BAB IV
PEMBAHASAN
A. Keadaan Pariwisata Kabupaten Pati
Batik Bakaran sebenarnya memiliki potensi untuk pengembanngan pariwisata
Kabupaten Pati. Hanya saja potensi potensi tersebut belum dikelola secara maksimal.
Batik Bakaran hanya sebagai cinderamata dan produk unggulan Kabupaten Pati.
Kabupaten Pati merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah
yang secara geografis memiliki posisi strategis, karena terletak pada jalur Pantura.
Jalur Pantura merupakan jalur dengan mobilitas terpadat di Indonesia. Kabupaten Pati
merupakan suatu wilayah yang berupa pengunungan, daratan, pantai dan laut, bahkan
rawa-rawa. Wilayah-wilayah tersebut mempunyai keindahan tersendiri yang
berpotensi untuk meningkatkan daya tarik pariwisata yang ada di Kabupaten Pati,
sehingga potensi pariwisata yang ada di Kabupaten Pati tersebut dapat meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah maupun berkontribusi bagi peningkatan pendapatan
masyarakat. Adapun profil tarik wisata di Kabupaten Pati sebagai berikut:
1. Objek Wisata Alam
Kabupaten Pati memiliki beberapa objek wisata alam, yaitu:
a. Waduk Gunung Rowo
Objek wisata Gunung Rowo terletak di Desa Sitiluhur, kecamatan
Gembong. Luas area objek wisata Waduk Gunung Rowo adalah 320 ha. Di
area ini wisatawan dimanjakan dengan pemandangan alam berupa gunung dan
lembah hijau penuh dengan tanaman kopi, cengkih, buah-buahan dan tanaman
pertanian lainnya.
Selain itu keindahan air waduk memantulkan bayangan Pegunungan
Muria yang mengelilinginya. Daya tarik wisata tempat ini dilengkapi dengan
warung-warung yang menjual makanan khas setempat seperti ikan mujair
bakar yang ikannya berasal dari waduk tersebut. Wisatawan juga dapat
menikmati secangkir kopi asli produk lokal.
b. Agrowisata Kebun Kopi Jollong
Agrowisata Kebun Kopi Jollong terletak di sisi timur Pegunungan
Muria pada ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Di sini wisatawan
dimanjakan dengan panorama alam yang indah dan sejuk. Terdapat pula
pabrik kopi peninggalan Belanda yang masih aktif sampai sekarang.
Agrowisata Kebun Kopi Jollong sangat menarik untuk menjadi tempat
wisata Meeting, Incentive, Conference, Exhibition (MICE) maupun rekreasi
keluarga. Wisatawan dapat menikmati kopi khas Jollong sambil menikmati
keindahan kebun ataupun menyaksikan langsung proses produksi pembuatan
kopi
c. Agrowisata Regaloh
Di Agrowisata Regaloh ini terdapat budidaya ulat sutra dan lebah.
Selain itu juga terdapat industri tapioka, fasilitas outbond, camping area dan
sarana bermain anak. Di sini wisatawan dapat menikmati pemutaran film
proses sutra, madu, praktek budidaya lebah, pemintalan benang sutra, dan
tenun tradisional.
d. Air Terjun Grenjengan Sewu dan Sepletus
Air terjun Grenjengan Sewu ini terletak di Desa Jrahi, Kecamatan
Gunung Wungkal. Air terjun ini memiliki ketinggian 25 meter sedangkan
sepletus 100 meter. Di sini banyak dibudidayakan bawang putih dan jeruk.
Jadi pengunjung yang datang dapat menikmati buah jeruk yang ada selain itu
dapat juga membawnya pulang sebagai oleh-oleh.
e. Pelabuhan ikan Banyutowo
Pelabuhan ini terletak di Desa Banyutowo, kecamatan Dukuhseti. Di
sini terdapat berbagai macam ikan segar. Selain itu pengunjung juga dapat
menikmati es kelapa kopyor. Setiap satu tahun sekali, tepatnya pada Bulan
Besar (penanggalan Jawa) diadakan upacara sedekah laut sebagai ungkapan
syukur atas rejeki yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
2. Objek Wisata Industri
Di Kabupaten Pati baru ada satu objek wisata industri yaitu PT Dua Kelinci.
PT Dua Kelinci adalah salah satu pabrik kacang terbesar di dunia. Kompleks
pabrik ini mempunyai luas wilayah sekitar 12 ha yang meliputi enam gudang untuk
mengelola bahan, dua bangunan kantor, gedung tamu, fasilitas staf, dan Kios
Kelinci. Di Kios Kelinci wisatawan dapat membeli berbagai produk dari PT Dua
kelinci sebagai oleh-oleh. Tidak hanya itu, pengunjung juga bisa melihat kelinci
bertanduk bernama “Jackalope”. Tetapi kelinci ini sudah diawetkan dan dipajang di
dalam kios.
3. Objek Wisata Buatan
a. Juwana Water Fantasi (JWF)
Juwana Water Fantasi (JWF) merupakan perpaduan anatara wahana
permainan air, outbond dan area bermain anak. JWF memiliki luas area 5 ha, di
tempat ini terdapat 37 wahana permainan air dan darat. Wahana-wahana
tersebut antara lain kolam tumpah, kolam air, kolam renang dewasa, kolam arus,
seluncuran air, becak air, gua hantu, rotary coaster, playground, area bermain
anak, mini train, gokart, flying fox, bumper car, bioskop 3D, miniatur keajaiban
dunia, lapangan futsal, becak mini, kora-kora, panggung gembira, trambolin,
family karaoke, dan masih banyak berbagai wahana lainnya.
b. Sendang Tirta Martasani
Sendang Tirta Marta sani ini terletak dalam satu kompleks Petilasan
Sendang Sani. Fasilitas yang disediakan di sini adalah wahana permainan air,
outbond selain itu juga rumah makan yang menyediakan berbagai macam
hidangan khas Sendang Tirta Martasani.
4. Objek Wisata Budaya dan Religi
a. Sendang Sani
Sendang Saniterletak terletak di Desa Tamansari, kecamatan Tlogowungu.
Di tempat ini terdapat padusan atau tempat mandi.Sumber air tersebut berasal
dari sendang, yang menurut cerita sumber air sendang tersebut tepat wudhu
Sunan Kalijaga. Selain itu di kompleks sendang ini juga terdapat makam
Adipati Pragola yang merupakan salah satu Bupati Pati pada jaman Kerajaan
Mataram Islam.
b. Petilasan Genuk Kemiri dan kadipaten Pesantenan
Petilasan ini terletak di Desa Sarirejo, kecamatan Pati. Genuk Kemiri
merupakan tempat wudhu Raden Kembang Joyo pendiri Kadipaten Pesantenan
dan sekarang menjadi Kabupaten Pati. Di sini juga terdapat bekas pendopo
kadipaten yang masih berdiri tegak dan dikelilingi oleh pohon beringin tua.
c. Makam Syaikh Akhmad Mutammakin
Makan Syaikh Akhmad Mutammakin terletak di Desa Kajen, kecamatan
Magoyoso. Kawasan ini terkenal sebagai kampung pesantren. Syaik Akhmad
Mutammakin adalah salah satu penyebar agama Islam di wilayah Pantai Utara
Khususnya di Kabupaten Pati. Setiap tanggal 10 Muharram diperingati sebagai
Haul beliau dan penggatian kain kelambu makan.
Fasilitas untuk para pengunjung dan peziarah antara lain MCK, musholla
dan pujasera. Tidak jauh dari lokasi makan juga terdapat makan Syaikh
Ronggokusumo keponakan dari Syaikh Akhmad Mutammakin. Makam beliau
terletak di Desa Ngemplak kidul, Kecamatan Margoyoso.
d. Makam Saridin (Syaikh Jangkung)
Lokasi makam Syaikh Jangkung terletak di Desa Landoh, Kecamatan
Kayen. Banyak wisatwan yang bekunjung ke makam ini baik itu wisatawan
domestik maupun asing, terutama pada hari Jumat Pahing. Upacara Haul Syaikh
Jangkung dilaksanakan pada 14-15 Rajab yang ditandai dengan penggantian
kelambu. Selain itu upacara ini juga dimeriahkan dengan pasar malam dan
pengajian Sejarah.
e. Makam Nyi Ageng Ngerang
Makam Nyi Ageng Ngerang berada di Dusung Ngerang Kecamatan
Tambakromo. Nyai Ageng Ngerang adalah seorang waliyullah yang memiliki
darah bangsawan. Di sebelah selatan makam tersebut terdapat sebidang tanah
yang luasnya sekitar 2 m2. Sebidang tanah tersebut dipercayai sebagai tempat
munajat dan pertapaan beliau. Tempat tersebut diberi nama “punthuk” yang
merupakan tanah yang sedikit menjorok ke atas. Tumbuhan tidak dapat tumbuh
di tempat itu karena dipercayai sebagai tempat yang mengandung nilai mistis
dan penuh dengan aura spiritual.
f. Pintu Gerbang Majapahit
Pintu yang dipercayai sebagai pintu Gerbang Majapahit ini terletak di Desa
Rendole, Kecamatan Margorejo. Sebenarnya pintu ini bukanlah pintu gerbang
utama kerajaan Majapahit, tetapi hanya sebuah Pintu Keputren.Namun warga
sekitar mempercayainya sebagai Pintu Gerbang Majapahit.
Menurut legenda pintu gerbang ini merupakan syarat yang diajukan oleh
Sunan Muria kepada Kebo Anyabarang yang ingin diakui sebagai putranya. Jika
Kebo Anyabrang ingin diakui sebagai putra Sunan Muria ia harusdapat
membawa Pintu Keputren tersebut dari Majapahit sampai ke Gunung Muria.
Namun setibanya di dukuh Rendole Kebo Anyabrang tidak kuat lagi
membawanya sehingga ia meletakkan pitu tersebut di tempat itu. Sunan Muria
yang mengetahui hal tersebut tidak menyuruh Kebo Anyabarang untuk
melanjukan perjalanan melaikan menjaga pintu tersebut sampai ia meninggal.
2. Wisata Kuliner Khas Pati
Setiap daerah pasti memiliki makanan khas. Adapun beberapa makanan
khas Kabupaten Pati adalah sebagai berikut:
a. Nasi gandul
Nasi gandul adalah makanan khas Pati yang berbumbu dasar jintan,
lengkuas dan bawang putih. Makanan ini disajikan dengan kuah santan yang
gurih dan potongan empal daging sapi. Biasanya nasi gandul ini disajikan diatas
piring yang diberi alas daun pisang yang menambah citarasa nasi gandul ini.
b. Soto Kemiri
Soto kemiri ini sedikit berbeda dengan soto lainnya. Aroma kemiri lebih
terasa dan kuahnya lebih encer. Soto kemiri ini juga memiliki cara penyajian
yang unik. Nasi, potongan ayam dan taoge diletakkan dalam mangkuk
kemudian disiram dengan kuah, lalu kuah yang dari mangkuk tersebut dituang
lagi ke dalam kuali, dan hal itu diulangi beberapa kali sehingga rasa gurihnya
menjadi sangat terasa.
c. Telur Lurik
Telur lurikdiproduksi di Desa Batusari, kecamatan Batangan. Pada saat
musim kemarau hasil tambak berupa garam di desa ini sangat melimpah. Garam
tersebut dimanfaatkan oleh kelompok Pemuda Tani Ternak di Desa Batusari
sebagai pengawet untuk memperpanjang waktu simpan telur. Agar telur tersebut
mempunyai nilai tambah dalam penjualan maka telur tersebut diolah kembali
dengan cara diasap. Hasilnya berupa telur lurik yang tahan lama dan bergizi
tinggi.
d. Petis Kambing
Makanan tradisional khas asal Pati ini berbahan baku daging kambing.
Sajian petis ini berupa sari tulang dan iga kambing yang biasanya juga dicampur
dengan jeroan atau lemak kambing. Tulang yang diguanakan adalah tulang
kambing muda sehingga petis ini akan terasa semakin gurih dengan sumsum
tulang kambing. Makanan ini dapat ditemukan di Desa Runting, Kecamatan
Pati. Masyarakat Pati sering menyebutnya dengan Petis Runting.
3. Cindera Mata dan Oleh-oleh Khas Pati
Setiap wisatawan yang akan kembali dari kegiatan wisatanya pasti ingin
mencari cinderamata sebagai kenang-kenangan dan oleh-oleh untuk keluarga
maupun teman dekat. Cinderamata dan oleh-oleh khas Pati adalah sebagai berikut:
a. Kerajinan Kuningan
Juwana merupakan salah satu pusat kerajinan kuningan terbesar di
Indonesia. Berbagai macam produk kerajinan kuningan dapat dengan mudah
didapatkan di sini. Produk kerajian tersebut antara lain guci, interior rumah,
baut, engsel, klem aki, handle pintu, berbagai miniatur kendaraan, dan masih
banyak lagi hasil kerajinan lainya.
b. Batik Bakaran
Batik Bakaran merupakan batik khas dari Pati. Sentra pembuatan batik ini
terdapat di Desa Bakaran, Kecamatan Juwana. Pengunjung dapat memilih
berbagai motif yang diminati baik itu motif klasik maupun motif kontemporer
dengan pilihan warna yang beragam. Beberapa motif batik bakaran antara lain
Padas Gempal, Gringsing, Bregat Ireng, Truntum, dsb.
c. Kacang Khas Pati
Kacang tanah merupakan salah satu produk unggulan di bidang pertanian.
Di kabupaten Pati terdapat 13 pabrik kacang yang dua diantaranya bersekala
besar dan 11 lainnya berskala mengengah. Berbagai jenis kacang dengan variasi
rasa yang beraneka ragam dapat dijadikan sebagai oleh-oleh.
d. Kelapa Kopyor
Kelapa Kopyor merupakan produk khas Kabupaten Pati yang telah diakui
menjadi hak milik kekayaan Pemerintah Kabupaten Pati. Populasi kelapa
Kopyor Pati mempunyai enam variasi warna buah, yaitu hijau, hijau kecoklatan,
coklat kehijauan, kuning, dan oranye (gading). (Data Base Kabupaten Pati
Tahun 2013)
B. Sejarah Batik Bakaran
Menurut legenda Batik Bakaran sudah ada sekitar abad XIV. Keberadaan batik
ini berhubungan dengan seorang abdi dalem yang bertugas membuat pakaian prajurit
dari Kerajaan Majapahit yang bernama Nyi Danowati. Ia datang ke Desa Bakaran
untuk mencari tempat persembunyian karena dikejar-kejar oleh prajurit Demak.
Waktu itu Kerajaan Majapahit diperintah oleh Girindrawardhana yang bergelar
Brawijaya VI (1478-1498) berada dalam desakan Kerajaan Demak yang menganut
Islam. Sejumlah pengikut Brawijaya yang beragama Hindu memilih meninggalkan
Majapahit karena tidak mau masuk Islam. Bersama tiga saudaranya, yaitu Ki Dukut,
Kek Truno, dan Ki Dalang Becak, mereka menyusuri pantai utara Jawa Timur dan
Jawa Tengah. Di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur, Nyi Danowati dan dua
saudaranya berpisah dengan Ki Dalang Becak. Ia melanjutkan perjalanan hingga ke
kawasan rawa-rawa yang penuh pohon druju atau sejenis semak berduri, sedangkan
Ki Dalang Becak menetap di Tuban. Bersama Ki Dukut, Nyi Danowati membuka
lahan di rawa itu sebagai tiras pandelikan atau tempat persembunyian.
Lantaran Ki Dukut seorang lelaki, ia mampu membuka lahan yang sangat luas,
sedangkan lahan Nyi Danowati sempit. Kemudian Nyi Danowati mengadakan
perjanjian dengan Ki Dukut. Ia meminta sebagian lahan Ki Dukut dengan cara
menentukan batas lahan melalui debu hasil bakaran tersebut. Usulandisetujui oleh Ki
Dukut dan jadilah lahan Nyi Danowati lebih luas. Sebagian lahan Nyi Danowati
diberikan pada Kek Truno yang tidak melakukan babat alas. Lahan Nyi Danowati
diberi nama Bakaran Wetan sedangkan lahan Kek Truno diberi nama Bakaran Kulon.
Di Bakaran Wetan itulah Nyi Danowati membangun pemukiman baru. Agar tidak
dicurigai bahwa ia pemeluk Hindu, Nyi Danowari merubah namanya menjadi Nyai
Ageng Siti Sabirah. Ia juga mendirikan mushola tanpa mihrab yang disebut Sigit.
Di pelataran Sigit itulah Nyi Danowati mengajarkan warga membatik. Motif
yang diajarkan Nyi Danowati adalah motif batik Majapatit, misalnya liris, padas
gempal, gandrung,dan lain-lain. (Wawancara Bukhari, 22/4/2014)
C. Batik Bakaran
Dalam perkembangannya Batik Bakaran mengalami pasang surut. Batik
Bakaran memang tidak setenar batik dari daerah lainnya seperti Batik Lasem,
Pekalongan, Solo, Jogja, ataupun batik dari daerah lainnya. Sejak abad XIV-XX batik
ini memang tidak terkenal. Hal tersebut disebabkan pada waktu itu Bakaran
merupakan desa yang terisolir, sehingga tidak banyak orang yang mendatangi tempat
tersebut. Batik Bakaran hanya berkembang di daearah lokal sekitar Kawedanan
Juwana saja. Walaupun demikian pada saat itu Batik Bakran pernah menjadi trend
pakaian para pejabat Kawedanan Juwana. Berbeda dengan Batik Lasem yang lebih
terkenal karena Lasem sendiri yang secara geografis dilewati jalur pantai utara,
sehingga kota Lasen menjadi tempat yang strategis dalam bidang perdangan. Selain
itu Lasem merupakan kota pelabuhan yang banyak disinggahi kapal-kapal pedagang.
Pada tahun 1960-an Batik Bakaran sudah hampir punah karena semakin
sedikit orang yang melakukan kegiatan membatik. Di Desa Bakaran hanya ada tiga
pengrajin batik yang masih melakukan kegiatan membatik dan itupun untuk dipakai
sendiri. Tahun 1975, munculah seorang tokoh bernama Bukhari yang bertekat untuk
menghidupkan kembali dan melestarikan Batik Bakaran sebagai warisan budaya.
Bukhari sendiri adalah penerus generasi ke lima pembatik di Desa Bakaran. Ia
merupakan keturunan dari pembatik ulung keluarganya. Di tahun 1977 ia bersama
istri memulai usaha batik hanya dengan modal selembar kain mori. Walaupun belum
banyak kain batik yang diproduksi masih ada beberapa orang yang berminat terhadap
Batik Bakaran.Sampai akhirnya pada tahun 1983 perkembangan Batik Bakaran mulai
terpantau oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Diperindag). Untuk membantu
lebih mengembangkan Batik Bakaran Disperindag mengadakan pedidikan kilat
(diklat) pada tahun 1983-1986. Tujuan dari diklat tersebut untuk memperbaiki
kualitas, sehingga akan menarik minat konsumen terhadap Batik Bakaran.
Tahu 1998Batik Bakaran kembali mengalami keterpurukan karena adanya
krisis moneter. Harga bahan baku yang naik empat kali lipat membuat parapengrajin
batik tidak mampu memproduksi batik lagi. Para pengrajin tersebut lebih memilih
pekerjaan lain sebagai buruh menata ikan asin di desa lain. Dua tahun kemudian
setelah keadaan ekonomi kembali membaik Bukhari merintis kembali usaha batiknya
walaupun masih dalam skala kecil. Untuk lebih mengenalkan Batik Bakaran pada
masyarakat luas tahun 2004 Bukhari mengusulkan Batik Bakaran digunakan sebagai
seragam PNS di Kabupaten Pati. Tetapi entah karena alasan apa, usulan tersebut
belum mendapatkan respon. Baru pada tahun 2006 usulan tersebut diterima berkaitan
sebagai upaya penyelamatan produksi asli Indonesia. Pada saat itu batik diakui
sebagai warisan budaya dari Malaysia.
Sejak Pemkab Pati mengeluarkan kebijakan agar PNS memakai batik pada
hari-hari tertentu, pemasaran Batik di daerah Pati meningkat pesat bahkan juga di luar
Pati. Melaluli promosi Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) dan
promosi dari mulut ke mulut oleh konsumen Batik Bakaran kembali bangkit. Sejak
kebangkitannya di tahun 2006 Batik Bakaran berkembang semakin pesat dan
permintaan batik ini semakin meningkat. Para pengrajin batik yang semula mencari
pekerjaan lain kini sudah kembali bekerja sebagai pengrajin batik kembali.
(Wawancara Puryanto, 3/11/2013; Wawancara Sugiyanto 14/2/2014) Pengusaha
muda pun semakin banyak bermunculan. Alex dan Andreas adalah pengusaha muda
yang menggeluti usaha batik. Mereka termotivasi untuk melestarikan warisan budaya
nenek moyang mereka agar tidak punah. Selain itu, usaha batik juga memiliki prospek
yang menjanjikan di masa depan. (Wawancara Alex 8/42014; Wawancara Andrea
22/4/2014)
Membatik juga disertakan dalam kegiatan ekstrakurikuler ataupun muatan
lokal di sekolah-sekolah sebagai usaha untuk melestarikan Batik Bakaran. Kegiatan
tersebut diusulkan oleh Bukhari tokoh masyarakat dan Puryanto sebagai ketua
asosiasi Batik Bakaran yang saat ini digantikan oleh Andreas. Usulan tersebut
diterima dan sudah berjalan kurang lebih selama lima tahun. Dalam PORSENI antar
sekolah yang diadakan setiap satu tahun sekali, kegiatan membatik menjadi salahsatu
item yang dilombakan. Tujuannya adalah untuk menumbuhkan rasa cinta akan budaya
Indonesia pada diri anak bangsa.(Wawancara Puryanto 21/92013; wawancara Bukhari
22/4/2014)
Di bawah ini merupakan profil Batik Bakaran:
1. Motif Batik Tulis Bakaran
Batik Bakaran memiliki dua jenis motif batik yaitu motif klasik dan
kontemporer. Motif kasik merupakan warisan leluhur di mana motif tersebut
merupakan simbol yang memiliki makna dan filosofi tersendiri. Batik motif klasik
ini biasanya berwana coklat soga, putih dan hitam. Motif remek atau retak dan
warna soga dari moif klasik inilah yang menjadi ciri khas dari Batik Bakaran.
(Wawancara Bukhari, 17/5/2014)
Beberapa motif batik klasik antara lain sebagai berikut Liris, Gandrung, Padas
Gempal, Manggar, Blebak Lung, Blebak Urang,Blebak Kopik, Sido Mukti,
Kawung. Gringsing, Ungker Centel, Kedele Kecer, ladrang, dll. Motif klasik sudah
mendapatkan hak paten dari Ditjen Haki sebagai warisan budaya Masyarakat Pati.
(Wawancara Puryanto, 21/9/2013)
Motif kontemporer merupakan motif hasil inovasi dari para pengrajin batik
agar dapat mengikuti perkembangan jaman dan menyesuaikan permintaan pasar
atau konsumen. Sejak tahun 2006 motif kontemporer ini mulai bermunculan.
Tujuan dari inovasi ini adalah agar motif Batik Bakaran tidak monoton dan
semakin banyak peminatnya. (Wawancara Bukhari 4/4/2014) Motif kontemporer
ini lebih simpel berupa bunga, pohon, ikan, dsb. Warna pada motif kontemporer ini
pun semakin beragam. Warna teranglah yang menjadi favorit konsumen batik saat
ini, di daerah Pati maupun di luar Pati. Beberapa motif kontemporer ini adalah
kembang druju, anggrek bulan, bunga matahari, gelombang cinta, dsb.
Walaupun demikain motif klasik harus tetap dilestarikan agar tidak punah.
Cara melestarikannya dengan tetap memproduksi batik motif klasik walau hanya
dalam jumlah yang sedikit. Selain itu, tetap memajang batik motif klasik di
showroom. Tujuannya agar pengunjung mengetahui jenis batik motif klasik yang
ada.
Ratusan motif kontemporer telah diciptakan oleh pengrajin batik Desa
Bakaran, tetapi motif-motif tersebut belum ada yang dipatenkan. Menurut Puryanto
alasan mengapa motif kontemporer belum dipatenkan, karena proses paten
membutuhkan waktu yang lama. Sedangkan terciptanya suatu motif berkembang
sesuai dengan permintaan pasar. Jika satu motif sudah terpatenkan belum tentu
motif tersebut masih ada yang meniru karena sudah berganti trend. (Wawancara
Puryanto 21/9/2013) Hal tersebut juga diungkapkan oleh Bukhari pengusaha batik
dari Desa Bakaran Wetan. Ia menuturkan biaya paten sangat mahal sehingga, para
pengrajin tidak memiliki dana. Banyak pengrajin yang beranggapan lebih baik
mengunakan dana untuk tambahan modal. Menurut para pengrajin dipatenkan atau
tidak sama saja. Selama ini tidak ada tindakan dari pemerintah kepada pelaku-
pelaku peniru motif yang sudah dipatenkan, apalagi jika pelaku itu dari negara lain.
(Kompas, 7 Oktober 2010).
2. Teknik Produksi
Batik Bakaran merupakan batik tulis. Sehingga dalam proses produksinya
menggunakan alat-alat tradisional. Proses produksinya pun memerlukan waktu
yang lama. Berikut ini adalah langkah-langkah pembuatan Batik Bakara:
a. Langkah pertama yang harus dilakukan dalam proses membatik adalah
membuat pola motif yang disebut mola. Dalam membuat pola pembatik bisa
membuat desain dengan kreasi sendiri atau meniru motif yang sudah ada.
Sebelum menggunakan canting, pembatik membuat pola pada kain dengan
menggunakan pensil.
b. Jika proses mola sudah selesai, tahap berikutnya adalah melukis pada kain
dengan menggunakan canting. Proses ini disebut dengan ngengkreng. Kain yang
akan dibatik diletakkan di atas gawangan, kemudian kain dilukis menggunakan
canting dengan mengikuti pola yang suda ada pada kain.
c. Setelah proses mola selesai langkah berikutnya adalah isen-isen. Isen-isen
merupakan proses mengisi ornamen-ornamen pada pola yang telah dibuat
sebelumnya. Isen-isen ini dibedakan menjadi dua, yaitu cecekan dan sawut.
Cecekan adalah ornamen-ornamen yang berupa titik-titik kecil, sedangkan
sawut adalah garis yang diulang untuk menutupi ornamen yang akan diberi
warna soga.
d. Tahap selanjutnya adalah menutupi kain yang akan dipertahankan berwaran
putih menggunakan lilin atau malam. Proses ini disebut dengan nembok.
e. Setelah proses nembok selesai, tahap berikutnya adalah medhel. Medhel
merupakan proses pewarnaan yang pertama pada bagian kain yang tidak
tertutup lilin. Kain dicelupkan pada larutan warna biru tua.
f. Setelah proses medhel, kain dijemur pada tempat yang teduh agar tidak terkena
langsung paparan sinar matahari.
g. Setelah kain kering, proses berikutnya adalah ngerok dan ngremuk. Ngerok
adalah proses menghilangkan malam pada ornamen yang akan diberi warna
soga. Proses ngerok terebut menggunakan pisau. Sedangkan ngremuk adalah
mengucek atau mencuci bagian yang telah dikerok.
h. Setelah kain kering, proses selanjutnya adalah melukis kembali dengan
menggunakan canting pada ornamen-ornamen yang akan dipertahankan pada
proses pewaranaan pertama. Proses ini disebut dengan mbironi. Mbironi adalah
menutup untuk mempertahankan warna biru.
i. Selesai proses mbironi, langkah selanjutnya adalah nyoga. Kain batik
dicelupkan pada larutan warna yang berwarna soga. Ornamen yang tidak ditutup
lilin atau malam akan berwarna soga.
j. Tahap berikutnya, yaitu menghilangkan lilin atau malam pada kain dengan cara
mencelupkan kain pada air mendidih secara berulang-ulang. Proses ini biasa
disebut dengan nglorod.
k. Tahap terakhir adalah mencuci kain batik yang sudah dilorot, kemudian di
jemur ditempat yang teduh. (Wawancara Ibu Wiwik 16/10/2013)
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam proses membatik sebagai berikut:
1. Alat :
a. Canting
Canting dipakai untuk melukis di atas kain mori.
b. Wajan kecil
Wanjan kecil berfungsi untuk mencairkan lilin yang akan digunakan untuk
membatik.
c. Kompor kecil
Kopor kecil merupakan alat perapian sebagai pemanas lilin.
d. Gawangan
Gawangan adalah alat yang terbuat dari kayu atau bambu, berfungsi untuk
membentangkan kain mori saat membatik.
2. Bahan :
a. Kain mori
Jenis kain mori yang digunakan prima dan primisima atau menggunakan kain
sutra.
b. Malam atau lilin
Jenis malan atau lilin yang digunakan paravin.
c. Pewarna
Pewarna yang digunakan saat ini adalah pewarna sintetis karena lebih
praktis. Selain itu pewarna alami sudah sulit didapatkan. Jenis pewarna yang
digunakan adalah remasol, rapit, napthol, dan indigosol. (Wawancara
Puryanto, 3/11/2013)
Untuk menjaga kain batik tulis tetap awet diperlukan perawatan khusus.
Langkah-langkah perawatan tersebut sebagai berikut:
a. Cuci kain batik dengan shampo rambut. Caranya larutkan dulu shampo pada
air hingga tidak ada lagi shampo yang mengental. Baru kain batik
dicelupkan. Bisa juga menggunakan sabun khusus untuk mencuci batik yang
disebut lerak. Lerak bisa didapatkan di pasaran.
b. Jangan mencuci kain batik menggunakan deterjen. Jika kain batik terlalu
kotor cucilah dengan air hangat. Bila terdapat noda pada kain batik cucilah
dengan sabun mandi atau kulit jeruk pada bagian yang terkena noda tersebut.
Jangan pula mencuci kain batik pada mesin cuci.
c. Setelah proses pencucian selesai, jemur kain di tempat yang teduh dan tidak
perlu diperas. Biarkan mengering secara alami. Pada saat menjemur tarik
bagian tepi kain agar serat kain yang terlipat kembali seperti sediakala.
d. Untuk cara menyetrika, semprotkan air pada kain batik, kemudian lapisi kain
batik dengan kain lainnya baru kemudian disetrika. Jika ingin menggunakan
pewangi, tutup kain batik dengan koran baru disemprotkan pewangi
kemudian di setrika.
e. Setelah proses setrika, simpan kain batik pada plastik agar tidak dimakan
ngengat. Atau meletakan merica yang dibungkus tissue pada lemari pakaian.
Jangan meletakkan kapur barus pada lemari pakaian karena zat ini sangat
keras dan tajam sehingga dapat merusak kain batik.
(http://tjokrobatikbakaran.blogspot.com)
3. Pemasaran
Masyarakat Bakaran terutama para pengusaha batik telah melakukan berbagai
upaya untuk memperkenalkan Batik Bakaran kepada masyarakat luas. Salah
satunya adalah mengikuti berbagai event pamerandi tingkat kecamatan, kabupaten
maupun provinsi. Tujuannya adalah untuk mengangkat Batik Bakaran ke tingkat
kabupaten. Usaha itu telah membuahkan hasil, sekarang Batik Bakaran telah
dikenal oleh masyarakat luas sebagai batik khas asal Kabupaten Pati.
Upaya lain yang dilakukan oleh para pengusaha batik di Desa Bakaran untuk
mengenalkan produk mereka selain mengikuti event pameran, adalah dengan
memanfaatkan media cetak dan online sebagai ajang promosi. Kini di sepanjang
jalan Desa Bakaran banyak terpasang papan iklan yang menunujukan showroom
para pengusaha tersebut.
Seiring dengan perkembangan jaman dan teknologi, pengusaha batik
memanfaatkan jejaring sosial seperti facebook dan Blackberry Messengersebagai
media promosi.Puryanto mengaku penjualan batik melalui media jejaring sosial
lebih menguntungkan. Pelanggan Puryanto tidak hanya dari Pati saja, tetapi luar
daerah juga seperti Jakarta, Bandung, Medan, dan Aceh.(Wawancara Puryanto
21/11/2013)
Di showroom-showroom tersebut banyak dipamerkan berbagai motif Batik
Tulis Bakaran dengan harga yang bervariasi. Harga per potong batik motif
kontemporer berkisar antara Rp. 100.000,00 hingga Rp. 400.000,00. Harga tersebut
tergantung dari kerumitan motif dan variasi warna. Semakin rumit dan banyak
variasi warna makan akan semakin mahal harga kain batik tersebut.
Untuk batik motif klasik sendiri berkisar dari ratusan ribu hingga jutaan
rupiah, karena proses pembuatan batik bermotif klasik ini membutuhkan waktu
berbulan-bulan. Batik motif klasik mulai jarang diproduksi karena tidak banyak
peminatnya. Mereka memproduksi jika ada yang memesan saja. Walaupun
demikian batik motif klasik tersebut tetap dilestarikan sedangkan batik motif
kontemporer terus dikembangkan. Selain kain batik para pengusaha Batik Bakaran
juga memproduksi pakaian jadi berupa kemeja laki-laki walaupun produksi
tersebut tidak banyak.Agar lebih menarik minat konsumen, Batik Bakaran dikemas
secara lebih menarik pula. Andreas misalnya yang mengemas batik hasil
produksinya dalam sebuah kardus agar terlihat lebih rapi. Setiap pengunjung yang
membeli batik juga mendapatkan tas cantik sebagai pembungkusnya.
Batik Bakaran kini mampu bersaing dengan Batik Lasem, Solo, Jogja, dan
Pekalongan. Seperti Puryanto, pemasaran batik produksi Bukhari juga sampai ke
luar daerah seperti Bandung, Surabaya, Jakarta, Rembang, Blora dan Semarang.
Bahkan ia sudah mampu menembus pasar Internasional seperti Kanada dan
Amerika Serikat. Pemasaran ke luar negeri tersebut dilakukan melalui rekan yang
tinggal di luar negeri. Dalam satu bulan usaha Bukhari ini rata-rata mampu
memproduksi 500-600 batik bakaran dengan omzet yang mencapai 60 juta rupiah.
(wawancara Bukhari 22/4/2014)
Pengusaha lain seperti Andreas juga memasarkan produknya secara online
melalui jejaring sosial. Pelanggan Andreas pun tidak hanya di daerah Pati saja
bahkan di luar daerah Pati seperti Semarang, Surabaya, Jakarta, Medan dan
Makasar. Produksi batik dari Andreas ini setiap bulannya mencapai 200-500
lembar dengan omzet rata-rata 50 juta perbulannya. (wawancara Andreas
22/4/2014)
Rata-rata pengusaha Batik Bakaran mempunyai pelanggan dari luar daerah,
seperti Alex seorang pengusaha pemuda yang merintis usaha batik dengan
saudaranya Juwarto. Walapun usahanya masih dalam skala kecil yang hanya
memproduksi batik sebanyak 100 lembar saja, tetapi mereka memiliki pelanggan
dari luar daerah seperti Jakarta Semarang dan Surabaya. Mereka juga sering
mengikuti pameran baik di daerah Pati maupun luar daerah Pati. (wawancara Alex,
8/4/2014)
D. Potensi yang Dimiliki Batik Bakaran
1. Keahlian Membatik
Keahlian membatik masyarakat Desa Bakaran diturunkan dari leluhur dan
juga pendiri Desa Bakaran. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pendiri Desa
Bakaran bernama Nyi Danowati. Agar Batik Bakaran tidak punah, maka para
orang tua yang mempunyai keahlian membatik menurunkan keahlian membatik
kepada anak-anaknya. Biasanya anak tersebut hanya melihat bagaimana saat ibu
mereka menggunakan canting kemudian ditirukan. Motif yang mereka pelajari saat
itu adalah motif klasik yang merupakan motif dari Majapahit.
Tini istri dari Bukhari belajar membatik dari ibu mertua. Awalnya ia tidak
mau karena membatik merupakan pekerjaan yang rumit, tetapi demi melestarikan
budaya akhirnya akhirnya ia bersedia belajar membatik. Di bawah bimbingan ibu
mertua Tini belajar secara disiplin dan teliti.
Tidak hanya kaum perempuan saja yang mahir dalam mencanting. Bukhari
walaupun seorang laki-laki pun mahir dalam mencanting. Selain mahir dalam
mencanting pak Bukhari menciptakan berbagai macam motif baru.
Dalam mencipatakan motif Bukhari biasanya terinspirasi dari lagu ataupun
dari sesuatu yang sedang berkembang dalam kehidupan masyarkat. Motif baru
yang pernah diciptakan oleh Bukhari motif jambu alas yang terinspirasi dari sebuah
lagu yang saat itu sedang populer di masyarakat. Selain itu Bukhari juga
menciptakan motif gelombang cinta yang memang pada saat itu musim bunga
gelombang cinta. Alhasil motif-motif baru tersebut mampu menarik minat
konsumen. Motif terbaru ciptaan Bukhari adalah motif mina tani yang digunakan
untuk seragam PNS. Ia terinpirasi dari slogan Kabupaten Pati yang berbunyi Pati
Bumi Mina Tani. Mina yang berarti hasil laut, sedangkan tani merupakan hasil
pertanian. Jadi dalam motif batik mina tani terdapat gambar hasil pertanian dan
hasil laut dari Kabupaten Pati.
(Wawancara Bukhari 17/5/2014)
Generasi muda Desa Bakaran sudah mulai menyadari untuk melestarikan
warisan budaya yang mereka miliki. Seperti Juwarto dan Alex, walapun mereka
laki-laki tetapi mereka mewarisi keahlian membatik dari orang tua mereka. Alex
pun menciptakan motif baru yang terinspirasi dari keadaan alam di Juwana.
Sekarang usaha batik menjadi mata pencaharian mereka karena mempunyai
prospek yang baik untuk masa depan.Kebijakan Pemkab dengan mengangkat Batik
Bakaran sebagai salah satu produk unggulan Kabupaten Pati memberi manfaat
yang positif. (Wawancara Alex, Juwarto 8/4/2014)
Di bawah ini beberapa motif klasik batik Bakaran beserta filosofinya:
a. Gandrung adalah motif yang diciptakan oleh Nyi Danowati. Motif ini
merupakan lambang kerinduan pada seorang kekasih. Pada saat membatik Nyai
Sabirah tidak sengaja mencoretkan malam pada kain batikannya karena ia
terlalu bergembira saat sang kekasih berhasil menemukannya. Seiring
berjalanya waktu motif tersebut kemudian disempurnakan sehingga jadilah
motif gandrung.
b. Motif Padas Gempal, padas berarti batu karang, gempal berarti gumpalan. Jadi
padas gempal diartikan sebagai gumpalan batu karang. Bentuk batu karang yang
beraneka rangam melambangkan budaya di Indonesia yang beraneka ragam.
c. Motif Liris, merupakan simbol dari hujan rintik-rintik yang mengandung
maknarintangan bukanlah suatu kendala tetapi motivasi untuk tetap mmaju.
d. Motif manggar, manggar adalah bunga kelapa, kelapa merupakan tumbuhan
yang dapat hidup di mana saja dan semua yang ada pada tanaman kelapa
bermanfaat. Filosofi dari motif ini adalah agar manusia dapat hidup seperti
pohon kelapa yang bermanfaat bagi siapa saja.
e. Blebak Lung, blebak adalah latar putih dengan motif retak berwarna soga,
sedangkan lung adalah pohon ubi jalar. Dalam motif ini mengandung makna
bahwa harapan untuk mendapakat rezki yang tidak pernah terputus.
f. Blebak urang, urang artinya udang. Di juwana terdapat banyak tambak untuk
membudiyadakan udang maupun ikan bandeng. Tambak merupakan sumber
penghidupan masyarakat Juwana.
g. Blebak Kopik, kopik dalam bahasa jawa berati kartu. Sebuah kartu yang harus
dirahasiakan karena merupakan suatu strategi atau siasat untuk menjadi yang
terdepan.
h. Sido mukti, sido mukti mempunyai arti menjadi mulia, yang berasal dari kata
sido artinya menjadi, sedangkan mukti berarti mulia. Motif ini dipakai pada saat
upacara pernikahan. Makna yang terkandung dalam motif ini adalah diharapkan
kedua mempelai mendapatkan kebahagian dalam menjalani pernikahannya.
i. Kawung, kawung merupakan buah aren yang menghasilkan gula yang
menyimbulkan rasa manis, rasa manis ini mengandung filosofi keanggunan dan
kebijaksanaan, sedangkan pohon aren yang lurus menyimbulkan kejujuran dan
kedisiplinan.
j. Gringsing, gringsing merupakan sisik ikan, pada motif ini seluruh kain tertutup
oleh motif sisik ikan. Motif ini menggambarkan keindahan dan ketelitian
masyarakat pesisir.
k. Ungker cantel, motif ini seperti untain mata kail saling berkaitan yang
mengandung makna gotong royong.
l. Kedele kecer, motif ini berupa kedelai yang tercecer merupakan simbol
kesejahteraan masyarakat.
m. Bregat ireng, bregat merupakan sebuah pohon besar, sedangkan ireng berarti
hitam atau gelap. Motif ini dipakai pada saat lelayu. (Wawancara Bukhari,
17/5/2014)
2. Tradisi dan Mitos
Di desa Bakaran terdapat suatu bangunan yang bernama Sigit. Bangunan
tersebut menyerupai mushola tetapi tanpa mihrab. Sigit dibangun oleh Nyai Ageng
Sabirah sebagai tempat persembunyian untuk mengelabuhi prajurit Kerajaan
Demak. Walaupun dalam persembunyian Nyai Ageng Sabirah tetap berinteraksi
dengan masyarakat sekitar. Di pelaratan Sigit itulah ia mengajarkan keahlian
membatik yang dimiliki kepada masyarakat sekitar.
Sekarang bangunan tersebut menjadi punden yang merupakan tempat sakral
bagi Masyarakat Desa Bakaran. Setiap hari Kamis Kliwon atau malam Jum’at Legi
punden Nyai Ageng Sabirah ramai dikunjungi oleh mereka yang ingin bertirakat
ditempat tersebut. Menurut mereka malam Jum’at legi dianggap hari yang paling
baik di antara empat Jum’at dalam satu bulan.
Nyai Ageng Sabirah leluhur yang dituakan oleh masyarakat Desa Bakaran.
Masyarakat menganggap bahwa mereka merupakan anak-cucu dari Nyai Ageng
Sabirah. Untuk menghormatinya ada suatu tradisi membawa bayi yang lahir ke
punden untuk dikelilingkan sambil menaburkan uang receh dan beras kuning.
Maksud dari tradisi tersebut adalah untuk menunjukan kelahiran cucu dari Nyai
ageng Sabirah.
Adapun mitos berkembang di Desa Bakaran adalah masyarakat Desa
Bakaran dilarang menjual nasi. Di balik mitos tersebut terdapat suatu makna bahwa
sekedar nasi janganlah dijual. Berikan saja nasi itu kepada yang membutuhkan.
(Wawancara Sugiyanto, 14/2/2014; wawancara Bukhari 17/5/2014)
Legenda,filosofi, serta trasidi yang terdapat di Desa bakaran merupakan
suatu potensi untuk mengembangkan Batik Bakaran. Caranya dengan membuat
sebuah deskripsi mengenai legenda, filosofi dan tradisi tersebut. Kemudian, kemas
deskripsi tersebut dalam bentuk booklet. Dibooklet tersebut pemilik showroom
juga dapat mencantumkan gambar-gambar batik hasil produksinya. Booklet dicetak
dalam jumlah yang banyak untuk dibagikan kepada pengunjung yang datang.
Dengan demikian, secara tidak langsung pengunjung akan mendapat pengetahuan
salah satu budaya lokal yang ada di Kabupaten Pati.
3. Potensi Ekonomi
Pada umumnya masyarakat di Desa Bakaran bekerja sebagai buruh, baik
buruh tani maupun buruh tambak. Pendapatan sebagai buruh tersebut hanya 25 ribu
rupiah sampai 30 ribu rupiah per hari. Jumlah tersebut tentu tidaklah cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, apa lagi untuk membiayai pendidikan anak-anak
mereka. Tetapi dengan kehalian membatik yang dimiliki oleh para ibu rumah
tangga, mereka dapat membantu meningkatkan perekonomian rumah tangga.
Misalnya Miyati 54 tahun, suaminya bekerja sebagai buruh ngedos (panen padi).
Contoh lainnya Parmi 52 tahun, suaminya bekerja sebagai buruh srabutan. Sudah
sejak lama mereka bekerja sebagai pembatik di industri rumah tangga batik
“Tjokro”. Kini setiap bulan mereka pendapatkan penghasilan rata-rata 900 ribu
rupiah dalam satu bulan. Mereka mengaku penghasilan dari bekerja sebagai
pembatik tersebut dapat membantu meringankan perekonomian keluarga. (Kompas
13 Agustus 2009)
Pembatik yang lainnya adalah Siti 37 tahun yang belajar membatik dengan
melihat tetangganya yang sedang membatik. Suami Siti adalah seorang tukang
bangunan. Dengan keahlian membatik yang dimiliki Siti sekarang ini ia menjadi
pembatik di “Tjokro”.Pekerjaan sampingan sebagai pembatik membantu
perekonomian keluarga Siti. (Wawancara Siti 17/10/2013).
Bentuk dukungan dari pemerintah untuk mengembangkan Batik Bakaran
adalah pengadaan seragam untuk seluruh PNS di wilayah Kabupaten Pati di tahun
2014 ini. Tujuan Pemkab Pati mewajibkan PNS menggunakan Batik Bakaran
sebagai seragam dinas karena, masih banyak pegawai yang memakai batik dari
daerah lain. Hal itu disebabkan instruksi dari Bupati yang lama baru himbauan
saja.
Tujuan kedua dari pengadaan seragam ini adalah untuk membantu
meningkatkan UKM yang ada di Pati. Selain itu juga untuk memperkenalkan Batik
Bakaran sebagai salah satu produk unggulan Kabupaten Pati. Anggaran untuk
pengadaan seragam batik tersebut sekitar 4 miliyar rupiah. Dengan anggaran
tersebut diharapkan dapat memberdayakan semua pengrajin batik yang ada di Desa
Bakaran. Haryanto sebagai bupati yang baru mengharapkan agar tidak ada
monopoli dalam pengadaan seragam batik ini. Semuamendapatkan porsi sesuai
dengan kemampuan dan kesangupan masing-masing. (www.jatengprov.go.id)
Pengadaan batik sebanyak 14-16 ribu potong dengan motif dan warna yang
sama bertujuan agar tidak ada kesenjangan sosial antara pejabat dan staf. Motif
batik yang digunakan untuk seragam ini adalah desain dari Bukhari. Seragam batik
ini berwarna coklat soga sesuai dengan ciri khas dari Batik Bakaran.
E. Peluang Pengembangan Pariwisata
1. Mendatangkan Wisatawan
Dalam kalimat sebelumnya telah dijelaskan bahwa potensi Batik Bakaran
diharapkan mampu membantu pengembangan pariwisata di Kabupaten Pati.
Menurut KBBI, Potensi merupakan daya, kekuatan, kesanggupan, kekuasaan,
kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dapat dikembangkan, sesuatu
yang dapat menjadi aktual. Potensi yang dimiliki Batik Bakaran juga dapat
mendorong perkembangan Batik Bakaran itu sendiri.
Jika potensi yang dimiliki batik bakaran dapat dikelola dengan baik,maka
Batik Bakaran akan mampu menarik wisatawan dari luar Pati bahkan dari luar
negeri. Sampai saat ini beberapa wisatawan asing pernah mengunjungi showroom
batik yang ada di Desa Bakaran. Misalnya showroom milik Andreas yang penah
dikunjungi oleh turis dari Jepang dan Filipina. Mereka mengetahui informasi
tentang showroom Andreas melalui internet. Wisatawan dari Filipina dan Jepang
tersebut lebih tertarik dengan motif-motif klasik karena nilai seni dan filosofi yang
terkandung dalam batik motif klasik. Oleh karena itu diharapkan pemilik
showroom lebih gencar untuk mempromosikan hasil produksinya melalui internet
agar, lebih banyak lagi wisatawanyang datang ke Desa Bakaran.
Showroom lain yang pernah dikunjungi wisatawan asing adalah milik
Bukhari. Mereka datang dari Australia, Jepang dan Thailand. Selain itu showroom
milik Puryanto juga pernah dikunjungi wisatawan dari Swis. Kebanyakan dari turis
tersebut memang lebih tertarik pada batik-batik motif klasik. Ornamen-ormanen
yang rumit dan proses yang lama dalam pembuatan batik motif klsik membuat
mereka kagum dengan keuletan para pembatik.
2. Dampak Bagi Masyarakat
Menurut Salah Wahab, Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang
mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja,
peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor produktif
lainnya. Jika masyarakat mampu memanfaatkan indutri pariwisata ini maka sektor
usaha lain juga akan ikut terangkat. Di Desa Bakaran tidak hanya industri batik
yang berkembang. Budidaya tambak bandeng dan udang juga berkembang.
Sebagian besar masyarakat mengelola tambak sebagai mata pencaharian. Hasil dari
budidaya bandeng tersebut diolah menjadi bandeng presto yang merupakan
makanan khas Juwana. Bandeng presto tersebut dapat di jadikan oleh-oleh selain
Batik Bakaran.
Sesuai dengan Instruksi Presiden NO. 9 tahun 1969 dikatakan dalam Pasal
2 bahwa tujuan pengembangn kepariwisataan adalah meningkatkan devisa negara
pada khususnya dan pendapatan masyarakat pada umumnya, perluasan kesempatan
serta lapangan kerja dan mendorong kegiatan-kegiatan industri penunjang dan
indutri-indutri sampingan lainnya. (Oka Yoeti, 2008: 80)
Datangnya wisatawan dalam negeri maupun wisatawan asing ke Desa
Bakaran tentunya akan menambah devisa negara dan meningkatkan pendapatan
masyarakat sekitar. Permintaan Batik Bakaran dan produk yang lainnya meningkat
akan membutuhkan semakin banyak tenaga kerja, sehingga tercipta lapangan
pekerjaan. Jika Desa bakaran menjadi daerah tujuan wisata maka akan mendorong
kegiatan indusri lainnya seperti Restoran khas Pati. Masyarakat bisa membuka
rumah makan dengan menu masakan khas Pati ataupun membuka kios oleh-oleh
khas Pati yang disediakan di Desa Bakaran.
Murphy mengatakan bahwa perencanaan dan pembangunan pariwisata
adalah untuk memperoleh dampak positif bagi perkembangan ekonomi dan
perdagangan pada suatu daerah tujuan wisata bagi pengusaha. (Oka Yoeti,
2005:52) Desa Bakaran layak menjadi tempat tujuan wisata di Pati. Tidak hanya
usaha batik saja yang berkembang. Di Desa Bakaran juga terdapat budidaya
tambak bandeng dan udang. Dapak positif dalam perkembangan ekonomi jika Desa
Bakaran menjadi tempat tujuan wisata adalah tidak hanya penghusaha batik saja
yang diuntungkan. Tetapi pengusaha di bidang lain juga seperti pemilik tambak
dan pemilik usaha bandeng presto. Dengan demikian perekonomian dan
perdagangan dapat berkembang di Kabupaten Pati khusunya di Desa Bakaran.
3. Peran serta Agen
Dalam pengembangan kepariwisataan maka diperlukan agen. Agen adalah
orang atau lembaga yang mendorong terciptanya perubahan sosial-ekonomi secara
berencana. (KBBI, 1988: 9) Adapun agen yang diperlukan untuk mendorong
terciptanya perubahan di Desa Bakaran antara lain pemerintah terutama Dinas
Pariwisata Kabupaten Pati memberikan pembinaan dan bimbingan kepada
masyarakat Desa Bakaran. Selain pemerintah Masyarakat Desa Bakaran sendirilah
yang yang memegang peranan penting.
Hal pertama yang dilakukan oleh Sugiyanto selaku Kepala Desa untuk
mewujudkanhaparan Desa Bakaran menjadi daerah tujuan wisata adalah
meningkatkan sumber daya manusia. Usaha yang dilakukan oleh Sugiyanto untuk
meningkatkan sumber daya manusia antaralain:
a. Menghimbau warganya untuk hidup sehat dengan menjaga kebersihan
lingkungan.
b. Menghimbau warganya untuk bersikap ramah-tamah terhadap pengunjung
yang datang ke Desa Bakaran.
c. Memberantas buta huruf dan menghimbau generasi muda untuk
menamatkan sekolah minimal sampai bangku SMA.
Tujuan dari Sugiyanto adalah jikawisatawan mengunjungi Desa Bakaran
tidak kecewa dan wisatawan merasa nyaman saat berada di Desa Bakaran.
Wisatawan yang datang dapat mempelajari budaya yang ada di Desa
Bakaran.Peran serta pengusaha dan perajin pun juga memegang peranan peting
dalam pengembangan kepariwisataan, yaitu dengan tetap menjaga kualitas batik
yang diproduksi. Pemahaman agen sebagai mediator pelaku atau penggerak untuk
pengembangan daerah tujuan wisata di Desa Bakaran adalah pemerintah, swasta,
masyarakat termasuk juga peran perguruan tinggi yang menyediakan dana hibah
penelitian dan pengabdian masyarakat untuk turut terlibat.
Top Related