Borang Portofolio OBGYN

44
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kasus mioma uteri sering terjadi di masyarakat. Penelitian Ran Oket-al (2007) di Pusan Saint Benedict Hospital Korea menemukan 17% kasus mioma uteri dari 4784 kasus-kasus bedah ginekologi yang diteliti. Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39%-11,70% pada semua penderita ginekologi yang dirawat (Joedosaputro, 2005). Menurut penelitian yang dilakukan Karel Tangkudung (1977) di Surabaya angka kejadian miomauteri adalah sebesar 10,30%, sebelumnya di tahun 1974 di Surabaya penelitian yang dilakukan oleh Susilo Raharjo angka kejadian mioma uteri sebesar 11,87% dari semua penderita ginekologi yang dirawat (Yuad,2005). Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukanlebih banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelummenarche. Setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Di Indonesia, mioma uteri ditemukan 2,39%-11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat (Saifuddin, 1999). Sebagian besar kasus mioma uteri adalah tanpa gejala, sehingga kebanyakan penderita tidak menyadari 1

description

borang

Transcript of Borang Portofolio OBGYN

Page 1: Borang Portofolio OBGYN

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kasus mioma uteri sering terjadi di masyarakat. Penelitian Ran Oket-al (2007)

di Pusan Saint Benedict Hospital Korea menemukan 17% kasus mioma uteri dari

4784 kasus-kasus bedah ginekologi yang diteliti. Di Indonesia mioma uteri ditemukan

2,39%-11,70% pada semua penderita ginekologi yang dirawat (Joedosaputro, 2005).

Menurut penelitian yang dilakukan Karel Tangkudung (1977) di Surabaya angka

kejadian miomauteri adalah sebesar 10,30%, sebelumnya di tahun 1974 di

Surabaya penelitian yang dilakukan oleh Susilo Raharjo angka kejadian mioma uteri

sebesar 11,87% dari semua penderita ginekologi yang dirawat (Yuad,2005).

Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25tahun

mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukanlebih

banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelummenarche. Setelah

menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Di Indonesia, mioma

uteri ditemukan 2,39%-11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat

(Saifuddin, 1999).

Sebagian besar kasus mioma uteri adalah tanpa gejala, sehingga kebanyakan

penderita tidak menyadari adanya kelainan pada uterusnya. Diperkirakan hanya 20%-

50% yang menimbulkan gejala klinik, terutama perdarahan menstruasi yang

berlebihan, infertilitas, abortus berulang, dannyeri akibat penekanan massa tumor.

Sampai saat ini penyebab pasti miomauteri belum dapat diketahui secara pasti, namun

dari hasil penelitian diketahui bahwa pertumbuhan dan perkembangan mioma uteri

distimulasioleh hormon esterogen dan siklus hormonal (Djuwantono, 2004).

1

Page 2: Borang Portofolio OBGYN

BAB II

PORTOFOLIO KASUS

Borang Portofolio Kasus Kandungan dan Kebidanan

Topik : Mioma Uteri

Tanggal (kasus) : 20 Mei 2015 Presenter : dr. Andreas Dhymas DMK

Tanggal Presentasi : 31 Agustus 2015 Pendamping dr. I Nyoman Okayasa Sp.OG

Tempat Presentasi : Ruang Perawatan Obsgyn RSD May.Jend. H.M. Ryacudu

Objektif Presentasi :

□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka

□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa

□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil

□ Deskripsi : Perempuan, usia 50 thn, nyeri perut, lemas dan keluar darah dari kemaluan.

□ Tujuan : Penegakkan diagnosa dan pengobatan yang tepat dan tuntas.

Bahan

Bahasan : □ Tinjauan Pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit

Cara

Membahas : □ Diskusi □ Presentasi dan Diskusi □ E-mail □ Pos

Data Pasien :Nama : ny. S, ♀ , 50 thn, BB : 50

kg, TB : 158 cmNo. Registrasi : 14.93.97

Nama Klinik : Obsgyn RSD Ryacudu

LampuraTelp : Terdaftar sejak :

Data Utama untuk Bahan Diskusi :

Diagnosis / Gambaran Klinis : Mioma Uteri/ pasien datang dengan keluahan nyeri perut,

lemas dan keluar darah dari kemaluan.

Riwayat Pengobatan : Pasien pernah berobat di dokter sebelumnya, sudah dilakukan USG

dan didiagnosis mioma uteri

Riwayat Kesehatan/Penyakit: sudah di USG dan didiagnosis mioma uteri pada bulan

Februari

Riwayat Keluarga : Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan seperti pasien.

Riwayat Pekerjaan : Petani

Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Tidak ada2

Page 3: Borang Portofolio OBGYN

Riwayat Reproduksi : Os sudah menikah

Lain-lain : Hasil pemeriksaan laboratorium, Hb : 5,4 gr/dl, Leukosit : 6.990/uL, trombosit :

417.000/uL, Hematokrit 18%, SGOT/PT 32/28, Ur/Cr 30/0,9, GDS 153mg/dl

Hasil Pembelajaran :

1. Definisi mioma uteri

2. Penegakan diagnosa mioma uteri

3. Tatalaksana mioma uteri

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio

1. Subjektif :

Pasien datang ke IGD RSUD Ryacudu dengan rujukan dari klinik Prima Medika

dengan keluhan keluar darah dari vagina sejak 2 bulan yang lalu. Darah yang

keluar dirasakan pasien banyak. Pasien mengaku mengganti pampers sehari

lebih dari 6 kali. Pasien merasakan ada nya massa di bagian perut bagian bawah

yang sudah lama. Pasien mengaku riwayat menstruasi ± 7 hari teratur. Pasien

pernah berobat ke dokter dan sudah dilakukan USG dan sudah didiagnosis oleh

dokter spesialis kandungan menderita mioma uteri. Pasien mengaku lemas dan

nyeri perut serta merasakan adanya benjolan di dalam perut. BAB dan BAK

dalam batas normal.

2. Objektif :

Kesan umum :

Keadaan umum : Tampak sakit sedang, Kesadaram : Composmentis

Tanda vital

Tekanan darah : 100 / 80 mmHg

Pernapasan : 20 x/menit

Suhu : 36,5°C (Axilla)

Nadi : 88 x/menit, reguler, isi cukup

3

Page 4: Borang Portofolio OBGYN

Status Generalis

Kepala

Mesocephali, rambut hitam terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, kulit

kepala tidak ada kelainan.

Mata

Cekung (-/-), Kelopak mata oedema -/-, konjungtiva pucat +/+, sklera ikterik

-/-, pupil iskokor kanan dan kiri, refleks cahaya +/+.

Hidung

Nafas cuping hidung (-/-), bentuk normal, sekret (-/-), septum deviasi (-)

Telinga

Normotia, discharge (-/-)

Mulut

Sianosis (-), trismus (-), stomatitis (-), mukosa faring hiperemis (-), bibir

kering (+), tonsil T1-T1 tenang.

Leher

KGB tidak teraba membesar

Thorax

Paru

Inspeksi : simetris dalam keadaan statis maupun dinamis, retraksi (-),

subcostal (-), intercostalis (-)

Palpasi : vokal fremitus dextra et sinistra sama

Perkusi : sonor diseluruh lapang paru

Auskultasi : suara nafas bronkovesikuler, suara nafas tambahan (-/-),

ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung

Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis tidak teraba

Perkusi : pemeriksaan tidak dilakukan

Auskultasi : bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

4

Page 5: Borang Portofolio OBGYN

Inspeksi : datar

Auskultasi : peristaltik (+) normal

Palpasi : supel, turgor kulit normal, nyeri tekan (+), teraba massa di

regio suprapubic, berukuran ± 7 x 8 cm, hepar tidak teraba,

lien tidak teraba.

Perkusi : timpani seluruh regio abdomen

Genitalia

Tampak darah keluar dari vagina.

Anggota gerak

Keempat anggota gerak lengkap sempurna

Ekstremitas

Superior Inferior

Deformitas - /- - /-

Akral dingin - /- -/-

Akral sianosis - /- - /-

Ikterik - /- - /-

CRT < 2 detik < 2 detik

Tonus Normotoni Normotoni

5

Page 6: Borang Portofolio OBGYN

PEMERIKSAAN KHUSUS

A. Status Obsteric dan Gynecology

Pemeriksaan Dalam

Tidak terdapat bukaan, nyeri goyang portio (-), pada handscoon didapatkan bercak

darah, keputihan(-).

B. Status Antopometri

Berat Badan : 50 kg

Tinggi badan :158 cm

BMI: BB (kg) / TB2 (m) = 20.08

Kesan : normal

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium 20 Mei 2015

Hematologi Hasil Rujukan

Hemoglobin 5,4 gr/dl 12-16 g/dl

Golongn darah

Rhesus

O

Positif

Leukosit

Trombosit

Hematokrit

GDS

SGOT

6.990 / ul

417.000 / ul

18 %

153 mg/dl

32 U/L

5000 – 10.000 / ul

150.000 – 400.000/ul

38 – 47 %

100-200 mg/dl

5 - 40 U/L

6

Page 7: Borang Portofolio OBGYN

SGPT

Ureum

Creatinin

28 U/L

30 mg/dl

0,9

5 - 41 U/L

15 – 39 U/L

0,6 – 1,1

3. Assesment (penalaran klinis) :

Mioma Uteri

4. Plan :

Rawat inap

IVFD RL 20 gtt makro

Injeksi Ceftriaxone 1 gr/12 jam

Injeksi Ketorolax 1 Amp/8 jam

Injeksi Asam Tranexamat 1 Amp/8 jam

Konsultasi dr.SpOG

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Definisi

Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi padat

kenyal, batas jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau multipel.

Tumor ini juga dikenal dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri, atau

uterinefibroid. Mioma uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan

dengan keganasan.

1.2. Epidemiologi

Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun

mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak.

7

Page 8: Borang Portofolio OBGYN

Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20 – 30% dari seluruh wanita. Di Indonesia

mioma uteri ditemukan pada 2,39 – 11,7% pada semua penderita ginekologi yang

dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35 – 45 tahun (kurang

lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post menopause. Wanita yang

sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk berkembangnya mioma ini

dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau hanya 1 kali hamil. Statistik

menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau

hanya hamil 1 kali. Prevalensi meningkat apabila ditemukan riwayat keluarga, ras,

kegemukan dan nullipara.

1.3. Etiologi

Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga

merupakan penyakit multifaktorial. Dipercaya bahwa mioma merupakan sebuah

tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik

tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom lengan 12q13-15. Ada

beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri,

yaitu :

1. Umur :

mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar

10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering

memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun.

2. Paritas :

lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil, tetapi

sampai saat ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan mioma uteri atau

sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertil, atau apakah kedua

keadaan ini saling mempengaruhi.

3. Faktor ras dan genetik :

pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadiaan

mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada

wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.

8

Page 9: Borang Portofolio OBGYN

4. Fungsi ovarium :

diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan

mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang setelah

kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause.

1.4. Patofisiologi

Mioma merupakan monoclonal dengan tiap tumor merupakan hasil dari

penggandaan satu sel otot. Etiologi yang diajukan termasuk di dalamnya

perkembangan dari sel otot uterus atau arteri pada uterus, dari transformasi

metaplastik sel jaringan ikat, dan dari sel-sel embrionik sisa yang persisten. Penelitian

terbaru telah mengidentifikasi sejumlah kecil gen yang mengalami mutasi pada

jaringan ikat tapi tidak pada sel miometrial normal. Penelitian menunjukkan bahwa

pada 40% penderita ditemukan aberasi kromosom yaitu (12;14)(q15;q24).

Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori genioblast.

PercobaanLipschultz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata

menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain

dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat

progesteron atau testoster. Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama sehingga

terjadi hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada

pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon mediasi oleh estrogen

terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi

reseptor progesteron, faktor pertumbuhan epidermal dan insulinlike growth factor 1

yang distimulasi oleh estrogen.

Anderson dkk, telah mendemonstrasikan munculnya gen yang distimulasi oleh

estrogen lebih banyak pada mioma daripada miometrium normal dan mungkin

penting pada perkembangan mioma. Namun bukti-bukti masih kurang meyakinkan

karena tumor ini tidak mengalami regresi yang bermakna setelah menopause

sebagaimana yang disangka. Lebih daripada itu tumor ini kadang-kadang berkembang

setelah menopause bahkan setelah ooforektomi bilateral pada usia dini.

1.5. Klasifikasi mioma uteri

Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena.

1. Lokasi

9

Page 10: Borang Portofolio OBGYN

· Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi.

· Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus

urinarius.

· Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa

gejala.

2. Lapisan Uterus

Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasi dibagi menjadi 3 jenis,

yaitu:

Mioma Uteri Submukosa

Mioma submukosa dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian

dilahirkan melalui saluran serviks disebut mioma geburt. Hal ini dapaat

menyebabkan dismenore, namun ketika telah dikeluarkan dari serviks dan menjadi

nekrotik, akan memberikan gejala pelepasan darah yang tidak regular dan dapat

disalahartikan dengan kanker serviks.

Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih penting

dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun

intramural walaupun ditemukan cukup besar tetapi sering kali memberikan keluhan

yang tidak berarti. Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu

memberikan keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan

sehingga sebagai terapinya dilakukan histerektomi.

Mioma Uteri Subserosa

Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja,

dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai.

Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum dan disebut

sebagai mioma intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga

peritoneal sebagai suatu massa. Perlengketan dengan usus, omentum atau

mesenterium di sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari

tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga

mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga

peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik.

Mioma Uteri Intramural

10

Page 11: Borang Portofolio OBGYN

Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel apabila masih

kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus

berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering

tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya

massa tumor di daerah perut sebelah bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai

mioma subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma submukosa. Di dalam otot

rahim dapat besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim

dominan). Secara makroskopis terlihat uterus berbenjol-benjol dengan permukaan

halus. Pada potongan, tampak tumor berwarna putih dengan struktur mirip

potongan daging ikan.

Tumor berbatas tegas dan berbeda dengan miometrium yang sehat, sehingga

tumor mudah dilepaskan. Konsistensi kenyal, bila terjadi degenerasi kistik maka

konsistensi menjadi lunak. Bila terjadi kalsifikasi maka konsistensi menjadi keras.

Secara histologik tumor ditandai oleh gambaran kelompok otot polos yang

membentukpusaran, meniru gambaran kelompok sel otot polos miometrium. Fokus

fibrosis, kalsifikasi, nekrosis iskemik dari sel yang mati. Setelah menopause, sel-

sel otot polos cenderung mengalami atrofi, ada kalanya diganti oleh jaringan ikat.

Pada mioma uteri dapat terjadi perubahan sekunder yang sebagian besar bersifat

degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma.

Perubahan ini terjadi secara sekunder dari atropi postmenopausal, infeksi,

perubahan dalam sirkulasi atau transformasi maligna.

1.6. Gejala klinis

Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada

pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang timbul

sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada (serviks, intramural,

submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala

tersebut dapat digolongkan sebagai berikut :

1) Perdarahan abnormal

Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenorea,

menoragia dan dapat juga terjadi metroragia. Beberapa faktor yang menjadi

penyebab perdarahan ini, antara lain adalah :

Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai

adenokarsinoma endometrium.

11

Page 12: Borang Portofolio OBGYN

Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa.

Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.

Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang

mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit

pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.

2) Rasa nyeri

Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena

gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat

dan peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan,

pula pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat

menyebabkan juga dismenore.

3) Gejala dan tanda penekanan

Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri.

Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat

menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan

hidronefrosis, pada rectum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada

pembuluh darah dan pembuluh limfe dipanggul dapat menyebabkan edema

tungkai dan nyeri panggul.

4) Infertilitas dan abortus

Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan

pars intertisialis tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan

terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Rubin (1958)

menyatakan bahwa apabila penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan, dan

mioma merupakan penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu

indikasi untuk dilakukan miomektomi

1.7. Diagnosis

1. Anamnesis

Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma

lainnya, faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.

2. Pemeriksaan fisik

12

Page 13: Borang Portofolio OBGYN

Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat

diduga dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak

teratur, gerakan bebas, tidak sakit.

3. Pemeriksaan penunjang

a) Pemeriksaan laboratorium

Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat

perdarahan uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi. Pemeriksaaan

laboratorium yang perlu dilakukan adalah Darah Lengkap (DL) terutama

untuk mencari kadar Hb. Pemeriksaaan lab lain disesuaikan dengan

keluhan pasien

b) Imaging

Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen

pada uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada

abdomen bawah dan pelvis dan kadang terlihat tumor dengan

kalsifikasi.

Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang

tumbuh kearah kavum uteri pada pasien infertil.

MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma

uteri, namun biaya pemeriksaan lebih mahal.

1.8. Diagnosis Banding

Diagnosis banding yang perlu kita pikirkan adalah :

Tumor abdomen di bagian bawah atau panggul ialah mioma subserosum dan

kehamilan.

Mioma submukosum yang dilahirkan harus dibedakan dengan inversio uteri.

Mioma intramural harus dibedakan dengan khoriokarsinoma, karsinoma

korporis uteri atau suatu sarkoma uteri.

Tumor solid ovarium.

Pertumbuhan tumor diikuti oleh infiltrasi ke jaringan sekitar yang

menyebabkan pelbagai keluhan samar-samar seperti perasaan sebah, makan

sedikit terasa cepat kenyang, sering kembung, nafsu makan menurun.

Beberapa gejala yang timbul dapat membuat keraguan dalam mendiagnosa

mioma karena memberikan beberapa keluhan yang hampir sama.

13

Page 14: Borang Portofolio OBGYN

Kecenderungan untuk melakukan implantasi di daerah perut merupakan ciri

khas suatu tumor ganas ovarium yang menghasilkan ascites.

Uterus gravid.

Kelainan bawaan rahim.

Adenomiosis uteri

Adenomiosis secara klinis lebih banyak persamaannya dengan mioma

uteri. Adenomiosis lebih sering ditemukan pada multipara dalam masa

premenopause, sedangkan endometriosis terdapat pada wanita yang lebih

muda dan yang umumnya infertil. Menurut kepustakaan frekuensi

adenomiosis berkisar antara 10 – 47 %. Diagnosis untuk adenomiosis yang

akurat sekarang dapat dilakukan dengan tehnik MRI.

Patologi:

Pembesaran uterus pada adenomiosis umumnya difus. Didapat penebalan

dinding uterus, dengan dinding posterior biasanya lebih tebal. Uterus

umumnya berbentuk simetrik dengan konsistensi padat, dan tidak menjadi

lebih besar dari tinju atau uterus gravidus 12 minggu.

Adenomiosis ini sering terdapat bersama-sama dengan mioma uteri.

Walaupun jarang, adenomiosis dapat ditemukan tidak sebagai tumor difus

melainkan sebagai tumor dengan batas yang nyata. Dalam hal ini kelainan

tersebut yang dinamakan endometrioma uteri, sukar dibedakan dari mioma

uteri. Gambaran mikroskopik yang khas pada adenomiosis ialah adanya pulau-

pulau jaringan endometrium di tengah-tengah otot uterus. Pulau-pulau ini

dapat menunjukkan perubahan siklik, akan tetapi umumnya reaksi terhadap

hormon-hormon ovarium tidak begitu sempurna seperti endometrium biasa.

Walaupun demikian dapat ditemukan kista-kista kecil berisi darah tua di

tengah-tengah jaringan adenomiosis. Kadang-kadang kelenjar-kelenjar dari

endometrium menunjukkan hiperlasia kistik, bahkan dapat ditemukan sel-sel

atipik, akan tetapi keganasan sangat jarang terjadi.

Jaringan otot di sekitar pulau-pulau endometrium mengalami

hiperplasia dan hipertrofi dan segala sesuatu memberi gambaran seperti

anyaman dengan bintik hitam di dalamnya, tanpa adanya semacam kapsula

seperti pada mioma. Kehamilan akan menyebabkan endometrium ektopik ini

berubah seperti desidua.

14

Page 15: Borang Portofolio OBGYN

Diagnosis :

Diagnosis adenomiosis dapat diduga, apabila pada wanita berumur

sekitar 40 tahun dengan banyak anak, keluhan menoragia dan dismenorea

makin menjadi, dan ditemukan uterus yang membesar simetrik dan

berkonsistensi padat. Akan tetapi diagnosis yang pasti baru bisa dibuat setelah

pemeriksaan uterus pada waktu operasi atau sesudah diangkatnya pada operasi

itu.

Endometriosis.

Adalah suatu keadaan di mana jaringan endometrium yang masih

berfungsi terdapat di luar kavum uteri. Jaringan ini yang terdiri atas kelenjar-

kelenjar atau stroma, terdapat di dalam miometrium atau pun di luar uterus.

Bila jaringan endometrium terdapat di dalam miometrium disebut

adenomiosis, dan bila di luar uterus disebut endometriosis.

Gambaran Mikroskopis :

Pada pemeriksaan mikroskopis ditemukan ciri – ciri khas bagi

endometriosis, yakni kelenjar – kelenjar dan stroma endometrium, dan

perdarahan bekas dan baru berupa eritrosit, pigmen hemosiderin, dan sel – sel

makrofag berisi hemosiderin.Di sekitarnya tampak sel – sel radang dan

jaringan ikat, sebagai reaksi dari jaringan normal di sekelilingnya (jaringan

endometriosis).Jaringan endometriosis seperti juga jaringan endometrium di

dalam uterus, dapat dipengaruhi oleh estrogen dan progesteron. Akan tetapi

besarnya pengaruh tidak selalu sama, dan tergantung dari beberapa faktor,

antara lain dari komposisi endometriosis yang bersangkutan (apakah jaringan

kelenjar atau jaringan stroma yang lebih banyak), dari reaksi jaringan normal

di sekitarnya, dan sebagainya. Sebagai akibat dari pengaruh hormon – hormon

tersebut, sebagian besar dari sarang – sarang endometriosis berdarah secara

periodik. Perdarahan yang periodik ini menyebabkan reaksi jaringan

sekelilingnya berupa radang dan perlekatan.

Pada kehamilan dapat ditemukan reaksi desidual jaringan

endometriosis. Apabila kehamilannya berakhir, rekasi desidual menghilang

disertai dengan regresi sarang endometriosis, dan dengan membaiknya

keadaan. Pengaruh baik dari kehamilan kini menjadi dasar pengobatan

endometriosis dengan hormon untuk mengadakan apa yang dinamakan

15

Page 16: Borang Portofolio OBGYN

kehamilan semu (pseudopregnancy). Secara mikroskopik endometriosis

merupakan suatu kelainan yang jinak, akan tetapi kadang – kadang sifatnya

seperti tumor ganas. Antara lain bisa terjadi penyebaran endometriosis ke paru

– paru dan lengan, selain itu bisa terdapat infiltrasi ke bawah kavum Douglasi

ke fasia rektovaginal, ke sigmoid, dan sebagainya.

Gambaran klinis :

Gejala – gejala yang sering ditemukan pada penyakit ini adalah : nyeri

perut bawah yang rogresif dan dekat paha yang terjadi pada dan selama haid

(dismenorea), dispareunia, nyeri waktu defekasi, khususnya pada waktu haid,

poli dan hipermenorea, infertilitas.

Patologi :

Gambaran mikroskopis dari endometriosis sangat variabel. Lokasi

yang paling sering terdapat ialah pada ovarium, dan biasanya di sini didapati

pada kedua ovarium. Pada ovarium tampak kista – kista biru kecil sampai

kista besar (kadang – kadang sebesar tinju) berisi darah tua menyerupai coklat

(kista coklat atau endometrioma)

Diagnosis :

Biasanya dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik,

dipastikan dengan pemeriksaan laparoskopi. Pada endometriosis yang

ditemukan pada lokasi seperti forniks vaginae posterior, perineum, parut

laparotomi, dan sebagainya, biopsi dapat memberi kepastian mengenai

diagnosis. Pemeriksaan laboratorium pada endometriosis tidak memberikan

tanda yang khas, hanya apabila ada darah dalam tinja atau air kencing pada

waktu haid dapat menjadi petunjuk tentang adanya endometriosis pada

rektosigmoid atau kandung kencing. Laparoskopi merupakan pemeriksaan

yang sangat berguna untuk membedakan endometriosis dengan kelainan –

kelainan lain di pelvis.

Perdarahan uterus disfungsional

Yaitu perdarahan bukan haid.Yang dimaksudkan di sini ialah perdarahan yang

terjadi dalam masa antara 2 haid.Perdarahan itu tampak terpisah dan dapat

dibedakan dari haid, atau 2 jenis perdarahan ini menjadi satu ; yang pertama

dinamakan metroragia , yang kedua menometroragia .Metroragia atau

menometroragia dapat disebabkan oleh kelainan organik pada alat genital atau

16

Page 17: Borang Portofolio OBGYN

oleh kelainan fungsional.Perdarahan-perdarahan dari uterus selain mioma uteri

dapat disebabkan oleh kelainan pada :

1. Serviks uteri, sepeti polipus servisitis uteri, erosio porsionis uteri, ulkus

pada porsio uteri, karsinoma servisitis uteri.

2. Korpus uteri, seperti polip endometrium , abortus imminens, abortus

sedang berlangsung, abortus inkompletus, mola hidatidosa,

koriokarsinoma , subinvolusio uteri, karsinoma korporis uteri, sarkoma

uteri.

Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik

dinamakan perdarahan disfungsional.Perdarahan disfungsional dapat terjadi

pada setiap umur antara menarche dan menopause.Tetapi, kelainan ini lebih

sering dijumpai sewaktu masa permulaan dan masa akhir fungsi ovarium.Dua

pertiga dari wanita-wanita yang dirawat di rumah sakit untuk perdarahan

disfungsional berumur di atas 40 tahun, dan 3 % di bawah 20

tahun.Sebetulnya dalam praktek banyak dijumpai pula perdarahan

disfungsional dalam masa pubertas , akan tetapi karena keadaan ini biasanya

dapat sembuh sendiri, jarang diperlukan perawatan di rumah sakit kecuali

perdarahan tersebut disebabkan karena sebab-sebab tertentu seperi mioma.

Tumor solid rongga pelvis non ginekologis.

Miosarkoma.

USG abdominal dan transvaginal dapat membantu dan menegakkan dugaan klinis.

1.9. Komplikasi

Komplikasi yang ditimbulkan mioma uteri adalah :

1. Perdarahan sampai terjadi anemia.

2. Torsi tangkai mioma dari :

o Mioma uteri subserosa.

o Mioma uteri submukosa.

3. Nekrosis dan infeksi, setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi.

4. Perlengketan pasca miomektomi.

17

Page 18: Borang Portofolio OBGYN

5. Terjadi ruptur atau robekan pada rahim.

2.0. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan mioma uteri tergantung dari segi umur, paritas, lokasi, dan

ukuran tumor.Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah, 55% dari

semua mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apa pun,

terutama apabila mioma itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan atau

keluhan.Walaupun demikian mioma uteri memerlukan pengamatan setiap 3-6 bulan.

Dalam menopause dapat terhenti pertumbuhannya atau menjadi lisut. Apabila terlihat

adanya suatu perubahan yang berbahaya dapat terdeteksi dengan cepat agar dapat

diadakan tindakan segera .

Tindakan-tindakan tersebut terbagi atas :

1. Penangganan konsevatif, bila: mioma yang kecil pada pra dan post

menopause tanpa gejala.

Cara penagganan konservatif sebagai berikut :

o Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3 – 6

bulan.

o Bila anemia, Hb < 8 g % segera transfusi PRC.

o Pemberian zat besi.

o Dalam dekade terakhir ada usaha mengobati mioma uterus dengan

GnRH agonist (GnRHa). Hal ini didasarkan atas pemikiran leiomioma

uterus terdiri atas sel-sel otot yang diperkirakan dipengaruhi oleh

estrogen. Penggunaan agonis GnRH leuprolid asetat 3,75 mg IM pada

hari 1 – 3 menstruasi setiap minggu sebanyak tiga kali. GnRHa yang

mengatur reseptor gonadotropin di hipofisis akan mengurangi sekresi

gonadotropin yang mempengaruhi leiomioma. Efek pengurangan yang

dilakukan obat ini terhadap sekresi gonadotropin akan menciptakan

keadaan hipoestrogenik yang serupa yang ditemukan pada periode

postmenopause. Efek maksimum dalam mengurangi ukuran tumor

diobservasi dalam 12 minggu. Terapi agonis GnRH ini dapat pula

diberikan sebelum pembedahan, karena memberikan beberapa

keuntungan : mengurangi hilangnya darah selama pembedahan, dan

dapat mengurangi kebutuhan akan transfusi darah. Pemberian GnRHa

18

Page 19: Borang Portofolio OBGYN

(buseriline acetate) selama 16 minggu pada mioma uteri menghasilkan

degenerasi hialin di miometrium hingga uterus dalam keseluruhannya

menjadi lebih kecil. Akan tetapi setelah pemberian GnRHa dihentikan,

leiomioma yang lisut itu tumbuh kembali di bawah pengaruh estrogen

oleh karena mioma itu masih mengandung reseptor estrogen dalam

konsentrasi yang tinggi. Perlu diingat bahwa penderita mioma uteri

sering mengalami menopause yang terlambat. Karena keinginan

memperoleh anak, maka baru-baru ini progestin dan antipprogestin

dilaporkan mempunyai efek terapeutik. Kehadiran tumor dapat

ditekan atau diperlambat dengan pemberian progestin dan

levonorgestrol intrauterin.

o Hormon androgen yang dianggap sebagai hormon laki-laki diberikan

sebagai terapi pengobatan yang dapat menghikangkan gejala mioma.

o Danazol, obat sintetik yang sama dengan testoteron, dapat

menyusutkan myoma, mengurangi ukuran uterus, menghentikan

menstruasi dan memperbaiki anemia. Terdapat efek samping seperti

pertambahan berat badan, dysphoria (depresi), jerawat, sakit kepala,

suara yang berat. Efek samping tersebut membuat banyak wanita

enggan memakai obat ini.

o Pengobatan lain seperti kontrasepsi oral atau progestin dapat

membantu mengontrol perdarahan menstruasi tapi tidak dapat

mengurangi ukuran myoma. NSAID, yang bukan pengobatan

hormonal, efektif untuk perdarahan vagina yang berat yang tidak

berhubungan dengan myoma.

2. Penangganan operatif : dengan melakukan tindakan operasi terhadap pasien.

Berikut beberapa cara penangganan operatif :

Miomektomi

Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja

tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini dikerjakan misalnya

pada mioma submukosum pada miom geburt dengan cara

ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan sarang mioma

subserosum dapat mudah dilaksanakan apabila tumor

bertangkai karena jelas dan mudah dijepit serta diikat. Apabila

19

Page 20: Borang Portofolio OBGYN

miomektomi ini dikerjakan karena keinginan memperoleh anak

atau mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas,

kemungkinan akan terjadi kehamilan adalah 30 – 50 %. Sejauh

ini tindakan ini tampaknya aman, efektif dan masih menjadi

pilihan terbaik. Miomektomi sebaiknya tidak dilakukan bila ada

kemungkinan terjadi carcinoma endometrium atau sarkoma

uterus, juga dihindari pada masa kehamilan.

Miomektomi dilakukan bila :

o Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12

– 14 minggu.

o Pertumbuhan tumor cepat.

o Mioma subserosa bertangkai dan torsi.

o Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan

berikutnya.

o Hipermenorea pada mioma submukosa.

o Penekanan pada organ sekitarnya.

Miomektomi selama kehamilan

Pada umumnya tidak dilakukan operasi untuk mengangkat

mioma dalam kehamilan.Demikian pula tidak dilakukan abortus

provokatus. Apabila terjadi degenerasi merah pada mioma, biasanya

sikap konservatif dengan istirahat baring dan pengawasan yang ketat

memberi hasil yang cukup memuaskan.Antibiotika tidak banyak

gunanya karena proses peradangannya bersifat suci hama.Akan tetapi,

apabila dianggap perlu , dapat dilakukan laparotomi percobaan dan

tindakan selanjutnya disesuaikan dengan apa yang ditemukan waktu

perut dibuka.

Miomektomi selama kehamilan harus dibatasi pada mioma

yang jelas memiliki tangkai dan dapat djepit dan diikat dengan mudah

(Burton dkk, 1989).Mioma jangan dipotong dari uterus selama

kehamilan atau saat pelahiran, karena dapat terjadi perdarahan deras

dan kadang – kadang , terpaksa dilakukan histerektomi.Walaupun

20

Page 21: Borang Portofolio OBGYN

Glavind dkk (1990) berkeras bahwa pendekatan agresif tidak akan

meningkatkan kematian janin dibandingkan dengan tindakan non

bedah, tetapi hal ini masih perlu dibuktikan.Biasanya mioma

mengalami involusi nyata setelah pelahiran ; karena itu , miomektomi

harus ditunda sampai terjadi involusi. Apabila mioma menghalang-

halangi lahirnya janin , harus dilakukan secsio sesarea segera.

Miomektomi Sebelum Kehamilan

Pengangkatan suatu leiomioma intramural sangat berbahaya

bagi kehamilan berikutnya.Setelah miomektomi , terjadi peningkatan

bermakna risiko ruptur uteri pada kehamilan berikutnya.Selain itu,

ruptur dapat terjadi pada awal kehamilan dan jauh sebelum persalinan

(Golan dkk, 1990).Apabila miomektomi menyebabkan defek yang

mengenai atau dekat dengan endometrium, kehamilan berikutnya perlu

diakhiri sebelum terjadi persalinan aktif.Baru – baru ini dilakukan

embolisasi arteri pada mioma uteri wanita tidak hamil (Katsumori dkk

1999).Hasil dan penyulit pada kehamilan setelah tindakan ini tidak

diketahui.

Miomektomi Setelah Kehamilan

Dalam masa nifas mioma dibiarkan kecuali apabila timbul

gejala-gejala akut yang membahayakan.Pengangkatannya dilakukan

secepat-cepatnya setelah 3 bulan ; akan tetapi pada saat itu mioma

kadang-kadang sudah demikian mengecil sehingga tidak memerlukan

pembedahan.

Laparoskopik

Satu atau beberapa myoma diangkat menggunakan

tehnik laparaskopi atau endoskopi. Laparaskopi dilakukan

dengan membuat insisi kecil pada dinding abdomen dan

memasukkan laparaskop ke dalamnya. Keuntungannya adalah

pasien tidak perlu rawat inap dan penyembuhannya lebih cepat

21

Page 22: Borang Portofolio OBGYN

daripada laparatomi. Kerugiaannya adalah dibutuhkan waktu

yang lama untuk mengangkat myoma yang besar dari abdomen.

Tampilan dari laparoskopik pelvis yang menunjukkan

adanya mioma uteri

Penghancuran mioma

22

Page 23: Borang Portofolio OBGYN

Yaitu dengan menghambat suplai darah mioma :

miolisis yaitu dengan laparaskop, laser fiber / alat elektrik

diletakkan pada fibroma, kemudian pembuluh darah yang

memberi makan mioma dibekukan atau digumpalkan, sehingga

jaringan myoma yang akan mati dan berangsur-angsur

digantikan dengan jaringan parut. Ini lebih mudah dilakukan

daripada myomektomi dan penyembuhannya lebih cepat.

Uterine Artery Embolization (UAE)

Arteri uterina diinjeksi dengan butiran polyvinyl

alkohol melalui kateter yang nantinya akan menghambat aliran

darah ke mioma dan menyebabkan nekrosis. Penting untuk

diketahui, setelah dilakukan UAE, kehamilan tidak

diperkenankan karena terjadi distorsi signifikan dari lapisan

uterus yang dapat menyebabkan implantasi abnormal dan

keguguran serta infertilitas dalam waktu yang lama. Nyeri

setelah UAE lebih ringan daripada setelah pembedahan myoma.

Keuntungannya adalah tidak ada insisi dan waktu

penyembuhannya yang cepat.

Enukleasi Mioma

Dilakukan pada penderita infertil atau yang masih

menginginkan anak atau mempertahankan uterus demi

kelangsungan fertilitas.Sejauh ini tampaknya aman, efektif, dan

masih menjadi pilihan terbaik.Enukleasi sebaiknya tidak

dilakukan bila ada kemungkinan terjadi karsinoma

endometrium atau sarkoma uterus, juga dihindari pada masa

kehamilan.Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor dengan

tangkai dan jelas yang dengan mudah dapat dijepit dan

diikat.Bila miomektomi menyebabkan cacat yang menembus

atau sangat berdekatan dengan endometrium , kehamilan

berikutnya harus dilahirkan dengan sectio caesarea.

Kriteria preopersi menurut American College of Obstericians

Gynecologist (ACOG) adalah sebagai berikut :

23

Page 24: Borang Portofolio OBGYN

Kegagalan untuk hamil atau keguguran

berulang.

Terdapat leiomioma dalam ukuran yang

kecil dan berbatas tegas.

Apabila tidak ditemukan alasan yang

jelas penyebab kegagalan kehamilan dan

keguguran yang berulang.

Histerektomi

Perlu disadari bahwa 25 – 35% dari penderita mioma

masih memerlukan histerektomi.Histerektomi adalah

pengangkatan uterus , yang umunya merupakan tindakan

terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan per abdominam atau

per vaginam. Yang akhir ini jarang dilakukan karena uterus

harus lebih kecil dari telur angsa dan tidak ada perlekatan

dengan sekitarnya. Adanya prolapsus uteri akan mempermudah

prosedur pembedahan. Histerektomi total umunya dilakukan

dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma sevisis

uteri.Histerektomi supravaginal hanya dilakukan apabila

terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat uterus

keseluruhannya.

Histerektomi dilakukan bila pasien tidak menginginkan

anak lagi, dan pada penderita yang memiliki leiomioma yang

simptomatik atau yang sudah bergejala.Kriteria ACOG untuk

histerektomi adalah sebagai berikut :

a) Terdapatnya 1 sampai 3 leiomioma asimptomatik atau

yang dapat teraba dari luar dan dikeluhkan oleh pasien.

b) Perdarahan uterus berlebihan :

Perdarahan yang banyak bergumpal – gumpal atau

terjadi berulang – ulang selama lebih dari 8 hari.

Anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.

c) Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma meliputi :

Nyeri hebat dan akut.

24

Page 25: Borang Portofolio OBGYN

Rasa tertekan pada punggung bawah atau perut bagian

bawah yang kronis.

Penekanan buli – buli dan frekuensi urine yang berulang

– ulang dan tidak disebabkan infeksi saluran kemih.

Penangganan Radioterapi

Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi

(bad risk patient).

Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi

sehingga penderita mengalami menopause.Karena itu

tindakan ini tidak dilakukan pada wanita muda.

Radioterapi ini umumnya hanya dikerjakan kalau

terdapat kontra indikasi untuk tindakan operatif.

Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.

Bukan jenis submukosa.

Radioterapi hendaknya hanya dikerjakan apabila tidak

ada keganasan pada uterus.

Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada

rektum.

Maksud dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan

BAB IV

ANALISA KASUS

Bagaimana mendiagnosa Mioma Uteri?

Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang telah

dilakukan, diagnosa pasien ini adalah Mioma Uteri.

25

Page 26: Borang Portofolio OBGYN

Anamnesa

Pasien datang ke IGD RSUD Ryacudu dengan rujukan dari klinik Prima

Medika dengan keluhan keluar darah dari vagina sejak 2 bulan yang lalu. Darah yang

keluar dirasakan pasien banyak. Pasien mengaku mengganti pampers sehari lebih dari

6 kali. Pasien merasakan ada nya massa di bagian perut bagian bawah yang sudah

lama. Pasien mengaku riwayat menstruasi ± 7 hari teratur. Pasien pernah berobat ke

dokter dan sudah dilakukan USG dan sudah didiagnosis oleh dokter spesialis

kandungan menderita mioma uteri. Pasien mengaku lemas dan nyeri perut serta

merasakan adanya benjolan di dalam perut. BAB dan BAK dalam batas normal.

Keluhan pasien sesuai dengan teori bahwa mioma uteri menyebabkan

perdarahan pervaginam yang banyak pada pasien hingga mengganti pampers lebih

dari 6 kali sehingga menyebabkan anemia dimana gejala anemia yaitu lemas. Pasien

juga merasakan adanya massa di bagian perut bagian bawah dan terasa nyeri.

Pemeriksaan Fisik

Dari pemeriksaan fisik ditemukan keadaan pasien yang lemas dan terlihat

pucat. Pemeriksaan conjungtiva didapatkan conjungtiva anemis dan pada pemeriksaan

abdomen didapatkan adanya massa di regio suprapubic dan dirasakan nyeri tekan,

massa berukuran ±7x8 cm. Pada pemeriksaan dalam didapatkan tidak adanya

pembukaan dan tidak nyeri goyang porsio.

Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa mioma uteri pada pemeriksaan fisik,

sering menyebabkan komplikasi berupa anemia yang diakibatkan adnya darah yang

mengalir pervaginam dalam jumlah yang banyak. Adanya perabaan massa di

abdomen yang mengarahkan ke arah mioma uteri.

Pemeriksaan penunjang

Darah lengkap :

Hb : 5,4 gr/dl

Leukosit : 6.990/uL

Trombosit : 417.000/uL

Hematokrit : 18%

26

Page 27: Borang Portofolio OBGYN

USG Abdomen

Dari hasil laboratorium pasien diatas ditemukan tanda anemia dimana Hb

pasien hanya 5,4 mg/dl. Sedangkan dari pemeriksaan penunjang berupa USG

abdomen didapatan adanya massa.

Bagaimana penatalaksanaan dari mioma uteri?

Penatalaksanaan mioma uteri di bagi menjadi 2 yaitu penanganan konservatif

dan operatif. Penatalaksanaan mioma uteri tergantung kondisi pasien dan gejala dari

mioma uteri itu sendri.

Pada pasien ini diberikan penanganan konservatif yaitu dengan pemberian

tranfusi darah PRC sebanyak 5 kolf di karenakan HB pasien <8 mg/dl. Antibiotic

spectrum luas yaitu Injeksi Ceftriaxone 1 gr/12 jam dan anti analgesik yaitu Injeksi

Ketorolax 1 Amp/8 jam dan Injeksi Asam Tranexamat 1 Amp/8 jam untuk penghenti

perdarahan. Setelah Hb > 10 mg/dl maka akan dilakukan Histerectomy total.

27

Page 28: Borang Portofolio OBGYN

BAB V

KESIMPULAN

Beberapa kesimpulan dapat ditarik dari isi laporan – laporan yang ada. Yaitu :

1. Sampai saat ini penyebab pasti mioma uteri belum diketahui.

2. Mioma uteri sangat erat hubungannya dengan infertilitas dari seorang

wanita.

28

Page 29: Borang Portofolio OBGYN

3. Mioma uteri sering tidak memberikan gejala klinik yang bermakna,

karena itu tidak semua mioma uteri memerlukan tindakan.

4. Mioma uteri sering ditemukan pada masa reproduksi akhir dan sekitar

masa menopause.

5. Faktor predisposisi terjadinya mioma uteri adalah : umur, paritas, ras,

genetik, fungsi ovarium.

6. Pertumbuhan mioma selama kehamilan tidak dapat diperkirakan.

7. Implantasi plasenta yang menutupi atau berkontak dengan mioma

meningkatkan kemungkinan solusio plasenta, abortus, persalinan

preterm, dan perdarahan pasca partum.

8. Mioma multipel meningkatkan insiden malposisi janin dan persalinan

preterm.

9. Degenerasi mioma mungkin menimbulkan gambaran sonografik khas.

10. Insiden sectio sesarea dapat meningkat (Vergani dkk, 1994).

11. Lakukan pengobatan secara konservatif dan operatif bila mioma

tersebut menimbulkan gejala.

DAFTAR PUSTAKA

1. Joedosepoetra MS, Tumor jinak pada alat genital. Dalam : Wiknjosastro H.,

Syaifuddin A.B., Rachimhadhi, editors. Ilmu Kandungan. Edisi ke – 2

Jakarta ; Yayasan Bina Pustaka; 2005: 338 – 45.

2. Cunningham F.Gary, F Gant Norman, J Leveno Kenneth, C Gilstrap III

Larry,C Hauth John,D Wenstrom Katharine: Obstetri Williams. Edisi ke-21

29

Page 30: Borang Portofolio OBGYN

Vol 2: Tentang Kelainan Saluran Reproduksi. Jakarta; Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 2006: 1031-1035

3. Karim A, Murah Manoe IMS. Miooma Uteri. Dalam: Djuanna AA, et al,

editors. Pedoman diagnosis dan terapi. Edisi Pertama. Ujung Pandang; Bagian

SMF Obstetri dan Ginekologi FKUH RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo; 1999:

282 – 297.

4. Manuaba IBG. Tumor jinak rahim. Dalam: Setiawan, Manuaba IBG, editors.

Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana. Jakarta;

Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1998: 409 – 412.

5. Manuaba IBG. Mioma Uteri. Dalam : Manuaba IBG, editor. Kapita selekta

penatalaksanaan rutin obstetri ginekologi dan KB. Jakarta; Penerbit Buku

Kedokteran EGC, 1998: 600 – 603.

6. Pengurus Besar Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Mioma

uterus. Dalam: Standar pelayanan medik obstetri dan ginekologi. Jakarta;

POGIU; 1991: 21 – 22.

30