Analisis Penerimaan Retribusi Pasar Terhadap Pad Kota Depok

22
ANALISIS PENERIMAAN RETRIBUSI PASAR TERHADAP PAD DI KOTA DEPOK Oleh: Virgin Ariana Pramono – 109084000038 IESP 4A JURUSAN ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011

Transcript of Analisis Penerimaan Retribusi Pasar Terhadap Pad Kota Depok

Page 1: Analisis Penerimaan Retribusi Pasar Terhadap Pad Kota Depok

ANALISIS PENERIMAAN RETRIBUSI PASAR TERHADAP PAD

DI KOTA DEPOK

Oleh:

Virgin Ariana Pramono – 109084000038

IESP 4A

JURUSAN ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2011

Page 2: Analisis Penerimaan Retribusi Pasar Terhadap Pad Kota Depok

1. PENDAHULUAN

Berlakunya undang-undang No.22 tahun 1999 tentang otonomi daerah merupakan landasan hukum dari berbagai pembangunan social ekonomi di JAwa Barat yang baru. Otonomi Daerah adalah kewenangan Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kebijakan otonomi daerah ini telah menetapkan kabupaten dan kota sebagai titik berat otonomi yang akan memberikan harapan yang baik bagi daerah untuk dapat mengembangkan diri. Salah satu tolok ukur untuk melihat kesiapan daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah dengan mengukur seberapa besar kemampuan keuangan suatu daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah atau pemerintahan sendiri. Sumber keuangan tersebut salah satunya berasal dari Pendapatan Asli Daerah(PAD).

Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah disebutkan bahwa sumber pendapatan asli daerah (PAD) terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Pengelolaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah diatur dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah serta peraturan pelaksanaan lainnya termasuk Peraturan Daerah.

Menurut Insukindro, dkk (1994:1) dalam kaitannya dengan pemberian otonomi kepada daerah dalam merencanakan, menggali, mengelola dan menggunakan keuangan daerah sesuai dengan kondisi daerah, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat dipandang sebagai salah satu indikator atau kriteria untuk mengurangi ketergantungan suatu daerah kepada pusat. Pada prinsipnya semakin besar Pendapatan Asli Daerah (PAD) kepada APBD akan menunjukkan semakin kecil ketergantungan daerah kepada pusat.

Koswara (2000:50) menyatakan bahwa ciri utama yang menunjukkan suatu

daerah otonom mampu berotonomi terletak pada kemampuan keuangan daerah. Artinya daerah harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber–sumber keuangan sendiri, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerahnya. Ketergantungan pada Pemerintah pusat harus seminimal mungkin, sehingga pendapatan asli daerah (PAD) harus menjadi bagian sumber keuangan terbesar yang didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah sebagai prasyarat mendasar dalam sistem pemerintahan negara.

Page 3: Analisis Penerimaan Retribusi Pasar Terhadap Pad Kota Depok

Data PandapatanAsli Daerah

Pada Kabupaten dan Kota di Jawa Barat

NO. NAMA KAB/KOTA Pendapatan Asli Daerah (PAD) % Pertumbuhan

2007 2008

1 Kabupaten Bogor 265.371.124,23 311.981.538,00 17,56%

2 Kabupaten Sukabumi 67.294.424,97 87.402.425,00 29,88%

3 Kabupaten Cianjur 69.388.785,00 77.905.507,00 12,27%

4 Kabupaten Bandung 352.407.266,00 144.138.083,00 -59,10%

5 Kabupaten Garut 79.096.666,20 83.306.425,00 5,32%

6 Kabupaten Tasikmalaya

34.725.529,00 48.978.171,00 41,04%

7 Kabupaten Ciamis 54.711.929,11 46.847.498,00 -14,37%

8 Kabupaten Kuningan 43.507.886,00 42.825.180,00 -1,57%

9 Kabupaten Cirebon 100.692.757,87 101.512.670,00 0,81%

10 Kabupaten Majalengka

46.020.646,00 45.670.008,00 -0,76%

11 Kabupaten Sumedang

69.493.500,68 87.633.522,00 26,10%

12 Kabupaten Indramayu

47.704.563,37 56.770.811,00 19,00%

13 Kabupaten Subang 30.055.414,00 28.520.934,00 -5,11%

14 Kabupaten Purwakarta

50.324.496,71 59.429.025,00 18,09%

15 Kabupaten Karawang 121.414.897,65 131.785.039,00 8,54%

16 Kabupaten Bekasi 196.320.103,85 249.063.807,00 26,87%

17 Kota Bogor 79.819.169,55 97.767.320,00 22,49%

18 Kota Sukabumi 49.464.332,83 65.263.021,00 31,94%

Page 4: Analisis Penerimaan Retribusi Pasar Terhadap Pad Kota Depok

19 Kota Bandung 287.249.534,04 314.627.155,00 9,53%

20 Kota Cirebon 57.002.328,37 67.683.578,00 18,74%

21 Kota Bekasi 171.045.088,71 189.492.859,00 10,78%

22 Kota Depok 86.345.667,00 112.763.186,00 30,60%

23 Kota Cimahi 55.813.859,45 64.694.961,00 15,91%

24 Kota Tasikmalaya 58.604.933,92 60.822.124,00 3,78%

25 Kota Banjar 22.607.582,63 23.636.367,00 3,78%

TOTAL 2.496.482.487,14 2.600.521.214,00

Sumber: hasil pengolahan Ms.Excel (berdasarkan data BPS Provinsi Jawa Barat)

Untuk tahun anggaran 2008 yang dibandingkan dengan anggaran tahun 2007, menunjukkan bahwa kabupaten Tasikmalaya mengalami pertumbuhan PAD paling tinggi mencapai 41.04%. Nilai pertumbuhan PAD maksimal yang dimiliki oleh kabupaten Tasikmalaya diperoleh dari peningkatan PAD dalam bentuk pajak, retribusi, maupun pendapatan daerah lainnya yang mengakibatkan peningkatan kas daerah. Sedangkan pemda yang pertumbuhan PAD-nya sangat rendah bahkan ada pula kabupaten yang mengalami penurunan PAD yang ditunjukkan dengan nilai pertumbuhan yang negatif adalah Kabupaten Bandung, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Subang. Dan Kota Depok ditahun anggaran 2008 juga mengalami pertumbuhan PAD tinggi mencapai 30.60% dibandingkan dengan anggaran tahun 2007.

Upaya peningkatan PAD dapat dilakukan salah satunya dengan meningkatkan

efisiensi sumber daya dan sarana yang terbatas serta meningkatkan efektifitas pemungutan yaitu dengan mengoptimalkan potensi yang ada, serta terus diupayakan menggali sumber-sumber pendapatan baru yang potensinya memungkinkan, sehingga dapat dipungut pajak atau retribusinya sesuai dengan ketentuan yang ada. retribusi yang dalam hal ini adalah samua retribusi yang dapat dipungut dari pasar, yaitu retribusi pasar.

Sebagai daerah otonom, Kota Depok dituntut untuk dapat memiliki kemandirian terutama dalam hal penggalian dan pengelolaan sumber-sumber keuangan daerah. Salah

Page 5: Analisis Penerimaan Retribusi Pasar Terhadap Pad Kota Depok

satu komponen PAD yang menjadi andalan adalah penerimaan dari retribusi daerah, seperti terlihat pada tabel 1.1 memperlihatkan besarnya salah satu jenis penerimaan daerah yaitu retribusi pasar dan besarnya retribusi daerah di Kota Depok.

Tabel 1.1

Realisasi Penerimaan Retribusi Pasar dan Retribusi Daerah

di Kota Depok, 1999/2000-2001

Tahun Anggaran

Retribusi Pasar (Rp)

%

Retribusi Daerah (Rp)

%

P A D

(Rp)

%

Total Penerimaan Daerah (Rp)

%

1999/2000 131.340.050 1,31 3.657.132.032,23 3,65 8.683.957.560,7 8,68 36.799.882.000 36,79

2000 201.064.300 2,01 6.934.442.627,52 6,93 14.330.296.927,6 14,33 98.120.290.252 98,12

2001 354.047.800 3,54 11.409.274.129,98 1,14 43.443.534.596,1 43,44 175.983.510,332 17,59

Sumber : Dispenda Kota Depok, Rekapitulasi Realisasi Penerimaan Retribusi Daerah,2001

Berdasarkan tabel 1.1 retribusi pasar sebagai salah satu jenis penerimaan daerah dapat dijadikan andalan dan merupakan primadona penerimaan di sektor retribusi daerah. Hal ini selaras dengan dengan apa yang dikatakan oleh Santoso (1995:20) bahwa retribusi pasar di banyak daerah kabupaten dan kota di Indonesia menjadi sumber penerimaan PAD yang cukup berarti. Retribusi pasar akan turut menentukan besarnya tingkat kemandirian suatu daerah dalam arti mampu mendanai sendiri segala urusan otonomi daerah.

Retribusi pasar di kota depok dari tahun ketahun mengalami peningkatan tahun 1999/2000 sebesar 1,31% dan naik pada tahun 2000 sebesar 2,01% dan terus meningkat ditahun 2001 sebesar 3,54%. Dan retribusi pasar juga member kontribusi besar terhadap PAD di kota depok. PAD kota depok pada tahun 1999/2000 sebesar 8,68% dan meningkat pula disetiap tahunnya di tahun 2000 dan 2001. Pada tahun 2000 PAD kota depok sebesar 14,33% dan meningkat ditahun 2001 sebesar 43,44%.

Berdasarkan uraian di atas kajian tentang retribusi pasar secara lebih mendalam merupakan hal yang menarik, terutama dari sisi potensi retribusi pasar terhadap

Page 6: Analisis Penerimaan Retribusi Pasar Terhadap Pad Kota Depok

pendapatan asli daerah (PAD). berdasarkan data yang ada pada Dinas Pendapatan Kota Depok, selama 3 tahun terakhir penerimaan retribusi pasar selalu melampaui target yang telah ditetapkan.

Hal ini menunjukkan bahwa penetapan target penerimaan selama ini masih berada di bawah potensi penerimaan retribusi pasar. Dengan demikian masih adanya peluang dan kesempatan untuk ditingkatkan penerimaan retribusi pasar di masa yang akan datang. Dengan demikian penelitian diharapkan akan memiliki arti yang penting, karena hasil penelitian akan menjadi masukan yang berharga bagi Pemda Kota Depok dalam meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Dari latar belakang tersebut maka penulis mengambil judul “ANALISIS PENERIMAAN RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI DEPOK”.

1.1 Ruang Lingkup

Agar pembahasan penelitian dapat terfokus, tidak meluas, dan dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai, maka batasan dalam penelitian mengenai retribusi pasar ini adalah: menguji peningkatan pendapatan asli daerah kota depok melalui retribusi pasar.

1.2 Identifikasi

1. Bagaimana gambaran retribusi pasar di Kota Depok ?

2. Bagaiman gambaran Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Depok?

3. Seberapa besar penerimaan retribusi pasar terhadap pendapatan asli daerah (PAD) di Kota Depok?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui gambaran retribusi pasar di Kota Depok?

2. Mengetahui gambaran Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Depok?

3. Mengetahui Seberapa besar penerimaan retribusi pasar terhadap pendapatan asli daerah (PAD) di Kota Depok

Page 7: Analisis Penerimaan Retribusi Pasar Terhadap Pad Kota Depok

2.KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan Asli Daerah merupakan suatu pendapatan yang menunjukan

kemampuan suatu daerah dalam menghimpun sumber-sumber dana untuk membiayai pengeluaran rutin. Jadi dapat dikatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah sebagai pendapatan rutin dari usaha-usaha Pemerintah Daerah dalam memanfaatkan potensipotensi sumber keuangan daerahnya sehingga dapat mendukung pembiayaan penyelenggaraan Pemerintah dan pembangunan daerah.

Menurut Mardiasmo (2002:132), “pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengeloalaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah”.

Klasifikasi PAD yang terbaru berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 terdiri dari:

Pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Jenis pajak daerah dan retribusi daerah dirinci menurut objek pendapatan sesuai dengan undang-undang tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup bagian laba atas penyertaaan modal pada perusahaan milik daerah/ BUMD, bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/ BUMN, dan bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat. Jenis lain-lain PAD yang sah disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah, penerimaan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan / atau jasa oleh daerah, penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing, pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, pendapatan denda pajak, pendapatan denda retribusi. Pendapatan hasil eksekusi atau jaminan, pendapatan dari

Page 8: Analisis Penerimaan Retribusi Pasar Terhadap Pad Kota Depok

penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan.

Menurut Halim (2004:67), “PAD dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan, yaitu: pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan, lain-lain PAD yang sah”. Klasifikasi PAD yang dinyatakan oleh Halim (2004:67) adalah sesuai dengan klasifikasi PAD berdasarkan Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002.

2.1.2 Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemerintah Daerah supaya dapat mengurus rumah tangganya sendiri dengan

sebaik-baiknya, maka perlu diberikan sumber-sumber pembiayaan yang cukup. Tetapi mengingat bahwa tidak semua sumber pembiayaan dapat diberikan kepada daerah maka daerah diwajibkan untuk menggali segala sumber-sumber keuanganya sendiri berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Di dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah disebutkan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak. Pendapatan Asli Daerah sendiri terdiri dari:

1. pajak daerah, 2. retribusi daerah, 3. hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan, 4. lain-lain PAD yang sah.

1. Pajak Daerah Berdasarkan UU Nomor 34 Tahun 2000 tentang perubahan atas UU Nomor

18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah dalam Saragih (2003:61), yang dimaksud dengan pajak daerah adalah “iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi dan badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah”. Menurut Halim (2004:67), “pajak daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari pajak”. Jenis-jenis pajak daerah untuk kabupaten/kota menurut Kadjatmiko (2002:77) antara lain ialah:

Pajak hotel, Paja restoran,

Page 9: Analisis Penerimaan Retribusi Pasar Terhadap Pad Kota Depok

Pajak hiburan, Pajak reklame, Pajak penerangan jalan, Pajak pengambilan bahan galian golongan C, Pajak parkir

2. Retribusi Daerah

Yang dimaksud dengan retribusi menurut Saragih (2003:65) adalah

“pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemda untuk kepentingan orang pribadi atau badan”.

Menurut Halim (2004:67), “Retribusi daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari retribusi daerah”.

Pada pasal 1 ayat (26) Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 menyatakan: Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Menurut Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 Tentang Pajak dan Retribusi Daerah ( Kesit Bambang Prakoso 2004: 93 ) dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu

a) Retribusi Jasa Umum

Retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau

diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan manfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Obyek retribusi jasa umum adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Subyek retribusi jasa umum adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan atau menikmati pelayanan jasaa umum yang bersangkutan. Jenis–jenis retribusi jasa umum adalah :

1. Retribusi Pelayanan Kesehatan 2. Retribusi Pelayanan Persampahan / Kebersihan 3. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akte

Catatan Sipil 4. Retribusi Pemakaman dan Pengabuan Mayat 5. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum 6. Retribusi Pelayanan Pasar

Page 10: Analisis Penerimaan Retribusi Pasar Terhadap Pad Kota Depok

7. Retribusi Pelayanan Kendaraan Bermotor 8. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran 9. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta 10. Retribusi Pengujian Kapal Perikanan

b) Retribusi Jasa Usaha

Retribusi jasa usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut sistem komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta. Obyek retribusi jasa usaha adalah retribusi atas jasa usaha yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial. Subyek Retribusi Jasa Usaha adalah orang pribadi atau badan atau badan yang menggunakan atau menikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan. Jenis–jenis retribusi jasa usaha adalah :

1. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah 2. Retribusi Pasar Grosir dan Pertokoan 3. Retrebusi tempat pelelangan 4. Retribusi Terminal 5. Retribusi Tempat Khusus Parkir 6. Retribusi Tempat Penginapan / Pesanggrahan / Villa 7. Retribusi Penyedotan Kakus 8. Retribusi Rumah Pemotongan Hewan 9. Retribusi Pelayanan Pelabuhan Kapal 10. Tempat Rekreasi dan Olahraga 11. Retribusi Penyebrangan Diatas Air 12. Retribusi Pengolahan Limbah Cair 13. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah

c) Retribusi Perizinan Tertentu

Retribusi perizinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, dan fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Obyek Retribusi Perizinan Tertentu adalah

Page 11: Analisis Penerimaan Retribusi Pasar Terhadap Pad Kota Depok

kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, dan fasilitas tertentu guna melindungi kelestarian lingkungan. Subyek Retribusi Perizinan Tertentu adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin tertentu dari pemerintah daerah. Jenis–jenis Retribusi Perizinan tertentu :

1. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan : Izin Mendirikan Bangunan adalah pemberian izin untuk mendirikan suatu bangunan. Termasuk dalam pemberian izin ini adalah kegiatan peninjauan desain dan pemantauan pelaksanaan pembangunannya agar tetap sesuai dengan rencana teknis bangunan dan rencana tata ruang yang berlaku, dengan tetap memperhatikan Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Luas Bangunan (KLB), Koefisien Ketinggian Bangunan (KKB), dan pengawasan penggunaan bangunan yang meliputi pemeriksaan dalam rangka memenuhi syarat-syarat keselamatan bagi yang menempati bangunan tersebut.

2. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman : Izin tempat penjualan minuman beralkohol adalah pemberian izin untuk melakukan penjualan minuman beralkohol di suatu tempat tertentu.

3. Retribusi Izin Gangguan : Izin gangguan adalah pemberian izin tempat usaha/kegiatan kepada orang pribadi atau badan di lokasi tertentu yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian dan gangguan, tidak termasuk tempat usaha/kegiatan yang telah ditentukan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.

4. Retribusi Izin Trayek : Izin trayek adalah pemberian izin kepada orang pribadi atau badan untuk menyediakan pelayanan angkutan penumpang umum pada suatu atau beberapa trayek tertentu. Pemberian izin oleh Pemerintah Daerah dilaksanakan sesuai dengan kewenangan masing-masing Daerah. Berdasarkan penjelasan mengenai jenis-jenis pasar diatas, maka retribusi pasar termasuk dalam retribusi jasa umum. Hal tersebut dikarenakan retribusi pasar merupakan pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial dan pelayanan tersebut belum cukup disediakan oleh pihak swasta.

3. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik Daerah yang Dipisahkan

Page 12: Analisis Penerimaan Retribusi Pasar Terhadap Pad Kota Depok

Menurut Halim (2004:68), “Hasil perusahaan milik Daerah dan hasil Pengelolaan kekayaan milik Daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan Daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik Daerah dan pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan”. Menurut Halim (2004:68), jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut: “1) bagian laba Perusahaan mliki Daerah, 2) bagian laba lembaga keuangan Bank, 3) bagian laba lembaga keuangan non Bank, 4) bagaian laba atas penyertaan modal/investasi”.

4. Lain-Lain PAD yang Sah Menurut Halim (2004:69), “pendapatan ini merupakan penerimaan Daerah yang

berasal dari lain-lain milik pemerinyah Daerah”. Menurut Halim (2004:69), jenis penndapatan ini meliputi objek pendapatan berikut, “1) hasil penjualan aset Daerah yang tidak dipisahkan, 2) penerimaan jasa giro, 3) penerimaan bunga deposito, 4) denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, 5) penerimaan ganti rugi atas kerugian/kehilangan kekayaan Daerah”.

2.1.3 Retribusi Pasar 2.1.3.1 Pengertian retribusi Pasar

Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Berbeda dengan pajak pusat seperti Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak, Retribusi yang dapat di sebut sebagai Pajak Daerah dikelola oleh Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda).

Menurut Sutimbul (1993:10) retribusi adalah pembayaran kepada negara yang dilakukan oleh mereka yang menggunakan jasa-jasa negara atau merupakan iuran kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dan jasa balik secara langsung dapat ditunjuk. Paksaan disini bersifat ekonomis karena siapa saja yang tidak merasakan jasa balik dari pemerintah, dia tidak akan dikenakan iuran itu, misalnya retribusi pasar, parkir dan sebagainya, jadi dengan kata lain retribusi adalah pungutan yang dikaitkan secara langsung dengan balas jasa yang diberikan oleh pemerintah kepada pembayar retribusi tersebut.

Page 13: Analisis Penerimaan Retribusi Pasar Terhadap Pad Kota Depok

retribusi pasar sebagai salah satu jenis penerimaan daerah dapat dijadikan andalan dan merupakan primadona penerimaan di sektor retribusi daerah. Hal ini selaras dengan dengan apa yang dikatakan oleh Santoso (1995:20) bahwa retribusi pasar di banyak daerah kabupaten dan kota di Indonesia menjadi sumber penerimaan PAD yang cukup berarti. Retribusi pasar akan turut menentukan besarnya tingkat kemandirian suatu daerah dalam arti mampu mendanai sendiri segala urusan otonomi daerah.

2.1.3.2 Dasar Hukum Retribusi Pasar

Pelaksanaan pemungutan retribusi pasar di kota depok berdasarkan pada beberapa

peraturan berikut : 1. Pasal 2 ayat (2) huruf f Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahhun 1997 tentang

Retribusi Daerah, Retribusi Pasar adalah merupakan salah satu jenis Retribusi Daerah.

2. bahwa untuk meningkatkan penerimaan daerah guna menunjang pelaksanaan pembangunan, penyelenggaraan pemerintah, dan pelayanan kepada masyrakat, maka setiap pelayanan Pasar dikenakan Retribusi;

Berkaitan dengan Peraturan Daerah Kota Depok No. 3 Tahun 2001 tentang Retribusi

Pasar dijelaskan sebagai berikut : Ketentuan Umum

Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Kota adalah Kota Depok ; 2. Pemerintah Kota adalah Pemerintah Kota Depok 3. Walikota adalah Walikota Depok ; 4. Peraturan Daerah adalah Peraturan Daerah Kota Depok ; 5. Pejabat adalah Pegawai yang diberikan tugas tertentu dibidang Retribusi Daerah sesuai

dengan peraturan perundangundangan yang berlaku ; 6. Kas Daerah adalah Bank Pemerintah yang ditunjuk oleh Pemerintah Kota untuk

memegang kas daerah ; 7. Dinas Pengelola Pasar adalah Dinas Pengelola Pasar Kota Depok ; 8. Pasar adalah tempat yang diberi batas tertentu dan terdiri atas halaman/pelataran

bangunan berbentuk los dan atau kios serta bentuk lainnya, termasuk kawasan dalam radius 300 m yang dikelola oleh Pemerintah Kota dan khusus disediakan untuk pedagang;

2.1.3.3 Objek, Subjek, dan Wajib Retribusi Pasar

Page 14: Analisis Penerimaan Retribusi Pasar Terhadap Pad Kota Depok

Objek Retribusi di kota depok adalah sebagai berikut :

a. Pelayanan penyediaan fasilitas pasar berupa halaman / pelataran, los, kios dan MCK serta fasilitas lainnya yang disediakan untuk berdagang.

b. Fasilitas dagang di atas fasilitas sosial dan atau fasilitas umum. Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan pelayanan

penyediaan fasilitas Pasar.

2.1.3.4 Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif Retribusi dimaksudkan untuk menutupi biaya penyelenggaraan, pelayanan serta fasilitas pasar dengan mempertimbangkan kemampuan masyarakat.

Struktur dan besarnya tarif retribusi 1. Struktur dan besarnya tarif retribusi digolongkan berdasarkanpengunaan

fasilitas yang terdiri atas halaman atau pelataran,Los dan atau Kios, luas lokasi dan jangka waktu pemakaian.

2. Struktur tarif MCK, ditentukan oleh pemakaian. 3. Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan utuk menentukan

kelas pasar. 4. Struktur dan besarnya tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

(2) Pasal ini ditetapkan dengan benda berharga sebagai berikut :

Page 15: Analisis Penerimaan Retribusi Pasar Terhadap Pad Kota Depok

5. Semua pendapatan dari retribusi disetor ke kas daerah. 6. Pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (5), 5 % dipergunakan untuk

uang perangsang peningkatan pelayanan yang pengaturannya ditetapkan dengan Keputusan Walikota.

2.1.3.5 Peranan Retribusi Pasar

Pasar dalam pengertian sehari - hari yang kita kenal sebagai tempat jual beli

barang-barang kehidupan sehari-hari. Ada pula yang mengartikan sebagai tempat terjadinya transaksi antara pembeli dan penjual, namun pengertian pasar disini adalah pengertian pasar secara umum.

Widarta (2001), mengemukakan bahwa pasar adalah : 1) Kelompok orang dan atau organisasi yang diidentifikasi oleh kebutuhan bersama dan dimana terdapat sumber-sumber daya guna memuaskan kebutuhan tersebut, 2) Tempat para pembeli dan penjual berkumpul untuk melaksanakan jual beli, 3) Memasarkan barang-barang atau jasa tertentu, melaksanakan perniagaan, membeli dan menjual keuntungan berupa uang. Pandangan lain mengenai pasar disampaikan oleh Bustaman (1991), yaitu:

"Bahwa pasar adalah suatu perantara yang mengatur komunikasi dan interaksi antara penjual dan pembeli yang bertujuan untuk mengadakan transaksi pertukaran benda, asal ekonomi dan uang, dan tempat hasil transaksi dan disampaikan pada waktu itu atau pada waktu yang akan datang berdasarkan harga yang telah disepakati ".

Page 16: Analisis Penerimaan Retribusi Pasar Terhadap Pad Kota Depok

Dalam teori ekonomi dikemukakan bahwa pasar adalah tempat pertemuan antara permintaan dan penawaran. Penawaran adalah jumlah barang yang ditawarkan oleh penjual/produsen ke pasar pada setiap tingkat harga, sedangkan permintaan adalah jumlah permintaan pasar.

Samuelson (1988) mengemukakan bahwa pasar adalah proses yang digunakan oleh pembeli dan penjual untuk berhubungan dalam menentukan harga dan jumlah. Jadi dari pengertian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pasar adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli atau produsen dan konsumen, baik secara langsung maupun perantara (makelar). Disatu pihak produsen menjual barangnya dan dipihak lain konsumen membeli barangnya.

Dalam konteks dengan penelitian, pasar adalah sarana/prasarana untuk memungut retribusi daerah serta penerimaan lain yang merupakan pemasukan bagi suatu daerah. Dalam upaya inilah suatu pasar harus memiliki fasilitas-fasilitas utama seperti lods, dan tempat penjualan, kios, serta pelataran penjualan. Selain fasilitas utama tersebut suatu unit pasar dapat juga didukung oleh fasilitas penunjang seperti pelataran parkir dan MCK yang dapat dipungut bayaran karena pemanfaatan sarana tersebut.

Retribusi pasar merupakan salah satu jenis retribusi daerah yang potensial untuk dikembangkan dalam rangka menunjang pendapatan asli daerah. Pengelolaan retribusi pasar harus dilakukan dengan baik dan profesional agar dapat memberikan kontribusi bagi pendapat asli daerah dengan memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pengguna layanan pasar.

Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Enrekang nomor 4 Tahun 2000 tentang retribusi pasar, di jelaskan bahwa untuk mendukung pelaksanaan otonomi daerah, pembiayaan pemerintahan dan pembangunan daerah yang bersumber dari pendapatan asli daerah , khususnya retribusi daerah dan lebih spesifik retribusi pasar pengaturannya perlu lebih ditingkatkan, karena apabila retribusi pasar meningkat akan berdampak pada peningkatan pendapatan asli daerah.

Sejalan dengan makin meningkatnya pelaksanaan pembangunan dan pemberian pelayanan kepada masyarakat serta perkembangan perekonomian maka perlu penyediaan sumber - sumber pendapatan asli daerah khususnya retribusi pasar. Upaya peningkatan penyediaan pelayanan maka perlu dilakukan penyederhanaan dan penyempurnaan serta peningkatan kinerja pemungutannya sehingga diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemungutan retribusi pasar, mengurangi biaya ekonomi tinggi, serta peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat sehingga wajib retribusi pasar dapat dengan mudah memahami dan memenuhi kewajibannya dalam membayar retribusi pasar.

Ada kecenderungan bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan pendapatan asli daerahnya dengan berusaha menciptakan sumber pendapatan yang baru tanpa dibarengi dengan perubahan dan perbaikan pelayanan kepada masyarakat hal ini dapat menimbulkan keresahan di masyarakat karena penciptaan pendapatan asli daerah yang baru kemungkinan dapat membebani masyarakat dengan bertambahnya pungutan.

Page 17: Analisis Penerimaan Retribusi Pasar Terhadap Pad Kota Depok

Berdasarkan hal tersebut, maka peran retribusi pasar haruslah berorientasi pada pelayanan yang baik dalam memuaskan pengguna fasilitas pasar, baik dad segi aksesbilitas penjual dan pembeli, diperlukan penataan pasar yang memadai dan ditunjang oleh tingkat keamanan dan kenyamanan untuk menjual maupun untuk berbelanja. Petugas pengelolah pasar merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat kepuasan pengguna fasilitas pasar. Apabila kepuasan pengguna pasar terpenuhi maka akan timbul kesadaran masyarakat untuk membayar retribusi pasar sehingga pada akhirnya retribusi pasar akan meningkat.

2.1.3.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini dimaksudkan untuk menggali informasi tentang analisi penerimaan

retribusi pasar yang sudah diteliti oleh peneliti lain. Dengan penelusuran penelitian terdahulu maka akan dapat dipastikan ruang yang didapat oleh penelitian ini. Beberapa penelitian mengenai Pajak Reklame telah banyak dilakukan, antara lain :

1. Santoso (1995) meneliti tentang Retribusi Pasar di Kabupaten Sleman, menyimpulkan bahwa realisasi penerimaan retribusi pasar sangat dipengaruhi oleh omzet penjualan. Semakin besar omzet penjualan para pedagang semakin berpeluang untuk melakukan pembayaran retribusi pasar. Realisasi penerimaan retribusi pasar masih potensial untuk ditingkatkan, namun ada hal-hal yang perlu mendapat perhatian yaitu : Pertama, struktur tarif retribusi perlu dievaluasi agar besarnya dapat mencerminkan struktur biaya yang sebenarnya. Besarnya tarif yang telah ditetapkan belum merefleksikan struktur biaya jasa pengadaan fasilitas pasar; kedua, bila retribusi dikenakan terhadap setiap pedagang pasar sebagai balas jasa kepada pemerintah yang telah menyediakan fasilitas perdagangan, maka dengan adanya kenaikan retribusi pasar, perlu diadakan perbaikan dan penambahan fasilitas di pasar; ketiga, pemungutan retribusi pasar terhadap pedagang perlu dibedakan menurut skala usaha.

2. Polipoke, (2002) yang menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan retribusi pasar dalam rangka peningkatan pendapatan asli daerah, hasil penelitiannya menunjukan bahwa variabel PDRB tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan retribusi pasar secara partial, sedangkan variabel jumlah penduduk serta variabel jumlah lods dan kios berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan retribusi pasar.

3. Rauf (2006) dalam penelitiannya tentang "Analisis Kontribusi Retribusi Pasar terhadap pendapatan Ash Daerah dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya di Kabupaten Sidrap" menyimpulkan bahwa kontribusi retribusi pasar terhadap pendapatan Asli daerah mencapai rata-rata 17,15 persen selama sebelas tahun (1995-2005). Adapun faktor pendapatan masyarakat per kapita, prasarana pasar dan insentif petugas secara bersama-sama dapat menjelaskan variasi nilai penerimaan retribusi pasar di Kabupaten Sidendreng Rappang dengan uji simultan sebesar 99,6%.

Page 18: Analisis Penerimaan Retribusi Pasar Terhadap Pad Kota Depok

4. Yasir (2007), melakukan penelitian dengan judul beberapa faktor yang mempengaruhi penerimaan retribusi pasar di Kabupaten Mamuju menyimpulkan bahwa besarnya potensi penerimaan retribusi pasar yang diperoleh di Kabupaten Mamuju periode 1994-2004 rata-rata sebesar Rp.871.860.482,5 sedangkan target penerimaan retribusi pasar rata-rata selama periode yang sama sebesar Rp. 718.684.476,4 sangat berpengaruh terhadap realisasi penerimaan retribusi pasar. Sedangkan pengaruh sarana pasar mempunyai hubungan positif dan berpengaruh signifikan terhadap realisasi penerimaan retribusi pasar. Dan pengaruh PDRB dan jumlah penduduk mempunyai hubungan positif namun tidak signifikan terhadap realisasi realisasi penerimaan retribusi pasar. Penelitian-penelitian yang telah disebutkan diatas, apabila dibandingkan dengan penelitian ini mempunyai beberapa kesamaan antara lain permasalahan yang akan dibahas mengenai retribusi pasar. Perbedaan penelitian sebelumnya antara lain terletak pada lokasi/daerah penelitian, data yang digunakan serta periode waktu analisis.

3. Kerangka Pemikiran

Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah disebutkan bahwa sumber pendapatan asli daerah (PAD) terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Pengelolaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah diatur dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah serta peraturan pelaksanaan lainnya termasuk Peraturan Daerah.

Besarnya penerimaan daerah dari sektor PAD seperti Retribusi daerah yang didalamnya termasuk retribusi pasar akan sangat membantu pemerintah dalam melaksanakan kegiatan pembangunan didaerahnya. Dalam penelitian ini factor-faktor yang akan diteliti yaitu retribusi daerah dan retribusi pasar terhadap PAD di kota Depok. Sehingga dalam penelitian ini diperlukan suatu uji analisis untuk mengetahui apakah benar variable tersebut mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap PAD di kota Depok.

3.1 Bagan

Berdasarkan landasan teori pada tinjauan pustaka diatas maka secara skema kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :

Page 19: Analisis Penerimaan Retribusi Pasar Terhadap Pad Kota Depok

3.2 Model Penelitian

Y = f ( RD,RPs )

Y = 0 + 1 RD + 2 RPs +

Keterangan : Y = Pendapatan Asli Daerah (PAD)

0 = Konstanta

1 RD = Retribusi Daerah

2 RPs = Retribusi Pasar = eror

Retribusi Daerah

Retribusi Pasar

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Page 20: Analisis Penerimaan Retribusi Pasar Terhadap Pad Kota Depok

4. Hipotesis

Hipotesis adalah pendapat sementara dan pedoman serta arah dalam penelitian yang disusun berdasarkan pada teori yang terkait, dimana suatu hipotesis selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menguhubungkan dua variabel atau lebih (J. Supranto, 1997). Setelah adanya kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. penerimaan Retribusi Daerah memiliki pengaruh positif dan signikan terhadap

pendapatan asli daerah (PAD) di kota depok.

H0: , yaitu tidak ada pengaruh signifikansi variabel Retribusi Daerah terhadap variabel PAD.

H1:α1 RD ≥ 0, yaitu terdapat pengaruh positif signifikansi variabel Retribusi Daerah terhadap variabel PAD.

2. penerimaan Retribusi Pasar memiliki pengaruh positif dan signikan terhadap pendapatan asli daerah (PAD) di kota depok.

H0:α2 RPs ≤ 0, yaitu tidak ada pengaruh signifikansi variabel Retribusi Pasar terhadap variabel PAD. H1: , yaitu terdapat pengaruh positif signifikansi variabel Retribusi Pasar terhadap variabel PAD.

3. Seberapa besar penerimaan Retribusi Daerah dan Retribusi Pasar yang memiliki

pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah (PAD) di Kota Depok

H0:α1 RD, α2 RPs, ≤ 0 yaitu tidak ada pengaruh signifikansi variabel Retribusi Daerah dan Retribusi Pasar terhadap variabel PAD.

H1:α1 RD, α2 RPs, ≥ 0 yaitu terdapat pengaruh positif signifikansi variabel Retribusi Daerah dan Retribusi Pasar terhadap variabel PAD.

Page 21: Analisis Penerimaan Retribusi Pasar Terhadap Pad Kota Depok

5. Daftar Pustaka

LA Poma,Peranan Retribusi Pasar dan Meningkatakan PAD,2010.Universitas Halluoleo .Kendari

Jannatin Alfafa, Analisis Retribusi Pasar dan Pengaruhnya terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Surakarta, 2009. Universitas Muhammadiyah.Surakarta

Peraturan Daerah, Tentang Retribusi Pasar. Tahun 2001 Nomor 34.Kota Depok

Angga Mahayana, Pelaksanaan pemungutan retribusi pasar (studi penelitian di kantor dinas pengelolaan pasar Kota surakarta),2006. Universita Sebelas Maret.Surakarta

jurnal-proceding.html

potensi-penerimaan-retribusi-pasar.html

Page 22: Analisis Penerimaan Retribusi Pasar Terhadap Pad Kota Depok

6. Ucapan Terimakasih Dalam kesempatan kali ini pertama-tama saya ucapkan terima kasih atas rahmat dan hidayah Allah SWT atas segala anugrah yang diberikan kepada saya termasuk nikmat sehat,waktu dan kesempatan sehingga saya dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Selain itu juga saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua saya yang selalu mensuport saya dan Tony S. Chendrawan,ST,SE,M.SI, dosen pembimbing saya yang senantiasa membimbing dan mengarahkan saya, serta teman-teman saya yang selalu mensuport saya juga dan membantu saya juga jika saya ada kesulitan. Sekali lagi say ucap kan terimaksih kepada semua yang telah mendukung saya.