BAB I
WAWASAN NUSANTARA DAN KETAHANAN NASIOAL
A. Wawasan nusantara
Salah satu persyaratan mutlak harus dimiliki oleh sebuah negara
adalah wilayah kedaulatan, disamping rakyat dan pemerintahan yang
diakui. Konsep dasar wilayah negara kepulauan telah diletakkan melalui
Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Deklarasi tersebut memiliki nilai
sangat strategis bagi bangsa Indonesia, karena telah melahirkan konsep
wawasan nusantara yang menyatukan wilayah Indonesia. Laut
nusantara bukan lagi sebagai pemisah, akan tetapi sebagai pemersatu
bangsa Indonesia yang disikapi sebagai wilayah kedaulatan mutlak
Negara Republik Indonesia.
Ada bangsa yang secara eksplisit mempunyai cara bagaimana ia
memandang tanah airnya beserta lingkungannya. Cara pandang itu
biasa dinamakan wawasan nasional. Sebagai contoh, Inggris dengan
pandangan nasionalnya berbunyi: "Brittain Rules The Waves". Ini berarti
tanah Inggris bukan hanya sebatas pulaunya, tetapi juga lautnya.
Tetapi cukup banyak negara yang tidak mempunyai wawasan,
seperti: Thailand, Perancis, Myanmar dan sbagai Indonesia wawasan
nasionalnya adalah wawasan nusantara yang disingkat wasantara.
Wasantara ialah cara pandang bangsa Indonesia berdasarkan
Pancasila, dan Undang-Undang Dasar 1945 tentang diri dan
lingkungannya dalam eksistensinya sebagai bangsa yang merdeka dan
berdaulat dalam penekanannya dalam mengekspresikan diri sebagai
bangsa Indonesia di tengah-tengah lingkungannya. Unsur-unsur dasar
wasantara ialah wadah (contour atau organisasi), isi, dan tata laku. Dari
wadah dan isi wasantara itu, tampak adanya bidang-bidang usaha untuk
mencapai kesatuan dan keserasian dalam bidang-bidang:1
Satu kesatuan wilayah
Satu kesatuan bangsa
Satu kesatuan budaya
Satu kesatuan ekonomi
1 Soegardo (2002) “Keunggulan Trigatra” Lembanas, Jakarta
Satu kesatuan hankam
Jelaslah disini bahwa wasantara adalah pengejawantahan
falsafah Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah negara Republik
Indonesia. Kelengkapan dan keutuhan pelaksanaan wasantara akan
terwujud dalam terselenggaranya ketahanan nasional Indonesia yang
senantiasa harus ditingkatkan sesuai dengan tuntutan zaman.
Ketahanan nasional itu akan dapat meningkat jika ada pembangunan
yang meningkat, dalam "koridor" wasantara.
Konsep geopolitk dan geostrategi
Bila diperhatikan lebih jauh kepulauan Indonesia yang dua pertiga
wilayahnya adalah laut membentang ke utara dengan pusatnya di pulau
Jawa membentuk gambaran kipas. Sebagai satu kesatuan negara
kepulauan, secara konseptual, geopolitik Indonesia dituangkan dalam
salah satu doktrin nasional yang disebut wawasan nusantara dan politik
luar negeri bebas aktif, sedangkan geostrategi Indonesia diwujudkan
melalui konsep ketahanan Nasional yang bertumbuh pada perwujudan
kesatuan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan
keamanan. Dengan mengacu pada kondisi geografi bercirikan maritim,
maka diperlukan strategi besar (grand strategy) maritim sejalan dengan
doktrin pertahanan defensif aktif dan fakta bahwa bagian terluar wilayah
yang harus dipertahankan adalah laut. Implementasi dari strategi maritim
adalah mewujudkan kekuatan maritim (maritim power) yang dapat
menjamin kedaulatan dan integritas wilayah dari berbagai ancaman.
Wawasan nusantara sebagai geopolitik Indonesia
Nusantara (archipelago) dipahami sebagai konsep kewilayahan
nasional dengan penekanan bahwa wilayah Negara Indonesia terdiri dari
pulau-pulau yang dihubungkan oleh laut. Laut yang menghubungkan
dan mempersatukan pulau-pulau yang tersebar di seantero khatulistiwa.
Sedangkan wawasan Nusantara adalah konsep politik bangsa Indonesia
yang memandang Indonesia sebagai satu kesatuan wilayah, meliputi
tanah (darat), air (laut), termasuk dasar laut dan tanah dibawahnya
udara diatasnya secara tidak terpisahkan, yang menyatukan bangsa dan
negara secara utuh menyeluruh mencakup segenap bidang kehidupan
nasional yang meliputi aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan
hankam. Wawasan Nusantara sebagai konsepsi politik dan kenegaraan
yang merupakan manifestasi pemikiran politik bangsa Indonesia telah
ditegaskan dalam GBHN dengan TAP MPR No. IV tahun 1973.
Penetapan ini merupakan tahapan akhir perkembangan konsepsi
Negara kepulauan yang telah diperjuangkan sejak Deklarasi Juanda
pada tanggal 13 Desember 1957.
Pengertian dan hakekat Wawasan Nusantara
Wawasan nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia
terhadap rakyat, bangsa dan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang meliputi darat, laut dan udara diatasnya sebagai satu
kesatuan politk, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan.
Apa Wawasan Nusantara?
Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia
tentang diri dan lingkungan sekitarnya berdasarkan ide nasionalnya yang
berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 (Undang-Undang Dasar 1945)
yang merupakan aspirasi bangsa Indonesia yang merdeka, berdaulat,
bermartabat serta menjiwai tata hidup dalam mencapai tujuan
perjuangan nasional. Selain itu juga bisa berarti cara pandang bangsa
Indonesia terhadap rakyat, bangsa dan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang meliputi darat, laut, dan udara diatasnya
sebagai satu kesatuan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan
keamanan.
Mengapa Wawasan Nusantara Harus Ada?
Wawasan nusantara adalah suatu konsep politik bangsa
Indonesia yang memandang Indonesia sebagai satu kesatuan wilayah,
meliputi tanah (darat), air (laut), termasuk dasar laut dan tanah
dibawahya dan udara diatasnya secara tidak terpisahkan, yang
menyatukan bangsa dan negara secara utuh dan menyeluruh mencakup
segenap bidang-bidang kehidupan nasional yang meliputi aspek politik,
ekonomi, sosial budaya, dan hankam. Wawasan Nusantara sebagai
konsepsi politik dan kenegaraan yang merupakan manifestasi pemikiran
politik bangsa Indonesia.
Bagaimana Tujuan Wawasan Nusantara Itu?
Wawasan Nusantara dalam TAP MPR 1983 konsepsi untuk
mencapai tujuan pembangunan nasional:
Kesatuan politik
Kesatuan ekonomi
Kesatuan sosial budaya
Kesatuan pertahanan keamanan
Sebagai satu kesatuan negara kepulauan, secara konseptual,
geopolitik Indonesia dituangkan dalam salah satu doktrin nasional yang
disebut Wawasan Nusantara dan politik luar negeri bebas aktig.
Sedangkan geostrategi Indonesia diwujukan melalui konsep Ketahanan
Nasional yang bertumbuh pada perwujudan kesatuan ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan. Dengan mengacu
pada kondisi geografi bercirikan maritisme, maka diperlukan strategi
besar (grand strategy) maritim sejalan dengan doktrin pertahanan
defensif aktif dan fakta bahwa bagian terluar wilayah yang harus
dipertahankan adalah laut. Implementasi dari strategi maritim adalah
mewujudkan kekuatan maritim (maritime power) yang dapat menjamin
kedaulatan dan integritas wilayah dari berbagai
WAWASAN NUSANTARA
Setiap bangsa memiliki Wawasan Nasional (national outlook)
yang merupakan visi bangsa yang bersangkutan menujuke masa depan
dan bertujuan untuk menjamin kelangsungan hidup, keutuhan bangsa,
wilayah serta jati diri bangsa itu. Bangsa yang dimaksudkan adalah
bangsa yang bernegara (nation state). Secara umum wawasan nasional
berarti cara pandang suatu bangsa tentang diri dasn lingkungannya yang
dijabarkan dari dasar falsafah dan sejarah bangsa itu sesuai dengan
posisi dan kondisi geografi negaranya untuk mencapai tujuan dan cita-
cita nasionalnya.
Wawasan nasional bangsa Indonesia dikenal dengan "wawasan
nusantara", yang berarti cara pandang bangsa Indonesia tentang diri
dan lingkungannya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta sesuai
dengan geografi wilayah nusantara yang menjiwai kehidupan bangsa
Indonesia dalam penyelenggaraan kehidupannya serta sebagai rambu-
rambu dalam perjuangan mengisi kemerdekaannya, juga unuk
mengajarkan akan pentingnya membina persatuan dan kesatuan dalam
segenap aspek kehidupan bangsa dan negara dalam mencapai tujuan
dan cita-citanya. Faktor-faktor yang mempengaruhi wawasan nusantara:
1. Wilayah (Geografi)
a) Asas kepulauan (Archipelago Principle). Archipelago dapat
diartikan sebagai lautan terpenting atau wilayah lautan dengan
pulau-pulau didalamnya. Lahirnya asas kepulauan
mengandung pengertian bahwa pulau-pulau tersebut selalu
dalam keadaan utuh, sementara tempat unsur perairan atau
lautan antara pulau-pulau berfungsi sebagai unsur penghubung
dan bukan unsur pemisah
b) Kepulauan Indonesia. Bagian wilayah "Indischa Archipel" yang
dikuasai Belanda dinamakan Netherlands Oost Indischa
Archipelago, itulah wilayah jajahan Belanda yang kemudian
menjadi wilayah RI. Sebutan Indonesia merupakan ciptaan
ilmuwan J.R. Logan dalam bukunya 'Journal Of The Indian
Archipelago and East Asia (1850)'. Nama Indonesia sangat
dicintai oleh bangsa Indonesia, dan resmi menjadi nama
Negara sejak proklamasi kemerdekaan RI pada 17-08-1945.
c) Konsepsi tentang wilayah lautan. Dalam perkembangan hokum
laut Internasional dikenal beberapa konsepsi mengenai
pemilikan dan penggunaan wilayah laut sebagai berikut: i. Res
Nullius; menyatakan bahwa laut tidak ada yang memilikinya. Ii.
Res Cimmunis; menyatakan bahwa laut itu adalah milik
masyarakat dunia karena itu tidak dapat dimiliki oleh masing-
masing Negara. Iii. Mare Libirium; menyatakan bahwa wilayah
laut adalah beban semua bangsa. Iv. Mare Clausum (The Right
And Dominium Of The Sea); menyatakan bahwa hanya laut
sepanjang pantai saja yang dapat dimiliki oleh suatu Negara
sejauh yang dapat dikuasai dari darat (waktu ± 3 mil).
Archipelago State Principles (asas Negara Kepulauan) yang
menjadikan dasar dalam konvensi PBB tentang hukum. Sesuai
dengan hukum laut internasional secara garis besar Indonesia
sebagai Negara Kepulauan memiliki laut territorial, perairan
pedalaman, ZEE, dan landasan kontinen. Masing-masing
sebagai berikut:
1) Negara Kepulauan adalah suatu Negara yang seluruhnya
terdiri dari satu atau lebih kepulauan dan dapat mencakup
pulau-pulau lain.
2) Laut territorial adalah satu wilayah laut yang lebarnya tidak
melebihi 12 mil laut diukur dari garis pangkal, sedangkan
garis pangkal adalah garis air yang surut terendah
sepanjang pantai. Kedaulatan suatu Negara pantai
mencakup daratan, perairan pendalaman dan laut territorial
tersebut.
3) Perairan pendalaman adalah wilayah sebelah dalam
daratan atau sebelah dalam garis pangkal.
4) Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) tidak boleh melebihi 200 mil
laut dari garis pangkal. Di dalam ZEE negara yang
bersangkutan mempunyai hak berdaulat untuk keperluan
eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan sumber
kekayaan alam hayati dari perairan.
5) Landas kontinen suatu negara berpantai meliputi dasar laut
dan tanah dibawahnya yang terletak di laut teritorialnya
sepanjang merupakan kelanjutan alamiah wilayah
daratannya. Jaraknya 200 mil, tidak boleh melebihi 100 mil
dari garis batas kedalaman dasar laut sedalam 2500 m.
d) Karakteristik wilayah Nusantara berarti kepulauan Indonesia
yang terletak diantara benua Asia dan Australia serta diantara
samudra Pasifik dan samudra Indonesia, yang tersiri dari
17.508 pulau besar maupun kecil. Jumlah peluang yang sudah
memiliki nama adalah 6044 buah. Kepulauan Indonesia terletak
pada batas astronomi sebagai berikut: ± 6008'LU, ±11015'LS, ±
94045'BT, ± 141005'BT. Jaraj utara selatan sekitar 1.888
kemerdekaan, sedangkan jarak barat-timur sekitar 5.110
kemerdekaan. Luasnya wilayah Indonesia seluruhnya adalah
5.193.250 km2 yang terdiri dari daratan seluas 2.027.087 km2.
Luas wilayah Indonesia menempati urutan ke-14 terbesar di
dunia.
2. Geopolitik dan Geostrategi
a. Geopolitik
Pengertian geopolitik adalah ilmu yang mempelajari
fenomena politik dari aspek geografi. Geopolitik memeparkan dasar
pertimbangan dalam menentukan alternatif kebijakan nasional untuk
mewujudkan tujuan tertentu. Prinsip-prinsip dalam geopolitik menjadi
perkembangan suatu wawasan nasional.
Pandangan Ratzel dan Kjellen Frederich pada akhir abad ke-
19 mengembangkan kajian geopolitik dengan dasar pandangan
bahwa negara adalah mirip organisme. Sedangkan Rudolf Kjellen
Berpendapat bahwa negara adalah organisme yang harus
memiliki intelektual. Kedua pandangan ini hampir sama, mereka
memandang pertumbuhan negara mirip dengan pertumbuhan
organisme sehingga negara memerlukan ruang hidup, serta
mengenal proses lahir, tumbuh, mempertahankan hidup, menyusut
dan mati. Mereka juga mengajukan ekspansionisme (pemekaran
wilayah) kemudian melahirkan ajaran adu kekuatan.
Pandangan Haushofer Pemikiran Haushofer disamping berisi
paham ekspansionisme juga mengandung rasialisme, yang
menyatakan bahwa ras Jerman adalah ras yang pakling unggul yang
harus dapat menguasai dunia. Pandangan macam ini juga didunia
berkembang di Jepang berupa ajaran Hako Ichiu yang dilandasi
semangat militerisme dan fasisme.
Pandangan geopolitik bangsa Indonesia yang didasarkan
pada nilai ketuhanan dan kemanusiaan yang luhur dengan jelas dan
tegas tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Bangsa Indonesia
adalah bangsa yang cinta damai, tetapi lebih cinta kemerdekaan.
Bangsa Indonesia menolak segala bentuk penjajahan,
ekspansinisme, adu kekuatan, rasialisme dan chauvisme.
Dalam hubungan internasional, bangsa Indonesia berpijak
pada paham kebangsaan serta menganut asas bebas aktif, selalu
terbuka, saling tolong menolong dan saling menguntungkan. Semua
ini dalam rangkan ikut mewujudkan perdamaian dan ketertiban dunia
yang abadi.
b. Geostrategi
Geostrategi adalah perumusan strategi nasional dengan
memperhitungkan kondisi dan kostelasi geografi sebagai faktor
utamanya serta dengan memperhatikan kondisi sosial, budaya,
penduduk, sumber daya alam lingkungan regional maupun
internasiona.
Unsur-unsur Dasar Wawasan Nusantara
1. Wadah wawasan nusantara sebagai wadah meliputi tiga
komponen : a. Wujud wilayah b. Tata inti organisasi c. Tata
kelengkapan organisasi
2. isi wawasan Nusantara. Isi wawasan nusantara tercermin dalam
perspektif kehidupan manusia dalam eksistensinya yang meliputi
cita-cita bangsa dan asas manunggal yang terpadu.
3. Tata Laku Wawasan Nusantara Mencakup Dua Segi:
a. Tata laku batiniah, yang berlandaskan falsafah bangsa yang
membentuk sikap mental bangsa yang memiliki kekuatan batin.
b. Tata laku lahiriah merupakan kekuatan yang utuh, dalam arti
kesatuan kata dan karya, keterpaduan pembicaraan dan
perbuatan.
Implementasi Wawasan Nusantara
1. Wawasan Nusantara sebagai Pancaran Falsafah Pancasila.
Falsafah Pancasila diyakini sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia yang sesuai dengan aspirasinya. Konsep wawasan
Nusantara berpangkalan dasar ketuhanan YME sebagai sila
pertama Pancasila yang kemudian melahirkan hakikat misi
manusia Indonesia yang menjabarkan sila-sila berikutnya.
Wawasan Nusantara sebagai aktualisasi falsafah Pancasila
menjadi landasan dan pedoman bagi pengelolaan kelangsungan
hidup bangsa Indonesia.
2. Wawasan Nusantara dalam Pembangunan Nasional
a. Perwujudan kedaulatan nusantara sebagai satu kesatuan
politik
b. Perwujudan kedaulatan nusantara sebagai satu kesatuan
ekonomi
c. Perwujudan kedaulatan nusantara sebagai satu kesatuan
sosial budaya
d. Perwujudan kedaulatan nusantara sebagai satu kesatuan
pertahanan keamanan
3. Penerapan Wawasan Nusantara
a. Salah satu manfaat paling nyata dari penerapan wawasan
nusantara, khususnya di bidang wilayah, adalah diterima
konsepsi Nusantara di forum internasional, sehingga
terjaminlah integritas wilayah teritorial bangsa Indonesia.
b. Pertambahan luas wilayah sebagai ruang hidup tersebut
menghasilkan sumber daya alam yang cukup besar untuk
kesejahteraan bangsa Indonesia.
c. Pertambahan luas wilayah tersebut dapat diterima oleh dunia
internasional termasuk Negara-negara tetangga.
d. Penerapan wawasan Nusantara dalam pembangunan Negara
di berbagai bidang tampak pada berbagai proyek
pembangunan sarana dan prasarana komunikasi dan
transportasi.
e. Penerapan di bidang sosial budaya terlihat pada kebijakan
untuk menjadikan bangsa Indonesia yang satu tetap merasa
sebangsa, setanah air, senasib sepenanggungan dengan asas
Pancasila.
f. Penerapan wawasan Nusantara di bidang pertahanan
keamanan terlihat pada kesiapsiagaan dan kewaspadaan
seluruh rakyat melalui sistem pertahanan keamanan rakyat
semesta untuk menghadapi berbagai ancaman bangsa dan
negara.2
Hubungan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional Wawasan
Nasional bangsa Indonesia
Adalah wawasan Nusantara yang merupakan pedoman bagi
proses pembangunan nasional menuju tujuan nasional. Sedangkan
ketahanan nasional merupakan kondisi yang harus diwujudkan agar
proses pencapaian tujuan nasional tersebut dapat berjalan dengan
sukses. Oleh karena itu diperlukan suatu konsepsi ketahanan Nasional
yang sesuai dengan karakteristik bangsa Indonesia. Dan dapat
dikatakan bahwa wawasan Nusantara dan ketahanan nasional
merupakan dua konsepsi dasar yang saling mendukung sebagai
2 Chaidir Basri (2001) “Wawasan Nusantara sebagai Cara Pandang Bagsa Indonesia” Program Studi S2 Tannas UI, Jakarta
pedoman bagi penyelenggaraan kehidupan berbangsan dan bernegara
agar tetap jaya dan berkembang seterusnya.
Pengertian Atau Arti Definisi Wawasan Nusanatara Yang Merupakan
Cara Pandang Bangsa Indonesia
Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa
Indonesia tentang diri dan lingkungan sekitarnya berdasarkan ide
nasionalnyaa yang berlandaskan pancasila dan UUD 1945 (Undang-
Undang Dasar 1945) yang merupakan aspirasi bangsa Indonesia yang
merdeka, berdaulat, bermartabat serta menjiwai tata hidup dalam
mencapai tujuan perjuangan nasional.
Wawasan Nusantara telah diterima dan disahkan sebagai
konsepsi politik kewarganegaraan yang termaktub/tercantum dalam
dasar-dasar berikut ini:
- Ketetapan MPR No. IV/MPR/1973 tanggal 22 Maret 1973
- TAP MPR No. IV/MPR/1978 tanggal 22 Maret 1978 tentang GBHN
- TAP MPR No. II/MPR/1983 tanggal 12 Maret 1983
Ruang lingkup dan cakupan wawasan Nusantara dalam TAP
MPR '83 dalam mencapai tujuan pembangunan nasional:
- Kesatuan Politik
- Kesatuan Ekonomi
- Kesatuan Sosial Budaya
1. Wawasan Nusantara dalam pembangunan nasional
a.Perpaduan antara konsep ruang dan kesatuan memberikan
implikasi bahwa Negara RI di dalam kesemestaannya merupakan
kesatuan yang utuh; dan ancaman terhadap satu kawasan laut
akan diartikan sebagai ancaman nyata terhadap seluruh wilayah
negara RI. Karena itulah pengukuhan internasional terhadap Azas
Negara Kepulauan melalui Konvensi Hukum Laut adalah sangat
kritis.
Wilayah nasional suatu negara merupakan modal dasar kodrati
yang perlu didaya-gunakan semaksimal mungkin untuk
kepentingan peningkatan kesejahteraan dan keamanan bangsa.
Kemajuan tekhnologi, berkurangnya sumber daya alam serta
pertambahan jumlah penduduk telah menjadikan ruang dunia
terasa relatif semakin sempit, sedangkan di lain pihak dirasakan
pula bahwa politik kekuasaan negara maju sebaliknya semakin
bersifat global. Karena itu setiap bangsa berusaha menjadikan
wilayah nasionalnya masing-masing suatu ruang hidup yang
mampu mendukung kepentingan nasionalnya, dimana perbatasan
wilayah nasional tidak hanya mempunya dimensi politik dan hukum
semata-mata tetapi juga mempunyai dimensi ekonomi dan budaya
bangsa.
Menyempitnya ruang dunia sebagaimana diuraikan diatas
membuat aspek wilayah menjadi faktor yang makin penting di
dalam pembentukan posisi kekuasaan maupun politik kekuasaan
yang mampu menjamin tegaknya kedaulatan, integritas wilayah
serta kesatuan dan persatuan bangsa.
b.Wawasan Nusantara sebagai cara pandang bangsa Indonesia,
merupakan inti dasar budaya bangsa Indonesia yang dilandasi oleh
falsafah Pancasila serta kondisi dan posisi geografi wilayah
Indonesia yang menentukan pola pikir dan tata laku bangsa dalam
mewujudkan kehidupan nasional yang dikembangkan dengan
menumbuhkan rasa tanggung jawab atas pemanfaatan
lingkungannya. Dilain pihak Wawasan Nusantara, sebagai
konsepsi geopolitik bangsa dan negara Indonesia dikembangkan
untuk menegakkan kekuasaan guna melindungi kepentingan
nasional serta merentangkan hubungan internasional dalam upaya
ikut menegakkan.
Wawasan nusantara mendasari dinamika bangsa Indonesia dalam
mencapai tujuan nasional sebagaimana digariskan dalam pembukaan
UUD 1945 yaitu:
1. Di bidang politik, pertahanan dan keamanan : mempertahankan
kemerdekaan dan menjamin kelanjutan kehidupan bangsa dan
negara dan turut serta menegakkan perdamaian dunia.
2. Di bidang ekonomi: memajukan kesejahteraan dan keadilan sosial.
3. Dibidang sosial budaya : mencerdaskan kehidupan bangsa.
Berdasarkan Wawasan Nusantara yang telah saya jelaskan
sejarah kelahiran, pertumbuhan (evolusi) serta artinya diatas itulah akan
diusahakan suatu pendekatan terhadap kebudasyaan nasional
Indonesia berdasarkan Wawasan Nusantara.
Wawasan Nusantara sebagai pengertian persatuan dan kesatuan
bangsa yang disesuaikan dengan kenyataan geografi Indonesia sebagai
negara kepulauan, perlu dikemukakan bahwa tidask kurang pentingnya
dalam proses pertumbuhan danperkembangan wawsan nusantara ini
adalah bertambah sempurnanya hubungan pengangkutan
(transportation) dan komunikasi (communication) antar pulau yang telah
berlangsung dari tahun ke tahun dan bagi sistem komunikasi antar pulau
mencapai titik puncaknya dengan komunikasi satelit domestik Indonesia
yang melengkapi sistem komunikasi yang ada hingga waktu ini.
Adanya tekad bangsa Indonesia menjadi satubangsa walaupun
hidup berserak diatas pulau-pulau yang beribu-ribu jumlahnya dan
berbeda suku, ditambah dengan sistem alat perhubungan dan
komunikasi yang memungkinkan yang itu menjadi satu dalam kenyataan
menyebabkan bahwa Nusantara merupakan suatu kenyataan dimana ia
lebih daripada sekedar kumpulan daripada berbagai suku bangsa yang
berdiam di berbagai pulau belaka.
Kesatuan (entity) inilah yang diikat oleh ideologi dan falsafah yang
sama dan didorong oleh tekad untuk terus langsung hidup sebagai suatu
bangsa dan negara yang dimaksudkan dengan Nusantara.
B. Ketahanan Nasional
Negara Indonesia adalah negara yang solid terdiri dari berbagai
suku dan bangsa, terdiri dari banyak pulau-pulau dan lautan yang luas.
Jika kita sebagai warga negara ingin mempertahankan daerah kita dari
gangguan bangsa atau negara lain, maka kita harus memperkuat
ketahanan nasional kita. Ketahanan Nasional adalah cara paling ampuh,
karena mencakup banyak landasan seperti: Pancasila sebagai landasan
visional. Jadi dengan demikian ketahanan Nasional kita sangat solid.
Ketahanan Nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa
yang terdiri atas ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk
mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi segalam
macam dan bentuk ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan baik
yang datang dari dalam maupun luar, secara langsung maupun tidak
langsung yang mengancam dan membahayakan integritas, identitas,
kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan dalam
mewujudkan tujuan perjuangan nasional.
Contoh bentuk-bentuk ancaman menurut doktrin hankamnas
(catur dharma eka karma), yaitu:
1. Ancaman dari dalam negri
Contohnya adalah pemberontakan dan subversi yang berasal
atau terbentuk dari masyarakat Indonesia
2. Ancaman dari luar negri
Contohnya adalah infiltrasi, subversi, dan intervensi dari kekuatan
kolonialisme dan imperialisme serta dari darat, udara, dan laut
oleh musuh dari luar negri.
a. Konsepsi Ketahanan Nasional
Konsepsi pengembangan kekuatan nasional melalui pengaturan
dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang seimbang,
serasi, dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan secara utuh dan
terpadu berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 dan wawasan
Nusantara. Dengan kata lain konsepsi ketahanan nasional merupakan
pedoman untuk meningkatkan keuletan dan ketangguhan bangsa yang
mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dengan
pendekatan kesejahteraan dan keamanan. Kesejahteraan dapat
digambarkan sebagai kemampuan bangsa dalam menumbuhkan dan
mengembangkan nilai-nilai nasionalnya demi sebesar-besarnya
kemakmuran yang adil dan merata, rohaniah dan jasmaniah. Sedangkan
keamanan adalah kemampuan bangsa melindungi nilai-nilai nasional
terhadapancaman dari luar maupun dalam negri.
Konsepsi ketahanan nasional Indonesia menggunakan
pendekatan kesejahteraan dan keamanan. Antara kesejahteraan dan
keamanan ini dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan.
Penyelenggaran kesejahteraan memerlukan tingkat keamanan tertentu,
dan sebaliknya penyelenggaraan keamanan memerlukan tingkat
kesejahteraan tertentu. Tanpa kesejahteraan dan keamanan, sistem
kehidupan nasional tidak akan dapat berlangsung dalam kehidupan
nasioanal. Dalam kehidupan nasional, tingkat kesejahteraan dan
keamanan nasional merupakan tolak ukur ketahanan nasional. Peran
masing-masing gatra dalam astagrata seimbang dan saling mengisi.
Maksudnya antargatra seimbang dan saling mengisi. Maksudnya
antargatra mempunyai hubungan yang saling terkait dan saling
bergantung secara utuh menyeluruh membentuk tata laku masyarakat
dalam kehidupan nasional
Ketahanan nasional merupakan kondisi dinamis suatu bangsa
yang meliputi segenap kehidupan yang terintegrasi, berisi keuletan dan
ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan
kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan,
ancaman, hambatan, dan gangguan baik yang datang dari dalam
maupun dari luar, untuk menjamin identitas, integrasi,dan kelangsungan
hidup bangsa dan negara serta perjuanganmencapai tujuan nasional
dapat dijelaskan seperti dibawah ini:
Ketangguhan
Adalah kekuatan yang menyebabkan seseorang atau sesuatu
dapat bertahan, kuat, menderita, atau dapat menanggulangi
beban yang dipikulnya
Keuletan
Adalah usaha secara giat dengan kemampuan yang keras
dalam menggunakan kemampuan tersebut diatas dalam
mencapai tujuan tertentu
Identitas
Yaitu ciri khas suatu bangsa atau negara dilihat secara
keseluruhan. Negara dilihat dalam pengertian sebagai suatu
organisasi masyarakat yang dibatasi oleh wilayah dengan
penduduk, sejarah, pemerintah, dan tujuan nasional serta
peran internasionalnya
Integritas
Yaitu kesatuan menyeluruh dalam kehidupan nasional suatu
bangsa baik unsur sosial maupun alamiah, baik bersifat
potensial maupun fungsional.
Ancaman
Yang dimaksud disini adalah hal/usaha yang bersifat
mengubah atau merombak kebijaksanaan. Dan usaha ini
dilakukan secara konseptual, kriminal, dan politis.
Hambatan dan gangguan
Adalah hal atau usaha yang berasal dari luar dan dari diri
sendiri yang bersifat dan bertujuan melemahkan atau
mengahalangi secara tidak konsepsional.
1. Ciri-ciri ketahanan nasional
Merupakan kondisi sebagai prasyarat utama bagi negara
berkembang. Difokuskan untuk mempertahankan kelangsungan hidup
dan mengembangkan kehidupan. Tidak hanya untuk pertahanan, tetapi
juga untuk menghadapi dan mengatasi tantangan, ancaman, hambatan,
dan gangguan baik yang datang dari luar maupun dalam, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Didasarkan pada metode astagrata;seluruh aspek kehidupan
nasional tercermin dalam sistematika astagrata yang terdiri atas tiga
aspek alamiah (trigatra) yang meliputi geografi, kekayaan alam, dan
kependudukan. Dan lima aspek sosial (pancagatra) yang meliputi
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan
berpedoman pada wawasan nasional. Wawasan nusantara merupakan
cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri dan lingkungannya
berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Wawasan
nusantara juga merupakan sumber utama dan landasan yang kuat
dalam menyelenggarakan kehidupan nasional sehingga wawasan
nusantara dapat disebut sebagai wawasan nasional dan merupakan
ketahanan nasional.
2. Sifat-sifat Ketahanan Nasional Indonesia
Mandiri, artinya ketahanan nasional bersifat percaya pada
kemampuan dan kekuatan sendiri dengan keuletan dan ketangguhan
yang mengandung prinsip tidak mudah menyerah serta bertumpu pada
identitas, integritas dan kepribadian bangsa. Kemandirian ini merupakan
prasyarat untuk menjalin kerja sama yang saling menguntungkan dalam
global.
Dinamis, artinya ketahanan nasional tidaklah tetap, melalikan
dapat meningkat ataupun menurun bergantung pada situasi dan kondisi
bangsa dan negara, serta kondisi lingkungan strategisnya. Hal ini sesuai
dengan hakikat dan pengertian bahwa segala sesuatu di dunia ini
senantiasa berubah. Oleh sebab itu, upaya peningkatan ketahanan
nasional harus senantiasa diorientasikan ke masa depan dan
dinamikanya diarahkan untuk mencapai kondisi kehidupan nasional yang
lebih baik.
Manunggal, artinya ketahanan nasional memiliki sifat integratif
yang diartikan terwujudnya kesatuan dan perpaduan yang seimbang,
serasi, dan selaras, diantara seluruh aspek kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Wibawa, artinya ketahanan nasional sebagai hasil pandangan
yang bersifat manunggal dapat mewujudkan nasional yang akan
diperhitungkan oleh pihak lain sehingga dapat menjadi daya tangkal
suatu negara. Semakin tinggi daya tangkal suatu negara, semakin besar
pula kewibawaannya.
Konsultasi dan kerjasama, artinya ketahanan nasional Indonesia
tidak mengutamakan sikap kontrotatif dan antagonis, tidak
mengandalkan kekuasaan dan kekuatan fisik semata, tetapi lebih pada
sifat konsultatif dan kerja sama serta saling menghargai dengan
mengandalkan pada kekuatan moral dan kepribadian bangsa.
3. Asas-asas Ketahanan Nasional
Asas ketahanan nasional adalah tata laku yang didasari nilai-nilai
yang tersusun berlandaskan Pancasila, UUD 1945, dan wawasan
Nusantara. Asas-asas tersebut adalah sebagai berikut (Lemhannas,
2000:99-11)3
a)Asas kesejahteraan dan keamanan
Asas ini merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dan wajib
dipenuhi bagi individu maupun masyarakat atau kelompok.
Didalam kehidupan nasional berbangsa dan bernegara, unsur
kesejahteraan dan keamanan ini biasanya menjadi tolak ukur bagi
mantap atau tidaknya ketahanan nasional.
b)Asas komprehensif atau menyeluruh terpadu
Artinya ketahanan nasional mencakup seluruh aspek kehidupan.
Aspek-aspek tersebut berkaitan dalam bentuk persatuan dan
perpaduan secara selaras, serasi, dan seimbang.
c)Asas kekeluargaan
Asas ini bersifat keadilan, kebersamaan, kesamaan, gotong
royong, tenggang rasa, dan tanggung jawab dalam kehidupan
bermasyrakat, berbangsa, dan bernegara. Dalam hidup dengan
3 Lemhannas “Bunga Rampai” (2005) Jakarta
asas kekeluargaan ini diakui adanya perbedaan, dan kenyataan
real ini dikembangkan secara serasi dalam kehidupan kemitraan
dan dijaga dari konflik yang bersifak merusak atau destruktif.
4. Kedudukan dan Fungsi Ketahanan Nasional
Kedudukan dan fungsi ketahanan nasional dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a)Kedudukan
Ketahanan nasional merupakan suatu ajaran yang diyakini
kebenarannya oleh seluruh bangsa Indonesia serta merupakan
cara terbaik yang perlu diimplementasikan secara berlanjut dalam
rangka membina kondisi kehidupan nasional yang ingin
diwujudkan. Wawasan Nusantara dan ketahanan nasional
berkedudukan sebagai landasan konseptual, yang didasari oleh
Pancasila sebagai landasan ideal, dan UUD 1945 sebagai
landasan konstitusional dalam paradigma pembangunan nasional.
b)Fungsi
Ketahanan nasional fungsinya sebagai doktrin dasar nasional
perlu dipahami untuk menjamin tetap terjadinya pola pikir, pola
sikap, pola tindak, dan pola kerja dalam menyatukan langkah
bangsa yang bersifat inter-regional (wilayah), inter-sektoral
maupun multidisiplin. Konsep doktriner ini perlu supaya tidak ada
cara berpikir yang terkotak-kotak (sektoral). Satu alasan adalah
bahwa bila penyimpangan tejadi, maka akan timbul pemborosan
waktu, tenaga, dan sarana, yang bahkan berpotensi dalam cita-
cita nasional. Ketahanan nasional juga berfungsi sebagai pola
dasar pembangunan nasional. Pada hakikatnya merupakan arah
dan pedoman dalam pelaksanaan pembangunan nasional di
segala bidang dan sektor pembangunan secara terpadu; yang
dilaksanakan sesuai dengan rancangan program.
b. Pengaruh Aspek Ketahanan Nasional terhadap Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara
Tiap-tiap aspek-aspek dinamis, di dalam tata kehidupan nasional
relatif berubah menurut waktu, ruang, dan lingkungan sehingga
interaksinya menciptakan kondisi umum yang sangat komplek dan amat
sulit.
Dari pemahaman tentang hubungan tersebut, gambaran bahwa
Konsepsi Ketahanan Nasional akan menyangkut hubungan antar aspek
yang mendukung kepribadian, yaitu:
1. Aspek yang berkaitan dengan alam bersifat statis, yang meliputi
Aspek Geografi, Aspek kependudukan, dan Aspek Sumber Daya
Kekayaan Alam.
2. Aspek yang berkaitan dengan sosial besifat dinamis, yang
meliputi Aspek Ideologi, Aspek Politk, Aspek Sosial Budaya, dan
Aspek Pertahanan dan Keamanan.
1. Pengaruh Aspek Ideologi
Ideologi adalah suatu sistem niali sekaligus kebulutan ajaran yang
memberikan motivasi. Ideologi juga mengandung konsep dasar
tentang kehidupan yang dicita-citakan oleh suatu bangsa. Secara
teoritis, suatu ideologi bersumber dari suatu falsafah dan merupakan
pelaklsanaan dari sistem falsafah itu sendiri.
a. Ideologi Dunia
1. Liberalisme
Aliran pikiran perseorangan atau individualistik. Aliran pemikiran
ini mengajarkan bahwa negara adalah masyarakat hukum (legal society)
yang disusun atas kontrak semua individu dalam masyarakat itu (kontrak
sosial).
Liberalisme bertitik tolak dari hak asasi yang melekat pada
manusia sejak ia lahir dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun
termasuk penguasa kecuali atas persetujuan yang bersangkutan. Paham
liberalisme mempunyai dasar-dasar kebebasan dan kepentingan pribadi
yang menuntut kebebasan individu secara mutlak, yaitu kebebasan
mengejar kebahagiaan hidup di tengah-tengah kekayaan materil yang
melimpah dan dicapai dengan bebas.
2. Komunisme
Aliran golongan (class theory) yang diajarkan oleh Karl Marx,
Engels, dan Lenin pada mulanya merupakan kritik Karl Marx atas
kehidupan sosial ekonomi masyarakat pada awal revolusi industri.
Aliran pemikiran ini beranggapan bahwa negara adalah susunan
golongan (kelas) untuk menindas kelas lain. Golongan ekonomi kuat
menindas ekonomi lemah. Golongan borjuis menindas golongan proletar
(kaum buruh). Karena itu Marx menganjurkan agar kaum buruh
mengasdakan revolusi politik untuk merebut kekuasaan negara dari
golongan kaya kapitalis dan borjuis agar kaum buruh dapat ganti
berkuasa dan mengatur negara.
Sesuai dengan aliran pikiran yang melandasi komunisme, dalam
upaya merebut atau mempertahankan kekuasaan komunisme akan:
a. Menciptakan situasi konflik untuk mengadu golongan-golongan
tertentu serta menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.
b. Ajaran komunis bersifat atheis, tidak percaya akan adanya Tuhan
Yang Maha Esa dan didasarkan pada kebendaan (materialistis).
Bahkan agama dinyatakan sebagai racun bagi kehidupan
bermasyarakat.
c. Masyarakat komunis bercorak Internasional. Masyarakat yang
dicita-citakan oleh komunis adalah masyarakat komunis dunia
yang tidak dibatasi oleh kesadaran nasional. Hal ini tercermin
dalam seruan Marx yang terkenal "Kaum buruh diseluruh dunia
bersatulah!" Komunisme menghendaki masyarakat tanpa
nasionalisme.
d. Masyarakat komunisme yang dicita-citakan adalah masyarakat
tanpa kelas. Masyarakat tanpa kelas dianggap masyarakat yang
dapat memberikan suasana hidup yang aman dan tentram, tanpa
pertentangan, tanpa hak milik pribadi atas alat produksi dan tanpa
pembagian kerja.
3. Paham Agama
Ideologi bersumber dari falsafah agama yang termuat dalam kitab
suci agama.
b. Ideologi Pancasila
Sifat-sifat Pancasila adalah:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila ketuhanan yang Maha Esa mengandung nilai spiritual,
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua
pemeluk agama dan penganut kepercayaan kepada Tuhan yang
Maha Esa untuk berkembang di Indonesia
2. Kemanusiaan Yang Adil Beradab
Sila ketuhanan yang Maha Esa mengandung nilai spiritual,
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua
pemeluk agama dan penganut kepercayaan kepada Tuhan yang
Maha Esa untuk berkembang di Indonesia
3. Persatuan Indonesia
Sila persatuan Indonesia dalam masyarakat Indonesia yang
pluralistik mengandung nilai persatuan bangsa dan kesatuan
wilayah yang merupakan faktor pengikat yang menjamin keutuhan
nasional atas dasar Bhineka Tunggal Ika.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah
Permusyawaratan atau Perwakilan Sila kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau
perwakilan menunjukkan bahwa kedaulatan berada ditangan
rakyat, yang diwujudkan oleh persatuan nasional yang riil dan
wajar.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Sila keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia mengandung niai
keadilan, keseimbangan antara hak dan kewajiban, penghargaan
terhadap hak orang, gotong royong, dalam suasana kekeluargaan,
ringan tangan, dan kerja keras untuk bersama-sama mewujudkan
kemajuan yang merata dan berkeadilan social.
c. Ketahanan Pada Aspek Ideologi
1.Konsepsi tentang Ketahanan Ideologi
Ketahanan ini mengandung keuletan dan ketangguhan kekuatan
nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman,
hambatan serta gangguan dari luar maupun dari dalam secara langsung
maupun tidak langsung dalam rangka menjamin kelangsungan
kehidupan ideologi bangsa dan negara Republik Indonesia.
Pelaksanaan obyektif adalah pelaksanaan nilai-nilai yang secara
surat terkandung dalam ideologi atau paling tidak secara tersirat dalam
UUD 1945 serta secara peraturan tidak seara peraturan perundang-
undangan dibawahnya dan segala kegiatan penyelenggaraan negara.
Pelaksanaan subyektif adalah pelaksanaan nilai-nilai tersebut oleh
masing-masing individu dalam kehidupan sehari-hari, sebagai pribadi,
anggota masyarakat, dan warga negara. Pancasila mengandung sifat
idealistik, realistik, dan fleksibel, sehingga terbuka terhadap
perkembangan yang terjadi.
Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia dalam alinea
4 Pembukaan UUD 1945, ketetapan MPR RI No. 2 XVIII/MPR/1998.
Pancasila sebagai pandangan hidup dan sumber hukum terhadap
ketetapan MPR RI No. 2 XX/MPRS/1996 dan ketetapan MPR/RI No. 2
IX/MPR/1978.
2.Pembinaan Ketahanan Ideologi
Upaya untuk memperkuat ketahanan Ideologi memerlukan langkah
pembinaan berikut:
A. Pengamalan Pancasila secara obyektif dan subyektif terus
dikembangkan serta ditingkatkan
B. Pancasila sebagai ideologi terbuka perlu terus direlefansikan dan
diaktualisasi nilai instrumentalnya agar tetap mampu membimbing
dan mengarahkan kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara, selaras dengan peradaban dunia yang berubah
dengan cepat tanpa kehilangan jati diri bangsa Indonesia.
C. Sesanti Bhineka Tunggal Ika dan konsep wawasan Nusantara
yang bersumber dari Pancasila harus terus dikembangkan dan
ditanamkan dalam masyarakat yang majemuk sebagai upaya
untuk selalu menjaga persatuan bangsa dan kesatuan wilayah
serta moralitas yang royal dan bangga terhadap bangsa dan
negara. Disamping itu anggota masyarakat dan pemerintah perlu
bersikap wajar terhadap kebhinekaan.
D. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar negara
Republik Indonesia harus dihayati dan diamalkan serta nyata oleh
setiap penyelenggaraan negara, lembaga kenegaraan, lembaga
kemasyrakatan, serta setiap warga negara Indonesia. Agar
kelestarian dan keampuhannya terjaga dan tujuan nasional serta
cita-cita bangsa Indonesia terwujud. Dalam hal ini suri tauladan
para pemimpin penyelenggaraan negara dan pemimpin tokoh
masyarakat merupakan hal yang sangat mendasar.
E. Pembangunan sebagai pengamalan Pancasila, harus
menunjukkan keseimbangan antara fisik material dengan mental
spiritual untuk menghindari tumbuhnya materialisme dan
skuarisme. Dengan memperhatikan kondisi geografi Indonesia,
pembangunan harus adil dan merata di seluruh wilayah untuk
memupuk rasa persatuan bangsa dan kesatuan wilayah
F. Pendidikan moral Pancasila ditanamkan pada diri anak didik
dengan cara mengintegrasikan ke dalam mata pelajaran lain
seperti pendidikan budi pekerti, pendidikan sejarah perjuangan
bangsa, bahasa Indonesia dan kepramukaan. Pendidikan moral
Pancasila juga perlu diberikan kepada masyarakat luas secara
non formal.
3. Pengaruh Aspek Politik
a)Politik Secara Umum
Politik berasal dari kata politik yang mengandung makna
kekuasaan (pemerintah) dan atau politik yang berarti kebijaksanaan.
Di Indonesia, kita tidak memisahkan politik dari politik. Hubungan ini
tercermin pada pemerintahan negara yang berfungsi sebagai penentu
kebijaksanaan dan ingin mewujudkan aspirasi semi tuntutan
masyarakat. Karena itu, kebijaksanaan pemerintah negara tersebut
harus serasi dan selaras dengan keinginan dan aspirasi masyarakat.
b)Politik di Indonesia
Politik Di Indonesia yang harus dilihat dalam konteks
ketahanan Nasional meliputi dua bagian utama yaitu, Politik Dalam
Negri dan Politik Luar Negeri.
1)Politik Dalam Negeri
Politik dalam negeri adalah kehidupan politik dan kenegaraan
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang mampu menyerap aspirasi
dan dapat mendorong partisipasi masyarakat dalam satu sistem. Unsur-
unsurnya terdiri dari struktur politik, proses politik, budayapolitik,
komunikasi politik, dan partisipasi politik.
Struktur politik merupakan wadah penyaluran kepentingan
masyarakat dan sekaligus wadah pengkaderan pemimpin
nasional.
Proses politik merupakan suatu rangkaian pengambilan keputusan
tentang berbagai kepentingan politik maupun kepentingan umum
yang bersifat rasional dan penentuan dalam pemilihan
kepemimpinan yang puncaknya terselenggara dalam pemilu.
Budaya politik merupakan pencerminan dari aktualisasi hak dan
kewajiban rakyat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara yang dilaksanakan secara dasar dan rasional
melalui pendidikan politik maupun kegiatan politik yang sesuai
dengan disiplin nasional.
Komunikasi politik merupakan suatu hubungan timbal balik dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dimana
rakyat merupakan sumber aspirasi dan sumber pimpinan
nasional
2)Politik Luar Negeri
Politik luar negeri adalah salah satu sarana pencapaian
kepentingan nasional dalam pergaulan antar bangsa. Politik luar negeri
Indonesia yang berlandaskan pada pembukaan UUD 1945
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, keadilan sosial, serta anti penjajahan karena tidak sesuai dengan
prikemanausiaan dan prikeadilan.
a)Sebagai bagian Integral dari Strategi Nasional
Politik luar negeri merupakan proyeksi kepentingan nasional
dalam kehidupan antar bangsa. Dijiwai oleh falsafah negara
Pancasila sebagai tuntutan moral dan etika, politik luar negeri
Indonesia ditujukan pada kepentingan nasional terutama
pembangunan nasional. Dengan demikian, politik luar negeri
merupakan bagian integral dari strategi nasional dan secara
keseluruhan merupakan salah satu sarana pencapaian tujuan
nasional.
b)Garis Politik Luar Negeri
Politik luar negeri Indonesia adalah bebas dan aktif. Bebas,
dalam pengertian bahwa Indonesia tidak memihak pada kekuatan-
kekuatan yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Aktif, dalam
pengertian peran Indonesia dalam peraturan Internasional tidak
bersifat reaktif dan Indonesia tidak menjadi objek peraturan
Internasional.
c)Ketahanan Pada Aspek Politik
Ketahanan pada aspek politik diartikan sebagai kondisi
dinamik kehidupan politik bangsa yang berisi keuletan, ketangguhan
dalam menghadapi dan mengatasi tantangan, ancaman, hambatan
serta gangguan yang datang dari luar maupun dalam, secara
langsung maupun tidak langsung untuk menjamin kelangsungan
hidup politik bangsa dan negara Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
a)Ketahanan Pada Aspek Politik Dalam Negeri
1)Sistem pemerintahan yang berdasarkan hukum, tidak berdasarkan
kekuasaan yang absolut, dimana kedaulatan berada ditangan
rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR sebagai penjelmaan
seluruh rakyat.
2)Mekanisme politik yang memungkinkan adanya perbedaan
pendapat. Namun perbedaan tersebut tidak menyangkut nilai
dasar, sehingga tidak menjurus pada konflik fisik. Disamping itu,
timbulnya diktator mayoritas dan tirankaminoritas harus dicegah.
3)Kepemimpinan Nasional maupun mengakomodasikan aspirasi
yang hidup dalam masyarakat dan tetap berada dalam lingkup
pancasila, UUD 1945 dan wawasan Nusantara.
4)Terjalin komunikasi politik timbal balik antara pemerintah dan
masyarakat dan antar kelompok atau golongan masyarakat
dalam rangka mencapai tujuan nasional dan kepentingan
nasional.
b)Ketahanan Pada Aspek Politik Luar Negeri
1)Hubungan luar negeri ditujukan untuk meningkatkan kerjasama
Internasional di berbagai bidang atas dasar sikap saling
menguntukngkan, meningkatkan citra positif Indonesia di luar
negeri, dan memantapkan persatuan bangsa serta keutuhan
NKRI.
2)Politik luar negeri terus dikembangkan menurut prioritas dalam
rangka meningkatkan persahabatan dan kerjasama antar negara
berkembang dan negara maju sesuai kemampuan demi
kepentingan nasional. Peran Indonesia dalam membina dan
mempererat persahabatan dan kerjasama antar bangsa yang
saling menguntungkan perlu diperluas dan ditingkatkan.
Kerjasama dengan negara-negara anggota ASEAN, terutama
dibidang ekonomi, IPTEK dan sosial budaya terus dilanjtkan dan
dikembangkan. Peran aktif Indonesia dalam gerakan Non-Blok
dan OKI serta mengembangkan hubungan demi kerjasama
antarnegara di kawasan Aisa Pasifik perlu terus ditingkatkan.
3)Citra positif Indonesia terus dikembangkan dan diperluas.
4)Perkembangan, perubahan, dan gejolak dunia terus diikuti dan
dikaji dengan seksama agar terjadinya dampak negatif yang
dapat mempengaruhi stabilitas nasional dan menghambat
kelancaran pembangunan dan pencapaian tujuan nasional dapat
diperkirakan secara dini.
5)Langkah kerjasama negara berkembang dengan negara industri
maju untuk memperkecil ketimpangan dan mengurangi
ketidakadilan perlu ditingkatkan melalui perjanjian perdagangan
internasional serta kerjasama dengan lembaga-lembaga
keuangan internasional
6)Perjuangan mewujudkan tatanan dunia baru dan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial melalui penggalangan, pemupukan solidaritas, kesamaan
sikap, serta kerjasama internasional dalam berbagai forum
regional dan global
7)Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia perlu dilaksanakan
dengan pembenahan sistem pendidikan, pelatihan, dan
penyuluhan calon diplomat secara menyeluruh. Perjuangan
bangsa Indonesia yang menyangkut kepentingan nasional,
seperti melindungi kepentingan Indonesia dari kegiatan
diplomasi negatif negara lain dan melindungi hak-hak warga
negara Republik Indonesia di luar negeri perlu ditingkatkan.
4.Pengaruh Aspek Ekonomi
a.Perekonomian Secara Umum
Perekonomian adalah salah satu satu aspek kehidupan nasioal
yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat, yang
meliputi produksi, distribusi, serta konsumsi barang dan jasa, dan
dengan usaha untuk meningkatkan, taraf hidup masyarakat.
b.Perekonomian Indonesia
Sistem perekonomian bangsa Indonesia mengacu pada pasal 33
UUD 1945, yang menyebutkan bahwa sistem perekonomian Indonesia
disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan.
Secara makro, sistem perekonomian Indonesia dapat disebut sebagai
sistem perekonomian kerakyatan.
c.Perekonomian Pada Aspek Ekonomi
Ketahanan ekonomi diartikan sebagai kondisi dinamis kehidupan
perekonomian bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan kekuatan
nasional dalam menghadapi serta mengatasi segala tantangan,
ancaman, hambatan, dan gangguan yang datang dari luar maupun
ancaman dalam negeri secara langsung maupun tidak langsung untuk
menjamin kelangsungan perekonomian bangsa dan negara Republik
Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Pencapaian tingkat ketahanan ekonomi yang diinginkan
memerlukan pembina berbagai hal, yaitu antara lain:
1)Sistem Ekonomi Indonesia
Diarahkan untuk dapat mewujudkan kemakmuran dan
kesejahteraan yang adil dan merata di seluruh wilayah Nusantara
melalui ekonomi kerakyatan serta untuk menjamin
kesinambungan pembangunan nasional berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945
2)Ekonomi Kerakyatan
a) Sistem free fight liberalism yang hanya menguntungkan pelaku
ekonomi kuat dan tidak memungkinkan berkembangnya ekonomi
kerakyatan
b) Sistem etatisme, dalam arti negara beserta aparatur ekonomi
negara bersifat dominan serta mendesak dan mematikan potensi
dari daya kreasi unit-unit di luar sektor negara.
c) Pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam bentuk
monopoli cita-cita keadilan sosial.
3)Struktur Ekonomi
Dimantapkan secara seimbang dan salin menguntungkan dalam
keselarasan dan keterpaduan antara sektor pertanian dan perindustrian
serta jasa.
4) Pembangunan Ekonomi, yang merupakan usaha
bersama atas dasar asas kekeluargaan dibawah pengawasan anggota
masyarakat, memotivasi dan mendorong peran serta masyarakat serta
aktif.
5.Pengaruh Aspek Sosial Budaya
Yang disebut "sosial disini pada hakikatnya adalah psergaulan
hidup dalam bermasyarakat yang mengandung nilai-nilai kebersamaan,
senasib, sepenanggungjawaban dan solidaritas yang merupakan unsur
pemersatu. Sementara "budaya" adalah sistem nilai yang merupakan
hasil cipta, rasa, dan karsa manusia yang menumbuhkan gagasan-
gagasan utama dan menjadi kekuatan pendukung dalam menggerakkan
kehidupan.
a.Strukrur Sosial di Indonesia
Dalam masyarakat, manusia hidup secara berkelompok sesuai
fungsi, peran dan profesinya. Kehidupan masyarakat terstruktus
berdasarkan peran dan fungsi masing-masing anggota.
b.Kondisi Budsaya di Indonesia
1.Kebudayaan Daerah
Dalam setiap kebudayaan daetah terdapat nilai-nilai budaya yang
tidak dapar dipengaruhi oleh budaya asing, yang sering disebut sebagai
local genius. Local genius ialah pangkal segala kemampuan budaya
daerah untuk menetralisir pengaruh negatif budaya asing.
2.Kebudayaan Nasional
a.Bersifat religius
b.Bersifat kekeluargaan
c.Bersifat serba selaras
d.Bersifat kerakyatan
3.Integrasi Nasional
Komunikasi dan integrasi suku-suku bangsa yang mendiami bumi
Nusantara ini pada tahun 1928 telah menghasilkan aspirasi bersama
untuk hidup bersama sebagai satu bangsa di satu tanah air. Aspirasi ini
terwujud secara sah dan diakui oleh bangsa-bangsa lain di dunia melalui
Proklamasi Kemerdekaan tangga 17 Agustus 1945. Kenyataan sejarah
menunjukkan bahwa keanekaragaman budaya justru merupakan hikmah
bagi bangsa Indonesia dan dimasa lalu telah mampu memunculkan
faktor-faktor perekat persatuan atau integrasi bangsa. Di masa depan,
upaya untuk melestarikan keberadaan keberadaan faktor perekat
persatuan bangsa, yaitu keinginan dan semangat untuk hidup dan
meraih cita-cita bersama, akan menjadi tugas seluruh warga bangsa.
c.Ketahanan pada Aspek Sosial Budaya
Ketahanan di bidang sosial budaya atau ketahanan sosial budaya
diartikan sebagai kondisi dinamis budaya bangsa Indonesia yang berisi
keuletan, ketangguhan, dan kemampuan untuk mengembangkan
kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan
ancaman, hambatan serta gangguan dari luar maupun dari dalam yang
langsung maupun tidak langsung membahayakan kelangsungan
kehidupan sosial budaya bangsa dan negara Republik Indonesia.
6.Pengaruh Aspek Pertahanan dan Keamanan
a.Pokok-pokok Pengetahuan Pertahanan dan Keamanan
Pertahanan dan keamanan Indonesia adalah kesemestaan daya
upaya seluruh rakyat Indonesia dalam mempertahankan dan
mengamankan negara demi kelangsungan hidup bangsa dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Tujuannya adalah untuk menciptakan keamanan bangsa dan
negara dalam rangka mewujudkan Ketahanan Nasional Indonesia.
Ketahanan pertahanan dan keamanan diartikan sebagai kondisi
dinamik kehidupan pertahanan dan keamanan bangsa Indonesia yang
mengandung keuletan, ketangguhan, dan kemampuan dalam
mengembangkan menghadapi dan mengatasi segala tantangan dan
hambatan yang datang dari luar maupun dari dalam, yang secara
langsung maupun tidak langsung membahayakan identitas, integritas,
dan kelangsungan hidup bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
b.Ketahanan pada Aspek Pertahanan dan Keamanan
Pertahanan dan keamanan harus dapat mewujudkan
kesiapsiagaan serta upaya bela negara, yang berarti berisi ketangguhan,
kemampuan dan kekuatan melalui penyelenggaraan Siskamnas
(Sishankamrata) untuk menjalin kesinambungan Pembangunan Nasional
dan kelangsungan hidup bangsa dan negara berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945.
c.Keberhasilan Ketahanan Nasional Indonesia
Ketahanan nasional pada hakikatnya bergantung kepada
kemampuan bangsa dan negara dalam mempergunakan aspek alamiah
(trigatra) sebagai dasar penyelesaian kehidupan nasional dalam segala
bidang yang ada dalam pancagatra.
Ketahanan nasional mengandung pengertian holistic yang di
dalamnya terdapat hubungan antargatra dalam keseluruhan kehidupan
nasional (astragatra)
Kelemahan salah satu bidang mengakibatkan kelemahan bidang
lain dan mempengaruhi kondisi keseluruhan
Ketahanan nasional bukan merupakan sejumlah ketahanan
segenap gatranya, melainkan satu resultsan keterkaitan yang integratif
dari kondisi-kondisi dinamis kehidupan bangsa dibidang ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya dan pertahanan dan keamanan.
Untuk mewujudkan keberhasilan Ketahanan Nasional setiap
warga negara Indonesia perlu memiliki semangat perjuangan bangsa
dalam bentuk Perjuangan Non Fisik yang disertai keuletan dan
ketangguhan tanpa kenal menyerah dan mampu mengembangkan
kekuatan nasional dalam rangka menghadapi segala tantangan,
ancaman, hambatan dan gangguan yang datang dari luar maupun dari
dalam untuk menjamin identitas, integritas, kelangsungan hidup bangsa
dan negara serta pencapaian tujuan nasional.
Sadar dan peduli akan pengaruh-pengaruh yang timbul pada
aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan
keamanan sehingga setiap warga negara Indonesia dapat mengeleminir
pengaruh tersebut.
7.Aspek Ilmu Pengetahuan
Untuk mencapai percepatan kemandirian dan kesejahteraan
berbaris dukungan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Dilakukan
lewat penguatan empat pilar knowledge based economy (KBE), yaitu:
System Pendidikan
Sistem Inovasi
Infrastruktur masyarakat informasi
Kerangka kelembagaan, peraturan perudangan, dan ekonomi
Perbaikan kualitas pelayanan kesehatan dan pendidikan
Mewujudkan tumbuhnya masyarakat yang berbudaya IPTEK4
4 Muladi (Gubernur Lemhannas) “Ketahanan Ekonomi Kaitannya dengan Ketahanan Nasional” Lemhannas, Jakarta, 2007
BAB II
MEMBENTUK KARAKTER SUATU BANGSA
Ada apa dengan bangsa ini?
Ada suatu pertanyaan kolektif yang belakangan ini diam-diam
menyelundup ke dalam sanubari kita: apa yang sedang terjadi dengan
bangsa ini? Mengapa sebagian masyarakat kita berubah menjadi
masyarakat pemarah, pendengki dan pendedam? Rasa aman di negeri
ini seolah pupus. Berita-berita di media massa semakin hari semakin
mengerikan dan mendirikan bulu roma, seolah manusia Indonesia telah
kehilangan hati nurani dan rasa kemanusiaan dengan melakukan
berbagai tindakan yang diluar logika manusia. Ironisnya, masyarakat
justru semakin menggemari dan menikmati berita dan tayangan sejenis
itu.
Akibatnya, masyarakat menjadi mudah curiga terhadap sesama.
Hal ini tidak aneh, sebab menurut seorang psikologi, Maslow, kebutuhan
rasa aman terhadap segala macam bentuk ancaman dari luar adalah
termasuk kebutuhan dasar manusia; di samping kebutuhan fisiologis
yang mencakup pangan., sandang, papan, dan kesehatan. Manusia
akan merasa terancam bukan saja oleh adanya pertiksisn, paksaan,
serangan secara fisik, dan anarki, melainkan juga oleh perlakuan tidak
adil, tidak jujur, dan tekanan batin. Contoh konkritnya dadlah ketika
seseorang terkait dengan masalah hukum, pihak keluarga biasanya
bukan mencari pengacara, tetapi mencari siapa yang kenal dengan polisi
atau atasan itu. Inilah kenyataan empiric di masyarakat yang
menunjukkan tidak adanya rasa aman walaupun pada penegak hukum;
rasa tidak aman kalau polisi atau penyidik tidak menjalankan tugas
dengan benar.
Seolah hendak menggenpi pandangan Maslow, perilaku tidak
jujur, penyelewengan, dan niatan korupsi di negeri ini juga semakin
mengerikan dan lebih terang benderang ketimbang di masa-masa lalu.
Lengkaplah sudah ancaman terhadap kebutuhan dasar manusia kita.
Lalu kemana kah bangsa yang ramah, penuh senyum, dan berjiwa
gotong royong?
Manusia akan merasa terancam bukan saja oleh adanya pertikaian, paksaan,
serangan fisik, dan anarki, melainkan juga oleh perlakuan tidak adil, tidak jujur,
dan tekanan batin.5
Krisis ekonomi dan moneter yang mencekam sejumlah Negara,
termasuk negeri kita selama tujuh tahun silam, bisa saja dituduh sebagai
biang keladi hilangnya keramahan di masyarakat kita. Pasalya, krisis
mau tak mau memaksa masyarakat untuk hidup lebih keras lagi dalam
memenuhi kebutuhan hidup. Namun, disaat Negara-negara lain mulai
pulih dari krisis dan mulai bangkit kembali, kita justru seolah terlena oleh
keterpurukan, mengalami krisis di segala bidang (krisis multidimensi),
kesan yang mencuat adalah negeri ini seolah membiarkan dirinya
berjalan lambat. Bahkan, beberapa hal diam ditempat atau mundur.
Sebab, memang para pemain kunci di Negara ini, entah di jajaran
legislative, eksekutif, maupun yudhikatif, tidak bersungguh-sungguh
berbenah diri dalam berupaya beradu cepat dengan Negara lain dalam
berbagai hal.
Pada fasa selanjutnya, krisis multidimensi yang mendera bangsa
Indonesia itu bermetamorfosis menjadi krisis intelektual dan nurani
kemunusiaan. Kebiasaan untuk tidak menghargai bahkan cenderung
mencurigai dan membenci mereka yang berbeda (dalam segala hal)
justru semakin mudah terpicu; mewujudkan dalam berbagai wujud
praktik destruktif, dan tindak kekerasan dalam menyelesaikan masalah,
kemarahan dan korupsi, kolusi, nepotisme (KKN).
Belum lagi banyak pemimpin kita dan mungkin diri kita sendiri
yang saat ini sudah tidak memilik keteladanan untuk memeuhi
komitmen. Kelemahan ini menguat sejalan dengan lunturnya kepribadian
manusia yang tidak sincere lagi, tidak tulus ikhlas dan lebih senang pada
hal-hal semu. Konfik kepentingan terjadi disana sini, membelit hampir di
setiap lini kepemimpinan bangsa. Tentu, ini bukan perkara yang mudah
diurai untuk dicari simpulnya karena bagaimana pun juga hal ini terkait
erat dengan masalah jati diri, baik sebagai pribadi, kelompok, maupun
bangsa. Sehingga pertanyaan yang muncul kemudian adalah
bagaimana nasib bangsa ini kelak?
5 H. Soemarno Soedarsono, 2000, Penyemaian Jati Diri Bangsa, Gramedia Jakarta
Sejarah Perjalanan Bangsa
Bicara soal nasib bangsa tentu harus menyinggung soal
perjalanan bangsa hingga hari ini. Sebagai bangsa yang memiliki
sejumlah aspek potensial tidak seharusnya kita berlama-lama
mengalami keterpurukan. Kondisi masyarakat yang terjadi akhir-akhir ini
sungguh ibarat kita sedang membalik sejarah bangsa kembali ke tititk
nadir. Upayanya, pembangunan untuk menuju masyarakat adil, makmur,
aman, dan tertib,di nafiakan, dianggap kau sebagai “bagian” dari zaman
pemerintahan lama yang harus disingkiri.
Memang ada pendapat yang mengatakan bahwa di Negara
berkembang, pembangunan akhirnya menjadi mitos. Sebuah keyakinan
bahwa pembangunan pada akhirnya dapat membuat Negara-negara
terbelakang mampu mengejar ketertinggalanya untuk menjadi setara
dengan Negara yang maju. Akan tetapi, kenyataannya sebagian besar
perjalanan pembangunan di Negara-negara tersebut berujung pada
jalan buntu. Meski demikian, terlepas dari buruknya citra “pembangunan”
di masa lalu dan atas nama “reformasi”, bukan lalu berarti di masa kini
kita boleh seenaknya mencederai hasil pembangunan itu dengan
mengakili keadilan, mengingkari kemakmuran, menghilangkan rasa
aman, menodai ketertiban. Terhadap pencederaan itu, dapat dikatakan
bangsa ini telah kenyang dengan akibat yang ditimbulkannya.
Pembangunan nasional yang telah berjalan seolah dipatahkan di sana
sini sehingga kembali di titik nol. Kerusuhan Mei 1998, pertikaian
anataretnis, pertikaian antaragama, dan upaya separatisme telah
memutus sendi-sendi yang menyokong berjalannya pembangunan
bangsa. Sikap toleransi dan tenggang rasa telah disemaikan sejak lama,
pupus begitu saja diganti dengan sikap saling curiga dan fanatisme
sempit. Hati nurani sudah tidak lagi menjalankan fungsinya sebagai
pemberi arah atau sebagai filter bagi pemiliknya.
Oleh karena itu, jika dibayangkan dalam bentuk kurva maka kurva
sejarah bangsa ini terlihat sedang munurun. Lihat saja, di zaman Orde
Baru, tercatat Indonesia pernah memosisikan diri dari Negara miskin
menjadi Negara berkembang, kemudian dari Negara berkembang
menjadi Negara berpendapatan menengah. Tetapi, di penghujung abad
ke-20 merosot kembali menjadi Negara miskin karena tertimpa krisis
ekonomi dan moneter 1997.
Namun, hingga hari ini rasanya Indonesia belum kunjung keluar
dari krisis. Padahal, secara riil Indonesia memiliki peluang untuk pulih.
Tersedianya sumber daya alam yang melimpah, penduduk atau sumber
daya manusia, dan sumber daya ekonomi yang meruah. Lalu mengapa
kita masih seperti ini? Kelemahan Indonesia yang paling utama adalah
lemahnya manajemen pembangunan nasional sebagai akibat dari
lemahnya kepemimpinan nasional. Akan tetapi, jika mau menelusur lebih
dalam lagi, kelemahan ini bermuara pada kepribadian yang tidak tulus
ikhlas dan senang pada hal-hal semu. Siapakah yang bertanggung
jawab atas semua ini? Tidak ada yang patut dari bangsa yang ternyata
memang belum memiliki ketajaman intuisi dalam memilih pemimpin-
pemimpinnya.
Oleh karena itu, agar kurva sejarah bangsa tidak terus merosot
maka kita tidak boleh mengulang kesalahan yang sama. Kita masih
mempunyai kesempatan untuk bersama-sama memperbaiki kehidupan
bangsa. Dalam hal ini. Pemilu 2004 tanpaknya menjadi momentum yang
menentukan.
Pemilu 2004: Momentum yang Menentukan
Pemilihan umum di Negara ini belum sepenuhnya sempurna,
meski sudah berkali-kali dilaksanakan. Sejarah mencatat, sejak
berlakunya demokrasi terpimpin 1957, peranan partai politik mulai surut.
Hal ini terus berlangsung selama periode orde baru, tetapi lalu bangkit
kembali lewat pemilu 1999. Kebangkitan peran partai politik ini
ditunjukkan dengan maraknya partai peserta pemilu, yang dengan penuh
semangat, berlomba-lomba adu argument dan berusaha menarik simpati
masyarakat. Keyakinan pun sempat muncul bahwa dengan pemilu yang
demokratis ini krisis multidimensi di negeri ini akan selalu berlalu.
Supremasi hukum bakal jadi panglima, praktik korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN) akan sirna. Pemulihan ekonomi dalam negri bakal
segera terwujud.
Pemerintahan yang sekarang berlangsung adalah hasil dari
pemilu kita Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tidak dapat saling
menjatuhkan. Dalam perjalanan waktu, semangat untuk saling
mengontrol dan mengkritik tampak begitu bergairah. Banyak yang
mengatakan bahwa semangat untuk belajar berdemokrasi di negeri ini
begitu besar.
...kita belum juga berhasil menemukan kepemimpinan yang besar,
kepemipinan yang menjanjikan dan mampu membuktikan janji
kehidupan di masa depan yang lebih baik.
Namun, kenyataan berbicara lain kita belumjuga berhasil
menemukan kepemimpinan yang besar; kepemimpinan yang
menjanjikan dan mampu membuktikan janji kehidupan di masa depan
yang lebih baik. Yang terlihat setelah hampir lima tahun ini adalah suatu
ketidakpastian yang kian mencolok. Janji janji dari semua parpol peserta
pemilu hilang bersama angin. Parpol hanya melihat kepentingan diri
sendiri, termasuk membela anggotanya yang terlibat korupsi atau
menyalahi aturan. Jiwa besar dan lapang dada telah terabaikan.
Padahal, jiwa besar adalah modal utama untuk mau memperbaiki diri.
Padahal pula, hanya kepemimpinan yang baik dan kapabellah yang bisa
memulihkan keunggulan organisasi. Harus diakui bahwa jika terjadi
ketidakmampuan dari sebuah kepemimpinan maka kondisi itu dapat
menjalar ke pelabagi organisasi, baik ekonomi, politik, sosial, maupun
keamanan. Baik secara perorangan maupun kelembagaan.
Inflasi Indonesia sempat melonjak hingga 650%. Tim ekonomi yang
ditugaskan oleh Soeharto untuk “menjinakkan inflasi”, mengistilahkannya
dengan mewarisi “gajah mengamuk”. Dalam kuru waktu sepuluh tahun
angkanya menjadi kurang dari 15%. Bahkan setelah tahun 1983, inflasi
selalu berada di bawah angka 10%. Strategi untuk “menjinakkan” inflasi
sangat bervariasi. Lihat Radius Prawiro, Pergulutan Indonesia
Membangun Ekonomi: Pragmatisme dalam Aksi.
Soeharto misalnya, benar ia pernah menyelamatkan Indonesia
dari kebangkrutan, tetapi ia gagal memepertahankannya.6 Semantara,
Presiden-presiden sesudahnya tampaknya ”belum sempat” berbuat lebih
banyak untuk memberikan kehidupan yang berkemanusiaan dan
berkeadilan. Selain masalah ketidakmampuan kepemimpinan nasional,
hal ini diperburuk lagi oleh praktik “balas dedam” dalam panggung politik
nasional. Sebuah studi dari Booz-Allen & Homilton menemukan fakta
6 Soeharto (1998) “Menjinakkan Ekonomi” Gramedia Pustaka Utama Jakarta
yang cukup menyakitkan, yakni menyebutkan bahwa Indonesia adalah
negara dengan tingkat good governance paling rendah di antar negara
tetangganya.
Upaya penegakan good governance (tatkala pemerintah yang
baik) merupakan paradigma baru yang belum tuntas diperdebatkan,
menggantikan paradigma clean goverment (pemerintah yang bersih)
yang muncul sebelumnya. Jika clean goverment menggambarkan
produk kelembagaan yang dicita-citakan bebas dari penyimpangan,
karna bersifat statik sepihak, maka good governance menuntut keadaan
dan proses yang harus dilakukan untuk tercapainya cita-cita
kelembagaan itu sehingga bersifat dinamik dan melibatkan banyak
pihak*. Praktik good governance jelas masih jauh dari harapan. Sebab,
di dalamnya aroma KKN bahkan semakin muncul kepermukaan, baik
terkait dengan parpol, pejabat korupsi dalam kaitan otonomi daerah,
ataupun KKN dalan tender barang dan jasa.7 sungguh kenyataan yang
sangat memprihatinkan dan memerlukan sebuah kerja besar untuk
memperbaikinya. Kesempatan untuk itu masi ada dan masih terbuka,
tinggal bagaimana kita akan memanfaatkan kesempatan itu, bukan
untuk kepentingan pribadi dan golongan, tapi untuk kepentingan bangsa.
Pemilu 2004 dikatakan sebagai moment yang menentukan sebab
pemilu ini berbeda dari pemilu-pemilu sebelumnya. Setelah ditata ulang
disana-sini, maka pada pemilu kali ini rakyat tidak lagi ibarat memilih
kucing dalam karung untuk mendapatkan pemimpin rasional, tapi
bertanggung jawab langsung dalam memilih pemimpinnya. Sejak MPR
menetapkan model pemilihan presiden secara langsung lewat
amandemen UUD 1945, otimisme kita atas pemulihan stbilitas politik
mulai menunjukkan tanda-tanda politik. Kesempatan ini akan mendi
kesempatan emas bila domafaatkan secara baik dan penuh kesadaran,
tetapi kesempatan ini pun bisa hilang bila disia-siakan, salah memilih
pemimpin, atau dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi dan golongan.
Untuk hal yang terakhir itu, taruhannya sangat berat: perpecahan
bangsa dan negara!
Jadi, siapkah kita untuk bersama-sama membangun dan
membangkitkan kembali kejayaan bangsa? Memilih pemimpin nasional 7 Erry Riyana Hardjapamekes “Pembinaan Kelembagaan Dalam Rangka Penegak God
Govermance, Masyarakat Transportsi Indonesia” (2002) Jakarta
yang benar-benar berkomitmen dan memiliki karakter unggul.
Mewujudkan Ketahanan Bangsa secara buttom up.
Kepercayaan masyarakat luas terhadap pemerintah dan lembaga
pembuat keputusan disadari atau tidak terasa kian menyurut belakangan
ini. Banyak tuntutan yang meminta agar mereka yang sedang berada di
pusat kekuasaan mau sedikit memperbaiki watak. Sayang sekali
tuntutan ini seolah bertepuk sebelah tangan. Bukannya terjadi perbaikan
watak para pemimpin, tetapi justru semakin memudarnya rasa malu.
Benarlah bila dikatakan dalam praktik sehari-hari akan lebih mudah dan
cepat mengajak orang melakukan hal-hal benar, lurus, dan bersih lebih
sulit dari pada mengajak orang melakukan hal-hal yang sedikit
menyimpang, hingga akhirnya benar-benar menyimpang. Dimulai dari
berbohong, membuat kuitansi fiktif, mark up proposal, sampai
puncaknya adalah manupulasi tanpa batas.
...yang terjadi bukan lagi pola bottom up, melainkan top down, yakni
ketika seseorang berfungsi sebagai panutan bagi orng lain.
Implementasi semacam ini akan lebih mempercepat perbaikan karakter
bangsa ini, sebagai bangsa yang masih paternalistik
Mengharapkan terjadinya perubahan watak secara radikal dari
para pemimpin rasanya akan memakan waktu lama, membuang energi,
atau bahkan sia-sia. Oleh karena itu, mengapa kita tidak mencobanya
dengan pendekatan lain, yaitu pembetukan watak dengan pola bottom
up, diawali dari diri sendiri, lalu meningkat kekeluarga, lingkungan,
masyarakat dan terakhir adalah bangsa, barang kali memang lewat
pemahaman pola pemikiran ini bahwa sebelum menuntut perbaikan
orang lain, sebaiknya kita memperbaiki karakter sendiri. Seperti kata
John F. Kennedy yang sangat terkenal: “jangan tanyakan apa yang
negara dapat lakukan untukmu, tetapi tanyakanlah pada dirimu sendiri,
apa yang dapat kamu lakukan untuk negerimu. ” Bahkan, bila ditarik
lebih ke belakang, M. Quraish Shihab mengatakan bahwa cara inilah
yang pernah ditempuh dan dibuktikan keberhasilannya oleh para Nabi
dan penganjur kebaikan “mulailah dari dirimu, kemudian keluargamu”
begitulah sabda Nabi Muhammad SAW yang berhasil mengubah
karakter masyarakat jahiliyah dan membangun satu masyarakat yang
berhasil menerapkan lalu menyebarkan nilai-nilai luhur di seluruh
persada bumi.
Falsafah ini tentu akan semakin penting dan bermakna bila
pribadi-pribadi yang mengembangkan adalah mereka yang mempunyai
peran penting di masyarakat termasuk diantaranya adalah para
pemimpin bangsa ini beserta seluruh ajaran aparatur pemerintahannya.
Dengan demikian, yang terjadi bukan pola buttom up melainkan top
down, yakni ketika seseorang berfungsi sebagai panutan bagi orang lain.
Implementasi semacam ini akan lebih mempercepat perbaikan karakter
bangsa ini; sebagai bangsa yang masih paternalistik. Idealnya, bila
pendekatan ini berhasil diimplementasikan oleh seluruk komponen
bangsa ini niscaya masalah yang important dan urgent di neheri ini akan
teratasi secara bersama. Sebagai pondasi dari pendekatan ini adalah
iman dan takwa, dengan imbauan menjalankan perintah agama dan
kepercayaan secara benar, sungguh-sungguh dan konsisten. Dengan
mengamalkan ajaran agama dengan benar maka kita akan bisa
merasakan apa yang menjadi amanah hidup kita, yaitu keselarasan
secara vertikal dan horisontal. Ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa:
menyembah, mengabdi berbakti, berserah diri, dan hanya padaNya kita
memohon bantuan dan pertolongan, disamping ibadah kepada sesama
makhluk Tuhan.
Dalam kaitannya dengan munusia Indonesia maka kepribadian
yang mengacu pada nilai sistem pancasila harus dapat terlihat secara
nyata dalam kehidupan sehari-hari. Kepribadian yang terbakar tumbuh
dan berkembang menjadi ketahanan pribadi niscaya tidak akan mudah
goyah ataupun berubah, kendati diguncang berbagai pengaruh dalam
segala bentuknya. Sebagai tuntutan dan tujuan hidup bangsa, Pancasila
diharapkan dapat dipahami. dihayati, dan diamalkan dalam kehidupan
sehari – hari. Lewat kelima silanya, terlihat dengan jelasapa
sesungguhnya yang diharapkan dari seorang manusia yaitu, memiliki
iman dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa; memiliki cinta
tanah air; memiliki rasa persatuan dan kesatuan, mendambakan
kerukunan dan kebersamaan; meyakini adanya kesamaan hak (tidak
ada dominasi dari yang satu terhadap yang lain).
Akan tetapi, mengapa yang terjadi belakangan ini justru bertolak
belakang dengan kepribadian Pancasila? Sifat ramah tamah, sopan
santun, dan suka menolong yang sering dilekatkan kepada kita ternyata
telah mengalami deteriorisasi atau perusakan yang cukup mencolok.
Sifat ramah tamah berubah menjadi sifat beringas, sifat sopan santun
berbalik menjadi kasar, berangasan dan barbar, sifat suka menolong
memudar menjadi egois dan hanya mementingkan diri atau
kelompoknya. Sementara, perbedaan suku, agama, ras, clan
antargolongan bukannya memperkokoh toleransi dan persatuan, tetapi
malah memperuncing perbedaan.
Inilah yang pertama-tama perlu diperangi dalam diri pribadi kita,
lewat pemantapan atau penegasan kembali pembangunan karakter.
Sebab, hanya dengan kepribadian yang utuh dan koKoh, seseorang
akan tampil sebagai manusia dengan watak yang dapat diandalkan,
berperinsip teguh dengan fokus perhatian pada keinginan untuk
menyelesaikan tugas secara tuntas.
Dengan memiliki ketahanan pribadi maka setiap manusia
Indonesia dapat menunjukkan ciri atau warna dasar kepribadian
Pancasila; bekal utama yang dibutuhkan demi terbentuknya integritas
dan identitas bangsa. Kedua hal itulah yang nantinya alkan
membedakan pribadi yang satu dengan yang lain, t begitu juga
kepribadian bangsa yang satu dengan yang lain.
Ketahanan pribadi yang perlu ditumbuhkembangkan pada
dasarnya berkaitan erat dengan lingkup keberadaan setiap individu.
Seperti diketahui, lingkup terdekat setiap individu adalah lingkungan
keluarga. Oleh karena itu, ketahanan pribadi juga berkaitan erat dengan
ketahanan keluarga, begitu juga sebaliknya. kondisi dan kualitas
keluarga. Kondisi masa depan kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan,
dan kenegaraan kita pada akhirnya juga tergantung pada
kesinambungan upaya kita mebina kualitas kehidupan keluarga
Ketahan pribadi yang tangguh akan memperkukuh ketahanan
keluarga, begitu seterusnya akan mebantu memperteguh ketahanan
lingkungan, kerahanan daerah, dan akhirnya akan dapat mewujudkan
ketahanan nasional yang kita dambakan.
Kita memiliki karakter yang mulia, tetapi nilai-nilai yang mulia itu tidak
akan dengan sendirinya terpancar dalam kehidupan kita sehari-hari
seandainya kita “mengawinkannya” dengan tindakan-tindakan yang
bertentangan atau tindakan tidak mulia
Dalam bahasa yang lebih sederhana, seseorang akan dikatakan
memiliki ketahanan pribadi bila ia mempunyai daya tahan atau
kekebalan untuk menepis atau menolak semua hal yang tidak baik;
misalnya berbuat ABS, berbuat uang palsu dan semu, mencari selamat,
mencari muka, atau mencari kambing hitam. Di dalam keluarga, ia dapat
dipastikan akan menularkan ketahannya itu kepada keluarganya
sehinnga ia akan memiliki keluarga yang harmonis-bahagiakarena
dilandasi uleh saling percaya dan menghargai. Terlepas dari masalah
kaya atau miskin, apabila orang tua memberikan terbaik, mencurahi
anak dengan kasih sayang, pola dan sistem nilai keluarga ituiah yang
akan melekat pada anak dalam perturnbuhan dan perkembangannya.
Pada tingkat yang lebih lanjut, seseorang yang memiliki
ketahanan pribadi tentu akan menularkannya ke lingkungan-
lingkungannya, baik lingkungan kerja maupun lingkungan tempat tinggal.
Di lingkungan kerjanya atau organisasi, ia tentu akan menjadi
sosok yang penuh keteladanannya bisa menangkap visi dan misi
perusahaan dan menerapkannya dalam kinerjanya, serta mengikis
terbentuknya pola hidup feodal. Sebagai bagian dari suatu tim kerja
maka ia tentu akan memberi keteladanan pada sesama kanyawan. Dari
sinilai maka akan terbentuk ketahanan perusahaan, terbentuk jati diri
perusahaan sebagai modal dalam memasuki kompetisi bisnis.
Ketangguhan perusahaan tentu akan lebih mudah dibentuk bila dipimpin
oleh seseorang yang memiliki keteladanan, yakni ketahanan pribadi
yang tangguh. Sebagai pengambil keputusan, bila ia dapat bertindak
bijaksana maka keseimbangan dan keserasian di antara komponen
perusahaan atau organisasi tentu akan terwujud.
Ketahanan lingkungan tempat tinggal adalah kondisi dimana
dinamis yang ditampilkan oleh sekelompok orang yang bertempat tinggal
dalm suatu lingkungan tertentu, misalnya RT, RW, Kelurahan, atau
Kecamatan. Kebersamaan yang ditampilkan oleh kelompok ini akan
mencerminkan keuletan dan ketangguhan serta kemampuan untuk
menghadapi segala bentuk ancarnan, tantangan, hambatan, dan
gangguan. Menciptakan ketahanan lingkungan bukanlah hal yabg sulit.
Kuncinya adalah kebersamaan. Di antara penghuni lingkungan Au,
Siskamlong misalnya, buka sekedar “jaga malam”, tetapi di situ ada nilai-
nilai kebersamaan yang bisa dikembangkan sehingga paradigma “tugas
jaga bisa diganti uang” harus ditepis dan dihindaro. Kecenderungan
yang terjadi di kota-kota besar dan mulai merembet ke kota-kota kecil
adalah sikap egais yang hanya mementingkan diri sendiri. Padahal
dengan kebersamaan, kita bisa mengenal lebih dekat sesama penghuni
suatu lingkungan, mulai dari tingkat RT, RW, Kelurahan hingga
Kecamatan dan secara bersama-sama pula membangun ketahanan
lingkungan.
Inilah karakter yang hendak kita bangun bersama, yang bila bisa
ditumbuhkembangkan di satuan- satuan sosial yang lain, secara
bersama-sama akan menjadi tulang punggung dalam terwujudnya
karakter bangsa sebgai modal utama membangun ketahanan nasional.
Dan, hanya dengan pendekatan bottom up-yaitu mulai dari diri sendiri-
pembaruan karakter bangsa dapat terwujud. Katakanlah misalnya kita
memiliki kara.kter yang mulia, tetapi nilai-nilai yang mulia itu tidak akan
dengan sendirinya terpancar dalam kehidupan kkita sehari-hari
seandainya kita “mengawinkannya” dengan tindakan-tindakan yang
bertentangan atau tindakan yang tidak mulia.
Bayangkan saja, seandainya mereka yang mempunyai jabatan
atau kedudukan penting tergerak untuk mulai memperbaiki diri sendiri
maka mereka sekaligus akan menjadi panutan baik bagi keluarga
maupun bawahan mereka. Sungguh ini akan menjadi suatu gerakan
yang luar biasa indahnya bagi kehidupan bangsa. Dalam hal ini, budaya
bergantung atau bercermin atau meniru pada pimpinan, yang semula
berkonotasi negatif, dapat dimanfaatkan untuk menumbuhkan kebiasaan
positif bawahan. Pendeknya, sekali saja kita bertekad menumbuhkan
ketahanan pribadi maka efek bola salju pasti akan terjadi. Dan, jika ini
berlangsung pada lebih satu pribadi, bisa dibayangkan berapa efek bola
salju akan terjadi. Melihat hal ini, kita boleh optimis bahwa masih ada
harapan bagi hari depan bangsa Indonesia yang lebih cerah.
BAB IV
TANTANGAN DEMOKRASI
Belajar dari George Washington
Peristiwa mei 1998 tentu masih sangat kuat adad dalam ingatan
kita. Sebuah peristiwa yang sangat panjang dan melelahkan akhirnya
berubah lengsernya presiden RI yang ke-2, Soeharto, dari tampuk
kepemimpinan nasional. Kala itu, pernyataan pengunduran diri soeharto
disambut dengan tempik sorak anak bangsa, baik sudah berhari-hari
menduduki gedung rakyat maupun hanya mengikuti detik-detik
menegangkan itu lewat televise dan radio. Namun, kegembiraan itu tidak
lama karena Soeharto secara sepihak menyerahkan tampuk
kepemimpinannya kepada wakilnya, Habibie.
Banyak orang tahu, sejak di Makasar dulu Habibie sudah
menganggap Soeharto sebagai ayahnya sendiri. Karena itu, Soeharto
membacakan pasal 8 UUD 1945, Habibie tampak ragu-ragu maju
kedepan berdiri menggantikan posisi “sang ayah”. Soeharto maklum,
ada semacam perasaan kurang enak pada habibie saat itu. Dengan
tangan terbuka , Soeharto menyilakan pemegang tongkat estafet
kepresidenan setelah dirinya itu maju. Lalu tanpa ekspresi dia mundur.
Sambil menyilangkan kedua tangannya kedepan, wajahnya nyaris tanpa
ekspresi menyksikan Habibie mengalah. Saat itu Habibie tampak gugup.
Tangannya gemetaran ketika memegang teks sumpah presiden yang
akan diucapkannya. Ia seakan tak percaya peristiwa yang tengah terjadi.
Harapan mempunyai presiden baru yang barangkali sempat
menyesaki dada tiap anak bangsa saat itu, yang selama 32 tahun lebih
seolah kehilangan hak untuk memiliki harapan itu, mengenduk kembali.
Peristiwa ini seolah hendak menggenapi sinisme yang berkembang luas
di masyarakat bahwa ‘menjadi’ presiden di negeri ini hanya boleh
sebatas pada cita-cita semasa kanak-kanak. Oleh karena itu,tidaklah
mengherankan bila hingga hari ini, setiap kali ada peristiwa ganti
presiden, disambut masyarakat dengan antusiasme tinggi, bahkan
terkadang berlebihan. Boleh dibilanh, saat ini kita sedang berada dalam
fase senang-senangnya ganti presiden. Tetapi, sekaligus menunjukkan
bahwa kita masih belum menemukan sosok yang benar kepabel dan
layak. Forum-forum demokrasi sering berubah menjadi ajang caci maki
dan saling menjatuhkan. Bahkan tak luput ketinggalan praktik-praktik
jual-beli suara pun dimainkan.8
Washington melihat adanya potensi akumulasi kekuasaan pada
individu presiden.
Berbeda dengan Soeharto yang bertahan memimpin negeri ini
selama enam periode berturut-turut, presiden pertama Amerika, George
Washington, justru menolak ketika diminta oleh rakyatnya untuk menjadi
presiden yang ketiga kalinya. Akan tetapi dengan penuh kearifan dia
tidak menerima desakan itu. Ssat itu Washington dihadapkan pada dua
pilihan. Disatu sisi dia menyadari sebagai satu-satunya figure yang
mampu menyatukan seluruh kekuatan di Amerika, sekaligus disegani
oleh Inggris dan Perancis. Di sisi lain, Washington melihat adanya
potensi akumulasi kekuasaan pada individu presiden. Meski,
Washington tidak berniat untuk mengakumulasi kekuasaan, ia sadar
bahwa pilihannya akan dijadikan rujukan oleh presiden berikutnya.
Apalagi pada saat itu konstitusi Amerika belum membatasi jumlah masa
jabatan seorang presiden. Padahal, seandainya ia mau, ia dapat dengan
mudah mengusahakan amamdemen atau perubahan konstitusi. Bahkan,
melihat reputasi dukungan rakyat dimasa itu, para sejarawan percaya
bahwa Washington bisa dipilih setiap empat tahun sekali sampai akhir
hayatnya. Namun, hal itu tidak dilakukannya demi sebuah keteladanan
untuk memenuhi komitmen pada bangsa dan Negara.
Washington akhirnya berpendapat bahwa meski konstitusi
membenarkan, cita-cita untuk berdemokrasi akan sulit tercapai bila
presiden dipilih berkali-kali. Oleh karena itulah, ia memilih membatasi
diri. Dengan suka reela ia berhenti dan mengakhiri masa jabatannya
setelah dua periode pada 4 maret 1787. Setelah lebih dari 150 tahun
sejak tradisi “dua periode cukup” ini dicanangkan oleh Washington,
kongres AS melakukan baru amandemen dalam konstitusi. akhirnya,
sejak 1959 konstitusi AS secara resmi membatasi masa jabatan seorang
presiden menjadi dua periode.
8 Basofi Soedirman (2003) “Antara Pena dan Pedang”. Surabaya
Anies Basweden, “Menjadi Mantan Presiden: Tradisi Politik di Amerika”, dalam
penerbitan kompas, reformasi kehidupan bernegara: dari krisis ke reformasi
(Jakarta: Penerbit Harian Kompas, 1999), hl. 77. Keberanian Washington untuk
menolak dipilih kembali pada periode ketiga merupakan tonggak penting dalam
tradisi demokrasi dunia.
Teladan yang ditunjukkan oleh George Washington rupanya tidak
sia-sia dan terus melekat kuat didalam ingatan bangsa Amerika Serikat.
Misalnya saja pada saat terjadi persaingan ketat antara George W.Bush
dengan Al Gore dalam merebut kursi kepresidenan di Amerika Serikat.
Setelah Bush dinyatakan menang, secara jantan dan tegas Al Gore
menyatakan: “saya terima keputusan itu dan saya ucapkan selamat atas
terpilihnya anda sebagai presiden Amerika Serikat, betapapun saya tidak
setuju dengan keputusan itu, saya sebagai pribadi, sebagai warga
Negara, dan sebagai partai siap membantu anda demi kepentingan
Amerika Serikat.”
Al Gore seolah mengulang kembali apa yang pernah dilakukan
oleh George Washington, yaitu menunjukkan keteladanan untuk
memenuhi komitmen kepada bangsa dan Negara, dengan
mengesampingkan kepentingan pribadi, kelompok dan partai.
Berbeda dengan di Amerika Serikat, proses pergantian presiden
di Indonesia rupanya selalu menyisakan pro kontra. Dimulai dari
peralihan kepemimpinan presiden RI ke-1, Soekarno, kepada presiden
RI ke-2, Soeharto, yang hingga hari ini dipercaya didasarkan atas
sebuah surat perintah asli yang masih simpang siur, begitu pula dengan
isi dari Supersemar.
Berikutnya setelah berkuasa selama 32 tahun, Soeharto harus
turun dari jabatannya karena adanya desakan dari rakyat. Lewat sebuah
prosesi singkat-darurat di Istana Negara, secara sepihak ia
menyerahkan tampuk kepemimpinan RI kepada wakilnya, Habibie,
menjadi presiden RI ke-3. Hingga hari ini pun, cara yang digunakan
Soeharto masih sering dipertanyakan keabsahannya menurut konstitusi.
Habibie tidak berkuasa terlalu lama, sebab tak lama setelah ia
menjadi presiden , rakyat menghendaki diselenggarakannya pemilu yang
diharapkan lebih demokratis. Dalam kalkulasi politik Habibie, peluang
terbesar baginya untuk bertahan sebagai presiden hanya akan dating
jika dia dapat mengambil alih merealisasikan berbagai tuntutan yang
dilontarkan oleh kaum penentang utama orde baru, khususnya kaum
mahasiswa dan kelas menengah kota serta para pemimpin mereka.
Cita – cita demokrasi
Disini, kesalahan kita adalah membangun nilai bahwa
kepemimpunan itu tunggal, dan bahwa kepemimpinan itu identik dengan
kekayaan. Seperki dicatat oleh Juwono Sudarsono, kultur politik itulah
yang ada di bangsa kita, Oramng yang memegang kekuasaan politik
cenderung memperbesar simpanan harta clan kekayaannya. Simpanan
itu bukan semata-mata demi kepentingannya, namun juga untuk
mempertahankan jumlah bawahan dan pengikut yang berjuang
bersamanya). Sebuah fakta pahit yang menjadi agenda bagi
kepemimpinan clan pemimpin masa depan. Bahwa kepemimpinan
adalah perkara tanggung jawab, bukan semata-mata hak dan
kewenangan.
Namun demikian, sungguhlah tidak mudah menyusun kriteria
pemimpin masa depan bagi Indonesia. Seorang pemimpin yang ideal
adalah yang memiliki kualifikasi dalam bidang pengetahuan,
keterampilan; watak terpuji; jiwa, kerohanian, spiritualitas; tuntunan ilahi.
Kita menyadari bahwa untuk soal kepandaian dan kappabilitas mungkin
bangsa kita tidak kekurangan figur. Tetapi, untuk menemukan figur yang
memiliki kemampuan otak sekaligus hati naruni dan karakter yang baik,
rasanya kita sangat sulit menemukannya.9
Selamatkan kehidupan berbangsa dan bernegara
Jalan membangun sumber daya manusia yang unggul belumlah
tertutup, tetapi juga tidak mudah. Sebab, keunggulan seseorang
sangatlah berbeda. Bila pengetahuan menguasai manusia maka yang
akan hadir antara lain adadalh figur-figur pengacara yang berprinsip
“membela yamg bayar”, akuntan yang “memenipulasi neraca”, fisikawan
9 Juwono Sudarsono, (1982) Politik dan Pembangunan (Jakarta: Rajawali, 1982).
Seorang pemimpin yang ideal adalah yang memiliki kualifikasi dalam
bidang pengetahuan, keterampilan; jiwa, kerohanian, spritualitas; tuntunan
ilahi.
yang “membengun senjata pembunuh”, dokter yang membuka praktik
aborsi.
Sementara, manusia hanya bisa menguasai pengetahuan jika
manusia memiliki bekal nilai moral adan peradaban yang memadai yamg
membuatnya tidak mudah mengalah pada pengetahuan. Sungguh suatu
tantangan yang besar bagi bangsa ini di saat kehidupn masyarakatnya
sedang mengalami keterpurukan, dimana terjadi kesenjangan dan
inkonsistensi antara nilai-nilai yang diajarkan di seklah dengan yang
diteladankan dirumah, lingkungan, dan yang menjadi wacana di media
massa cetak dan elektroik.
Benar, di sekolah sekarang mulai diajarkan kemabli mata
pelajaran budi pekerti. Tatapi, apa jadinya bila yang diajarkan di kelas
sangat bertolak belakang dengan praktik yang berlaku di luar kelas.
Inkonsistensi nilai ini misalnya, di keluraga ditanamkan nilai hormat
kepada orang tuan, di sekolah diajarkan kecintaan kepada negara, di
sekolah dan tempat ibadah diajarkan tentang takut kepada takut, namum
di jalan bertemu dengan orang-orang tuayang tidak patut dihormati,
meyaksikan wakil rakyat saling baku hantam di gedung rakyat,
demonstrasi massa yang membenci negara yang membenci negara, dan
media massa yang mengajarkan kebencian satu sama lain.
Pelajaran budi pekerti bukanlah suatu hal yang baru. Ia hanya
sempat hilang dan digantikan dengan pelajaran PMP (Pendidikan Moral
Pancasila) dan P4. Akan tetapi, keduanya bukanlah penyebab terjadinya
kemerosotan moral bangsa ini, hanya karena kurang cukup untuk
menjadi acuan moral dan pembangunan adab anak didik. Saat begitu
yakin bahwa PMP dan P4 adalah melulu urusan guru dan penatar,
bukan lagi menjadi tugas pemimpin bangsa dan unsur-unsur masyarakat
yang lain. Akibatnya, selama puluhan tahun kita merasa tidak wajib turut
turut membangun konsistensi nilai-nilai moral masyarakat. Kita seolah
menutup mata bahwa dalam mengajarkan moral juga melekat fungsi
teladan. Sementara, kondisi para guru dan penatar sangat beragam dan
…… selama puluhan tahun kita merasa tidak wajib turut
membangun konsistensi nilai-nilai moral masyarakat. Kita seolah
menutup mata bahwa dalam mengajarkan moral juga melekat fungsi
teladan.
belum tentu semuanya memiliki kadar keteladanan yang baik.
Bandingkan dengan singapura atau jepang, di kedua negara tersebut
telah terbangun kultur tertib masyarakat, misalnya tidak boleh
membuang sampah sembarang tempat. Larangan berlaku sejak di
dalam rumah, sekolah, tempat ibadah hingga jalanan. Atau budaya antri
yanng sudah kuat mengakar sehingga ketertiban umum semakin
terjamin. Ada konsistensi yang dibangun bersama yang akhirnya
menjadi ciri budaya bangsa, melahirkan sumber daya manusia yang
memiliki bekal moral dan peradaban yang kuat untuk menjadi manusia
yang menguasai pengetahuan.
Pesimiskah kita dengan kondisi saat ini ? jangan dulu sebab kalau
kita mau, kita masih dapat membangun kembali bangsa ini, dimulai dari
membangun kembali diri sendiri. Kita harus introspeksi, tidak pernah
malu, ibarat pergi ke dokter, kita akan dengan sukarela bercerita tentang
keluhan yang kita alami dan bersedia membuka baju untuk diperiksa.
Demikian pula dengan instropeksi ini. Semakin jujur, kita akan semakin
tahu kondisi diri sendiri apakah termasuk dalam kelompok yang
bertindak atas komando hati yang bersih atau bertindak atas dorongan
hati yang sakit, kotor, atau terkotori. Tidak ada kata terlambat, sebab
membentuk karakter diri merupakan suatu proses yang tiada henti.
Sebagai hasil introspeksi, membentuk watak harus dimulai dari
menemukan atau menemukan kembali jati diri. Jika kita sudah
menemukan atau menemukan kembali jati diri kita, berarti kita telah
kembali ke fitrah. Kita telah membuka mata sehingga roh kita kembali
memberi sinar pada pemikiran, sikap, dan perilaku kita.
Setelah menemukan atau menemukan kembali jati diri, kita coba
untuk ”mewariskan” hal itu pada keluarga, lewat sebuah keteladanan.
Lalu meningkat pada lingkungan sekitar, meluas, hingga akhirnya
menjadi gerakan bersam seluruh bangsa. Jika gerakan moral dan etika
ini bisa dilaksanakan niscaya akan menyelamatkan kehidupan
berbangsa bernegara di masa depan. Dengan kata lain, upaya
pembentukan watak dari diri sendiri (bottom up) bertujuan untuk
menghasilkan panutan. Selanjutnya setelah ada panutan maka
keteladanan ini perlu diimplementasikan secara top down. Sebagai
contoh, bila seseorang bersetatus sebagai kepala keluarga maka ia
wajib menularkan keteladanan yang telah diupayakannya itu kepada Upaya pembentukan watak dari diri sendiri (bottom up)
bertujuan untuk menghasilkan panutan. Selanjutnya setelah ada
panutan maka keteladanan ini perlu diimplementasikan secara top
down.
anggota keluarga. Apabila ia juga menjabat sebagai pengurus RT maka
ia pun wajib menularkannya pada warganya. Demikian seterusnya,
semakin penting kedudukan seseorang di dalam masyarakat maka
semakin banyak ia dapat mengimplementasikannya keteladanan secara
top down.
Seratusan partai baru pun bermunculan, meski tidak semuanya
boleh menjadi peserta pemilu. Pemilu 1999 akhirnya dimenangkan oleh
PDI-P Pimpinan Megawati Soekarnoputri. Namun, jalan Megawati
menjadi presiden RI ke-4 tidaklah lempang karena terus diganjal dari
berbagai arah. Dan, lewat suatu kompromi politik muncullah nama
Abdurrahman Wahid (Gusdur) sebagai calon presiden. Gus Dur adalah
yang terbaik diantara yang terburuk, tetap saja ia bukan yang “terbaik”
dalam arti sebenarnya. Kekurangan terbesar Gus Dur adalah kelemahan
fisiknya dan rencahnya kopetensi managemennya. Sehingga presiden
RI ke-4 inipun tidak bertahan lama dan harus turun dari kursi
kepresidenan melalui sebuah konflik yang menyedihkan antara eksekutif
dan legislative. Ia digantikan oleh wakilnya, Megawati Soekarnoputri,
yang kemudian menjadi presiden RI ke-5. Sungguh melelahkan
mencermati pergantian kepemimpinan nasional kita selama ini. Rasanya
sulit menemukan bentuk-bentuk keteladanan memenuhi komitmen
karena yang muncul ke permukaan justru perangai perebutan
kekuasaan dengan menghalalkan segala cara.
Upaya pembentukan watak dari diri sendiri (bottom up)
bertujuan untuk menghasilkan panutan. Selanjutnya setelah ada
panutan maka keteladanan ini perlu diimplementasikan secara top
down.
BAB V
PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP NILAI-NILAI
NASIONALISME
Teknolgi internet merupakan teknologi yang memberikan
informasi tanpa batas dn dapat diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi
anak muda internet sudah menjadi santapan mereka sehari- hari. Jika
digunakan secara semestinya tentu kita memperoleh mafaat yang
berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian. Dan
sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak
semestinya. Misal untuk membuka situs-situs porno. Bukan hanya
internet saja,ada lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone. Rasa
sosial terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih
memilih siuk dengan menggunakan handphone.
Dilihat dari sikap, banyak anak muda yng tingkah lakunya tidak
kenal sopan santun dan cenderun cuek tidak ada rasa perduli terhadap
lingkungan. Karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan
sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Contoh riilnya adanya
geng motor anak muda yang melakukan tindakan kekerasan yang
mengganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat.
Jika pengaruh-pengaruh di atas di biarkan, mau apa jadinya
genersi muda tersebut? Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul
tindakan anarkis antara golongan muda. Hubungannya dengan nilai
nasionalisme akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap
badaya bangsa sendiri dan rasa perduli terhadap masyarakat. Padahal
generasi muda adalah penerus masa depan bangsa. Apa akibatnya jika
penerus bangsa tidak memiliki rasa nasionalisme?
Berdasarkan analisa dan uraian di atas pengaruh negatif
globalisasi lebih banyak daripada pengaruh positifnya. Oleh karena itu
diperlukan langkah untuk mengantisipasi pengaruh negative globalisasi
terhadap nilai nasionalisme.
ANTISIPASI PENGARUH NEGATIF GLOBALISASI
TERHADAP NILAI NASIONALISME
Langkah- langkah untuk mengantisipasi dampak negatif globalisasi
terhadap nilai- nilai nasionalisme atara lain yaitu :
1. Menumbuhkaan semangat nasinalisme yang tangguh, misal
semangat mencintaiproduk dalam negeri.
2. Menanamkan dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila
dengan sebaik- baiknya.
3. Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan
sebaik- baiknya.
4. Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan
menegakkan hukum dalam arti sebenar- benarnya dan
seadil- adilnya.
5. Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik,
ideology, ekonomi, sosial badaya bangsa.
Dengan adanya langkah-langkah antisipasi tersebut diharapkan
mampu menangkis pengaruh gobalisasi yang dapat mengubah nilai
nasionalisme terhadap bangsa. Sehingga kita tidak akan kehilangan
kepribadian bangsa.
Nasionalisme adalah suatu paham yng menciptakan dan
mempertahankan kedaulatansebuah Negara (dalam bahasa inggris
“nation”) dengan menwujudkan suatu konsep identitas bersama untuk
sekelompok manusia. Para nasionalis mengangap negara adalah
berdsarkan beberapa “kebenaran politik “ (political legitimacy).
Bersumber dari teori romantisme yaitu “indentitas budaya”, dbat
liberalisme yang menganggap kebenaran politik adalah bersumer dari
kehendak rakyak, atau gabungan kedua teori itu.
Ikatan nasionalisme tumbuh di tengah masyarakat saat pola
pikirnya mulai merosot. Ikatan ini terjadi saat manusia mulai hidup
bersama dalam suatu wilayah tertentu dan tak beranjak dari situ. Saat
itu, naluri mempertahankn diri sangat berperan dan mendorong
mereka utuk mempertahankan negerinya, tempatnya hidup an
menggantungkan diri. Dari sinilah sikap bakal timbulnya ikatan ini, yang
nitabene lemah dan bermutu rendah, ikatan inipun tampak pula
dalam dunia hewan saat ada ancaman pihak asing yang hendak
menyerang atau menaklukkan suatu negeri. Namun, bila suasananya
aman dari serangan musuh dan musuh itu terusir dari negeri itu
sinalah kekuatan ini.
Dalam zaman modern ini, nasionalisme merujuk kepaa amalan
politik dan ketentaraan yang berlandaskan nasionalisme secara etnik
serta keagamaan, seperti yang dinytakan di bawah. Para ilmuwan
politik biasanya menumpukan penyelidikan mereka kepada
nasionalisme yang ekstrem seperti nasional sosialisme mengasingan
dan sebagian.
BEBERAPA BENTUK NASIONALISMENasionalisme dapat menonjolkan dirinya sebagai sebagian
paham negara atau gerakan (buan negara) yang populer berdasarkan
pendapat warganegara, etnis, budaya, keagamaan dan ideologi.
Katagori tersebut lazimnya berkaitan dan kebanyakan teori
nasionalisme mencampuradukkan sebagian atau semua elemen
tersebut.
Nasionalisme kewargangaraan (atau nasioalisme sipil) adalah
sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik
dari penyertaana aktif rakyatnya “kehendak rakyat”; “perwakilan politik”.
Teori ini mula-mula dibangun leh Jean-Jacques Rousseau dan menjadi
bahan-bahan tulisan. Antara tulisan yang terkenal adalah buku yang
berjudul Du Contract Sociale (atau dalam Bahasa Indonesia “Mengeni
Kontrak Sosial”).
Nasionalisme etnis adalah sejenis nasionalisme dimana negara
memperoleh kebenaran politik dari budaya asal atau etnis sebuah
masyarakat.dibangun oleh Johann Gottfrien Von Hender, yang
memperkenalkan konsep Volk (bahasa Jerman untuk “rakyat”).
Nasionalisme romantik (juga disebut nasionalisme organik,
nasionalisme identitas) adalah lanjutan dari nasionalisme etnis dimana
negara memperoleh kebenaran politik secara semulajadi (”organik”)
hasil daribangsa atau ras; menurut semangat romantisme.
Nasionalsisme romantik adalah bergantung kepada perwujudan budaya
etnis yang menepati idealisme romantik; kisah tradisi yang telah
direka untuk konsep nasionalisme romantik, misalnya “Grimm
Bersaudara “ yang dinukilkan oleh hender merupakan koleksi kisah –
kisah yang berkaitan dengan etnis Jerman.
Nasionalisme Budaya adalah sejenis nasionalisme dimmana
negara memperoleh kebenaran politik dari budaya bersama dan
bukannya “sifat keturunan” sepeti warna kulit, ras dan sebagainya.
Contoh yang terbaik ialah rakyat Tionghoa yang menganggap negara
adalah berdasarkan kepada budaya. Unsur ras telah dibelakangkan di
mana golongan Manchu serta ras-ras minoritas lain masih dianggap
sebagai rakyat negara Tiongkok. Kesediaan dinastiQing untuk
mengunakan adat istiadat t Tionghoa membuktikan keutuhan budaya
Tionghoa. Malah banyak rakyat Taiwan menganggap diri mereka
nasionalis Tiongkok sebab peraaan badaya mereka tetapi menolak RRC
karena pemerintahan RRT berpaham komunisme.
Nasionalisme keegaraan ialah variasi nasionalisme
kewarganegaraan, selalu digabungkan dengan nasionalisme etnis.
Perasaan nasionalistik adalah kuat sehingga diberi lebih keutamaan
mengatasi hak universal dan kebebasan. Kejayaan suatu negeri itu
selalu kontras dan berkonflik dengan prinsip masyarakat demokrasi.
Penyelenggaraan sebuah ‘nasional state’ adalah suatu argumen yang
ulung, seolah-olah membentuk kerajaan yang lebih baik dengan
tersendiri. Contoh biasa ialah Nazisme, serta nasionalisme Turki
kontemporer, dan dalam bentuk yang lebih kecil, Franquisme
sayapkanan di Spanyol, serta sikap ‘Jacobin’ terhadap unitaris dan
golongan pemusat negeri Perancis, seperti juga nasionalisme
masyarakat Belgia, yang secara ganas menentang demi mewujudkan
hak kesetaraan (equal rights) dan lebih otonomi untuk golongan Fleming,
dan nasionalis Basque atau korsika. Secara sistematis, bilamana
nasionalisme kenegaraan itu kuat, akan wujud tarikan yang berkonflik
kepada kesetiaan masyarakat, dan terhadap wilayah, seperti
nasionalisme Turki dan penindasan kejamnya terhadap nasionalisme
Kurdi, pembangkangan di antara pemerintah pusat yang kuat di Spanyol
dan Perancis dengan nasionalisme Basque, Catalan, dan Corsica.
Nasionalisme agama ialah sejenis nasionalisme dimana negara
memperoleh legitimasi politik dari persamaan agama. Walapun begitu,
lazimnya nasionalisme etnis adalah dicampuradukkan dengan
nasionalisme keagamaan. Misalnya, di Irlandia semangat nasionalisme
bersumber dari persamaan agama mereka yaitu Katolik; nasionalisme di
India seperti yang diamalkan oleh pengikut partai BJP bersumber dari
agama Hindu.10
Namun demikian, bagi kebanyakan kelompok nasionalis agama
hanya merupakan simbol dan bukannya motivasi utama kelompok
tersebut. Misalnya pada abad ke-18, nasionalisme Irlandia dipimpin oleh
mereka yang menganut agama Protestan. Gerakan nasionalis di Irlandia
bukannya berjuang memartabatkan teologi semata-mata. Mereka
berjuang untuk menegakkan paham yang bersangkut paut denga
Irlandia sebagai sebuah negara merdeka terutamanya budaya Irlandia.
Justru itu, nasionalisme kerap dikaitkan dengan kebebasan.
Nasionalisme adalah sebuah ideologi yang tergolong paling
mutakhir dalam pemahaman politik nasional. Dalam puncak pencapaian
ide polotiknya akan menghasilkan sebuah sistem polotik nation state
(negara bangsa) sebagai sebuah entitas politik yang kuat di tengah-
tengah lingkungan umat manusia di dunia kehidupan ini (Yudi Syamsudi,
200) Yogyakarta.11
Namun, nasionalisme harus dibentuk dan dibangun secara
manifestasi malalui berbagai teori dan praktek sehingga mampu
menghasilkan sebuah paradigma dan realita. Dalam membangun ide
nasionalisme secara utuh memerlukan pemahaman dan organisasi
berbasis gerakan untuk bertransaksi secara sosial dengan masyarakat,
sehingga pada akhirnya terjadi interaksi kuat antara organisasi dan
massa dalam satu ide, yaitu nasionalisme.
Indonesia saat ini memerlukan genre baru untuk
mereinterpretasikan ide nasionalisme yang secara fundamental telah
dibangun oleh founding father seperti Soekarno. Soekarno kita akui
sebagai individu yang mampu membentuk nasionalisme Indonesia
dengan membangun satu sistem berantai melalui penyatuan
kepentingan. Dari kalangan islam dan sekuler pada saat itu. Namun,
dalam proses pembangunan tahap awal ideologi nasionalisme nampak
terjadi dikotomi antara islam dan nasionalisme itu sendiri.
10 Oetomo Jakob (1990) “Menuju Masyarakat Baru Indonesia dan Antisipasi Masyarakat terhadap Tantangan Abad XXI Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.11 Yudi Syamsudi (2008) “Suatu Bangsa Harus Memiliki Nasionalisme” Yogyakarta
Kita harus mengakui sebuah gagasan dalam masyarakat
Indonesia yang majemuk tentu memerlukan proses. Dimana proses
tersebut tentu merupakan proses bersejarah dalam suatu bangsa. Saat
ini nasionalisme sudah menjadi rapuh. Tentu kita harus mulai
menghidupkan kembali spirit dan etika nasionalisme sebagai sebuah
praktek politik negara dan masyarakat dalam konteks Indonesia kekinian
di tengah-tengah arus milenium ke-3.
Sumber dari kekuatan ideologi nasionalis saat ini memang belum
ditemukan oleh banyak orang Indonesia sehingga ketika kita mencari
arus apa yang seharusnya berada di depan kita sebagai energi yang
menuntun kemajuan nasional negara dan masyarakat kita seringkali
bimbang dan gelap. Oleh karena itu untuk menjawab tantangan ini
sebuah organisasi polotik harus mampu menentukan sumber ideologi
nasionalisme. Sekaligus mampu ueyawvarra pun meorogr nasionalisme
memilik dua organ penuh dalam kehidupannya, yaitu Rakyat dan
Negara.
Dua organ penting ini dalam gagasan gerakan politik ketika kita
mengkategorikan dalam ruang struktur politik maka terbentuk rumusan
politik untuk merangkai menjadi dua sistem yaitu sistem masyarakat dan
sistem negara.
Dua sistem negara dan masyarakat ini harus dimulai dari
pembentukan sistem masyarakat secara civil society, yang mampu
melahirkan berbagai ide ekonomi, polotik, pertahanan, sosial dan
bedaya dalam sebuah sistem yang benar-benar solid dan siap ketika
sistem ini bertransformasi menjadi sistem negara. Dari basis gerakan
civil society tersebut ketika terjadi transformasi politik ke arah sistem
negara akan menghasilkan sistem negara secara civil state.
Menggerakka menjadi kekuatan utama dalam pencapaian tujuan
politiknya. Sebenarnya sangat mudah kita temukan dimana sumber
ideologi tersebut jika kita telah mencapai kesadaran penuh dengan
kualitas yang sehat. Karena ideologi nasionalisme itu bersumber pada
mainstream persatuan dan kesatuan.
Namun, pemahaman akan persatuan dan kesatuan sering kali
menjadi kesalahan dalam ide dan prakteknya sehingga kita berbicara
tentang nilai tersebut kita tidak mapu mengambil kekuatan intinya.
Persatuan dan kesatuan memiliki arti independen organik, atau sosial
liberal dalam konteks manifestasinya.
Independen organik ini berarti sebuah penyatuan sosial secara
individual dan kolektif ketika kita sebagai menusia tersadarkan melului
nalar, perasaan, dan gerakan kemanusiaan untuk suatu keadilan,
kemakmuran, dan kemajuan.
Dari sumber kekuatan nasionalisme ini kita akan bergerak ke arah
revolusi nasional sebagai gerakan perlawanan terhadap kejahatan dan
ketidakadilan sistem yang mengatur manusia untuk kepentingan nafsu
dan syahwat. Namun, dalam memaknai revolusi kita harus menyadari
juga bahwa revolusi nasionalisme yang dimaksud di sini bukanlah
revolusi berdarah yang meghadirkan konflik dan perpecahan nasional,
karena kembali pada sumber ide nasionalisme itu sendiri yaitu
“persatuan dan kesatuan”.
Lantas revolusi seperti apakah yang seharusnya dicapai.
Pertama kalinya adalah revolusi mental. Mental merupakan
kekuatan utama yang akan menjadi motor penggerak kekuatan
perubahan yang manifestinya menuju pada kemajuan ekonomi,
politik, pertahanan, sosial dan budaya. Kemudian jika
dipertanyakan lagi apa yang menjadi obyek ideologi
nasionalisme.
Indonesia tersebut. Tentu obyek pelaksanaan proyeknya
adalah menghapuskan kemiskinan, kebodohan, kemalasan, dan
ketertindasan rakyat Indonesia. Karena bagaimana pun ideologi
nasionalisme memilki dua organ penting dalam kehidupannya,
yaitu Rakyat dan Negara.
Dua organ penting ini dalam gagasan gerakan politik
ketika kita mengkategorikan dalam ruang struktur politik maka
terbentuk rumusan politik untuk merangkai menjadi dua sistem
yaitu sistem masyarakat dan sistem negara. Dua sistem negara
dan masyarakat ini harus dimulai dari pembentukan sistem
masyarakat secara civil society, yang mampu melahirkan
berbagai ide ekonomi, politik, pertahana, sosial, dan budaya
dalam sebuah sistem yang benar- benar solid dan siap ketika
sistem ini bertransformasi menjadi sistem negara. Dari basis
gerakan civil society tersebut ketika terjadi transformasi politik
ke arah sistem negara akan menghasilkan sistem negara
secara civil state.
Ide ini akan mampu menjadi realistis ketika instrumen
politiknya pun merupakan instrumen politik yang rasional yaitu
partai politik. Karena partai politik dalam berbagai kajian ilmu
politik modern merupakan organisasi politik yang legal untuk
menjadi kekuatan signifikan dalam proses perubahan negara
dan masyarakat.
Saat ini kita sedang dalam proses menuju pemilihan
umum sebagai sebuah prosesi suksesi politik yang
konstitusional. Untuk mendorong terbentuknya Indonesia Masa
Depan saat ini rakyat tengah menunggu munculnya partai yang
mampu dan berani melahirkan kembali ideologi nasionalisme.
Dan, bergerak melalui praktek revolusi. Baik sebelum dan
sesudah terbentuknya Kepemimpinan Nasional Indonesia Maa
Depan, yang ditentukan oleh dukungan massa yang akan
memenangkannya pada Pemilu 2009.
CIRI CIRI GLOBALISASI
Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin
berkembangnya fenomena globalisasi di dunia.
Hilir mudiknya kapal-kapal pengangkut barang antarnegara
menunjukkan keterkaitan antarmanusia di seluruh dunia.
Perubahan dalam konsep ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO).
Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). Saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.
Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional dan lain-lain.Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa
transformasi ini telah membawa kita pada globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu. Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai zaman transformasi sosial.?
TEORI GLOBALISASI
Cochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan globalisasi, terdapat tiga posisi teroritis yang dapat dilihat, yaitu:12
Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan. Mereka percaya bahwa negara-negara dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi global yang homogen. Meskipun demikian, para globalis tidak memiliki pendapat sama mengenai konsekuensi terhadap proses tersebut.
Para globalis positif dan optimistis menanggapi dengan baik perkembangan semacam itu dan menyatakan bahwa
12 Cochrane dan Paine “Globalisasi dengan Tiga Posisi Teoritis” Kompas Pebruari 2009
globalisasi akan menghasilkan masyarakat dunia yang toleran dan bertanggung jawab.
Para globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena negatif karena hal tersebut sebenranya adalah bentuk penjajahan barat (terutama Amerika Serikat) yang memaksa sejumlah bentuk budaya dan konsumsi yang homogen dan terlihat sebagai sesuatu yang benar dipermukaan. Beberapa dari mereka kemudian membentuk kelompok untuk menentang globalisasi (antiglobalisasi).
Para tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi. Mereka berpendapat bahwa fenomena ini adalah sebuah mitos semata atau, jika memang ada, terlalu dibesar-besarkan. Mereka merujuk bahwa kapitalisme telah menjadi sebuah fenomena internasional selama ratusan tahun. Apa yang tengah kita alami saat ini hanyalah merupakan tahap lanjutan, atau evolusi, dari produksi dan perdagangan kapital.
Para transformasionalis berada di antara para globalis dan tradisionalis. Mereka setuju bahwa pengaruh globalisasi tengah sangat dilebih-lebihkan oleh para globalis. Namun, mereka juga berpendapat bahwa sangat bodoh jika kita menyangkal keberadaan konsep ini. Posisi teroritis ini berpendapat bahwa globalisasi seharusnya dipahami sebagai “seperangkat
Hubungan yang saling berkaitan dengan murni melalui sebuah
kekuatan, yang sebagian besar tidak terjadi secara langsung”. Mereka
menyatakan bahwa proses ini bisa dibalik, terutama ketika hal tersebut
negatif atau, setidaknya, dapat dikendalikan.
SEJARAH GLOBALISASI
Banyak sejarawan yang menyebut globalisasi sebagai fenomena
di abad ke-20 ini yang dihubungkan dengan bangkitnya ekonomi
internasional. Padahal interaksi dan globalisasi dalam hubungan
antarbangsa di dunia telah ada sejak berabad-abad yang lalu. Bila
ditelusuri, benih-benih globalisasi telah tumbuh ketika manusia mulai
mengenal perdagangan antarnegeri sekitar tahun 1000 dan 1500 M.
Saat itu, para pedagang dari Tiongkok dan India mulai menelusuri negeri
lain baik melalui jalan darat (seperti misalnya jalur sutera) maupun jalan
laut untuk berdagang.
Berkas Contoh : Mcdonalds
Fenomena berkembangnya perusahaan McDonald di seluruh
pelosok dunia menunjukkan telah terjadinya globalisasi
Fase selanjutnya ditandai dengan dominasi perdagangan kaum
muslim di Asia dan Afrika. Kaum muslim membentuk jaringan
perdagangan yang antara lain meliputi Jepang, Tiongkok, Vietnam,
Indonesia, Malaka, India, Persia, pantai Afrika Timur, Laut Tengah,
Venesia, dan Genoa. Di samping membentuk jaringan dagang, kaum
pedagang muslim juga menyebarkan nilai-nilai agamanya, nama- nama,
abjad, arsitek, nilai sosial dan budaya Arab ke warga dunia.
Fase selanjutnya ditandai dengan eksplorasi dunia secara besar-
besaran oleh bangsa Eropa. Spanyol, Portugis, Inggris, dan Belanda
adalah pelopor-pelopor eksplorasi ini. Hal ini didukung pula dengan
terjadinya revolusi industri yang meningkatkan keterkaitan antarbangsa
dunia. Berbagai teknologi mulai ditemukan dan menjadi dasar
perkembangan teknologi saati ini, seperti komputer dan internet. Pada
saat itu, berkembang pula kolonialisasi di dunia yang membawa
pengaruh besar terhadap difusi kebudayaan di dunia.
Semakin berkembangnya industri dan kebutuhan akan bahan
baku serta pasar juga memunculkan berbagai perusahaan
multinasional di dunia. Di Indinesia misalnya, sejak politik pintu terbuka,
perusahaan-perusahaan Eropa membuka berbagai cabangnya di
Indonesia. Freeport dan Exxon dari Amerika Serikat, Unilever dari
Belanda, British Petroleum dari Inggris adalah beberapa
contohnya. Perusahaan multinasional seperti ini tetap menjadi ikon
globalisasi hingga saat ini.
Fase selanjutnya terus berjalan dan mendapat momentumnya
ketika perang dingin berakhir dan komunisme di dunia runtuh.
Runtuhnya komunisme seakan memberi pembenaran bahwa kapitalisme
adalah jalan terbaik dalam mewujudkan kesejahteraan dunia.
Implikasinya, negara negara di dunia mulai nenyediakan diri sebagai
pasar yang bebas. Hal ini didukung pula dengan perkembangan
teknologi komunikasi dan transportasi. Alhasil, sekat-sekat antarnegara
pun mulai kabur.
REAKSI MASYARAKAT GERAKAN PRO-GLOBALISASI
Pendukung globalisasi (sering disebut juga dengan pro-
globalisasi) menganggap bahwa globalisasi dapat meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran ekonomi masyarakat dunia. Mereka
berpijak pada teori keunggulan komparatif yang dicetuskan oleh David
Ricardo. Teori ini menyatakan bahwa suatu negara dengan negara lain
saling bergantung dan dapat saling menguntungkan satu sama
lainnya, dan salah satu bentuknya adalah ketergantungan dalam
bidang ekonomi. Kedua negara dapat melakukan transaksi pertukaran
sesuai dengan keunggulan komparatif yang dimilikinya. Misalnya,
Jepang memiliki keunggulan komparatif pada produk kamera digital
(mampu mencetak lebih efisien dan bermutu tinggi) sementara Indonesia
memiliki keunggulan komparatif pada produk kainnya. Dengan teori ini,
Jepang dianjurkan untuk menghentikan produksi kainnya dan
mengalihkan faktor-faktor produksinya untuk memaksimalkan produksi
kamera digital, lalu menutupi kekurangan penawaran kain dengan
membelinya dari Indonesia, begitu juga sebaliknya.
Salah satu penghambat utama terjadinya kerja sama diatas
adalah adanya larangan-larangan dan kebijakan proteksi dari
pemerintah suatu negara. Di satu sisi, kebijakan dapat melindungi
produksi dalam negeri, namun di sisi lain, hal ini akan meningkatkan
biaya produksi barang impor sehingga sulit menembus pasar negara
yang dituju. Para pro-globalisme tidak setuju akan adanya proteksi dan
larangan tersebut, mereka menginginkan dilakukannya kebijakan
perdagangan bebas sehingga harga barang-barang dapat
ditekan,akibatnya permintaan akan meningkat. Karena permintaan
meningkat, kemakmuran akan meningkat dan begitu seterusnya.
Beberapa kelompok pro-globalisme juga mengkritik Bank Dunia
dan IMF, mereka berpendapat bahwa kedua badan tersebut hanya
mengontrol dan mengalirkan dana kepada suatu negara, bukan
kepada suatu koperasi atau perusahaan. Sebagai hasilnya, banyak
pinjaman yang mereka berikan jatuh ke tangan para diktator yang
kemudian menyelewengkan dan tidak menggunakan dana tersebut
sebagaimana mestinya, meninggalkan rakyatnya dalam lilitan hutang
negara, dan sebagai akibatnya, tingkat kemakmuran akan menurun.
Karena tingkat kemakmuran menurun, akibatnya masyarakat negara itu
terpaksa mengurangi tingkat konsumsinya; termasuk konsumsi barang
impor, sehingga laju globalisasi akan terhambat dan -- menurut mereka
-- mengurangi tingkat kesejahteraan penduduk dunia.
GERAKAN ANTI GLOBALISASI
Antiglobalisasi adalah suatu istilah yang umum digunakan untuk
memaparkan sikap politis orang-orang dan kelompok yang menentang
perjanjian dagang global dan lembaga-lembaga yang mengatur
perdagangan antar negara seperti Organisasi Perdagangan Dunia
(WTO).
Antiglobalisasi dianggap oleh sebagian orang sebagai gerakan
sosial, sementara yang lainnya menganggapnya sebagai istilah umum
yang mencakup sejumlah gerakan sosial yang berbeda-beda. Apapun
juga maksudnya, para peserta dipersatukan dalam perlawanan
terhadap ekonomi dan sistem perdagangan global saat ini, yang menurut
mereka mengikis lingkungan hidup, hak-hak buruh, kedaulatan nasional,
dunia ketiga, dan banyak lagi penyebab-penyebab lainnya.
Namun, orang-orang yang dicap “antiglobalisasi” sering menolak
istilah itu, dan mereka lebih suka menyebut diri mereka sebagai Gerakan
Keadilan Global, Gerakan dari Semua Gerakan atau sejumlah istilah
lainnya.
GLOBALISASI PEREKONOMIAN
Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan
ekonomi atau perdagangan, dimana Negara-negara diseluruh dunia
menjadi satu kakuatan pasar yang semakinterintegrasi tanoa rintangan
batas territorial Negara. Globalisasi perekonomian mengharuskan
penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal,
barang dan jasa.
Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas Negara akan
menjadi kabur dan keterkaitan ekonomi nasional dengan perekonomian
internasional akan semakin erat. Globalisasi perekonomian di satu pihak
akan membuka peluang pasar produk dari dalam negeri ke pasar
intrnasional secara kompetitif, sebaliknya juga membuka peluang
masuknya produk-produk global ke dalam pasar domestik.
Menurut Tanri Abeng, perwujudan nyata dari globalisasi ekonomi
antara lain terjadi dalam bentuk-bentuk berikut:
Globalisasi produksi, daimana perusahaan berproduksi di negra,
dengan sasaran agar biaya produksi menjadi lebih rendah. Hal ini
dilakukan baik karena upah buruh yang rendah, tariff bea masuk yang
murah, infrastruktur yang memadai ataupun karena iklim usaha politik
yang kondusif. Dunia dalam hal ini menjadi lokasi manufaktur global. 13Kehadiran tega kerja asing merupakan gejala terjadinya globalisasi
tenga kerja.
Globalisasi pembiayaan, perusahan global mempunyai akses
untuk memperoleh pinjaman atau melakukan investasi (baik dalam
bentuk portofolio ataupun langsung) di semua negara di dunia. Sebagai
contoh, PT Telkom dalam memperbanyak suatu sambungan telepon,
atau PT Jasa Marga dalam memperluas jaringan jalan tol telah
memanfaatkan system pembaiyaan dengan pola BOT (build-operate-
transfer) brsama mitra usaha dari manca Negara.
Globalisasi tenaga kerja. Perusahaan global akan mampu
memanfaatkan tenaga kerja dari seluruh dunia sesuai kelasn ya, seperti
pengunaan staf professional dari tenaga kerja yang telah memiliki
pengalaman intrnasional atau buruh kasar yang biasa diperoleh dari
negara berkembang. Dengan globalisasi maka human mov ement akan
semakin mudah dan bebas.
Globalisasi jaringan infomasi. Masyarakat suatu Negara dengan
mudah dan cepat mendapatkan informasi dari Negara-negara di
seluruh dunia karena kemajuan teknologi, antara lain melalui:
TV,radio,media cetak dll. Dengan jaringan komunikasi yang semakin
maju telah membantu meluasnya pasar ke berbagai belahan dunia
dunia untuk barang yang sama. Sebagai contoh : KFC , celana jeans
levi’s , atau hamburger melanda pasar dimana-mana. Akibatnya selera
msyarakat dunia baik yang berdomisili di seluruh kota ataupun di desa
menuju pasar selera global.
Globslisasi perdagangan. Hal ini terwujud dalam bentuk
penurunan dan penyeragaman tarif serta penghapusan berbagai
hambatan nontarif. Dengan demikian kegiatan perdan gan dan
persaingan menjadi semakin cepat,ketat, dan fair.
Thompson mencatat bahwa kaum globalis mengklaim saat ini
telah menjadi sebuah intesifikasi secara dalam investasi dan
perdagangan internasional. Misalnya, secara nyata perekonomian
13 Tantri Abeng, (2004) Pola Manajemen Berdasarkan TI di Era Globalisasi”
nasional telah menjadi bagian dari perekonomian global yang ditengarai
adanya kekuatan pesar dunia.
KEBAIKAN GLOBALISASI EKONOMIa) Produksi global dapat dikatakan
Pandangan ini sesuai dangan toeri ‘Keuntungan Komparatif ‘ dari
David Ricardo. Melalui spesialisai dan perdgangan factor-faktor
produksi dunia dapat digunakan dengan lebih efisien, output dunia
bertambah dan masyarakat akan memperoleh keuntungan dari
spesialisasi dan perdagangan dalam bentuk pendapatan yang
meningkat, yang seharusnya dapat meningkatkan pembelanjaan dan
tabunganb) Meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam suatu
masyarakat dalam suatu negara
Perdagangan yang lebih bebas memungkinkan masyarakat dari
berbagai negara mengimpor lebih banyak barang dari luar negeri. Hal
ini menyebabkan konsumen mempunyai pilihan barang yang lebih
banyak. Selain itu, konsumen juga dapat menikmati barang yang lebih
b aik dengan harga yang lebih rendah.c) Meluasnya pesar untuk prduk dalam negeri
Perdagangan luar negeri yang lebih bebas memungkinkan setiap
negara memperoleh pasar yang jauh lebih luas dalam pasar negeri. d) Dapat meperoleh lebih b anyak modal dan teknologi yang lebih baik
Modal dapat diperoleh dari investasi asing dan terutama dinikmati
oleh negara-negara berkembang karena masalah kekurangan modal
dan tenaga ahli serta ter didik yang berpengalaman kebanyakan
dihadapi oleh negara-negara berkembang.e) Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi.
Pembangunan sektor industry dan berbagai sektor lainya bukan saja
dikembangkan oleh perusahaan asing, tetapi terutamanya melalui
investasi yang dilakukan oleh perusahaan swsata domestic.
Perusahaan domestic ini sering kali memerlukan modal dari bank atau
pasar saham. Dana dari luar negeri terutama dari negara-negara maju
yang memasuki pasar uang dan pasar modal di dalam negeri dapat
membantu menyediakan modal yang dibutuhkan tersebut.
KEBURUKAN GLOBAL EKONOMI
a) Menghambat pertumbuhan sector industry
Salah satu efek dari globalisasi adalah berkembangnya sistem
perdagangan luar negeri yang lebih bebas. Perkembangan ini
menyababkan negara-negara berkembang tidak dapat lagi
menggunakan tarif yang tinggi untuk memberikan proteksi kepada
industri yang berkembang (infant industy). Dengan demikian,
perdangan luar negeri yang lebih bebas menimbulkan hambatan
kepaa Negara berkembang untuk memajukan sektorindustri domestik
yang lebih cepat. Selain itu, ketergantungan kepada industri-industri
yang dimiliki perusahaan multinasional semakin meningkat.b) Memperburuk neraca pembayaran
Globalisasi cenderung menaikan barang-barang impor. Sebaliknya,
apabila suatu negra tidak mampu bersaing, maka ekspor bekembang.
Keadaan ini dapat memperburuk kondisi neraca pembayaran. Efek
buruk lain dari globalisasi terhadap neraca pembayaran adalah
pembayaran noto pendapatan factor produksi dari luar negeri
cenderung lebih deficit. Investasi asing akan bertambah banyak
menyebabkan aliran pembayaran keuntungan (pendapatan)
Investasi ke luar negeri semakin meningkat.Tidak berkembangnya
ekspor dapat berkembang buruk terhadap neraca pembayaran.c) Sektor keuangan semakin tidak stabil
Salah satu efek penting dari globalisasi adalah pengaliran investasi
(modal)portofolio yang semakin besar. Investasi ini terutama meliputi
partisipasi dana luar negeri ke pasar saham.Ketika pasar saham
sedang meningkat , dana ini akan mengalir masuk, neraca
pembayaran bertambah baik dan nilai uang akan bertambah baik.
Sebaliknya, ketika harga harga saham di pasar saham menurun, dana
dalam negeri akan mengalir ke luar negeri, neraca pembayaran
cenderung menjadi bertambah buruk dan nilai mata uang domestic
merosot. Ketidak setabilan di sector keuanagan ini dapat
menimbulkan efek buruk kepada kestabilan kegiatan ekonomi secara
keseluruhan.d) Memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang
Apabila hala hal yang dinyatakan diatas berlaku dalam suatu Negara,
maka dalam jangka pendek pertumbuhan ekonominya menjadi tidak
stabil. Dalam jangka panjang pertumbuhan yang seperti ini akan
mengurangi lajunya pertumbuhan ekonomi.Pendapatan nasional dan
kesempatan kerja akan semakin lambat pertumbuhannya dan
masalah pengangguaran tidak dapat diatasi atau malah semakin
memburuk. Pada akhirnya, apabila globalisasi menimbulkan efek
buruk kepada prospek pertumbuhan ekonomi jangaka panjang suatu
Negara, distribusi pendapatan menjadi semakin tidak adil dan
masalah social-ekonomi masyarakat semakin bertambah buruk.
GLOBALISASI KEBUDAYAAN
Sub-kebudayaan Punk, adalah contoh sebuah kebudayaan yang
berkembangsecara global. Globalisasi mempengaruhi hamper semua
aspek yang ada di masyarakat, termasuk diantaranya aspek
budaya.Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai nilai (values ) yang
dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga
masyarakat terhadap berbagai hal. Baik nilai-nilai maupun persepsi
berkaitan dengan aspek – aspek kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang
terdapat dalam pikiran. Aspek-aspek kejiwaaan ini menjadi penting
artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat
dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang
bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan
seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari
kebudayaan.
Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai da
budaya tertentu keseluruhan dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau
world culture ) telah terlihat semenjak lama. Cikal bakal dari persebaran
budaya dunia ini dapat ditelusuri dari perjalanan para penjelajah Eropa
Barat ke berbagai tempat didunia ini
Namun perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif
terjadi pada awal abad ke-20 dengan berkembangnya teknologi
komunikasi. Kontak melalui media menggantikan kontamfisik sebagai
saana utama komunikasi antar bangsa. Perubahan tersebut menjadikan
komunikasi antarbangsa lebih mudah dilakukan, hal ini menyebabkan
semakin cepatnya perkembangan globalisasi kebudayaan.
CIRI BERKEMBANGNYA GLOBALISASI KEBUDAYAAN
1. Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional.
2. Penyabaran prinsip multikebudayaan (multiculturalism),
dan kemudahan akses suatu individu terhadap kebudayaan lain di
luar kebudayaannya.
3. Berkembangnya turisme dan pariwisata.
4. Semakin banyaknya imigrasi dari suatu Negara ke Negara
lain.
5. Berkembangnya mode yang berskala global, seperti
pakaian, film dan lain lain.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sugardo (2002 )”Keunggulan Trigatra” Lemhanas Jakarta
2. Chaidir Basri ( 2001 ) Wawasan Nusantara sebagai Cara Pandang
Bangsa Indonesia”Program Studi, S2 Tanhas Jakarta
3. Lemhanas ( 2005 ) “Bunga Rampai, Jakarta
4. Muladi (2007 ) “Ketahanan Nasional Kaitannya dengan Ketahanan
Nasional”Lemhanas Jakarta
5. Soemarno Soedarsono ( 2000 ) “ Penyemaian Jati Diri Bangsa “
Media Komputindo Jakarta
6. Soeharto (1998 ) “ Mejinakkan Ekonomi “ Gramedia Pustaka Utama
Jakarta
7. Erry Riyana Harjopamukas Pembinaan Kelembagaan Dalam rangka
Penegakan Good Govermance, Masyarakat Transparasi Indonesia
(2002 ) Jakarta
8. Nicollo Bernardo Machiavelli ( 1469-1527 ) dalam bukunya”The
Prince” / Sang Pangeran.
9. Basofi Soedirman (2003) Mantan Gubernur Jawa Timur” Anta Pena
dan Pedang “ Surabaya
10. Samuel Huntington (1995), Gelombang Demokrasi Ketiga, Edisi
Terjemahan Grafitri Jakarta.Herbert Feith, Pemilihan Umum tahun
1995 di Indonesia, Edisi Terjemahan Kepustakaan Populer
Gramedia, 1999 Jakarta
11. Herbert Feith; Pemilihan Umum tahun 1955 di Indonesia, Edisi
Terjemahan Kepustakaan Populer Gramedia, 1999 Jakarta
12. Rian Nugroho Dwijowijoto Teori Mengejar Layang-Layang” media
Komputindo, 2001 Jakarta.
13. Juwono Sudarsono (1982) “ Politik dan Perkembangan “ Rajawali
Jakarta
14. Umar Kayam (budayawan) 2000 “Membudayakan Budaya
Kesadaran Sendiri” Yogyakarta
15. Koento Wibisono (2001) Pembentukan Watak Berawal dari”Diri
Sendiri”UGM Yogyakarta
16. Edison A. Jamil (2005) Pendidikan Kewarganegaraan, Sinar Obor
Bandung.
17. Kresna (2005)” Pengaruh Globalisasi Terhadap nilai nila
Nasionalisme” Jakarta
18. Tri Darmiyati (2008) Efek Dari Globalisasi (Kompa< Mei 2008)
Jakarta
19. Oetomo Jakob (1990) “Menuju Masyarakat Baru Indonesia dan
Antisipasi Terhadap Tantangan Abad XXI Gramedia Jakarta
20. Yudi Syamsudi (2008) “ Suatu Bangsa Harus Memiliki
Nasionalisme”Yogyakarta.
21. Cochrane dan Paine “ Globalisasi dengan Tiga Posisi Teoritis”
Kompas Pebruari 2009
22. Tantri Abeng (2005) Globalisasi Ekonomi Abad XXI tdak Bisa
Dihindari” Jakarta
23. Lucian W Pye (1966) “ World Culture Globalisasi “ Kompas 2006
Jakarta.