Download - Bioremidiasi Sedimen Tambak Udang

Transcript
Page 1: Bioremidiasi Sedimen Tambak Udang

BIOREMEDIASI SEDIMEN TAMBAK UDANG

Oleh:

Dedy kurniawan

FAKULTAS PERIKANAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2010

Page 2: Bioremidiasi Sedimen Tambak Udang

ABSTRAK

Pertambakan merupakan sistem penting dalam usaha perikanan di berbagai

negara perikanan di negara berbagai negara seperti Thailand, China, Ekuador, Taiwan,

Brasil, Indonesia dan berbagai negara berkembang lainnya. Sistem yang dipakai

biasanya dengan cara melakukan pembukaan lahan terbuka di kawasan pesisir Udang,

terutama spesies Tiger prawn (Panaeus monodon) menjadi spesies utama dalam

pertambakan ini. Usaha pertambakan udang ini berkembang pesat pada pertengahan

tahun 80-an sampai tahun 90-an. Seiring meningkatnya permintaan, usaha ini

berkembang dari sistem pertambakan tradisional yang relatif ramah lingkungan menjadi

sistem intensifikasi yang sarat penggunaan bahan kimia.

Penggunaan bahan kimia ternyata memberikan umpan balik pada segi

kerusakan pada tambak, tambak menjadi tidak dapat digunakan secara berkelanjutan.

Industri pertambakan udang mengalami kolaps pada pertengahan tahun 90-an di

semua negara produsen.

Berbagai penelitian terakhir menyebutkan bahwa kerusakan sedimen pada

tambak merupakan problem utama penyebab tidak. Sedimen ditengarai membuat

kondisi kualitas lingkungan tambak tidak mendukung kehidupan udang. Salah satu

usaha perbaikan sedimen ini adalah dengan menggunakan agensia biologi. Usaha ini

ditujukan untuk mengembalikan sedimen seperti kondisi sebelum tercemar.

Bioremediasi diharapkan dapat membangkitakan kembali usaha perikanan

pertambakna udang seperti pada tahun 80-an.

Page 3: Bioremidiasi Sedimen Tambak Udang

I. I. PENDAHULUAN

SISTEM PERTAMBAKAN UDANG

Kegiatan budidaya adalah intervensi dalam proses pemeliharaan untuk

meningkatkan produksi, seperti penebaran yang teratur, pemberian pakan,

perlindungan terhadap pemangsa (predator) pencegahan terhadap serangan penyakit

dan sebagainya (Pusat Riset Perikanan Budidaya, 2001 dalam Irianto,2007). Kegiatan

budidaya dapat dilaksanakan di lingkungan air payau, air tawar dan air laut. Pemilihan

jenis (spesies) tertentu akan berkaitan langsung dengan lingkungan perairan sebagai

habitat dari sposies yang dipelihara. Kegiatan ini berarti pengusahaan budidaya

organisme akuatik termasuk ikan, moluska, krustase dan tumbuhan akuatik.

Tambak merupakan salah satu jenis habitat yang dipergunakan sebagai

tempat untuk kegiatan budidaya air payau yang berlokasi di daerah pesisir. Secara

umum tambak biasanya dikaitkan langsung dengan pemeliharaan udang windu,

walaupun sebenamya masih banyak spesies yand dapat dibudidayakan di tambak

misalnya ikan bandeng, ikan nila, ikan kerapu, kakap putih dan sebagainya. Tetapi

tambak lebih dominan digunakan untuk kegiatan budidaya udang windu. Udang windu

(Penaeus monodon) merupakan produk perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi

berorientasi eksport (Irianto, 2007).

Page 4: Bioremidiasi Sedimen Tambak Udang

Gambar 1: Kolam untuk membesarkan udang di Korea Selatan.

(http://id.wikipedia.org/)

KONDISI INTERNAL TAMBAK

(a) Kondisi Fisik dan Kimia Sedimen Tambak

• Tekstur Sedimen

Kondisi fisik tanah dapat dibedakan dalam berbagai macam, liat, berpasir,

maupun masam. Semakin tinggi persentase liat, maka porositas tanah

semakin kecil dan konduktifitas hidrauliknya semakin kecil pula sehingga

dapat menahan hara dan air serta kemantapan agregatnya tinggi. Tanah

berpasir mempunyai porositas tinggi, menyerap air. Sedangkan tanah masam

merupakan tanah yang mempunyai kadar asam tinggi sehingga tidak baik jika

digunakan sebagai tambak.

• Kimia Tanah

Keberadaan bahan organik dalam tanah merupakan faktor yang sangat

menentukan di dalam pengelolaan mintakat tropika, karena bahan organik

dapat mempengaruhi upaya perbaikan sifat fisik dan kimia tanah. Dari segi

fisik tanah, adanya bahan organik ini dapat memperbaiki tata partikel tanah

sehingga daya jerap (mengikat) terhadap hara, air dan udara menjadi lebih

baik. Bila ditinjau dari segi kimia tanah, bahan organik merupakan pemasok

unsur karbon yang merupakan unsur pokok dalam proses pelapukan,

sehingga hara dalam tanah lebih tersedia. Analisis kimia sedimen tambak

dapat digambarkan dalam berbagai variabel: Kapasitas tukar kation (KTK),

Nitrogen (Ntotal), P tersedia (P-Bray, P-Olsen), K-dapat ditukar (Kdd), Na

dapat ditukar (Na dd), Ca dapat ditukar (Ca dd), Mg dapat ditukar (Mg dd),

Bahan Organik C-Organik), pH (H20 dan KC1), Tekstur (Hidrometer).

Diskripsi hasil analisis kimia sedimen ini dapat diterangkan sbb:

Page 5: Bioremidiasi Sedimen Tambak Udang

• Kejenuhan Basa (KB) adalah kemampuan tanah mengikat unsur-unsur

kesuburan dalam kondisi basa, sehingga tanah ini tidak mudah tercuci.

Sehingga semakin tinggi Kejenuhan Basa (KB) maka tanah tersebut tergolong

semakin subur. Apabila KB lebih rendah, dan pH cenderung lebih asam, maka

tanali semacam ini: Akumilasi Bahan Organik tinggi, tetapi ada kecurigaan

keracunan terhadap Fe dan Mn (dalam kondisi Anaerob). Kondisi ini juga

menyiratkan sedikitnya mikroorganisme yang dapat hidup.

• C/N rasio : banyaknya kandungan bahan di tanah yang siap diurai untuk

meningkatkan kesuburan tanah

(http://www.lamongan.go.id/}.

(b) Kondisi Lingkungan Tambak Udang

Air tambak harus berkadar garam 5 - 25 ppt

Temperatur min 28°C, maks 32°C, bila lebih rendah atau tinggi tidak mau makan

Udang butuh oksigen min hidup 3,5 ppm, terbaik untuk pertumbuhan min 4 ppm

pada pagi hari

Air tidak boleh jernih atau berbuih, tumbuhkan plankton sebagai bioindikator air

media

(Adiwijaya, 2004)

PENCEMARAN PADA TAMBAK

(a) Akumulasi Bahan Organik

Pada tambak sering terjadi kumulasi material organik yang akan mengalami

transformasi menjadi amonia. Adanya amonia yang terdapat di tambak akan sangat

mengganggu kehidupan udang atau komoditas yang dibudidayakan. Reaksi antara

Page 6: Bioremidiasi Sedimen Tambak Udang

oksidasi amonia menjadi nitrat dalam nitrifikasi adalah terbentuknya nitrit. Adanya nitrit

yang tinggi juga mengganggu kehidupan udang maupun mikroorganisme lainnya. Telah

dilakukan penelitian secara laboratoris untuk melihat aktifitas maupun populasi bakteri

pelaku nitrifikasi. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kondisi reduktif tambak tidak

mematikan bakteri pelaku nitrifikasi, pertumbuhan bakteri pelaku nitrifikasi dapat

berlangsung secara cepat pada medium dan kondisi lingkungan yang mencukupi,

jumlah bakteri heterotrop yang tinggi tenyata tidak diikuti oleh aktivitas yang tinggi

dalam melakukan proses nitritasi maupun nitratasi dan proses nitrifikasi tambak

didominasi oleh aktifitas kelompok bakteri autotrof

Pada tingkat pencemaran yang rendah pada danau atau aliran sungai,

permasalahan pakan dapat diatasi secara alami melalui proses yang dikenal sebagai

pulih diri (self purification).

Pada proses pulih diri, cemaran organik akan mengalami biodegradasi oleh

flora mikroorganisma pada perairan tersebut dan setelah waktu tertentu kondisi

perairan pulih seperti semula. Jika kuantitas pencemar dalam badan air cukup tinggi,

proses pulih diri tidak dapat berlangsung sempurna, perairan mungkin akan menjadi

kekurangan oksigen (anoksik) dan mati akibat tidak ada hewan atau tumbuhan air yang

mampu hidup di dalamnya. Pada kasus dimana kuantitas cemaran materi organik tinggi

maka dapat dilakukan proses bioaugmentasi dan/atau biostimulasi.

(b) Residu Antibiotik dan Pestisida

Penggunaan antibiotika dan pestisida cenderung tidak baik dan hanya

berefek jangka pendek. Penggunaan kedua bahan ini akan meninggalkan residu yang

akan terendapkan di sedimen pada tambak. Residu antibiotik akan tetap berada pada

produk hewan hingga jangka waktu tertentu dan menyebabkan tekanan selektif pada

mikroorganisma, memacu munculnya resistensi pada beragam bakteri dan

memungkinkan transfer gen-gen resisten ke bakteri lainnya. Pada sedimen, residu

dapat merubaha komposisi kimai tanah, akan terjadi perubahan sifat organik dan

organik dari sedimen.

Page 7: Bioremidiasi Sedimen Tambak Udang

Residu antibiotik dan pestisida tidak selalu datang dari aktivitas akuakultur

tetapi dapat berasal dari luar lingkungan akuakultur. Antibiotik dapat berasal dari

aktivitas pengendalian penyakit yang tidak terkendali akibat kurangnya pemahaman,

atau pelaksanaan yang tidak bertanggung jawab. Pencemaran sulit dihindari karena

hingga saat ini tertib peruntukan lahan atau zonasi kegiatan ekonomi, penanganan

limbah dan kesadaran masyarakat akan pentingnya mempertahankan kualitas sumber

daya perairan masih relatif rendah (Irianto, 2007).

SEDIMEN PADA PERTAMBAKAN UDANG

Sedimen merupakan bagian terpenting dalam usaha budidaya udang.

Keadaan sedimen akan mempengaruhi kualitas air tambak. Pada akhirnya kesehatan

udang akan menurun. Kualitas sedimen pada tambak ini menjadi semakin berkurang

ketika terdapat kasus penggunaan antibiotic dan pestisida yang berlebihan.

Penggunaan kedua bahan kimia ini akan sangat berefek pada sedimen karena sifat

kimianya yang tidak dapat didegradsi secara mudah. Ini akan menghasilkan residu

bahan kimia yang mengakibatkan siklus kimia normal sedimen dan air pada tambak

menjadi terganggu.

Residu ini akan mengakibatkan tingginya kandungan bahan nitrogen

anorganik, senyawa organik karbon dan sulfida baik yang berasal dari sisa pakan,

kotoran udang atau pemupukan dalam jangka panjang. Hal tersebut pada akhirnya

berdampak langsung terhadap kandungan senyawa amonia, nitrit, nitrat, H2S, dan

senyawa karbon yang bersifat toksik pada sistem tambak udang. Keseimbangan

ekologis mikroorganisme di dalam tambak sudah tidak normal lagi,

Page 8: Bioremidiasi Sedimen Tambak Udang

Sebagai contoh adalah keberadaan senyawa dimetilsulfida atau DMS [(CH

3 ) 2 S]. Senyawa ini secara normal terdapat dalam jumlah sedikit sedimen perairan laut

dari hasil katabolisma senyawa organosulfur terutama DMSP, asam amino yang

mengandung sulfur dan proses metilasi asam sulfida (H 2 S).pada kondisi anoksik.

Penggunaan bahan kimia menimbulkan kuantitas senyawa DMS berlebih pada sedimen

tambak.

Kehadiran senyawa sulfida ternyata akan menghambat siklus nitrogen di

perairan. Sebagaimana diungkapkan oleh Joye dan Hollibaugh bahwa proses nitrifikasi

dengan menambahkan hidrogen sulfida (HS - ) sebesar 60 dan 100 m M (setara

dengan 1818 h M dan 3030 h M senyawa DMS) ke dalam sedimen estuari,

menyebabkan penurunan proses nitrifikasi masing-masing sebesar 50 dan 100%. (5)

Lebih lanjut Julliette et al. dalam penelitiannya menyebutkan pemberian 0.5 m M (setara

dengan 500 h M) senyawa DMS dan DMDS ke dalam media mengandung 10 mM NH 4

+ mengakibatkan penurunan efisiensi pembentukan nitrit (NO 2 - ) menjadi 86% dan

76%. (6) Kedua hal tersebut menunjukkan bahwa kehadiran senyawa DMS di perairan

akan menghambat laju proses nitrifikasi, sehingga merupakan hal yang perlu

diperhitungkan agar proses nitrifikasi di petambakan udang dapat berjalan secara

optimal.

(Wage Komarawidjaja, 2001).

PENGERTIAN BIOREMEDIASI

Bioremediasi dapat dikatakan sebagai proses yang menggunakan

mikroorganisme, fungi, tanaman hijau atau enzyme yang digunakan untuk

mengembalikan kondisi suatu lingkungan yang telah tercemar kepada kondisi semula

(http://en.wikipedia.org/wiki/Bioremediation).

Proses bioremediasi ini dapat dilakukan secara bioaugmentasi yaitu

penambahan atau introduksi satu jenis atau lebih mikroorganisma baik yang alami

Page 9: Bioremidiasi Sedimen Tambak Udang

maupun yang sudah mengalami perbaikan sifat (improved/genetically engineered

strains), dan biostimulasi yaitu suatu proses yang dilakukan melalu penambahan zat

gizi tertentu yang dibutuhkan oleh mikroorganisma atau menstimulasi kondisi

lingkungan sedemikian rupa (misalnya pemberian aerasi) agar mikroorganisma tumbuh

dan beraktivitas lebih baik (Irianto, 2001).

Penggunaan sistem bioremedasi sendiri disebabkan berbagai keuntungan

yang bisa diperolah seperti relative aman karena menggunakan organisme.

Bioremediasi sendiri bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar

menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).

Ada 4 teknik dasar yang biasa digunakan dalam bioremediasi :

stimulasi aktivitas mikroorganisme asli (di lokasi tercemar) dengan penambahan

nutrien, pengaturan kondisi redoks, optimasi pH, dsb

inokulasi (penanaman) mikroorganisme di lokasi tercemar, yaitu mikroorganisme

yang memiliki kemampuan biotransformasi khusus

penerapan immobilized enzymes

penggunaan tanaman (phytoremediation) untuk menghilangkan atau mengubah

pencemar. (http://Pencemaran Lingkungan online.com//)

II. ISI

2.1. PENGGUNAAN SISTEM BIOREMEDIASI DALAM USAHA PERBAIKAN

KONDISI SEDIMEN TAMBAK UDANG

Bioremediasi merupakan sistem pengembalian kondisi lingkungan yang sudah

tercemar kembali pada kondisi awal. Teknik bioremediasi pada tambak udang secara

prinsip menambahkan mikroorganisme tertentu untuk menormalkan kembali tambak

Page 10: Bioremidiasi Sedimen Tambak Udang

udang yang telah rusak akibat tingginya senyawa metabolitoksik terutama amoniak dan

nitrit. Tidak cuma itu, metoda ini juga mampu menghilangkan H2S yang bersifat

toksik/berracun pada sedimen tambak serta menekan jumlah bakteri vibrio yang dapat

menimbulkan penyakit pada udang windu (Rusmana dan Widianto, 2006).

Dalam kasus pertambakan udang, sedimen merupakan “lingkungan” yang

akan diperbaiki. Dalam usaha melakukan remediasi pada lingkungan tambak, perlu

dilakukan analisa menyeluruh akan kandungan berbagai bahan organic dan an organic

yang terdapat pada lingkungan tambak (Subagyo, 2008). Analisa ini diperlukan untuk

menentukan langkah selanjutnya terhadap lingkungan tambak tersebut, termasuk

dalam penggunaan mikroorgansime yang mungkin akan digunakan. Kegiatan analisa

ini merupakan langkah kerja pertama dalam usaha bioremediasi tambak. Analisa ini

meliputi kegiatan survey pendahuluan terhadap sedimen.

Survey pendahuluan ini meliputi berbagai hal sebagai berikut:

Kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah dikenal dengan remediasi. Sebelum

melakukan remediasi, hal yang perlu diketahui:

Jenis pencemar (organic atau anorganik), terdegradasi/tidak, berbahaya/tidak,

Berapa banyak zat pencemar yang telah mencemari tanah tersebut,

Perbandingan karbon (C), nitrogen (N), dan Fosfat (P),

Jenis tanah,

Kondisi tanah (basah, kering),

Telah berapa lama zat pencemar terendapkan di lokasi tersebut,

Kondisi pencemaran (sangat penting untuk dibersihkan segera/bisa ditunda).

(http://Pencemaran Lingkungan online.com//)

Page 11: Bioremidiasi Sedimen Tambak Udang

Langkah selanjutnya adalah dengan menentukan jenis mikroorganisme yang

bisa digunakan dalam melakukan remediasi terhadap sedimen.fungi, tanaman hijau

atau enzyme. Salah satu yang sering digunakan adalah bakteri. Bakteri digunakan

dalam banyak sistem bioremediasi karena sifatnya yang fagositosis, ukuran kecil, tidak

berbentuk hifa (Subagyo,2008). Dalam aplikasi remediasi sedimen tambak digunakan

jenis bakteri. Berbagai jenis bakteri yang dapat digunakan adalah bakteri nitrifikasi dan

denitrifikasi, bakteri fermentatif maupun bakteri fotosintetik anoksigenik.

Penelitian untuk melakukan langkah kedua ini telah dilaksanakan di

Laboratorium Mikrobiota dan Laboratorium Hidrodinamika Pusat Penelitian Limnologi

LIPI, Cibinong-Bogor. Percobaan diarahkan untuk mencapai keseimbangan lingkungan

tambak dengan memanfaatkan bakteri nitrifikasi dan denitrifikasi, bakteri fermentatif

maupun bakteri fotosintetik anoksigenik. Mikroorganisme tersebut nantinya diharapkan

dapat mengeluarkan senyawa-senyawa toksik dan melepaskannya berupa gas nitrogen

dan CO2 ke atmosfer.

Langkah awal dalam penentuan jenis bakteri ini adalah dengan mencari

bakteri yang cocok untuk dpaat melakukan remedisi terhadap sedimen tambak. Dari

berbagai jenis bakteri yang didapatkan, selanjutnya dapat ditentukan suatu konsorsia

bakteri. Konsorsia bakteri ini y nag akan diaplikasikan secara langsung ke lingkungan

tambak. Penelitian dilakukan di daerah pertambakan di Lampung, Sulawesi Tenggara,

wilayah Pantura serta Pantai Selatan Jawa. Bakteri yang dibutuhkan dalam remediasi

sedimen tambak adalah bakteri nitrifikasi dan denitrifikasi, bakteri fotosintetik

anoksigenik, bakteri fermentatif dan bakteri heterotrofik yang dapat meningkatkan

kualitas air dan sedimemen (Rusmana dan Widianto, 2006).

2.2. APLIKASI SISTEM BIOREMEDIASI PADA TAMBAK UDANG

Page 12: Bioremidiasi Sedimen Tambak Udang

Sistem kerja dalam penggunaan bakteri dalam usaha budidaya udang dalam

tambak adalah dengan penggunaan konsorsia bakteri remediasi. Konsorsia ini terdiri

dari berbagai jenis bakteri yang telah ditemukan yaitu bakteri heterotrofik, bakteri

nitrifikasi dan denitrifikasi, serta bakteri fotosintetik anoksigenik. Rasio bakteri yang

digunakan adalah Bakteri nitrifikasi : bakteri denitrifikasi : bakteri fotosintetik

anoksigenik : bakteri heterotrofik (bakteri fermentatif - DA) = 2 : 1 : 1 : 2.

Bakteri denitrifikasi dan nitrifikasi untuk mengendalikan nitrogen, amoniak, nitrat,

dan nitrit yang ada di tambak.

Bakteri fotosintetik anoksigenik untuk mengatur hidrogen sulfida (H2S) dan

sebagai pakan tambahan karena banyak mengandung karotenoid.

Bakteri heteroptrofik untuk mengontrol karbon dan senyawa organik dari sisa

pakan.

Bakteri fermentasi untuk menghilangkan senyawa organik dengan cepat karena

punya sifat proteolitik.

Konsorsium bakteri ini dimasukkan dalam tambak dua minggu sebelum bibit

ditebar, selanjutnya setiap 10 hari sampai masa panen. Tiap satu hektare tambak

memerlukan 120 liter tiap 10 hari selama dua bulan pertama. Selanjutnya sampai bulan

keempat, dinaikkan dua kali lipat dengan konsentrasi yang sama. Hasil akhir

menunjukkan tingkat kelangsungan hidup udang sekitar 70 persen dengan padat

penebaran 30 ekor per m2 dan ukuran panen 35-45 ekor per kg.

Berdasarkan hasil analisa kualitas air tambak menunjukan bakteri

bioremediasi mampu beradaptasi dan dapat bekerja dengan baik menjaga kondisi

kualitas air tambak agar berada dibawah batas ambang dan mampu menguraikan

senyawa toksik (Rusmana dan Widianto, 2006).

Page 13: Bioremidiasi Sedimen Tambak Udang

III. KESIMPULAN

1. Bioremediasi merupakan sistem pengembalian kondisi lingkungan yang

sudah tercemar kembali pada kondisi awal dengen menggunakan agensia

biologi.

2. Kerusakan sedimen pada tembak udang pada dasarnya disebabkan

penggunaan bahan kimia yang berlebihan sehingga menghasilkan residu

bahan kimia yang mengakibatkan siklus kimia normal sedimen dan air

pada tambak menjadi terganggu.

3. Penggunaan sistem pengolahan dengan menggunakan bioremediasi

dibutuhkan keahlian khusus sehingga diperlukan suatu sistem teknologi

sederhana untuk aplikasi kepada masyarakat nelayan secara luas.

4. Aplikasi bioremediasi pada tambak udang harus diikuti dengan manajemen

usaha tambak karena suatu tambak juga dipengaruhi lingkungan luar

tambak.

Page 14: Bioremidiasi Sedimen Tambak Udang

DAFTAR PUSTAKA

Adiwijaya, Darmawan.2007.Kunci Sukses Budidaya Udang Sistem Tertutup

Secara Berkelanjutan.http://ikanmania.wordpress.com/

Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara. Tambak Udang Sistem

Tertutup Bebas Virus dan Ramah Lingkungan.

http://ikanmania.wordpress.com/

Bioremediation. http://en.wikipedia.org/wiki/Bioremediation

Executive Summary Kondisi Dan Potensi Wilayah Pesisir

http://www.lamongan.go.id/

Page 15: Bioremidiasi Sedimen Tambak Udang

Hermanto, S.Pi., M.Si. 2007. Pengelolaan Budidaya Tambak Berwawasan

Lingkungan. http://ikanmania.wordpress.com/

Irianto, Agus Prof.Drs., M.Sc., Ph.D. 2007. Potensi Mikroorganisma : Di Atas

Langit Ada Langit. http: //www.unsoed.ac.id/ .

Komarawidjaja, Wage. Potensi Dampak Negatifkandungan Senyawa

Dimetilsulfida (DMS) di Beberapa Kawasan Pertambakan Udang. Jurnal

Sains dan Teknologi Indonesia, Vol.3, No.4 (Juli 2001), hal. 14-18/HUMAS-

BPPT/ANY

Mina Diklat BPPP Belawan Medan. 2007. Jenis Penyakit Udang Pada Budidaya

Air Payau. http://ikanmania.wordpress.com/2007/12/31

Pencemaran Tanah. http://Pencemaran Lingkungan online.com//

Rekapitalisasi fosfat.http://balittanah.litbang.deptan.go.id/

Rusmana, Iman dan Tri Widiyanto 2006 Pemanfaatan Bakteri Pereduksi Nitrat

Disimilatif Dan Nitrifikasi Sebagai Agens Bioremediasi Untuk Mengontrol

Kadar Amonia Dan Nitrit Di Tambak Udang PT. Garam Kabupaten

Sumenep Pasca Panen dan Keterkaitannya dengan Faktor Lingkungan

Okid Parama Astirin. http://jurnal.aquaculture-mai.org/vol5no2.pdf.

Page 16: Bioremidiasi Sedimen Tambak Udang

Rusmana, Iman dan Tri Widiyanto. 2006 Kajian Daya Dukung & Sistem

Pengelolaan Perairan Budidaya Udang Windu Yang Berkelanjutan

http://www.olm.limnologi.lipi.go.id//

Subasinghe, R., M.J. Phillips dan A.G.J. Tacon Network of Aquaculture Centres in

Asia-Pacific (NACA) http://www.fao.org/

Subagyo, IR. MSc. 2008. Bioremediasi pada Aquakultur. Bahan Mata Kuliah

Bioremediasi Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan. Universitas Diponegoro, Semarang.

Sukoso dan Sri Andayani. Kajian Nitrifikasi Sedimen Tambak Udang

Tambak Udang. http://id.wikipedia.org/

Thailand transformed by shrimp boom.http://www.pulitzer.org/

Yudhi Soetrisno Garno. 2001. Pengembangan Industri Budida Udang di Tambak

Kedap Air dan Beban Pencemaran Limbahnya Pada Parairan Pantai.

Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol.3, No.5, (Agustus 2001), hal. 70-

76

Page 17: Bioremidiasi Sedimen Tambak Udang

Widiyanto, Tri. 2006. Kuartet Bakteri Bioremediasi.TEMPO Interaktif,