DITA DESTIANA, 2015 PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PERSPEKTIF GLOBAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDN Bantarjati 9, yang beralamat di
Jalan Dalurung No. 20 Kecamatan Bogor Utara Kota Bogor. Jumlah
tenaga pendidik sebanyak 13 orang guru yang terdiri dari 9 Pegawai
Negeri Sipil (PNS) dan 4 guru honorer, selain itu ada juga seorang
TU/operator sekolah dan seorang penjaga sekolah. Di sekolah ini
terdapat sepuluh rombel kelas yang digunakan untuk proses
pembelajaran.
Alasan melakukan penelitian di SD tersebut dapat disebabkan oleh
beberapa hal berikut:
a) SD Negeri Bantarjati 9 Kota Bogor merupakan SD yang belum
menerapkan model Problem Based Learning (PBL) dalam
pembelajaran IPS.
b) Guru-guru di SD Negeri Bantarjati 9 Kota Bogor ingin mengetahui
proses pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based
Learning (PBL).
c) Guru-guru di SD Negeri Bantarjati 9 Kota Bogor belum pernah
melakukan tindakan secara khusus terhadap kemampuan perspektif
global.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
VI yang berjumlah 72, terdiri dari kelas VI A dan VI B. Kelas VI A
berjumlah 36, sebagai kelas kontrol dan kelas VI B berjumlah 36, sebagai
kelas eksperimen.
Alasan melakukan penelitian di kelas tersebut dapat disebabkan
oleh beberapa hal berikut:
a. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada observasi awal, terlihat
bahwa motivasi belajar siswa saat pembelajaran IPS masih rendah.
DITA DESTIANA, 2015 PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PERSPEKTIF GLOBAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
40
b. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada observasi awal, guru-
guru di SD Negeri Bantarjati Kota Bogor khususnya di kelas VI
kurang memperhatikan pentingnya kemampuan perspektif global.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan metode eksperimen kuasi. Metode ini digunakan untuk
mengetahui pengaruh model Problem Based Learning (PBL) terhadap
kemampuan perspektif global, antara yang mendapat model Problem Based
Learning (PBL) dengan siswa yang mendapat pembelajaran dengan metode
ceramah.
Creswell (2008: 299) mengemukakan pendapatnya bahwa penelitian
eksperimen dilakukan ketika kita ingin membangun kemungkinan penyebab
dan akibat antara variabel bebas dan terikat, dalam penelitian ini, variabel
bebasnya adalah model Problem Based Learning (PBL) dan variabel
terikatnya adalah kemampuan perspektif global. Desain penelitian
eksperimen kuasi bentuk nonequivalent groups pretest-posttets design ini
dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Desain Penelitian
1 2
1 2
Nonequivalent Groups Pretest-Posttets Design
(Fraenkel and Wallen, 2007: 278)
Keterangan:
A : Kelas Eksperimen
B : Kelas Kontrol
X1 : Pembelajaran dengan perlakuan model Problem Based Learning
untuk kelas eksperimen
DITA DESTIANA, 2015 PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PERSPEKTIF GLOBAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
41
X2 : Pembelajaran dengan perlakuan menggunakan metode ceramah
untuk kelas kontrol
O1 : Pre test (tes awal sebelum perlakuan)
O2 : Post test (tes akhir sesudah perlakuan
Dimana dilakukan tes awal (pre test) terhadap kelompok
ekperimen dan kontrol tersebut berupa soal tes kemampuan perspektif
global. Pada kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan
model Problem Based Learning (PBL) dan pada kelas kontrol dengan
pembelajaran metode ceramah. Setelah kedua kelompok mendapat
perlakuan dalam pembelajaran, maka diakhiri dengan pemberian tes akhir
(post test) terhadap kedua kelompok siswa berupa soal tes. Perangkat soal
tes awal dan akhir menggunakan perangkat tes yang sama.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan
metode eksperimen semu (quasy experiment), menurut Samad (2009),
menyatakan bahwa: “Quasi experiment menggunakan seluruh subjek dalam
kelompok belajar untuk diberikan perlakuan (treatment), bukan menggunakan
subjek yang diambil secara acak.” Sejalan dengan itu, Darmadi (2011: 36),
menyatakan bahwa: “Quasi arti lain dari semu. Penelitian kuasi eksperimen
dapat diartikan sebagai penelitian eksperimen atau eksperimen semu.”
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode ini bertujuan untuk
memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang telah
diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak
memungkinkan untuk mengontrol dan memanipulasi semua variabel yang
relevan.
D. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan interpretasi, berikut diuraikan definisi
oprasional yang digunakan dan berkaitan dengan penelitian yang
dikembangkan.
DITA DESTIANA, 2015 PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PERSPEKTIF GLOBAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
42
1. Model Problem Based Learning (PBL)
Model Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu model
pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada
siswa, menghadapkan siswa pada masalah dunia nyata (real world) untuk
memulai pembelajaran, membuat mereka mahir dalam memecahkan
masalah, memiliki strategi belajar sendiri dan kecakapan berpartisipasi
dalam tim. Adapun langkah-langkah yang dimaksud adalah 1) Orientasi
siswa kepada masalah, 2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar; 3)
Membimbing penyelidikan individual dan kelompok; 4) Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya; 5) Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah.
2. Kemampuan Perspektif Global
Kemampuan perspektif global adalah kemampuan siswa
memandang dunia dengan menekankan pada saling keterkaitan
antarbudaya, umat manusia dan kondisi planet bumi. Indikatornya terdiri
dari: 1) memahami masalah global; 2) memahami keadaan Sumber Daya
Alam; 3) mengenal budaya antar daerah; 4) mengetahui perubahan yang
diharapkan dalam pembangunan ekonomi; 5) menentukan sikap dalam
menjaga kelestarian lingkungan.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dibuat dari variabel-variabel penelitian yang
ditetapkan untuk diteliti. Dari variabel-variabel tersebut diberikan definisi
operasional dan selanjutnya ditentukan indikator-indikator yang akan diukur.
Dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau
pernyataan. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan
instrument, kemudian dikembangkan melalui beberapa tahap, yaitu tahap
pembuatan instrumen, tahap penyaringan dan tahap uji coba instrumen untuk
digunakan dalam meneliti kemampuan perspektif global. Instrumen penelitian
dalam pengumpulan data dengan menggunakan beberapa instrumen yaitu tes,
angket dan observasi.
DITA DESTIANA, 2015 PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PERSPEKTIF GLOBAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
43
1. Instrumen Tes Kemampuan Perspektif Global
Instrumen ini digunakan untuk mengukur kemampuan perspektif
global siswa. Instrumen ini disajikan dalam bentuk tes non objektif berupa
uraian bebas. Setelah kisi-kisi yang mencakup variable, indikator yang
diukur dan skor penilaian selesai disusun, selanjutnya akan disusun soal
serta kunci jawaban untuk masing-masing soal. Adapun pedoman
penskoran yang digunakan untuk mengukur kemampuan perspektif global
dalam soal uraian bebas adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Kemampuan Perspektif Global
Aspek Skor Kriteria
Jawaban
No. Soal
Memahami
masalah global
0 Jika salah menginterpretasikan atau salah sama sekali
1, 2, 3
1 Jika dapat menginterpretasikan sebagian dengan
benar tanpa alasan
2 Jika dapat menginterpretasikan yang benar dan
memberikan alasan
3 Jika menginterpretasikan masalah global dengan
lengkap
Memahami
keadaan Sumber
Daya Alam
0 Jika salah menginterpretasikan atau salah sama sekali
4, 5
1 Jika dapat menginterpretasikan sebagian dengan
benar tanpa alasan
2 Jika dapat menginterpretasikan yang benar dan
memberikan alasan
3 Jika menginterpretasikan masalah global dengan
lengkap
Mengenal
budaya antar
daerah
0 Jika salah menginterpretasikan atau salah sama sekali
8, 9, 10,
11
1 Jika dapat menginterpretasikan sebagian dengan
benar tanpa alasan
2 Jika dapat menginterpretasikan yang benar dan
memberikan alasan
3 Jika menginterpretasikan masalah global dengan
lengkap
Mengetahui
perubahan yang
diharapkan
dalam
pembangunan
ekonomi
0 Jika salah menginterpretasikan atau salah sama sekali
6, 7
1 Jika dapat menginterpretasikan sebagian dengan
benar tanpa alasan
2 Jika dapat menginterpretasikan yang benar dan
memberikan alasan
3 Jika menginterpretasikan masalah global dengan
lengkap
DITA DESTIANA, 2015 PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PERSPEKTIF GLOBAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
44
Lanjutan Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Kemampuan Perspektif Global
Aspek Skor Kriteria
Jawaban
No. Soal
Menentukan
sikap dalam
menjaga
kelestarian
lingkungan
0 Jika salah menginterpretasikan atau salah sama sekali
12, 13, 14,
15
1 Jika dapat menginterpretasikan sebagian dengan
benar tanpa alasan
2 Jika dapat menginterpretasikan yang benar dan
memberikan alasan
3 Jika menginterpretasikan masalah global dengan
lengkap
Setelah data dari uji coba terkumpul, kemudian dilakukan
penganalisisan data untuk mengetahui tingkat validitas dan realibilitas
butir soal, yang dimaksudkan untuk mengetahui baik atau tidak instrumen
yang akan digunakan. Adapun langkah-langkah selanjutnya yang
dilakukan dalam menganalisis instrumen tersebut sebagai berikut di bawah
ini.
a. Analisis Validitas Butir Soal
Validitas adalah tingkat ketepatan dan kesahihan alat ukur
yang digunakan. Instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat
ukur yang dipergunakan untuk mendapatkan data itu valid atau dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur (Sugiyono,
2004: 137). Dengan demikian, instrumen yang valid merupakan
instrumen yang benar-benar tepat untuk mengukur apa yang hendak di
ukur.
Untuk menentukan validitas butir soal digunakan rumus
koefisien korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson
dan perhitungannya dibantu dengan program SPSS ver.
20 for windows. Berikut adalah tabel interpretasi besarnya koefisiensi
korelasi.
DITA DESTIANA, 2015 PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PERSPEKTIF GLOBAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
45
Tabel 3.3 Kriteria Validitas Item Instrumen
(Sugiono, 2013)
Berikut adalah hasil validitas butir soal dari uji coba intrumen
tes kemampuan perspektif global siswa.
Tabel 3.4 Analisis Validitas Butir Soal Kemampuan
Perspektif Global
No.
Soal
Koefisien
(rxy) (rtabel) Validiitas Item Kesimpulan
1 0.590 0,329 Valid Dipakai
2 0.513 0,329 Valid Dipakai
3 0.496 0,329 Valid Dipakai
4 0.038 0,329 Tidak valid Diperbaiki
5 0.330 0,329 Valid Dipakai
6 0.780 0,329 Valid Dipakai
7 -0.114 0,329 Tidak valid Diperbaiki
8 0.617 0,329 Valid Dipakai
9 0.769 0,329 Valid Dipakai
10 0.817 0,329 Valid Dipakai
11 0.862 0,329 Valid Dipakai
12 0.863 0,329 Valid Dipakai
13 0.862 0,329 Valid Dipakai
14 0,817 0,329 Valid Dipakai
15 0,220 0,329 Tidak Valid Diperbaiki
(Sumber: Perhitungan dengan menggunakan Program SPSS ver. 20)
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,000-0,199 Sangat Rendah
0,200-0,399 Rendah
0,400-0,599 Sedang
0,400-0,799 Kuat
0,800-1,000 Sangat Kuat
DITA DESTIANA, 2015 PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PERSPEKTIF GLOBAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
46
b. Analisis Reliabilitas Tes
Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen
yang dalam hal ini tes dapat digunakan lebih dari satu kali, paling
tidak oleh responden yang sama akan menghasilkan data yang
konsisten. Dengan kata lain, reliabilitas instrumen mencirikan tingkat
konsistensi. Jadi, pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengukur
ketetapan siswa dalam menjawab tes tersebut. Semakin tinggi
reliabilitas suatu tes, semakin baik tes tersebut. Reliabilitas instrumen
dalam penelitian ini juga dihitung dengan menggunakan program
SPSS versi 20. Berikut adalah tabel yang menunjukkan interpretasi
besarnya koefisien korelasi untuk menenentukan tingkat reliabilitas
suatu instrumen.
Tabel 3.5 Klasifikasi Reliabilitas Tes
Koefisien Korelasi Interpretasi
0,000 – 0,200 Derajat reliabilitas sangat Rendah
0,200 – 0,400 Derajat reliabilitas rendah
0,400 – 0,600 Derajat reliabilitas sedang
0,600 – 0,800 Derajat reliabilitas tinggi
0,800 – 1,00 Derajat reliabilitas sangat tinggi
(Sumber: Sugiyono, 2009)
Setelah menginput data hasil uji coba soal pada program SPSS
versi 20, didapatkan rhitung atau rata-rata hitung dari semua soal
sebesar 0,854. Jika dilihat pada tabel interpretasi, instrumen sudah
memenuhi kriteria reliabilitas “sangat tinggi”. Artinya derajat
ketetapan (reliabilitas) tes tersebut akan memberikan hasil yang relatif
sama jika diteskan kembali kepada subjek yang sama pada waktu
yang berbeda. Dengan kata lain instrumen yang telah disusun untuk
penelitian ini memenuhi syarat.
c. Analisis Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang berada pada kelompok atas dengan
DITA DESTIANA, 2015 PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PERSPEKTIF GLOBAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
47
siswa yang berada pada kelompok bawah. Untuk menghitung daya
pembeda dilakukan dengan program microsoft execl, sedangkan
rumus yang digunakan merujuk pada Arikunto (2001) sebagai berikut.
Keterangan:
J : Jumlah peserta tes
JA : Banyaknya siswa kelompok atas
JB : Banyaknya siswa kelompok bawah
BA : Banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab soal itu
dengan benar
BB : Banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab soal
itu dengan benar
PA =
: Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab soal
dengan benar
PA =
: Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab soal
dengan benar
Kriteria daya pembeda butir soal yang digunakan diuraikan
pada tabel 3.7 berikut ini.
Tabel 3.6 Kriteria Daya Pembeda Butir Soal
Daya Pembeda (DP) Interpretasi
0,70 < DP 1,00 Sangat Baik
0,40 < DP 0,70 Baik
0,20 < DP 0,40 Cukup
0,00 < DP 0,20 Jelek
DP 0,00 Sangat Jelek
DP =
DITA DESTIANA, 2015 PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PERSPEKTIF GLOBAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
48
Berdasarkan hasil perhitungan, daya pembeda untuk setiap
soal disajikan dalam Tabel 3.7 berikut ini.
Tabel 3.7 Hasil Analisis Daya Pembeda Uji Coba Tes
Kemampuan Perspektif Global
No.
Soal
Daya Pembeda Interpretasi
1 0.23 Cukup
2 0.37 Cukup
3 0.27 Cukup
4 0.70 Baik
5 0.70 Baik
6 0.37 Cukup
7 0.10 Jelek
8 0.20 Cukup
9 0.37 Cukup
10 0.30 Cukup
11 0.37 Cukup
12 0.30 Cukup
13 0.37 Cukup
14 0.30 Cukup
15 0.30 Cukup
Bedasarkan tabel 3.7 di atas, hasil analisis daya pembeda soal
dengan interpretasi baik, sebanyak dua soal, interpretasi cukup
sebanyak dua belas soal, dan interpretasi jelek sebanyak satu soal dan
diperbaiki sehingga tetap digunakan di dalam intrumen tes.
d. Analisis Tingkat Kesukaran
Analisis tingkat kesukaran ini bertujuan untuk mengetahui
sukar atau mudahnya soal yang digunakan. Perhitungan tingkat
kesukaran dilakukan dengan bantuan Program Microsoft Excel,
DITA DESTIANA, 2015 PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PERSPEKTIF GLOBAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
49
sedangkan untuk mengetahui tingkat kesukaran suatu soal digunakan
rumus yang mengacu pada ketentuan yang diajukan oleh Arikunto
(2001) sebagai berikut.
Keterangan:
IK : Indeks Kemudahan
B : Banyaknya siswa yang menjawab dengan benar
JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes
Adapun klasifikasi indeks kemudahan menurut Arikunto
(2001) ditunjukkan pada Tabel 3.8 berikut ini.
Tabel 3.8 Analisis Tingkat Kesukaran
Indeks Kesukaran (IK) Interpretasi
0,07 < IK 1,00 Soal Mudah
0,30 < IK 0,70 Soal Sedang
0,00 < IK 0,30 Soal Sukar
Berdasarkan hasil perhitungan, indeks kesukaran untuk setiap
soal disajikan dalam Tabel 3.9 berikut ini.
Tabel 3.9 Hasil Analisis Indeks Kesukaran Butir Soal
No.
Soal
Indeks Kesukaran Interpretasi
1 0.84 Mudah
2 0.62 Sedang
3 0.66 Sedang
4 0.72 Mudah
5 0.73 Mudah
6 0.74 Mudah
7 0.94 Mudah
IK =
DITA DESTIANA, 2015 PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PERSPEKTIF GLOBAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
50
Lanjutan Tabel 3.9 Hasil Analisis Indeks Kesukaran Butir Soal
No.
Soal
Indeks Kesukaran Interpretasi
8 0.36 Sedang
9 0.74 Mudah
10 0.29 Sukar
11 0.73 Mudah
12 0.26 Sukar
13 0.73 Mudah
14 0.29 Sukar
15 0.82 Mudah
2. Lembar Angket
Lembar angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap
pembelajaran IPS dengan menggunakan model Problem Based Learning
(PBL). Skala yang digunakan pada angket ini yakni skala likert. Derajat
penilaian terbagi kedalam lima kategori yang tersusun secara bertingkat,
mulai dari dari SS (Sangat Setuju, S (Setuju), R (Ragu-ragu), TS (Tidak
Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
dalam tabel berikut:
Tabel 3.10 Kriteria Penilaian Angket Respon Siswa
Alternatif Jawaban
Bobot Penilaian
Pernyataan positif Pernyataan
Negatif
Sangat Setuju (SS) 5 1
Setuju (S) 4 2
Ragu-ragu (R) 3 3
Tidak Setuju (TS) 2 4
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5
3. Pedoman Observasi
Pedoman observasi yang dimaksudkan untuk melihat kemampuan
perspektif global dari setiap pertemuan dan untuk melihat keefektifan
DITA DESTIANA, 2015 PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PERSPEKTIF GLOBAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
51
penggunaan model Problem Based Learning pada proses pembelajaran di
kelas. Berikut pedoman penskoran hasil observasi.
Tabel 3.11 Pedoman Penskoran Hasil Observasi
Aspek Skor Kriteria
Jawaban
Memahami
masalah global
1 Tidak baik, jika semua anggota
kelompok tidak memahami kasus-
kasus atau isu-isu global yang
dikemukakan
2 Cukup baik, jika 20% dari
anggota kelompok memahami
kasus-kasus atau isu-isu global
yang dikemukakan
3 Baik, jika 50% dari anggota
kelompok memahami kasus-kasus
atau isu-isu global yang
dikemukakan
4 Sangat baik, jika > 50% dari
anggota kelompok memahami
kasus-kasus atau isu-isu global
yang dikemukakan
Memahami
keadaan Sumber
Daya Alam
1 Tidak baik, jika semua anggota
kelompok tidak mengetahui
masalah penipisan SDA
2 Cukup baik, jika 20% dari
anggota kelompok mengetahui
masalah penipisan SDA
3 Baik, jika 50% dari anggota
kelompok mengetahui masalah
penipisan SDA
4 Sangat baik, jika > 50% dari
anggota kelompok mengetahui
masalah penipisan SDA
Mengenal Budaya
Antar Daerah
1 Tidak baik, jika semua anggota
kelompok tidak mengenal budaya
antar daerah
2 Cukup baik, jika 20% dari
anggota kelompok mengenal
budaya antar daerah
3 Baik, jika 50% dari anggota
kelompok mengenal budaya antar
daerah
4 Sangat baik, jika > 50% dari
anggota kelompok mengenal
budaya antar daerah
DITA DESTIANA, 2015 PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PERSPEKTIF GLOBAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
52
Lanjutan Tabel 3.11 Pedoman Penskoran Hasil Observasi
Mengenal Budaya
Antar Daerah
1 Tidak baik, jika semua anggota
kelompok tidak mengenal budaya
antar daerah
2 Cukup baik, jika 20% dari
anggota kelompok mengenal
budaya antar daerah
3 Baik, jika 50% dari anggota
kelompok mengenal budaya antar
daerah
4 Sangat baik, jika > 50% dari
anggota kelompok mengenal
budaya antar daerah
Mengetahui
perubahan yang
diharapkan dalam
pembangunan
ekonomi
1 Tidak baik, jika semua anggota
kelompok tidak mengetahui
kasus-kasus atau isu-isu yang
dikemukakan
2 Cukup baik, jika 20% dari
anggota kelompok mengetahui
kasus-kasus atau isu-isu yang
dikemukakan
3 Baik, jika 50% dari anggota
kelompok mengetahui kasus-
kasus atau isu-isu yang
dikemukakan
4 Sangat baik, jika > 50% dari
anggota kelompok mengetahui
kasus-kasus atau isu-isu yang
dikemukakan
Menentukan sikap
dalam menjaga
kelestarian
lingkungan
1 Tidak baik, jika semua anggota
kelompok tidak dapat menentukan
sikap dalam menjaga kelestarian
lingkungan
2 Cukup baik, jika 20% dari
anggota kelompok dapat
menentukan sikap dalam menjaga
kelestarian lingkungan
3 Baik, jika 50% dari anggota
kelompok dapat menentukan
sikap dalam menjaga kelestarian
lingkungan
4 Sangat baik, jika > 50% dari
anggota kelompok dapat
menentukan sikap dalam menjaga
kelestarian lingkungan
DITA DESTIANA, 2015 PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PERSPEKTIF GLOBAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
53
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan
dan tahap pengolahan dan analisis data. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan
a) Pada tahap ini, peneliti melakukan studi pendahuluan yang meliputi
studi literatur terhadap jurnal, buku, artikel, penelitian terdahulu, dan
observasi ke lapangan, dan wawancara dengan beberapa guru. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi pada kegiatan
pembelajaran. Materi pada penelitian ini adalah “Peranan Indonesia di
Era Globalisasi”.
b) Selanjutnya menentukan permasalahan yang akan diteliti yaitu berupa
perbedaan peningkatan kelas yang didesain dengan menggunakan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan kelas tidak
didesain dengan menggunakan model PBL.
c) Hasil dari identifikasi masalah dilanjutkan dengan studi kepustakaan
atau sumber rujukan berupa buku atau sumber lain yang membahas
tentang model PBL. Kemudian studi lapangan untuk mengetahui proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
d) Selanjutnya menentukan subjek penelitian. Penelitian ini akan
dilaksanakan pada siswa kelas VI di SD Negeri Bantarjati 9 Kota
Bogor.
e) Memberikan arahan dan pelatihan kepada guru kelas VI di kelas
eksperimen tentang pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan
model Problem Based Learning (PBL).
f) Bersama dengan guru menyusun instrumen penelitian berupa RPP yang
didesain dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL)
dan instrumen tes (tes tulis).
g) Pengujian instrumen yang bertujuan dengan validitas dan dapat
dipertanggungjawabkan.
h) Analisis hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen.
i) Hasil uji coba instrumen setelah perbaikan kemudian disahkan untuk
digunakan dalam proses penelitian.
DITA DESTIANA, 2015 PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PERSPEKTIF GLOBAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
54
2. Tahap Pelaksanaan
a) Pelaksanaan pre test untuk mengetahui kemampuan awal siswa
sebelum ada perlakuan.
b) Pelaksanaan perlakuan oleh guru dengan penggunaan model PBL dan
pembelajaran tanpa penggunaan model PBL.
c) Observasi kelas tentang pelaksanaan pembelajaran pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
d) Post test untuk mengetahui kemampuan perspektif global siswa pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
e) Wawancara dengan guru di kelas eksperimen untuk mengetahui
pendapatnya mengenai penggunaan strategi pembelajaran PBL.
3. Tahap Pengelolaan dan Analisis Data
a) Pengolahan skor tes awal dan tes akhir data kemampuan perspektif
global.
b) Analisis data kuantitatif dengan uji-t terhadap rata-rata skor pre test dan
post test.
c) Analisis observasi dan tes tulis.
G. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapat data yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan
yang berkaitan dengan penelitian, maka diperlukan teknik pengumpulan
data yang sesuai dengan tujuan penelitian.
a. Tes
Tes digunakan untuk mengetahui kemampuan perspektif
global siswa setelah melaksanakan pembelajaran IPS dengan
menggunakan model Problem Based Learning mencakup pre test
yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan perspektif global
siswa sebelum perlakuan, dan post test yang dilakukan untuk
mengetahui kemampuan perspektif global setelah mendapatkan
perlakuan.
DITA DESTIANA, 2015 PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PERSPEKTIF GLOBAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
55
b. Angket
Angket diberikan kepada siswa setelah siswa melaksanakan
pembelajaran IPS dengan menggunakan model Problem Based
Learning. Angket berisi tentang tanggapan siswa setelah
melaksanakan pembelajaran IPS dengan menggunakan model
Problem Based Learning.
c. Observasi
Menurut Sumaatmadja (1998: 105) observasi yang dilakukan
di lapangan pada umumnya dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu observasi terkontrol dan observasi tidak terkontrol. Dalam
penelitian ini observasi yang digunakan yaitu observasi terkontrol,
sehingga pada saat melakukan observasi, sudah ditentukan hal-hal
apa saja yang akan diobservasi.
Sugiyono (2009: 203) menyatakan bahwa teknik
pengumpulan data dengan observasi digunakan bila berkenaan
dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila
responden yang diamati tidak terlalu besar.
2. Teknik Analisis Data
Data yang telah terkumpul kemudian diolah untuk menjawab
permasalahan yang ada dalam penelitian. Untuk mempermudah dalam
pengolahan data peneliti menggunakan program SPSS versi 20. Adapun
prosedur untuk pengolahan datanya sebagai berikut:
a. Analisis Data Tes Awal (Pre test)
1) Menguji normalitas distribusi dari kelas eksperimen dan kelas
kontrol dengan mengunakan uji Shapiro-Wilk. Jika signifikansi atau
nilai probabilitas > 0,05, maka distribusi adalah distribusi normal
dan jika signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusi
tidak normal (Santoso, 2010: 169).
2) Menguji homogenitas varians dari kelas eksperimen dan kelas
kontrol dengan mengunakan uji levene. Jika signifikansi atau nilai
probabilitas > 0,05, maka data berasal dari populasi-populasi yang
DITA DESTIANA, 2015 PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PERSPEKTIF GLOBAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
56
mempunyai varians yang sama. Jika signifikansi atau nilai
probabilitas < 0,05 maka data berasal dari populasi-populasi yang
mempunyai varians tidak sama (Santoso, 2010: 196).
3) Melakukan uji kesamaan dua rerata (Uji-t)
Hipotesis tersebut dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik (uji
dua pihak) sebagai berikut:
Keterangan:
:0H Kemampuan perspektif global siswa pada tes awal tidak
berbeda secara signifikan.
:1H Kemampuan perspektif global siswa pada tes awal berbeda
secara signifikan.
Dengan kriteria uji diterima 0H ,jika probabilitas > 0,05
sebaliknya jika probabilitas < 0,05 maka 0H ditolak (Santoso, 2010:
245).
b. Analisis Data Tes Akhir (Post test)
1) Menguji normalitas distribusi dari kelas eksperimen dan kelas
kontrol dengan mengunakan uji Shapiro-Wilk. Jika signifiansi atau
nilai probabilitas > 0,05, maka distribusi adalah normal dan jika
signifikasi atau probabilitas < 0,05 maka distribusi tidak normal
(Santoso, 2010: 169).
2) Menguji homogenitas varians dari kelas eksperimen dan kelas
kontrol dengan mengunakan uji levene. Jika signifikansi atau nilai
probabilitas > 0,05, maka data berasal dari populasi-populasi yang
mempunyai varians yang sama. Jika signifikansi atau nilai
probabilitas < 0,05 maka data berasal dari populasi-populasi yang
mempunyai varians tidak sama (Santoso, 2010: 196).
3) Melakukan uji kesamaan dua rerata (Uji-t)
Hipotesis tersebut dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik (uji
dua pihak) sebagai berikut:
DITA DESTIANA, 2015 PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PERSPEKTIF GLOBAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
57
Keterangan :
:0H Kemampuan perspektif global pada tes akhir tidak berbeda
secara signifikan.
:1H Kemampuan perspektif global pada tes akhir berbeda secara
signifikan.
Dengan kriteria uji diterima 0H , jika probabilitas > 0,05
sebaliknya jika probabilitas < 0,05 maka 0H ditolak (Santoso, 2010:
245).
4) Uji N Gain
Uji N gain dilakukan untuk melihat besarnya peningkatan
kemampuan perspektif global sebelum diberikan perlakuan dan
sesudah diberikan perlakuan, baik di kelas yang melakukan
pembelajaran IPS dengan menggunakan model Problem Based
Learning (kelas eksperimen) maupun di kelas yang melakukan
pembelajaran IPS menggunakan metode ceramah (kelas kontrol).
Tinggi rendahnya N gain yang dinormalisasi (N gain) dapat
diklasifikasikan sebagai berikut: (1) jika g ≥ 0,7, maka N gain yang
dihasilkan termasuk kategori tinggi; (2) jika 0,7 > g ≥ 0,3, maka N-
gain yang dihasilkan termasuk kategori sedang, dan (3) jika g < 0,3
maka N-gain yang dihasilkan termasuk kategori rendah. Uji N gain
dilakukan dengan bantuan microsoft excell dengan rumus sebagai
berikut:
c. Analisis Data Angket
Kelas eksperimen diberikan angket untuk mengetahui respon
siswa terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan model
Problem Based Learning (PBL). Data angket yang terkumpul, dihitung
dan dicari persentase dari masing-masing pernyataan. Seperti dijelaskan
(Nilai post test – nilai pre test)
(skor maksimum-nilai pre test)
DITA DESTIANA, 2015 PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PERSPEKTIF GLOBAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
58
sebelumnya, bahwa alternatif jawaban pada angket dalam penelitian ini
menggunakan skala likert.
Teknik pengolahan data angket yaitu dengan menghitung
persentase setiap jawaban dari pernyataan dengan rumus sebagai
berikut:
Keterangan:
p = persentase jawaban
f = frekuensi jawaban
n = banyaknya responden
d. Analisis Hasil Observasi
Analisis hasil observasi dimaksudkan untuk mengamati secara
sistematik kemampuan perspektif global dalam setiap pertemuan pada
penerapan model Problem Based Learning.
Penskoran dilakukan dengan menggunakan skala 1 – 4. Skor
seluruh kelompok ditentukan dengan menghitung jumlah skor yang
didapat oleh setiap kelompok yang sudah ditentukan pada format
lembar observasi.
p =
x 100%
Top Related