ANALISIS FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · 6. Peran Sektor Pariwisata Terhadap...
Transcript of ANALISIS FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …/Analisis... · 6. Peran Sektor Pariwisata Terhadap...
1
ANALISIS FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENDAPATAN PARIWISATA DI KABUPATEN KLATEN
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas – tugas dan Memenuhi Syarat – syarat
untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
DIMAS BETEGA
NIM : F 1107503
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
2
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul:
ANALISIS FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENDAPATAN PARIWISATA DI KABUPATEN KLATEN
Skripsi ini telah disetujui dan diterima oleh pembimbing dan siap untuk
dipertahankan dalam ujian skripsi oleh tim penguji skripsi Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Surakarta, Februari 2010
Disetujui dan diterima oleh
Pembimbing
Drs. BRM. Bambang Irawan, Msi. NIP. 196705231994031002
3
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima baik oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna
melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, Februari 2010
Tim Penguji Skripsi
1. Dr. AM. Susilo, MSc (.…………………...........) NIP. 195903281988031001 Ketua
2. Drs. BRM. Bambang Irawan, MSi (…………………............) NIP. 196705231994031002 Pembimbing
3. Lukman Hakim, SE, MSi (………………...........….) NIP. 196805182003121002 Anggota
4
MOTTO
“Orang yang percaya diri, yakin akan usahanya, walau
kepandaiannya tak seberapa, tetapi ia memiliki daya pendorong yang
kuat. Orang itupun akan lebih cepat melampaui yang kuat”
(Penulis)
“ Sesuatu yang terlihat sulit, ternyata tidak sesulit yang diduga.
Sesuatu yang terlihat mudah, ternyata tidak semudah yang diduga,
kemauan adalah kata kuncinya”
(Bpk. Drs.BRM. Bambang Irawan, Msi)
“Orang yang dapat memimpin orang lain adalah orang yang kuat,
sedangkan orang yang dapat memimpin dirinya sendiri adalah orang
yang maha kuat”
(Mahatma Gandhi)
5
PERSEMBAHAN
Sebuah karya yang sederhana ini aku persembahkan untuk :
Thank’s for my lovely saviour Jesus Crist, You are my word, my life and my everything. I really love You Lord.......... Mbahti yang ada di Surga........ Bapak dan Mamah terkasih yang senantiasa sabar, berkorban dan memberikan kasih sayang serta Doa yang tiada batasan kepadaku. Thank’s for everything........ Mas Iwan dan Mba Ayu, Kyla dan Mothy, serta Momy yang banyak memberikan dukungan dan doa nya....... Mamah Bemby dan Pa’ Uyo, serta Mas Bimo Setyawan dan Mba Resty, Budhe, Padhe, mba Dewi, mas Herman atas dukungan dan doanya....... Keluarga besar Soedarto, dan Keluarga besar Poernomo....... Mutiara untuk semua inspirasi dan semangatnya....... Semua teman dan sahabatku.........
Almamaterku.......
6
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur yang tiada batas penulis panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa yang telah memberikan petunjuk dan ilmu yang senantiasa
diberikanNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul
“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN
PARIWISATA DI KABUPATEN KLATEN”
Seperti diketahui bahwa skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan program S1 Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini tidak bisa lepas dari
dukungan moril, materiil, waktu dan tenaga yang senantiasa diberikan oleh
berbagai pihak kepada penulis. Maka dalam kesempatan ini ijinkanlah penulis
untuk mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerahNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
2. Keluarga, Bapak dan Ibu penulis yang selalu memberi dorongan,
semangat,do’a, restu serta limpahan kasih sayang yang tiada batas.
3. Drs. BRM. Bambang Irawan, Msi selaku dosen Pembimbing yang telah
berkenan memberikan waktunya untuk membimbing, mengarahkan dan
memotivasi penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M. Com, Ak selaku Dekan Fakultas
Ekonomi UNS.
5. Bapak Drs. Kresno Saroso Pribadi, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Pembangunan FE UNS.
6. Ibu Dwi Prasetyani selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan FE
Non-Reguler UNS.
7. Seluruh Dosen di Fakultas Ekonomi, yang telah memberi penulis sejuta ilmu
dengan segala keikhlasan hati yang tulus. Staf Karyawan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret, yang telah melayani hingga beranjak keluar dari
Fakultas tercinta.
7
8. Teman-teman EP Non-Reguler angkatan 2007, Alfian, Aar, Yani, Wega, Tisa,
Shanty, Phego, Ryan, Putri, Ariasta, Devita, Dhani, Puryanti dan Riris.
Terimakasih untuk semua kenangan manis semasa kuliah, kebersamaan kita
tak akan terlupakan.
9. Bapak serta ibu Kepala Dinas dan Staff pegawai Pemda ( Dinas Pariwisata,
Bappeda, Dipenda, dan Biro Pusat Statistik) Kabupaten Klaten.
10. Sancoko Handayono.SE dan Alit Warasto.ST atas bantuannya dalam
penyusunan skripsi ini.
11. Teman- teman dan sahabat yang banyak mendukung dalam penyusunan
skripsi yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu kelancaran penyelesaian skripsi ini.
Penulis juga menyadari bahwa banyak ketidak sempurnaan dalam
penyusunan skripsi ini, baik materi maupun esensi. Untuk itu kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat penulis hargai. Akhirnya penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya.
Surakarta, Februari 2010
DIMAS BETEGA
8
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.............................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................. iii
HALAMAN MOTTO.............................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. v
KATA PENGANTAR ............................................................................ vi
DAFTAR ISI........................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xii
DAFTAR TABEL................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xiv
ABSTRAKSI .......................................................................................... xv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Perumusan Masalah .................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 5
E. Kerangka Pemikiran................................................................... 6
F. Hipotesis.................................................................................... 7
9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pariwisata .................................................................................. 8
1. Pengertian Dan Definisi Pariwisata ..................................... 8
2. Jenis Dan Macam Pariwisata .............................................. 10
3. Definisi Industri Pariwisata ................................................. 14
4. Definisi Wisatawan .............................................................. 17
5. Produk Industri Pariwisata ................................................... 18
6. Peran Sektor Pariwisata Terhadap PAD .............................. 21
7. Prinsip Perencanaan Pengembangan Pariwisata Daerah .... 22
8. Identifikasi Terhadap Karakteristik dearah.......................... 24
B. Peran Perekonomian Dalam Pengembangan Sektor Pariwisata 30
1. Pengaruh Ekonomi Internasional......................................... 31
2. Neraca Pembayaran.............................................................. 32
3. Pariwisata Dan Pendapatan Nilai Tukar............................... 32
4. Keuntungan Dan Kerugian Industri Pariwisata.................... 32
C. Hasil Penelitian Terdahulu …………………………............... 34
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian......................................................... 37
B. Data Sumber Data ..................................................................... 37
C. Teknik Pengumpulan Data........................................................ 37
D. Variabel Penelitian ................................................................... 38
E. Teknik Analisis Data................................................................. 39
10
BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Obyek Daerah Penelitian............................. 46
1. Luas Dan Letak Geografis ................................................... 46
2. Keadaan Sosial ..................................................................... 51
B. Tinjauan Mengenai Industri Pariwisata ................................... 56
1. Keadaan Dan Potensi Kepariwisataan.................................. 56
2. Potensi Wisata Alam............................................................ 56
3. Wisata Budaya ..................................................................... 62
4. Obyek Wisata Buatan........................................................... 68
5. Wisatawan............................................................................ 69
6. Hotel..................................................................................... 70
C. Gambaran Umum Variabel penelitian ..................................... 72
D. Hambatan Penelitian ................................................................. 76
E. Analisa Data.............................................................................. 77
1. Data Penelitian...................................................................... 77
2. Pemilihan Model Analisis..................................................... 77
3. Model Analisis....................................................................... 79
4. Hasil Analisis Data............................................................... 80
5. Uji Statistik........................................................................... 81
6. Uji Asumsi Klasik................................................................. 84
F. Intepretasi Ekonomi................................................................... 88
11
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................... 91
B. Saran ......................................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. xvi
LAMPIRAN
12
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran …………………………………. 6
Gambar 2.1 Model Pariwisata Sebagai Industri …………………...... 16
Gambar 3.1 Daerah Penerimaan dan Penolakan Uji t ……………… 34
Gambar 4.1 Daerah Penerimaan dan Penolakan Uji t ……………….. 81
Gambar 4.2 Statistik Durbin Watson …………………………………… 87
13
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Perkembangan Pendapatan Sektor Pariwisata Nasional............ 3
Tabel 4.1 Pembagian Wilayah Administrasi Kepemerintahan Kabupaten
Klaten Tahun 2007………...................................... 49
Tabel 4.2 Jarak Terdekat dari Kota Kabupaten ke Obyek Wisata ........... 50
Tabel 4.3 Keadaan dan Status Jalan Kabupaten Klaten Tahun 2007......... 54
Tabel 4.4 Obyek Wisata dan Pengunjungnya tahun 2007 ……………..... 70
Tabel 4.5 Jumlah Penginap Hotel di Kabupaten Klaten Tahun 2007........ 71
Tabel 4.6 Pendapatan Pariwisata Kabupaten Klaten Tahun 1998- 2007.. 73
Table 4.7 Jumlah Wisatawan di Kabupaten Klaten Tahun 2002- 2007.. 74
Tabel 4.8 Jumlah Arus Kendaraan Masuk Obyek Wisata.......................... 75
Tabel 4.9 Pertumbuhan Tingkat Hunian Kamar........................................ 76
Tabel 4.10 Hasil Regresi Linear Double Log............................................... 80
Tabel 4.11 Variabel penjelas Pendapatan Pariwisata …………………...... 81
Tabel 4.12 Uji Heteroskedastisitas Park ………………………………...... 84
Tabel 4.13 Uji White Heteroskedastisitas.................................................... 85
Tabel 4.14 Penjelas Uji Heteroskedastisitas Park........................................ 86
Tabel 4.15 Uji Multikolinearitas Kliens …………………......................... 86
Table 4.16 Koefisien Hasil Regresi ……………………............................ 88
Table 4.17 Daftar Pengelolaan lahan Parkir di Kabupaten Klaten............... 90
14
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Penelitian
Lampiran 2 Data Penelitian
Lampiran 3 Data Penelitian
Lampiran 4 Data Penelitian
Lampiran 5 Data Penelitian
Lampiran 6 Data Penelitian
Lampiran 7 Data Penelitian
Lampiran 8 Data Penelitian
Lampiran 9 Data Penelitian
Lampiran 10 Data Penelitian
Lampiran 11 Hasil MWD Test
Lampiran 11 Hasil Regresi Linear Double Log
Lampiran 12 Uji White Heteroskedastisitas
Lampiran 13 Uji Heteroskedastisitas Park
Lampiran 13 Uji Heteroskedastisitas Glejser
Lampiran 14 Uji Multikolinearitas
15
ABSTRAKSI
Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pariwisata di Kabupaten Klaten
Pendapatan Pariwisata sebagai bagian dari Pendapatan Asli Daerah yang
cukup potensial melihat banyaknya obyek wisata yang masih dapat dikembangkan untuk hasil yang optimal, walau pada kenyataannya sektor ini masih belum bisa dikelola secara maksimal karena kurangnya kesadaran bahwa pengaruh dan kontribusi Pendapatan Pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah sebagai sumber pendanaan untuk pembangunan, maka dari itu penulis berusaha meneliti hal tersebut dengan menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi Pendapatan Pariwisata di Kabupaten Klaten pada kurun waktu Januari 1997 sampai dengan Desember 2007.
Tujuan dalam penelitian ini terkait dengan hal diatas, yaitu untuk menganalisis seberapa besar pengaruh jumlah wisatawan, arus kendaraan, dan tingkat hunian kamar hotel terhadap Pendapatan Pariwisata di Kabupaten Klaten. Untuk menguji hipotesis yang penulis ajukan, akan dilakukan analisis data yang dibantu program komputer Economic Views (E-Views). Analisis data yang digunakan adalah analisa regresi Linear Double Log. Dari hasil uji t statistik menunjukkan bahwa variabel jumlah wisatawan berpengaruh positif terhadap Pendapatan Pariwisata, variabel arus kendaraan dan tingkat hunian kamar hotel secara nyata tidak berpengaruh terhadap Pendapatan Pariwisata, pada taraf signifikasi 5% dan dari uji ekonometrik dapat disimpulkan tidak terjadi gangguan asumsi klasik, yaitu heteroskedastisitas, multikolinearitas, maupun autokorelasi.
Melihat hasil penelitian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa hanya variabel jumlah wisatawan yang berpengaruh secara langsung dan signifikan terhadap Pendapatan Pariwisata, sedangkan variabel arus kendaraan dan tingkat hunian kamar bukan merupakan variabel yang baik untuk menjelaskan Pendapatan Pariwisata. Dari kesimpulan diatas penulis memiliki saran bahwa Kabupaten Klaten dalam arti masyarakat dan pemerintah harus terus berupaya mengembangkan pariwisata di Kabupaten Klaten dengan menambah kelebihan dan kekhasan obyek wisata yang bertujuan untuk menarik minat calon wisatawan untuk datang ke obyek wisata serta bersama pihak swasta memasarkan keindahan obyek wisata dan kelebihan fasilitas pendukungnya dengan media massa dan media elektronik, mempermudah akses menuju obyek wisata di Kabupaten Klaten. Memperbaiki dan lebih menertibkan sistem pemungutan pajak dan retribusi yang telah ada sehingga tidak terjadi kebocoran yang dapat mengurangi Pendapatan Pariwisata di Kabupaten Klaten. Dalam penelitian selanjutnya disarankan menggunakan variabel lain untuk menjelaskan Pendapatan Pariwisata secara signifikan, karena terbukti bahwa arus kendaraan dan tingkat hunian kamar tidak berpengaruh positf terhadap Pendapatan Pariwisata. Kata Kunci : Pendapatan Pariwisata, Wisatawan, Arus Kendaraan, Tingkat
Hunian Kamar
16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak diberlakukannya UU No. 22 Th 1999 dan telah
disempurnakan dalam UU No. 32 Tahun 2004 yang mengatur tentang
Otonomi Daerah, sepertinya program nasional tersebut tidak lagi dibiarkan
hanya sebagai pelengkap yang hanya terus menerus dilewatkan tanpa evaluasi
dan realisasi nyata. Saat ini pemerintah Indonesia benar- benar bertekad untuk
mewujudkan sistem desentralisasi tersebut. Optimalisasi pembangunan segala
sektor dilimpahkan sepenuhnya kepada pemerintah daerah. Setiap daerah
dioptimalkan untuk menggali, mengolah dan mengusahakan sendiri potensi
dan sumber- sumber ekonomi daerahnya masing- masing. Hal ini mempunyai
tujuan agar tiap daerah dapat lebih mandiri dan dapat mengurangi
ketergantungannya terhadap pemerintah pusat. Walaupun hal tersebut tidak
mudah dilakukan,tetapi pada hakekatnya sudah saatnya tiap daerah menopang
kegiatan pembangunan dengan kemampuan sendiri, mengingat potensi yang
ada sangat memungkinkan tiap daerah untuk melakukan hal tersebut.
Pada dasarnya pembangunan dilaksanakan agar taraf hidup
masyarakat dan kesejahteraannya dapat lebih baik dan terbebas dari
kemiskinan dan segala tekanan dari keadaan sekitarnya. Dengan demikian
kebijaksanaan yang tepat adalah dengan sistem pembangunan yang mengikut
sertakan seluruh kemampuan rakyat. Dari partisipasi rakyat yang secara
17
langsung maka akan didapat balas jasa pembangunan yang secara langsung
pula oleh masyarakat, walaupun dalam kondisi real potensi sumberdaya
manusia tiap daerah pastilah berbeda baik dalam hal kemampuan maupun
profesionalisme dalam keikutsertaannya dalam pembangunan. Pemerintah
daerah harus memiliki kebijaksanaan yang benar- benar merakyat untuk
mengatasi masalah- masalah ini, contohnya untuk daerah yang latar belakang
pendidikan dan kemampuannya yang kurang hendaknya pemerintah daerah
mengambil kebijakan yang berimplikasi pada penyerapan tenaga kerja yang
besar.
Salah satu usaha dalam sektor ekonomi yang digunakan oleh
pemerintah untuk mendukung pembangunan ekonomi adalah mengembangkan
industri pariwisata. Industri pariwisata adalah salah satu potensi sumber daya
yang cukup menjanjikan untuk sumber pendapatan daerah karena secara
langsung maupun tidak langsung akan menciptakan lapangan kerja yang
cukup besar, selain itu baik tenaga kerja formal maupun informal sangat
diperlukan untuk industri pariwisata. Disamping itu sektor pariwisata juga
menciptakan tenaga kerja dibidang – bidang yang tidak langsung berhubungan
dengan pariwisata, yang terpenting di bidang kontruksi bangunan dan jalan.
Banyak bangunan yang didirikan untuk hotel, rumah makan, toko- toko dan
jalan – jalan harus dibuat dan ditingkatkan kondisinya.
Pariwisata merupakan merupakan suatu industri yang komplek
dimana kegiatanya merupakan kumpulan dari berbagai macam industri yang
secara bersama-sama menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh
18
para wisatawan. Hal ini berarti pengembangan sektor pariwisata dapat
menggerakkan dan memicu pertumbuhan sektor-sektor ekonomi lainya
dengan jangkauan yang sangat luas dimana tenaga kerja akan terserap dalam
kegiatan pariwisata baik sebagai tenaga kerja maupun yang bekerja disektor
pendukung dibidang pariwisata. Dengan demikian dikatakan bahwa industri
pariwisata dapat memajukan dan memeratakan tingkat perekonomian
masyarakat serta dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan diharapkan
dapat menciptakan tingkat kesejahteraan sehingga pembangunan ekonomi
yang dilaksanakan oleh pemerintah akan berjalan dengan lancar.
Tabel 1.1 Perkembangan Pendapatan Sektor Pariwisata Nasional
TAHUN Y ( US $ )
1997 3.278,20
1998 2.986,58
1999 4.785,30
2000 5.288,30
2001 5.321,46
2002 4.329,36
2003 4.710,22
2004 5.748,80
2005 5.396,26
2006 4.305,57
2007 4.037,02
Depparsenibud, 2007
19
Dilihat dari perkembangan sektor pariwisata dalam skala nasional,
prospek pariwisata sebenarnya sudah memperlihatkan peningkatan secara
konsisten walaupun dalam kasus tahun tertentu ada sedikit penurunan,
contohnya pada tahun 1998, saat krisis ekonomi melanda dunia, terutama
Negara kita. Melihat kondisi tersebut sebenarnya tidak berlebihan jika sektor
industri pariwisata yang oleh para ahli dikatakan sebagai invisible export
memerlukan perhatian yang lebih dalam pengelolaannya. Untuk wilayah
Kabupaten Klaten sendiri, menurut data dari Dinas Pariwisata ada 35 potensi
obyek pariwisata yang dapat dikembangkan di Kabupaten ini, dan sudah
dikelola baik oleh Dinas Pariwisata, Pemerintah Daerah, maupun pihak
swasta. Melihat potensi yang begitu besar, maka dalam penelitian ini penulis
tertarik untuk mengetahui seberapa besar sumbangan yang dapat diberikan
oleh sektor industri pariwisata Kabupaten Klaten terhadap Pendapatan Asli
Daerah Kabupaten Klaten, melalui variabel jumlah wisatawan, arus
kendaraan, dan tingkat hunian kamar dari bulan Januari 1997- Desember
2007.
Berdasar gambaran umum tersebut diatas maka dalam penelitian
ini penulis mengambil judul “Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi
Pendapatan Pariwisata di Kabupaten Klaten”
B. Perumusan Masalah
Perkembangan pendapatan pariwisata tidaklah serta merta, banyak
faktor yang mempengaruhi dan dipengaruhi dalam proses perkembangan
sektor tersebut, seperti tertera sebelumnya beberapa aspek yang mencakup
20
berbagai koordinasi dan fasilitasi di dalam sektor industri pariwisata ini adalah
jumlah wisatawan, arus kendaraan ke lokasi obyek wisata dan tingkat hunian
kamar hotel- hotel di Kabupaten Klaten.
Dengan latar belakang permasalahan diatas maka dapat diambil
suatu perumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengaruh jumlah wisatawan, arus kendaraan, tingkat
hunian kamar terhadap pendapatan sektor pariwisata di Kabupaten Klaten?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh jumlah wisatawan terhadap
sektor pendapatan pariwisata di Kabupaten Klaten.
2. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh arus kendaraan terhadap
sektor pendapatan pariwisata di Kabupaten Klaten.
3. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh tingkat hunian kamar
terhadap sektor pendapatan pariwisata di Kabupaten Klaten.
D. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan
kontribusi sebagai berikut :
21
1. Sebagai salah satu sarana penerapan teori- teori yang telah dipelajari di
bangku kuliah dan sebagai wahana dalam pelatihan penulisan karya
ilmiah.
2. Memberikan gambaran tentang potensi pariwisata di Kabupaten Klaten.
3. Memberikan sumbangan pengetahuan tentang seberapa jauh
perkembangan pariwisata di Kabupaten Klaten.
4. Diharapkan dapat memberikan informasi dalam membuat suatu kebijakan
yang tepat untuk meningkatkan pendapatan pariwisata di Kabupaten
Klaten.
5. Dapat menjadi masukan bagi peneliti selanjutnya dalam menghadapi
masalah yang serupa.
E. Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini akan dicari pengaruh jumlah wisatawan, arus
kendaraan yang masuk ke lokasi obyek wisata, dan tingkat hunian kamar yang
dimiliki hotel- hotel di Kabupaten Klaten terhadap pendapatan sektor
pariwisata, yang jika digambarkan dalam suatu gambar kerangka adalah
sebagai berikut :
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
Jumlah Wisatawan
Pendapatan Pariwisata
Arus Kendaraan
Tingkat Hunian Kamar
22
F. Hipotesis
Untuk membuat suatu kesimpulan tentang permasalahan yang ada
dalam perumusan masalah diatas, maka kami susun hipotesis sebagai berikut:
1. Diduga jumlah wisatawan berpengaruh positif signifikan terhadap
Pendapatan Pariwisata.
2. Diduga arus kendaraan berpengaruh positif signifikan terhadap
Pendapatan Pariwisata.
3. Diduga tingkat hunian kamar berpengaruh positif signifikan terhadap
Pendapatan Pariwisata.
4. Diduga jumlah wisatawan, arus kendaraan, tingkat hunian kamar secara
bersama- sama berpengaruh secara signifikan terhadap Pendapatan
Pariwisata.
BAB II
23
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Pariwisata
Pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan
mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu,
memperbaiki kesehatan, menikmati olah raga atau istirahat, menunaikan
tugas, berziarah, dan lain-lain. Menurut definisi yang luas pariwisata adalah
perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan
perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau
keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial,
budaya, alam, dan ilmu. (Spillane, 1994). Pariwisata juga merupakan suatu
proses berpergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain
diluar tempat tinggalnya. Dorongan berpergian dikarenakan karena adanya
berbagai kepentingan atau alasan baik karena kepentingan ekonomi, sosial,
budaya, politik, agama, maupun kepentingan lain yang bersifat ingin tahu
untuk menambah pengalaman atau belajar. Menurut Undang-undang nomor 9
Tahun 1990 tentang kepariwisataan disebutkan bahwa pariwisata adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan
obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dengan bidang
tersebut.
Pariwisata adalah suatu gejala sosial yang sangat komplek yang
menyangkut manusia dan memiliki berbagai aspek yaitu aspek sosiologi,
psikologi, ekonomis, ekologis dan sebagainya, dari aspek tersebut yang
24
mendapatkan perhatian paling besar dan merupakan aspek yang penting
adalah aspek ekonomis (Soekadijo, 2000). Dengan kata lain untuk melakukan
suatu perjalanan wisata seseorang harus mengeluarkan biaya yang nanti akan
diterima oleh orang-orang yang menyelenggarakan kegiatan pariwisata antara
lain : angkutan, menyediakan berbagai jasa-jasa, menjual sovenir, rumah
makan, penginapan dan lain sebagainya.
Banyak pendapat yang telah dikemukakan para ahli, namun
batasan-batasan yang jelas dalam definisi pariwisata adalah adanya kesamaan,
yaitu dalam pengertian kepariwisataan terdapat beberapa faktor penting, yang
mau atau tidak mau harus ada dalam batasan definisi pariwisata. Batasan
definisi pariwisata menurut ( Yoeti, 1980) adalah sebagai berikut :
a. Perjalanan itu dilakukan dari satu tempat ke tempat lain.
b. Perjalanan itu walau apapun bentuknya harus selalu dikaitkan dengan
rekreasi.
c. Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah di tempat
yang dikunjunginya dan semata-mata sebagai konsumen di tempat itu.
Berdasarkan pengertian pariwisata yang sangat luas dan dapat
didefinisikan secara luas pula, pengertian pariwisata seharusnya mengandung
unsur :
a. Orang sebagai pelaku.
b. Perjalanan.
c. Waktu atau lamanya meninggalkan tempat asal.
d. Tujuan atau maksud.
25
e. Daerah tujuan atau aktifitas yang dilakukan di tempat tujuan.
Berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pariwisata
adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang
diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud untuk
menikmati perjalanannya, dan tidak bertujuan untuk menetap dalam waktu
lama serta tidak mencari pekerjaan di tempat yang dikunjunginya.
B. Definisi Wisatawan
Seseorang atau kelompok orang yang melakukan suatu perjalanan
wisata disebut dengan wisatawan (tourist), jika lama tinggalnya sekurang-
kurangnya 24 jam di daerah atau negara yang dikunjungi. Apabila mereka
tinggal di daerah atau negara yang dikunjungi dengan waktu kurang dari 24
jam maka mereka disebut pelancong (excursionist). Pengunjung (visitor) yaitu
setiap orang yang datang ke suatu negara atau tempat tinggal lain dan biasanya
dengan maksud apapun kecuali untuk melakukan pekerjaan yang menerima
upah. Jika dilihat dari sifat perjalanan dan ruang lingkup di mana perjalanan
wisata itu dilakukan, maka dapat diklasifikasikan jenis wisatawan sebagai
berikut :
a. Wisatawan Asing / Mancanegara (Foreign Tourist)
Wisatawan asing / mancanegara (foreign tourist) adalah orang
asing yang melakukan perjalanan wisata yang datang memasuki negara
lain yang bukan merupakan negara di mana ia biasa tinggal. Wisatawan
asing dapat ditandai dari status kewarganegaraannya, dokumen perjalanan,
26
jenis mata uang yang dibelanjakannya, karena pada umumnya golongan
wisatawan ini selalu menukarkan uangnya lebih dahulu pada Bank atau
Money Changer sebelum menggunakannya.
b. Wisatawan Domestik / Nusantara (Domestic Foreign Tourist)
Wisatawan domestik / nusantara (domestic foreign tourist) adalah
wisatawan dalam negeri, yaitu seseorang warga suatu negara yang
melakukan perjalanan wisata pada batas wilayahnya sendiri, tanpa
melewati perbatasan negaranya. Jadi di sini tidak ada unsur asingnya, baik
kewarganegaraannya, uangnya, ataupun dokumen yang dimilikinya (Yoeti,
1997)
Orang-orang yang dianggap sebagai wisatawan :
a. Orang yang melakukan perjalanan untuk kesenangan, karena alasan
keluarga, alasan kesehatan, dan sebagainya.
b. Orang yang melakukan perjalanan untuk pertemuan-pertemuan, atau
dalam kapasitasnya sebagai perwakilan (ilmu pengetahuan, diplomatik,
keagamaan, atletik, dan sebagainya).
c. Orang yang melakukan perjalanan karena alasan-alasan bisnis.
d. Orang yang tiba dengan kapal laut, bahkan meskipun mereka tinggal
kurang dari 24 jam (yang terakhir ini hendaknya dianggap sebagai
kelompok yang terpisah, tanpa menghiraukan tempat tinggal yang
biasa mereka pergunakan).
.
27
Gambar di bawah ini akan membantu menjelaskan bagaimana
perbedaan secara jelas akan orang yang disebut wisatawan dan yang tidak
diklasifikasikan sebagai wisatawan. Klasifikasi ini yang dipakai oleh
Organisasi Pariwisata Dunia (WTO) dalam membedakan antara wisatawan
dan orang yang melakukan perjalanan tetapi tidak dianggap sebagai
seorang wisatawan.
Gambar 2.1. Klasifikasi Pelaku Perjalanan (Yosrizal, 2000)
C. Dasar Pendekatan Mempelajari Pariwisata
Pariwisata dapat dipelajari dengan banyak cara dan metode, namun
sampai saat ini belum ada kesepakatan bagaimana mempelajari pariwisata
harus dilakukan. Banyak pendekatan yang dapat digunakan untuk
mempelajari pariwisata, misalnya dari segi sejarahnya, segi manajemennya,
Trevelers
Relevant to Tourism
Not directly related to tourism
Tourist Excursionists
Business
Pleasure Personal
Business
Peasure Personal
Migrants
Students
Crews
Commuters
Intransit travelers
Temporary workers
28
segi hukum, politik, ekonomi dan masih banyak lagi pendekatan yang dapat
dilakukan. Pariwisata merupakan multidisiplin ilmu, sebab banyak sekali
pendekatan yang dapat dilakukan untuk mempelajarinya. Pariwisata terdiri
dari banyak bagian yang saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan,
menjadikan pariwisata dalam pengembangannya membutuhkan studi dari
berbagai aspek. Hal ini yang membedakan pariwisatadengan jenis ilmu yang
lain.
Pariwisata sebenarnya mencakup seluruh aspek masyarakat,
Masyarakat mempunyai budaya, kekayaan alam, fasilitas khusus yang dapat
dijadikan daya tarik wisata. Bentuk pemasaran pariwisata yang baik,
bagaimana hukum yang mengaturnya, dan masih banyak lagi pendekatan
dalam mempelajari pariwisata.
Hal yang paling dibutuhkan dalam studi pariwisata adalah system
pendekatannya. Sistem pendekatan inilah yang dapat menyatukan berbagai
macam pendekatan yang dipakai menjadi kajian yang komprehensif serta
berhubungan dengan pokok persoalan makro dan mikro.
D. Aplikasi Ilmu Ekonomi Dalam Pariwisata
Teori ekonomi didasari atas kebutuhan manusia yang tidak terbatas
baik pada jumlah ataupun kualitasnya, namun disisi lain sumber-sumber
ekonomi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam bentuk barang
dan jasa terbatas persediaannya. Ilmu ekonomi kiranya dapat didefinisikan
sebagai ilmu sosial yang mencoba memahami pilihan-pilihan yang akan
29
dibuat manusia dalam upaya menggunakan sumber-sumber ekonomi yang
terbatas untuk dapat memenuhi kebutuhan yang selalu berkembang dan tidak
terbatas.
Pilihan-pilihan tertentu harus dihadapi dalam sebuah
perekonomian, mulai dari barang apa yang harus diproduksi, bagaimana
pilihan-pilihan tersebut sebaiknya diproduksi, oleh siapa sebaiknya barang
tersebut diproduksi dan untuk siapa hasil kegiatan ekonomi tersebut dibuat.
Pilihan-pilihan tersebut haruslah dihadapi dan hal ini yang melatarbelakangi
kegiatan ekonomi.
Penerapan ilmu ekonomi dalam pariwisata juga tidak jauh dari
pilihan-pilihan. Orang akan bertanya mengapa seseorang memilih pergi
kesuatu tempat dibanding dengan tempat yang lain, apa yang
melatarbelakangi pilihan itu. Mengapa orang membelanjakan uang untuk
melakukan kegiatan wisata? Pilihan-pilihan yang dibuat merupakan pilihan
ekonomi karena mempertimbangkan banyak hal, dari keterbatasan dana
hingga sebuah kegiatan itu tidak dapat dilakukan secara bersama-sama.
Sumber yang terbatas menyebabkan manusia harus memilih dan juga
mengukur dirinya dengan pilihan yang paling tepat dengan pertimbangan
dalam banyak hal.
Secara mikro pariwisata adalah cabang ilmu ekonomi yang
mempelajari pilihan unit-unit ekonomi khusus (spesifik) termasuk hotel,
restoran, penerbangan, transportasi dan sektor-sektor pariwisata yang lain.
Secara makro adalah cabang ilmu ekonomi yang mempelajari gejala
30
perekonomian skala besar khususnya pengeluaran atau belanja agregat
wisatawan, pengaruh multiplier, dan dampak ekonomi makro dari adanya
kegiatan pariwisata
Pariwisata merupakan gabungan dari aktivitas pelayanan dan
industri yang memberikan pengalaman baru dalam perjalanan, maka menjadi
penting untuk mengetahui dan mengelompokkan penawaran dan
permintaannya. Hal ini akan berguna untuk memetakan pariwisata dengan
lebih jelas, yang akan berguna dalam pembangunan dan keberhasilan
pariwisata di masa yang akan datang.
a. Komponen Penawaran ( Supply )
Penawaran adalah sejumlah produk tertentu yang mana
perusahaan bersedia dan dapat menawarkan produk untuk dijual pada
harga tertentu selama periode waktu yang di berikan. Penawaran dalam
pariwisata dapat dikelompokkan menjadi empat bagian besar yaitu :
1. Sumber Daya Alam ( Natural Resources )
Sumber daya alam mempunyai potensi yang besar dalam menarik
kedatangan wisatawan. Kombinasi dari factor-faktor alam yang
beragam dan bervariasi akan menarik pembangunan pariwisata yang
lebih maju. Hal yang paling nyata adalah perbedaan tempat dan cuaca,
perbedaan musim dan perbedaan alam lain yang dimiliki masing-
masing tempat. Daerah atau tempat dengan daya tarik yang unik akan
memberikan kesan baik terhadap orang yang berkunjung. Pengelolaan
sumber daya alam yang tepat yaitu dengan pengelolaan berwawasan
31
keberlanjutan berdampak lebih baik pada pariwisata untuk tetap
menarik pada waktu yang akan datang. Kualitas dari sumber daya alam
harus dipelihara untuk tetap mempertahankan permintaannya. Tingkat
kualitas harus selalu dijaga baik dalam dalam perencanaan
pembangunan maupun perawatannya, untuk tetap memberikan
kepuasan kepada pengunjung. Pariwisata sangat erat hubungannya
dengan kualitas dari sumber daya alam, menjadikan pertimbangan
ekologi dan lingkungan sangat penting.
2. Infrastruktur ( Infrastructure )
Prasarana atau Infrastruktur terdiri dari seluruh pengembangan
konstruksi permukaan dan bawah tanah seperti sistem pelayanan air,
sistem komunikasi, stasiun, terminal dll. Ketersediaan dari pelayanan
instalasi dasar ini sangat menentukan keberhasilan dari pariwisata.
Prasarana pendukung memang menjadi kebutuhan dasar dalam
pengembangan pariwisata, infrastruktur harus dibangun dengan sebaik
mungkin dengan kondisi senyaman mungkin agar wisatawan merasa
nyaman yang akan berimbas pada pariwisata kedepan.
3. Transportasi ( Transportation )
Semua faktor yang berhubungan dengan transportasi harus
mempertimbangkan faktor pembangunan pariwisata. Ketersediaan
transportasi dimulai di hotel hingga ke tujuan wisata. Ketersediaan
transportasi berperan penting dalam perkembangan pariwisata.
32
4. Keramah–Tamahan dan Sumber Daya Budaya ( Hospitality and
Cultural Resources )
Terdiri atas semua kekayaan budaya dari sebuah daerah yang berperan
untuk menjadikan pariwisata berhasil dan mampu menjadi tuan rumah
yang baik bagi tamunya. Keramahan dapat berbentuk banyak hal
seperti kesopanan, rasa hormat dll. Pembangunan dari keramah–
tamahan adalah suatu hal yang penting dalam pariwisata.
b. Komponen Permintaan ( Demand )
Permintaan jika didefinisikan secara ekonomi adalah rencana
sejumlah barang dan jasa yang mana orang bersedia untuk membeli pada
harga yang mungkin dalam waktu tertentu. Berawal dari itu maka akan ada
hubungan tertentu antara harga pasar dengan jumlah permintaannya,
sejumlah permintaan pada perjalanan adalah perhatian yang besar terhadap
semua orang yang terlibat dalam pariwisata. Permintaan dalam pariwisata
yaitu :
1. Berapakah pengunjung yang datang.
2. Sarana apa yang dipakai pengunjung.
3. Berapa lama tinggalnya dan jenis akomodasinya apa yang dipakai
pengunjung.
4. Berapakah pengeluaran yang dibelanjakan oleh pengunjung.
.Kemajuan pariwisata akan tergantung dari permintaannya, dengan
perhitungan permintaan bisa diketahui bagaimana karakteristik industri
33
pariwisata.Perhitungan permintaan akan membantu dalam pembangunan
pariwisata yang lebih baik.
c. Keseimbangan ( Equilibrium )
Pariwisata bila dianggap sebuah pasar maka penawaran dan
permintaan merupakan dua sisi yang berbeda. Interaksi antara penawaran
dan permintaan dapat terjadi dalam sebuah pasar. Interaksi keduanya akan
menghasilkan sebuah keseimbangan pasar, dengan harga dan jumlah
sebagai hasil yang nyata. Keseimbangan pasar dapat didefinisikan sebagai
kondisi dimana jumlah penawaran dan jumlah permintaan adalah sama,
dalam keseimbangan tidak ada kecenderungan harga untuk berubah
(Yosrizal, 2004)
Keseimbangan (equilibrium) penawaran dan permintaan adalah
stasioner dalam arti bahwa sekali harga keseimbangan itu tercapai, ia
cenderung untuk tetap tidak berubah selama baik penawaran atau
permintaan tidak bergeser. Jika tidak ada pergeseran dalam penawaran
atau permintaan, tidak ada harga-harga pasar yang mempengaruhi harga
untuk membuatnya berubah. Jika harga itu berada di bawah keseimbangan,
jumlah yang diminta melebihi jumlah yang ditawarkan, pembeli
menawarkan harga yang lebih tinggi, penjual meminta harga-harga yang
lebih tinggi dan harga naik. Jika harga itu di atas keseimbangan, jumlah
yang ditawarkan melebihi jumlah yang diminta, pembeli menawar harga-
harga yang lebih rendah, para penjual meminta harga-harga yang lebih
34
rendah, maka harga akan turun.( Fatmawati, 2005). Keseimbangan dalam
pariwisata dapat digambarkan sebagai berikut :
P S
PE E
D
0 QE Q
Gambar 2.2. Keseimbangan Pasar
Keterangan :
S = Supply ( Penawaran )
D = Demand ( Permintaan )
E = Equlibrium ( Keseimbangan)
P = Price ( Harga)
Q = Quantity ( Jumlah )
PE = Price Equlibrium ( Harga Keseimbangan )
QE= Quantity Equlibrium ( Jumlah Keseimbangan)
Perhitungan pertemuan antara penawaran dan permintaan dalam pariwisata
mempunyai faktor kesulitan dengan kata lain perhitungannya tidaklah mudah.
Kesesuaian antara permintaan dan penawaran dapat dihitung dengan Task
Analysis, yaitu prosedur yang digunakan untuk penyesuaian penawaran dan
permintaan. Terdapat enam langkah yang disarankan dilakukan, yaitu :
1) Mengidentifikasi permintaan sekarang.
35
2) Pencatatan kualitas dan kuantitas penawaran yang menarik.
3) Kecukupan penawaran dan permintaan saat ini.
4) Mengkaji pasar saat ini dan trend ekonomi sosial.
5) Meramalkan permintaan pariwisata.
6) Menyesuaikan penawaran dengan antisipasi permintaan
Langkah-langkah tersebut dapat dilakukan untuk memperkirakan
kesesuaian antara penawaran dan permintaan, hanya saja dalam
penerapannya harus berhati-hati. Hasil dari perhitungan tersebut dapat
digunakan untuk perencanaan pariwisata di masa mendatang.
E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penawaran dan Permintaan Pariwisata
Hukum penawaran dan permintaan menunjukkan bahwa hubungan
antara penawaran dan permintaan tidak dapat diubah. Perubahan pada yang
satu menyebabkan perubahan pada yang lain. Oleh karena itu, walaupun
hukum permintaan dan penawaran menggunakan asumsi bahwa segala
sesuatu harus tetap sama untuk berlakunya hokum itu, dalam kenyataan dunia
bisnis ini tidaklah tetap sama. Pengaruh eksternal terhadap jumlah suatu jasa
yang ditawarkan selalu ada.
Suatu kelakuan aneh dari ekonomi pariwisata berkaitan dengan
konsumsi yang berlebihan ( conspicuous consumption ), istilah yang
diciptakan Thorstein Veblen. Konsumsi yang berlebihan adalah kebiasaan
membeli barang atau jasa oleh karena status yang dibawa oleh tindakan itu.
Sejumlah hotel kelas atas, kapal pesiar super mewah dan penerbangan kelas
satu adalah menarik sebagian wisatawan karena pengaruh Veblen itu.
36
Bukannya penawaran dan permintaan yang menentukan biaya suatu
produk,akan tetapi pengaruh Veblen itu menempatkan kurva-kurva
permintaan baru berdasarkan eksklusivitas dan gengsi.
Kurva permintaan Veblen seperti ditunjukkan pada gambar 2.3
menunjukkan jika harga P1 ditetapkan, maka jumlah Q1 adalah yang terjual.
Jika harga dinaikkan menjadi P2 menurut kurva permintaan D1, jumlah yang
dibeli akan menurun ke Q2. Hal ini tidak terjadi dalam kurva Veblen oleh
karena pembeli-pembeli memberi suatu arti penting baru pada produk itu, dan
kenyataannya membeli suatu kuantitas yang lebih besar Q3. Dalam
pengaruhnya, harga baru itu telah menambah nilai kesenangan kualitas
pelayanan itu atau pengalaman yang ditawarkan. Kurva permintaan bukannya
bergeser ke bawah, melainkan bergeser ke D2 akibat pengaruh Veblen itu.
Penurunan harga hanya meningkatkan sedikit jumlah yang dibeli oleh Karen
pergerakannya hanya menurut kurva permintaan baru D2. Jika harga terus
dinaikkan lagi ke P3, maka harga itu akan bergeser lagi. Bukannya suatu
penurunan permintaan ke Q4, permintaan kenyataan meningkat ke Q5.
Para ekonom suka mengelompokkan barang dan jasa ke dalam
barang yang lebih disukai ( preferred goods or services) dan kurang disukai
(non-prefered). Pariwisata dipandang sebagai suatu jasa yang sangat disukai
(a preferred superior service), karena ia lebih banyak dilakukan begitu
pendapatan meningkat. Begitu lebih banyak keluarga keluarga memasuki
kelompok pendapatan lebih tinggi, maka permintaan berwisata meningkat
37
lebih cepat daripada pendapatan. Gejala ini digambarkan secara lebih rinci
dalam gambar berikut :
P3 D3
P2 D2
P1 D1
Q2 Q4 Q1 Q3 Q5
Gambar 2.3. Kurva Permintaan Veblen
F. Elastisitas Permintaan Untuk Pariwisata
Permintaan mana yang elastis ( peka terhadap perubahan harga)
dan mana yang inelastis (tidak peka) sangat bervariasi, tergantung sebagian
dari kekayaan wisatawan dan alasan melakukan perjalanan. Dari sudut
pandang ekonomi, elastisitas permintaan adalah penting untuk pemasok
produk-produk pariwisata, oleh karena itu ia bisa berdampak terhadap nasil
penerimaan. Penerimasan total penjual di suatu pasar sama dengan harga dari
barang atau jasa dikalikan kuantitas total yang terjual.
Bila sesuatu jasa tertentu elastis terhadap harga (lebih dari 1), maka
penerimaan total meningkat bila harga diturunkan. Ini karena persentase
38
kenaikan dalam kuantitas lebih tinggi daripada persentase penurunan dalam
harga.
Berdasarkan logika di atas, (Yosrizal, 2004) jika elastisitas harga
dari suatu produk diketahui, seorang pemasok produk wisata dapat
meningkatkan penerimaan totalnya dengan cara mengadakan penyesuaian
yang secepatnya atas harga barangnya itu. Dalam prakteknya hal ini tidaklah
sesederhana itu, oleh karena elastisitas harga sangat berbeda dan berubah
dalam perjalanan waktu. Elastisitas harga dipengaruhi sejumlah besar faktor
yang sulit dibuat modelnya. Penentu-penentu utama elastisitas harga adalah
tersedianya produk-produk pengganti yang ekuivalen (sama nilainya)
pentingnya produk itu secara relative dalam anggaran yang akan
dibelanjakan, waktu yang ada untuk menyesuaikan dengan perubahan harga
dan keberadaan produk itu sebagai suatu keharusan atau barang mewah.
G. Dampak Pariwisata Terhadap Ekonomi
Setiap manusia mempunyai kebutuhan yang berbeda–beda yang
mana kebutuhan tersebut harus dipenuhi untuk memperoleh kesenangan dan
kepuasan dalam hidupnya. manusia tidak akan selalu puas dengan apa yang
telah mereka peroleh karena manusia akan selalu mencari hal yang baru atau
sesuatu yang lebih baik dari yang telah mereka capai. salah satu sifat penting
dalam hidup manusia adalah bahwa mereka akan selalu mempunyai keinginan
untuk mencapai kesejahteraan yang lebih tinggi dari pada yang telah mereka
capai pada masa sekarang (Sukirno, 1994).
39
Pengembangan industri pariwisata di suatu negara akan dapat
membawa hasil yang tidak sedikit dan merupakan penghasil devisa yang
utama bahkan dapat melebihi nilai ekspor dari suatu negara tersebut. Aspek
ekonomi pariwisata tidak hanya berhubungan dengan kegiatan pariwisata
seperti usaha perhotelan, restoran dan penyelenggaraan paket wisata,
melainkan banyak kegiatan ekonomi lainya yang berhubungan erat dengan
pariwisata separti transportasi, telekomunikasi dan bisnis eceran (Suwantoro,
1997). Industri pariwisata merupakan bentuk ekspor yang sangat
menguntungkan terutama bagi ekonomi nasional suatu negara. Keuntungan
yang nyata dan mempunyai pengaruh dalam perekonomian adalah sebagai
berikut (Yoeti, 1983) :
1. Meningkatnya kesempatan kerja dan dapat mengurangi pengganguran.
2. Meningkatkan penerimaan pendapatan nasional dan menambah income
per kapita.
3. Menambah penghasilan dari sektor pajak.
4. Semakin kuatnya posisi Neraca Pembayaran luar negeri.
Dengan demikian majunya suatu industri pariwisata yang
menyerap tenaga kerja yang banyak sudah membantu dalam memeratakan
pendapatan dan kesejahteraan dalam masyarakat. Sebab segala lapisan
mayarakat akan dapat merasakan manfaatnya dengan adanya industri
pariwisata, karena mereka dapat melakukan kegiatan ekonomi seperti menjual
barang sovenir, membuka warung makan atau restoran, menyewakan kamar,
40
menyewakan alat transportasi yang semuanya itu sangat berguna bagi para
wisatawan.
Akan tetapi penerimaan dari pariwisata menambah besarnya
volume uang di dalam masyarakat, dan ini dapat menimbulkan inflasi kalau
produksi komoditi di dalam negeri tidak bertambah. Inilah sebabnya maka
kawasan pariwisata harga–harga biasanya lebih mahal dari pada di daerah lain.
Banyaknya barang tidak dapat mengimbangi laju pertambahan uang yang
beredar (Soekadijo, 2000)
H. Jenis dan Macam Pariwisata
Adapun jenis dan macam pariwisata adalah sebagai berikut (Yoeti,
1985) :
a. Menurut letak geografisnya dimana kegiatan pariwisata berkembang.
1. Pariwisata Lokal (Local Tourism)
Yaitu pariwisata setempat yang mempunyai ruang lingkup relatif
sempit dan terbatas pada tempat tertentu saja.
2. Pariwisata Regional (Regional Tourism)
Yaitu kegiatan pariwisata yang berkembang di suatu tempat atau daerah
yang ruang lingkupnya lebih luas dari pariwisata lokal tetapi lebih
sempit dari pariwisata nasional.
3. Pariwisata Nasional (National Tourism)
Jenis pariwisata ini dibagi menjadi 2 yaitu :
41
a. Pariwisata nasional dalam arti sempit yaitu kepariwisataan yang
berkembang dalam wilayah suatu negara dimana adalah orang
yang melakukan perjalanan wisata adalah warga negara sendiri.
b. Pariwisata nasional dalam arti luas yaitu kegiatan kepariwisataan
yang berkembang di suatu negara selain kegiatan wisatawan
domestik juga terdapat wisatawan asing.
4. Pariwisata Regional–Internasional (Regional – International Tourism)
Yaitu kepariwisataan yang berkembang di suatu wilayah internasional
yang terbatas pada negara tertentu seperti pariwisata ASEAN.
5. Pariwisata Internasional (International Tourism)
Yaitu kegiatan kepariwisataan yang berkembang di seluruh negara.
b. Menurut Pengaruhnya Terhadap Neraca Pembayaran.
1. Pariwisata Aktif (In Bound Tourism)
Yaitu pariwisata yang ditandai dengan gejala masuknya wisatawan
asing ke suatu negara yang dikunjungi.
2. Pariwisata Pasif (Out Going Tourism)
Yaitu pariwisata yang ditandai dengan gejala keluarnya wisatawan
keluar negeri atau ke suatu negara asing dikunjungi.
c. Menurut Alasan atau Tujuan Dari Perjalanan Wisata.
1. Pariwisata Bisnis (Business Tourism)
Yaitu jenis pariwisata dimana pengunjung datang untuk tujuan usaha
dagang, dinas, seminar, simposium dan lain-lain.
2. Vocantional Tourism
42
Yaitu jenis pariwisata dimana pengunjung datang dengan tujuan
berlibur, cuti dan lain-lain.
3. Widya Wisata ( Educational Tourism )
Yaitu jenis pariwisata dimana pengunjung datang dengan tujuan untuk
melakukan studi atau mempelajari ilmu pengetahuan.
d. Menurut waktu berkunjung.
1. Pariwisata Musiman ( Seasional Tourism )
Yaitu jenis pariwisata dimana kegiatanya berlangsung waktu tertentu.
2. Occational Tourism
Yaitu pariwisata yang kegiatanya dihubungkan dengan acara tertentu.
e. Menurut obyeknya
1. Pariwisata Budaya ( Cultural Tourism )
Yaitu jenis pariwisata dimana motivasi orang untuk melakukan
perjalanan wisata disebabkan karena daya tarik seni budaya suatu
tempat atau daerah.
2. Pariwisata Kesehatan ( Recuperational Tourism )
Yaitu jenis pariwisata dimana orang yang melakukan perjalanan
wisata adalah untuk penyembuhan suatu penyakit.
3. Pariwisata Komersial ( Comercial Tourism )
43
Yaitu jenis pariwisata dimana orang yang melakukan perjalanan
wisata dilibatkan dengan kegiatan-kegiatan dagang nasional maupun
internasional.
4. Pariwisata Olahraga ( Sport Tourism )
Yaitu jenis pariwisata dimana orang yang melakukan perjalanan
wisata bertujuan untuk menyaksikan suatu pentas atau kegiatan olah
raga.
5. Pariwisata Politik ( Political Tourism )
Yaitu jenis pariwisata dimana orang yang melakukan perjalanan
wisata dengan tujuan untuk meyaksikan suatu peristiwa yang
berhubungan dengan kegiatan suatu negara.
6. Pariwisata Agama ( Religion Tourism )
Yaitu jenis pariwisata dimana orang yang melakukan perjalanan
wisata dengan tujuan untuk menyaksikan atau menjalankan kegiatan
keagamaan.
I. Definisi Industri Pariwisata
Industri pariwisata adalah industri yang berupa seluruh kegiatan
pariwisata yang didalamnya terdapat industri perhotelan, industri rumah
makan, industri kerajinan atau cendera mata, industri perjalanan dan
sebagainya (Soekadijo, 2000). Industri pariwisata adalah industri yang
kompleks, yang meliputi industri-industri lain.Dalam kompleks industri
44
pariwisata terdapat industri perhotelan, industri rumah makan, industri
kerajinan / cendera mata, industri perjalanan, dan sebagainya. Dengan kata
lain industri pariwisata adalah kumpulan dari berbagai perusahaan yang secara
bersama menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh para wisatawan
selama dalam perjalanan wisata dan memperkerjakan banyak orang dalam
berbagai jenis pekerjaan.
Pengertian industri pariwisata merupakan batasan yang mewakili
semua perusahaan yang bergerak dalam bidang pariwisata, produk dan jasa
yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut serta pelayanan yang diberikan oleh
para wisatawan diharapkan dapat memberikan kepuasan terhadap para
wisatawan yang sedang berkunjung. Dengan tujuan ini akan terlihat tahap-
tahap dimana para wisatawan akan memerlukan layanan tertentu, pendekatan
ini beranggapan bahwa produk dari pariwisata adalah semua jasa yang
diberikan oleh perusahaan semenjak para wisatawan meninggalkan
kediamannya atau rumahnya sampai di tempat tujuan hingga kembali
ketempat asalnya atau rumahnya.
Harus diperhatikan bahwa meskipun kita berbicara tentang industri
pariwisata, akan tetapi industri di sini tidak dalam arti ekonomi biasa, ada
perbedaan-perbedaan yang nyata dengan industri lainnya, yaitu :
a. Produk tidak dapat dibawa ke tempat kediaman wisatawan, akan tetapi
harus dinikmati di tempat di mana produk itu tersedia
b. Wujud produk wisata akhirnya ditentukan oleh konsumen sendiri, yaitu
wisatawan. Bagaimana bentuk komponen-komponen produk wisata itu
45
akhirnya tersusun menjadi suatu produk wisata yang utuh, pada dasarnya
wisatawanlah yang menyusun. Atraksi yang dipilihnya, angkutan apa yang
akan digunakannya, berapa lama dan di hotel mana ia akan singgah, itu
semua wisatawan sendiri yang menentukan.
c. Apa yang diperoleh oleh wisatawan sebagai konsumen kalau ia membeli
produk pariwisata adalah tidak lebih dari sebuah pengalaman dari
perjalanan wisata.
Gambar 2.4. Model Pariwisata sebagai Industri (Soekadijo, 2000)
Konsumen
Demand
Motif Perjalanan
Kebutuhan dalam
Perjalannan
Angkutan
Atraksi Wisata
Jasa Angkutan Wisata
Supply
Produsen
Pemasaran
46
J. Produk Wisata
1. Pengertian Produk Wisata
Pada umumnya yang dimaksud dengan product adalah sesuatu
yang dihasilkan melalui proses produksi. Dalam pengertian ini ditekankan
bahwa tujuan akhir dari proses produksi tidak lain adalah suatu barang
(produk) yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan guna memenuhi
kebutuhan manusia.
Produk wisata bukanlah suatu produk yang nyata. Produk ini
merupakan suatu rangkaian jasa yang tidak hanya mempunyai segi-segi
yang bersifat ekonomis, tetapi juga yang bersifat sosial, psikologis, dan
alam, walaupun produk wisata itu sendiri sebagian besar dipengaruhi oleh
tingkah laku ekonomi. Jadi produk wisata merupakan rangkaian dari
berbagai jasa yang saling terkait, yaitu jasa yang dihasilkan berbagai
perusahaan (segi ekonomis), jasa masyarakat (segi sosial / psikologis) dan
jasa alam. (Suwantoro, 1997)
a. Jasa yang disediakan perusahaan antara lain jasa angkutan,
penginapan, pelayanan makan minum, jasa tour, dan sebagainya.
b. Jasa yang disediakan masyarakat dan pemerintah antara lain berbagai
prasarana utilitas umum, kemudahan, keramahtamahan, adat istiadat,
seni budaya, dan sebagainya.
c. Jasa yang disediakan alam antara lain pemandangan alam,
pegunungan, pantai, gua alam, taman laut, dan sebagainya.
47
Produk wisata juga merupakan gabungan dari berbagai komponen antara
lain :
a. Atraksi suatu Daerah Tujuan Wisata.
b. Fasilitas / amenities yang tersedia.
c. Aksesbilitas ke dan dari daerah tujuan wisata.
2. Ciri suatu produk wisata :
a. Hasil suatu produk wisata tidak dapat dipindahkan, karena itu dalam
penjualannya tidak mungkin produk itu dibawa ke konsumen.
Sebaliknya, konsumen (wisatawan) yang harus dibawa ke tempat di
mana produk itu dihasilkan. Hal ini berlainan dengan industri barang di
mana hasil atau produknya dapat dipindahkan ke mana barang tersebut
diperlukan oleh konsumen.
b. Produksi atau konsumsi terjadi pada tempat yang sama. Tanpa adanya
konsumen yang membeli produk / jasa maka tidak akan terjadi
produksi.
c. Produk wisata tidak menggunakan standar ukuran fisik tetapi
mengguna-kan standar pelayanan yang didasarkan atas suatu kriteria
tertentu.
d. Konsumen tidak dapat mencicipi atau mencoba contoh produk itu
sebelumnya, bahkan tidak dapat mengetahui atau menguji produk itu
sebelumnya.
e. Hasil atau produk wisata itu banyak tergantung pada tenaga manusia dan
hanya sedikit yang menggunakan mesin.
48
f. Produk wisata merupakan usaha yang mengandung resiko besar
Perubahan situasi perekonomian, politik, sikap suatu masyarakat,
akan mempengaruhi investasi di bidang pariwisata. Citra wisata dan kesan
perjalanan seorang wisatawan pada hakikatnya tergantung pada produk
wisata yang tersedia. Produk industri pariwisata adalah semua jasa yang
dibutuhkan oleh wisatawan sejak berangkat meninggalkan rumah sampai
kembali kerumah lagi. Setiap lokasi atau obyek wisata mempunyai
berbagai unsur yang saling tergantung atau berhubungan, unsur-unsur
tersebut semuanya diperlukan oleh para wisatawan agar dapat menikmati
liburan sehingga mereka mendapatkan pengalaman yang memuaskan. Jadi
produk parwisata merupakan rangkaian dari berbagai hal yang saling
terkait yaitu jasa yang dihasilkan berbagai perusahaan, jasa masyarakat
dan jasa alam (Suwantoro, 1997). Suatu obyek pariwisata meliputi empat
unsur yang penting yaitu sebagai berikut (Spillane, 1994) :
a. Atraksi
Atraksi adalah pusat dari industri pariwisata yang mampu menarik
perhatian wisatawan yang ingin mengunjunginya. Atraksi dibagi
menjadi dua yang pertama yaitu tempat tujuan primer adalah tempat
atau lokasi yang sangat menarik perhatian para wisatawan dan
merupakan obyek wisata yang pokok dan utama dari perjalanan wisata.
Biasanya lakasi ini dapat memuaskan para wisatawan dalam beberapa
hari atau dalam waktu yang lebih lama. Yang kedua yaitu tempat
tujuan skunder adalah tempat atau lokasi yang menarik dan perlu untuk
49
dikunjungi ketika sedang menuju ketempat tujuan primer. Tempat
semacam ini hanya memuaskan para wisatawan hanya selama
beberapa hari saja.
b. Fasilitas
Fasilitas adalah segala sesuatu yang dibutuhkan oleh para
wisatawan untuk melayani selama melakukan perjalanan wisata.
Fasilitas cenderung berorientasi pada atraksi disuatu lokasi karena
fasilitas harus terletak pada obyeknya. Fasilitas cenderung mendukung
kegiatan pariwisata bukan mendorong pertumbuhan, fasilitas
berkembang pada saat yang sama atau sesudah atraksi berkembang.
Hal ini didasarkan apabila suatu obyek wisata berkembang maka
wisatawan akan bertambah banyak dan secara otomatis fasilitas wisata
juga dapat ditingkatkan secara kualitas maupun kuantitas.
c. Infrastuktur
Infrastruktur adalah keseluruhan semua kontruksi di bawah dan di
atas dari suatu wilayah atau daerah. Atraksi dan fasilitas tidak akan
dapat di capai dengan mudah apabila belum ada infrastruktur dasar,
sehingga infrastruktur merupakan suatu dasar atau komponen penting
yang mendukung industri pariwisata. Yang termasuk infrastruktur
antara lain : jaringan komunikasi, listrik dan energi, terminal angkutan,
jalan raya dll.
d. Transportasi
50
Transportasi merupakan sesuatu yang penting bagi para wisatawan
untuk berpindah dari tempat satu ketempat yang lain. Selain itu
tranportasi merupakan pendukung utama industri pariwisata, karena
tranportasi adalah alat yang mendukung kelancaran kegiatan
pariwisata dan merupakan sesuatu yang mutlak digunakan oleh para
wisatawan untuk mengantar sampai tempat atau obyek wisata yang
dituju.
K. Pendapatan Asli Daerah.
Sesuai dengan Pasal 157 UU No 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, menyebutkan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri
atas :
1. Pendapatan Asli Daerah
2. Dana Perimbangan
3. Lain-lain Pendapatan yang Sah
Uraian secara rinci tentang komponen-komponen pendapatan asli
daerah adalah
1) Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) adalah penerimaan yang
diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri
51
yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan
peraturan-peraturan yang berlaku, jadi pengertian pendapatan asli
daerah dapat dikatakan sebagai pendapatan rutin dari usaha-usaha
pemerintah daerah dalam memanfaatkan potensi-potensi sumber
keuangannya untuk membiayai tugas-tugas dan tanggung
jawabnya, yang terdiri dari:
a) Hasil Pajak Daerah
Pajak daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran
wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada
daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat
dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku , yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah dan pembangunan daerah ( pasal 1 UU
No. 34 Tahun 2000). Penentuan tarif dan tata cara pemungutan
pajak daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda)
sesuai perundang-undangan yang berlaku. Sebenarnya tidak
ada perbedaan yang begitu mendasar antara pajak negara dan
pajak daerah, karena pengertian pajak daerah memang sama
seperti pajak negara hanya perbedaannya terletak pada :
Pajak negara ditetapkan dan dikelola oleh pemerintah pusat
(dalam hal ini Direktorat Jendral Pajak). Pajak umumnya
digunakan oleh pemerintah pusat tetapi ada pula yang
penggunaannya diserahkan kepada daerah. Sedangkan pajak
52
daerah adalah pajak yang ditetapkan dengan peraturan
pemerintah atau pajak negara yang pengelolaan dan
penggunaannya diserahkan kepada daerah.Pajak daerah tidak
boleh merupakan rintangan akan keluar masuknya atau
pengangkutan barang ke dalam dan ke luar daerah.Dalam
peraturan pajak daerah tidak boleh diadakan pembedaan atau
pemberian keistimewaan yang menguntungkan perseorangan,
golongan dan keagamaan.Duta atau konsul asing, demikian
pula orang-orang yang termasuk kedutaan atau konsulat asing
tidak boleh diberi pembebasan dari pajak daerah selain dengan
keputusan presiden (Sukirno, 1988)
b) Hasil Retribusi Daerah
Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut retribusi, adalah
pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian
izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk kepentingan pribadi atau badan.
Sebagaimana pajak daerah, penentuan tarif dan tata cara
pemungutan retibusi daerah juga ditetapkan berdasarkan Perda
yang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
Pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dam
pemenuhan kebutuhan masyarakat telah menyediakan berbagai
macam hal, padahal kegiatan ini memerlukan biaya-biaya tentu
saja menuntut pembayaran kembali akan penyediaan fasilitas
53
ini dikenakan kepada masyarakat. Hal pembayaran kembali
kepada pemerintah oleh masyarakat atas pemakaian barang dan
jasa yang telah disediakan ini dikenal dengan retribusi.
Antara retribusi dengan pajak mempunyai perbedaan sifat yang
dimiliki. Perbedaan tersebut terletak pada balas jasa yang
diberikan kepada wajib pajak atas pungutan tersebut. Pada
pungutan pajak, wajib pajak tidak mendapatkan imbalan
langsung, namun untuk retribusi mendapatkan balas jasa
langsung.
Semakin berkembangnya suatu daerah akan banyak pula jenis
retribusi yang dapat dipungut oleh daerah itu. Karena makin
berkembangnya suatu daerah maka makin banyak fasilitas atau
jasa yang disediakan oleh pemerintah setempat untuk kegiatan
masyarakat. Pemerintah Daerah memang mempunyai
kebebasan yang telah banyak dalam memungut retribusi lebih
besar dari pada pajak, karena lapangan retribusi daerah
berhubungan dengan pengganti jasa atau fasilitas yang
dibebani oleh daerah.
c) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan ditetapkan
dengan Perda berpedoman pada peraturan perundang-
undangan.
d) Sumber-sumber Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
54
Sumber-sumber PAD yang sah antara lain bersumber dari hasil
penjualan asset tetap daerah dan jasa giro.
2) Dana Perimbangan
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari penerimaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN) yang
dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi. Sumber-sumber dana yang berasal
dari pos Dana Perimbangan, antara lain:
a) Bagian Bagi Hasil
Bagian Bagi Hasil dapat berasal dari penerimaan pajak bumi
dan bangunan ( PBB ), Bea Peroleh Hak Atas Tanah ( BPHTP)
dan penerimaan dari sumber daya alam.
b) Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang berasal APBN,
yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan keuangan antar
daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya daklam
rangka pelaksanaan desentralisasi.
c) Dana Alokasi Khusus
Dana Alokasi Khusus ( DAK ) adalah dana yang dialokasikan
kepada daerah untuk membantu kebutuhan khusus tertentu .
55
Kebutuhan khusus menggunakan kriteria yaitu kebutuhan yang
tidak dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus Dana
Alokasi Umum dan atau kebutuhan yang merupakan komitmen
atau prioritas nasional.
3) Lain-lain Pendapatan yang Sah
Lain-lain penerimaan daerah yang sah, antara lain bersumber dari
hibah, dana darurat dan penerimaan lainnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Hibah merupakan bantuan berupa
uang, barang, dan/atau jasa yang berasal dari Pemerintah, masyarakat dan
badan usaha dalam negeri atau luar negeri. Pendapatan dana darurat
merupakan bantuan Pemerintah dari APBN kepada pemerintah daerah
untuk mendanai keperluan mendesak yang diakibatkan peristiwa tertentu
yang tidak dapat ditanggulangi APBD.
L. Peranan Industri Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah
Pariwisata merupakan hubungan yang ditimbulkan oleh kegiatan
perjalanan dan berdiamnya orang–orang yang bukan merupakan penduduk
setempat dengan syarat tidak menetap didaerah tersebut dan melakukan
pekerjaan yang dapat menghasilkan upah. Salah satu sumber dari pendapatan
yang nantinya digunakan untuk membiayai kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah daerah adalah pendapatan wisata, sehingga pandapatan wisata
diharapkan dapat untuk membantu pemerintah dalam melancarkan progam–
progam pemerintah yang telah disusun serta diharapkan dapat melancarkan
pembangunan yang dikerjakan oleh pemerintah daerah (Soekadijo, 2000).
56
Untuk meningkatkan penerimaan dari pendapatan wisata harus
dilakukan dengan cara menggali potensi–potensi sumber pendapatan wisata
yang ada pada daerah tersebut. Industri pariwisata merupakan bagian yang
melibatkan berbagai macam kegiatan seperti obyek wisata pantai yang
menyumbang retribusi, atraksi wisata dan hiburan serta pendukung kegiatan
pariwisata seperti penginapan, biro perjalanan wisata, rumah makan atau
restoran, dan lain-lain. Berkembangkan pariwisata akan berdampak terhadap
sektor lain seperti pertanian, kerajinanan rakyat, usaha kecil dan sektor lainya.
Perkembangan pariwisata selain akan meningkatkan penerimaan dari sektor
pariwisata juga akan meningkatkan aktifitas di luar sektor pariwisata yang
akhirnya akan menambah peningkatan pendapatan masyarakat dan
penerimaan pendapatan pariwisata.
Kedatangan para wisatawan baik dalam negeri maupun manca
negara untuk berwisata akan meningkatkan pendapatan dari sektor pariwisata,
karena para wisatawan sudah pasti akan menggunakan fasilitas ditempat atau
obyek wisata seperti hotel, biro perjalanan dan lain–lain. Hal ini sesuai dengan
tujuan pembangunan bidang pariwisata yaitu untuk meningkatkan pendapatan
dari sektor industri pariwisata. Pariwisata memberikan sumbangan secara
langsung kepada kemajuan suatu daerah yaitu terhadap usaha pembuatan dan
perbaikan jalan, terminal, jembatan, sarana kesehatan dan kebersihan dan
lain–lain. Semuanya itu dapat memberiakan manfaat bagi masyarakat disekitar
tempat atau obyek wisata maupun bagi para wisatawan yang berkunjung.
57
Industri pariwisata selain membutuhkan fasilitas–fasilitas
pariwisata juga membutuhkan sarana yang bersifat pelayanan umum seperti
listrik, air bersih, tempat olah raga, bank, telekomunikasi dan lain–lain.
Dengan sarana tersebut maka akan timbul pengenaan pajak dan retribusi baik
secara langsung maupaun tidak langsung. Dengan berkembangnya pariwisata
maka pajak dan retribusi yang masuk kedaerah tersebut akan semakin
meningkat, yang dapat membantu pemerintah daerah sebagai masukan yang
semuanya itu digunakan untuk membiayai kegiatan serta pembangunan pada
daerah atau wilayah tersebut.
M. Keuntungan Dan Kerugian Industri Pariwisata
Pariwisata masa kini adalah produk dari kemajuan sosial. Dengan
pengelolaan yang sehat serta pengertian yang tepat ,maka pariwisata bisa
merupakan wahana yang baik dalam mencapai kemajuan sosial, serta
hubungan damai antara bangsa-bangsa di dunia. Pariwisata memberikan
pengaruh besar pada peningkatan serta pemerataan pendapatan penduduk
setempat, disamping sering berperan pula sebagai katalisator kemajuan sosial
(Spillane, 1987)
Adapun keuntungan-keuntungan yang diperoleh dengan adanya
industri pariwisata sebagai berikut :
1. Membuka kesempatan kerja.
2. Menambah pemasukan atau pendapatan daerah.
58
3. Menambah devisa negara.
4. Merangsang pertumbuhan kebudayaan asli Indonesia.
5. Menunjang gerak pembangunan di daerah.
Namun ada beberapa pihak yang ragu-ragu akan keuntungan
pariwisata dan pengaruhnya terhadap pembangunan, terutama penduduk di
negara-negara yang sedang berkembang yang mayoritas miskin dan tertindas
oleh penguasa setempat. Mereka harus puas dengan keuntungan apa saja dari
program-program pemerintah seperti halnya industri pariwisata (Spillane,
1987)
Adapun kerugian-kerugian yang diperoleh dengan adanya industri
pariwisata sebagai berikut :
1. Sumbangan terhadap Neraca Pembayaran tidak setinggi yang
diharapkan.
2. Pariwisata merusak lingkungan.
3. Pariwisata dimiliki para pemodal asing.
4. Terjadinya pencurian benda-benda kuno.
5. Berubahnya tujuan kesenian dan upacara tradisional.
6. Timbulnya industri sex.
N. Penelitian Terdahulu
Berikut ini hasil penelitian sejenis mengenai pariwisata yang
diambil dari penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut :
a. Analisis kegiatan industri pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah di
Daerah Istimewa Yogyakarta oleh Andre Yosrizal tahun 2004. Dalam
59
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah wisatawan,
jumlah angkutan pariwisata, tingkat hunian kamar dan jumlah restoran dan
rumah makan terhadap pendapatan pariwisata di Daerah Istimewa
Yogyakarata. Alat analisis yang digunakan yaitu Analisis Regresi Semi Ln
dari hasil diketahui bahwa uji t yang dilakukan bahwa variabel yang
mempunyai pengaruh tidak penting atau tidak signifikan adalah jumlah
wisatawan, jumlah angkutan wisata sedangkan variabel jumlah restoran
dan rumah makan dan tingkat hunian kamar mempunyai pengaruh yang
signifikan pada t tabel a : 10% dan N : 10. Dari hasil uji F diketahui
bahwa semua variabel secara bersama – sama mempunyai pengaruh yang
penting atau signifikan pada F tabel a : 10 % N : 10 dan K : 4, nilai R 2
diketahui sebesar 0,749131. Dari uji Asumsi Klasik diketahui bahwa baik
dari uji Multikolinieritas dan Heterokedastisitas tidak terjadi masalah
keduanya hanya saja pada uji Multikolinieritas antara variabel jumlah
restoran dan rumah makan dan variabel jumlah angkutan wisata ada
Multikolinieritas sedangkan pada uji autokorelasi terletak pada daerah
ragu–ragu.
b. Analisis sumbangan sektor pariwisata terhadap pendapatan asli daerah di
kabupaten Karanganyar oleh Meika Fatmawati tahun 2005. Dalam
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh jumlah
wisatawan, arus kendaraan dan jumlah kamar terhadap pendapatan
pariwisata di kabupaten Karanganyar. Alat analisis yang digunakan yaitu
uji regresi Log Linier hasilnya adalah sebagai berikut uji t diketahui bahwa
60
variabel jumlah wisatawan mempunyai pengaruh signifikan sedangkan
variabel arus kendaraan dan jumlah kamar tidak signifikan padaa : 5 % .
Uji F bahwa semua koefisien regresi tersebut secara signifikan
berpengaruh padaa : 5 % nilai R 2 diketahui sebesar 0,223124. Dari uji
Asumsi Klasik uji Multikolinieritas hanya antara variabel jumlah kamar
dan jumlah wisatawan yang tidak terjadi masalah Multikolinieritas. Pada
uji Heterokedastisitas semua variabel terdapat masalah Heterokedastisitas
dan pada uji autokorelasi disimpulkan tidak ada masalah autokorelasi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dilakukan dengan mengambil lokasi di Kabupaten
Klaten yang memiliki obyek pariwisata, sehingga dapat dilihat dan diteliti
seberapa jauh kontribusinya terhadap Pendapatan Pariwisata di Kabupaten
Klaten.
B. Data Dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data skunder
berupa data time series dengan sampel yang diteliti dari Januari Tahun
61
1997 sampai Desember 2007 data diperoleh dari instansi atau dinas yang
berhubungan dengan judul penelitian yaitu dinas pariwisata dan
kebudayaan, BPS, dinas pendapatan daerah dan instansi yang terkait
lainnya. Selain itu data juga diperoleh dari membaca buku, referensi atau
informasi yang berkaitan dengan tema atau judul penelitian.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian
ini adalah :
1. Studi Pustaka
Yaitu teknik untuk mengumpulkan data skunder dari dinas atau
instansi yang terkait dengan masalah yang diteliti selain itu juga
membaca dari literatur atau sumber yang lain yang berhubungan
dengan permasalahan penelitian.
2. Observasi
Yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung pada obyek
daerah penelitian yaitu tempat – tempat wisata yang ada di Kabupaten
Klaten untuk mendapatkan gambaran jelas mengenai obyek wisata di
Kabupaten Klaten.
D. Variabel Penelitian
1. Pendapatan Pariwisata
Pendapatan Pariwisata adalah bagian dari Pendapatan Asli Daerah
yang berasal dari kegiatan kepariwisataan, seperti retribusi obyek
62
rekreasi dan olah raga, pajak hotel dan restoran, pajak hiburan, dan
lainnya dengan satuan rupiah.
2. Jumlah Wisatawan
Jumlah Wisatawan adalah semua orang dari dalam maupun luar negeri
yang datang ke lokasi wisata dengan tujuan menikmati dari kunjungan
tersebut, diketahui dari tiket yang terjual, dengan satuan orang.
3. Arus Kendaraan
Arus Kendaraan adalah banyaknya kendaraan yang masuk ke lokasi
obyek pariwisata dengan mengetahui dari tiket masuk kendaraan, baik
itu roda dua maupun roda empat. Dalam satuan unit.
4. Tingkat Hunian Kamar
Tingkat Hunian Kamar adalah prosentase kamar yang dihuni / dipakai
tamu terhadap jumlah kamar yang tersedia.Tingkat hunian kamar
dihitung berdasarkan jumlah kamar yang dihuni / dipakai tamu dibagi
dengan banyaknya kamar yang tersedia, dikali dengan 100 %, dengan
satuan persen.
E. Tehnik Analisis
1. Uji Hipotesis I
Untuk mengetahui apakah variable seperti jumlah wisatawan ,arus
kendaraan, dan jumlah kamar mempunyai pengaruh yang positif
terhadap pendapatan pariwisata, digunakan uji regresi Linear Double Log
sebagai berikut:
63
㿸柜PP=bo + b ₁㿸柜WISt + b 2㿸柜AKt + b 3㿸柜THKt + ei ...................(1.1)
Dimana :
PPt = Pendapatan Pariwisata pada periode t
WISt = Jumlah wisatawan pada periode t
AKt = Arus kendaraan ke lokasi obyek wisata pada
periode t
THKt = Tingkat hunian kamar hotel di Kabupaten Klaten
periode t
ei = Residu
b 0 = Konstanta atau intersep
b 1,b 2, b 3,b 4= Koefisien jangka panjang
a) Uji Statistik
Uji Statistik terdiri dari pengujian secara individual, pengujian
secara serentak dan uji koefisien determinasi.
1. Pengujian secara individual (Uji t)
Uji t adalah pengujian untuk mengetahui besarnya pengaruh
variabel-variabel independent terhadap variabel dependen secara
64
sendiri-sendiri dengan menganggap variabel lain tetap dan
konstan.
Dalam uji t ini digunakan hipotesis sebagai berikut :
a. Ho : β1 = 0 variabel independent secara individu tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Ha : β1 ≠ 0 variabel independent secara individu berpengaruh
terhadap variabel dependen.
b. Nilai t hitung diperoleh dengan rumus (Gujarati, 1995) :
( )1
1
bb
Set = ....................................................................... (1.2)
Dimana :
β = Koefisien regresi
Se (β1) = Standar error koefisien regresi
c. t tabel → t α/2; n-k
Dimana :
α = Derajat signifikansi
n = Jumlah observasi/ sampel
k = Jumlah variabel
t tabel
( α/2 ; n-k )
-t tabel ( α/2 ; n-k )
Daerah tolak Daerah tolak
Daerah diterima
65
Gambar 3.1 Daerah Terima dan Tolak Uji t
d. Kriteria pengujian
i. Apabila hasil penghitungan menunjukkan nilai t hitung
lebih besar dari t tabel, maka Ho ditolak yang berarti
variabel independen berpengaruh nyata terhadap variabel
dependen.
ii. Sebaliknya apabila t hitung lebih kecil dari t tabel, maka Ho
diterima yang berarti variabel independen tidak
berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
2. Pengujian Uji Serentak (Uji F)
Uji F dimaksudkan untuk mengetahui apakah secara
serentak variabel independen berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen.
Langkah-langkahnya sebagai berikut :
(1) Menentukan hipotesa :
Ho : β1 = β2 = β3 = 0
Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0
(2) Menentukan nilai F hitung dengan rumus :
66
( )( ) ( )KNR
KRFhit
---
=2
2
1
1
Dimana :
R² = koefisien determinasi
K = banyaknya variabel
N = banyak data atau observasi
(3) Menentukan tingkat signifikasi sehingga diperolah nilai F-
tabel. Membandingkan F hit dengan F tabel :
(a) Jika F hit < F tabel , maka Ho diterima dan Ha ditolak,
Artinya variabel-variabel independen tidak mempengaruhi
variabel dependen secara signifikan.
(b) Jika F hit >F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima,
Artinya variabel – variabel independen secara signifikan
mempengaruhi variabel dependen.
3. Koefesien Determinasi ( R²)
Apabila estimansi koefesien determinasi semakin besar
(mendekati 100%) menunjukan bahwa hasil estimansi akan
mendekati keadaan yang sebenarnya , atau variabel yang di pilih
dapat menerangkan dengan baik variabel terikatnya atau
sebaliknya.
b) Uji Asumsi Klasik
67
1. Heteroskedastisitas
Diuji untuk mengetahui varian dari variabel ganguan
(disturbance term) mempunyai penyebaran yang sama atau
berbeda. Heteroskedastisitas adalah suatu kondisi dimana varian
setiap variabel independen tertentu tidak bernilai konstan yang
sama dengan 徽²(varian).
Cara mendeteksi adalah : dengan menggunakan uji Park
yakni dengan melogkan nilai e² (residu/ disturbance term
dikuadratkan). Kemudian di regres dengan variabel-variabel
independen. Pernyataan-pernyataan tersebut bisa ditulis :
㿸柜 ei2 = a +慌㿸柜X1 +慌₁ Ln X2 + ......+ Ui
Kondisi Heteroskedastisitas diderita jika dari regresi
tersebut nilai t individual terbukti signifikan (t hitung < t tabel).
2. Multikolinearitas
Yakni adanya kesempurnaan, atau ketepatan, hubungan linear
diantara beberapa atau semua variabel penjelas dari model regresi
68
(Gujarati, 1995). Untuk menguji ada tidaknya multikonearitas pada
model, pertama menggunakan metode Klein, yakni
membandingkan nilai r²xi, xj (korelasi antar masing-masing
variabel) dengan nilai R2y.xi xj…..xn (koefisien determinasi).
Multikolinearitas dianggap sebagai masalah bila :
r2 xi, xj > R2y. xi, xj ……..xn
3. Autokorelasi
Autokorelasi menunjukan korelasi atau hubungan antara
anggota gangguan serangkaian observasi yang diurutkan, bisa
menurut waktu seperti data dalam deret waktu atau menurut suatu
tempat seperti data dalam cross sectional.
Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi digunakan Uji
Durbin Watson. Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai d
yang diperoleh dari hasil regresi dengan batas bawah uji d (dl) dan
batas atas uji d (du) dalam tabel statistic Durbin Warson (Gujarati,
1995).
Tidak ada korelasi
Autokorelasi positif
Ragu-ragu
Ragu-ragu
Autokorelasi negatif
4 - d U 4 - d L d U d L
69
Apabila Ho menyatakan tidak ada autokorelasi maka:
d < dI = menolak Ho dan menerima adanya Autokorelasi
Positif
d > (4-dI) = menolak Ho dan menerima adanya Auto korelasi
Negatif
du<d<(4-du) = menerima Ho ,tidak terjadi autokorelasi
dI ≤d ≤ = tidak meyakinkan (ragu-ragu)
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
1. Luas dan letak Geografis
Kabupaten Klaten yang juga dikenal dengan Kabupaten Seribu Candi,
merupakan salah satu dari 35 kabupaten di propinsi Jawa Tengah. Kabupaten
Klaten terbentang diantara Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kota Surakarta
yang dilewati jalan raya Yogya- Solo.
Jika dilihat dari garis bujur dan garis lintang, maka kabupaten Klaten
terletak antara 110 26’14’’ Bujur Timur dan 110 47’51’’ Bujur Timur, serta
7 32’19’’ Lintang Selatan dan 7 48’33’’ Lintang Selatan. Ketinggian rata- rata
511 meter diatas permukaan laut serta beriklim tropis dengan temperatur 22 -
31 . Batas- batas wilayah Kabupaten Klaten adalah sebagai berikut :
70
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Boyolali.
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo.
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Gunung
Kidul (DI Yogyakarta).
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Sleman ( DI
Yogyakarta).
Luas wilayah Kabupaten Klaten adalah 65.556 Ha yang terbagi dalam 26
kecamatan ,terdiri dari 391 desa dan 10 kelurahan. Pada Tahun 2005 dari
65.556 Ha luas Kabupaten Klaten, 51,05% (33.467 Ha) merupakan lahan sawah
dan 48,95% ( 32.089 Ha) merupakan lahan bukan sawah.
Namun seiring dengan perkembangan keadaan, terjadi perubahan
penggunaan dari lahan pertanian ke non pertanian di Tahun 2007. Hal ini
ditunjukkan dari luas sawah yang mengalami penurunan sebesar 0,08%
sedangkan lahan bukan sawah mengalami kenaikan sebesar 0,08%. Perubahan
terbesar digunakan untuk bangunan dan industri.
Berdasarkan data BPS (2007: 6), banyaknya hari hujan dari bulan Januari
sampai dengan Desember 2006 adalah 85 hari dengan rata- rata curah hujan
275 Mm, curah hujan tertinggi pada bulan Januari dan bulan Desember.
Letak ketinggian dari permukaan laut, terbagi menjadi tiga ketinggian
yaitu :
a) 3,72% terletak diantara ketinggian 0- 100 meter diatas permukaan laut.
b) 83,52% terletak diantara ketinggian 100- 500 meter diatas permukaan
laut.
71
c) Sisanya yaitu12,76% , terletak diantara ketinggian 500- 2500 meter
diatas permukaan laut.
Untuk jenis tanah dan persebarannya, Kabupaten Klaten tersusun dari
lima macam tanah, antara lain :
a) Litosol : terdapat di daerah kecamatan Bayat
b) Regosol : terdapat di daerah kecamatan Cawas, Trucuk, Kalikotes,
Kebonarum, Karangnongko, Ngawen, Ceper, Pedan, Karangdowo,
Juwiring, Wonosari, Delanggu, Pulonharjo, Karanganom, Tulung dan
Jatianom.
c) Grumosol kelabu tua : terdapat di daerah Kecamatan Bayat, Cawas
sebelah selatan.
d) Regosol kelabu dan kelabu tua: terdapat di daerah kecamatan Klaten
Tengah dan Kalikotes sebelah selatan.
e) Regosol coklat keabuan: sebanyak 20 desa, sedangkan yang paling
sedikit adalah Kecamatan Kalikotes dan terdapat di daerah kecamatan
Kemalang, Manisrenggo, Prambanan, Jogonalan, Gantiwarno dan
Wedi.
Secara Administratif, Kabupaten Klaten terbagi dalam 26 kecamatan, 391
desa dan 10 kelurahan. Kecamatan dengan jumlah desa terbanyak adalah
Kecamatan Cawas yaitu Kecamatan Kebonarum masing- masing 7 desa. Dalam
lingkup Kabupaten Klaten semua desa termasuk dalam klasifikasi desa
swasembada.
72
Tabel 4.1 Pembagian Wilayah Administrasi Kepemerintahan Kabupaten Klaten Tahun 2007
KECAMATAN DESA DUKUH OBYEK WISATA
POTENSI JUMLAH
01. Prambanan 16 183 Alam 6
02. Gantiwarno 16 149
03. Wedi 19 178
04. Bayat 18 228 Alam 1
Buatan 1
Budaya 2
05. Cawas 20 238
06. Trucuk 18 171 Budaya 1
07. Kalikotes 7 99
08. Kebonarum 7 65 Buatan 2
09. Jogonalan 18 202 Buatan 1
10. Manisrenggo 16 252
11. Karangnongko 14 35 Alam 1
12. Ngawen 13 124
13. Ceper 18 42
14. Pedan 14 151
15. Karangdowo 19 161
16. Juwiring 19 208
17. Wonosari 18 149
18. Delanggu 16 37 Budaya 1
19. Polanharjo 18 44 Alam 1
73
20. Karanganom 19 48 Alam 1
21. Tulung 18 185 Alam 1
22. Jatianom 17 207 Budaya 1
23. Kemalang 13 214 Budaya 1
Alam 1
24. Klaten Selatan 11 112 Budaya 2
25. Klaten Tengah 3 97 Budaya 1
26. Klaten Utara 6 124
Jumlah 391 3703
Sumber : BAPEDA Kabupaten Klaten
Tabel 4.2 Luas Daerah, Jarak Terdekat ke Obyek Wisata KECAMATAN Luas daerah Jarak dari Kota Kabupaten
(Ha) ke Obyek Wisata (Km)
01. Prambanan 2.443 ± 15
02. Gantiwarno 2.564 ± 13
03. Wedi 2.438 ± 23
04. Bayat 3.943 ± 8
05. Cawas 3.447 ± 32
06. Trucuk 3.381 ± 15
07. Kalikotes 1.300 ± 6
08. Kebonarum 966 ± 6
09. Jogonalan 2.670 ± 5
10. Manisrenggo 2.696 ± 25
11. Karangnongko 2.674 ± 10
12. Ngawen 1.697 ± 7
13. Ceper 2.445 ± 7
14. Pedan 1.917 ± 12
15. Karangdowo 2.923 ± 15
16. Juwiring 2.979 ± 15
17. Wonosari 3.114 ± 25
18. Delanggu 1.878 ± 15
19. Polanharjo 2.384 ± 10
20. Karanganom 2.406 ± 8
74
21. Tulung 3.200 ± 17
22. Jatianom 3.553 ± 12
23. Kemalang 5.166 ± 25
24. Klaten Selatan 1.444 ± 5
25. Klaten Tengah 890 0
26. Klaten Utara 1.038 ± 5
Sumber : Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten
2. Sosial
a. Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Klaten tahun 2007 sebesar 1.286.058 jiwa.
Seiring dengan jumlah penduduk yang terus bertambah, maka kepadatan
penduduk dalam kurun waktu 5 Tahun terakhir juga menunjukkan
kecenderungan naik. Pada tahun 2002 kepadatan penduduk sebesar 1.930
jiwa/Km² sekarang sudah menjadi 1.962 jiwa/Km². Kepadatan penduduk
terbesar ada di Kecamatan Klaten Tengah yakni sebesar 4.883 jiwa/Km²,
sedang Kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah ada di Kecamatan
Kemalang, yakni sebesar 676 jiwa/Km².
b. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha yang ditujukan untuk meningkatkan
kecerdasan, kemampuan dan memperbaiki mutu kehidupan seluruh warganya.
Upaya Pemerintah dalam usaha meningkatkan dan memperluas fasilitas
pendidikan ternyata sangat besar pengaruhnya terhadap kondisi pendidikan
didaerah. Adapun penduduk yang bersekolah secara umum mengalami
75
fluktuasi, hal ini dapat dilihat dari jumlah murid dari berbagai jenjang
pendidikan yang mengalami kenaikan dan penurunan.
Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Klaten, pada Tahun 2007 jumlah SD Negeri sebanyak 778 buah, SD Swasta
sebanyak 18 buah, SLTP Negeri sebanyak 65 buah, SLTP Swasta 45 buah,
jumlah SMU Negeri sebanyak 16 buah, jumlah SMU Swasta sebanyak 16 buah,
jumlah SMK Negeri sebanyak 9 buah, jumlah SMK Swasta sebanyak 17 buah.
Selanjutnya, jumlah murid SD Negeri sebanyak 105.906, dengan guru
sebanyak 8.233 orang. Jumlah murid SD Swasta sebanyak 4.055, dengan guru
sebanyak 236 orang. Jumlah murid SMP Negeri sebanyak 41.340, dengan guru
sebanyak 3.020 orang. Jumlah murid SMP Swasta sebanyak 9.094, dengan guru
sebanyak 845 orang. Jumlah murid SMU Negeri sebanyak 12.145, dengan guru
sebanyak 975 orang. Jumlah murid SMU Swasta sebanyak 3.602, dengan guru
sebanyak 384 orang. Jumlah murid SMK Negeri sebanyak 6.212,dengan guru
sebanyak 516 orang. Jumlah murid SMK Swasta sebanyak 7.902, dengan guru
sebanyak 560 orang.
Selain fasilitas tempat belajar, sarana pendukung lainnya yang juga
penting adalah ketersediaan tenaga pengajar. Secara umum ratio murid terhadap
guru dari tahun ke tahun penurunanya tidak banyak, sehingga dapat dikatakan
ketersediaan guru dalam menunjang pendidikan relatif stabil.
c. Kesehatan
Berdasarkan data dari dinas Kesehatan Kabupaten Klaten, pada Tahun
2007 jumlah fasilitas kesehatan yang ada terdiri dari 1 Rumah Sakit Negeri, 1
76
Rumah Sakit Jiwa Negeri, 1 Apotek Daerah, 1 Toko Obat Berijin, 1 Balai
Pengobatan Penyakit Paru- Paru, 34 Puskesmas/ Balai Pengobatan, 81
Puskesmas Pembantu, 10 Puskesmas berfasilitas rawat inap, 11 Balai
pengobatan Swasta, 6 Rumah Bersalin Swata, 25 Apotek Swasta. Sementara itu
tenaga kesehatan yang tersedia terdiri dari Dokter Umum sebanyak 25 orang,
Dokter Gigi sebanyak 6 orang, Dokter Spesialis sebanyak 9 orang. Bidan
sebanyak 95 orang dan Perawat kesehatan sebanyak 271 orang.
d. Agama
Pembangunan dibidang kehidupan beragama dan kepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa diarahkan agar mampu meningkatkan kualitas umat
beragama, sehingga tercipta suasana kerukunan hidup yang erat. Di Kabupaten
Klaten pada Tahun 2007 terdapat 6 sarana tempat beribadah, terdiri dari Masjid
2.271 buah, Musholla 1.894 buah, Gereja Katholik 52 buah, Gereja Kristen 100
buah, Pura 45 buah, Vihara 4 buah.
e. Perhubungan
Berdasarkan data dari Dinas Pekerjaan Umum dan Lalu lintas Angkutan
Jalan Kabupaten Klaten, panjang jalan di Kabupaten Klaten adalah sebesar
776,96 kilometer. Jenis permukaan jalan yang ada sebagian besar diaspal yakni
sebesar 88,58%, sedangkan sisanya sebesar 8,26% merupakan jalan tanah.
Kondisi jalan dalam keadaan sedang yaitu sepanjang 195,72 kilometer. Yang
patut dicermati ada sepanjang 319, 31 kilometer atau sebesar 41,10% ada dalam
keadaan rusak. Selain jalan Kabupaten, jalan desa yang ada di Kabupaten
Klaten sepanjang 2.171,036 kilometer.
77
Berdasarkan data dari BAPEDA Kabupaten Klaten, jumlah kendaraan
bermotor pada Tahun 2007 sebanyak 9.012 unit, yang terdiri dari 8.397
kendaraan pribadi dan 615 kendaraan umum. Bidang perhubungan ini terkait
langsung dengan bidang Pariwisata, dengan adanya sarana transportasi jalan
yang terus dikembangkan dan dikelola secara lebih baik, akan membantu
kelancaran wisatawan berkunjung kelokasi wisata sehingga perkembangan
industri pariwisata lebih meningkat ke arah yang lebih baik dari tahun ke tahun
sesuai dengan berkembangnya bidang perhubungan.
Tabel 4.3 Keadaan dan Status Jalan Kabupaten Klaten Tahun 2007
KEADAAN PANJANG JALAN PRESENTASE (Km)
I. Jenis Permukaan
a. Diaspal 688,24 88,58
b. Kerikil
c.Tanah 88,72 11,42
d. Tidak dirinci
Jumlah 776,96 100
II. Kondisi Jalan
a. Baik 109,59 14,1
b. Sedang 195,72 25,19
c. Rusak 319,31 41,1
d. Rusak Berat 152,34 19,61
Jumlah 776,96 100
III. Kelas Jalan
a. Kelas I
b. Kelas II
c. Kelas III
d. Kelas IIIA
e. Kelas IIIB
f. Kelas IIIC 688,24
g. Kelas IV 88,72 88,58
h. Kelas tidak dirinci 11,42
Jumlah 776,96 100
78
Sumber : Kantor BAPEDA Kabupaten Klaten
f. Pariwisata
Sejalan dengan otonomi daerah, pengembangan sektor pariwisata pada
saat ini semakin penting. Selain untuk meningkatkan pendapatan daerah, juga
dapat dimanfaatkan untuk memperluas kesempatan kerja. Terlebih Kabupaten
Klaten yang lebih dikenal sebagai Kabupaten seribu candi, sektor pariwisata
merupakan sektor yang cukup potensial untuk dikembangkan.
Jumlah pemasukan dari obyek wisata cenderung mengalami kenaikan.
Pada tahun 2007 jumlah total pemasukkan mengalami kenaikan cukup besar,
yaitu Rp. 425.000.000. uang masuk obyek wisata paling banyak dari kolam
renang dan pemancingan, yaitu sebesar Rp. 193.350.000 atau sebesar 45,50%
dari total penerimaan. Kenaikan jumlah uang masuk ternyata sejalan dengan
kenaikan jumlah pengunjung ke obyek wisata. Total jumlah pengunjung tahun
2007 sebesar 378.928 orang. Jumlah pengunjung terbanyak dari kolam renang
dan pemancingan, yaitu sebesar 212.781 orang.
Pengembangan sektor pariwisata tidak terlepas dari usaha akomodasi.
Pada tahun 2007 jumlah hotel yang ada di Kabupaten Klaten sebanyak 38 hotel,
mengalami kenaikan dibandingkan dengan Tahun 2006. Dari jumlah tersebut
seluruhnya merupakan hotel melati. Sedangkan jumlah tamu yang menginap
dan kamar yang terjual tidak mengalami penurunan bila dibandingkan dengan
tahun 2006. Sedangkan tingkat hunian juga tidak mengalami kenaikan, berarti
lama tamu dihotel juga tetap.
B. Tinjauan mengenai industri pariwisata
79
1. Keadaan Dan Potensi Kepariwisataan
Kota Klaten terletak diantara dua kota budaya, yaitu Surakarta dan
Yogyakarta. Kota Klaten terdapat bermacam- macam obyek wisata, sarana
wisata, kesenian tradisional, upacara tradisional dan lain sebagainya yang
cukup potensial dan juga merupakan pintu gerbang sebelah selatan obyek
wisata yang terdapat di Jawa Tengah.
Penyelenggaraan kepariwisataan merupakan perangkat yang sangat
penting didalam pembangunan daerah dalam otonomi daerah saat ini, untuk
dapat menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan dan meratakan
pendapatan masyarakat serta memperkenalkan seni budaya daerah dan hasil-
hasil kerajinan daerah untuk dapat dipasarkan kepada wisatawan, baik
wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara.
Kabupaten Klaten mempunyai kedudukan dan potensi yang cukup kuat,
dilihat dari letak dan kondisi geografis Kabupaten Klaten yang cukup bervariasi
dari daerah yang beriklim sejuk sampai dengan dataran rendah dengan potensi
alam yang cukup memikat terutama dengan tersedianya sumberdaya air yang
cukup melimpah.
2. Potensi Wisata Alam
Obyek wisata alam merupakan obyek dan daya tarik yang berhubungan
dengan lingkungan alam, potensi- potensi wisata alam yang telah ada dan
dilengkapi oleh sarana penunjang obyek wisata yang berada di Kabupaten
Klaten antara lain adalah :
a. Deles Indah
80
Deles Indah merupakan obyek wisata yang terletak di lereng kaki gunung
Merapi, sebelah timur ± 25 Km dari kota Klaten, Deles berada diwilayah desa
Sidorejo, Kecamatan Kemalang, dengan ketinggian antara 800m- 1.300m diatas
permukaan laut.deles mempunyai potensi spesifik suasana pemandangan alam
pegunungan.
Dari obyek wisata Deles dapat dilihat pemandangan puncak Merapi
dengan nyata, pemandangan kota Klaten yang dihiasi dengan cerobong
perusahaan gula Gondang Baru dan perusahaan Ceper Baru dengan
berselendangkan Rowo Jombor dengan jajaran gunung kapurnya merupakan
panorama yang indah.
Di sekitar Deles Indah ini dikenal pula beberapa peninggalan bersejarah
dan juga tempat rekreasi khusus, antara lain :
a) Bekas Pesanggrahan Sunan Paku Buwono X
Menurut cerita tahun ± 1938 Sunan Paku Buwono X bertapa/ bersemedi
di tempat tersebut dengan maksud memohon kepada Tuhan agar letusan
gunung Merapi tidak menembus ke arah timur pesanggrahan.
Pesanggarahan ini sekarang dinamakan pesanggrahan Gubernur
Muchtar.
b) Makam Kyai Mloyopati
Sebagai tempat ziarah atau nyepi yang ramai dikunjungi masyarakat
Kemalang dan sekitarnya.
c) Sendang Kali Reno
Sendang Kali Reno mempunyai warna air yang berwarna- warni.
81
d) Taman Rekreasi Ngajaran
Taman ini terletak pada hutan akasia di sebelah barat dan utara
Pesanggrahan Paku Buwono X dan juga terletak disepanjang jalan
menuju bukit Petung, taman ini sangat cocok sebagai tempat rekreasi dan
camping.
e) Gua Sapuangin
Gua ini mempunyai kedalaman ± 8 meter dan didalamnya terdapat
beberapa gua yang terdapat di bawah bukit pring cendani.
b. Rowo Jombor
Rowo Jombor terletak didesa Krakitan, Kecamatan Bayat yang
dilatarbelakangi oleh pegunungan kapur. Jaraknya ± 8 Km ke arah tenggara
dari kota Klaten, luas kawasan 198 Ha, kedalaman 4,5 meter dengan daya
tampung 4.000.000 m³. Menurut cerita penduduk sejak dahulu kala ada upacara
getekan di Rowo Jombor tersebut yang bertepatan dengan upacara Syawalan di
Sendang Bulus jimbung dan sampai sekarang banyak dikunjungi oleh
wisatawan.
Di lingkungan obyek wisata Rowo Jombor terdapat juga obyek wisata
lain, yaitu:
a) Taman rekreasi anak- anak di Bukit Sidoguro
b) Gua Kendil dan Gua Payung
Yaitu gua alam yang berbentuk kendil dan payung yang terletak di
sebelah selatan bukit Sidoguro.
c) Sendang Bulus Jimbung
82
Sendang ini terletak di desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, luas
sendang 72 m², luas kawasan 1.000 m². Dihuni bulus yang bernama nyi
dan ki Poleng, tempat ini digunakan untuk kegiatan upacara tradisional
Syawalan.
c. Gunung Watu Prahu
Gunung ini merupakan salah satu obyek wisata yang mempunyai jarak
dari kota Klaten ± 15 Km, terletak di gunung Gajah, Kecamatan Bayat. Obyek
wisata ini mempunyai potensi spesifik suasana alam pegunungan dan
pemandangan alam, menurut hasil penyelidikan dari Dinas Archeologi
Bandung, gunung Watu Prahu berumur ±160.000 tahun dan terdapat fosil- fosil
dan bermacam batuan. Dinamakan gunung Watu Prahu karena mempunyai ciri
khas berbentuk seperti perahu, obyek ini merupakan daerah yang dilindungi
kelestariannya.
d. Gua Suran
Sebuah gua yang terletak di kalurahan Jatianom, Kecamatan Jatianom.
Gua ini dipergunakan sebagai tempat sujud dan semedi Kyai Ageng Gribig
pada waktu belum bisa membuat masjid. Gua berbentuk leter L dengan
kedalaman ± 4 meter. Disamping gua terdapat sendang Suran sebagai tempat
wudhu Kyai Ageng Gribig. Lokasi ini sekarang dipergunakan untuk tempat
penyebaran apem yang dilakukan tiap- tiap bulan Syapar, disamping itu juga
terdapat :
a) Gua Belan, merupakan terowongan yang kedalamannya ± 8 meter
b) Sendang Plampeyan
83
c) Taman rekreasi anak- anak di Plampeyang, disebelah selatan makam
Kyai ageng Gribig.
e. Sumber Air Ingas
Obyek wisata Sumber Air Ingas memiliki luas ± 15.000 m², terbentang di
pinggiran kali busur yang mengalir dari utara keselatan, sehingga pengunjung
yang akan memasuki obyek wisata ini harus meniti jembatan gantung yang
justru merupakan daya tarik sendiri dari obyek- obyek wisata yang lain. Sumber
Air Ingas dengan panorama alamnya yang sejuk dan indah, juga terdapat kolam
renang, warung- warung untuk santai serta tempat peristirahatan yang teduh.
Obyek wisata ini sangat ramai apabila menjelang bulan puasa tiba,
banyak pengunjung yang melakukan padusan di obyek ini dengan kepercayaan
bahwa puasanya akan lancar. Jaraknya adalah ± 17 Km ke arah utara dari kota
Klaten. Terletak di desa Cokro Kecamatan Tulung, luasnya 15.000 m².
f. Pemandian atau Sendang
Kabupaten Klaten juga memiliki banyak obyek wisata pemandian atau
sendang yang berasal dari mata air, diantaranya :
a) Pemandian Lumban Tirto
Terletak di desa Daleman, Kecamatan Tulung, jarak dari kota klaten ± 17
Km, luasnya 200m² , fungsinya sebagai kolam renang.
b) Pemandian Jolotundo
Terletak di desa Jambeyan, Kecamatan Karanganom, jarak dari kota
Klaten ± 8 Km, luasnya 500m², fungsinya sebagai tempat pemandian.
c) Pemandian Ponggok
84
Terletak di desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, jarak dari kota Klaten
± 10 Km, luasnya 600m², fungsinya sebagai pemandian alam dan
pengairan.
d) Sendang Plampeyan
Terletak di kalurahan Jatianom, Kecamatan Jatinom, jarak dari kota
Klaten ± 12 Km, luasnya 16 m², fungsinya sebagai tempat pemandian
dan rekreasi.
e) Sendang Gotan
Terletak di dukuh Gotan, desa Mranggen, kecamatan Jatianom, jarak dari
kota Klaten ± 5 Km, luasnya 250m², fungsinya sebagai tempat
pemandian dan air minum.
f) Sendang Riyo Manggolo
Terletak di desa Kajoran Kriyan, Kecamatan Klaten Selatan, jarak dari
kota Klaten ± 5 Km, luasnya 150m², fungsinya sebagai tempat
pemandian dan rekreasi.
g) Sendang Tretes
Terletak di desa Ngreden, Kecamatan Wonosari, jarak dari kota Klaten ±
15 Km, luasnya 400m², fungsinya sebagai tempat rekreasi dan pengairan.
3. Wisata Budaya
Kabupaten Klaten juga mempunyai obyek wisata budaya yang cukup
menarik dan potensial untuk dikembangkan,meliputi cagar budaya berupa candi
dan situs bersejarah, candi bukan sekedar tumpukan batu- batu yang berjuta
jumlahnya dan disusun menjadi suatu bangunan, tetapi candi adalah
85
peninggalan purbakala, benda bersejarah hasil karya seni budaya nenek moyang
kita yang sangat tinggi nilainya. Candi berkaitan erat dengan ajaran, falsafah,
agama yang satu dengan yang lain saling mempengaruhi secara positif dan
melahirkan karya yang tinggi nilainya. Candi yang berada di Kabupaten Klaten
antara lain :
a. Candi Sewu
Terletak di dukuh Bener, desa Bugisan Kecamatan Prembanan, jarak dari
kota Klaten ± 15 Km ke arah barat. Candi ini terdiri dari sebuah candi
induk yang diapit oleh candi Perwara yang berjumlah 240 buah dan candi
Apit yang berjumlah 8 buah. Karena jumlah candi tersebut cukup banyak,
maka candi tersebut dikenal dengan nama candi Sewu. Candi Sewu
didirikan pada abad ke IX oleh salah seorang penganut agama Budha
Maha Yana. Luas candi Sewu adalah 14.059.488 m², fungsinya adalah
sebagai obyek wisata peninggalan benda bersejarah, pengunjung yang
datang rata- rata 1000 orang tiap bulannya.
b. Candi Lumbung
Terletak di dukuh Tlogo Kecamatan Prambanan, jarak dari kota Klaten ±
15 Km ke arah barat. Candi Lumbung terdiri dari sebuah candi induk yang
dikelilingi oleh 16 candi Perwara. Candi induk ini menghadap ke timur,
berkamar kosong dan atapnya berbentuk Stupa. Luas candi Lumbung
adalah 543,35 m², fungsinya adalah sebagai obyek wisata peninggalan
benda bersejarah, pengujung yang datang ke candi Lumbung rata- rata
2000 orang tiap bulannya.
86
c. Candi Bubrah
Terletak di dukuh Klurak, desa Tlogo Kecamatan Prambanan Klaten,
jarak dari kota Klaten ± 15 Km ke arah barat. Candi ini terletak di sebelah
utara candi Lumbung, nama Bubrah diambil dari keadaan candinya yang
sudah bubrah atau rusak. Masa pendirian candi Bubrah sama dengan candi
Sewu yaitu pada abad ke IX, candi induk menghadap ke timur. Luas candi
Bubrah adalah 343,80 m², fungsinya adalah sebagai obyek wisata
peninggalan bersejarah, pengunjung yang datang rata- rata 53 orang tiap
bulannya.
d. Candi Plaosan
Terletak di dukuh Plaosan, desa Bugisan Kecamatan Prambanan, jarak
dari kota Klaten ± 14 Km ke arah barat. Candi Plaosan terdiri dari dua
kelompok candi yaitu :
- Kelompok candi Plaosan Kidul, kelompok candi ini telah banyak
mengalami kerusakan.
- Kelompok candi Plaosan Lor, kelompok candi ini terdiri dari dua duah
candi induk yang dikelilingi oleh 116 buah Stupa Perwara dan 50 buah
candi Perwara. Candi induk Plaosan Lor dipugar pada tehun 1962 oleh
Dinas Purbakala. Didalam kamar candi induk terdapat 6 buah arca
Dhyani Budisatwa antara lain: Awalokiteswara, Wajrapani,
Padmapani. Berdasarkan prasasti pendek yang dipahatkan pada
Perwara, mungkin candi Plaosan dibangun atas kerjasama antara Raja
Pikatan dan Cri Kahuluan, perpaduan antara Budha dan Hindu.
87
Bertitik tolak dari hal tersebut,maka diperkirakan candi Plaosan dibangun
pada abad ke IX. Luas candi Plaosan adalah 4.529,06 m² . Fungsinya
adalah sebagai obyek wisata peninggalan bersejarah dan upacara
keagamaan agama Budha.
e. Candi Sojiwan
Candi ini terletak di dukuh Sojiwan, desa Kebondalem Kidul Kecamatan
Prambanan. Candi ini atapnya sudah runtuh, dinding kaki candi dihiasi
dengan relief ceritera Jataka yang diambil dari ceritera Kamandaka. Masa
pendirian candi Sowijan diperkirakan pada abad IX dan dibangun oleh
seorang raja penganut agama Budha. Jarak dari kota Klaten adalah ± 15
Km kearah barat, luas areal candi adalah 401,3125 m², candi induk
menghadap kearah barat, fungsinya adalah sebagai obyek wisata
peninggalan bersejarah.
f. Candi Asu
Candi ini terletak di dukuh Klurak, desa Tlogo Kecamatan Prambanan.
Jarak dari kota Klaten adalah ± 15 Km kearah barat, dibuat pada abad IX,
luas candi Asu adalah 6000 m². Fungsinya adalah sebagai obyek wisata
peninggalan benda bersejarah.
g. Candi Merak
Candi ini terletak di dukuh Karangnongko, desa Karangnongko
Kecamatan Karangnongko. Jarak dari kota Klaten adalah ± 10 Km kearah
utara, candi induk menghadap ke timur. Luas candi Merak adalah 800m²,
fungsinya adalah sebagai obyek wisata peninggalan benda bersejarah.
88
h. Obyek Wisata Ziarah Makam Mlayopati
Makam Mlayopati terletak di dukuh Deles, desa Sidorejo, Kecamatan
Kemalang. Jarak dari kota Klaten adalah ± 25 Km, luas makam Mlayopati
adalah 30 m². Dibuat dari gundukan tanah dan ada batu bertuliskan
Mlayopati dengan huruf jawa baru dan juga disebut Ki Hajarmerto.
Pengunjung tiap bulannya adalah rata- rata 1.000 orang.
i. Obyek Wisata Ziarah Makam Nyi Ageng Anjang Mas
Makam Nyi Ageng Anjang Mas terletak di dukuh Gledeg, desa Gledeg
Kecamatan Karanganom. Jarak dari kota Klaten adalah ± 8 Km. Luas
makam adalah 600 m², dibuat dari batu bata dan genting. Fungsinya
adalah sebagai tempat ziarah para dalang, swarawati dan yoga atau
pradonggo. Hari yang paling banyak dikunjungi adalah tiap- tiap malam
Jumat. Pengunjung tiap bulannya rata- rata 1.000 orang.
j. Obyek Wisata Ziarah Makam Gusti Panembahan Romo
Makam Gusti Panembahan Romo terletak di dukuh Kajoran Kecamatan
Klaten Selatan. Jarak dari kota Klaten adalah ± 5 Km, luas kawasannya
adalah 600 m², luas bangunannya adalah 84 m², dibuat dari batu merah,
kayu dan batu kapur. Fungsinya adalah sebagai tempat ziarah, hari yang
paling banyak dikunjungi adalah hari malam Jumat Kliwon. Pengunjung
tiap bulan rata- rata 4.000 orang.
k. Obyek Wisata Ziarah Makam Gusti Panembahan Agung
Makam Gusti Panembahan Agung terletak di derah Kauman, desa
Jimbung Kecamatan Kalikotes. Jarak dari kota Klaten adalah ± 5 Km, luas
89
kawasannya adalah 462 m², luas bangunan 215 m². Dibuat dari batu merah
dan kayu, fungsinya sebagai tempat ziarah dengan tujuan mendapatkan
berkah dan mendapatkan derajat. Hari yang paling banyak dikunjungi
adalah hari malam Jumat Kliwon, pengunjung tiap bulannya rata- rata
4.000 orang.
l. Obyek Wisata Ziarah Makam Kyai Ageng Pandanaran
Makam Kyai Ageng Pandanaran terletak di dukuh Paseban, desa Paseban
Kecamatan Bayat. Jarak dari kota Klaten adalah ± 15 Km, luas kawasan
1,5 Ha, luas bangunan 106 m². Dibuat dari batu merah, kayu, sirap. Fungsi
sebagai tempat ziarah, hari yang paling banyak dikunjungi adalah hari
malam Jumat Legi. Pengunjung rata- rata tiap bulannya adalah 10.000
orang setiap bulannya.
m. Obyek Wisata Ziarah Makam Rng. Ronggowasito
Makam Rng. Ronggowasito terletak di dukuh Palar, desa Palar Kecamatan
Trucuk. Jarak dari kota Klaten ± 15 Km, luas kawasan 15.000m², luas
bangunan 264m². Dibuat dari marmer dan genting soka, fungsinya sebagai
tempat ziarah. Didekat lokasi makam terdapat sumur tiban bernama Nyai
Sekar Gading Melati yang digunakan untuk tempat sesuci, dan apabila
setelah habis bersemedi atau nyepi lalu mandi di sumur tersebut badan
terasa segar kembali. Makam Rng. Ronggowasito pernah dipugar oleh
Presiden Indonesia yang pertama tahun 1952. Hari yang paling sering
dikunjungi adalah hari malam Jumat dan Selasa Kliwon. Rata- rata
pengunjung tiap bulan adalah 10.000 orang.
90
n. Obyek Wisata Ziarah Makam Ki Ageng Perwito
Makam Ki Ageng Perwito terletak di dukuh Ngreden, desa Ngreden
Kecamatan Wonosari. Jarak dari kota Klaten adalah ± 25Km, luas
kawasan 2.000 m², luas bangunan 280 m². Dibuat dari batu merah, kayu
dan sirap. Fungsinya sebagai tempat ziarah, hari yang paling sering di
kunjungi adalah hari Jumat Wage. Rata- rata pengunjung yang datang tiap
bulannya adalah 4.000 orang.
o. Obyek Wisata Petilasan Kanjeng Sunan Kalijogo
Petilasan Kanjeng Sunan Kalijogo terletak di dukuh Sepi, desa Barepan
Kecamatan Cawas. Jarak dari kota Klaten adalah ± 20 Km, luasnya ± 15
m², dipagari tembok batu merah. Petilasan berupa batu putih berujud
lekukan- lekukan petilasan sholat. Rata- rata pengunjung tiap bulannya
adalah 10.000 orang.
4. Obyek Wisata Buatan
Obyek wisata buatan merupakan obyek wisata yang tidak termasuk dalam
kategori obyek dan jenis wisata alam dan budaya, yang diciptakan secara
artificial atau buatan, mencakup didalamnya adalah : taman, gedung konvesi,
fasilitas rekreasi dan hiburan. Selain potensi wisata alam dan wisata budaya,
Kabupaten Klaten juga memiliki obyek wisata buatan yang cukup potensial
untuk dikembangkan yaitu :
a. Musium Gula Jawa Tengah.
Musium Gula Jawa Tengah berlokasi di PG. Gondang Baru, kecamatan
Jogonalan Klaten. Jarak dari kota Klaten adalah 5 Km, luas kawasannya
91
1.261,20 m², luas bangunannya 240 m². Adapun tujuan dari pada
pendirian Musium Gula Gondang Baru Klaten ini adalah dalam rangka
jangka panjang diharapkan sebagai obyek pengkajian industri gula dan
sebagai obyek wisata unggulan di Kabupaten Klaten. Isi musium gula
berupa :
- Mesin penggilingan kuno dan alat angkut kuno
- Alat pengukur rendemen
- Macam- macam alat pertanian
- Alat- alat laboraturium yang berkaitan dengan produksi gula
- Brosur- brosur perpustakaan dan arsip administrasi
- Miniatur pabrik
Diresmikan oleh bapak Soepardjo Rustam pada tanggal 11 September
1982. Pada tanggal 23 Agustus 1986 musium gula tersebut mendapat
kunjungan dari ISSCT (International Sociaty Of Sugar CaneTecnologist )
yaitu masyarakat ahli gula internasional yang dalam konggresnya di
Jakarta memerlukan meninjau musium tersebut.
5. Wisatawan
Wisatawan merupakan faktor yang sangat dominan dalam industri
pariwisata, dikarenakan dari para wisatawan inilah sumber pendapatan utama
dari industri pariwisata ini berasal. Dalam industri pariwisata, banyak
sedikitnya wisatawan sangat berpengaruh dalam kelangsungan dan keberhasilan
dari industri pariwisata
92
Dari tabel dapat dilihat bahwa jumlah wisatawan nusantara lebih banyak
dibandingkan dengan wisatawan mancanegara, ini dipengaruhi oleh faktor jarak
dan sarana transportasi yang digunakan, juga oleh kurangnya kegiatan promosi
tentang industri pariwisata di Indonesia. Khususnya promosi mengenai obyek
wisata yang berada di lingkup Kabupaten Klaten.
Tabel 4.4 Obyek Wisata dan Pengunjungnya tahun 2007 No. Nama Obyek Wisata Jumlah Wisatawan
Unggulan Mancanegara Nusantara
1 Deles Indah 23.205
2 Jombor Indah 179.450
3 Sumber Air Ingas 94.200
4 Pemandian Lumban Tirto 31.525
5 Pemandian Jolotundo 158 32.120
6 Makam R.Ng. Ronggowarsito 5.253
7 Pemandian Tirtomulyono 3.125
8 Makam Ki Ageng Perwito 426
9 Makam Ki Ageng Gribig 1.575
10 Candi Plaosan 132 508
11 Museum Gula Jateng 69 291
Sumber : Data Dinas Pariwisata Kabupaten Klaten
93
6. Hotel
Merupakan sarana akomodasi yang juga penting dalam industri
pariwisata,karena dengan tersedianya hotel dengan sarana yang lengkap dan
tingkat kenyamanan hunian yang baik akan dapat mempengaruhi para
wisatawan dalam berwisata dan menikmati obyek wisata yang ada di kawasan
pariwisata Indonesia khususnya di Kabupaten Klaten. Tersedianya akomodasi
dan layanan terpadu ( semua kegiatan wisata dikelola dan diurus oleh pihak
hotel ) dari hotel, akan lebih menarik minat para wisatawan untuk datang ke
obyek wisata. Pada tahun 2007 jumlah hotel yang ada di Kabupaten Klaten
sebanyak 38 hotel, dari jumlah tersebut seluruhnya merupakan hotel melati.
Rata- rata tamu yang menginap di hotel wilayah Kabupaten Klaten adalah
8.000 orang tiap bulannya.
Tabel 4.5 Jumlah Penginap Hotel di Kabupaten Klaten Tahun 2007
Bulan Banyak Tamu Persentase Tingkat
Yang Menginap Hunian Kamar
Januari 8.040 26,34
Pebruari 7.040 24,52
Maret 8.034 26,42
April 7.842 27,08
Mei 8.416 27,22
Juni 8.352 28,55
Juli 8.118 27,02
Agustus 8.129 28,87
94
September 6.549 23,34
Oktober 7.221 24,08
Nopember 8.405 29,54
Desember 8.229 28,62
Sumber : Data Dinas Pariwisata Kabupaten Klaten
C. Gambaran Umum Variabel Penelitian
1. Pendapatan Pariwisata
Pendapatan pariwisata adalah merupakan semua pendapatan yang berasal
dari sektor pariwisata, termasuk didalamnya adalah pajak hotel dan restoran,
retribusi tempat rekreasi dan olah raga, juga pajak pembangunan.
Dari tabel dibawah dapat dilihat adanya peningkatan dalam jumlah
nominal penerimaan dari sektor pariwisata dari tahun 1999 sampai dengan
2001. Pada tahun 2002 terjadi sedikit penurunan yang lebih diakibatkan
karena pengaruh gangguan stabilitas politik serta keamanan dalam negeri.
Makin tidak stabil politik dan keamanan dalam negeri, maka jumlah
pengunjung obyek wisata atau wisatawan akan semakin berkurang, terutama
wisatawan yang berasal dari luar negeri atau wisatawan mancanegara. Di
lain sisi wisatawan merupakan penyumbang pendapatan utama dalam
industri pariwisata. Jika dilihat dari prosentase pertumbuhan per tahun,
pendapatan cenderung menurun, hal ini disebabkan karena cenderung
stabilnya jumlah obyek wisata dan kurang dikembangkannya media promosi
serta sarana dan prasarana obyek wisata.
Tabel 4.6 Pendapatan Pariwisata Kabupaten Klaten Tahun 1998- 2007
95
TAHUN PENDAPATAN PERSENTASE PERTUMBUHAN
PARIWISATA PER TAHUN
1998 110034200 -18,43
1999 111079200 0,94
2000 130669200 14,99
2001 207526700 37,03
2002 243996600 14,94
2003 345583000 29,39
2004 256361200 -34,85
2005 196989225 -30,14
2006 320615280 38,55
2007 424983400 24,55
Sumber : Data Dinas Pariwisata Kabupaten Klaten
2. Jumlah Wisatawan
Jumlah wisatawan merupakan semua orang yang datang, baik dari
dalam negeri maupun dari luar negeri, ke lokasi wisata dengan tujuan
menikmati dari kunjungan tersebut. Tentu saja kunjungan disini tidak hanya
untuk berekreasi tetapi untuk bekerja dan lainnya, menggunakan fasilitas
yang disediakan untuk orang- orang yang berekreasi, sehingga tetap
dihitung sebagai wisatawan karena tetap memberikan sumbangan pada
Pendapatan Asli Daerah dalam sektor pariwisata
Dari tabel di bawah dapat dilihat jumlah wisatawan mengalami
peningkatan dari tahun 2002 sampai dengan 2003. Puncaknya pada tahun
2003, pada tahun 2004 jumlah wisatawan menurun dan semakin berkurang
96
di tahun 2005, hal ini dikarenakan iklim politik dan keamanan yang kurang
kondusif di akhir tahun 2004, dan berpengaruh langsung pada kunjungan
wisatawan pada tahun 2005. Dapat dilihat juga dari prosentase pertumbuhan
jumlah wisatawan yang merosot tajam pada tahun 2004 dan 2005.
Tabel 4.7 Jumlah Wisatawan di Kabupaten Klaten Tahun 2002- 2007 TAHUN JUMLAH WISATAWAN PERSENTASE PERTUMBUHAN
PERTAHUN
2002 612.444 21,6
2003 823.183 25,6
2004 678.630 -21,3
2005 525.587 -29,11
2006 700.884 25,01
2007 759.935 7,77
Sumber : Data Dinas Pariwisata Kabupaten Klaten
3. Arus Kendaraan
Arus kendaraan adalah bayaknya kendaraan yang masuk ke lokasi
obyek pariwisata dengan mengetahui dari tiket masuk atau karcis parkir,
baik itu roda dua maupun roda empat. Variabel arus kendaraan juga
berhubungan secara langsung dengan pendapatan pariwisata, karena dengan
mengetahui jumlah karcis yang terjual dapat diketahui perkiraan jumlah
wisatawan yang datang ke lokasi obyek wisata. Dengan memperkirakan
kendaraan roda dua minimal wisatawan yang berkunjung adalah satu orang
sampai dengan dua orang. Dan kendaraan roda empat diperkirakan berisi
minimal dua sampai empat orang rata- rata.
97
Tabel 4.8 Jumlah Arus Kendaraan Masuk Obyek Wisata TAHUN KENDARAAN MASUK PERSENTASE
2001 64863 19,71
2002 74492 12,92
2003 96239 22,59
2004 55757 -72,6
2005 48307 -15,42
2006 56471 14,45
2007 61812 8,64
Sumber : Data Dinas Pariwisata Kabupaten Klaten
4. Tingkat Hunian Kamar
Tingkat hunian kamar adalah prosentase kamar yang dihuni / dipakai tamu
terhadap jumlah kamar yang tersedia.Tingkat hunian kamar dihitung
berdasarkan jumlah kamar yang dihuni / dipakai tamu dibagi dengan
banyaknya kamar yang tersedia, dikali dengan 100 %, dengan satuan persen.
Tingkat hunian kamar juga berhubungan langsung terhadap Pendapatan
Pariwisata, karena dengan melihat tingkat hunian kamar rata- rata per
bulannya, dapat dilihat juga banyak sedikitnya wisatawan yang datang ke
daerah wisata Kabupaten Klaten. Dapat dilihat pada tabel dibawah pada
tahun 1997 menuju tahun 1998 pertumbuhan mengalami penurunan hal ini
dikarenakan terjdinya krisis moneter yang juga berdampak pada
pertumbuhan tingkat hunian kamar diKabupaten Klaten.
Tabel 4.9 Pertumbuhan Tingkat Hunian Kamar
TAHUN TINGKAT HUNIAN KAMAR PERTUMBUHAN
98
1997 16,26 1,43
1998 15,67 -0,59
1999 17,4 1,73
2000 21,91 4,51
2001 25,16 3,15
2002 22,46 -2,7
2003 27,04 4,58 Sumber : Data Dinas Pariwisata Kabupaten Klaten
D. Hambatan Penelitian
Hambatan penulis untuk menyelesaikan penelitian ini adalah kesulitan
dalam pencarian data penelitian bulanan. Data yang didapat dari sumber
awalnya hanya berupa data tahunan dari tahun 1997- 2007, sedangkan yang
dibutuhkan untuk analisa skripsi adalah data bulanan dari tahun 1997- 2007,
penulis mendapatkan data dari Dinas Pariwisata, Biro Pusat Statistik dan
BAPPEDA Kabupaten Klaten, sehingga penelitian ini dapat diselesaikan
dengan baik.
E. Analisa Data
Dalam bab ini dikemukakan hasil Analisis Sumbangan Sektor Industri
Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Klaten ( Januari
1997- Desember 2007 ). Tehnik analisis data menggunakan regresi Linear
Double Log dengan uji statistik dan uji asumsi klasik. Untuk menguji
hipotesis yang penulis ajukan, akan dilakukan analisis data yang dibantu
program komputer Econometric views (Eviews) 3.0. Analisis data yang
99
dikemukakan merupakan hasil pembahasan secara statistik dan secara
ekonomis.
1. Data Penelitian
Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari jumlah wisatawan
(WIS), arus kendaraan yang masuk ke obyek wisata (AK), dan tingkat hunian
kamar (THK). Data yang akan dianalisis dalam penelitian ini menggunakan
data bulanan selama Januari tahun 1997 sampai dengan Desember 2007,
sebagai bahan estimasi digunakan variabel dependennya pendapatan
pariwisata.
2. Pemilihan Model Analisis
Pemilihan model Ln Linear berdasarkan uji MWD (MacKinnon, White
and Davidson). Langkah- langkah dalam uji MWD adalah :
Ada dua model yang hendak dipilih yaitu model regresi linear dan model
regresi linear double log, yaitu:
i. Ho : Model Linear : Y fungsi linier dari X’s,
Y = + + +
PP = + + + + ei
ii. H1 : Model Log-Linier : Ln Y fungsi dari Ln X’s,Y
Ln Y = + Ln + Ln + Ln + ei
Ln PP = + Ln + Ln + Ln + ei
1) Melakukan regresi terhadap persamaan (i), kemudian didapat nilai fitted
dari Y/ PP, yang dinamai= Yf atau PPF.
100
2) Melakukan regresi terhadap persamaan (ii), kemudian didapat nilai fitted
dari Ln Y/ Ln PP,yang dinamai = Ln f atau LPPF.
3) Dapatkan nilai Z1 dengan cara mengurangkan nilai Ln dari PPF dengan
nilai fitted dari Ln Y / Ln PP. (Z1 = LnY f – Ln f /Ln (PPF) - LPPF)
4) Melakukan regresi dengan menggunakan persamaan (i) ditambahkan Z1
sebagai variabel penjelas atau:
PP = + + + + Z1 +ei
Ho ditolak karena Signifikan, oleh karena itu model regresi yang
digunakan adalah regresi Linear Double – log/ Ln Linear. Hasil dari
regresi persamaan linear ditambahkan Z1 sebagai variabel penjelas, dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Hasil MWD test :
S
umber : Hasil Pengolahan Data Program Eviews 3.0
Dependent Variable: PP Method: Least Squares Date: 11/28/09 Time: 14:00 Sample: 1997:01 2007:12 Included observations: 128 Excluded observations: 4
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
WIS 536.2513 41.54907 12.90646 0.0000 AK -278.0578 259.6617 -1.070846 0.2863
THK 2062286. 892638.4 2.310327 0.0225 Z1 -5330174. 1838375. -2.899394 0.0044 C -15239396 3358946. -4.536958 0.0000
R-squared 0.938635 Mean dependent var 19270188 Adjusted R-squared 0.936640 S.D. dependent var 14851115 S.E. of regression 3738242. Akaike info criterion 33.14441 Sum squared resid 1.72E+15 Schwarz criterion 33.25582 Log likelihood -2116.242 F-statistic 470.3530 Durbin-Watson stat 1.297390 Prob(F-statistic) 0.000000
101
3. Model Analisis
Menguji faktor- faktor yang mempengaruhi pendapatan pariwisata
Kabupaten Klaten selama Januari 1997- Desember 2007, digunakan analisis
regresi Linear Double Log.
Ln PP=bo + b 1 Ln WISt + b 2 Ln AKt + b 3THKt + ei .....................(4.1)
Dimana :
PPt = Pendapatan Pariwisata pada periode t
WISt = Jumlah wisatawan pada periode t
AKt = Arus kendaraan ke lokasi obyek wisata pada
periode t
THKt = Tingkat hunian kamar di Kabupaten Klaten pada
periode t
ei = Residu
b 0 = Konstanta atau intersep
b 1,b 2, b 3 = Koefisien jangka panjang
102
4. Hasil Analisis Data
1. Hasil Regresi Model Linear Double Log
Tabel 4.10 Hasil Regresi Ln Linear
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
WIS 1,186938 0,064032 18,53661 0,0000
AK -0,086192 0,74961 -1,149823 0,2524
THK 1,59E-05 2,64E-05 0,601394 0,5486
C 4,6811261 0,290766 16,09975 0,0000
R-Squared 0,933189 Durbin-Watson stat 1,894148
Adjusted R-Squared 0,931623 Prob(F-statistic) 0,000000
Sumber : Hasil Olah Data Program Eviews 3.0
Dapat dilihat pada tabel 4.1, dengan menggunakan Eviews 3.0, maka
diperoleh hasil estimasi model regresi Linear Double Log, yaitu :
Ln PP= 4,6811261 + 1,186938 Ln WIS t – 0,086192 Ln AK t + 1,59E-05 THK t
5. Uji Statistik
Untuk mengetahui kebenaran hipotesis, maka dilakukan pengujian secara
statistik yang meliputi uji t, uji F, dan uji R².
a) Uji t
Pegujian secara parsial terhadap koefisien regresi masing- masing
variabel bebas, diperoleh hasil berikut :
103
Tabel 4.11 Variabel penjelas Pendapatan Pariwisata
Variabel t-stat t-tabel Prob. Kesimpulan
WIS 18,53661 1,96 0,0000 Signifikan pada a= 5%
AK -0,086192 1,96 0,2524 Tidak Signifikan padaa= 5%
THK 1,59E-05 1,96 0,5486 Tidak Signifikan pada a= 5%
Sumber :Hasil pengolahan data program Eviews 3.0
t tabel → t α/2 = t 0,05/2 ; n-k = 132-4 = 128
t-tabel = 1,96
Gambar 4.1 Daerah Terima dan Daerah Tolak
Hasil pengujian selengkapnya dapat dilihat secara lengkap sebagai
berikut:
a. Variabel Wisatawan mempunyai nilai t hitung sebesar
18,43661. Pada derajat kepercayaan 95% (α = 5%) dan n-k =
128, maka diperoleh nilai t tabel sebesar 1,96. Maka nilai dari t
hitung variabel Wisatawan > t tabel = (8,671453 > 1,96). Hal
ini berarti menolak Ho atau menerima Ha, berarti variabel
independen Wisatawan berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen Pendapatan Pariwisata.
1,96 -1,96
Daerah tolak Daerah tolak
Daerah diterima
104
b. Variabel Arus Kendaraan mempunyai nilai t hitung sebesar -
1,149823. Pada derajat kepercayaan 95% (α = 5%) dan n-k =
128, maka diperoleh nilai t tabel sebesar 1,96. Maka nilai dari t
hitung variabel Inflasi < t tabel = (-1,149823< 1,96). Hal ini
berarti menerima Ho atau menolak Ha, berarti variabel
independen Arus Kendaraan tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen Pendapatan Pariwisata.
c. Variabel Tingkat Hunian Kamar mempunyai nilai t hitung
sebesar 0,601394. Pada derajat kepercayaan 95% (α = 5%) dan
n-k = 128, maka diperoleh nilai t tabel sebesar 1,96. Maka nilai
dari t hitung variabel THK < t tabel = (0,601394< 1,96). Hal ini
berarti menolak Ho atau menerima Ha, berarti variabel
independen THK tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen Pendapatan Pariwisata.
b) Uji F
Uji F ini digunakan untuk menguji variabel independent secara
keseluruhan dan bersama-sama, apakah variabel independent
mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Pengujian ini
dilakukan dengan cara membandingkan nilai F hitung dengan F tabel.
Diketahui bahwa nilai F-statistic hasil estimasi pada model sebesar
595,9481 dengan probabilitas sebesar 0,000000. F tabel pada derajat
keyakinan 95% (α = 5%) dan n-k; k-1 (128;3) adalah sebesar 3,07. Maka,
nilai F hitung (595,9481) > F tabel (3,07) maka berarti bahwa Ho ditolak.
105
Jadi secara serentak/ keseluruhan variabel independent mempunyai
pengaruh signifikan terhadap variabel dependent pada derajat kepercayaan
95% (α = 5 %).
c) Uji R²
Uji R2 digunakan untuk mengetahui berapa persen variasi variabel
dependen dapat dijelaskan oleh variasi variabel independent. Nilai
Adjusted R squared (koefisien determinasi) yang dihasilkan oleh Eviews
3.0 adalah sebesar 0,931623 yang berarti sebesar 93,16% variasi variabel
Pendapatan Pariwisata dapat dijelaskan oleh variasi variabel Wisatawan,
Arus Kendaraan, dan Tingkat Hunian Kamar. Sedangkan selebihnya
0,068377 atau 6,84 % dijelaskan oleh variasi dari variabel di luar model.
6. Uji Asumsi Klasik
a) Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah suatu kondisi dimana varian setiap variabel
gangguan untuk setiap variabel independen tertentu tidak bernilai sama
dengan o2. Cara mendeteksi adalah pertama dengan menggunakan uji Park,
yakni dengan me-log kan nilai e2 (residu/ disturbance term) kemudian
diregres dengan variabel- variabel independen. Jika signifikan pada a=5%
maka terdapat masalah heteroskedaktisitas. Jika tidak signifikan, maka tidak
terdapat masalah heteroskedaktisitas dalam model tersebut. Yang kedua
dengan menggunakan uji White, yakni membandingkan nilai OBS*R-squared
dengan X² tabel, jika nilai OBS*R-squared < X² maka tidak signifikan secara
106
statistik. Berarti hipotesa yang menyatakan bahwa model empirik tidak
terdapat masalah heteroskedastisitas tidak ditolak.
Tabel 4.12 Uji Heteroskedastisitas Park Dependent Variable: LNRESID2 Method: Least Squares Date: 12/23/09 Time: 11:46 Sample(adjusted): 1997:01 2007:02 Included observations: 13 Excluded observations: 109 after adjusting endpoints
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LNWIS 0.110398 1.457882 0.075725 0.9413 LNAK 0.928122 1.722883 0.538703 0.6032 THK 0.000208 0.000580 0.358164 0.7285
C 30.93296 8.681684 3.563014 0.0061
R-squared 0.182968 Mean dependent var 40.21179 Adjusted R-squared -0.089375 S.D. dependent var 1.004250 S.E. of regression 1.048168 Akaike info criterion 3.179624 Sum squared resid 9.887898 Schwarz criterion 3.353454 Log likelihood -16.66756 F-statistic 0.671829 Durbin-Watson stat 0.139543 Prob(F-statistic) 0.590527
Sumber : Hasil pengolahan data program Eviews 3.0
Tabel 4.13 Uji White Heteroskedastisitas
107
Sumber : Hasil pengolahan data program Eviews 3.0
Dengan df = 6( jumlah regresor) dan a= 5% didapatkan X² tabel yaitu
12,5916
Nilai OBS*R-squares = 10,30025 < 12,5916
Jadi, dapat disimpulkan tidak terdapat masalah heteroskedastisitas.
Tabel
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic 1.763262 Probability 0.111954 Obs*R-squared 10.30025 Probability 0.112564
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 12/16/09 Time: 13:04 Sample: 1997:01 2007:12 Included observations: 132
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -3.501218 2.569310 -1.362708 0.1754 LNWIS 1.262761 1.056339 1.195413 0.2342
LNWIS^2 -0.058705 0.050421 -1.164296 0.2465 LNAK -0.781705 0.797399 -0.980319 0.3288
LNAK^2 0.047038 0.046776 1.005602 0.3165 THK 7.59E-05 5.49E-05 1.383989 0.1688
THK^2 -2.92E-08 1.68E-08 -1.741017 0.0841
R-squared 0.078032 Mean dependent var 0.036701 Adjusted R-squared 0.033778 S.D. dependent var 0.117788 S.E. of regression 0.115781 Akaike info criterion -1.422654 Sum squared resid 1.675666 Schwarz criterion -1.269778 Log likelihood 100.8951 F-statistic 1.763262 Durbin-Watson stat 2.103748 Prob(F-statistic) 0.111954
Variabel t-Statistic Prob. Keterangan
WIS 0,075725 0,9413 Tidak signifikan pada a=5%
AK 0,538703 0,6032 Tidak signifikan pada a=5%
THK 0,358164 0,7285 Tidak signifikan pada a =5%
108
4.14 Penjelas Uji Heteroskedastisitas Park
Sumber : Hasil pengolahan data program Eviews 3.0
Dapat dilihat dari tabel bahwa semua variabel tidak terkena masalah
heteroskedastisitas yaitu variabel WIS, AK, THK dengan melihat
probabilitasnya yang semua lebih dari 5%
b) Multikolinearitas
Yang dimaksud multikolinearitas adalah adanya korelasi linear
variabel- variabel bebas di antara satu dengan yang lainnya secara
sempurna. Untuk menguji ada tidaknya multikolinearitas pada
model,digunakan metode Klien yang disarankan oleh Farrar dan Glauber
yakni membandingkan nilai r² regresi variabel independen satu terhadap
independen yang lainnya denganR² regresi model Ln Linear penelitian.
Tabel 4.15 Uji Multikolinearitas Kliens
Variabel r R² Ln Lin Kesimpulan
WIS : AK, THK 0,824755 < 0,933189 Non Multiko
AK : WIS, THK 0,804045 < 0,933189 Non Multiko
THK : WIS, AK 0,269119 < 0,933189 Non Multiko
Sumber : Hasil Pengolahan data Program Eviews 3.0
c) Uji Autokorelasi
109
Autokorelasi menggambarkan adanya serial korelasi berurutan antar
variabel gangguan (disturbance term) dalam suatu rangkaian runtun waktu.
Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi digunakan uji Durbin Watson.
Nilai d sebesar 1,89 dengan N sebanyak 132 dan K (variabel independen)
sebanyak 3 variabel diperoleh nilai dl sebesar 1,69 dan du sebesar 1,77. Bila
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 4.2 Statistik Durbin Watson
1,69 1,77 2,33 2,31
Nilai DW sebesar 1,89 yang berada pada daerah menolak Ho positif
maupun Ho negatif,dapat disimpulkan bahwa model Linear Doble Log tidak
ada masalah autokorelasi.
F. Interpretasi Ekonomi
Autokorelasi positif
0 dl1
du 4-du 4-dl 4 2
Ragu-ragu Ragu-ragu
Autokorelasi negatif
Tidak ada autokorelasi
110
Asumsi klasik telah terpenuhi dalam estimasi model Linear Double
Log ini yaitu asumsi non- heteroskedastisitas, non- multikolinearitas, dan
non- autokorelasi. Hasil pengujian statistik juga menyimpulkan bahwa
estimasi Linear Double Log tersebut telah menghasilkan taksiran- taksiran
yang berarti secara statistik. Intepretasi selanjutnya dilakukan terhadap
koefisien regresi dari variabel- variabel independen dan dependen dalam
model Linear Double Log ini baik.
Intepretasi data dari hasil regresi Linear Double Log untuk masing-
masing koefisien regresi, akan diuraikan berikut ini :
Tabel 4.16 Koefisien Hasil Regresi
Sumber : Hasil Pengolahan Data Program Eviews 3.0
1. Pengaruh Jumlah Wisatawan terhadap Pendapatan Pariwisata
Koefisien elastisitas variabel wisatawan sebesar 1,186938
mempunyai hubungan positif yang sesuai dengan hipotesis, artinya bila
laju wisatawan naik sebesar 1% maka dalam pendapatan pariwisata akan
naik sebesar 1,186938 %
No Variabel Koefisien Probabilitas
1 WIS 1,186938 0,0000
2 AK -0,086192 0,2524
3 THK 1,59E-05 0,5486
111
Taraf signifikasi wisatawan sebesar 0,0000 dapat dikatakan
intepretasi variabel ini sangat meyakinkan karena dari 10.000 kali
percobaan yang dilakukan relatif tidak terdapat kesalahan yang terjadi.
Jelas sekali bahwa wisatawan yang berkunjung ke lokasi wisata
akan dikenakan tiket masuk yang pada akhirnya masuk dalam pendapatan
pariwisata. Secara langsung berpengaruh terhadap peningkatan dari
pendapatan pariwisata di Kabupaten Klaten. Variabel jumlah wisatawan
signifikan 5 % terhadap pendapatan pariwisata di Kabupaten Klaten
selama kurun waktu tahun 1997 sampai dengan 2007.
2. Pengaruh Arus Kendaraan terhadap Pendapatan Pariwisata
Koefisien elastisitas variabel jumlah arus kendaraan mempunyai
tanda negatif dan tidak berpengaruh secara nyata pada tingkat keyakinan
a= 5%, ini tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa arus
kendaraan mempunyai pengaruh yang positif terhadap pendapatan
pariwisata. Variabel arus kendaraan yang didasarkan pada setiap
kendaraan bermotor yang masuk ke obyek wisata baik itu roda dua
ataupun roda empat , dihitung berdasarkan tiket karcis parkir yang terjual
di obyek wisata. Seharusnya berpengaruh secara langsung terhadap
pendapatan pariwisata. Karena setiap karcis yang terjual hasilnya secara
langsung disetorkan kepada Dinas Pariwisata dan diakumulasikan juga
dalam Pendapatan Pariwisata.
112
Tabel 4.17 Daftar Pengelolaan parkir di Kabupaten Klaten Tahun 2009
Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Klaten 2009
Dapat dilihat dari hasil estimasi bahwa variabel arus kendaraan
tidak signifikan terhadap pendapatan pariwisata. Hal ini disebabkan karena
NO OBYEK WISATA PENGELOLA
1. Deles Indah Pemerintah Daerah 2. Pesanggrahan Paku Buwono Pemerintah Daerah 3. Makam Mloyopati Pemerintah Daerah 4. Sendang Kalireno Pemerintah Daerah 5. Taman ngajaran Pemerintah Daerah 6. Gua Sapuangin Pemerintah Daerah 7. Rowo Jombor Pemerintah Daerah 8. Gua Kendil Pemerintah Daerah 9. Sendang Jimbung Pemerintah Daerah 10. Gunung Watu Prahu Swasta / pihak ketiga 11. Gua Suran Swasta / pihak ketiga 12. Sumber Air Ingas Pemerintah Daerah 13. Pemandian Lumban Tirto Pemerintah Daerah 14. Pemandian Jolo Tundo Pemerintah Daerah 15. Pongok Swasta / pihak ketiga 16. Sendang Plampeyan Swasta / pihak ketiga 17. Sendang Gotan Swasta / pihak ketiga 18. Sendang Riyo Manggolo
Sendang Kalireno Swasta / pihak ketiga Swasta / pihak ketiga
19. Sendang Tretes Swasta / pihak ketiga 20. Candi Sewu Pemerintah Daerah 21. Candi Lumbung Swasta / pihak ketiga 22. Candi Bubrah Pemerintah Daerah 23. Candi Plaosan Pemerintah Daerah 24. Candi Sojiwan Swasta / pihak ketiga 25. Candi Asu Pemerintah Daerah 26. Candi Merak Swasta / pihak ketiga 27. Makam Anjang Mas Swasta / pihak ketiga 28. Makam Panembahan Romo Swasta / pihak ketiga 29. Makam Panembahan Agung Swasta / pihak ketiga 30. Makam Ageng Pandanaran Swasta / pihak ketiga 31. Makam Ronggowarsito Pemerintah Daerah 32. Makam Ki Ageng Perwito Swasta / pihak ketiga 33. Makam Petilasan Sunan Kalijogo Swasta / pihak ketiga 34. Musium Gula Swasta / pihak ketiga
113
tidak semua lahan parkiran obyek wisata di Kabupaten Klaten dikelola
oleh Pemerintah Derah. Dari 35 obyek wisata di Kabupaten Klaten hanya
17 lahan parkiran yang dikelola Pemerintah Daerah, dan 18 lahan parkir
yang lain dikelola oleh pihak swasta dan pihak ketiga (masyarakat
disekitar obyek wisata). Lahan parkir yang dikelola Pemerintah Daerah
berada di dalam lokasi obyek wisata, dan lahan parkir yang dikelola pihak
swasta dan pihak ketiga (masyarakat sekitar obyek wisata) berada diluar
areal obyek wisata, sehingga Pendapatan Pariwisata yang berasal dari tiket
karcis parkir yang terjual pada obyek wisata tidak maksimal.
3. Pengaruh Tingkat Hunian Kamar terhadap Pendapatan Pariwisata
Koefisien elastisitas tingkat hunian kamar yang mempunyai tanda
positif tampaknya sesuai dengan hipotesis, tetapi dengan melihat tingkat
pengaruh variabel tersebut terhadap pendapatan pariwisata tidak
berpengaruh pada tingkat keyakinan sebesar a= 5%, jelas menolak
hipotesis. Variabel tingkat hunian kamar yang didasarkan pada persentase
penginap kamar hotel. Seharusnya berpengaruh secara langsung terhadap
pendapatan pariwisata, hal ini disebabkan karena tidak setiap penginap
kamar hotel adalah wisatawan. Dan dilihat dari data yang diperoleh dari
bulan Januari 1997- Desember 2007, persentase tingkat hunian kamar rata-
rata tiap bulannya adalah 23,42%. Dapat dilihat bahwa persentase rata-
rata tingkat hunian kamar masih terlalu rendah, yaitu dibawah 50 %
tingkat okupansi yang rendah tersebut disebabkan karena kurangnya
penyelenggaraan event atau pagelaran acara- acara besar yang
114
diselenggarakan diwilayah Kabupaten Klaten. Dan juga disebabkan kurang
terawatnya aset dan infrastruktur pada sebagian objek wisata khususnya
objek wisata peninggalan bersejarah, sehingga minat wisatawan untuk
berkunjung ke objek wisata diwilayah Kabupaten Klaten berkurang, dan
menyebabkan minat wisatawan untuk tinggal dan bermalam dihotel
kawasan Kabupaten Klaten juga menurun. Apabila kondisi ini berlangsung
terus- menerus maka akan banyak hotel yang akan merugi dan menutup
usahanya, sehingga Pendapatan Pariwisata yang berasal dari pajak hotel
tidak maksimal.
115
Perbandingan Hasil Penelitian Dengan Penelitian Sebelumnya
Andre Yosrizal (2004)
Meika Fatmawati (2005) Dimas Betega (2010)
Judul Analisis Kegiatan Industri Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di Daerah Istimewa Yogyakarta
Analisis Sumbangan Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Karanganyar
Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pariwisata Kabupaten Klaten
Model Regresi Regresi Linier Semi Log Regresi Linier Double Log
Regresi Linier Double Log
Variabel Dependen
PAD Pendapatan Pariwisata Pendapatan Pariwisata
Variabel Independen
Jumlah Wisatawan, Jumlah Angkutan Pariwisata, Tingkat Hunian Kamar, Jumlah Restoran Dan Rumah Makan
Jumlah Wisatawan, Arus Kendaraan, Jumlah Kamar Hotel
Jumlah Wisatawan, Arus Kendaraan, Tingkat Hunian Kamar
Hasil Uji Statistik Jumlah Wisatawan (Tidak Signifikan), Jumlah Angkutan Pariwisata (Tidak Signifikan), Tingkat Hunian Kamar (Signifikan), Jumlah Restoran Dan Rumah Makan (Signifikan)
Jumlah Wisatawan (Signifikan), Arus Kendaraan (Tidak Signifikan), Jumlah Kamar Hotel (Tidak Signifikan)
Jumlah Wisatawan (Signifikan), Arus Kendaraan (Tidak signifikan), Tingkat Hunian Kamar (Tidak Signifikan)
Hasil Uji Klasik Tidak Terdapat Heteroskedastisitas Pada setiap Variabel, Terdapat Multikolinearitas Pada Jumlah Angkutan Pariwisata, Dan Jumlah Restoran Dan Rumah Makan, Autokorelasi Terdapat Pada Daerah Ragu- Ragu
Tidak Terdapat Masalah Heteroskedastisitas, Multikolinearitas, Dan Autokorelasi
Tidak Terdapat Masalah Heteroskedastisitas, Multikolinearitas, Dan Autokorelasi
116
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis serta
pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka hasil
penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1) Pengaruh Wisatawan terhadap Pendapatan Pariwisata
Koefisien elastisitas variabel wisatawan sebesar 1,186938
mempunyai hubungan positif yang sesuai dengan hipotesis, artinya
bila laju wisatawan naik sebesar 1% maka dalam pendapatan
pariwisata akan naik sebesar 1,186938 %, dan sebaliknya.
Taraf signifikansi wisatawan sebesar 0,0000 dapat dikatakan
intepretasi variabel ini sangat meyakinkan karena dari 10.000 kali
percobaan yang dilakukan relatif tidak terdapat kesalahan yang terjadi.
Jelas sekali bahwa wisatawan yang berkunjung ke lokasi
wisata akan dikenakan tiket masuk yang pada akhirnya masuk dalam
pendapatan pariwisata. Secara langsung berpengaruh terhadap
peningkatan dari pendapatan pariwisata di Kabupaten Klaten. Variabel
jumlah wisatawan signifikan 5 % terhadap pendapatan pariwisata di
Kabupaten Klaten selama kurun waktu tahun 1997 sampai dengan
2007.
117
2) Pengaruh Arus Kendaraan terhadap Pendapatan Pariwisata
Koefisien elastisitas variabel jumlah arus kendaraan
mempunyai tanda negatif dan tidak berpengaruh secara nyata pada
tingkat keyakinan a= 5%, ini tidak sesuai dengan hipotesis yang
menyatakan bahwa arus kendaraan mempunyai pengaruh yang positif
terhadap pendapatan pariwisata.
Variabel arus kendaraan yang didasarkan pada setiap
kendaraan bermotor yang masuk ke obyek wisata baik itu roda dua
ataupun roda empat , dihitung berdasarkan tiket karcis parkir di obyek
wisata. Seharusnya berpengaruh secara langsung terhadap pendapatan
pariwisata. Karena setiap karcis yang terjual hasilnya secara langsung
disetorkan kepada dinas pariwisata dan diakumulasikan juga dalam
pendapatan pariwisata. Dapat dilihat dari hasil estimasi bahwa
variabel arus kendaraan tidak signifikan terhadap pendapatan
pariwisata. Hal ini disebabkan karena tidak semua lahan parkiran
obyek wisata di Kabupaten Klaten dikelola oleh Pemerintah Derah.
Dari 35 obyek wisata di Kabupaten Klaten hanya 17 lahan parkiran
yang dikelola Pemerintah Daerah, dan 18 lahan parkir yang lain
dikelola oleh pihak swasta dan pihak ketiga (masyarakat disekitar
obyek wisata). Lahan parkir yang dikelola Pemerintah Daerah berada
di dalam lokasi obyek wisata, dan lahan parkir yang dikelola pihak
swasta dan pihak ketiga (masyarakat sekitar obyek wisata) berada
diluar areal obyek wisata. Sehingga Pendapatan Pariwisata yang
118
berasal dari tiket karcis parkir yang terjual pada obyek wisata tidak
maksimal.
3) Pengaruh Tingkat Hunian Kamar terhadap Pendapatan Pariwisata
Koefisien elastisitas tingkat hunian kamar yang mempunyai
tanda positif tampaknya sesuai dengan hipotesis, tetapi dengan melihat
tingkat pengaruh variabel tersebut terhadap pendapatan pariwisata
tidak berpengaruh pada tingkat keyakinan sebesar a= 5%, jelas
menolak hipotesis.
Variabel tingkat hunian kamar yang didasarkan pada jumlah
pengunjung yang menginap di setiap hotel kawasan Kabupaten
Klaten, dihitung berdasarkan persentase rata- rata tiap bulannya.
Seharusnya berpengaruh secara langsung terhadap pendapatan
pariwisata, hal ini disebabkan karena tidak setiap penginap kamar
hotel adalah wisatawan. Dan dilihat dari data yang diperoleh dari
bulan Januari 1997- Desember 2007, persentase tingkat hunian kamar
rata- rata tiap bulannya adalah 23,42%. Dapat dilihat bahwa
persentase rata- rata tingkat hunian kamar masih terlalu minim, tingkat
okupansi yang rendah tersebut disebabkan karena kurangnya
penyelenggaraan event atau pagelaran acara- acara yang
diselenggarakan diwilayah Kabupaten Klaten yang berguna untuk
menarik minat wisatawan lokal maupun mancanegara. Dan juga
disebabkan kurang terawatnya aset dan infrastruktur pada sebagian
objek wisata khususnya objek wisata peninggalan bersejarah, sehingga
119
minat wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata diwilayah
Kabupaten Klaten berkurang, dan menyebabkan minat wisatawan
untuk tinggal dan bermalam dihotel kawasan Kabupaten Klaten juga
menurun. Apabila kondisi ini berlangsung terus- menerus maka akan
banyak hotel yang akan merugi dan menutup usahanya, sehingga
Pendapatan Pariwisata yang berasal dari pajak hotel tidak maksimal.
B. Saran
Dari hasil kesimpulan diatas maka dapat dikemukakan saran- saran
sebagai berikut :
1) Variabel wisatawan berpengaruh secara signifikan terhadap
pendapatan pariwisata di kabupaten Klaten, pengaruh antara variabel
independen jumlah wisatawan dengan variabel dependen pendapatan
adalah positif, maka jumlah wisatawan ini harus ditingkatkan dengan
mengadakan promosi tentang potensi wisata di Kabupaten Klaten. Hal
itu bisa dilakukan dengan berbagai promosi baik melalui iklan di
televisi daerah maupun nasional, mengirimkan duta-duta wisata ke
berbagai event pariwisata nasional, maupun adanya kemudahan bagi
wisatawan untuk mengakses informasi tentang pariwisata di
Kabupaten Klaten melalui internet. Selain itu juga diadakan diskon
tiket masuk ke obyek wisata pada hari-hari kerja, sehingga akan
meningkatkan jumlah wisata bukan hanya pada hari libur saja. Usaha
lain yang dapat dilakukan adalah dengan menyebar pamflet yang berisi
120
tentang potensi wisata Kabupaten Klaten di sepanjang jalan di
berbagai kota besar di Indonesia.
Variabel arus kendaraan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
pendapatan pariwisata, hal itu berarti harus ditingkatkannya
pengelolaan retribusi parkir yang berada di obyek wisata dengan
mengelola lahan parkir pada semua obyek wisata, menambah tenaga
kerja, dan pemeliharaan areal parkir dengan keamanan dan
kenyamanannya oleh pemerintah daerah Kabupaten Klaten.
Variabel tingkat hunian kamar pada tiap hotel di wilayah Kabupaten
Klaten tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan
pariwisata. Untuk itu perlu dikembangkan penyelenggaraan event-
event atau pagelaran besar seperti acara kesenian tradisional, upacara
adat tradisional. Menjaga dan merawat aset- aset pariwisata khususnya
objek wisata peninggalan bersejarah, agar terjaga kelestariannya dan
menarik minat wisatawan mancanegara ataupun domestik untuk
berkunjung dan menginap dihotel kawasan Kabupaten Klaten. Perlu
dikembangkan lebih lanjut dalam pengelolaan hotel yang ada di
wilayah Kabupaten Klaten, dengan menambah jumlah hotel yang ada,
dan membangunnya disekitar lokasi obyek pariwisata dan
meningkatkan fasilitas- fasilitas yang mendukung kenyamanan dan
keamanan pengunjung hotel.
121
2) Pemerintah dan dibantu pihak swasta memasarkan keindahan obyek
wisata dan kelebihan fasilitas pendukungnya ke masyarakat baik dalam
Kabupaten Klaten maupun diluarnya dengan media elektronik dan
media massa.
3) Mempermudah akses menuju obyek wisata.
4) Arus kendaraan dan tingkat hunian kamar bukan merupakan variabel
yang baik untuk menjelaskan Pendapatan pariwisata secara signifikan
pada penelitian selanjutnya.
122
DAFTAR PUSTAKA
Andre Yosrizal. 2004. Analisis Kegiatan Industri Pariwisata Terhadap
Pendapatan Asli Daerah Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten. 1998. Kabupaten Klaten
Dalam Angka 1997. Klaten : Badan Pusat Statistik. ____________________________________. 1999. Kabupaten Klaten
Dalam Angka 1998. Klaten : Badan Pusat Statistik. ____________________________________. 2000. Kabupaten Klaten
Dalam Angka 1999. Klaten : Badan Pusat Statistik. ____________________________________. 2001. Kabupaten Klaten
Dalam Angka 2000. Klaten : Badan Pusat Statistik. ____________________________________. 2002. Kabupaten Klaten
Dalam Angka 2001. Klaten : Badan Pusat Statistik. ____________________________________. 2003. Kabupaten Klaten
Dalam Angka 2002. Klaten : Badan Pusat Statistik. ____________________________________. 2004. Kabupaten Klaten
Dalam Angka 2003. Klaten : Badan Pusat Statistik.
____________________________________. 2005. Kabupaten Klaten Dalam Angka 2004. Klaten : Badan Pusat Statistik.
____________________________________. 2006. Kabupaten Klaten
Dalam Angka 2005. Klaten : Badan Pusat Statistik. ____________________________________. 2007. Kabupaten Klaten
Dalam Angka 2006. Klaten : Badan Pusat Statistik. ____________________________________. 2008. Kabupaten Klaten
Dalam Angka 2007. Klaten : Badan Pusat Statistik. Dajan, Anto. 1975. Pengantar Metode Statistik Jilid 1. Jakarta :
LP3ES. Djarwanto, PS. 1993. Statistik Induktif Yogyakarta. Yogyakarta :
BPFE.
123
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2003. Buku Pedoman Penyusunan Skripsi. Surakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
Gamal, Suwantoro. 1997. Dasar – Dasar Pariwisata. Yogyakarta :
Andi Offset. Gujarati, Damodar N. 2003. Ekonometrika Dasar. Ahli Bahasa :
Sumarna Zein. Jakarta : Erlangga. Hasan, M Iqbal. 1999. Pokok-Pokok Materi Statistik (Statistik
Deskriptif). Jakarta : Bumi Aksara.
Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2004. Modul Laboratorium Ekonometrika. Surakarta : Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
Meika Fatmawati. 2005. Analisis Sumbangan Sektor Pariwisata
Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Karanganyar. Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
Oka A, Yoeti. 1982. Pariwisata Sebagai Alat Kebijakan Ekonomi.
Bandung : Angkasa
_____________. 1997. Pengantar Ilmu Pariwisata. Jakarta : PT Pertja.
Pemerintah. 2004. Undang-Undang Otonomi Daerah. Jakarta : Sinar Grafika.
R.G, Soekadijo. 2000. Anatomi Pariwisata. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
Sadono, Sukirno. 1985. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Jakarta : Lembaga Penerbit FE UI.
Spillane, James J. 1987. Pariwisata Indonesia Sejarah Dan
Prospeknya. Yogyakarta : Kanisius Sumodiningrat, Gunawan. 1996. Ekonometrika Pengantar. Yogyakarta
: BPFE.