Download - Editan Sip Markotop

Transcript

1

PENDAHULUAN Latar belakang Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982). Salah satu polusi atau pencemaran lingkungan adalah polusi suara. Polusi suara atau pencemaran suara adalah gangguan pada lingkungan yang diakibatkan oleh bunyi atau suara yang mengakibatkan ketidaktentraman makhluk hidup di sekitarnya. Pencemaran suara diakibatkan suara-suara bervolume tinggi yang membuat daerah sekitarnya menjadi bising dan tidak menyenangkan. Penilaian terhadap suara yang muncul sebagai polusi atau tidak merupakan sesuatu yang subjektif. Kerusakan yang diakibatkan pencemaran suara bersifat setempat, tidak seperti polusi udara maupun polusi air. Menurut World Health Organization, polusi suara atau disebut juga kebisingan merupakan jenis polusi paling berbahaya setelah polusi udara dan air. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya polusi suara atau kebisingan diantaranya adalah semakin majunya teknologi, perkembangan peralatan yang digunakan manusia semakin meningkat. sarana transportasi yang semakin banyak dan kompleks. Sarana transportasi yang semakin meningkat dari tahun ke tahun menyebabkan tingkat polusi bising/polusi suara menjadi masalah yang tak terelakan bagi masyarakat. Sebagian besar polusi suara terjadi di jalan raya ataupun tempat-tempat keramaian. Kebisingan yang terjadi di jalan raya diakibatkan oleh sarana transportasi yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Akibat dari kebisingan tersebut terjadinya gangguan keseimbangan, gangguan psikologis, gangguan pendengaran, gangguan komunikasi dan sebagainya. Solusi yang pernah dikembangkan untuk mengurangi kebisingan adalah dengan menggunakan pemasangan barrier baik secar alami maupun secara buatan. Solusi yang ditawarkan hanya menyangkut sistem terbuka. Artinya hanya bagian luar dari suatu sistem jalan raya. Optimalisasi dari solusi yang ada tidak menyangkut pada efisiensi reduksi bising di jalan raya. Dari hal tersebut diperlukannya suatu solusi untuk mereduksi kebisingan yang terjadi di jalan raya. Tujuan 1. Untuk mengetahui peredam bising alami yang dapat digunakan untuk mereduksi bising di jalan raya dengan tingkat reduksi yang tinggi. 2. Untuk mengetahui peredam bising buatan yang dapat digunakan untuk mereduksi bising di jalan raya dengan tingkat reduksi yang tinggi 3. Untuk mengetahui bahan campuran alami pada peredam bising buatan yang dapat digunakan untuk mereduksi bising di jalan raya dengan tingkat reduksi yang tinggi 4. Untuk merumuskan konsep sebagai solusi atas polusi suara yang terjadi di jalan raya

2

Manfaat 1. Sebagai solusi atas pencemaran suara/polusi suara di jalan raya sehingga polusi suara atau kebisingan suara dapat direduksi dan tidak menimbulkan dampak negatif bagi manusia. 2. Sebagai referensi mengenai bahan alami yang dapat digunakan sebagai bahan campuran pada peredam bising buatan 3. Dengan ditanamnya bambu pringgodani dapat memberikan keindahan pada jalan raya serta kebersihan jalan raya. GAGASAN Kondisi kekinian pencetus gagasan Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982). Syarat-syarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap makhluk hidup. Sehingga seberapa kecil atau seberapa haluspun suara jika tidak diinginkan akan disebut bising dan mengganggu (Santoso dan Prayitno, 1986). Suatu zat dapat disebut polutan apabila: jumlahnya melebihi jumlah normal, berada pada waktu yang tidak tepat, berada pada tempat yang tidak tepat.

Gambar 1.1 Sumber Pencemaran Lingkungan Sumber: http://netsains.com/wp-content

Pencemaran suara atau polusi suara adalah suara yang tidak dikehendaki dan mengganggu manusia (Lord, Gatley dan Evensen, 1980; Magrad, 1982). Polusi suara disebabkan oleh suara bising kendaraan bermotor, kapal terbang, deru mesin pabrik, radio/tape recorder yang berbunyi keras sehingga mengganggu pendengaran.

3

Salah satu sumber utama polusi suara atau kebisingan adalah bunyi lalu lintas kendaraan bermotor. Bunyi lalu lintas adalah bunyi yang tidak konstan tingkat suaranya. Tingkat gangguan bising dari bunyi lalu lintas dipengaruhi oleh tingkat suaranya, kekerapan kehadirannya dalam satu satuan waktu, serta frekuensi bunyi yang dihasilkannya (Magrad, 1982). Bising lalu lintas ditimbulkan oleh bising yang dihasilkan dari kendaraan bermotor. Dimana bising kendaraan bermotor itu sendiri bersumber dari mesin kendaraan, bunyi pembuangan kendaraan, serta burryi yang dihasilkan oleh interaksi antara roda dengan jalan. Truk (kendaraan berat, termasuk bus) dan mobil merupakan sumber bising utama di jalan raya. (AASHTO, 1993) Mobil (kendaraan ringan) pada umumnya relatif tidak bising, tetapi karena jumlahnya yang banyak maka kebisingan yang dihasilkan menjadi cukup besar. Sumber bising utama dari mobil adalah bunyi pembakaran mesin serta bunyi gesekan antara ban dengan lapisan perkerasan jalan raya. Pada saat mesin mobil dinyalakan serta saat melakukan percepatan maksimum, bising terutama dihasilkan oleh bunyi mesin, sedangkan saat mobil melaju dengan kecepatan ringgi, sumber bising terbesar adalah bunyi gesekan roda dan perkerasan jalan (AASHTO, 1993).

Gambar 1.1 Kepadatan kendaraan bermotor (Sumber : http://nustaffsite.gunadarma.ac.id) Truk (kendaraan berat), terutama yang bemesin diesel, karena ukuran dan tenaga yang dihasilkan oleh mesinnya, dapat menghasilkan tingkat bising lebih besar 15 dBA daripada mobil (kendaraan ringan). Bunyi pembakaran dalam mesin truk memberikan kontribusi bising yang besar terhadap kebisingan jalan raya, terutama saat truk melakukan percepatan, dan saat truk mencapai kecepatan diatas 80 km/jam (AASHTO, 1993). Kebisingan jalan raya {road traffic) memberikan proporsi frekuensi kebisingan yang paling mengganggu jika dibandingkan dengan kebisingan lapangan terbang (aircraft), anak-anak, manusia, hewan, kereta api maupun faktor-faktor lainnya (Croome, 1982). Standar Dan Kriteria Kebisingan Lalu Lintas Tingkat kebisingan yang dihasilkan oleh lalu Iintas selalu berubah setiap waktu, sehingga diperlukan sebuah standar dan kriteria kebisingan yang dapat digunakan untuk menilai tingkat kebisingan sebuah lingkungan, sebagai dasar perhitungan teknik untuk disain kontrol kebisingan, dan sebagai dasar evaluasi kontrol kebisingan secara berkala (Lord, Gatley dan Evensen, 1980).

4

Standar kebisingan adalah sebuah metode, prosedur, atau spesifikasi yang berhubungan dengan aspek-aspek kebisingan (metode pengukuran, efek bising pada manusia, level yang diijinkan) (Lord, Gatley dan Evensen, 1980). Sedangkan kriteria kebisingan adalah ukuran kuantitatif (besaran) atau hubungan, yang digunakan untuk menggambarkan pengaruh ringkat kebisingan, variasi perubahan, lamanya bising berlangsung dan menjadi ukuran dari gangguan yang ditimbulkan terhadap manusia (Lord, Gatley dan Evensen, 1980). Pada umiunnya standar dan kriteria kebisingan ditetapkan oleh komite perdagangan dan industri, lembaga ilmu pengetahuan dan teknologi, dan pihak pemerintah yang berkepentingan dan bergerak di bidang akustik. Badan yang membuat standar kriteria kebisingan antara lain American Assocation ofState Highway and Transportation Offwials (AASHTO), National Cooperative Highway Research Program (NCHRP), The Federal HighwayAdministration (FHWA). Standar dan kriteria untuk mengevaluasi kebisingan lingkungan dibuat untuk kepentingan kesehatan dan kesejahteraan manusia, sehingga pada kondisi lingkungan yang berbeda digunakan besaran dan skala yang berbedajuga (Lord, Gatley dan Evensen,1980). Besaran dan skala yang dipakai contohnya Noise and Number Index (NNI) dipakai untuk mengevaluasi kebisingan pada lapangan terbang, Corrected Noise Level (CNL) unruk kebisingan didaerah industri dan instalasi, Leq dB(A) untuk kebisingan lalu lintas, kereta api, tempat-tempat konstruksi dan daerah pengurangan kebisingan, dan Lw dB(A) untuk kebisingan lalu lintas. (Croome, 1982) Tingkat bising yang dihasilkan oleh lalu lintas akan menunjukkan variabilitas perubahan tingkat suara terhadap waktu yang besar. Oleh karena itu dibutuhkan perhitungan statistik yang dapat mencakup variabilitas yang besar tersebut. Alat standar untuk pengukuran kebisingan adalah sound level meter (SLM) (Lampiran M). SLM dapat mengukur tiga jenis karakter respon frekuensi, yang ditunjukkan dalam skala A, B, dan C. Skala C dapat menangkap suara dengan frekuensi dari 50 sampai 5000 Hz, sedangkan skala Take Home Quiz Sistem Transportasi | Polusi Suara 8 A dan B hanya akan menangkap suara dengan frekuensi 1000 Hz keatas.

Gambar 1.2 Sound Level Meter (Sumber : http://t2.gstatic.com/images)

5

Skala A ditemukan paling mewakih batasan pendengaran manusia dan respons telinga terhadap bising, termasuk bising lalu lintas serta bising yang dapat menimbulkan kekilangan pendengaran. Skala A dinyatakan dalam satuan dBA (AASHTO, 1974; Croome, 1977; Lord, Gatley, dan Evensen,1980). 3. Akibat-akibat dari Kebisingan Kebisingan memiliki efek terhadap kesehatan. Efek kebisingan terhadap kesehatan terbagi menjadi 2 yaitu efek terhadap pendengaran dan efek terhadap non pendengaran. Masing-masing efek tersebut adalah efek terhadap pendengaran terdiri dari pergeseran nilai ambang batas sementara yang bersifat sementara dan non-patologis, pergeseran nilai ambang batas menetap yang bersifat patologis dan menetap, terjadi di tempat kerja karena trauma akustik dan kebisingan terjadi bukan di tempat kerja. Efek terhadap gangguan bukan pada pendengaran, gangguannya berupa penyakit akibat stress, kelelahan, perubahan penampilan dan gangguan komunikasi (Mukono, 1999).

Solusi yang pernah ditawarkan Solusi yang pernah ditawarkan oleh pemerintah adalah sebagai berikut. Mengeluarkan peraturan mengenai lingkungan hidup yaitu keputusan menteri lingkungan hidup kep-48/MNLH/1996 yang menetapkan baku tingkat kebisingan untuk kawasan tertentu. Baku tingkat kebisingan ini diukur berdasarkan rata-rata pengukuran tingkat kebisingan ekuivalen. Peraturan pemerintah no 41 tahun 1999. Adapun isi pasal tersebut adalah Kepala instansi yang bertanggung jawab menetapkan baku tingkat gangguan sumber tidak bergerak dan ambang batas kebisingan kendaraan bermotor. Baku tingkat gangguan sumber tidak bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat terdiri atas : baku tingkat kebisingan; baku tingkat getaran; baku tingkat kebauan; dan baku tingkat gangguan lainnya. Baku tingkat gangguan sumber tidak bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat ditetapkan dengan mempertimbangkan aspek kenyamanan terhadap manusia dan/atau aspek keselamatan sarana fisik serta kelestarian bangunan. Ambang batas kebisingan kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat ditetapkan dengan mempertimbangkan aspek kenyamanan terhadap manusia dan/atau aspek teknologi. Baku tingkat gangguan sumber tidak bergerak dan ambang batas kebisingan kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat dapat ditinjau kembali setelah 5 (lima) tahun. Selain dari peraturan pemerintah tersebut solusi yang pernah ditawarkan adalah dengan menggunakan peredam bising/ getaran yang ada, pengurangan luas permukaan yang bergetar, pengaturan waktu operasi mesin, pengecilan atau pengurangan volume, pembatasan jenis dan jumlah lalu lintas. Solusi yang pernah di tawarkan pada pengendalian media bising adalah sebagai berikut

6

1. Pembesaran jarak sumber bising dengan pekerjaan atau permukiman 2. Pemasang peredam suara pada dinding dan langit-langit, pembatasan jalan dengan rumah/gedung/rumah sakit. hasil penelitian beberapa negara tentang kebisingan lalu lintas jalan raya disimpulkan bahwa faktor-faktor yang paling berpengaruh adalah volume, kecepatan, dan jarak terhadap sumber bising. Sedangkan faktor-faktor lain yang pengaruhnya tidak terlalu besar dinyatakan sebagai faktor koreksi. Sejak periode 1950-an, telah banyak dibuat model matematis kebisingan lalu lintas. 3. Wesler (1952) membuat model matematis kebisingan untuk pertama kali: Lso = 68-8.5 log V-20 logD.........................................................................2.1 Dimana: V= Volumelalulintas (vehh) D=Jarak pengamatan (feet) (Papacostas, 1993) Di Inggris tahun 1963 - 1965 Johnson dan Saunders membuat model matematis yang memuat hubungan antara tingkat kebisingan dengan parameter arus lalu lintas yaitu volume, kecepatan, kendaraan dan jarak. Model ini dibuat berdasarkan pengambilan data dilapangan yang ditimbulkan oleh arus kendaraan yang bergerak bebas (freely moving traffic) artinya tidak ada persiinpangan jalan, lampu dan hal-hal lain yang menyebabkan kendaraan harus memperlambat gerakannya. Model empirisnya adalah: Lso= 3.5+(01ogV-)0IogD+30logS......................................................................2.2 Dimana: Lso= Tingkat kebisingan rata - rata (dBA) V = Volume kendaraan (veh/h) D = Jarak (ft) S = Kecepatan (mph) (Santoso dan Prayitno, 1986) Galloway, dalam Galloway LinearizedApproximation to the Monte Carlo Simulation of Traffic Noise juga membuat model tingkat kebisingan dengan parameter yang sama dengan Johnson dan Saunders yaitu: Lso=20+10log V-10 logD+20logS....................................................................2.3 Burgess (1975), mengembangkan model matematis kebisingan lalu lintas dengan turut memperhitungkan kontribusi kendaraan berat / Heavy Vehicle (HV) terhadap peningkatan kebisingan lalu lintas. Model yang dibuat memasukkan persentase kendaraan berat di daerah pemukiman dengan kecepatan konstan: Lio=56+l0.7logV-18.5 logD+0.3P Dimana: Lio = Tingkat bising puncak (dBA)

7

P = Persentase kendaraan berat (%) (Santoso dan Prayitno, 1986) Tingkat kebisingan lalu lintas di jalan-jalan utama kota Surabaya telah diteliti oleh Santoso dan Prayitno (1986). Dari hasil penelitian tersebut diperoleh dua jenis model kebisingan lalu lintas, yaitu model yang tidak memeperhitungkan persentase kendaraan berat dan model yang memperhitungkan persentase kendaraan berat: a. Model yang tidak memperhitungkan persentase kendaraan berat: Lio = 40.99+9.83 logV- 9.96 logD+15.54 logS....................................................2.4 b. Model yang memperhitungkan persentase kendaraan berat: Lio =41 + 10.07 logV-11.97 logD+10.48 logS+1.72 P........................................2.5 Dari hasil penelitian tersebut, Santoso dan Prayitno (1986) menunjukkan bahwa kendaraan berat memberikan pengaruh yang berarti terhadap kebisingan lalu lintas, sehingga persentasenya perlu diperhitungkan dalam penentuan model matematis kebisingan. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan AASHTO yang menyatakan bahwa kendaraan berat, karena ukuran dan tenaga yang dihasilkan oleh mesinnya, dapat menghasilkan tingkat bising lebih besar 15 dBA daripada kendaraan ringan. Hal ini berarti kendaraan berat memberi kontribusi lebih besar terhadap tingkat kebisingan lalu lintas daripada kendaraan ringan. (AASHTO, 1993. Selain dari itu solusi yang telah ditawarkan hanya terbatas pada ruangan tertutup seperti perkantoran, rumah sakit dan lain-lain. Peredam kebisingan yang diterapakan untuk ruangan tertutup menggunakan glashwool dan rockwool. Namun karena harganya mahal maka perlu alternatif lain untuk menggantikannya.

Solusi yang ditawarkan Pada dasarnya solusi yang dilakukan oleh pemerintah dan solusi yang ditawarkan sebelumnya hanya terbatas dalam mengurangi kebisingan dari sumber suara. Solusi yang ditawarkan sebelumnya tidak menyangkut sistem secara keseluruhan. Sistem yang dimaksud disini adalah sistem terbuka dan sistem tertutup. Sistem terbuka adalah objek yang mengalami kebisingan suara serta objek yang mengeluarkan kebisingan suara. Sistem tertutup adalah prasarana yang menunjang objek tersebut . jika sistem terbuka dan tertutup dikombinasikan maka kebisingan suara dapat diatasi. Solusi yang ditawarkan adalah pemasangan peredam bunyi dengan natural barier dan artificial barier. Natural barier yang dimaksud disini adalah dengan menggunakan tanaman bambu pringgodani. Tanaman bambu pringgodani adalah tanaman yang mampu mereduksi kebisingan udara dari mulai 1,1-14,7 db. Pola penempatan tanaman ini diletakan di pinggirpinggir jalan. Penempatan pohon bambu ini di tempatkan pada posisi sekurangkurangnya 3 m dari tipe perkerasan tapi diluar ruang manfaat jalan

8

Tabel 2. Efektifitas pengurangan kebisingan oleh berbagai macam tanaman Jenis tanaman Volume kerimbunan daun (m3) Jarak dari sumber bising ke tanaman (d) (m) 18,20 30,20 18,20 24,6 7,0 16,40 35,4 9,8 17,0 9,6 8,20 9,80 11,20 4,60 3,2 6 Ketinggian pengukuran (m) Rata-rata reduksi kebisingan IL (dBA) 2,5 4,1 2,7 4,4 1,1 4,9 14,7 0,3 3,2 0,20 2,3 0,8 0,9 0,9 3,4 2,1

Akasia (Acacia mangium)

114,39 118,23

Bamboo pringgodani(Bambuga Sp) Johar (Casia siamea)

122,03 366,08 60,74 83,24 2,464 1,680 1,350 1,105 1,792 11,10

Likuan-Yu (Vermenia obtusifolia) Anak Nakal (Durant repens) Soka Kekaretan Sebe (Heliconia Sp) Teh-tehan Disisipkan: Teh-tehan Heliconia Sp

1,20 4,00 1,20 4,00 1,20 2,50 1,20 1,20 3,60 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20

13,88 2,75 16,65 33,3

6 9 6 9

1,20 1,20 1,20 1,20

2,7 3,8 4,2 5,0 ( Handayani, 2005)

Penghalang dengan tanaman dapat memotong garis perambatan gelombang suara dari sumber ke penerima sehingga tingkat kebisingan dapat dikurangi. Bambu ini memiliki beberpa keuntungan diantaranya adalah sebagai berikut. Memiliki keunggulan untuk memperbaiki sumber tangkapan air yang sangat baik, sehingga mampu meningkatkan water storage (cadangan air bawah tanah) secara nyata, maka pertimbangan menggunakan bambu sebagai tanaman konservasi adalah karena bambu merupakan tanaman yang mudah ditanam serta memiliki pertumbuhan yang sangat cepat, tidak membutuhkan perawatan khusus, dapat tumbuh pada semua jenis tanah, sudah dewasa pada umur 3 5 tahun dan dapat di panen setiap tahun tanpa merusak rumpun serta memiliki toleransi tinggi terhadap gangguan alam dan kebakaran. Disamping itu, bambu juga memiliki

9

kemampuan menghasilkan banyak oksigen sehingga dapat ditanam di daerah pemukiman maupun dipinggir jalan raya. bambu mempunyai sistem perakaran serabut dengan akar rimpang yang sangat kuat, meskipun berakar serabut pohon bambu sangat tahan terhadap terpaan angin kencang.

Gambar 1. Bambusa sp ( Bambu Pringgodani) (Sumber: http://toptropicals.com/pics/garden/m1/raznozw/bambusa_vulgaris7055) Kemudian gagasan yang diajukan selain dengan menggunakan natural barier juga menggunakan artifisial barier. Artifisial yang digunakan adalah penghalang buatan alternatif beton bertulang dengan menggunakan campuran serabut kelapa. Beton merupakan Beton adalah suatu campuran yang terdiri atas pasir, kerikil, batu pecah atau agregat yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat dari semen dan air membentuk suatu massa mirif-batuan. Beton bertulang terdiri dari bahan beton dan baja. Beton dan baja membentuk material komposit dengan ikatan di antaranya disebut dengan lekatan. Sedangkan pengertian dari beton itu sendiri adalah material yang dapat menahan gaya tekan yang besar, tetapi sangat lemah terhadap gaya tarik kekuatan tarik beton kecil dan dapat diabaikan. Kekuatan tarik ini diperkuat oleh tulangan baja. Oleh sebab itu, material komposit ini disebut beton bertulang yang dapat menahan tarik dan tekan. Beton tanpa tulangan hanya dapat memikul beban relatif kecil karena timbul retak beton akibat tarik. Dengan adanya tulangan baja maka beton bertulang dapat menahan beban lentur yang jauh lebih besar dibandingkan beton tanpa tulangan (Budiono, 2002).

Gambar 2. Beton bertulang (Sumber : http://13010700.blog.unikom.ac.id/struktur-bangunan.1hb )

10

Tabel 2. Efektifitas pengurangan kebisingan dengan menggunakan penghalang buatan No 1 Tipe Penghalang menerus Bahan Penghalang dari susunan bata Beton bertulang Kayu dengan atau tanpa bahan penyerap Alumunium atau baja dengan bahan penyerap Fiber, kaca 2 Penghalang tidak menerus Beton bertulang Alumunium atau baja dengan bahan penyerap Kombinasi bahan a dan b dengan fiber Penghalang dari susunan bata Beton bertulang Dimensi L = 0,5 H = 2,5 L= 0,35 H = 3-4 L = 0,30 H = 2-3 L = 0,3 H = 4-5 L = 0,5 H = 3-4 L = 1-3 H = 3-4 L=1 H = 3-4 L=2 H = 3-4 L = 0,5 H =2,5 L = 0,35 H = 3-4 L = 0,3 H = 2-3 L = 0,3 H =4-5 L =0,5 H = 3-4 L = 1-2 H = 3-4 L=1 H = 3-4 L=2 H = 3-4 L = variabel dari 0,5m H = variable Efektifitas IL = db(A) Balk IL = 15-16 Balkoptimum Balk IL = 18-19 Optimum 20-22 Balk IL = 16-17 Optimum IL = 17-18 Optimum IL = 18-19 Optimum IL = 20-22 Balk IL = 15-16 Balkoptimum IL = 17-19 Balk IL = 18-19 Optimum 20-22 Optimum IL = 16-17 Optimum IL = 17-18 Optimum IL = 18-19 Optimum IL = 20-22 Balk IL = 14-16

3

Kombinasi penghalang menerus dan tidak menerus

Kayu dengan atau tanpa bahan penyerap Alumunium atau baja denan bahan penyerap Fiber Beton bertulang Alumunium atau baja dengan bahan penyerap Kombinasi bahan a dan b dengan fiber Gabungan dari design bentuk dan design warna yang artistik

4

Penghalang arsitektur

11

Keterangan : L = Lebar minimum (m), H = Tinggi minimum(m) ( Handayani, 2005) Serabut kelapa yang digunakan untuk peredam suara sesuai dengan ISO 11654 yaitu alfa w diats 0,15. Komposisi yang paling baik untuk campuran beton ini adalah campuran serat dan daging sabut. Peningkatan komposisi serat pada campuran dapat meningkatkan puncak penyerapan.

Gambar 3. Serabut kelapa bahan dasar pembuatan beton bertulang (sumber : http://w22.indonetwork.co.id/pdimage/70/1701670_coconut_fiber3.jpg)

Gambar 4. Koefisien untuk jenis komposit serabut kelapa (Sumber : Khuriati, Aini. 2006) Pihak-pihak yang dipertimbangkan dalam implementasi kegiatan Pihak-pihak yang dapat mengimplementasikan kegiatan ini adalah: 1. Pemerintah melalui kementerian lingkungan hidup serta pekerjaan umum dapat melakukan optimalisasi pengurangan kebisingan di jalan raya. Melalui penanaman bambu serta menggunakan penghalang penerus menggunakan beton bertulang serabut kelapa.

12

2. Perguruan tinggi yang membantu pemerintah dalam pengembangan ilmu pengetahuan serta riset dalam mengatasi polusi/pencemaran suara. 3. Pengguna jalan raya yang menjaga ketertiban jalan raya. Sehingga penurunan kebisingan dapat optimal baik dari pelaku, sumber maupun objek dari kebisingan di jalan raya Langkah-langkah strategis implementasi gagasan Langkah-langkah strategis terhadap implementasi gagasan ini adalah sebagai berikut: 1. Bekerja sama dengan pemerintah pusat serta pemerintah daerah dalam mewujudkan konsep gagasan tersebut melalui kebijakan penanaman tanaman bambu disekitar pinggir-pinggir jalan raya. 2. Sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya penerapan konsep yang diajukan dalam mengurangi kebisingan di jalan raya 3. Pendidikan serta pelatihan pembuatan beton bertulang serabut kelapa bagi masyarakat 4. Bekerja sama dengan masyarakat setempat dalam melakukan kebijakan penanaman tanaman bambu serta penggunaan beton bertulang serabut kelapa. 5. Memberikan hukuman kepada para pelanggar lalu lintas dengan menanam tanaman bambu di sekitar jalan raya. 6. bekerja sama dengan para pengendara transportasi dalam menurunkan tingkat kebisingan di jalan raya melalui pengaturan kecepatan

Kesimpulan Inti gagasan Berdasarkan analisis pada tinjauan pustaka maka gagasan yang diajukan adalah Penanganan kebisingan pada jalur perambatan bunyi di jalan raya dengan bang dani serta beton bertulang serabut kelapa. Penanganan kebisingan pada jalur perambatan bunyi ini menggunakan bambu pringgodani yang dapat mereduksi bunyi dari 1,1-14,7 db. Bambu pringgodani ini memiliki banyak kelebihan dibandingkan tanaman yang dapat mereduksi bunyi. Kelebihanya adalah tingkat mereduksi bunyi yang tinggi, cepat tumbuh, mudah meneyesuaikan dengan iklim, serta cepat tumbuh. Beton bertulang serabut kelapa merupakan penghalang menerus yang memiliki kemampuan mereduksi baik dan optimum untuk sumber bunyi, baik digunakan sebagai bahan dasar pondasi. Dari hal tersebut maka gagasan yang diajukan mencakup sistem terbuka berupa bambu pringgodani serta sistem tertutup pada beton bertulang serabut kelapa. serta efektifitas pengurangan kebisingan yang diajukan pada gagasan ini menggunakan penghalang alami berupa bambu pringgo dani dan penghalang buatan berupa beton bertulang serabut kelapa.

13

Tehnik implementasi gagasan Agar gagasan terimplementasikan dalam mengurangi kebisingan di jalan raya maka perlu adanya kerja sama anatara pemerintah, masyarakat, lembaga penelitian termasuk mahasiswa di dalamnya. Pemerintah seyogiyanya memberikan kemudahan kepada para peneliti serta mahasiswa dalam mengadakan riset serta penelitian mengenai kebisingan yang terjadi di jalan raya. Kebijakan tersebut melalui penyediaan dana dan fasilitas yang dibutuhkan untuk mewujudkan gagsan yang ditawarkan. Pemerintah mengeluarkan kebijakan penanaman bambu pringgodani serta pemasangan beton bertulang serabut kelapa di sepanjang jalan raya. Pemerintah seyogiyanya memberikan sosialisasi kepada para Pengendara transportasi jalan raya dalam kebijakan pengurangan kebisingan di jalan raya. Pemerintah dalam hal ini departemen pekerjaan umum serta kementrian lingkungan hidup bekerja sama dalam pengurangan kebisingan di jalan raya melaui konsep/gahasan yang diajukan. Masyarakat serta para pengendara transportasi sama-sama menjaga ketertiban di jalan raya melalui pengaturan kecepatan dan menjaga kebersihan lingkungan di jalan raya.

Prediksi hasil Ditinjau dari kelebihan yang terdapat pada bambu, beton serabut kelapa maka penurunan tingkat kebisingan di jalan raya dapat berkurang dan tingkat intensitas bunyinya tidak melebihi batas normal bunyi yang dapat ditangkap oleh manusia. Adapun keunggulan dari masing-masing tersebut adalah sebagai berikut. Bambu merupakan tanaman yang cepat tumbuh. Bambu merupakan tanaman yang secara botanis tergolong pada famili Gramineae (rumput). Bambu mudah menyesuaikan diri dengan kondisi tanah dan cuaca yang ada, serta dapat tumbuh pada ketinggian sampai dengan 3.800 m di atas permukaan laut. Ada tiga kelebihan bambu jika dibandingkan dengan tanaman kayu-kayuan antara lain: Bambu merupakan tanaman yang dapat tumbuh dalam waktu singkat dibandingkan dengan tanaman kayu-kayuan. Dalam sehari bambu dapat bertambah panjang 30-90 cm. Rata-rata pertumbuhan bambu untuk mencapai usia dewasa dibutuhkan waktu 3-6 tahun. Pada umur ini, bambu memiliki mutu dan kekuatan yang paling tinggi. Bambu yang telah dipanen akan segera tergantikan oleh batang bambu yang baru (Herawati, 2011). Bambu memiliki tingkat reduksi yang tinggi dari 1,1-14,7 db. Sehingga jika digunakan sebagai penyerap bunyi di jalan raya dapat menurunkan tingkat kebisingan udara. Beton bertulang memiliki keunggulan diantara beton yang lainnya. Beton bertulang digunakan dalam berbagai bentuk untuk semua struktur seperti bangunan, jembatan, pengerasan jalan, bendungan, terowongan, dan sebagainya. Kelebihan beton adalah sebagai berikut. Beton memiliki kuat tekan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kebanyakan bahan yang lainnya. Beton bertulang memiliki ketahanan yang tinggi terhadap api dan air, struktur beton bertulang sangat kokoh , beton bertulang tidak memerlukan biaya pemeliharaan yang relatif tinggi. Beton memiliki usia yang

14

relatif panjang, beton dibuat dari bahan-bahan yang mudah ditemukan, serta tehnik pembuatannya yang mudah. Sabut kelapa mempunyai struktur yang serupa dengan peredam yang telah ada. Disisi lain, kelapa dihasilkan di Indonesia dalam jumlah besar. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 1997 area perkebunan kelapa di indonesia mencapai luas 3.759.397 ha. Dan menurut humas departemen pertanian, produksi kelapa indonesia pada tahun 2002 mencapai 85 juta ton kelapa kering( kopra) ( Pustakabogor, 2003). Tentu dari hasil panen yang melimpah di Indonesia, tentunya akan dihasilkan produk sampingan yang berupa sabut kelapa yang sangat melimpah. Karena serabut kelapa yang dihasilkan dari sebuah kelapa adalah sekitar 35 % berat buah ( Ristek.co.id). Namun belum dimanfaatkan secara maksimal. Dari keunggulan tersebut gagasan yang diajukan dapat digunakan sebagai dasar untuk penurunan kebisingan di jalan raya.

Daftar Pustaka Budiono, Bambang. 2002. Struktur Beton 1. Bandung: Institut Teknologi Bandung Handayani, Dini. 2005. Pedoman Mitigasi dampak Kebisingan. Puslitbang Prasarana Transportasi. Iskandar Abubakar, dkk. 1998. Sistem Transportasi Kota. Jakarta : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Direktorat Bina Sistem Lalu lintas dan angkutan kota. Khuriati, Aini. 2006. Desain peredam suara berbahan dasar sabut kelapa dan pengukuran koefisien penyerapan bunyi. Volume 9. No.1, Januari 2006, hal 15-25 Manuhuwa, E. Loiwatu, M. Komponen kimia dan anatomi tiga jenis bambu. Universitas patimura Menteri pekerjaan umum RI. 2007. Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara. Nomer: 45/PRT/M/2007 Samsoedin, Ismayadi. 2007. Pembangunan dan pengelolaan hutan kota. Padang , 20 september 2006. Werdianingsih, Hermin. Kajian penggunaan tanaman sebagai alternatif pagar rumah. ENCLOSURE Volume 6 No. 1 Maret 2007 http://w22.indonetwork.co.id/pdimage/70/1701670_coconut_fiber3.jpg) http://13010700.blog.unikom.ac.id/struktur-bangunan.1hb http://toptropicals.com/pics/garden/m1/raznozw/bambusa_vulgaris7055)