MAKALAH DIETETIK LANJUT
PENYAKIT GINJAL
Disusun Oleh:
KELOMPOK 1
Agusty Puji Utami (P27835111001) Pindra Puji Lestari (P27835111020) Rizka Nur Azizah (P27835111028)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN GIZI
2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Penyakit Ginjal kini telah menjadi masalah kesehatan serius di dunia. Menurut
(WHO, 2002) dan Burden of Disease, penyakit ginjal dan saluran kemih telah menyebabkan
kematian sebesar 850.000 orang setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit ini
menduduki peringkat ke-12 tertinggi angka kematian. Menurut Rahardjo (1996) dalam Lubis
(2006), diperkirakan jumlah penderita gagal ginjal kronik terus meningkat dan diperkirakan
pertumbuhannya sekitar 10 % setiap tahun.
Gagal ginjal adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal
akibat berbagai penyakit ginjal yang berkembang secara progresif dan irreversible yaitu
dimana kemampuan tubuh gagal untuk mengangkut sampah metabolik tubuh atau melakukan
fungsi regulernya yang mengakibatkan terjadinya sejumlah perubahan fisiologis yang tidak
dapat diatasi lagi dengan tindakan konservatif, sehingga membutuhkan terapi pengganti
ginjal (Smeltzer, 2002). Terapi pengganti ginjal terdiri dari hemodialisa, peritoneal dialisa
dan tranplantasi ginjal. Saat ini hemodialisa (HD) merupakan terapi pengganti ginjal yang
paling banyak dilakukan dan jumlahnya tahun ketahun terus meningkat (Almatsier, 2006).
Ada beberapa kelainan yang menyebabkan penyakit ginjal diantaranya
Glomerulonefritis ( AGN ) , ARF dan CRF. Gagal ginjal dinyatakan apabila nilai tes klirens
kreatinin (TKK) sama atau kurang dari 25 ml/menit (Prodjosudjadi, 2001). Selain itu, akibat
penyakit ini menimbulkan gejala klinis yang merugikan pada keseluruhan sistem tubuh
terkait penurunan fungsi imun tubuh dan leukosit. Sistem imunologi tubuh manusia berfungsi
untuk mempertahankan tubuh dari serangan patogen dan kekurangan fungsi tersebut akibat
kelainan pada proses metabolisme tubuh pada pasien penyakit ginjal kronik akan
meningkatkan resiko terkenanya infeksi (Kato et al, 2008
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah definisi dari AGN , ARF dan CRF , CAPD dan hemodialisa ?
2. Jelaskan etiologi AGN , ARF dan CRF , CAPD dan hemodialisa ?
3. Bagaimana gejala AGN , ARF dan CRF , CAPD dan hemodialisa pada pasien
tersebut ?
4. Bagaimana terapi nutrisi pada pasien tersebut ?
1.3. MANFAAT DAN TUJUAN
1.3.1. MANFAAT
1. Mengetahui tentang bagaimana gambaran dan penatalaksanaan penyakit ginjal
2. Memberi wawasan dan kemampuan bagi penulis tentang penyakit ginjal tersebut
1.3.2. TUJUAN
1. Agar mahasiswa mengetahui yang dimaksud dengan AGN , ARF dan CRF , dan
hemodialisa
2. Agar mahasiswa mampu mengetahui komplikasi penyakit ginjal
3. Agar mahasiswa mampu mengetahui cara memberikan terapi nutrisi pada pasien
dengan penyakit ginjal
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 AGN (Akut Gromerulus Nefrotis)
a. Definisi :
Glomerulonefritis akut adalah gangguan fungsi ginjal yang disebabkan perubahan
struktur glomerulus, ditandai dengan terjadinya hematuria, proteinuria, disertai
penurunan GFR serta retensi Na dan air, onset penyakitnya terjadi dalam waktu
singkat namun fungsi ginjal masih dapat kembali normal seutuhnya. Pasien dengan
glomerulonefritis akut akan berisiko tinggi menjadi gagal ginjal akut
(Ix and Lingappa, 2006).
b. Etiologi
Berikut ini adalah beberapa penyebab terjadinya glomerulonefritis akut, yaitu
(Ix and Lingappa, 2006)
1. Riwayat infeksi
Bakteri: paska infeksi Streptococcus -hemoliticus, endokarditis, nefritis,
sepsis, pneumoni, demam tifoid, dan meningococcemia
2. Virus: hepatitis B, infeksi mononucleosis, mumps, measles, varicella, echovirus, dan
coxsackievirus
3. Parasit: malaria dan toxoplasma
c. Gejala
Gejala yang biasanya muncul pada penderita glomerulonefritis akut, yaitu
(Noer and Soemiarso, 2008):
1. Sembab preorbita pada pagi hari
2. Malaise, sakit kepala, muntah, panas, dan anoreksia
3. Asites (kadang-kadang)
4. Takikardi, takipnea, rales pada paru, dan cairan dalam rongga pleura
5. Hipertensi
6. Proteinuri, oligouri, bahkan terkadang anuria
7. Pada pemeriksaan radiologi didapatkan tanda adanya perfusi pleura dan
kardiomegali.
d. Terapi nutrisi
Prinsip nutrisi yang harus diberikan adalah diit tinggi kalori tinggi protein, dengan
jumlah kebutuhan kalori disesuaikan dengan umur dan berat badan, jumlah kalori
ideal 60-100 cal/kgbb/hari diberikan terutama dalam bentuk glukosa dan lemak.
Protein dibatasi antara 0,85-1 gram/kgbb/hari dalam bentuk protein hewani yang
bernilai biologic tinggi dan disertakan pula vitamin
2.2 ARF dan CRF
2.2.1 Gagal Ginjal Akut (GGA) atau Acute Renal Failur (ARF)
A. Definisi Gagal Ginjal Akut (Acute Renal Failur (ARF))
Gagal ginjal akut ( GGA )atau acute renal failure (ARF) adalah suatu keadaan
fisiologik dan klinik yang ditandai dengan pengurangan tiba-tiba glomerular filtration
rate (GFR) dan perubahan kemampuan fungsional ginjal untuk mempertahankan
eksresi air yang cukup untuk keseimbangan dalam tubuh. Atau sindroma klinis akibat
kerusakan metabolik atau patologik pada ginjal yang ditandai dengan penurunan
fungsi yang nyata dan cepat serta terjadinya azotemia. (Davidson 1984).
Gagal ginjal akut adalah penurunan laju filtrasi glomerulus secara tiba-tiba,
sering kali dengan oliguri, peningkatan kadar urea dan kreatinin darah, serta asidosis
metabolic dan hiperkalemia. ( D. Thomson 1992 : 91 )
B. Etiologi
Tiga kategori utama kondisi penyebab gagal ginjal akut (Muttaqin,arif.2011).
1. Kondisi Pre Renal (hipoperfusi ginjal)
Kondisi pra renal adalah masalah aliran darah akibat hipoperfusi ginjal
dan turunnya laju filtrasi glumerulus. Kondisi klinis yang umum yang
menyebabkan terjadinya hipoperfusi renal adalah :
a) Penipisan volume
b) Hemoragi
c) Kehilangan cairan melalui ginjal (diuretik, osmotik)
d) Kehilangan cairan melalui saluran GI (muntah, diare, selang nasogastrik)
e) Gangguan efisiensi jantung
f) Infark miokard
g) Gagal jantung kongestif
h) Disritmia
i) Syok kardiogenik
j) Vasodilatasi
k) Sepsis
l) Anafilaksis
m) Medikasi antihipertensif atau medikasi lain yang menyebabkan vasodilatasi
2. Kondisi Intra Renal (kerusakan aktual jaringan ginjal)
Penyebab intra renal gagal ginjal akut adalah kerusakan glumerulus atau tubulus
ginjal yang dapat disebabkan oleh hal-hal berikut ini :
a) Cedera akibat terbakar dan benturan
b) Reaksi transfusi yang parah
c) Agen nefrotoksik
d) Antibiotik aminoglikosida
e) Agen kontras radiopaque
f) Logam berat (timah, merkuri)
g) Obat NSAID
h) Bahan kimia dan pelarut (arsenik, etilen glikol, karbon tetraklorida)
i) Pielonefritis akut
j) glumerulonefritis
3. Kondisi Post Renal (obstruksi aliran urin)
Kondisi pasca renal yang menyebabkan gagal ginjal akut biasanya
akibat dari obstruksi di bagian distal ginjal. Obstruksi ini dapat disebabkan oleh
kondisi-kondisi sebagai berikut :
a) Batu traktus urinarius
b) Tumor
c) BPH
d) Striktur
e) Bekuan darah.
C. Gejala Gagal Ginjal Akut (GGA) atau Acute Renal Failur (ARF)
Gagal ginjal akut lebih mungkin untuk mempengaruhi orang tua, atau
mereka yang memiliki riwayat diabetes, tekanan darah tinggi, masalah
jantung, masalah berat badan, penyakit ginjal atau hati. Gejala umum yang
dapat mencakup:
Mendadak air kencing yang keluar lebih sedikit dari biasannya
Buang air kecil berlebihan di malam hari (oliguria)
Nyeri pada satu sisi punggung, di atas pinggang dan tepat di bawah tulang
rusuk
Pembengkakan tidak normal pada kaki
Kehilangan nafsu makan
Muntah disertai diare
Dehidrasi
Gelisah
Rasa logam di mulut
Kelelahan
Mimisan
Cegukan
Suasana hati perubahan
Mudah memar
Napas buruk
Tinja berdarah
D. Terapi Nutrisi
1. Gambaran Umum
Gagal ginjal akut terjadi karena menurunnya fungsi ginjal secara
mendadak yang terlihat pada penurunan Glomerulo Filtration Rate (GFR) atau
tes Kliren Kreatinin (TKK) dan terganggunya kemampuan ginjal untuk
mengeluarkan produk – produk saat metabolism. Penyakit ini disertai oliguria
(urin < 500 ml/24 jam) sampai anuria. Penyebabnya bermacam – macam,
seperti kekurangan cairan tubuh secara berlebihan akibat diare dan/atau
muntah, perdarahan hebat atau trauma pada ginjal aibat kecelakaan, keracunan
obat, dan luka bakar. Pada gagal ginjal akut terjadi katabolisme protein
berlebihan (hiperkatabolisme) yang dipengaruhi oleh :
• Berat ringannya penyakit
• Gangguan fungsi ginjal
• Status gizi pasien
• Jenis terapi yang diberikan
Pemberian diet disesuaikan dengan keempat hal tersebut. Gejala penyakit
dapat diseertai anoreksia, nausea, rasa lelah, gatal, mengantuk, pusing dan
sesak nafas. Dalam keadaan katabolik sedang dan berat, pasien memerlukan
dialysis. Apabila faktor penyebab dapat diatasi, penyakit dapat disembuhkan,
yang berarti fungsi ginjal kembali normal.
2. Tujuan Diet
Tujuan Diet Penyakit Gagal Ginjal Akut adalah untuk :
• Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan fungsi ginjal.
• Menurunkan kadar ureum darah.
• Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
• Memperbaiki dan mempertahankan status gizi optimal dan mempercepat
penyembuhan
3. Syarat Diet
Syarat – syarat Diet Penyakit Gagal Ginjal Akut adalah :
• Energi cukup untuk mencegah katabolisme, yaitu 25 – 35 kkal/kg BB.
• Protein disesuaikan dengan katabolisme protein 0,6 – 1 g/kg BB, katabolik
sedang 0,8 – 1,2 g/Kg BB, dan katabolic berat 1 – 1,5 g/kg BB.
• Lemak sedang, yaitu 20 – 30 % dari kebutuhan energy total, atau antara 0,5
– 1,5 g/kg BB. Untuk katabolisme berat dianjurkan 0,8 – 1,5 g/kg BB.
• Karbohidrat sebanyak sisa kebutuhan energy setelah dikurangi jumlah
energy yang diperoleh dari protein dan lemak. Apabila terdapat
hipertrigseridemia, batasi penggunaan karbohidrat sederhana atau gula
murni
• Natrium dan Kalium dibatasi bila ada Anuria
• Cairan, sebagai pengganti cairan yang keluar melalui muntah, diare, dan
urin + 500 ml.
• Bila kemampuan untuk makan rendah, makanan diberikan dalam bentuk
formula enteral atau parenteral. Bila diperlukan, tambahkan suplemen asam
folat, Vitamin B6, Vitamin C, Vitamin A dan Vitamin K.
4. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian
Jenis diet yang diberikan disesuaikan dengan keadaa pasien dan berat
ringannya katabolisme protein. Pada katabolic ringan (keracunan obat) dapat
diberikan makanan peroral dalam bentuk lunak. Pada katabolic sedang
(Infeksi, peritonitis) serta katabolic berat (luka bakar, sepsis) diberikan
makanan formula enteral dan/atau parenteral.
Jenis diet yang diberikan adalah
• Diet Gagal Ginjal Akut Lunak
• Diet Gagal Ginjal Akut Cair
5. Makanan Yang Dianjurkan
Apabila pasien makan peroral, semua bahan makanan boleh diberikan;
batasi penambahan garam apabila ada hipertensi, edema, dan asites, serta
batasi makanan sayur dan buah tinggi kalium bila ada hiperkalemia
2.2.2 Gagal Ginjal Kronik (GGK) atau Cronic Renal Failur (CRF)
A. Denifisi Gagal Ginjal Kronik (GGK) atau Cronic Renal Failur (CRF)
Cronic Renal Failure atau gagal ginjal kronis merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal
untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,
yang menyebabkan uremia (retensi uretra dan sampah nitrogen lain dalam
darah)
B. Etiologi
Penyebab dari gagal ginjal kronis yaitu diabetes mellitus,
glomeronefritis, hipertensi, yang tidak terkontrol, pielonefritis, obstruksi
traktus urinarius, lesi herediter seperi penyakit ginjal polikistik, gangguan
faskuler, infeksi, medikasi atau agen toksi. Lingkungan dan agen berbahaya
yang mempengaruhi gagl ginjal kronis mencakup timah kadar natrium,
merkuri dan kromium.
C. Gejala
Begitu banyaknya sistem tubuh yang terganggu pada saat menderita
gagal ginjal kronik.Tanda-tanda yang bisa diperoleh jika seseorang
telahmenderita gagal ginjal kronik dibagi berdasarkan sistem, adalah sebagai
berikut:(Soenarso,2004)
a. Gangguan pada sistem pencernaan
1) Tidak ada nafsu makan, mual hingga muntah-muntah. Ini terjadikarena
gangguan metabolisme tubuh. Akibat fungsi ginja lterganggu, metabolisme
protein di usus menjadi terganggu dan terbentuk zat-zat seperti amonia, dan
lain-lain. Usus menjadi sembab.
2) Bau yang khas yang keluar dari mulut Fetor uremik adalah bau yang khas yang
keluar dari mulut penderita yang disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada
air liur. Selain itu jugabisa timbul luka-luka kecil pada bibir (stomatitis).
3) Sering mengalami cegukan,penyebabnya kenapa hal ini terjadi,belum
diketahui.
4) Menderita sakit maag, dan peradangan pada usus.
b. Gangguan pada kulit
1) Kulit gatal, pucat dan kekuning-kuningan.
2) Sering terjadi memar akibat terganggunya fungsi pembekuan
darah(menurun).
c. Sistem hematologi/darah
Kurang darah atau anemia Anemia pada gagal ginjal kronik terjadi
karena banyak sebab yang saling mendukung. Oleh karena itu hanya
mengobati/memperbaiki salah satu sebab saja tidaklah optimal.
d. Gangguan pada sistem saraf dan otot
1) Sering merasa pegal pada kaki
2) Rasa seperti terbakar
3) Ensefalopali metabolik
4) Kelemahan otot
e. Gangguan pada sistem Jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler)
1) Terjadi peningkatan tekanan darah (hipertensi)
2) Sering mengalami nyeri dada dan sesak napas
3) Penyakit jantung koroner bisa juga terjadi akibat aterosklerosis yang timbul
dini.
D. Terapi Nutrisi
1. Tujuan Diit :
Penyusunan diet yang baik bertujuan dapat membantu
mempertahankan status gizi yang optimal, mencoba memperlambat penurunan
fungsi ginjal dan mengatur keseimbangan cairan elektrolit.
2. Syarat Diit :
Syarat pemberian diet pada penderita gagal ginjal kronik adalah :
1. Energi cukup, yaitu 35 kkal/kg BB
2. Protein rendah, yaitu 0,6-0,75 g/kg BB. Sebagian harus bernilai biologi
tinggi
3. Lemak cukup, yaitu 20-30% dari kebutuhan energi total. Diutamakan lemak
tak jenuh.
4. Karbohidrat cukup, yaitu kebutuhan energi total dikurangi energy yang
berasal dari protein dan lemak.
5. Natrium 1-3 gr
6. Kalium 1560-2730 mg
7. Cairan dibatasi, yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah
pengeluaran cairan melalui keringat dan pernapasan ( + 500 ml )
8. Vitamin cukup, bila perlu diberikan suplemen piridoksin, asam
folat, vitamin C dan vitamin D.
3. Ada tiga jenis diet yang diberikan menurut berat badan pasien, yaitu :
1) Diet Protein Rendah I : 30 g protein. Diberikan pada pasien dengan berat
badan 50 kg
2) Diet Protein Rendah II : 35 g protein. Diberikan pada pasien dengan berat
badan 60 kg.
3) Diet Protein Rendah III : 40 g protein. Diberikan pada pasien dengan berat
badan 65kg
2.3 .Haemodialisis (HD) dan Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis ( C A P D )
2.3.1 Haemodialisis (HD)
A. Pengertian Hemodialisis
Gambar 1. Mesin Haemodialisis
Hemodialisis adalah sebuah terapi medis. Kata ini berasal dari kata
haemo yang berarti darah dan dilisis sendiri merupakan proses pemurnian suatu
sistem koloid dari partikel-partikel bermuatan yang menempel pada permukaan.
Pada proses ini, digunakan selaput Semipermeabel. Proses pemisahan ini
didasarkan pada perbedaan laju transport partikel.
Prinsip dialisis digunakan dalam alat cuci darah bagi penderita gagal
ginjal, di mana fungsi ginjal digantikan oleh dialisator.
Hemodialisis merupakan salah satu dari Terapi Pengganti Ginjal, yang
digunakan pada penderita dengan penurunan fungsi ginjal, baik akut maupun
kronik. Hemodialisis dapat dikerjakan untuk sementara waktu (misalnya pada
Gagal Ginjal Akut) atau dapat pula untuk seumur hidup (misalnya pada Gagal
Ginjal Kronik).
Hemodialisis berfungsi membuang produk-produk sisa metabolisme
seperti potassium dan urea dari darah dengan menggunakan mesin dialiser. Mesin
ini mampu berfungsi sebagai ginjal menggantikan ginjal penderita yang sudah
rusak karena penyakitnya, dengan menggunakan mesin itu selama 24 jam
perminggu, penderita dapat memperpanjang hidupnya sampai batas waktu yang
tidak tertentu.
Kelebihan dengan hemodialisis adalah pasien hanya datang ke rumah
sakit minimal 2 kali perminggu sedangkan cangkok ginjal hanya dapat digantikan
dengan ginjal asli yang diberikan oleh donor ginjal.
B. Proses/ Cara Kerja Mesin Hemodialisis
Prinsip dari Hemodialisis adalah dengan menerapkan proses osmotis
dan ultrafiltrasi pada ginjal buatan, dalam membuang sisa-sisa metabolisme tubuh.
Pada hemodialisis, darah dipompa keluar dari tubuh lalu masuk kedalam mesin
dialiser (yang berfungsi sebagai ginjal buatan) untuk dibersihkan dari zat-zat
racun melalui proses difusi dan ultrafiltrasi oleh cairan khusus untuk dialisis
(dialisat). Tekanan di dalam ruang dialisat lebih rendah dibandingkan dengan
tekanan di dalam darah, sehingga cairan, limbah metabolik dan zat-zat racun di
dalam darah disaring melalui selaput dan masuk ke dalam dialisat. Proses
hemodialisis melibatkan difusi solute (zat terlarut) melalui suatu membrane
semipermeable. Molekul zat terlarut (sisa metabolisme) dari kompartemen darah
akan berpindah kedalam kompartemen dialisat setiap saat bila molekul zat terlarut
dapat melewati membran semipermiabel demikian juga sebaliknya. Setelah
dibersihkan, darah dialirkan kembali ke dalam tubuh.
Gambar 2. Cara kerja mesin Haemodialisis
Mesin hemodialisis (HD) terdiri dari pompa darah, sistem pengaturan
larutan dialisat, dan sistem monitor. Pompa darah berfungsi untuk mengalirkan
darah dari tempat tusukan vaskuler ke alat dializer. Dializer adalah tempat dimana
proses HD berlangsung sehingga terjadi pertukaran zat-zat dan cairan dalam darah
dan dialisat. Sedangkan tusukan vaskuler merupakan tempat keluarnya darah dari
tubuh penderita menuju dializer dan selanjutnya kembali lagi ketubuh penderita.
Dalam hemodialisis memerlukan akses vascular (pembulu darah) hemodalisis
(AVH) yang cukup baik agar dapat diperoleh aliran darah yang cukup besar, yaitu
diperlukan kecepatan darah sebesar 200 – 300 ml/menit secara kontinu selama
hemodialis (4-5 jam). AVH dapat berupa kateter yang dipasang dipembulu darah
vena di leher atau paha yang bersifat temporer. Untuk yang permanen dibuat
hubungan antara arteri dan vena, biasanya di lengan bawah disebut arteriovenous
fistula, lebih populer bila disebut (brescia) cimino fistula
kemudian darah dari tubuh pasien masuk kedalam sirkulasi darah
mesin hemodialisis yang terdiri dari selang inlet/arterial (ke mesin) dan selang
outlet/venous (dari mesin ketubuh). kedua ujungnya disambung ke jarum dan
kanula yang ditusuk kepembulu darah pasien. Darah setelah melalui selang inlet
masuk kedialisar. Jumlah darah yang menempati sirkulasi darah di mesin berkisar
200ml. Dalam dialiser darah dibersihkan, sampah-sampah secara kontinu
menembus membran dan menyebrang ke kompartemen dialisat. di pihak lain
cairan dialisat mengalir dalam mesin hemodialisis dengan kecepatan 500ml/menit
masuk kedalam dialiser pada kompartemen dialisat. Cairan dialisat merupakan
cairan yang pekat dengan bahan utama elektrolit dan glukosa , cairan ini dipompa
masuk ke mesin sambil dicampur dengan air bersih yang telah mengalami proses
pembersihan yang rumit (water treatment). Selama proses hamodialisis, darah
pasien diberi heparin agar tidak membeku bila berada diluar tubuh yaitu dalam
sirkulasi darah mesin.
Kemudian darah yang bersih akan dikembalikan kedalam tubuh.
Pengeluaran sampah dan air serta garam berlebih akan membantu tubuh
mengontrol tekanan darah dan kandungan kimia tubuh jadi lebih seimbang.
Dialisator tersedia dalam berbagai jenis ukuran. Dialisator yang
ukurannya lebih besar mengalami peningkatan dalam membran area, dan biasanya
akan memindahkan lebih banyak padatan daripada dialisator yang ukurannya
lebih kecil, khususnya dalam tingkat aliran darah yang tinggi. Kebanyakan jenis
dialisator memiliki permukaan membran area sekitar 0,8 sampai 2,2 meter persegi
dan nilai KoA memiliki urutan dari mulai 500-1500 ml/min. KoA yang
dinyatakan dalam satuan ml/min dapat diperkirakan melalui pembersihan
maksimum dari dialisator dalam tekanan darah yang sangat tinggi dari grafik
tingkat alirannya. Secara singkat konsep fisika yang digunakan dalam
hemodialisis adalah konsep fluida bergerak. Syarat fluida yang ideal yaitu cairan
tidak viskous (tidak ada geseran dalam), keadaan tunak (steady state) atau melalui
lintasan tertentu, mengalir secara stasioner, dan tidak termampatkan
(incompressible) serta mengalir dalam jumlah cairan yang sama besarnya
(kontinuitas).
Demikian adalah cara kerja serta prinsip yang digunakan pada mesin
Haemodialisis, sehingga keefektifitasannya dalam menggantikan peran ginjal
sangat tinggi.
Skema proses hemodialisa (National Kidney Foundation, 2001)
C. Komplikasi Hemodialisis
Menurut Tisher dan Wilcox (1997) serta Havens dan Terra (2005)
selama tindakan hemodialisa sering sekali ditemukan komplikasi yang terjadi,
antara lain :
1) Kram otot
Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya
hemodialisa sampai mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram otot
seringkali terjadi pada ultrafiltrasi (penarikan cairan) yang cepat dengan
volume yang tinggi.
2) Hipotensi
Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat,
rendahnya dialisat natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati
otonomik, dan kelebihan tambahan berat cairan.
3) Aritmia
Hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama dialisa,
penurunan kalsium, magnesium, kalium, dan bikarbonat serum yang cepat
berpengaruh terhadap aritmia pada pasien hemodialisa.
4) Sindrom ketidakseimbangan dialisa
Sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara primer dapat
diakibatkan dari osmol-osmol lain dari otak dan bersihan urea yang kurang
cepat dibandingkan dari darah, yang mengakibatkan suatu gradien osmotik
diantara kompartemen-kompartemen ini. Gradien osmotik ini menyebabkan
perpindahan air ke dalam otak yang menyebabkan oedem serebri. Sindrom ini
tidak lazim dan biasanya terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisa
pertama dengan azotemia berat.
5) Hipoksemia
Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu
dimonitor pada pasien yang mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar.
6) Perdarahan
Uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit
dapat dinilai dengan mengukur waktu perdarahan. Penggunaan heparin selama
hemodialisa juga merupakan factor risiko terjadinya perdarahan.
7) Ganguan pencernaan
Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah
yang disebabkan karena hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai
dengan sakit kepala. Infeksi atau peradangan bisa terjadi pada akses vaskuler.
8) Pembekuan darah
Pembekuan darah bisa disebabkan karena dosis pemberian heparin
yang tidak sesuai ataupun kecepatan putaran darah yang lambat.
D. Diet Pasien Haemodialisis
Tujuan Diet
1. Mencegah kekurangan nutrisi, mempertahankan dan memperbaiki status
nutrisi penderita
2. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Mencegah akumulasi zat-zat beracun hasil dari metabolisme tubuh
terutama ureum.
4. Membantu mengontrol tekanan darah atau kadar gula darah (dengan
riwayat Diabetes) dan berat badan secara normal.
Cara Agar Diet Berlangsung Efektif
1. Kenali kondisi penyakit dan terapi yang dijalani. Pola diet belum tentu
sama pada setiap pasien hemodialisis.
2. Sesuaikan aturan diet bagi penderita gagal ginjal dengan sisa fungsi ginjal
dan ukuran tubuh (tinggi maupun berat badan).
3. Bisa saja pasien kehilangan selera makan. Sangat penting dijaga selera
makannya. Sajikan makanan kesukaan pasien tetapi masih dalam batas diet
yang ditetapkan.
Beberapa Hal Yang Harus Diperhatikan Pada Diet Pasien Hemodialisis
1. Diet Rendah Kalium (Potassium) Dan Natrium (Sodium)
Natrium banyak terkandung dalam garam dapur (natrium klorida),
sedangkan kalium banyak pada buah dan sayur. Bagi penderita gagal ginjal,
hindari makanan yang mengandung natrium tinggi. Nilai normal natrium adalah
135 - 145 mmol/L dan kalium 3.5-5.5 mmol/L.
Kalium adalah mineral yang ada dalam makanan. Kalium memiliki
peran penting dalam aktivitas otot polos (terutama otot jantung) dan sel saraf.
Ginjal normal akan membuang kelebihan kalium, namun pada pasien,
kemampuan tersebut menurun, sehingga dapat terjadi akumulasi/ penimbunan
kalium dalam darah. Biasanya konsentrasi kalium yang tinggi adalah lebih
berbahaya dari pada konsentrasi kalium yang rendah. Konsentrasi kalium darah
yang lebih dari 5.5 mEq/L akan mempengaruhi sistem konduksi listrik jantung.
Kadar kalium yang sangat tinggi akan membuat otot melemah, mengganggu irama
jantung dan dapat menyebabkan kematian. Pilih buah/sayur yang rendah kalium.
Makanan Yang Tinggi Kalium :
Buah :, pisang, alpukat, kurma, duku, pepaya, apricot, kismis, prune, Sayuran:
petersell, daun papaya muda, bayam, bawang putih, kapri, seledri batang,
kembang kol, bit ,daun prei.
2. Fosfor Dan Kalsium
Tubuh memerlukan keseimbangan fosfor dan kalsium, terutama untuk
membangun massa tulang. Jika ginjal sudah tidak berfungsi dengan baik maka
kadar fosfor naik sehingga kalsium menjadi turun. Agar aliran darah tetap
stabil, pasokan kalsium diambil dari tulang sehingga massa kalsium dalam
tulang menjadi berkurang. Hal ini yang menyebabkan tulang mudah retak atau
patah. Jumlah fosfor yang dibutuhkan sehari 800-1.200 mg, sedangkan
kalsium 1.000 mg. Agar dapat menyeimbangkan jumlah keduanya, sebaiknya
perhatikan kandungannya dalam bahan makanan. Dalam darah, nilai normal
phosphor: 2,5 - 4,5 mg/dl, sedangkan kalsium 8,4 - 10,2 mg/dl
Phosphor adalah mineral yang dibutuhkan tubuh untuk tulang. Jika
ginjal tidak berfungsi baik, kelebihan phosphor tidak bisa dibuang. Kadar
phosphor yang tinggi dapat menurunkan kadar kalsium di tulang,
melepaskannya ke darah, sehingga kadar kalsium dalam darah meningkat. Ini
akan menyebabkan tulang rapuh, gatal2, tulang nyeri dan mata merah.
Makanan Tinggi Phosphor:
Produk susu : Susu, Keju, Yoghurt, Es krim.
Produk sereal : Oatmeal, Coklat, Waffle, Roti gandum.
Sayuran : Kacang2an, Biji bunga matahari, Kedelai
Daging, Ikan dan telur : Hati, Seafood (udang, kepiting), Kuning Telur, Sarden,
Ikan Bilis.
3. Cairan
Pada pasien hemodialisis mudah terjadi penumpukan cairan yang
berlebih karena fungsi ekskresi ginjal yang terganggu. Asupan cairan dalam 24
jam setara dengan urin yang dikeluarkan 24 jam ditambah 500 cc (berasal dari
pengeluaran cairan dari keringat dan BAB). Ingat juga bahwa makanan berkuah
tetap dihitung sebagai cairan.
4. Bahan-bahan yang dianjurkan untuk ditingkatkan konsumsinya
1. Protein
Protein dibutuhkan untuk membangun jaringan tubuh, seperti tulang,
otot, kulit, dan rambut. Protein juga membantu tubuh melawan infeksi,
menjaga kadar albumin darah tetap stabil, mempertahankan keseimbangan
nitrogen, dan mengganti asam amino yang hilang saat dialisis. Kebutuhan
protein bisa diperoleh dari hewani, seperti daging, ikan, ayam, telur ,keju, dan
susu. Selain itu, dari protein nabati, seperti tahu dan tempe. Untuk hasil yang
optimal, kedua jenis protein tersebut harus dikonsumsi secara berimbang tiap
hari.
Asupan protein per hari yang dianjurkan adalah 1-1,5 g/kg berat badan
(BB) ideal.
2. Kalori
Kebutuhan kalori (energi) per hari sekitar 35 kkal/kg BB. Beberapa
makanan yang mengandung kalori tinggi, seperti mentega, nasi, lontong, mie,
bihun, dan makanan yang digoreng.
3. Lemak
Kebutuhan lemak per hari adalah 10-25% dari total kebutuhan energi.
Lemak yang dianjurkan untuk dikonsumsi adalah lemak tak jenuh, seperti
minyak nabati, minyak jagung, dan minyak zaitun.
4. Karbohidrat
Kebutuhan karbohidrat yang dianjurkan adalah 60-75% dari total
kebutuhan energi. Beberapa makanan yang mengandung karbohidrat, seperti
nasi, mie, bihun, jagung, kentang, dan roti.
E. Indikasi dan Kontraindikasi hemodialisis
Indikasi tindakan terapi dialisis, yaitu :
1. Indikasi absolut
Perikarditis, ensefalopati/neuropati azotemik, bendungan paru dan
kelebihan cairan yang tidak responsif dengan diuretik, hipertensi refrakter,
muntah persisten, dan Blood Uremic Nitrogen (BUN) > 120 mg% dan kreatinin
> 10 mg%.
2. Indikasi elektif
Indikasi elektif, yaitu Laju Filtrasi Glomerolus (LFG) antara 5 dan 8
mL/menit/1,73m², mual, anoreksia, muntah, dan astenia berat (Sukandar,
2006).
3. Indikasi pada gagal ginjal stadium terminal
Indikasi dilakukannya hemodialisis pada penderita gagal ginjal
stadium terminal antara lain karena telah terjadi:
• Kelainan fungsi otak karena keracunan ureum (ensepalopati uremik)
•Gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit misalnya: asidosis
metabolik, hiperkalemia dan hipercalsemia
• Edema paru sehingga menimbulkan sesak nafas berat
• Gejala-gejala keracunan ureum (uremic symptoms)
4. Indikasi pada gagal ginjal kronik
Bila laju filtrasi glomerulus (GFR) kurang dari 5mL/menit
(normalnya GFR mencapai 125 mL/menit).
5. Indikasi dialisis pada gagal ginjal akut
Adapun indikasi dialisis pada gagal ginjal akut, antara lain Severe fluid
overload, Refractory hypertension, Hiperkalemia yang tidak terkontrol, Mual,
muntah, nafsu makan kurang, gastritis dengan pendarahan, Letargi, malaise,
somnolence, stupor, coma, delirium, asterixis, tremor, seizures, perikarditis
(risiko pendarahan atau tamponade), Perdarahan diathesis (epistaksis,
pendarahan gastrointestinal dan lain-lain), Asidosis metabolik berat, Blood urea
nitrogen (BUN) > 70 – 100 mg/dl
F. Kontra Indikasi Hemodialis
Dalam kaitan dengan kontraindikasi absolut hemodialysis, ada sangat
sedikit kontraindikasi untuk hal tersebut, dan mungkin yang yang paling sering
adalah tidak adanya akses vaskuler dan toleransi pada hemodialysis prosedur yang
buruk, selain juga terdapat ketidakstabilan hemodinamik yang parah.
Kontraindikasi Relatif Terapi Dialisis :
1. Malignansi stadium lanjut (kecuali multiple myeloma)
2. Penyakit Alzheimer’s
3. Multi-infarct dementia
4. Sindrom Hepatorenal
5. Sirkosis hati tingkat lanjut dengan enselopati
6. Hipotensi
7. Penyakit terminal
8. Organic brain syndrome
2.3.2 Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (C A P D )
A. Pengertian Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (C A P D )
Gambar 3. Pasien yang melakukan terapi CAPD
merupakan metode pencucian darah dengan mengunakan peritoneum
(selaput yang melapisi perut dan pembungkus organ perut). Selaput ini memiliki
area permukaan yang luas dan kaya akan pembuluh darah. Zat-zat dari darah dapat
dengan mudah tersaring melalui peritoneum ke dalam rongga perut. Cairan
dimasukkan melalui sebuah selang kecil yang menembus dinding perut ke dalam rongga
perut. Cairan harus dibiarkan selama waktu tertentu sehingga limbah
metabolic dari aliran darah secara perlahan masuk ke dalam cairan
tersebut, kemudian cairan dikeluarkan, dibuang, dan diganti dengan cairan yang
baru. Dialysis peritoneal (DP) adalah salah satu bentuk dialysis untuk membantu
penanganan p a s i e n G G A ( G a g a l G i n j a l A k u t ) m a u p u n G G K
( G a g a l G i n j a l K r o n i k ) , m e n g g u n a k a n membrane peritoneum yang
bersifat semipermeable. Melalui membrane tersebut darah dapat difiltrasi.
(Sudoyo W, Aru. 581).
B. Proses/ Cara Kerja Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (C A P D )
Gambar 4. Terapi CAPD
Cairan dialysis 2 L dimasukkan dalam rongga peritoneum melalui catheter tunchoff, didiamkan untuk waktu tertentu (6 – 8 jam) dan peritoneum bekerja sebagai membrane semi permeable untuk mengambil sisa-sisa metabolisme dan kelebihan air dari darah.
Osmosis, difusi dan konveksi akan terjadi dalam rongga peritoneum. Setelah dwell time selesai cairan akan dikeluarkan dari rongga peritoneum melalui catheter yang sama, proses ini berlangsung 3 – 4 kali dalam sehari selama 7 hari dalam seminggu.
Difusi
Membrane peritoneum menyaring solute dan air dari darah ke rongga peritoneum dan sebaliknya melalui difusi.
Difusi adalah proses perpindahan solute dari daerah yang berkonsentrasi tinggi ke daerah yang berkonsentrasi rendah, dimana proses ini berlangsung ketika cairan dialisat dimasukkan ke dalam rongga peritoneum.
Konsentrasi cairan CAPD lebih rendah dari plasma darah, karena cairan plasma banyak mengandung toksin uremik. Toksin uremik berpindah dari plasma ke cairan CAPD.
Osmosis
Adalah perpindahan air melewati membrane semi permeable dari daerah solute yang berkonsentrasi rendah (kadar air tinggi) ke daerah solute berkonsentrasi tinggi (kadar air rendah). Osmosis dipengaruhi oleh tekanan osmotic dan hidrostatik antara darah dan cairan dialisat. Osmosis pada peritoneum terjadi karena glukosa pada cairan CAPD menyebabkan tekanan osmotic cairan CAPD lebih tinggi (hipertonik) dibanding plasma, sehingga air akan berpindah dari kapiler pembuluh darah ke cairan dialisat
(ultrafiltrasi)Kandungan glucose yang lebih tinggi akan mengambil air lebih banyak. Cairan melewati membrane lebih cepat dari pada solute. Untuk itu diperlukan dwell time yang lebih panjang untuk menarik solute.
Proses dialysis pada CAPD terjadi karena adanya perbedaan :
a. Tekanan osmotic
Konsentrasi zat terlarut antara cairan CAPD dengan plasma darah dalam pembuluh kapiler . Pada saat cairan dialisat dimasukkan dalam peritoneum, air akan diultrafiltrasi dari plasma ke dialisat, sehingga meningkatkan volume cairan intra peritoneal. Peningkatan volume cairan intraperitoneal berbanding lurus dengan konsentrasi glukosa dari cairan dialisat.
Kecepatan transport air dan zat terlarut dapat diestimasi secara periodic melalui PET test (Peritoneal Equilibrum Test)
Peralatan dan Fungsi Setiap Alat Peritoneal Dialysis
1. Kantung cairan dialysis
Kantung yang berisi cairan ini dimasukan ke dalam peritoneum dan
akan membuang produk sisa cairan yang berlebihan dari darah. Bagian depan
kantung ini tertera informasi yang sebaiknya dibaca terlebih dahulu sebelum
digunakan.
2. Outlet port clamps
Klem yang terbuat dari plastik ini berwarna merah dan berfungsi untuk
mencegah aliran cairan pada setiap tahap yang berbeda pada waktu pertukaran
cairan. Klem ini tidak bersifat steril, pastikan dengan mencuci menggunakan
air dan sabun, dan mengeringkan dengan bersih dan disimpan dalam posisi
terbuka.
3. Short transfer set
Sistem PD produksi baxter merupakan “sistem tertutup” yang
bertujuan melindungi rongga peritoneal.
4. Mini Cap “disconnect cap”
Penutup ini berfungsi melindungi ujung “short transfer line” dan
memberikan keamanan dan kemudahan bagi pasien. Sehingga “patient’s line”
tetap tertutup dengan baik, dan sistem tidak terkontaminasi. Mini cap ini
bersifat steril dan di dalamnya terdapat busa yang dibasahi povidone iodine.
5. Titanium connector
Berfungsi menghubungkan kateter dengan “transfer line” konektor ini
terbuat dari bahan yang ringan, kuat dan anti infeksi.
6. Kateter
Kateter terletak di dalam lobang peritoneum sebagian besar berlubang.
Lubang-lubang ini berfungsi untuk mengalirkan cairan masuk ke dalam
maupun keluar dari rongga peritoneum. Biasanya kateter dilengkapi dengan
manset fiksasi putih yang berfungsi mempertahankan posisi kateter tetap
berada di otot di antara kulit dan rongga selaput perut (peritoneal).
C. Diet Pasien dengan Terapi Peritoneal Dialysis
Pada CAPD (Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis)/ DPMB
(Dialisis Peritoneal Mandiri Berkesinambungan), terjadi:
Kehilangan protein (terutama albumin 50%, imunoglobulin 15,6%)
sebanyak 5-15 gram/ 24 jam atau 1,5-3 gram asam amino.
Kehilangan protein ini akan mengakibatkan cadangan protein tubuh
berkurang.
Oleh karena itu, diperlukan protein lebih banyak guna menggantikan
protein yang hilang terbawa cairan dialysis. Ada beberapa hal yang dapat
menyebabkan protein tidak terserap oleh tubuh:
Semakin besar kandungan dextrose pada cairan dialysis (4,25%) semakin
banyak protein yang hilang.
Jika terjadi infeksi dapat menyebabkan kehilangan protein juga.
Selain memerlukan protein tinggi ada beberapa kandungan zat yang
perlu di batasi, dikarenakan ada sejumlah produk sisa di dalam darah yang
tidak dapat terbuang dengan sempurna selama dialysis peritoneal. Produk sisa
tersebut adalah:
1. Fosfor
Ketika ginjal tidak dapat mengeluarkan kelebihan fosfor, maka fosfor
akan menumpuk pada tubuh anda. Dalam jangka waktu yang lama fosfor akan
menyebabkan tulang lebih rapuh dan mudah patah, fosfor banyak terdapat
pada kacang-kacangan, ikan, dan produk susu.
2. Kalium
Merupakan elektrolit yang dibutuhkan untuk fungsi syaraf dan otot
yang baik. Ginjal yang tidak berfungsi dengan baik akan sulit untuk
membuang kelebihan kalium. Kelebihan dan kekurangan dalam kalium dapat
menyebabkan otot menjadi lemah dan sering kram. Dan kadar kalium yang
tinggi dapat membahayakan jantung. Perlu diperhatikan dalam mengkonsumsi
buah-buahan dan sayuran hijau yang mengandung kalium tinggi seperti
pisang, jambu biji, pepaya, tomat, kentang dan kacang-kacangan. Sebaiknya
hindari garam diet dikarenakan mengandung kalium tinggi.
3. Natrium
Adalah elektrolit yang berperan dalam mengontrol cairan dan tekanan
darah di dalam tubuh. Saat ginjal tidak berfungsi, ginjal tidak dapat
mengeluarkan natrium yang berlebih sehingga tetap berada dalam jaringan
bersama dengan air. Asupan natrium dan garam yang tinggi menyebabkan
tubuh menahan air dan tekanan darah menjadi tinggi. Dapat diperhatikan jika
mengkonsumsi makanan yang mengandung natrium (garam) akan
menimbulkan rasa haus sehingga akan sulit mengontrol jumah cairan yang
diminum. Makanan yang mengandung natrium tinggi sangat perlu dihindari,
makanan ini berupa makanan kaleng, fast food, kudapan yang asin, bumbu
penyedap, kecap, dan keju. Untuk menggantikan natrium dapat menggunakan
bawang putih, bawang, lada, jeruk limau, dan bumbu rempah lainnya. Hindari
menggunakan garam diet / pengganti.
4. Kabohidrat
Pada saat menjalani terapi Dialysis peritoneal, tubuh menerima kalori
secara normal dari makanan yang dikonsumsi, ditambah dari cairan dialysis
yang masuk ke dalam rongga peritoneal mengandung glukosa sejenis gula.
Jumlah kalori yang diserap setiap 2 liter cairan berbeda pada setiap pasien,
kurang lebihnya sebagai berikut:
kantung 1,5% mengandung 80 kalori.
kantung 2,5% mengandung 14% kalori.
kantung 4,25% mengandung 230 kalori
.
Tujuan Diet :
Mencukupi kebutuhan protein untuk menggantikan protein yang hilang
dalam dialisis dan menjaga keseimbangan nitrogen.
Mengatur asupan kalium
Membatasi asupan fosfor untuk mengontrol hiperfosfstemia dan
osteodistrofi renal.
Syarat Diet :
Energi 35 kkal/ Kg BB,
Karbohidrat sebagai sumber tenaga, 50-60% dari total kalori
Protein 1,2-1,4: 1,5 Perironitis (50% berasal dari protein bernilai
biologis tinggi)
Lemak ± 30% diutamakan lemak tidak jenuh
Kebutuhan cairan disesuaikan dengan jumlah pengeluaran urine sehari
ditambah pengeluaran cairan elalui pernafasan dan keringat ± 500 ml.
Garam disesuaikan dengan ada tidaknya hipertensi serta penumpukan
cairan dalam tubuh, pembatasan garam berkisar 1-3 g/ hari.
Kalium disesuaikan dengan kondisi ada tidaknya hiperkalemia 40-70
mEq/ hari apabila ada hiperkalemia (kalium darah > 5,5 mEq),
oliguria, atau anuria.
Fosfor yang dianjurkan 400-900 mg/ hari.
Kalsium 1000-1400 mg/ hari
Vitamin cukup, bila perlu diberikan suplemen B6: 10-15 mg, asam
folat: 0,5-1 mg, Vit C: 100-200 mg, Vit B1: 30-40 mg/ hari.
Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan
1. Bahan makanan yang dianjurkan
Sumber Karbohidrat: nasi, bihun, mie makaroni, jagung, roti,
kwethiau, kentang, tepung-tepungan, madu, sirup, permen, dan gula.
Sumber protein hewani: telur, susu, daging, ikan, ayam.
Sumber lemak: minyak kelapa sawit, minyak jagung, minyak kedele,
minyak kacang tanah, margarin tendah garam, mentega.
Sumber vitamin dan mineral: Semua sayur dan buah, kecuali jika
pasien mengalami perlu menghindari buah dan sayur tinggi kalium
dan perlu pengelolaan khusus yaitu dengan cara merendam sayur dan
buah dalam air hangat selama 2 jam, setelah itu air rendaman dibuang,
sayur/ buah dicuci kembali dengan air yang mengalir dan untuk buah
dapat dimasak menjadi setup buah/ cocktail buah.
2. Bahan makanan yang dihindari
Sumber Protein: Kacang-kacangan dan hasil olahannya, seperti tempe
dan tahu.
Sumber lemak: kelapa, santan, minyak kelapa, margarin, mentega
biasa dan lemak hewan.
Sumber vitamin dan mineral: sayuran dan buah tinggi kalium pada
pasien dengan hiperkalemia.
D. Keuntungan dan Kelemahan CAPD
Keuntungan CAPD dibandingkan HD :
1. Dapat dilakukan sendiri di rumah atau tempat kerja,
2. Pasien menjadi mandiri (independen), meningkatkan percaya diri,
Simpel, dapat dilatih dalam periode 1-2 minggu.
3. Jadwal fleksibel, tidak tergantung penjadwalan rumah sakit
sebagaimana HD
4. Pembuangan cairan dan racun lebih stabil
5. Diit dan intake cairan sedikit lebih bebas
6. Cocok bagi pasien yang mengalami gangguan jantung
7. Pemeliharaan residual renal function lebih baik pada 2-3 tahun
pertama
Kelemahan CAPD :
Resiko infeksi Peritonitis, Exit site, Tunnel, BB naik karena glukosa,
pada cairan CAPD diabsorbsi
E. Kontra indikasi CAPD :
1. Hilangnya fungsi membran peritoneum
2. Operasi berulang pada abdomen, kolostomi
3. Ukuran tubuh yang besar (kemungkinan dengan PD yang adekuat tidak
tercapai)
4. Malnutrisi yang berat
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
AGN (Akut Gromerulus Nefrotis) gangguan fungsi ginjal yang
disebabkan perubahan struktur glomerulus, ditandai dengan terjadinya
hematuria, proteinuria, disertai penurunan GFR serta retensi Na dan air.
Terapi gizi yang harus diberikan adalah diit tinggi kalori tinggi protein,
dengan jumlah kebutuhan kalori disesuaikan dengan umur dan berat
badan, jumlah kalori ideal
ARF adalah adalah suatu keadaan fisiologik dan klinik yang ditandai
dengan pengurangan tiba-tiba glomerular filtration rate (GFR) dan
perubahan kemampuan fungsional ginjal untuk mempertahankan eksresi
air yang cukup untuk keseimbangan dalam tubuh. ditandai dengan
penurunan fungsi yang nyata dan cepat serta terjadinya azotemia. terapi
dietnya adalah protein dan energy cukup serta natrium dan kalium
dibatasi
CRF adalah gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, yang menyebabkan uremia (retensi
uretra dan sampah nitrogen lain dalam darah). Diet yang harus diberikan
adalah energy cukup, protein rendah serta cairan dibatasi
Hemodialisis merupakan salah satu dari Terapi Pengganti Ginjal, yang
digunakan pada penderita dengan penurunan fungsi ginjal, baik akut
maupun kronik dimana alat cuci darah bagi penderita gagal ginjal
fungsinya digantikan oleh dialisator. Terapi dietnya adalah TKTP
serta rendah natrium dan kalium
CAPD merupakan metode pencucian darah dengan mengunakan
peritoneum (selaput yang melapisi perut dan pembungkus organ perut).
Selaput ini memiliki area permukaan yang luas dan kaya akan pembuluh darah. Zat-zat
dari darah dapat dengan mudah tersaring melalui peritoneum ke dalam
rongga perut. Terapi dietnya adalah TKTP, batasi asupan natrium, fosfor
serta cairan.
GLOSARIUM
1. MALAISE : perasaan umum tidak sehat,tidak nyaman,atau lesu
2. TAKIKARDIA : denyut jantung yang cepat biasanya didefinisikan sebagai
lebih besar 100 denyut permenit
3. TAKIPNEA : Pernapasan abnormal cepat dan dangkal, biasanya
didefinisikan lebih dari 60 hembusan/menit
4. RALES (crekles) : suara yang dihasilkan saat udara melewati jalan nafas yang
penuh eksudat biasanya terdengar saat inspirasi, tidak hilang saat dibatukkan
5. KARDIOMEGALI : pembesaran jantung, otot jantung (miokardium) dikarenakan
bekerja secara keras
6. ANURIA : ketidakmampuan untuk buang air kecil baik karena yang tidak
dapat menghasilkan atau memiliki sumbatan disaluran kemih
7. OLIGURI :sering kencing pada malam hari
8. PIELONEFRITIS : radang pada ginjal dan saluran kemih bagian atas.
DAFTAR PUSTAKA
http://akpemgaruttingkat2akel4.blogspot.com/2011/04/tugas-12-peritonium-dialisis.html (diunduh pada tanggal 9 september 2013 13:08)
http://arl.blog.ittelkom.ac.id/blog/2011/07/hemodialisis/ (diunduh pada tanggal 9
september 2013 13:01)
http://elektromedik.blogspot.com/2010/06/hemodialisis-cuci-darah.html (diunduh pada tanggal 9 september 2013 22:01)
http://ksghrasyidamedan.blogspot.com/2011/09/diet-pada-pasien-hemodialisis.html (diunduh pada tanggal 9 september 2013 20:29)
http://taipsukahati.blogspot.com/2010/11/peritoneal-dialysis.html (diunduh pada tanggal 9 september 2013 22:14)
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/pemisahan-koloid/ (diunduh pada tanggal 9 september 2013 23:06)
http://www.edikusmiadi.com/2012/07/peritoneal-dialysis.html (diunduh pada tanggal 9 september 2013 13:05)
http://www.google.co.id/search?um=1&hl=id&q=peritoneum%20dialisis&biw=1360&bih=632&ie=UTF-8&sa=N&tab=iw (diunduh pada tanggal 9 september 2013 18:06)