5/17/2018 DIARE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/diare-55b07ed97a0c3 1/6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan perubahan lingkungan
hidup dapat mempengaruhi pola penyakit di masyarakat terutama masalah penyakit
infeksi. Pola penyakit ini mungkin dapat menimbulkan wabah dan membahayakan
kesehatan masyarakat. Untuk mencegah wabah penyakit tersebut diperlukan
kerjasama yang baik antara pihak yang berwenang dalam masalah kesehatan
(Hiswani, 2003).
Bayi merupakan kelompok umur yang sangat rentan terhadap terjadinya
suatu penyakit. Masa bayi dapat juga disebut sebagai fase oral, di mana pada masa
bayi banyak terjadi perubahan-perubahan fisik seperti panambahan berat badan,
bayi mulai merangkak, mulai terjadi pertumbuhan gigi, dan sebagainya yang
memungkinkan bayi terserang penyakit seperti penyakit diare. Apabila tidak
mendapatkan tindakan secepatnya maka akan mendapat bencana bila terlambat
(Soetjiningsih, 2002).
Prioritas pembangunan kesehatan diarahkan pada upaya penurunan angka
kematian bayi. Salah satu penyebab utama kematian bayi di Indonesia menurut
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001 adalah kejadian diare. Pada era
sekarang 80% bayi yang baru lahir tidak lagi menyusui sejak 24 jam pertama
padahal, pemberian makanan padat pada bayi di bawah usia empat bulan sering
menyebabkan gangguan diare (Kamalia D, 2005).
1
5/17/2018 DIARE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/diare-55b07ed97a0c3 2/6
Pedoman internasional menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama
enam bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya
tahan hidup bayi, pertumbuhan dan perkembangannya. Pemberian ASI eksklusif
mengurangi tingkat kematian bayi yang disebabkan berbagai penyakit yang umum
menimpa anak-anak seperti diare (LINKAGES, 2002).
Bagi bayi ASI merupakan makanan yang terbaik. Komposisi ASI sesuai
untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi yang berubah menurut kebutuhan bayi
setiap saat. Selain itu ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi (Mustik, 2006).
Diare merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas bayi
di negara berkembang. Berbagai faktor mempengaruhi terjadinya diare diantaranya
adalah faktor lingkungan, yang dimaksud adalah kebersihan lingkungan dan
perorangan seperti kebersihan puting susu, kebersihan botol atau dot susu maupun
kebersihan air yang digunakan. Bayi yang mendapat ASI lebih jarang menderita
gastroentritis akut daripada bayi yang mendapat makanan tambahan dapat
menyebabkan diare akut berlanjut menjadi diare kronis.
Angka kejadian dan kematian akibat diare pada anak-anak di negara-negara
yang sedang berkembang masih tinggi. Lebih-lebih pada anak yang mendapat susu
formula, angka tersebut lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan anak-
anak yang mendapat ASI (Soetjiningsih, 2002).
Meningkatnya penggunaan susu formula untuk makanan bayi, dapat
menimbulkan berbagai masalah di negara-negara berkembang. Misalnya,
2
5/17/2018 DIARE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/diare-55b07ed97a0c3 3/6
kekurangan kalori protein tipe marasmus dan diare. Walaupun di negara-negara
maju angka kesakitan dan kematian bayi yang minum ASI tidak banyak berbeda
dengan yang minum susu formula (Soetjiningsih, 2002).
Dalam pemberian susu botol perlu diperhatikan penyajiannya ditinjau dari
segi kebersihan maupun konsentrasi atau kepekatan larutannya. Jika persiapan tidak
memenuhi syarat kebersihan, maksudnya peralatan yang digunakan tidak bersih
dan air pencampur tidak masak dengan sempurna, maka memberikan susu formula
melalui botol hampir identik dengan menanam bibit penyakit ke dalam tubuh bayi,
khususnya bibit penyakit penyebab diare. Begitu pula dalam pengenceran susu
formula, formula yang terlalu encer dari semestinya dapat menyebabkan bayi
menderita malnutrisi, sebaliknya bila formula terlalu kental atau terlalu tinggi
kandungan gulanya terutama laktosa, dapat menghasilkan tinja lembek, dan sering
buang air besar (Arisman, 2002).
Penelitian di California (Soetjiningsih, 2002) menunjukkan bahwa angka
kejadian diare pada anak yang minum ASI 50% lebih rendah dari yang minum susu
formula. Di samping itu kalau anak yang minum ASI menderita diare, bila ASI
diteruskan pada penatalaksanaan diare, maka diare akan lebih cepat berhenti. Hal
ini disebabkan karena adanya komponen-komponen ASI yang penting dalam
pencegahan dan terapi diare.
Data Departemen Kesehatan RI, menyebutkan bahwa angka kesakitan diare
di Indonesia saat ini adalah 230 – 330 per 1000 penduduk untuk semua golongan
umur dan 1,6 – 2,2 episode diare setiap tahunnya untuk golongan umur balita.
3
5/17/2018 DIARE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/diare-55b07ed97a0c3 4/6
Angka kematian diare golongan umur balita sekitar empat per 1000 balita
(Soegijanto S, 2002).
Di Indonesia diperkirakan 25% dari kematian anak balita disebabkan oleh
diare. Kelompok umur yang paling rawan terkena diare adalah dua sampai tiga
tahun, walaupun banyak juga ditemukan penderita yang usianya relaitif muda yaitu
antara enam bulan sampai 12 bulan. Pada usia ini anak mulai mendapat makanan
tambahan seperti makanan pendamping air susu ibu, sehingga kemungkinan
memakan makanan yang sudah terkontaminasi dengan agent penyebab penyakit
diare menjadi lebih besar. Selain itu anak juga sudah mampu bergerak kesana
kemari sehingga pada usia ini anak senang sekali memasukkan sesuatu ke dalam
mulutnya (Hiswani, 2003).
Penyakit diare masih merupakan penyebab utama kematian pada balita.
Angka kesakitan akibat penyakit yang dilaporkan oleh sarana pelayanan kesehatan
dan kader yang masih cukup tinggi. Pada tahun 2006 jumlah kasus yang dilaporkan
oleh puskesmas sebanyak 7641 kasus dan ada 3082 kasus yang terjadi pada balita.
Diare yang ditangani oleh Rumah Sakit Umum Pangkep sebanyak 146 rawat jalan
dan 499 rawat inap, sedangkan Rumah Sakit Tonasa melaporkan sebanyak 424
kasus rawat jalan pada balita (Dinkes Kabupaten Pangkep, 2007).
4
5/17/2018 DIARE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/diare-55b07ed97a0c3 5/6
Data di atas menunjukkan bahwa masih banyak kasus diare yang terjadi
pada bayi dan balita yang disebabkan karena antibodi yang tidak adekuat.
Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti merasa tertarik melakukan penelitian
untuk mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif dan MP-ASI dengan
kejadian penyakit diare.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka dapat dibuat rumusan
masalah yaitu ”Adakah Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dan MP-ASI
(Makanan Pendamping ASI) dengan Kejadian Diare di Poliklinik Anak RSU
Pangkep?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
pemberian ASI eksklusif dan MP-ASI dengan kejadian penyakit diare pada bayi
usia 6 – 12 bulan di Poliklinik Anak RSU Pangkep.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus pada penelitian ini adalah untuk :
a. Mengetahui hubungan ASI eksklusif dengan kejadian penyakit
diare pada bayi usia 6 – 12 bulan di Poliklinik Anak RSU Pangkep.
b. Mengetahui hubungan MP-ASI dengan kejadian penyakit diare
pada bayi usia 6 – 12 bulan di Poliklinik Anak RSU Pangkep.
c.
5
5/17/2018 DIARE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/diare-55b07ed97a0c3 6/6
D. Manfaat Penelitian
Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Bagi Rumah Sakit
Menjadi bahan pemikiran dan pertimbangan bagi rumah sakit agar lebih
meningkatkan penyuluhan mengenai manfaat pemberian ASI eksklusif dan
MP-ASI yang sesuai, demi mencegah berbagai penyakit khususnya
penyakit diare pada bayi.
2. Manfaat Ilmiah
Dapat menjadi bahan bacaan bagi peneliti selanjutnya untuk dijadikan
masukan dalam pembuatan skripsi selanjutnya.
3. Manfaat Bagi Peneliti
Bagi peneliti merupakan pengalaman berharga dalam memperluas wawasan
dan pengetahuan tentang hubungan pemberian ASI eksklusif dan MP-ASI
dengan kejadian penyakit diare.
6