Administrasi dan Manajemen Puskesmas
Lisa Sari
102012129
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat: Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510__________________________________________________________________________________
PendahuluanPembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional. Dalam undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 dinyatakan bahwa
pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar terwujud kesehatan yang optimal
sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan pembangunan nasional.
Untuk mencapai tujuan tersebut, diselenggarakan upaya-upaya yang bersifat
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Salah satu upaya pemerintah dalam
mewujudkan hal tersebut yaitu membentuk Pusat Kesehatan Masyarakat
(PUSKESMAS). Puskesmas merupakan unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan
yang mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat yang tinggal di suatu wilayah kerja tertentu.
Puskesmas sebagai salah satu organisasi fungsional pusat pengembangan masyarakat
yang memberikan pelayanan promotif (peningkatan), preventif (pencegahan), kuratif
(pengobatan), rehabilitatif (pemulihan kesehatan).
Peran dan Fungsi PuskesmasPengertian Puskesmas
Suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan
kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan
pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam
bentuk kegiatan pokok. Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung-jawab atas
pemeriharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.
1
Fungsi Puskesmas :
1. Sebagai Pusat Pembangunan Kesehatan Masyarakat di wilayah kerjanya.
2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan
kemampuan untuk hidup sehat.
3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat
wilayah kerjanya.
Manajemen Puskesmas1. Planning (Perencanaan)
Perencanaan meliputi kegiatan program dan kegiatan rutin puskesmas yang
berdasarkan visi dan misi puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan primer dimana visi
dan misi digunakan sebagia acuan dalam melakukan setiap kegiatan pokok puskesmas .
Selain itu, kebijakan sistem puskesmas perlu ditinjau setiap akan melakukan perencanaan
program, kebijakan tersebut meliputi kebijakan mandiri dari Puskesmas serta adanaya fungsi
dan upaya puskesmas yang berlandaskan pada UUD 1945 pasal 28, UU No.22 tahun 1999
dan UU No.25 tahun 1999, PP No.25 tahun 2000 serta PP No.48 tahun 2000 dimana tujuan
dari kebijakan tersebut adalah untuk mewujudkan puskesmas yang kuat dari segi kemitraan,
unit kesehatan mandiri, akontabilitas dan teknologi tepat guna.
Biaya dalam perencanaan menejemen keuangan dikelola sendiri oleh puskesmas
sesuai tatacara pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan, adapun sumber biaya
didapatkan dari pemerintah daerah, retribusi puskesmas, swasta atau lembaga sosial
masyarakat. Adapun pembiayaan tersebut ditujukan untuk jemis pembiayaan layanan
kesehatan yang mempunyai ciri – ciri barang atau jasa public seperti penyuluhan kesehatan,
perbaikan gizi, dan pelayanan kesehatan yang mempunyai ciri – ciri barang atau jasa swasta
seperti pengobatan individu.
2. Organizing (pengorganisasian)
Dinas Kesehatan Kota mempunyai tugas untuk menenetukan menetapkan struktur
organisasi puskesmas dengan pertimbangan sebagai fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat
tingkat I, adapun pola organisasi meliputi kepala, wakil kepala, unit tata usaha, unit
fungsional agar tidak terajadi tumpang tindih dalam pelaksanaan kegiatan yang nantinya akan
berpengaruh terhadap kualitas program yang ditangani.
Struktur organisasi puskesmas
2
1. Unsur pimpinan : Kepala Puskesmas
2. Unsur pembantu pimpinan : Tata usaha
3. Unsur pelaksana : Unit I, II, III, IV, V, VI, VII.
Tugas pokok :
1. Kepala Puskesmas
Bertugas memimpin, mengawasi dan mengkoordinasikan kegiatan puskesmas yang dapat
dilakukan dalam jabatan structural, dan jabatan fungsional.
2. Kepala urusan tata usaha
Bertugas dibidang kepegawaian, keuangan perlengkapan dan surat menyurat serta
pencatatan dan pelaporan.
3. Unit I
Bertugas melaksanakan kegiatan kesejahteraan ibu dan anak, keluarga berencana dan
perbaikan gizi.
4. Unit II
Melaksanakan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit menular khususnya
imunisasi, kesehatan lingkungan dan laboratorium sederhana.
5. Unit III
Melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan mulut, kesehatan tenaga kerja dan manula.
6. Unit IV
Melaksanakan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat, kesehatan sekolah dan olahraga,
kesehatan jiwa, kesehatan mata dan kesehatan khusus lainnya.
7. Unit V
Melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan upaya masyarakat dan
penyuluhankesehatan masyarakat, kesehatan remaja dan dana sehat.
8. Unit VI
Melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan dan rawat inap
9. Unit VII
3
Melaksanakan kegiatan kefarmasian.
3. Actuating (Penggerakan pelaksanaan)
a. Sistem ketenagaan
Sistem ketenagaan yang ada di puskesmas dilaksanakan sesuai program yang
dikembangkan serta kemampuan dana, kuantitas tenaga didasarkan pada kebutuhan
priorotas layanan kesehatan dan pendayagunaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan
kebutuhan layanan kesehatan dan profesionalisme pekerjaan. Sesuai PP RI No.32
tahun 1996 tentang tenaga kesehatan yang seharusnya ada adalah tenaga medis,
kesehatan masyarakat (penyuluh kesehatan, sanitarian), tenaga gizi, tenaga
keperawatan, farmasi, dan teknisi medis.
b. Pengembangan Staff
Kegiatan pengembangan staff ditujukan untuk meningkatkan produktifitas
organisasi.
Jenis – jenis pengembangan staff :
1. Orientasi
Merupakan pelatihan perseorangan yang dipakai untuk mengakrabkan pegawai baru
dengan tanggungjawab pekerjaan, tempat kerja, dan rekan kerja.
2. Kelanjutan pendidikan
Hal ini termasuk kegiatan pembelajaran yang direncanakan dibalik program
pendidikan dasar keperawatan dan dirancang untuk memberikan pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap bagi peningkatan praktek keperawatan. Keberhasilan usaha
pengembangan staf tergantung pada penataan sumber daya yang sesuai. Sumber –
sumber pendidikan lanjutan untuk pegawai keperwatan dapat brupa pengajar, sumber
daya dari konsorsia kesehatan, afiliasi dengan perguruan tinggi, organisasi
keperawatan professional dan tugas belajar.
c. Motivasi staf
Motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi, motivasi
yang tepat dapat memajukan dan mengembangkan oraganisasi.Manajer
4
bertanggungjawab untuk memotivasi orang yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan
organisasi.
Ada 3 unsur penting dalam motivasi yaitu antara kebutuhan, dorongan dan tujuan.
Kebutuhan muncul karena ada sesuatu yang kurang dirasakan oleh seseorang, baik
fisiologis maupun psikologis. Dorongan merupakan arahan untuk memenuhi kebutuhan
sedangkan tujuan adalah akhir dari suatu siklus motivasi.
d. Komunikasi dalam manajemen
Tahapan komunikasi :
Manajer harus mengerti struktur organisasi agar dapat memahami sasaran dari
pengambilan keputusan
Komunikasi merupakanbagian proses yang tak terpisahkan dalam kebijakan
organisasi. Manajer harus mempertimbangkan isi komunikasi termasuk dampaknya
terhadap orang yg dipimpinnya.
Komunikasi harus jelas, sederhana dan tepat.
Mansajer harus meminta umpan balik agar dapat mengetahui keefektifan dan
keakuratan komunikasi.
Komponen penting lainnya bagi seorang manajer adalah menajdi pendengar yang
baik.
4. Controlling (Pengawasan dan Pengendalian)
Controlling dalam manajemen puskesmas merupakan indikator keberhasilan puskesmas
yang meliputi 2 faktor yaitu menjadi indikator pencapaian sehat meliputi lingkungan,
perilaku masyarakat, layanan kesehatan dan status kesehatan meliputi insiden penyakit yang
berbasis lingkungan dan kesehatna ibu dan anak. Selain itu juga merupakan indicator
penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan keluarga.
Pelayanan kesehatan tingkat I meluputi :
a. Evaluasi
Salah satu ukuran pengawasan yang digunakan oleh manajer guna mencapai hasil
organisasi adalah system penilaian kerja karyawan. Melalui evaluasi regular dari setiap
pelaksanaan kerja pegawai manajer dapat mencapai beberapa tujuan. Evaluasi pekerja
5
sebaiknya didasarkan pada standar pelaksanaan kerja, orientasi tingkah laku untuk posisi
yang ditempati.
Terdapat strategi pelaksanaan kerja yang memuaskan dan strategi perbaikan yang
diperlukan. Manajer menjelaskan area mana yang dijadiakn prioritas. Laporan evaluasi
maupun pertemuan tersusun secara rapih sehingga membantu dalam pelaksanaan kerja.
b. Kontrol kualitas
Merupakan suatu upaya organisasi dalam menyediakan pelayanan yang memenuhi
standar professional dan dapat diterima oleh klien. Yakni pelayanan kesehatan yang
bermutu, yang dimaksud dengan pelayananan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan
kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakaian jasa pelayanan kesehatan sesuai
dengan tingkat kepuasan rata – rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai
dengan standar atau kode etik profesi yang telah ditetapkan.1
5 Stars Doctor
Strategi WHO yang dikenal dengan sebutan Five Stars Doctor di mana setiap dokter
diharapkan dapat berperan sebagai health care provider yang bermutu, berkesinambungan
dan komprehensif dengan mempertimbangkan keunikan individu , berdasarkan kepercayaan
dalam jangka panjang. Sebagai decision maker yang mampu memilih teknologi yang tepat
dengan pertimbangan etika dan biaya. Sebagai komunikator yang mampu mempromosikan
gaya hidup sehat melalui komunikasi, informasi dan edukasi serta memberdayakan
masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Sebagai community leader yang mampu memperoleh kepercayaan, membangun
kesepakatan tentang kesehatan serta berinisiatif meningkatkan kesehatan bersama. Sebagai
manager yang mampu menggerakkan individu dan lingkungan demi kesehatan bersama
dengan menggunakan data yang akurat. Melalui pembangunan dokter dan masyarakat secara
individu maupun kolektif seperti di atas, diharapkan akan terbangun sistem pelayanan
kesehatan yang lebih sehat (safer system building), lebih murah serta lebih bermanfaat di
masa datang.2
Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung-jawab atas pemeliharaan kesehatan
masyarakat dalam wilayah kerjanya.
1. Wilayah Puskesmas3
6
Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor
kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan keadaan infrastruktur lainnya
merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja Puskesmas.
Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000 penduduk setiap
Puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka Puskesmas perlu
ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut Puskesmas
Pembantu dan Puskesmas Keliling.
Khusus untuk Kota Besar dengan jumlah penduduk satu juta atau lebih, wilayah kerja
Puskesmas bisa meliputi satu Kelurahan. Puskesmas di ibukota kecamatan dengan jumlah
penduduk 150 000 jiwa atau lebih, merupakan "Puskesmas Pembina" yang berfungsi sebagai pusat
rujukan bagi Puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi.
2. Pelayanan Kesehatan Menyeluruh
Pelayanan Kesehatan yang diberikan di Puskesmas ialah pelayanan kesehatan yang
meliputi pelayanan:
- kuratif (pengobatan)
- preventif (upaya pencegahan)
- promotif (peningkatan kesehatan)
- rehabilitatif (pemulihan kesehatan)
yang ditujukan kepada semua penduduk dan tidak dibedakan jenis kelamin dan
golongan umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia.
3. Pelayanan Kesehatan Integrasi (terpadu)
Sebelum ada Puskesmas, pelayanan kesehatan di dalam satu Kecamatan terdiri dari Balai
Pengobatan, Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak, Usaha Hygiene Sanitasi Lingkungan,
Pemberantasan Penyakit Menular dan lain sebagainya. Usaha-usaha tersebut masing-masing
bekerja sendiri dan langsung melapor kepada Kepala Dinas Kesehatan.
Dengan adanya sistem pelayanan kesehatan melalui Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas), maka berbagai kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan bersama di bawah satu
koordinasi dan satu pimpinan.
4. Upaya kesehatan puskesmas
7
Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas, yakni terwujudnya
Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan
upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau
dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya
kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni:
1. Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan
komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus
diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia.
Upaya kesehatan wajib tersebut adalah:
a) Upaya Promosi Kesehatan
b) Upaya Kesehatan Lingkungan
c) Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
d) Upaya Perbaikan Gizi
e) Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
f) Upaya Pengobatan
2. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan
permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan
kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya
kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, yakni:
a) Upaya Kesehatan Sekolah
b) Upaya Kesehatan Olah Raga
c) Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
d) Upaya Kesehatan Kerja
e) Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
f) Upaya Kesehatan Jiwa
g) Upaya Kesehatan Mata
h) Upaya Kesehatan Usia Lanjut
i) Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
8
Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh puskesmas bersama Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan masukan dari BPP. Upaya kesehatan
pengembangan dilakukan apabila upaya kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara
optimal, dalam arti target cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai.
Penetapan upaya kesehatan pengembangan pilihan puskesmas ini dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Dalam keadaan tertentu, upaya kesehatan pengembangan
puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai penugasan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
5. Azas penyelenggaraan puskesmas
Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan harus
menerapkan azas penyelenggaraan Puskesmas secara terpadu. Azas penyelenggaraan
Puskesmas tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi Puskesmas. Dasar pemikirannya adalah
pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi Puskesmas dalam menyelenggarakan
setiap upaya Puskesmas, baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan
pengembangan.
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang pertama adalah pertanggungjawaban
wilayah. Dalam arti Puskesmas bertanggungjawab meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini Puskesmas harus
melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain sebagai berikut:
a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan sehingga
berwawasan kesehatan
b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya
c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan oleh
masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya
d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara merata dan
terjangkau di wilayah kerjanya.
Diselenggarakannya upaya kesehatan strata pertama oleh Puskesmas Pembantu,
Puskesmas Keliling, Bidan di Desa serta berbagai upaya kesehatan di luar gedung Puskesmas
lainnya (outreach activities) pada dasarnya merupakan realisasi dari pelaksanaan azas
pertanggung-jawaban wilayah.3
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang kedua adalah pemberdayaan masyarakat.
Dalam arti Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat, agar
9
berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas. Untuk ini, berbagai potensi
masyarakat perlu dihimpun melalui pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP).
Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh Puskesmas dalam rangka pemberdayaan
masyarakat antara lain:
a. Upaya Kesehatan lbu dan anak: Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita
(BKB)
b. Upaya Pengobatan : Posyandu, Pos Obat Desa (POD),
c. Upaya Perbaikan Gizi: Posyandu, Panti Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi
(Kadarzi)
d. Upaya Kesehatan Sekolah: dokter kecil, penyertaan guru dan orang tua/wali
murid, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)
e. Upaya Kesehatan Lingkungan: Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa
Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL)
f. Upaya Kesehatan Usia Lanjut: Posyandu Usila, panti wreda
g. Upaya Kesehatan kerja: Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)
h. Upaya Kesehatan Jiwa: Posyandu, Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat
(TPKJM)
i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional: Taman Obat Keluarga (TOGA),
Pembinaan Pengobat Tradisional (Battra)
j. Upaya Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan (inovatif): dana sehat, Tabungan Ibu
Bersalin (Tabulin), mobilisasi dana keagamaan.
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang ketiga adalah keterpaduan. Untuk
mengatasi keterbatasan sumberdaya serta diperolehnya hasil yang optimal,
penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu, jika
mungkin sejak dari tahap perencanaan. Ada dua macam keterpaduan yang perlu
diperhatikan yakni Keterpaduan Lintas Program dan Keterpaduan Lintas Sektor.
Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan penyeleng-garaan berbagai
upaya kesehatan yang menjadi tanggung jawab Puskesmas. Contoh keterpaduan lintas
program antara lain:
1) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan KIA dengan P2M,
Gizi, Promosi Kesehatan, Pengobatan,
2) Upaya Kesehatan Sekolah (UKS): keterpaduan kesehatan lingkungan dengan
Promosi Kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja
10
dan kesehatan jiwa
3) Puskesmas Keliling: keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, gizi, promosi
kesehatan, kesehatan gigi
4) Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, Gizi, P2M, kesehatan jiwa, promosi
kesehatan
Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan penyelenggaraan upaya
Puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) dengan berbagai program dari sektor terkait
tingkat kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha. Contoh
keterpaduan lintas sektor antara lain:
1) Upaya Kesehatan Sekolah: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan, agama
2) Upaya Promosi kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian
3) Upaya Kesehatan ibu dan anak: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK, PLKB
4) Upaya Perbaikan gizi: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pertanian, pendidikan, agama, koperasi, dunia usaha, PKK,
PLKB
5) Upaya Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan
dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja, koperasi, dunia usaha,
organisasi kemasyarakatan
6) Upaya Kesehatan kerja: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, tenaga kerja, dunia usaha.3
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang keempat adalah rujukan. Sebagai sarana
pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang dimiliki oleh Puskesmas terbatas.
Padahal Puskesmas berhadapan langsung dengan masyarakat dengan berbagai permasalahan
kesehatannya. Untuk membantu Puskesmas menyelesaikan berbagai masalah kesehatan
tersebut dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan setiap upaya
Puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) harus ditopang oleh azas rujukan.
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas kasus penyakit atau
masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal batik, baik secara vertikal dalam arti
dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya,
maupun secara horizontal dalam arti antar strata sarana pelayanan kesehatan yang sama.
11
Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas ada dua
macam rujukan yang dikenal yakni Rujukan Upaya Kesehatan Perorangan dan Rujukan
Upaya Kesehatan Masyarakat.
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus penyakit. Apabila
suatu Puskesmas tidak mampu menanggulangi satu kasus penyakit tertentu, maka Puskesmas
tersebut wajib merujuknya ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu (baik horizontal
maupun vertikal). Sebaliknya pasien pasca rawat inap yang hanya memerlukan rawat jalan
sederhana, dirujuk ke Puskesmas
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah masalah kesehatan
masyarakat, misalnya kejadian luar biasa, pencemaran lingkungan, dan bencana. Rujukan
pelayanan kesehatan masyarakat juga dilakukan apabila satu Puskesmas tidak mampu
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat wajib dan pengembangan, padahal upaya
kesehatan masyarakat tersebut telah menjadi kebutuhan masyarakat. Apabila suatu
Puskesmas tidak mampu menanggulangi masalah kesehatan masyarakat dan atau tidak
mampu menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat, maka Puskesmas wajib merujuknya
ke dinas kesehatan kabupaten/kota.3
Problem Solving Cycle4
Siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) :
1. Analisis situasi
Merupakan langkah awal perencanaan yang bertujuan untuk identifikasi masalah dan
factor-faktor yang berkaitan dengan masalah kesehatan masyarakat tersebut dan potensi
organisasi yang dapat digunakan.
Kegiatan mengumpulkan dan memahami informasi tentang suatu situasi yang berguna
untuk menentapkan masalah.
2. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan prioritasnya
Dengan menggunakan pendekatan epidemiologi dapat diketahui distribusi penyakit
disuatu masalah
Di lapangan petugas kesehatan akan menghadapi berbagai masalah kesehatan
Karena perlu ditetapkan prioritas maslaah kesehatan
3. Menentukan tujuan program
Menentapkan langkah-langkah operasional program
Memantau dan mengevaluasi penatalaksanaan program
12
4. Mengkaji hambatan dan kelemahan program
Hambatan yang bersumber pada kemampuan organisasi
Hambatan yang terjadi pada lingkungan
5. Menyusun rencana kerja operasionil
Langkah-langkah dalam Problem Solving Cycle:
1. Menentukan prioritas masalah
2. Menentukan prioritas jalan keluar
Untuk dapat menetapkan prioritas masalah ini, ada beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu :
a. Melakukan pengumpulan data
- Data umum
Data yang dihimpun meliputi keadaan umum wilayah kerja Puskesmas, misalnya
pembagian administratif, sosial, ekonomi, budaya dan lain sebagainya
- Data wilayah
Data yang dihimpun meliputi peta, luas wilayah, jumlah desa, jumlah RK/RW, jarak
desa ke Puskesmas, sarana komunikasi, dan lain sebagainya.
- Data penduduk
Data yang dihimpun meliputi jumlah seluruh penduduk, distribusi per desa dan per
RK/RW; menurut jenis kelamin dan golongan umur dengan penekanan pada distribusi
yang disesuaikan dengan sasaran program.
- Data sumber daya
b. Pengolahan data
c. Penyajian data
d. Pemilihan prioritas masalah
Hasil penyajian data akan memunculkan berbagai masalah. Tidak semua masalah dapat
diselesaikan. Karena itu diperlukan pemilihan prioritas masalah, dalam arti masalah yang
paling penting untuk diselesaikan. Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu
proses yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan menggunakan metode tertentu
untuk menentukan urutasn masalah dari yang paling penting sampai dengan kurang
penting. Penetapan prioritas memerlukan perumusan masalah yang baik, yakni spesifik,
jelas ada kesenjangan yang serta dirumuskan secara sistematif.
13
Menentukan Prioritas MasalahDengan cara Delbecq masalah tersebut didiskusikan oleh anggota kelompok dengan saran
dari nara sumber. Cara Hanlon lebih sering digunakan, karena lebih sederhana dan setiap
anggota rapat Puskesmas dapat ikut berperan. Semua anggota rapat diminta memberikan nilai
terhadap masalah tersebut, melalui sistem skoring untuk masing- masing kriterianya.4,5
Kriteria yang dipakai untuk masing-masing masalah adalah
(a) Besarnya masalah
Penentuan score untuk besarnya masalah dilaksanakan dengan memberi nilai (0 - 10)
pada faktor-faktornya yaitu:
- persentase penduduk yang terkena
- biaya yang dikeluarkan per orang per bulan karena masalah tersebut
- kerugian yang dialami penduduk
(b) Tingkat kegawatan masalah
Penentuan score untuk kegawatan masalah dilaksanakan dengan memberi nilai (0 -10)
pada faktor-faktornya yaitu:
- tingkat keganasannya
- tingkat urgensinya
- kecenderungannya
(c) Kemudahan penanggulangan masalah
Penentuan kemudahan penanggulangan masalah dilaksanakan dengan memberi nilai (0,5-
1,5)
(d)PEARL factor yaitu untuk menentukan dapat atau tidaknya program tersebut
dilaksanakan.
Penentuan scorenya untuk masing-masing faktor dilaksanakan melalui voting (1 = ya, 0 =
tidak)
- P = Appropriatness (tepat guna)
- E = Economic Feasibility (secara ekonomi murah)
- A = Acceptability (dapat diterima)
- R = Resource Availability (tersedianya sumber)
- L = Legality (legalitas terjamin)
Hasil voting tersebut untuk masing-masing faktor kemudian dkalikan sehingga didapatkan
hasil akhir dari PEARL factor tersebut.
14
Score untuk masing-masing kriteria, kemudian ditabulasi dan dihitung hasil akhirnya
dengan memperhitungkan pembobotan (bila dirasakan perlu oleh Puskesmas). Dari hasil
perhitungan maka didapatkan peringkat masalah-masalah tersebut, untuk kemudian disusun
secara sistematis.
Evaluasi Program Puskesmas
1. Masukan (input)
Kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam system dan terdiri dari untur tenaga
(man), dana (money), sarana (material), dan metoda (method) yang merupakan variable
dalam melaksanakan evaluasi program pemberantasan Demam Berdarah Dengue.
2. Proses (process)
Kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam system dan terdiri dari unsure
perencanaan (planning), organisasi (organization), pelaksanaan (activities), dan
pengawasan (controlling) yang merupakan variable dalam melaksanakan evaluasi
program Demam Berdarah Dengue.
3. Keluaran (output)
Kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam system
dari kegiatan pemberantasan DBD.
4. Dampak (impact)
Akibat yang ditimbulkan oleh keluaran dalam pemberantasan DBD, secara individual
maupun masyarakat luas.
5. Umpan Balik (feed back)
Kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari system dan sekaligus
sebagai masukan dalam program pemberantasan DBD
6. Lingkungan (environment)
Dunia luar yang tidak dikelola oleh system tetapi mempunyai pengaruh terhadap system.
15
Pendekatan sistemDibentuknya suatu sistem pada dasarnya untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah
ditetapkan. Untuk terbentuknya sistem tersebut perlu dirangkai berbagai unsur atau elemen
sedemikian rupa sehingga secara keseluruhan membentuk suatu kesatuan dan secara
bersama-sama berfungsi untuk mencapai tujuan kesatuan. Apabila prinsip pokok atau cara
kerja sistem ini diterapkan pada waktu menyelenggarakan pekerjaan administrasi, maka
prinsip pokok atau cara kerja ini dikenal dengan nama pendekatan sistem (system approach).5
Pendekatan sistem adalah penerapan suatu prosedur yang logis dan rasional dalam
merencanakan suatu rangkaian komponen-komponen yang berhubungan sehingga dapat
berfungsi sebagai satu kesatuan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari batasan tentang
pendekatan sistem ini, dengan mudah dipahami bahwa prinsip pokok pendekatan sistem
dalam pekerjaan administrasi dapat dimanfaatkan untuk dua tujuan. Pertama, untuk
membentuk sesuatu sebagai hasil dari pekerjaan administrasi. Kedua, untuk menguraikan
sesuatu yang telah ada dalam administrasi. Untuk tujuan yang terakhir ini, biasanya dikaitkan
dengan kehendak untuk menemukan masalah yang dihadapi, untuk kemudian diupayakan
mencari jalan keluarnya yang sesuai.5
Jika pendekatan sistem dapat dilaksanakan, akan diperoleh beberapa keuntungan, antara
lain :5
1. Jenis dan jumlah masukan dapat diatur dan disesuaikan dengan kebutuhan, dengan
demikian penghamburan sumber, tata cara dan kesanggupan yang sifatnya selalu
terbatas, akan dapat dihindari.
2. Proses yang dilaksanakan dapat diarahkan untuk mencapai keluaran sehingga dapat
dihindari pelaksanaan kegiatan yang tidak diperlukan.
3. Keluaran yang dilaksanakan dapat lebih optimal serta dapat diukur secara lebih tepat
dan objektif.
4. Umpan balik dapat diperoleh pada setiap tahap pelaksanaan program.
Sekalipun pendekatan sistem dapat menjamin lengkapnya suatu saran pemecahan yang
diajukan, bukan berarti pendekatan sistem tidak memiliki kelemahan. Salah satu kelemahan
yang dipandang penting ialah dapat terjebak ke dalam perhitungan yang terlalu rinci,
sehingga menyulitkan pengambilan keputusan dan dengan demikian masalah yang dihadapi
tidak akan dapat diselesaikan.5
Kesimpulan
16
Puskesmas merupakan pelayanan kesehatan strata pertama yg memberi pelayanan
kesehatan dasar pada masyarakat. Puskesmas memiliki program kesehatan yang dimana
apabila program tersebut tidak mencapai target maka harus dilakukan evaluasi program
kesehatan tersebut.
Untuk mengatasi masalah di dalam puskesmas kita perlu memilih prioritas masalah
terlebih dahulu, kemudiaan menganalisanya, menentukan kesenjangan yang terjadi ( input,
proses, keluaran, lingkungan, dan sebagainya) kemudian mencari solusi yang tepat sehingga
masalah cakupan program puskesmas yang tidak terpenuhi dapat terselesaikan.
Daftar Pustaka
1. Kumalla P, Pendit BU. Manajemen pelayanan kesehatan primer. Edisi 2. Jakarta :
Penerbit buku Kedokteran EGC; 1999
2. Entjang, I. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Penerbit PT. Citra Aditya Bakti. Bandung; 1997
3. Muninjaya GA. Manajemen kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
1999
4. Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan dan komunitas. Jakarta: EGC;2009.h.227-
235.
5. Azwar A. Perencanaan program kesehatan. Pengantar administrasi kesehatan. Edisi
ke-3. Jakarta. Binarupa Aksara; 1997.hal 200-06.
17