DIAGNOSIS
By : FATMI NIRMALA SARIBP. 1121228019
Pascasarjana KebidananUNAND
PendahuluanUji diagnostik biasanya diartikan sebagai hasil
tes yang dilakukan di laboratorium.Prinsip yang dibicarakan dalam bab ini adalah
semua informasi klinik yang didapatkan dari riwayat penyakit (anamnesis), pemeriksaan fisik atau sinar X.
Prinsip tersebut dapat digunakan untuk menunjukkan apakah hasil-hasil pemeriksaan tersebut dapat digunakan untuk menunjukkan apakah hasil-hasil pemeriksaan tersebut bisa memberikan bukti uji diagnostik.
PENYEDERHANAAN DATA
Pengukuran klinik termasuk dalam uji diagnostik yang dinyatakan dalam skala nominal, ordinal dan skala interval.
Tanpa melihat jenis data didapatkan dengan uji diagnostik, maka para klinis cendrung untuk menyederhanakan data agar bisa berguna dalam praktek
Sebagian besar skala ordinal adalah contoh dari proses penyederhanaan ini.
Contoh :Seorang dokter mungkin akan memilih
rencana pengobatan menurut tekanan diastolik pasien “ringan” (94-104 mmHg) atau sedang (105-114 mmHg) atau berat (115mmHg atau lebih).
Selanjutnya dokter bertindak sesuai dengan cara ordinal.
KETEPATAN HASIL TESMembuat diagnosis merupakan proses yang tidak
pasti, sebab hanya berupa kemungkinan sajaTes dinyatakan positif (abnormal) atau negatif
(normal) dan penyakit dinyatakan ada atau tidak ada.
Ada empat kemungkinan interprestasi dari hasil tes, dua diantaranya benar dan dua diantaranya salah.
Tes itu memberikan jawaban yang benar apabila ia positif dengan adanya penyakit (false positif) atau negatif bila tanpa adanya penyakit (false negatif).
sambunganKetepatan hasil tes dipengaruhi oleh :
Standar Emas, Patokan Emas (Gold Standard)
Tidak adanya informasi tes negatifTidak adanya standar yang onjektif untuk
penyakitKonsekuensi standar yang tidak sempurna
KEPEKAAN DAN KEKHUSUSAN (SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS)1. Sensitifitas adalah proporsi orang-orang
yang yang menderita penyakit yang menunjukkan hasil tes daignostik positif untuk penyakit itu dan tes ini sensitif (peka) atau jarang menimbulkan kekeliruan dalam menentukan adanya penyakit pada seseorang.
2. Pesifisitas adalah proporsi dari orang-orang tanpa penyakit yang menunjukkan tes negatif.
ContohDengan Pasien Faringitis
37 dari 149 pasien nyeri tenggorokan ternyata mempunyai baikan yang positif, dan para petugas klinik telah mendiagnosis dengan tepat 27 orang diantara mereka (dengan sensitifitas 37%). Dilain pihak, 112 dari hasil biakannya negatif, para petugas rumah sakit dengan benar tidak memberikan antibiotik pada 77 pasien, dengan spesifisitas 69%.
Penggunaan Tes Yang SensitifSuatu tes yg peka (tes yang biasanya positif bila ada penyakit)Harus dipakai bila ada resiko yang buruk bila penyakit itu tidak ditemukanHal ini khususnya bila menghadapi penyakit yang berbahaya tetapi dapat diobati seperti TBC, Sifilis, atau penyakit Hodgkin.Tes diagnostik digunakan untuk menentukan penyakit
Penggunaan Tes Yang SpesifikTes spesifik bermanfaat untuk memastikan
suatu diagnosis yang diduga dengan data lainHal ini disebabkan tes yang sangat spesifik
jarang sekali positif tanpa adanya penyakit sehingga memberikan hasil positif palsu yang sedikit.
Secara ringkas, tes yang spesifik itu sangat membantu bila hasil tes adalah positif.
Tawar-menawar antara sensitifitas dan spesifisitasPerlu dilakukan bila data klinik didapatkan
dari sebuah rangkaian hasil-hasil.Pada keadaan tersebut, lokasi titik bebas (cut-
off) adalah suatu titik pada kontinum antara normal dan abnormal adalah merupakan penentuan yang bebas.
Akibatnya, untuk setiap hasil tes yang dinyatakan dalam skala interval, salah satu karakteristik (misalnyan sensitifitas) hanya bisa dinaikkan dengan pengorbanan yang lain (misalnya spesifisitas).
MEMBUAT SENSITIVITAS DAN SPESIFISITASSifat tes diagnostik mungkin saja tidak
dengan tepat diterangkan, karena standar validitasnya yang keliru
Namun, dua masalah lain yang berhubungan dengan seleksi dari pasien yang sakit dan yang tidak sakit dapat berpengaruh pada determinasi sensitifitas dan spesifisitas, mereka itu adalah spektrum pasien dimna tes itu diterpkan dan bias pada waktu menentukan hasil pemeriksaan.
NILAI PREDIKTIFAdalah probabilitas penyakit dari suatu tesTerbagi 2 :- Nilai Pediktif positif- Nilai Prediktif negatif
sambNilai Prediktif dipengaruhi oleh :
Determinan dari nilai prediktifEstimasi PrevalensiPeningkatan Prevalensi penyakitProses RujukanKelompok-kelompok demografi tertentuSituasi Klinik yang spesifik
RASIO KECENDRUNGANSebuah alternatif untuk menerangkan
kemampuan suatu test diagnostik.Pemakaian rasio kecendrungan tergantung
pada OddsOdds adalah rasio perbandingan dari suatu
probabilistikOdds dan probabilistik mengandung
informasi yang sama, tetapi dinyatakan berlainan.
DefinisiRasio Kecendrungan adalah probabilitas dari
hasil tes dengan adanya penyakit yang dibagi dengan probabilitas hasil tes pada orang-orang yang tidak sakit.
Rasio kecendrungan menunjukkan berapa kali lebih besar (lebih kecil) kecendrungan hasil tes dihasilkan pada orang-orang yang sakit dibandingkan dengan orang-orang yang tidak sakit.
Pemakaian Rasio KecendrunganProbabilitas prates bisa diubah menjadi Odds
pratesKeuntungan utama dari rasio kecendrungan
adalah memudahkan kita mendapatkan suatu klasifikasi yang sederhana dan kasar untuk suatu hasil tes apakah normal atau abnormal, sebagaimana yang seringkali dilakukan bila menerangkan ketepatan tes diagnostik dalam pengertian sensitifitas dan spesifisitas pada suatu titik batas tunggal.
TES GANDA (MULTIPEL TEST)Bila tes ganda dilakukan dan semuanya hasil positif atau negatif, maka interpretasinya bisa langsungTes ganda bisa dikerjakan dengan dua cara yang umum- Tes Paralel (semua sekaligus)- Tes Seri (berurutan)
Tes ParalelPara dokter memerintahkan untuk melakukan tes paralel bila diperlukan penilaian yang cepat.Ex: pada pasien gawat darurat, atau untuk pasien yang datang dari tempat yang jauh sekedar datang untuk dievaluasi.Tes ganda secara paralel akan meningkat sensitivitasnya
Tes SeriPara dokter biasanya menggunakan strategi
cara pengujian berseri dalam situasi klinik kalau penilaian yang cepat terhadap pasien tidak diperlukan.
Digunakan bila beberapa tes mahal atau menimbulkan resikoEx: seperti dalam praktik swasta dan klinik-klinik rumah sakir, dimana pasien dirawat jalan diikuti tes terus menerus.
Asumsi Ketidak TerikatanBila tes ganda digunakan sering kali diasumsikan
bahwa informasi tambahan yang didapatkan dari setiap tes tidak tergantung pada hal-hal yang telah ada sebelumnya, jadi tes selanjutnya tidak akan menduplikasi informasi yang diketahui
Asumsi ini cendrung benar bila manifestasi penyakit berubah sesuai dengan waktu.
Seperti halnya tes tinja yang dilakukan berulang kali untuk menentukan adanya darah karena anggapan bahwa darah itu berasal dari kanker yang menyebabkan perdarahan secara intermiten.
Rasio Kecenderungan SeriBila serangkaian tes digunakan, maka
probabilitas keseluruhnya bisa dihitung memakai rasio kkecendrungan unntuk setiap hasil tes
Prevalensi suatu penyakit seblm dilakukan tes pertama kali perlu diubah dulu menjadi odds prates
Apabila setiap tes dikerjakan, Odds postes yang satu akan menjadi Odds prates untuk tes selanjutnya
PENGAMBILAN KEPUTUSAN KLINIKMemerlukan pertimbangan biaya dan manfaat suatu tindak lanjut1. Analisa Keputusan2. Analisis Keefektifan Biaya3. Analisis Manfaat Biaya
Analisis Keputusan 1. Membuat suatu pohon keputusan2. Menentukan probabilitas pada simpul
peluang atau chance3. Menentukan kegunaan sesuai dengan
hasilnya4. Menghitung harapan kegunaan untuk
alternatif tindakan5. Tentukan pilihan dengan kegunaan tertinggi
yang diharapkan6. Analisis Kepekaan
Analisis Keefektifan BiayaSuatu cara untuk menentukan keuntungan relatif dari berbagai pilihan tindakan dengan cara membandingkan berapa besar biayanya (dlm Uang) untuk mencapai tingkat kesehatan yang diinginkan.Bisa juga membandingkan hasil yang dicapai dari suatu pembiayaan yang dikeluarkan.
Analisis Manfaat BiayaManfaat dan biaya dari pilihan tindakan dinyatakan dalam satuan yang sama yaitu uangHasilnya adalah Rasio Biaya: Manfaat (cost benefit), manfaat keseluruhan (net benefit) atau biaya bersih.Sangat bermanfaat untuk dipakai sebagai panduan dalam kebijaksanaan mengambil keputusan.
Daftar Pustaka1. Azwar, A, 1999, Pengantar Epidemiologi,
Binarupa Aksara, Jakarta.2. Budiarto, E, 2003, Pengantar Epidemiologi,
Jakarta, EGC.3. Fletcher, 1988, Sari Epidemiologi Klinik,
Gadjah Mada University Press, Jogjakarta.4. Soeparto, P, Soedibyi, E, Soeroso, J 1998,
Epidemiologi Klinis, Gramik FK. UNAIR, Surabaya.
Terimakasih