30 Januari 2012).
Adapun Pendapat Bapak Saharuddin adalah : “...Ya, kondisi ruang pelayanan di kantor ini nyaman dan aman. Ada ruang tunggu, ada TV, berAC, bahkan disediakan air mineral gelas yang dapat dinikmati secara gratis. Jadi kalau pas menunggu kita nyaman dan tidak cepat bosan.” (Sumber : Wawancara, 06 Februari 2012).
Berikut wawancara dari beberapa informan tentang keadaan fasilitas
pendukung di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur,
yaitu :
Bapak Muchtar memberikan tanggapan bahwa : “...Tentang Fasilitas yang ada di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur ini sudah baik dan lengkap. Ada TV, AC, Mushallah, tempat parkir juga cukup luas.” (Sumber : Wawancara, 18 Januari 2012).
102
Pendapat yang sama dari Bapak Herman, yaitu : “...Fasilitasnya lengkap, ruang tunggunya nyaman. Ada TV, AC, terdapat pula Mushallah dan tempat parkirnya luas.” (Sumber : Wawancara, 30 Januari 2012).
Dari hasil wawancara dan observasi langsung peneliti, maka dapat
disimpulkan bahwa kondisi ruang pelayanan dan ketersediaan fasiltas
pendukung di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur
sudah baik dan lengkap. Kondisi ruang pelayanannya bersih, nyaman dan
memberikan kesan yang aman. Sedangkan ketersediaan fasilitas pendukung
seperti ruang tunggu, TV, AC, tempat ibadah dan tempat parkir sudah ada
dan memadai.
Selain kondisi ruang pelayanan, penulis juga mengamati sarana
prasarana lain yang terdapat di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
Kabupaten Luwu Timur yaitu media/sumber informasi yang disediakan.
Ketersediaan media/sumber informasi yang dapat dengan mudah dan diakses
langsung oleh masyarakat merupakan salah satu penunjang terciptanya
pelayanan perizinan yang efektif. Untuk mengetahui apakah ada
media/sumber informasi yang disediakan oleh Kantor Pelayanan Perizinan
Terpadu Kabupaten Luwu Timur dalam pelayanan perizinan. Berikut
Penuturan Bapak Hasanuddin Benggareng, MM selaku Kepala Kantor
Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur, bahwa :
“...Kami menyiapkan media bagi masyarakat yakni pelayanan lewat via sms yang bisa setiap saat dihubungi. Selain itu kita memiliki website, sistem layanan online tersebut diberlakukan dengan dasar mempercepat proses pendaftaran dan pengisian formulir serta persyaratan pengajuan izin. Kita tahu, warga kerap kesulitan melakukan pendaftaran untuk menerbitkan izin, khususnya bagi warga yang diluar daerah. Dengan adanya sistem online ini, tentunya kami berharap ada kemudahan bagi masyarakat yang ingin mengurus izin. Selain itu juga formulir pendaftaran dapat langsung
103
diambil melalui jaringan online. Dari sisi pembayaran masyarakat juga dapat melakukan transaksi via Bank dan juga dapat melakukan pembayaran seperti biasanya yakni datang langsung ke KPPT. "Untuk lebih lengkapnya, masyarakat boleh mengunjungi website http//www.kppt-luwutimur.net. (Sumber : Wawancara, 30 Januari 2012).
Ibu Hermawati Suldi sebagai pengguna layanan memberikan
pendapat bahwa :
“...Sumber informasi ada, seperti kotak saran, pelayanan via telepon, fax dan sms, yang bisa setiap saat kita hubungi.” (Sumber : Wawancara, 30 Januari 2012).
Berdasarkan penuturan yang diberikan oleh beberapa informan dan
pengamatan langsung dari penulis, diketahui bahwa pihak Kantor Pelayanan
Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur telah menyediakan media/sumber
informasi yang dapat dengan mudah dan langsung diakses oleh masyarakat
sehingga memudahkan dalam proses pengurusan surat izin seperti pelayanan
via telepon, fax dan sms. Selain itu, sarana penerima keluhan / kotak saran
juga terdapat pada lokasi pelayanan. Jadi, bagi masyarakat yang ingin
memberikan kritik dan saran kepada instansi, bisa memasukkan pendapat
mereka pada kotak saran.
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sangat berperan
dalam mendukung program pelayanan pada masyarakat yang lebih luas dan
transparan. Melalui Pengembangan ini, kami harapkan masyarakat
Kabupaten Luwu Timur dapat memperoleh informasi yang cepat dan tepat
serta transparan mengenai Pelayanan Perizinan.
Penyediaan berbagai informasi tentang syarat dan mekanisme
perizinan di Kabupaten Luwu Timur. Selain itu, menyajikan data mengenai
masyarakat atau badan usaha dan perusahaan yang telah mengurus
104
dokumen perizinannya. Diharapkan KPPT Kabupaten Luwu timur dapat
memberikan yang terbaik buat peningkatan potensi dan informasi data pada
masyarakat luas. Berkaitan dengan hal tersebut, penulis melakukan
wawancara dengan salah seorang pegawai di Kantor Pelayanan Perizinan
Terpadu Kabupaten Luwu Timur . Berikut penuturan beliau :
Widya Gayatri Dwi Putri, S.Kom. selaku staf seksi bina program dan
informasi, menuturkan bahwa :
“...Kita selalu mengikuti perkembangan teknologi. Setiap tahun kita selalu meng-update peralatan yang kita punya, seperti komputer yang kita gunakan untuk memberikan pelayanan.” (Sumber : Wawancara, 27 Januari 2012).
Ibu Hamdana A, memberikan tanggapan bahwa : “…Semua kegiatan sudah menggunakan komputer, sehingga dalam memberikan pelayanan juga cepat. Ini sangat bagus karena apa yang kita butuhkan juga dapat diperoleh dengan cepat, tidak perlu repot-repot cari di lemari file.” (Sumber : Wawancara, 07 Februari 2012).
Salah satu upaya untuk memberikan pelayanan perizinan yang efektif
yaitu proses pelayanan melalui sistem komputerisasi dan sistem database
agar menjamin keakuratan data dan kecepatan pelayanan, transaksi tercatat
secara otomatis dalam data base dan dalam bentuk print out, dan data
tersimpan secara baik dan dapat dicari dengan mudah.
Berdasarkan Informasi dari kedua narasumber tersebut, penulis
menyimpulkan bahwa peranan sarana dan prasarana dalam hal ini teknologi
komunikasi dan komputerisasi telah memberikan sumbangsih dalam
membantu upaya untuk mengefektifkan pelayanan perizinan di Kantor
Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur.
Pelayanan perizinan diberikan dengan prinsip cepat, tepat, mudah,
dan transparan dengan tetap memperhatikan faktor keakuratan dan
105
keamanan. Oleh karena itu setiap usaha yang ada di Kabupaten Luwu Timur
harus didaftarkan oleh pemilik usaha.
Upaya menciptakan kearah tersebut dilakukan melalui Sistem
Pelayanan Online (Website) dan diberlakukan dinas luar (DL) bagi pegawai
untuk berkunjung ke setiap kecamatan yang terdapat di Kabupaten Luwu
Timur sehingga diharapkan mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat
Luwu Timur dimanapun berada hingga di pelosok desa. Media online
(website) merupakan wujud komitmen dan pertanggungjawaban publik KPPT
Kabupaten Luwu Timur sehingga lebih dekat pada masyarakatnya. Sistem
layanan online tersebut diberlakukan dengan dasar mempercepat proses
pendaftaran dan pengisian formulir serta persyaratan pengajuan izin.
106
Tabel 3. Matriks Pembahasan
No. Indikator Efektivitas
Pelayanan Perizinan di
Kantor Pelayanan
Perizinan Kabupaten
Luwu Timur
Pembahasan
1. Efesiensi Dalam Pelayanan
Efesiensi dalam pelayanan dapat dilihat
dari segi biaya dan waktu. Biaya
pelayanan sudah efisien karena sesuai
dengan peraturan yang berlaku. Biaya
pelayanan perizinan tidak memberatkan
masyarakat tidak ada biaya tambahan
(pungli) yang dibebankan kepada
masyarakat. Tapi dari sisi waktu, yaitu
kecepatan dan ketepatan waktu
pelayanannya dirasakan masyarakat
belum cepat dan tepat, meskipun pegawai
telah menginformasikan dengan jelas dan
transparan tentang standar waktu
penyelesaian pengurusan surat izin. Hal
ini membuktikan pelayanan perizinan di
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
Kabupaten Luwu Timur berlangsung
efektif dari segi biaya karena sudah sesuai
dengan peraturan yang ada, tetapi dari
segi waktu pelayanan belum efektif karena
107
masih ada keluhan dari masyarakat
tentang kepastian waktu penyelesaian
pelayanan perizinan yang masih lama.
2. Semangat Kerjasama dan
Loyalitas Kelompok Kerja
Upaya memberikan pelayanan yang prima
bagi masyarakat semangat kerjasama dan
loyalitas kelompok kerja sangat diperlukan
untuk itu kerjasama yang terjalin antar
pegawai sangat baik sehingga
menciptakan suasana yang kondusif
dalam melayani masyarakat. Kerjasama
yang baik, sifat saling terbuka antara
pimpinan dan bawahan meningkatkan
loyalitas kelompok kerja. Selain itu,
penempatan pegawai sesuai dengan latar
belakang pendidikan dan keahlian yang
dimiliki untuk mempermudah
menyelesaikan tugas-tugas yang mereka
tangani. Pegawai juga cukup disiplin
dalam melayani masyarakat sehingga
dapatkan meningkatkan loyalitas
kelompok kerja. Hal ini dapat
membuktikan pelayanan perizinan efektif.
3. Prosedur Pelayanan Secara umum, prosedur pelayanan sudah
jelas, tapi belum berjalan sesuai dengan
108
mekanisme pelayanan yang ada.
Persyaratan administrasi yang dibutuhkan
diinformasikan dengan jelas kepada
masyarakat pengguna layanan dan
proses pelayanan perizinan dilakukan
berdasarkan tata urutan dan hanya
melibatkan personel yang telah
ditetapkan. Tapi masih ada keluhan dari
masyarakat tentang proses pelayanan
yang masih berbelit-belit dan persyaratan
administrasi yang banyak. Hal ini
membuktikan bahwa pelayanan perizinan
belum sepenuhnya efektif dan masih
dibutuhkan perbaikan untuk meningkatkan
kualitas pelayanannya.
4. Responsivitas Pegawai Responsivitas (daya tanggap) pegawai
sudah maksimal dalam menanggapi
keluhan-keluhan masyarakat dengan
bersikap tanggap, ramah dan bertutur kata
yang sopan dan mudah dipahami oleh
masyarakat. Secara umum semua
pegawai yang berhadapan langsung
dengan masyarakat sudah ramah dan
sopan. Hal ini membuktikan bahwa para
109
pemberi pelayanan di Kantor Pelayanan
Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur
telah memberikan kesan sebagai pribadi
yang menyenangkan sehingga mendorong
terwujudnya efektifitas pelayanan
perizinan.
5. Sarana dan Prasarana Kondisi ruang pelayanan dan ketersediaan
fasilitas pendukung di Kantor Pelayanan
Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur
sudah baik dan lengkap. Kondisi ruang
pelayanannya bersih, nyaman dan
memberikan kesan yang aman.
Sedangkan ketersediaan fasilitas
pendukung seperti ruang tunggu, TV, AC,
tempat ibadah dan tempat parkir sudah
ada dan memadai. Keberadaan
media/sumber informasi yang dapat
dengan mudah dan diakses langsung oleh
masyarakat seperti kotak saran,
pelayanan via telepon, fax dan sms.
Penerapan Sistem Pelayanan Online
(Website) dan diberlakukan dinas luar
(DL) bagi pegawai untuk berkunjung ke
setiap kecamatan yang terdapat di
110
Kabupaten Luwu Timur sehingga
diharapkan mampu menjangkau seluruh
lapisan masyarakat Luwu Timur
dimanapun berada hingga di pelosok
desa. Media online (website) merupakan
wujud komitmen dan pertanggungjawaban
publik Kantor Pelayanan Perizinan
Terpadu Kabupaten Luwu Timur sehingga
lebih dekat pada masyarakatnya. Sistem
layanan online tersebut diberlakukan
dengan dasar mempercepat proses
pendaftaran dan pengisian formulir serta
persyaratan pengajuan izin. Sehingga
menciptakan pelayanan perizinan yang
efektif.
111
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya maka
penulis dapat menarik kesimpulan bahwa pelayanan perizinan di Kantor
Pelayanan Perizinan Kabupaten Luwu Timur telah berjalan dengan efektif,
yang dapat dilihat dari indikator berikut:
1. Efesiensi Dalam Pelayanan, dilihat dari segi biaya dan waktu. Biaya
pelayanan sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku dan tidak ada
biaya tambahan (pungli) yang dibebankan kepada masyarakat. Tapi dari
sisi waktu, yaitu kecepatan dan ketepatan waktu pelayanannya dirasakan
masyarakat belum cepat dan tepat, meskipun pegawai telah
menginformasikan dengan jelas dan transparan tentang standar waktu
penyelesaian pengurusan surat izin.
2. Semangat Kerjasama dan Loyalitas Kelompok Kerja, Semangat
Kerjasama di Kantor Pelayanan Perizinan Kabupaten Luwu Timur baik
antara pimpinan serta staf memiliki hubungan kerjasama yang baik, sifat
saling terbuka antara pimpinan dan bawahan meningkatkan loyalitas
kelompok kerja. Rasa loyalitas kelompok kerja yang ditanamkan melalui
penempatan pegawai sesuai dengan latar belakang pendidikan dan
keahlian serta disiplin pegawai dalam melayani masyarakat.
3. Prosedur Pelayanan, sudah jelas tetapi belum berjalan sesuai dengan
mekanisme pelayanan yang ada. Karena masih ada keluhan dari
112
masyarakat tentang proses pelayanan yang masih berbelit-belit dan
persyaratan administrasi yang banyak.
4. Responsivitas (daya tanggap) pegawai, sudah maksimal dalam
menanggapi keluhan-keluhan masyarakat dengan bersikap tanggap,
ramah dan bertutur kata yang sopan dan mudah dipahami oleh
masyarakat yang memberikan kesan sebagai pribadi yang
menyenangkan.
5. Sarana dan Prasarana, kondisi ruang pelayanannya bersih, nyaman dan
memberikan kesan yang aman. Sedangkan ketersediaan fasilitas
pendukung seperti ruang tunggu, TV, AC, tempat ibadah dan tempat
parkir sudah ada dan memadai. Keberadaan media/sumber informasi
yang dapat dengan mudah dan diakses langsung oleh masyarakat serta
diberlakukan Sistem Pelayanan Online (Website). Bukti lain yang
menandai efektifnya pelayanan perizinan di Kantor Pelayanan Perizinan
Kabupaten Luwu Timur adalah dengan adanya upaya dari pihak Kantor
Pelayanan Perizinan Kabupaten Luwu Timur untuk memberikan
kemudahan bagi masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, dengan
mengadakan perjalanan dinas luar (DL) berkunjung ke setiap kecamatan
yang terdapat di Kabupaten Luwu Timur.
Dari hasil pengukuran indikator diatas dapat dikatakan bahwa
pelayanan perizinan di Kantor Pelayanan Perizinan Kabupaten Luwu Timur
telah berjalan dengan efektif, walaupun efesiensi dari segi waktu dan prosedur
pelayanan masih terdapat kekurangan.
113
IV. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis memberikan saran sebagai
berikut:
1. Untuk memaksimalkan pelayanan perizinan di Kantor Pelayanan
Perizinan Kabupaten Luwu Timur, sebaiknya pihak KPPT lebih
mempermudah persyaratan administrasi dan waktu penyelesaian dan
proses pelayanan perizinan lebih diefisienkan.
2. Sebaiknya semangat kerjasama dan loyalitas kelompok kerja
ditingkatkan, sehingga tercipta disiplin kerja yang menciptakan pelayanan
yang efektif.
3. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar ikut berpartisipasi
dalam mendaftarkan usaha yang dimiliki, hendaknya sering dilakukan
sosialisasi dan publikasi tentang pendaftaran untuk menerbitkan izin.
Sebab, salah satu kendala yang dihadapi dalam menghasilkan data
adalah kurangnya pengetahuan dan kesadaran dari masyarakat tentang
hal tersebut, terutama masyarakat yang berdomisili di daerah terpencil.
4. Sistem pelayanan Online (website) lebih dikembangkan dan data-data
yang ada di website tersebut di update setiap hari, sehingga
memudahkan masyarakat dalam pengurusan surat izin.
5. Demi meningkatkan efektifitas dan kualitas pelayanan kepada
masyarakat hendaknya faktor sarana dan prasarana pelayanan tetap
mempertahankan kebersihan lingkungan guna mendukung proses
kegiatan pelayanan secara cepat, tepat dan efisien.
114
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Batinggi, Ahmad. 1998. Manajemen Pelayanan Umum. Bahan Kuliah STIA LAN
Boediono, B. 2003. Pelayanan Prima Perpajakan. Rineka Cipta: Jakarta
Danim Sudarwan. 2004. Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Jakarta: Erlangga
Georgopolous dan Tannenbaum. 1985. Efektivitas Organisasi. Jakarta: Erlangga
Gie,The Liang .1998. Ensiklopedia Administrasi. Jakarta: Gunung Agung
Hadayaninrat Soerwarno. 1994. Pengantar Ilmu Administrasi Manajemen. Jakarta: Gunung Agung
Indrawijaya Adam I.1989. Perilaku Organisasi. Bandung : Sinar baru
Kurniawan Agung. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta: Pembaruan
Martini dan Lubis 1987.Teori Organisasi. Bandung: Ghalia Indonesia
Moenir. 2006. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, Jakarta :PT. Bumi Aksara
Moleong, Lexi J,Dr.M.A. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Pasolong, Harbani. 2005. Metode Penelitian Administrasi: Untuk Organisasi Profit dan Non Profit. Makassar: Lembaga Penerbitan Uhnas (Lephas)
. 2007. Teori Administrasi Publik. Bandung : Alfabeta
Philipus M. Hadjon. 1993, Pengantar Hukum Perizinan. Cetakan I. Surabaya: Yuridika.
Ratminto & Atik Septi W, 2005. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Ridwan HR, 2007. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Ridwan Juniarso. 2009. Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik. Bandung: Nuansa
Riawan Tjandra, W. 2005. Peningkatan Kapasitas Pemda Dalam Pelayanan Publik. Yogyakarta : Pembaruan
115
Sinambela L.P. 2006. Reformasi Pelayanan Publik, Teori, Kebijakan dan Implementasi. Jakarta: Bumi Aksara
Sondang P. Siagian. 1987. Manajemen Modern. Jakarta : PT. Gunung Agung
Steers, Ricard M. 1986. Efektivitas Organisasi. Jakarta: Erlangga
Syukri, Agus Fanar. 2009. Standar Pelayanan Publik Pemda. Bantul: Kreasi Wacana.
Tika, P. 2008. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta: Bumi Aksara
Utrecht E.1963. Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Cetakan VI. Jakarta: PT. Penerbit dan Balai BukuIchtiar
Waluyo. 2007. Manajemen Publik. Konsep, Aplikasi & Implementasinya Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah : Bandung : Mandar Maju
Peraturan Perundang-Undangan :
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu
Keptusan Bupati Luwu Timur Nomor : 58 Tentang Standar Pelayanan Perizinan Pada Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur
Lain-lain :
Sanapiah Azis. 2000. Pelayanan yang Berorientasi Kepada Kepuasan Masyarakat. Jurnal Administrasi Negara. Vol . 6 Nomor 1
Panduan Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur. 2011
Panduan Perizinan Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Luwu Timur. 2011
Pedoman Penulisan dan Penilaian Skripsi, Jurusan Ilmu Administrasi Program Studi Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin. 2010
Yayasan Inovasi Pemerintahan Daerah (YIPD), 03 March 2009. Pelayanan KPPT Dinilai tak Maksimal http://www.yipd.or.id/main/readnews/12147. Diakses tanggal 15 September 2011
116
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu. (Website Pemkab. Luwu Timur). http://www.luwutimurkab.go.id. Diakses tanggal 15 September 2011.
Sahrifin. 2011. Efektivitas Pembentukan Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu dalam Memberikan Pelayanan Kepada Masyarakat (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu di Kabupaten Gayo Lues). Skripsi .http:///www.repository.usu.ac.id. Diakses tanggal 17 Oktober 2011
Tirta Nugraha Mursitama, Ph.D., Desy Hariyati, S. Sos., dan Sigit Indra Prianto, S.Sos. 2010. Reformasi Pelayanan Perizinan dan Pembangunan Daerah : Cerita Sukses Tiga Kota (Purbalingga, Makassar, Dan Banjarbaru) http://www.transparansi.or.id/wp/content/uploads/2011/02/Otonomi_Daerah.pdf. Diakses tanggal 22 November 2011
117
RIWAYAT HIDUP
Nama : KIKI RESKI
NIM : E211 08 293
Tempat/Tanggal Lahir : Wajo, 15 Oktober 1989
Agama : Islam
Alamat : Jl. Sipil 1 Blok D No. 185 Komp. UNHAS
No. Telepon / HP : 085399721727
Orang Tua
Ayah : SYAMSU ALAM
Ibu : Hj. NURHANA
Riwayat Pendidikan Formal
SD : SDN 462 Maliwowo (1996-2002)
SMP : SMPN 1 Wotu (2002-2005)
SMA : SMAN 1 Malili (2005-2008)
Perguruan Tinggi : Universitas Hasanuddin, Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Administrasi
(2008-2012)
Top Related