No. ID dan Nama Peserta : dr. Dional Setiawan
No. ID dan nama wahana : RSUD Solok Selatan
Topik : DHF
Tanggal (kasus): 26 April 2010
Tanggal presentasi : 12 Mei 2010 Presenter : dr. Dional Setiawan
Pendamping: dr. Azdiana Fitri & dr. Yati Ernawati
Tempat presentasi : Aula RSUD Solok Selatan
Objektif presentasi :
Keilmuan keterampilan penyegaran tinjauan pustaka
Diagnostic manajemenmasalahIstimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi : Demam sejak 4 hari yang lalu, demam tinggi, terus-menerus, Keluar darah dari hidung. Nyeri pada otot dan sendi. Sakit kepala. Nyeri di sekitar ulu hati. Nafsu makan berkurang
Tujuan : mampu menegakkan diagnosis DHF dan penatalaksanaannya meliputi preventif dan kuratif
Bahan bahasan : Tinjauan pustakaRiset Kasus Audit
Cara membahas : diskusipresentasi&diskusi email Pos
Data pasien nama pasien: M no MR: 013036
Nama klinik : IGD RSUD Solok Selatan telp : - terdaftar sejak: 26 April 2010
Data utama untuk bahan diskusi
1. Diagnosis: DHF grade IIGambaran klinik: Demam sejak 4 hari yang lalu, demam tinggi, terus-menerus, tidak menggigil, tidak berkeringat..
Keluar darah dari hidung (+) jumlah sedikit, keluar darah dari gusi (-)
Nyeri pada otot dan sendi sejak 4 hari yang lalu
Sakit kepala sejak 3 hari yang lalu, terasa seperti diikat
Nyeri di sekitar ulu hati sejak 2 hari yang lalu
Nafsu makan berkurang sejak sakit
Mual (-) muntah (-)
Batuk (-), sesak nafas (-)
BAB (+) warna dan konsistensi tidak diperhatikan oleh pasien
BAK biasa
2. Riwayat Penyakit Dahulu Tidak pernah menderita penyakit seperti ini
3. Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada keluarga yang sakit seperti ini
4. Riwayat pekerjaan, Sosial, Ekonomi dan Kebiasaan Pasien seorang pedagang di padang
Pasien belum menikah, tinggal di muara labuh bersama orang tua
5. Lain-lain
Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis kooperatif, TD100/60, nadi 82x/i, nafas 22x/i, suhu 38,6C Jantung dan paru tidak ditemukan kelainan
Abdomen Inspeksi : tidak tampak membuncit Palpasi : NT(+) epigastrium
Hepar teraba 1jari bac, kenyal, pinggir tajam, NT (+)
Lien tidak membesar Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Ekstremitas: Rumple Leed (+)
Akral hangat, refilling kapiller baik
Udem (-)
Hasil laboratorium
Hb : 11,2 gr % Leukosit : 5.800 /mm3Trombosit : 98.000 /mm3
Ht : 48 vol %Widal O: 1/80
H: (-)
Tatalaksana : istirahat/ diet ML/ banyak minum minimal 2 liter/hari IVFD RL 6jam/kolf Paracetamol 3 x 1 Periksa Hb, Ht, trombosit tiap 12 jam
Balans Cairan
Daftar pustaka : Harrison text-book of medicine, Edisi 1 Diagnosis dan terapi cairan Demam Berdarah Dengue, www.hospital-expo.com
Hasil pembelajaran:
Definisi :
Demam berdarah dengue (DBD) atau DHF adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui nyamuk aedes aegyptie serta memenuhi kriteria WHO untuk DBD.
Etiologi Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Family Flaviviridae, dengan genusnya adalah Flavivirus. Virus mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda tergantung dari serotipe virus dengue.
Manifestasi klinik dan diagnosis (1,2)Kriteri klinis demam dengue :
Suhu badan yang tiba-tiba meninggi
Demam yang berlangsung hanya beberapa hari
Kurva demam menyerupai pelana kuda
Nyeri tekan terutama pada otot dan persendian
Adanya ruam-ruam pada kulit
leukopeni Berdasarkan kriteria WHO 1997, diagnosis DBD ditegakkan bila semua
hal ini terpenuhi:
1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari biasanya bifasik.
Demam disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, malaise, nyeri pada punggung, tulang, persendian dan kepala
2. Terdapat minimal 1 manifestasi perdarahan berikut: uji bendung positif; petekie, ekimosis, atau purpura; perdarahan mukosa; hematemesis dan melena.
3. Trombositopenia (jumlah trombosit 20% dibandingkan standar sesuai
umur dan jenis kelamin.
Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan,
dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya.
Tanda kebocoran plasma seperti: efusi pleura, asites, hipoproteinemia,
hiponatremia.
Berdasarkan gejalanya DHF dikelompokan menjadi 4 tingkat :1. Derajat I : Demam diikuti gejala spesifik, satu-satunya manifestasi pendarahan adalah test Terniquet yang positif atau mudah memar.2. Derajat II : Gejala yang ada pada tingkat 1 ditambah dengan pendarahan spontan, pendarahan bisa terjadi di kulit atau di tempat lain.3. Derajat III : Kegagalan sirkulasi ditandai dengan denyut nadi yang cepat dan lemah, hipotensi, suhu tubuh rendah, kulit lembab, dan penderita gelisah.4. Derajat IV : Shock berat dengan nadi yang tidak teraba, dan tekanan darah tidak dapat di periksa, fase kritis pada penyakit ini terjadi pada akhir masa demam.
Penatalaksanaan 2,3
a. PencegahanTidak ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk flavivirus demam berdarah. Pencegahan utama demam berdarah terletak pada menghapuskan atau mengurangi vektor nyamuk demam berdarah. Cara pencegahan DBD :1. Bersihakan tempat penyimpanan air ( bak mandi, WC ).2. Tutuplah rapat-rapat tempat penampungan air.3. Kubur atau buanglah pada tempatnya barang-barang bekas (kaleng bekas, botol bekas ).4. Tutuplah lubang-lubang, pagar pada pagar bambu dengan tanah.5. Lipatlah pakaian atau kain yang bergantungan dalam kamar agar nyamuk tidak hinggap di situ.6. Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin untuk membunuh jintik-jintik nyamuk ( ulangi hal ini setiap 2 sampai 3 bulan sekali.b. Pengobatan Pada dasarnya terapi DBD adalah bersifat suportif dan simtomatis. Penatalaksanaan ditujukan untuk mengganti kehilangan cairan akibat kebocoran plasma dan memberikan terapi substitusi komponen darah bilamana diperlukan. Dalam pemberian terapi cairan, hal terpenting yang perlu dilakukan adalah pemantauan baik secara klinis maupun laboratoris.
Terapi nonfarmakologis yang diberikan meliputi tirah baring (pada trombositopenia yang berat) dan pemberian makanan dengan kandung-an gizi yang cukup, lunak dan tidak mengandung zat atau bumbu yang mengiritasi saluaran cerna. Sebagai terapi simptomatis, dapat diberikan antipiretik berupa parasetamol, serta obat simptomatis untuk mengatasi keluhan dispepsia. Pemberian aspirin ataupun obat antiinflamasi nonsteroid sebaiknya dihindari karena berisiko terjadinya perdarahan pada saluran cerna bagaian atas (lambung/duodenum). Protokol pemberian cairan sebagai komponen utama penatalaksanaan DBD dewasa mengikuti 5 protokol, mengacu pada protokol WHO.
Subyektif : Pasien mengeluh Demam sejak 4 hari yang lalu, demam tinggi, terus-menerus, Keluar darah dari hidung. Nyeri pada otot dan sendi. Sakit kepala harus diwaspadai kemungkinan demam dengue, DHF atau demam virus lainnya
Objektif : Hasil pemeriksaan jasmani, pemeriksaan labor darah rutin dan perjalanan ke daerah endemis sangat mendukung diagnosis DHF. Pada kasus ini diagnosis ditegakkan berdasarkan :
Gejala klinis (demam tinggi mendadak dan tanda manifestasi perdarahan
Hasil pemeriksaan labor darah rutin yang khas
Perjalanan ke daerah endemis
Assessment : demam yang diderita oleh pasien merupakan suatu demam virus yang merupakan infeksi sekunder sebagai akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang berbeda, respon antibodi anamnestik pasien akan terpicu, menyebabkan proliferasi dan transformasi limfosit dan menghasilkan titer tinggi IgG antidengue. Karena bertempat di limfosit, proliferasi limfosit juga menyebabkan tingginya angka replikasi virus dengue. Hal ini mengakibatkan terbentuknya kompleks virus-antibodi yang selanjutnya mengaktivasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan merembesnya cairan ke ekstravaskular. Hal ini terbukti dengan peningkatan kadar hematokrit, penurunan natrium dan terdapatnya cairan dalam rongga serosa.
Planning : Pada dasarnya terapi DBD adalah bersifat suportif dan simtomatis. Penatalaksanaan ditujukan untuk mengganti kehilangan cairan akibat kebocoran plasma dan memberikan terapi substitusi komponen darah bilamana diperlukan. Dalam pemberian terapi cairan, hal terpenting yang perlu dilakukan adalah pemantauan baik secara klinis maupun laboratoris. Terapi nonfarmakologis yang diberikan meliputi tirah baring (pada trombositopenia yang berat) dan pemberian makanan dengan kandung-an gizi yang cukup, lunak dan tidak mengandung zat atau bumbu yang mengiritasi saluaran cerna. Sebagai terapi simptomatis, dapat diberikan antipiretik berupa parasetamol, serta obat simptomatis untuk mengatasi keluhan dispepsia. istirahat/ diet ML/ banyak minum minimal 2 liter/hari IVFD RL 6jam/kolf Paracetamol 3 x 1 Antacid 3 x 1 Periksa Hb, Ht, trombosit tiap 12 jam
Balans Cairan
Kontrol :Kegiatan
Periode
Hasil yang diharapkan
Follow up klinis pasien meliputi demam, manifestasi perdarahan dan vital sign
Setiap hari
Terjadi proses perbaikan dengan berkurangnya keluhan laboratorium setiap 12 jam sehari
parameter laboratorium semuanya baik
KegiatanPeriode Hasil yang diharapkan
Follow up klinis pasien meliputi demam, manifestasi perdarahan dan vital sign Setiap hari Terjadi proses perbaikan dengan berkurangnya keluhan
laboratorium setiap 12 jam sehari parameter laboratorium semuanya baik