Dokumentasi dan Informasi Hukum|1
BERITA DAERAH KABUPATEN BANTAENG
TAHUN 2018 NOMOR 64
PERATURAN BUPATI BANTAENG
NOMOR 64 TAHUN 2018
TENTANG
JENIS USAHA / KEGIATAN YANG WAJIB DILENGKAPI UPAYA
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN
LINGKUNGAN HIDUP ( UKL – UPL )
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BANTAENG
Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pasal 34 ayat ( 1 ) Undang –
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan Lingkungan hidup, setiap usaha dan/atau
kegiatan yang tidak termasuk dalam kriteria wajib AMDAL, wajib memiliki UKL dan UPL.
b. bahwa pengelolaan Lingkungan Hidup merupakan salah satu kewenangan yang wajib dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah sejalan dengan berlakunya otonomi
daerah c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud huruf a dan huruf b perlu menetapkan perlu menetapkan Peraturan Bupati Bantaeng, tentang jenis
usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup ( UKL – UPL );
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang
Pembentukan Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 74,
Tambahan Lembaga Negara Republik Indonesia Nomor 1822);
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor
49, Tambahan Lembaga Negara Republik Indonesia Nomor 3419);
3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaga Negara Republik
Indonesia Nomor 3888); 4. Undang – Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaga Negara
Republik Indonesia Nomor 4725); 5. Undang – Undang 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaga Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaga Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
Dokumentasi dan Informasi Hukum|2
6. Undang – Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaga Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaga Negara Republik Indonesia Nomor 5492);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaga Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaga Negara Republik Indonesia Nomor 4833);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 48, Tambahan Lembaga Negara Republik
Indonesia Nomor 5285); 9. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13
Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan Lingkungan Hidup dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan Hidup (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 231);
10. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan
Hidup Strategis (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 729);
11. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8
Tahun 2013 tentang Tata Laksana Penilaian dan Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup serta
Penerbitan Izin Lingkungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1256);
12. Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 494/VII/2003 tentang Jenis Usaha/kegiatan yang wajib UKL – UPL di Provinsi Sulawesi Selatan ;
13. Peraturan Bupati Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup (Berita
Daerah Kabupaten Bantaeng Tahun 2011 Nomor 4).
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG JENIS USAHA / KEGIATAN YANG WAJIB DILENGKAPI UPAYA
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL – UPL).
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Bantaeng; 2. Bupati adalah Bupati Bantaeng;
3. Pemerintah daerah adalah kepala daerah beserta perangkatnya sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan
urusan pemerintahan yang kewenangan daerah otonom; 4. Dinas Lingkungan Hidup yang selanjutnya disebut Dinas adalah Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Bantaeng; 5. Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas
suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang dilaksanakan;
6. Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya;
Dokumentasi dan Informasi Hukum|3
7. Perlindungan dan pengelolaan Lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi untuk mencegah
dan/ atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan penegakan
hukum; 8. Upaya Pengelolaan lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan
Hidup, yang selanjutnya disebut UKL-UPL adalah Pengelolaan dan Pemantauan terhadap usaha dan/atau kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan; 9. Izin Lingkungan adalah Izin yang diberikan kepada setiap orang yang
melakukan usaha yang wajib AMDAL atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan pengeloaan Lingkungan hidup sebagai prasyarat untuk
memperoleh izin usaha; 10. Izin usaha dan / atau kegiatan adalah izin yang diterbitkan oleh instansi
teknis untuk melakukan usaha dan / atau kegiatan;
11. Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan selanjutnya di singkat SPPL adalah pernyataan kesanggupan dari penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup atas dampak lingkungan hidup dari usaha dan/atau kegiatannya di luar
usaha dan/atau kegiatan yang wajib AMDAL dan UKL-UPL.
Pasal 2
Setiap usaha dan/atau kegiatan yang menimbulkan dampak terhadap
lingkungan hidup perlu dianalisis sejak perencanaan sehingga dampak yang timbul dapat diantisipasi sedini mungkin
Pasal 3
(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak tidak penting diwajibkan untuk menyusun UKL-UPL;
(2) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk dalam wajib AMDAL, wajib menyusun UKL-UPL;
(3) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berlokasi di kawasan industri yang telah dilengkapi dengan studi AMDAL wajib menyusun UKL – UPL .
BAB II
JENIS USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG WAJIB UKL – UPL
Pasal 4
(1) Jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki UKL – UPL tercantum
dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan ini;
(2) Jenis usaha yang tidak tercantum pada lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan penapisan guna menetukan dokumen lingkungan
yang tepat (3) Jenis usaha dan/atau kegiatan yang tercantum pada Lampiran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang memilki skala/besaran di bawah
kegiatan yang wajib UKL-UPL cukup dilengkapi dengan SPPL.
BAB III
PENYUSUNAN UKL – UPL
Pasal 5
(1) Penyusunan UKL-UPL berfungsi untuk :
a. memberikan informasi tentang komponen lingkungan yang akan terkena dampak ; dan
Dokumentasi dan Informasi Hukum|4
b. sebagai dokumen yang mengikat bagi pemrakarsa untuk melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
(2) Penyusunan UKL-UPL bertujuan untuk : a. melaksanakan pembangunan berwawasan lingkungan untuk
kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang; dan b. menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup.
Pasal 6
(1) UKL – UPL disusun oleh pemrakarsa setelah adanya Izin Prinsip dan
sebelum kegiatan pra-konstruksi. (2) Penyusunan UKL – UPL menjadi tanggung jawab pemrakarsa.
(3) Penyusunan UKL – UPL dapat dikerjakan sendiri oleh pemrakarsa atau dengan memakai jasa pihak ketiga yang mempunyai keahlian tentang lingkungan
Pasal 7
(1) Penyusunan UKL-UPL harus sesuai dengan rencana tata ruang wilayah ( RTRW ) dan/atau rencana tata ruang kawasan setempat
(2) Apabila lokasi usaha dan/atau kegiatan tidak sesuai dengan rencana tata
ruang wilayah ( RTRW ), UKL – UPL ditolak dan dikembalikan ke pemrakarsa
BAB IV BIAYA PENYUSUNAN, PEMERIKSAAN UKL-UPL DAN REKOMENDASI
Pasal 8
(1) Biaya penyusunan dokumen dan pemeriksaan UKL-UPL dibebankan kepada pemrakarsa sesuai standar biaya umum ( SBU ) / standar barang dan jasa
yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan (2) Jasa pemeriksaan UKL-UPL meliputi :
a. Honorarium pemeriksa UKL-UPL
b. Penggandaan UKL-UPL pada tahap persiapan rapat koordinasi pemeriksaan UKL-UPL
c. Biaya penyelenggaraan rapat
Pasal 9
(1) Dinas membentuk Tim Pemeriksa UKL-UPL (2) Susunan Tim Pemeriksa sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) adalah :
a. Pejabat Eselon II selaku Ketua b. Pejabat Eselon III yang membidangi teknis lingkungan selaku Sekretaris
c. Staf Dinas Lingkungan Hidup selaku Anggota
Pasal 10
(1) Tanggapan tertulis terhadap hasil pemeriksaan dan perbaikan UKL-UPL diberikan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah dokumen diterima
(2) Perbaikan UKL-UPL berdasarkan tanggapan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sudah harus disampaikan kepada tim pemeriksa
Dokumentasi dan Informasi Hukum|5
BAB V REKOMENDASI UKL-UPL
Pasal 11
(1) Penerbitan Rekomendasi kepada pemrakarsa Paling lambat 14 ( Empat
Belas ) hari kerja setelah perbaikan UKL-UPL sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat (2) diterima
(2) Rekomendasi UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) digunakan
sebagai dasar untuk memperoleh izin lingkungan (3) Apabila dikemudian hari terdapat perubahan akibagt perkembangan usaha
dan/atau kegiatan maka pemrakarsa wajib menyusun revisi UKL-UPL.
BAB VI
PENGAWASAN DAN PELAPORAN
Pasal 12
(1) Pengawasan teknis pelaksanaan UKL-UPL dilakukan oleh Dinas sesuai
dengan kewenangan yang dimiliki; (2) Pemrakarsa wajib melaporkan hasil pengelolaan dan pemantauan
lingkungan setiap 6 (enam) bulan sekali kepada Dinas.
BAB VII KETENTUAN PENUTUP
Pasal 13
Dengan berlakunya Peraturan Bupati ini maka semua ketentuan Peraturan Perundang-Undangan yang bertentangan dengan ketentuan dalam peraturan
ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 14
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Bantaeng
Ditetapkan di Bantaeng Pada Tanggal 1 November 2018
BUPATI BANTAENG Cap/ttd.
ILHAM SYAH AZIKIN
Diundangkan di Bantaeng Pada Tanggal 2 November 2018
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BANTAENG
ABDUL WAHAB
BERITA DAERAH KABUPATEN BANTAENG TAHUN 2018 NOMOR 64
Dokumentasi dan Informasi Hukum|6
LAMPIRAN PERATURAN BUPATI BANTAENG NOMOR : 64 TAHUN 2018
TANGGAL : 1 NOVEMBER 2018 TENTANG : JENIS USAHA DAN / ATAU KEGIATAN YANG WAJIB DI
LENGKAPI UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL)
A. BIDANG PERINDUSTRIAN
No Jenis usaha/Kegiatan Besaran/Skala
1 2 3
1
Sari daging dan air daging, daging beku,
daging olahan tanpa kedapan udara, daging olahan dan kemasan kedap udara lainnya, daging olahan dan awetan
lainnya, daging dalam kaleng, susu kelapa (whey), susu bubuk, susu yang di
awetkan, susu cair dan susu kental
Produksi Rill ≥ 2000 ton/tahun
2
Mentega, keju, makanan dari susu lainnya
Produksi Rill ≥ 2000 ton/tahun
3
Es krim dari susu Produksi Rill ≥ 35.000 liter/tahun
4
Buah-buahan/sayuran dalam kaleng Produksi Rill ≥ 2000 ton/tahun
5
Buah-buahan dalam botol Produksi Rill ≥ 2000 ton/tahun
6
Buah-buahan lumat/sayuran yang dilumatkan
Produksi Rill ≥ 2000 ton/tahun
7
Air sari pekat buah-buahan/sayuran Produksi Rill ≥ 2000 ton/tahun
8 Ikan atau biota perairan lainnya yang dikalengkan
Produksi Rill ≥ 2000 ton/tahun
9
Margarine/Mentega Produksi Rill ≥ 1000 ton/tahun
10
Minyak goreng kelapa Produksi Rill ≥ 4500 ton/tahun
11
Tepung terigu Produksi Rill ≥ 5000 ton/tahun
12
Pembuatan gula lainnya Produksi Rill ≥ 5000 ton/tahun
13
Sirup bahan dari gula Pemakaian gula ≥ 200 ton/tahun
14
Pengolahan gula lainnya selain sirup Pemakaian gula ≥ 400
ton/tahun
15
Pati sari/ubi kayu (tepung tapioka) Produksi Rill ≥ 9000 ton/tahun
16
Berbagai macam pati palma (Sagu) Produksi Rill ≥ 6000 ton/tahun
17
Kecap Produksi Rill ≥ 1,5 Juta
liter/tahun
18
Tahu Kedelai 300 ton/tahun
19
Daging, Sintesis, bubuk sari kedelai Produksi Rill ≥ 1000 ton/tahun
20
Minuman Alkohol Produksi Rill ≥ 5000 ton/tahun
21
Anggur dan sejenisnya Produksi Rill ≥ 5000 ton/tahun
22
Minuman ringan lainnya Produksi Rill ≥ 1 juta
liter/tahun
Dokumentasi dan Informasi Hukum|7
23
Ransum/pakan jadi untuk hewan Produksi Rill ≥ 2000 ton/tahun
24
Karung goni Investasi ≥ Rp. 600 juta
25
Pengawetan kulit Investasi ≥ Rp. 600 juta
26
Penyamakan kulit Investasi ≥ Rp. 600 juta
27
Barang dari kulit Investasi ≥ Rp. 1 milyar
28
Sepatu kulit Investasi ≥ Rp. 1 milyar
29
Penggergajian dan pengawetan kayu Produksi Rill ≥ 1000 m3/tahun
30 Komponen rumah dari kayu Investasi ≥ Rp. 1 Milyar
31
Rotan mentah dan rotan setengah jadi
tusuk gigi dan sendok es krim dari kayu
Produksi Rill ≥ 1000 m3/tahun
32
Perabot/kelengkapan rumah tangga dari
kayu, meubel, kotak tv dll
Investasi ≥ Rp. 600 Juta
33
Rotan barang jadi Produksi Rill ≥ 1000 m3/tahun
34
Tusuk sate dari bambu Investasi ≥ Rp. 600 Juta
35
Perabot dari rumah tangga lainnya Investasi ≥ Rp. 600 Juta
36 Industri percetakana/penerbitan Produksi Rill ≥ 0,5 Juta m3/tahun (investasi ≥ Rp. 1
milyar)
37
Gas industri gas mulia atau bukan gas mulia hasil ikatan dan jasa penunjang
industri kimia dasar anorganik dan gas industri
Semua besaran
38
Elemen kimia, fosfida, karbida, air suling/air murni, udara cair/udara
kempaan, asam anorganik dan persenyawaan zat asam dari bukan logam
Semua besaran
39
Fisi elemen kimiadan isotop, elemn kimia radioaktif dan isotof radioaktif
Semua besaran
40
Pestisida untuk pertanian, hasil ikatan
dan jasa penunjang industri
Produksi Rill ≥ 1 Milyar
41 Bahan Pembersih ( Sabun, Detergen dll) Investasi ≥ Rp. 600 Juta
42 Kosmetik, (Rias Wajah, Wangi-wangian
dll)
Investasi ≥ Rp. 600 Juta
43 Tinta Tulis dan Tinta Lainnya Investasi ≥ Rp. 600 Juta
44 Korek api batang kayu atau korek api lainnya
Investasi ≥ Rp. 600 Juta
45 Pipa dan Selang Plastik Investasi ≥ Rp. 600 Juta
46 Kemasan Dari Plastik Investasi ≥ Rp. 600 Juta
47 Batu Bata Berongga atau Tidak Berongga Investasi ≥ Rp. 600 Juta
48 Industri alat pertanian dan logam Investasi ≥ Rp. 1 Milyar
Dokumentasi dan Informasi Hukum|8
B. PERDAGANGAN
No. Jenis Usaha/ Kegiatan Keterangan
1 2 3
1 Laboratorium Surveyor Laboratorium yang digunakan oleh badan usaha yang melakukan jasa survei untuk menentukan kualitas barang
2 Laboratorium Penguji Mutu Laboratorium yang telah diakreditasi kementrian perdagangan, untuk
malaksanakan pengujian mutu mata dagangan tertentu
3 Pasar
swalayan/Supermarket/ Toko serba ada
Badan usaha yang menjual barang
dagangan eceran secara langsung kepada konsumen akhir secara swalayan
4 Usaha Jasa Perdagangan Menggunakan gudang untuk menampung barang untuk kepentingan pemilik barang
5 Pusat pertokoan/
Perdagangan dengan luas areal <5 Ha atau luas
bangunan <10.000 m3
Badan Usaha yang mengelola toko-toko/
kios-kios untuk menjual barang eceran secara langsung kepada konsumen
6 Bengkel yang memerlukan surat izin usaha perdagangan dan tergolong perusahaan
besar
Usaha jasa perbaikan dan pelumasan kendaraan bermotor
7 Toko Bahan Kimia Toko yang menjual dan menyimpan bahan kimia yang mengandung B.3 dalam bentuk
apapun
C. BIDANG TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
No. Jenis Usaha/Kegiatan Besaran/Skala
1 2 3
1 Pencetakan sawah pada kawasan hutan 100 Ha – 1000 Ha pada
satu hamparan lokasi
2 Pencetakan sawah diluar kawasan hutan 100 Ha – 500 Ha pada satu hamparan lokasi
49 Industri alat pertukangan dari logam Investasi ≥ Rp. 1 Milyar
50 Industri alat dapur dari aluminium Investasi ≥ Rp. 600 Juta
51 Barang dari aluminium untuk bangunan Investasi ≥ Rp. 600 Juta
52 Industri sepeda/perlngkapan sepeda Investasi ≥ Rp. 1 Milyar
53 Kamera Potografi Investasi ≥ Rp. 1 Milyar
54 Industri jam dan seterusnya Investasi ≥ Rp. 1 Milyar
55 Mainan anak-anak Investasi ≥ Rp. 1 Milyar
Dokumentasi dan Informasi Hukum|9
3 Budidaya tanaman pangan dan holtikultura
semusim dengan atau tanpa unit pengolahan pada satu hamparan lokasi
100 Ha – 5000 Ha
4 Budidaya tanaman dan holtikultura tahunan dengan atau tanpa unit pengolahan pada satu
hamparan lokasi
200 Ha – 5000 Ha
5 Penggilingan Padi dan penyosohan Beras Kapasitas terpasang 0,3
ton beras/jam
6 Bila lahan yang ada didalamnya terdapat
kegiatan terpadu seperti butir 1 s/d 5 tersebut diatas yaitu pencetakan sawah dan
holtikultura semusim dan atau tahunan dengan atau tanpa unit pengolahannya
Semua besaran tersebut
diatas
D. BIDANG PETERNAKAN
No. Jenis Usaha/Kegiatan Besaran/Skala
1 2 3
1 Budidaya burung puyuh Populasi ≥ 25.000 ekor
2 Budidaya ayam ras pedaging Populasi ≥15.000 ekor/ siklus
3 Budidaya itik, angsa, entok Populasi ≥ 15.000 ekor
4 Budidaya ayam ras petelur atau ayam kalkun
Populasi ≥ 10.000 ekor
5 Budidaya Kelinci Populasi ≥ 1.500 ekor
6 Budidaya Kambing/domba atau rusa Populasi ≥ 300 ekor
7 Budidaya Babi Populasi ≥ 125 ekor
8 Budidaya sapi potong Populasi ≥ 100 ekor
9 Budidaya kerbau Populasi ≥ 75 ekor
10 Budidaya sapi perah Populasi ≥ 20 ekor
11 Budidaya Kuda Populasi ≥ 50 ekor
12 Pembibitan ternak Semua besaran
13 Rumah potong hewan
Semua besaran
14 Rumah potong unggas
Semua besaran
15 Produsen obat hewan
Semua besaran
16 Pasar hewan
Semua besaran
17 Budidaya hewan/ternak dari luar negeri
Semua besaran
18 Budidaya ternak terpadu
Semua besaran
Dokumentasi dan Informasi Hukum|10
E. BIDANG PERIKANAN
No. Jenis Usaha/ kegiatan Besaran/ Skala
1 2 3
1 Pelabuhan Perikanan Panjang dermaga <200 meter atau luas kawasan industri perikanan <5 Ha
2 Budidaya air laut a. Budidaya kerang mutiara
b. Budidaya rumput laut Semua besaran ≥5 Ha
3 Budidaya Air Payau a. Budidaya tambak
b. Pembenihan Udang
5 Ha-50 Ha
Produksi benar >40 juta ekor/tahun
4 Budidaya Air Tawar a. Budidaya ikan dengan jaring apung
b. Budidaya ikan dengan teknologi
intensif
50 m2, berjumlah 50 unit atau
luas lahan 0,5 Ha Luas lahan 5 Ha – 50 Ha
5 Usaha penanganan/pengolahan a. Pengolahan tradisional b. Pengolahan modern/pembekuan
ataupengalengan ikan
Kapasitas > 5 ton/hari
Semua Besaran
6
Usaha perikanan terpadu Semua besaran
F. BIDANG PRASARANA WILAYAH
No Jenis usaha/kegiatan Satuan Besaran/skala
1 2 3 4
1 a. Pembangunan bendungan/waduk
b. Rehabilitas bendungan/waduk
Tinggi Luas genangan
Daya tampung
Tinggi Luas genangan Daya tampung
6 m – 15 m 50 Ha - 200 Ha
100.000 – 500.000
m3
> 15 m > 200 Ha
500.000 m3
2 Daerah irigasi a. Pembangunan daerah irigasi
b. Rehabilitasi dan peningkatan daerah irigasi
c. Pencetakan sawah
Luas areal
Luas daerah Luas/kelompok
500 Ha- 200 Ha
> 1000 Ha 200 Ha – 500 Ha
3 Pembangunan pengamanan pantai dan
perbaikan muara sungai a. Sejajar pantai
b. Tegak lurus
Panjang
Panjang
> 1 Km
10 m – 500 m
4 Normalisasi sungai - Kota
- Pedesaan
Panjang sungai
Panjang sungai
3 Km – 10 Km
5 Km – 15 Km
5 Kanal Banjir - Kota
- Pedesaan
Panjang kanal
Panjang kanal
3 Km – 10 Km
5 Km – 15 Km
6 Jalan raya a. Pelebaran di luar damija
- Kota - Pedesaan
Panjang Luas Panjang
3 Km – 10 Km 2 Ha – 10 Ha 5 Km – 30 Km
Dokumentasi dan Informasi Hukum|11
b. Jembatan Panjang
> 60 m
7 Persampahan a. TPA sistem control/landfill
b. Pembangunan transfer station
c. Pembangunan incenerator d. Bangunan komposting dan daur
ulang
Luas
Kapasitas Kapasitas
Operasional - Kapasitas
sampah baku
< 10 Ha
< 10.000 ton < 1000 ton/hari
Semua besaran > 4 ton/hari
atau > 500 m2
8 Pembangunan perumahan/pemukiman Luas <100 Ha
9 Peremajaan perumahan dan pemukiman Luas >2 Ha
10 Pembangunan Instalasi pengolahan
lumpur tinja (IPLT) dan instalasi pengolahan air limbah (IPAL)
a. IPLT
b. IPAL
-
-
< 2 Ha
< 3 Ha
11 Drainase pemukiman perkotaan Panjang > 5 Km
12 Pembangunan Bangunan Gedung Luas Lantai < 10.000 m2
13 Air bersih perkotaan a. Jaringan distribusi
b. Jaringan pipa transmisi
Luas layanan
Panjang
100 Ha-500 Ha
2 Km – 10 Km
14 Pembangunan kawasan terpadu Luas Lahan Lantai bangunan
< 5 Ha < 10.000 m2
G. BIDANG KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
No Jenis Usaha dan/atau kegiatan Kriteria Keterangan
1 2 3 4
1 Pembangunan taman sapari Luas < 250 Ha
2 Pembangunan kebun binatang Luas < 100 Ha
3
Pengusaha taman baru Luas < 250 Ha
4 Pengusaha kebun buru Luas < 250 Ha
5 Penangkaran tumbuhan alam dan atau penangkaran satwa liar yang
diperdagangkan
Semua Besaran
6 Pembangunan taman satwa liar yang diperdagangkan
Semua Besaran
7 Pembangunan penampungan satwa liar yang diperdagangkan
Luas > 1000 Ha
8 Budidaya tanaman perkebunan semusim
dengan atau tanpa unit pengolahan
Luas 100 Ha-3000
Ha dan terletak pada satu hamparan
Dokumentasi dan Informasi Hukum|12
H. BIDANG KESEHATAN
I. BIDANG PERHUBUNGAN
9 Budidaya tanaman perkebunan tahunan dengan atau tanpa unit pengolahan
Luas 200 Ha-3000 Ha dan terletak pada satu hamparan
lokasi
No Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Besaran/Skala
1 2 3
1 Rumah sakit kelas C atau yang setara
(puskesmas/rumah bersalin)
Luas Lahan < 2 Ha
Luas Bangunan <10.000 m2
Jumlah tempat tidur <300 buah
2 Laboratorium kesehatan pemerintah meliputi :
1. Balai laboratorium kesehatan 2. Balai teknis kesehatan lingkungan
Semua Besaran
Semua Besaran
3 Laboratorium kesehatan swasta :
1. Laboratorium klinik utama 2. Laboratorium kesehatan masyarakat
utama
Semua Besaran Semua Besaran
4 Industri farmasi formulasi obat Semua Besaran
5 Perusahaan obat tradisional golongan
pabrik jamu
Semua Besaran
No Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Kriteria Keterangan
1 2 3 4
A. Perhubungan Darat
1 Angkutan jalan a. Terminal penumpang
b. Terminal barang c. Pengujian kendaraan bermotor
0,5 Ha – 5 Ha
< 5 Ha 0,5 Ha – 5 Ha
2 Pelabuhan sungai, danau dan
penyebarang
a. Dermaga 50 m – 100 m
b. Kedalaman Tambatan ~2 m – 10 m
c. Bobot kapal sandar Bobot <3.000 DWT
d. Terminal Penumpang 0.5 Ha – 5 Ha
e. Pengerukan Sungai 50.000 m3 -
500.000 m3
3 B. Perhubungan Laut
Fasilitas Tambatan
1. Dermaga 50 m – 200 m
2. Kedalaman Tambatan >-4LWS – 10LWS
3. Bobot kapal sandar Panjang >1000 dwt – 2000 dwt
4. Trestle Dermaga Luas 750 m- 6000
m2
4 Fasilitas Terminal dan Gudang
1. Terminal Penumpang Luas 600 m – 3000 m2
2. Terminal Peti Kemas Luas 500 m2 - 1000 m2
3. Lapangan Penumpukan Luas 1000 m2 - 3000
m2
4. Gudang Luas 500 m2 - 2500 m2
5. Prasarana Penampungan Curah Air
Volume > 3000 m3
Dokumentasi dan Informasi Hukum|13
J. BIDANG MINYAK DAN GAS
No. Jenis Usaha dan/ atau Kegiatan Skala/Besaran Keterangan
1 2 3 4
1 Eksplorasi a. Di laut b. Di Darat
Semua Besaran Semua Besaran
Kewenangan perizinan di
Pemerintah Pusat
2 Niaga Minyak dan Gas Bumi
- Pipa Tranmisi di Darat/ Laut a. Panjang
b. Diameter - SPBU.SPBS,SPNLG
<100 Km
<20 Inchi Semua Besaran
K. BIDANG PARIWISATA
5 Pengerukan/Reklamasi Luas 2 Ha – 25 Ha
Volume 50.000 m3 -
500.000 m3
6 Menara Pengawas Lalu Lintas Udara Semua ukuran
No Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Skala/Besaran Keterangan
1 2 3 4
1
2
3
4
5 6
7
8
9 10
11
12
13
Hotel Berbintang - Jumlah kamar - Luas Lahan
- Luas bangunan
Hotel Melati
Hunian wisata - Jumlah kamar - Luas lahan
- Luas bangunan
Motel
Penginapan remaja (Graha wisata) Pondok wisata (Guest House)
Restoran/rumah makan
Balai pertemuan, tempat pameran
Obyek wisata Taman rekreasi
Gelanggang renang
Gelanggang bola gelinding
Arena latihan golf (Driving range)
<200 kamar <2 Ha
<10.000 m2
< 10.000 m2
< 200 Kamar < 2 Ha
< 10.000 m2
Semua besaran
≤ 40 Kamar > 40 Kamar
> 100 Kursi
Semua besaran
Luas > 1 Ha Luas > 5 Ha
Semua besaran
Semua besaran
Semua besaran
Dokumentasi dan Informasi Hukum|14
L. BIDANG INFORMASI DAN INFORMATIKA
No Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Skala/besaran Keterangan
1 2 3 4
1 Pemasangan kabel telekomunikasi bawah tanah
2 Pemancar radio atau televisi
3 Antena telepon seluler atau Based Transceiver Station (BTS), dengan
ketinggian menara
- Kriteria Zona I 1. Lokasi yang kepadatan
bangunan yang bertingkat dan bangun-bangunan serta kepadatan
penggunaan/pemakaian jasa telekomunikasi sangat padat
2. Penempatan titik lokasi menara telekomunikasi pada
permukaan tanah halnya untuk menara tunggal, kecuali untuk kepentingan
bersama 3. Menara telekomunikasi yang
didirikan dipermukaan tanah maupun di atas bangunan,
harus di adakan kamuflase,sehingga terdapat keserasian antara bentuk
dengan peruntukan lokasi di tempat menara tersebut
didirikan 4. Menara telekomunikasi dapat
didirikan di atas bangunan dengan ketinggian rangka menara ditentukan sbb :
a. Di atas bangunan 4 lantai maksimum ketinggian
menara telekomunikasi; b. Di atas bangunan 5 s.d 8
lantai, maksimum ketinggian menara telekomunikasi
c. Di atas bangunan 9 lantai atau lebih
25 Meter
20 Meter
15 Meter
- Kriteria Zona II
1. Lokasi yang kepadatan bangunan bertingkat dan bangunan-bangunan cukup
padat 2. Penempatan titik lokasi
menara telekomunikasi pada permukaan tanah dapat
dilakukan untuk menara rangka dan menara tunggal
3. Menara telekomunikasi yang
didirikan di permukaan tanah maupun di atas bangunan,
harus diadakan kamuflase,
Dokumentasi dan Informasi Hukum|15
BUPATI BANTAENG
ILHAM SYAH AZIKIN
sehingga terdapat keserasian antara bentuk dengan peruntukan lokasi di tempat
menara tersebut didirikan 4. Menara telekomunikasi dapat
didirikan diatas bangunan jika tidak dimungkinkan
didirikan di atas permukaan tanah dengan ketinggian sebagai berikut :
a. Diatas bangunan 4 lantai maksimum ketinggian
menara telekomunikasi b. Diatas bangunan 5 s.d 8
lantai, maskimum ketinggian menara telekomunikasi
c. Diatas bangunan 9 lantai atau lebih maksimum
ketinggian menara telekomunikasi
25 Meter
20 Meter
15 Meter
- Kriteria Zona III 1. Lokasi dimana kepadatan
bangunan bertingkat dan bangun-bangunan kurang
padat 2. Penempatan titik lokasi
menara telekomunikasi pada permukaan tanah dapat dilakukan untuk menara
rangka dan menara tunggal 3. Menara telekomunikasi di
atas bangunan bertingkat tidak diperbolehkan kecuali
tidak dapat dihindari karena terbatasnya pekarangan tanah dengan ketentuan
ketinggian disesuaikan dengan kebutuhan frekuensi
telekomunikasi dengan tinggi maksimum dari permukaan
tanah
Semua Besaran