19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Cadangan Devisa
2.1.1 Pengertian Cadangan Devisa
Cadangan devisa merupakan sejumlah valuta asing yang disediakan oleh
bank sentral disimpan dalam mempersiapkan berbagai transaksi luar negeri.
Cadangan devisa bermanfaat dalam pembayaran perdagangan luar negeri,
pembiayaan pembangunan negara, dan upaya menghindari krisis ekonomi yang
mungkin terjadi di negara tersebut (Gandhi, 2006). Salvator berpendapat bahwa
cadangan devisa adalah aset negara yang dapat digunakan untuk transaksi luar
negeri bagi kebutuhan negara (Salvatore, 1996). Adapun Tambunan berpendapat
bahwa tingkat cadangan devisa sangat bergantung oleh neraca pembayaran yang
atau penjumlahan saldo transaksi berjalan dengan saldo neraca modal
(Tambunan, 2001).
International Monetary Fund (IMF) mengemukakan bahwa cadangan
devisa adalah semua aset yang dikuasi Bank Indonesia yang dapat dimanfaatkan
kapanpun saat dibutuhkan untuk membiayai ketidakseimbangan neraca
pembayaran, dalam rangka menjaga stabilitas moneter dengan melakukan
intervensi di pasar valas. Simpanan dana itu dapat tersedia dalam berbagai jenis
mata uang, seperti euro, poundsterling, dollar, yen, atau mata uang lain
(Gandhi, 2006).
Rumus cadangan devisa bisa ditulis seperti :
Cdvt = (Cdvt1 + Tbt + Tmt)……………………………........ (2.1)
20
Dimana:
Cdvt = cadangan devisa pada tahun tertentu
Cdvt1 = cadangan devisa pada tahun sebelumnya
Tbt = transaksi berjalan
Tmt = transaksi modal
Cadangan devisa mempunyai peran yang penting dalam melakukan
aktifitas perdagangan luar negeri suatu negara, apabila tanpa cadangan devisa
yang tinggi maka perekonomian negara akan terhambat (Aditya, Wirawan,
2015). Cadangan devisa yang meningkat menandakan keadaan ekonomi negara
itu juga sangat baik, karena negara tersebut dapat membeli banyak barang dan
jasa artinya memiliki kemampuan untuk membeli lebih banyak barang dan jasa
(Curatman, 2010).
2.1.2 Komponen Cadangan Devisa
Komponen-komponen dalam cadangan devisa sebagai berikut (Gandhi, 2006) :
1) Emas Moneter (Monetary Gold)
Emas moneter didefinisikan sebagai kumpulan emas berbentuk batang
yang pegang oleh otoritas moneter. Emas moneter sudah memenuhi syarat-
syarat internasional tertentu dan dapat menjadi mata uang emas baik di luar
negeri dan di dalam negeri
2) Special Drawing Rights (SDR)
SDR merupakan pendapatan negara yang bersumber dari IMF untuk
negara-negara anggota. SDR dapat mendukung peningkatan ataupun
21
penurunan cadangan devisa negara anggota. SDR ini berperan dalam
membantu likuiditas internasional.
3) Reserve Position in the Fund (RPF)
RPF juga menjadi di bagian dari cadangan devisa negara didalam
rekening IMF dan menunjukkan tagihan hutang suatu negara beserta
kekayaan yang dimilikinya kepada IMF setelah terjadinya transaksi antar
anggota. Negara anggota juga dapat menarik jumlah reserve tranche
purchases sesuai dengan perjanjian hutang yang sudah disepakati.
4) Valuta Asing (Foreign Exchange)
Valas terdiri atas uang kertas asing dan simpanan, surat berharga dan
derivatif keuangan.
5) Tagihan Lainnya
Tagihan yang tidak termasuk kedalam 4 kelompok di atas.
2.1.3 Teori Cadangan Devisa
a. Teori Merkantilisme
Teori ini menunjukkan apabila suatu negara tersebut ingin maju artinya
negara tersebut harus melakukan kegiatan perdagangan internasional.
Dengan begitu, negara memperoleh surplus perdagangan yang berbentuk
perak dan emas yang bisa menjadi sumber kemakmuran negara (Basuki,
Prawoto, 2014).
Prinsip Teori merkantilisme (Untoro, 2010) :
1) Mendapatkan logam mulia sebanyak-banyaknya
2) Mengaktifkan neraca perdagangan
22
3) Memonopoli perdagangan
4) Melakukan perluasan koloni
5) Melakukan pembatasan impor serta peningkatan ekspor
b. Teori Keunggulan Mutlak (Adam Smith)
Teori ini menjelaskan bahwa suatu negara akan melakukan kegiatan
ekspor barang tertentu. Negara yang memiliki keunggukan mutlak,
mengimpor jenis barang yang tidak memiliki keunggulan mutlak
dibandingkan negara lain yang memproduksi barang tersebut, maka dari
itu, suatu negara akan melakukan ekspor atau impor suatu jenis barang
tertentu apabila negara tersebut mampu atau tidak mampu berproduksi
lebih atau lebih murah dibandingkan negara lain (Arifin, Wagiana, 2009).
Prinsip teori keunggulan mutlak sebagai berikut (Permatasari, 2018) :
Ada tiga teori mengenai keunggulan mutlak (Permatasari, 2018).
1) Mampu melakukan pengembangan produksi dengan cara berdagang
2) Mempunyai keunggulan dalam bidang teknologi dan iptek
3) Dapat memfokuskan negara kepada suatu bidang yang unggul
dibandingkan negara lain
c. Teori Keunggulan Komparatif (David Ricardo)
Teori ini menjelaskan bahwa suatu negara akan mengutamakan
kegiatan ekspor barang tertentu, apabila negara tersebut memiliki
keunggulan komparatif terbesar dan akan mengutamakan kegiatan impor
barang apabila negara tersebut tidak memiliki keunggulan komparatif.
Oleh sebab itu, suatu negara akan melakukan ekspor barang, apabila
23
barang tersebut dapat diproduksi dengan biaya rendah dan akan
melakukan kegiatan impor barang apabila barang diproduksi di dalam
negeri dengan biaya yang lebih tinggi. (Arifin, Wagiana, 2009).
d. Teori Faktor Produksi (Hecksher & Ohlin)
Teori ini menjelaskan bahwa komoditas dalam produksi memerlukan
banyak faktor produksi dan faktor produksi yang langka diekspor untuk di
tukar dengan komoditas yang membutuhkan faktor produksi dalam jumlah
yang sebaliknya. Hal ini secara tidak langsung, apabila terdapat banyak faktor
produksi maka akan diekspor dan yang langka akan diimpor. Suatu negara
akan lebih banyak mengekspor barang yang menggunakan faktor produksi
relatif banyak di negara tersebut dan akan mengimpor barang yang
menggunakan faktor produksi yang relatif langka. (Arifin, Wagiana, 2009).
2.2 Perdagangan Internasional
2.2.1 Pengertian Perdagangan Internasional
Menurut Boediono (1998), perdagangan internasional ialah perdagangan
yang dilaksanakan oleh negara atau pemerintah dengan beberapa negara lain
dalam menjalani suatu hubungan perdagangan dengan kesepakatan bersama
dan memberi beberapa manfaat tambahan yang dikenal dengan istilah gains
from trade. Perdagangan internasional dapat dilakukan antar individu dengan
individu, antar individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu
negara dengan pemerintah negara lain (Setiawan, Lestari, 2011). Suatu negara
melakukan aktifitas perdagangan dengan negara lain karena terbukanya
hubungan antar negara yang akan memperoleh keuntungan dari aktifitas
24
tersebut, sehingga setiap negara berusaha untuk melakukan efisiensi produksi
yang mampu menciptakan keunggulan komparatif terhadap negara lain. Pola
hubungan persahabatan antar negara dengan negara lain juga menjadi
pendorong terjadinya perdagangan intemasional dengan pola perdagangan tertentu
(Tambunan, 2000).
Ada empat alasan terjadinya perdagangan internasional (Halwani, 2005) :
1. Potensi SDA antarnegara yang berbeda-beda
2. Adanya sumber daya modal
3. Adanya sumber daya manusia
4. Majunya teknologi dan informasi
2.2.2 Teori Perdagangan Internasional
1. Teori Kaum Merkantilisme
Merkantilisme adalah teori ekonomi yang menyatakan bahwa
kesejahteraan dan kekayaan suatu negara hanya ditentukan oleh
banyaknya asset atau modal yang disimpan oleh negara yang
bersangkutan. Secara tidak langsung teori ini menyatakan bahwa besarnya
volume perdagangan global memegang peranan sangat penting. Menurut
kaum merkantilis, untuk mengembangkan ekonomi nasional dan
pembangunan ekonomi, jumlah ekspor harus lebih besar dari jumlah
impor. Setiap negara harus melakukan kebijakan 1) pemupukan logam
mulia dan 2) menciptakan neraca perdagangan aktif (Ekspor > Impor).
25
2. Teori Keunggulan Absolut (Absolut Advantage)
Teori ini disampaikan oleh Adam Smith (1776) yang berpendapat
bahwa perdagangan bebas sebagai suatu kebijakan yang paling baik untuk
negara didunia. Suatu negara akan mengekspor barang apabila barang di
negera tersebuut mempunyai keunggulan absolut atas negara lain.
Sebaliknya, negara itu itu akan melakukan impor apabila mengalami
kerugian absolut untuk menghasilkan suatu barang (Salvatore, 1997).
3. Teori Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage)
Menurut David Ricardo, teori keunggulan komparatif menekankan
bahwa perdagangan internasional dapat saling menguntungkan jika suatu
negara tidak memiliki keunggulan absolut atas suatu barang, tetapi
memiliki keunggulan komparatif artinya harga barang di suatu negara
relatif berbeda (Salvatore,1996). Dengan begitu, tiap negara dapat saling
bekerja sama untuk mengurangi tingkat kerugian atas produksi suatu
barang. Suatu negara dapat menghasilkan produk lalu mengekspornya
karena adanya kerugian absolut yang lebih kecil dibandingkan negara lain.
Negara tersebut juga dapat melakukan impor barang ketika negara itu
memiliki kerugian absolut yang lebih besar dibandingkan negara lain
(Salvatore, 1996).
4. Teori David Hume
Teori ini menunjukkan suatu mekanisme tanpa pemerintah dalam
mengatur perdagangan internasional. David Hume menyatakan bahwa
pemerintah tidak perlu mengatur perdagangan internasional, karena secara
26
otomatis dengan mekanisme aliran emas, neraca perdagangan
internasional akan seimbang kembali. Hume menjelaskan jika suatu negara
surplus neraca pembayaran, maka akan terjadi aliran emas masuk yang
menyebabkan jumlah uang beredar bertambah. Jadi, menurut teori David
Hume, jika suatu negara surplus neraca perdagangan (ekspor > impor),
maka akan terjadi aliran emas masuk yang menyebabkan jumlah uang
beredar bertambah, yang artinya akan meningkatkan cadangan devisa.
5. Teori Modern
Teori modern adalah suatu teori perdagangan internasional yang
terjadi ketika suatu negara memproduksi dan mengekspor komoditi yang
berlimpah di negara itu dan melakukan impor untuk komoditi yang langka.
Tokoh ternama yang mengembangkan teori ini adalah Eli Hecksecher dan
Bertil Ohlin (Arifin, 2009). Teori klasik dan teori modern mempunyai
masing-masing kelemahan dalam sudut pandang tertentu. Salah satu
kelemahannya adalah menganggap semua pekerja bersifat homogen.
Padahal, setiap pekerja mempunyai latar belakang pendidikan dan keahlian
yang tidak sama (Arifin, 2009).
2.3 Neraca Pembayaran
2.3.1 Pengertian Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran merupakan jenis catatan keuangan yang dibuat secara
sistematis untuk mengatur transaksi ekonomi suatu negara. Perdagangan
internasional tersebut meliputi transaksi barang dan jasa dan aktivitas moneter
lainnya antar warga negara dalam negeri kepada warga negara luar negeri dalam
27
kurun waktu tertentu. (Hady, 2009). Ada dua jenis neraca pembayaran, yaitu
transaksi berjalan dan rekening modal. Kedua jenis tersebut dibagi kembali ke
dalam sisi kredit dan sisi debit. Sisi kredit adalah tempat pencatatan transaksi
bagian penerimaan pembayaran. Adapun Sisi debit adalah tempat pencatatan
transaksi bagian kewajiban pembayaran (Sugiyono, 2002).
2.3.2 Struktur Dasar Neraca Pembayaran :
Struktur neraca pembayaran terdiri atas dua jenis, yaitu transaksi berjalan
dan transaksi modal.
Neraca pembayaran terdiri dari :
a. Rekening Transaksi berjalan (current account)
Pada rekening transaksi berjalan, catatan pembayaran yang mencatat
semua transaksi barang dan jasa, serta seluruh jenis pembayaran. Transaksi
berjalan ini merupakan rekening yang mencatat nominal bersih dari sisi
kredit dan sisi debit. Apabila suatu negara terlalu banyak melakukan impor
dibandingkan ekspor, transaksi berjalan negara tersebut menjadi defisit.
Begitu pula dengan negara yang terlalu banyak ekspor dibandingkan
impor, transaksi berjalan menjadi surplus. Barang-barang yang dapat
diekspor dalam pencatatan transaksi berjalan ialah barang yang fisiknya
bisa dilihat, seperti tanah, kayu, tembakau, minyak, karet, dan sumber daya
alam lainnya. Pendapatan negara yang didapat dari ekspor SDA
dimasukkan ke dalam transaksi kredit karena negara mendapatkan
keuntungan atas penjualan tersebut. Begitu pula dengan kegiatan impor
yang dimasukkan ke dalam transaksi debit akibat dari kewajiban negara
28
untuk membayar. Transaksi debit menyebabkan aliran dana menuju keluar
negeri, sedangkan transaksi kredit menyebabkan aliran dana masuk ke
dalam negeri (Kuncoro, 2009).
Rekening transaksi berjalan dikelompokkan ke dalam tiga jenis, yaitu
(Kuncoro, 2009) :
1. Neraca Perdagangan (balance of trade),
Neraca yang mencatat perbedaan nominal ekspor dan impor pada
perdagangan internasional.
2. Neraca Jasa (services balance)
Mencatat semua kegiatan ekspor dan impor termasuk pembayaran
bunga dan dividen, turis, dan militer.
3. Neraca Transfer Unilateral (unilateral transfers balance)
Mencatat hibah dari bantuan individu ataupun pemerintah. Hibah juga
dapat berasal dari dana militer dan sumber luar negeri. Pemasukan
dana dikategorikan kredit (+) dan penggunaan dana dikategorikan
debit (-).
b. Rekening Transaksi Modal (capital account)
Rekening transaksi modal menjadi bentuk dari aliran modal finansial
dan bagian dari neraca pembayaran. Rekening transaksi modal dimiliki
oleh suatu negara baik dalam jangka panjang seperti kegiatan penanaman
modal asing dan pembelian surat berharga serta kekayaan dalam jangka
pendek seurat berharga dengan waktu kurang dari setahun. Rekening ini
29
menjadi alat ukur adanya penjualan atau pembelian aset internasional
(Ekananda, 2014).
Transaksi rekening modal diklasifikasikan berikut (Kuncoro, 2009) :
1. Investasi Portofolio
Investasi portofolio bersifat jangka panjang dengan bentuk transaksi
atas asset keuangan, seperti obligasi dan saham.
2. Investasi modal lain
Transaksi yang melibatkan asset keuangan jangka pendek.
3. Investasi Asing Langsung (Direct Foreign Investment)
Investasi yang bertujuan melakukan pembangunan pabrik baru.
c. Rekening Cadangan (Reserve Account)
Rekening Cadangan (Reserve Account) dapat berbentuk cadangan uang,
emas, SDR, dan cadangan di IMF. Rekening cadangan ini dapat
dimanfaatkan untuk pembiayaan kegiatan impor dan penerbitan utang luar
negeri agar mendapat devisa.
d. Selisih Perhitungan (Error and Omission)
Selisih antara akun cadangan (reserve account) dengan saldo devisa dalam
monetary account yang dicatat oleh Bank Sentral.
2.3.3 Tujuan Neraca Pembayaran
Statistik neraca pembayaran diperlukan dalam perhitungan pendapatan
nasional mengingat salah satu variabel pendapatan nasional adalah nilai ekspor
impor barang dan jasa yang tercatat dalam neraca pembayaran (Sugiyono, 2002).
30
Secara lengkap, berikut rincian neraca tersebut.
a. Mengetahui tentang peran sektor internasional dalam perekonomian.
b. Memberikan informasi tentang aliran dana antarnegara.
c. Mengetahui tentang struktur perdagangan negara.
d. Mengetahui tentang pinjaman luar negeri dan cadangan devisa negara
e. Berfungsi sebagai sumber untuk menyusun sistem pendapatan negara.
2.3.4 Konsep Keseimbangan Neraca Pembayaran
Konsep keseimbangan neraca pembayaran meliputi (Sugiyono, 2002) :
1. Keseimbangan Perdagangan (Trade Balance)
Transaksi yang termasuk dalam autonomus transaction adalah transaksi
yang mengakibatkan surplus atau defisit yang hanya transaksi yang
berupa ekspor dan impor barang, sehingga neraca pembayaran diukur
dengan besarnya surplus atau defisit dari kedua transaksi tersebut.
2. Keseimbangan Transaksi Berjalan (Current Account Balance)
Dalam menentukan surplus atau defisit pada autonomous transaction
selain dihitung untuk ekspor dan impor juga dihitung untuk jasa,
termasuk pendapatan (income) dan transfer.
3. Basic Balance
Pada konsep ini autonomous transaction mencakup beberapa transaksi
berjalan, serta komponen dalam transaksi modal dan keuangan jangka
panjang.
31
2.4 Ekspor
2.4.1 Pengertian Ekpor
Sistem perekonomian terbuka ditandai dengan adanya kegiatan melakukan
ekspor dan impor dengan negara lain di dunia. Ekspor adalah kegiatan
perdagangan antar negara dengan cara mengirim dan menjual barang atau jasa ke
luar negeri atau dengan cara mengeluarkan barang dari dalam negeri keluar
negeri dengan memenuhi ketentuan atau syarat yang berlaku. Kegiatan ekspor
meliputi total barang dan jasa yang dijual oleh satu negara ke negara lain,
termasuk di dalamnya barang, asuransi, dan jasa pada tahun tertentu (Meier, 1996
dan Sukirno, 2010).
Menurut Tan, ekspor ialah suatu kegiatan yang mempergadagangkan
produk antar negara (Tan, 2009), maka dari itu kegiatan ekspor mampu
menghasilkan aliran barang ke luar negeri yang memberikan kuntungan berupa
aliran pendapatan dalam bentuk devisa yang akan masuk ke dalam negeri (Karya,
2016). Kegiatan ekspor dilakukan dengan persetujuan masing - masing pihak
negara, baik dari perusahaan maupun pemerintah. Pada perekonomian terbuka,
sebagian dari output dijual di dalam negeri dan sebagian lagi diekspor ke luar
negeri. Hal ini terlihat dari pengeluaran output di atas pada perekonomian terbuka
Y yang terdiri dari empat komponen (Mankiw, 2006):
1. Cd, konsumsi barang dan jasa domestik.
2. Id, investasi barang dan jasa domestik.
3. Gd, pembelian pemerintah atas barang dan jasa domstik.
4. EX, ekspor barang dan jasa domestik.
32
Pembagian pengeluaran ouput terdiri dari empat komponen ini ditunjukkan
dengan identitas Y = Cd + Id + Gd + EX. Jumlah dari tiga komponen pertama,
Cd + Id + Gd, adalah untuk barang dan jasa dalam negeri. Komponen keempat,
EX, adalah pengeluaran luar negeri untuk barang-barang dari dalam negeri.
Ada beberapa tujuan utama ekspor (Sutedi, 2014), yaitu:
a. Menghasilkan keuntungan melalui perluasan pasar.
b. Memperluas pasar dalam negeri melalui pendirian pasar baru di luar
negeri.
c. Menggunakan kapasitas yang berlebih untuk memperoleh keuntungan.
d. Menciptakan persaingan ekonomi di luar negeri.
Ekspor memiliki peranan yang utama dalam membangun suatu negara
berkembang seperti Indonesia, karena dengan melakukan kegiatan ekspor akan
memperoleh keuntungan berupa valas atau devisa yang mana akan membuat
cadangan devisa negara akan meningkat. Ekspor juga menunjukkan kekuatan
perekonomian negara (Sayoga, Tan, 2017). Kegiatan ekspor ini melibatkan dua
negara yang mana negara tersebut akan memberikan keuntungan dalam
meningkatkan permintaan barang atau jasa dari dalam negeri yang mampu
menghasilkan perusahaan-perusahaan besar, untuk mendorong pertumbuhan
perdagangan internasional agar mampu bersaing dengan negara lainnya
(Kuswantoro, 2017).
Transaki dari kegiatan ekspor yang menggunakan mata uang asing akan
menjadi devisa negara tersebut sehingga ekspor berbanding lurus dengan kas
devisa suatu negara (Kuswantoro, 2017). Indonesia memiliki banyak sumber
33
daya alam, maka dari itu pemerintah dan masyarakat dapat berperan serta guna
mengupayakan melindungi dan memanfaatkan sumber daya alam dengan
sebaik-baiknya. Sehingga kekayaan SDA Indonesia dapat menjadi sumber
pemasukan devisa melalui kegiatan ekspor (Prathama R. 2004).
2.4.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor
Faktor - faktor yang menentukan tingkat ekspor suatu negara (Sukirno, 2006) :
1. Daya Saing dan Kondisi Ekonomi Negara Lain
Persaingan di perdangan internasional berpengaruh besar pada
kemampuan negara tersebut menjual barang-barang ekspor. Jumlah
penduduk di negara tujuan ekspor juga mempengaruhi jumlah besar
kecilnya pasar barang di negara tujuan.
2. Perlindungan Negara Lain
Negara-negara yang melindungi jenis barang tertentu dapat menurunkan
jumlah ekspor suatu negara pemasok.
3. Valuta Asing
Kenaikan mata uang negara pengimpor terhadap mata uang negara
pengekspor akan berdampak pada peningkatan daya beli negara
pengimpor.
2.5 Impor
2.5.1 Pengertian Impor
Impor dapat terjadi ketika suatu negara mengalami kekurangan produksi
bahan baku sehingga membutuhkan pasokan dari negara luar, alat pembayaran
yang digunakan dalam proses impor adalah mata uang asing yang didapat dari
34
cadangan devisa (Setiawina, 2016). Produk yang diimpor umumya adalah barang
yang tidak dapat diproduksi atau sudah dapat diproduksi di dalam negeri tetapi
belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Berdasarkan penjabaran, maka
impor adalah proses memasukkan barang atau jasa ke pasar suatu negara dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi atau barang modal (Benny, 2013).
Kegiatan ini terdapat pelaku pertukaran barang dan jasa disebut sebagai importir.
Faktor-faktor pendorong kegiatan impor meliputi 1. kualitas sumber daya manusia
dan teknologi terbatas, 2. terbatasnya barang atau jasa yang diproduksi, serta 3.
terdapat barang yang belum terpenuhi (Aditya, Wirawan, 2015).
Saat melakukan transaksi impor, terdapat proses pembelian dan adanya
pembayaran yang sah berupa mata uang asing yang berasal dari devisa negara
tersebut (Sonia, Setiawina, 2016). Kemampuan memproduksi barang yang mampu
bersaing dengan barang luar negeri dapat menentukan nilai impor, artinya nilai
impor bergantung pada tingkat pendapatan nasional suatu negara. Semakin tinggi
nilai pendapatan nasional berarti semakin rendah kemampuan suatu negara dalam
memproduksi barang tertentu, begitu juga sebaliknya. Hal ini mampu membuat
kebocoran pada pendapatan nasional yang akan terjadi defisit dalam neraca
pembayaran artinya nilai cadangan devisa ikut menurun (Juniantara, 2012). Pada
penelitian Agustina, Reny (2014) dalam melakukan aktivitas impor, pemerintah
Indonesia membiayai menggunakan cadangan devisa, jika nilai impor meningkat
maka cadangan devisa akan berkurang artinya menunjukkan bahwa terdapat
hubungan negatif antara impor dengan cadangan devisa (Agustina, Reny, 2014).
39
sebaliknya, apabila nilai tukar valuta mengalami depresiasi atau mata uang
asing menurun dan mata uang lokal meningkat, maka akan menurunkan
keinginan ekspor dikarenakan harga barang ekspor rendah. Hal ini akan
menyebabkan defisit pada Neraca Pembayaran Internasional yang
selanjutnya menurunkan posisi cadangan devisa suatu negara, oleh karena
itu dalam menurut teori ini, dengan asumsi ceteris paribus, hubungan antara
nilai tukar dengan cadangan devisa adalah negatif.
2. Teori Purchasing Power Parity (PPP)
Purchasing Power Parity (PPP) atau Paritas daya beli adalah sebuah
metode yang digunakan untuk menghitung sebuah alternatif nilai tukar antar
mata uang dari dua negara ditentukan oleh tenaga beli uang tersebut di
masing-masing negara. Purchasing Power Parity mengukur berapa banyak
sebuah mata uang dapat membeli dalam pengukuran internasional, karena
barang dan jasa memiliki harga berbeda di beberapa negara. Dasar teorinya
adalah perbandingan nilai tukar menggunakan tingkat harga di masing-
masing negara (Hady, 2009).
2.7 Utang Luar Negeri
2.7.1 Pengertian Utang Luar Negeri
Keadaan ekonomi negara dapat distabilkan melalui berbagai upaya, seperti
meminjam uang ke luar negeri (hutang). Hutang ialah pinjaman dana atau
penerimaan negara yang berbentuk devisa yang dikonversikan ke mata uang
negara peminjam. Pinjaman luar negeri harus dilunasi dengan kondisi tertentu
atau sumber pembiayaan negara yang berasal dari luar negeri, lembaga keuangan
40
internasional dalam bentuk devisa, barang atau jasa, jaminan harus dibayar
kembali sesuai kesepakatan (Rusniar, 2009). Suatu negara sangat membutuhkan
pinjaman luar negeri untuk menutupi kesenjangan antara target devisa dengan
hasil devisa yang diperoleh. Kesenjangan disebut dengan “foreign exchange gap”.
Utang luar negeri tersebut digunakan untuk menutupi defisit yang terjadi pada
transaksi berjalan. Kenaikan utang luar negeri yang terjadi di Indonesia
mengindikasikan bahwa perekonomian Indonesia masih bergantung pada sumber
dana luar negeri atau utang luar negeri (Asrianti, 2018).
Di Indonesia, hutang semakin meningkat dengan drastis sehingga
menyebabkan terjadinya krisis ekonomi, akibatnya Indonesia kembali melakukan
utang luar negeri yang baru agar dapat membayar utang yang lama. Pelunasan itu
harus segera dilakukan agar utang lama tidak jatuh tempo. Jumlah utang dan
bunga yang ditetapkan negara peminjam terus melilit negara yang berhutang dan
nominalnya bertambah tiap tahun. Hal itu membuat negara yang berhutang
mengalami kerugian besar untuk menyelesaikan bunga dan hutang-hutang lama.
(Todaro, 2000).
2.7.2 Jenis – Jenis Utang Luar Negeri
Utang luar negeri di negara berkembang dapat dibedakan menjadi tiga jenis
(Siregar, 2010) :
1. Pinjaman Resmi atau Official Development Fund (ODF)
Pinjaman resmi atau Official Development Fund (ODF) yaitu pinjaman
dengan persyaratan lunak dan resmi. Pinjaman ini diberikan dengan tujuan
membantu negara berkembang, yang disalurkan melalui lembaga
41
keuangan bilateral negara yang bersangkutan dan atau melalui lembaga
pembangunan multilateral dan bank, seperti Bank Dunia (World Bank),
Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Pembangunan Asia (ADB),
Bank Pembangunan Afrika (African Development Bank), dan Bank
Pembangunan Antar Amerika (Inter American Development Bank).
2. Kredit Ekspor
Kredit ekspor merupakan pinjaman semi resmi dengan persyaratan semi-
konsesi atau lunak. Kredit ekspor merupakan kredit yang digunakan
untuk membiayai kegiatan investasi dari modal kerja yang diberikan
dalam rupiah atau mata uang kepada seseorang atau negara pemasok.
Negara pengekspor memberikan kredit ini dengan suatu perjanjian atau
jaminan terentu dalam upaya meningkatkan produksi barang ekspor.
Secara umum, kredit ekspor disalurkan melalui bank ekspor dan impor
negara donor, seperti US Eximbank di Amerika Serikat, badan atau
lembaga pemerintah independen atau lembaga swasta yang ditunjuk oleh
pemerintah. Badan yang mengatur kebijakan pemberian kredit ekspor
berbeda dari satu negara ke negara lain. Jaminan dan persyaratan kredit
ekspor berbeda untuk pinjaman kepada sektor swasta dan pemerintah.
Penggunaan kredit ekspor terbatas pada pengadaan barang dan jasa di
negara donor dan negara lain seperti negara berkembang.
3. Pinjaman Swasta
Pinjaman swasta merupakan pinjaman yang berasal dari lembaga swasta
dan bank-bank atas dasar pertimbangan yang bersifat komersial dengan
42
tujuan untuk pembangunan negara-negara berkembang. Pinjaman swasta
juga dapat menunjang peningkatan ekspor bagi negara-negara industri,
serta pinjaman swasta dalam bentuk lain yaitu berupa obligasi.
2.7.3 Peran Utang Luar Negeri dalam Pembangunan
Pinjaman atau utang luar negeri dapat memberikan dampak positif
terhadap pembangunan suatu negera. Utang luar negeri dilakukan oleh suatu
pemerintah negara dalam menangani kekurangan sumber daya keuangan untuk
mengatasi suatu situasi perekonomian yang tidak menentu, sehingga dana tersebut
berfungsi untuk menjaga keseimbangan antara penerimaan dan pengeluaran.
Menurut Sukirno (2000) pinjaman yang berasal dari luar negeri mempunyai
beberapa sumbangan penting dalam mewujudkan kestabilan di suatu negara,
yaitu:
1. Utang Luar negeri merupakan suplemen (tambahan) kepada dana yang
tersedia di dalam negeri. Oleh sebab itu lebih banyak investasi yang
dilakukan pemerintah dan swasta yang dapat dilaksanakan.
2. Utang luar negeri menyebabkan pemerintah tidak bersaing dengan
pihak swasta dalam menggunakan dana yang dikumpulkan di dalam
negeri maka tidak terjadinya kenaikan suku bunga dan tidak akan
berkurangnya investasi dari pihak swasta.
3. Utang luar negeri memungkinkan percepatan dalam pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi jangka panjang.
4. Utang luar negeri adalah dana yang berbentuk mata uang asing, dengan
demikian bantuan luar negeri akan memperkuat kedudukan neraca
43
pembayaran dan lebih menstabilkan nilai mata uang domestik. Suku
bunganya lebih rendah dari yang berlaku di pasaran dan terdapat tenggang
waktu yang relatif lama sebelum mulai membayar cicilannya.
Berikut ini adalah kelemahan-kelemahan dari utang luar negeri (Sukirno, 2010).
1. Negara yang meminjam dana harus membayarkan biaya bunga peminjaman.
2. Utang luar negeri di masa lampau tetap harus dibayar melalui valuta asing.
Maka dari itu, negara harus menyisihkan devisa negara untuk membayar
pinjaman tersebut.
3. Kegiatan ekspor yang tidak berkembang akan meyebabkan negara
mengalami tekanan pada neraca pembayaran. Akibatnya, negara harus
membayar biaya bunga serta cicilan utang luar negeri, yang dapat
mempengaruhi nilai kurs valutas.
4. Ada banyak persyaratan yang harus dipenuhi oleh negara peminjam atas
syarat berhutang yang ditetapkan negara pemilik dana.
2.7.4 Teori Utang Luar Negeri
1. Teori Debt Overhang Effect
Debt Overhang terjadi pada kondisi jumlah hutang besar dan berpotensi
tidak mencukupi untuk melunasi hutang yang akan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi (Krugman, 1999). Teori ini menerengkan bahwa negara yang memiliki
jumlah hutang yang lebih besar baik secara eksternal maupun internal memiliki
kondisi lebih tinggi untuk mengalami default atau gagal bayar (Pattillo, 2002).
Utang mempunyai level yang optimal bagi suatu negara, hutang dapat
berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi negara hingga mencapai
44
batas tertentu, namun jika utangnya telah melebihi batas tersebut, akan
merugikan negara dan akan meningkatkan kemungkinan hutang yang
membengkak (Debt Overhang ) (Batiz, 1994)
2. Teori Two Gap Model
Teori two gap model didasari oleh adanya kesenjangan antara tabungan
dengan devisa. Kedua unsur itu menjadi kendala pada target pertumbuhan
ekonomi di negara berkembang. Ada beberapa alasan yang memunculkan teori
ini, salah satunya yaitu kebutuhan negara berkembang untuk meminjam atau
berutang dari negara lain. Dana dari pinjaman itu bertujuan untuk pembanguan
negara berkembang, baik pembangunan dalam negeri maupun luar negeri. Teori
ini juga sering disebut teori kesenjangan, yaitu antara investasi dan tabungan
serta kesenjangan antara impor dan ekspor. Chenery menilai bahwa bantuan
hutang dari luar negeri dapat menutupi kesenjangan yang terjadi (Jhingan,
2010). Utang luar negeri tersebut mewajibkan negara yang meminjam harus
memenuhi berbagai persyaratan yang ditetapkan, seperti permasalahan suku
bunga, tenggang pembayaran, waktu yang diberikan untuk melunasi utang dan
jangka waktu dimana pokok utang harus dibayar lunas kembali (Jhingan, 2010).
2.8 Foreign Direct Investment
2.8.1 Pengertian Foreign Direct Investment
Investasi meruapakan hal yang sangat penting bagi suatu negara karena
investasi dilakukan dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa
yang akan datang (Tandelilin, 2000). FDI diartikan sebagai sejumlah dana
penanaman modal dalam jangka panjang ke sebuah perusahaan di negar lain. FDI
45
adalah salah satu ciri dari sistem ekonomi yang mengglobal (Krugman, 2002).
Dalam investasi ini, pihak investor dilibatkan secara langsung dalam
melaksanakan operasional usahanya agar dinamika usaha yang menyangkut
tujuan perusahan tidak lepas dari kontribusi dari pihak yang bersangkutan atau
investor asing (Ambarsari, 2005).
Krugman (2009) menyatakan bahwa Foreign Direct Investment (FDI)
adalah arus modal internasional dimana perusahaan-perusahaan dari suatu negara
mendirikan atau memperluas perusahaannya di negara lain, oleh karena itu dalam
prosesnya tidak hanya melakukan transfer sumber daya, tetapi juga adanya
penegakan kontrol terhadap perusahaan-perusahaan yang berada di luar negeri.
Foreign Direct Investment adalah aliran modal internasional suatu negara untuk
mendirikan suatu perusahaan dan memperluas cabang perusahaan mereka ke
negara lain. Foreign Direct Investment tidak hanya terkait dengan masalah
transfer sumber daya saja, tetapi terkait juga dengan masalah pengendalian.
FDI bisa dikatakan sebagai greenfield yaitu dengan membuka pabrik
baru atau anak perusahaan baru di negara lain ataupun merger dengan perusahaan
asing yang sudah ada di negara lain (Krugman, Obsfeld, 2003). Investasi asing
memiliki banyak manfaat dalam pertumbuhan ekonomi negara. Investasi asing
dapat menjadi modal pembangunan dan memberi dampak baik untuk sektor
moneter. Investasi dapat meningkatkan cadangan devisa, dengan adanya investasi
maka akan memberikan dampak sebagai penambahan gap atau selisih devisa
melalui penambahan valas. Dengan cadangan devisa yang cukup diharapkan mata
uang suatu negara akan stabil. Untuk mendukung masuknya investasi pemerintah
46
menerapkan devisa bebas yang memudahkan penanaman modal dari investor
asing (Tambunan, 2007).
Menurut Feldstein (2000) aliran FDI memiliki beberapa keuntungan, yaitu :
1. Mobilitas modal secara global membatasi suatu kemampuan pemerintah
dalam menciptakan kebijakan yang tidak benar atau kurang tepat
diterapkan.
2. Dengan melakukan diversifikasi yang dilakukan melalui investasi, aliran
dari suatu modal akan dapat mengurangi resiko yang terjadi dari
kepemilikan modal.
3. Integrasi global pasar modal dinilai akan dapat memberikan spread terbaik
dalam pembentukan legalitas,corporate governance, dan accounting rules.
4. Secara garis besar mobilitas modal dapat membatasi kemampuan
pemerintah dalam menciptakan atau membuat kebijakan yang tidak
tepat.
Motif suatu negara melakukan investasi dalam bentuk FDI (Hilmar, 2004) :
1. Mendapatkan competitive advantage melalui direct control.
2. Memperoleh return yang lebih tinggi, pajak yang lebih menguntungkan
dan infrastruktur yang lebih baik.
3. Memanfaatkan berbagai insentif dalam bentuk subsidi oleh pemerintah
lokal untuk menekan investasi.
47
2.8.2 Jenis – jenis Investasi Asing
Jenis-jenis investasi asing digolongkan antara lain (Salvatore, 2014):
1. Investasi portofolio (portofolio investment)
Investasi portofolio Asing (Foreign Indirect Investment) adalah investasi
yang dilakukan melalui pasar modal dengan instrumen surat berharga
seperti saham dan obligasi. Investasi ini menyebabkan dana masuk ke
perusahaan yang menerbitkan surat berharga, namun belum tentu bisa
menciptakan kesempatan kerja atau lapangan kerja yang baru. Kalaupun
ada emiten setelah mendapat dana dari pasar modal, pasti digunakan untuk
mengembangkan usahanya atau membuka usaha baru. Tidak sedikit dari
dana yang masuk ke emiten hanya untuk memperkuat struktur permodalan
atau mungkin hanya untuk melunasi pinjaman bank. Selain itu, dalam
proses ini tidak terjadi alih teknologi atau alih keterampilan manajemen.
Pada penelitian ini yang dibahas tentang FDI karena memiliki pengaruh
yang lebih besar dalam jangka panjang dan dapat secara langsung
berkontribusi pada pembangunan negara berkembang seperti Indonesia.
2. Investasi langsung (direct investment)
Investasi langsung (FDI) adalah bentuk investasi dengan
membangun, membeli atau mengakuisisi perusahaan atau investasi pada
aset riil, atau investasi yang jelas wujudnya dan mudah dilihat. Investasi ini
dapat menghasilkan mafaat yang besar bagi masyarakat luas, berupa input
usaha, maupun ke depan, dalam bentuk output usaha yang merupakan input
bagi usaha lain. Investasi ini bersifat tetap serta jangka panjang, investasi
48
langsung memberikan kontribusi dalam penggunaan teknologi,
keterampilan manajemen, dan menciptakan lapangan kerja baru. Penting
untuk diperhatikan, lapangan kerja merupakan masalah yang cukup sulit
bagi pemerintah suatu negara untuk mengatasinya.
Investasi langsung ini memiliki peran yang sangat penting dalam
perekonomian suatu nagara, seperti Indonesia, karena selain sebagai
sumber peningkatan devisa negara, investasi asing juga berfungsi sebagai
alih teknologi, keterampilan manajemen, dan menciptakan lapangan
pekerjaan baru. Investasi asing langsung (FDI) juga dapat memberikan
beberapa keuntungan suatu negara diantaranya, penanaman modal asing
memberikan rasa aman yang lebih besar bagi negara tuan rumah, karena
dapat menghindari risiko yang terjadi akibat perkembangan ekonomi
kontemporer yang seringkali dramatis, terutama akibat perubahan uang
(Kuncoro, 2011)
2.8.3 Motif melakukan Foreign Direct Investment (FDI)
Terdapat beberapa alasan dan motif perusahaan multinasional melakukan
Foreign Direct Investment (FDI) antara lain (Salvatore, 2014) :
1) Memperoleh hasil yang tinggi disebakan oleh lebih tingginya tingkat
pertumbuhan diluar negeri, peraturan pajak yang baik, atau ketersediaan
infrastruktur yang lebih besar. Selain untuk memperoleh imbal hasil yang
tinggi tersebut, perusahaan multinasional juga melakukan diversifikasi.
2) Perusahaan internasional yang besar (monopolistik dan oligopolistik)
memiliki pengetahuan produksi yang khusus atau managerial skill yang
49
dapat digunakan dengan mudah di luar negeri dan tempat perusahaan yang
mempertahankan kendali langsungnya.
3) Memperoleh kendali sumber bahan baku yang diperlukan dan
menjamin pasokan tidak terganggu pada biaya atau harga serendah
mungkin.
4) Menghindari tarif dan hambatan lain yang dibebankan negara terhadap
impor atau untuk mengambil keuntungan dari berbagai subsidi pemerintah
dengan tujuan mendorong FDI.
5) Untuk memasuki pasar oligopolistik asing, persaingan di masa datang
dengan cara menambah perusahaan asing, dan untuk memperolch arus
karema kemampuan khusus yang dimiliki negara investor.
2.8.4 Teori Foreign Direct Investment
1. Neo-Classical Economic Theory
Teori ini menerangkan bahwa Foreign Direct Investment mempunyai
sumbangsi yang bermanfaat bagi pembangunan ekonomi negara tuan rumah
(host country), karena investasi asing yang dibawa ke negara tuan rumah (host
country) akan mampu menekan modal domestik untuk menggunakan pada
berbagai usaha. Dengan adanya investasi asing langsung maka suatu negara akan
memperoleh keuntungan bagi negara tuan rumah (host country) sehingga dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional negara itu sendiri.
(Lusiana, 2012).
50
2. Dependency Theory
Teori ini bertentangan dengan ekonomi klasik yang menerangkan bahwa
investasi asing tidak menimbulkan makna bagi pembangunan ekonomi di negara
tuan rumah (host country). Para ekonom klasik menerangkan bahwa investasi
asing mampu menekan pertumbuhan ekonomi serta mampu menimbulkan
ketidakseimbangan pendapatan di negara tuan rumah (host country), sedangkan
teori ini menerangkan investasi asing sebagai ancaman terhadap kedaulatan
negara tuan rumah (host country) dan terhadap kebebasan pembangunan
kehidupan sosial dan budaya karena investasi cenderung memperluas cakupan
penggunaan pengaruh pemerintah asing di negara tuan rumah sehingga pengaruh
politik investasi asing di negara tuan rumah cukup besar. (Lusiana, 2012).
3. The Middle Path Theory
Teori ini menerangkan bahwa investasi asing memiliki aspek positif dan
negatif bagi negara tuan rumah (host country), karena itu tuan rumah harus
berhati-hati dan bijaksana. Beberapa negara-negara berkembang telah
menguraikan peraturan, termasuk peraturan untuk mengatur pemeriksaan dalam
perizinan dan memberikan insentif melalui kebijakan investasi. (Lusiana, 2012).
4. State Government Intervention Theory
Teori ini melihat pentingnya peranan negara yang otonominya mengarah
pada langkah kebijakan ekonomi salah satunya penanaman modal, fungsi negara
diyakini mampu campur tangan pada pasar untuk memperbaiki ketimpangan
pasar dan memberikan perlindungan kepada indurstri baru (invant industries),
kepentingan umum, pengusaha dalam negeri dan perlindungan lingkungan.
51
Negara juga dapat memberikan perlindungan bagi kepentingan para investor
termasuk investor asing. Beberapa teori di atas menggambarkan varian pemikiran
dalam memahami kebijakan investasi yang dipilih yang menjadi dasar
pertimbangan kebijakan hukum investasi dari sisi modal dalam kaitannya dengan
kepentingan dan kedaulatan negara tuan rumah (host country). Indonesia saat ini
memerlukan investasi asing karena dapat membantu meningkatkan pendapatan
negara dan perekonomian masyarakat, serta pendapatan asli daerah, oleh karena
itu teori klasik dapat diwujudkan dengan tujuan agar mampu mendatangkan
investor asing ke Indonesia. (Lusiana, 2012).
2.9 Hubungan Antar Variabel
2.9.1 Hubungan Ekspor dengan Cadangan Devisa
Ekspor adalah kegiatan menjual barang yang diproduksi dalam negeri ke
luar negeri. Ekspor merupakan kegiatan penting dalam perdagangan internasional,
agar dapat mengekspor hasil produksi, suatu negara harus mampu memproduksi
barang atau jasa yang dapat bersaing di pasar global. Hasil dari transaksi kegiatan
ekspor dalam bentuk valuta asing yang sering disebut devisa (Sonia,
Setiawina, 2016). Hubungan ekspor dengan cadangan devisa adalah dengan
adanya peningkatan ekspor dari dalam negeri maka akan menyebabkan
pihak yang melakukan kegiatan ekspor memperoleh pendapatan dari hasil
kegiatan ekspornya di pasar perdagangan internasional, pendapatan tersebut
dalam bentuk valuta asing yang kemudian akan diinvestasikan di dalam negeri
dalam bentuk berupa tabungan rekening valuta asing yang merupakan sumber
pemasukan negara. Sehingga apabila tingkat ekspor mengalami penurunan maka
52
akan dibarengi dengan menurunnya jumlah cadangan devisa yang dimiliki suatu
negara. Sehingga ekspor adalah kegiatan perdagangan yang memberikan
rangsangan guna menimbulkan permintaan dalam negeri yang menyebabkan
adanya pembangunan industri besar (Todaro, 2001).
2.9.2 Hubungan Nilai Impor dengan Cadangan Devisa
Impor yang dilakukan oleh suatu negara tergantung dari seberapa banyak
produk domestik bruto yang dimiliki oleh negara tersebut. Cadangan devisa
berperan penting dalam transaksi impor. Impor dilakukan karena suatu negara tidak
bisa mencukupi kebutuhan yang ada di dalam negeri sehingga mengharuskan untuk
mengimpor barang dari luar negeri agar kebutuhan dalam negeri bisa tercapai.
Kestabilan devisa negara dapat berkurang akibat dari tingginya aktivitas impor.
berkurangnya stabilitas devisa tersebut menandakan stabilitas ekonomi yang lemah
dari negara itu (Ahman, 2007). Impor merupakan pembelian dan pemasukan
barang dari luar negeri. Melalui impor, kebutuhan negara dapat terpenuhi. Teori
keunggulan Relatif atau Komparatif menjelaskan suatu negara akan akan
melakukan impor, jika barang tersebut diproduksi dengan biaya yang lebih tinggi.
Biaya produksi dalam negeri yang tinggi menimbulkan pembelian barang dari luar
negeri. Pembelian barang-barang luar negeri tersebut menggunakan alat transaksi
pembayaran berupa devisa. Semakin banyak mengimpor, suatu negara dianggap
tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri dan membutuhkan bantuan dari negara
lain. (Arifin, 2009).
53
2.9.3 Hubungan Nilai tukar dengan cadangan devisa
Perdagangan antar negara memerlukan pertukaran mata uang negara lain
yang merupakan proses penukaran valuta asing. Nilai tukar valuta asing atau
sering disebut kurs (rate of exchange) adalah harga satuan mata uang dalam
satuan mata uang lain. Hubungan nilai tukar terhadap cadangan devisa yaitu
semakin banyak valas atau devisa yang dimiliki oleh pemerintah dan penduduk
suatu negara maka berarti makin besar kemampuan negara tersebut melakukan
transaksi ekonomi dan keuangan internasional dan semakin menguat pula nilai
mata uang. Kekuatan mata uang sebuah negara ditandai dengan nilai tukar
terhadap mata uang asing, dengan semakin menguatnya nilai tukar mata uang
negara sendiri, menunjukkan bahwa semakin kuatnya perekonomian negara
bersangkutan, sehingga akan dapat memperoleh lebih banyak devisa. (Agustina,
Reny, 2014)
Ketika nilai tukar rupiah melemah cadangan devisa mengalami penurunan,
apabila rupiah terus menerus mengalami pelemahan atau depresiasi maka akan
mengakibatkan berkurangnya cadangan devisa suatu negara. Untuk menstabilkan
nilai rupiah terhadap mata asing, maka solusi dari kebijakan Bank Indonesia
adalah menggelontorkan atau mengeluarkan cadangan devisa suatu negara dan
turun langsung meningkatkan intensitas dan mengintervensi ke pasar valuta asing
(valas). Semakin stabilnya nilai tukar maka akan mengurangi kebutuhan
cadangan devisa karena bank sentral tidak perlu lagi memiliki sejumlah besar
stok cadangan devisa untuk mempertahankan tingkat nilai tukar yang
ditetapkan (Adiningsih, 2008)
54
2.9.4 Hubungan Utang luar negeri dengan cadangan devisa
Negara-negara berkembang masih bergantung pada utang luar negeri
untuk pemasukan devisa, seperti Malaysia, Indonesia Filipina, dan negara
lainnya. Hutang luar negeri dapat berperan penting apabila digunakan dengan
maksimal untuk membangun negara. Hutang luar negeri mampu menambah
ketersediaan cadangan devisa apabila digunakan sebagai modal dalam negeri
untuk membangun perekonomian negara. Jika tidak digunakan maksimal maka
akan memperburuk kondisi perekonomian, terutama dalam hal kemampuan
negara untuk membayar utang beserta bunga yang telah disepakati. Berdasarkan
teori ketergantungan utang (Debt Overhang Theory), pada tingkat akumulasi
utang yang besar ternyata utang tersebut justru akan menyebabkan pertumbuhan
ekonomi akan menjadi lebih rendah. Hal ini dikarenakan dalam jangka panjang
utang akan lebih besar dari kemampuan membayar debitur, biaya dari bunga
utang diperkirakan akan mendesak investasi dari domestik dan asing yang
akhirnya menghambat pertumbuhan (Pattilo, 2002). Sebagian besar pinjaman
luar negeri digunakan untuk menutupi defisit negara berkembang melakukan
peminjaman utang luar negeri untuk menutupi defisit transaksi berjalan dan
sebagai pemupuk cadangan devisa negara. Cadangan devisa pada periode
selanjutnya menjadi pembayaran cicilan atas hutang dan bunganya (Tambunan,
2001). Utang luar negeri dapat menambah nilai cadangan devisa, yang awalnya
dalam bentuk pinjaman yang akan memperkuat cadangan devisa. Apabila utang
luar negeri diinvestasikan secara produktif maka akan menghasilkan tingkat
pengambilan cadangan devisa yang tinggi. (Putri, 2017)
55
2.9.5 Hubungan Foreign Direct Investment dengan cadangan devisa
Krugman (2009) berpendapat bahwa FDI merupakan arus modal yang
dimiliki suatu negara untuk mendirikan atau mengembangkan perusahaan di
negara luar, oleh karena itu tidak hanya terjadinya pemindahan sumber daya,
tetapi juga pemberlakuan kontrol terhadap perusahaan di luar negeri. FDI
memiliki hubungan dengan cadangan devisa, karena FDI yang masuk ke suatu
negara akan memberikan keuntungan kepada negara dalam bentuk peningkatan
teknologi, manajerial yang semakin modern, pengenalan teknik, dan manfaat
lainnya. Hal ini akan menciptakan kemungkinan besar pada cadangan devisa di
negara yang bersangkutan (Chopra, 2003).
Masuknya FDI ke suatu negara akan sangat membantu di dalam
peningkatan perekonomian dan meningkatkan cadangan devisa suatu negara
(Arndt, Sundrum, 2006). FDI memiliki peran yang besar dalam perekonomian
negara karena selain sebagai modal pembangunan juga membawa dampak
positif terhadap sektor moneter. Meningkatnya investasi asing akan mendorong
peningkatan cadangan devisa suatu negara (Tambunan, 2007). Dengan
ketersediaan cadangan devisa yang cukup diharapkan dapat menstabilkan nilai
rupiah agar tidak menyebabkan inflasi yang disebabkan oleh melemahnya nilai
tukar uang. Salah satu upaya untuk mendorong masuknya investasi asing ke suatu
negara adalah dengan pemerintah menerapkan kebijakan devisa bebas agar para
mempermudah investor untuk menanamkan modalnya didalam negeri sehingga
bersedia berinvestasi di Indonesia (Putri, 2017).
56
2.10 Penelitian Sebelumnya
Berikut adalah penelitian rujukan yang digunakan untuk membandingkannya
dengan penelitian ini.
1. Penelitian yang dilaksanakan oleh Jimmy, Benny (2013).
menganalisis tentang Ekspor dan Impor Pengaruhnya terhadap Posisi Cadangan
Devisa di Indonesia. Data yang digunakan adalah jenis data sekunder dalam
waktu 27 tahun. Penganalisisan data dilakukan melalui model regresi
berganda OLS (Ordinary Least Square). Penelitian ini menghasilkan
kesimpulan secara simultan maupun secara parsial variabel ekspor dan impor
berpengaruh signifikan terhadap cadangan devisa di Indonesia. Dengan kata
lain, ekspor meningkat maka posisi cadangan devisa akan meningkat dan jika
impor meningkat maka posisi cadangan devisa akan turun.
2. Trisna (2016) meneliti tentang Pengaruh Penanaman Modal Asing
Terhadap Cadangan Devisa di Indonesia Studi Sebelum Dan Sesudah Krisis
Global. Penelitian ini dilaksanakan melalui analisis regresi linear berganda
dengan menggunakan data dari tahun 2005 hingga 2014 pada data triwulan
Penelitian ini menggunakan analisis Regresi Linier Beganda. Hasil dari
penelitian ini yaitu diketahui bahwa ekspor neto, kurs dollar Amerika, PMA
berpengaruh positif dan signifikan terhadap cadangan devisa secara parsial.
Cadangan devisa memiliki rata-rata nilai lebih besar dibandingkan sebelum
terjadinya krisis. Cadangan devisa tidak dapat dijadikan tolak ukur bagi suatu
negara untuk terhindar dari krisis. Meskipun negara itu mempunyai banyak
57
cadangan devisa, krisis tetap saja dapat menimpa negara itu. Cadangan devisa
hanya berperan sebagai bantalan kekuatan ekonomi negara.
3. Penelitian Dessy Dianita S (2018) tentang Analisa Cadangan Devisa
Indonesia tahun 1990-2016. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis
dalam jangka pendek maupun jangka panjang pengaruh dari nilai tukar, suku
bunga BI rate, produk domestik bruto, dan krisis ekonomi terhadap cadangan
devisa baik secara parsial maupun simultan. Dalam melakukan penelitian ini
peneliti menggunakan Metode ECM. Hasil pengujian secara parsial baik dalam
jangka pendek maupun panjang dapat diketahui bahwa nilai tukar berpengaruh
signifikan dan negatif terhadap cadangan devisa, dan dalam jangka pendek suku
bunga BI rate tidak berpengaruh signifikan dan memiliki hubungan negatif
terhadap cadangan devisa dan dalam jangka panjang suku bunga BI rate tidak
berpengaruh signifikan dan memiliki hubungan positif terhadap cadangan devisa,
selanjutnya cadangan devisa juga dapat dipengaruhi oleh produk domestik bruto
secara jangka pendek ataupun jangka panjang.Cadangan devisa dipengaruhi oleh
produk domestik bruto secara jangka pendek ataupun jangka panjang.
4. M. Febriyenti (2013) melakukan penelitian tentang Faktor-Faktor yang
mempengaruhi Cadangan Devisa dan Net Ekspor di Indonesia tahun 2000-2011.
Analisis ini menggunakan model hubungan dua arah dan juga hubungan tidak
langsung antar variabel. Hasil pengujian Net ekspor, utang luar negeri, dan
cadangan devisa periode sebelumnya mempengaruhi cadangan devisa di
Indonesia. Sedangkan variabel Foreign Direct Invesment tidak mempengaruhi
cadangan devisa di Indonesia.
58
6. Penelitian Putri (2017) tentang Analisis Pengaruh Ekspor, Penanaman
Modal Asing, dan Utang Luar Negeri terhadap Cadangan Devisa di Indonesia
tahun 1996-2015 . Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis kuantitatif. Penelitian dilaksanakan menggunakan metode persamaan
regresi liner berganda dengan bantuan SPSS. Hasil penelitian yang didapat
adalah variabel ekspor dan utang luar negeri berpengaruh positif dan signifikan
terhadap cadangan devisa di Indonesia, sedangkan variabel penanaman modal
asing berpengaruh negatif dan signifikan terhadap cadangan devisa.
7. Arize C. (2012) melakukan penelitian tentang Foreign Exchange
Reserves in Asia and Its Impact on Import Demand. Analisis menggunakan data
frekuensi triwulanan untuk India, Jepang, Korea, Singapura, dan Thailand.
Data diambil dari International Monetary Fund's International Financial
Statistics (IFS 2009). Penelitian menggunakan teknik OLS dinamis dan ARDL
untuk memperkirakan elastisitas permintaan jangka panjang dan pendek. Hasil
menunjukkan bahwa peningkatan cadangan devisa memiliki efek positif pada
permintaan impor. Selain itu, hasil pengujian lebih lanjut menunjukkan bahwa
terdapat hubungan ekuilibrium jangka panjang yang unik dan signifikan secara
statistik antara impor riil, pendapatan riil, harga relatif, dan cadangan devisa riil.
8. Azzem (2019) melakukan penelitian tentang Impact of macroeconomic
variables on foreign exchange reserves: A case from Pakistan. Studi ini
bermaksud untuk menyelidiki dampak indikator makroekonomi terhadap
cadangan devisa dalam konteks Pakistan, menggunakan Model Vector
Autoregressive (VAR). Pada hasil pengamatan menunjukkan bahwa permintaan
59
cadangan devisa sangat sensitif terhadap kerentanan akun modal dan kurang
responsif terhadap biaya peluangnya. Dari hasil Analisis kausalitas Granger
bahwa berbagai variabel makroekonomi gagal menyebabkan kausalitas terbalik.
Ini menunjukkan bahwa di Pakistan, permintaan cadangan devisa didorong oleh
stabilitas makroekonomi.
9. Penelitian Soekapdjo. S dan Danova, G. K. (2020) melakukan penelitian
tentang Pengaruh Makro Ekonomi terhadap Cadangan Devisa di ASEAN-5 .
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh makro ekonomi terhadap
cadangan devisa di ASEAN-5, dengan menggunakan metode regresi data panel.
Data berupa kuartalan pada 2010-2018, yang berasal dari world bank dan
Bank Indonesia, dengan variabel terikat cadangan devisa dan variabel bebas
berupa kurs, inflasi, ekspor dan impor. Adapun hasilnya kurs dan ekspor
berpengaruh positif dan siginifikan terhadap cadangan devisa di ASEAN-5,
sedangkan inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap cadangan devisa
di ASEAN-5, akan tetapi impor tidak berpengaruh terhadap cadangan devisa di
ASEAN-5. Dengan begitu diharapakan pemerintah terus menjaga kestabilan
inflasi, kurs dan komoditas dalam negeri serta minat investor asing di Indonesia.
Pihak pengusaha diupayakan terus melakukan inovasi dengan menggunakan
teknologi digital dan masyarakat meningkatkan penggunaan produk dalam
negeri.
10. Penelitian Deki, Pan Budi Marwoto dan Marheni (2017) tentang Anlisis
pengaruh Investasi Portofolio, Kurs, Hutang luar negeri dan neraca perdagangan
terhadap posisi cadangan devisa di Indonesia. Data yang digunakan Time series
dari kuartal pertama tahun 2005 hingga kuartal keempat tahun 2006. Data
60
dianalisis menggunakan regresi linier berganda. Hasil menunjukkan bahwa
cadangan devisa di Indonesia dipengaruhi secara signifikan dan positif oleh
variabel utang luar negeri dan neraca perdagangan. Sedangkan variabel investasi
portofolio dan pertukaran kurs dolar ke Indonesia dianggap tidak memiliki
pengaruh negatif terhadap cadangan devisa Indonesia.
11. Asbiyanti (2016) menganalisis tentang Pengaruh Ekspor, Impor,
Utang Luar Negeri dan Foreign Direct Investment (FDI) terhadap Cadangan
Devisa di ASEAN pada tahun 2011-2016. Model analisis yang digunakan yaitu
regresi berganda dengan tiga model regresi yaitu Pooled Least Square (PLS),
Fiexed Effect Model (FEM), dan Random Effect Model (REM). Hasil
penelitian yang diperoleh adalah variabel ekspor dan utang luar negeri (ULN)
berpengaruh positif terhadap cadangan devisa sedangkan Impor dan Foreign
Direct Invesment berpengaruh negatif terhadap cadangan devisa.
2.11 Kerangka Pemikiran
Indonesia sebagai salah satu negara yang menganut ekonomi terbuka
(open economy) yaitu perekonomian yang berinteraksi secara bebas dengan dunia
perekonomian negara lain. Dalam open economy ini, suatu negara sangat
mengandalkan kegiatan perdagangan internasional untuk mencapai tujuan
pembangunan nasional. Pembangunan nasional sangat membutuhkan dana yang
besar untuk dapat memenuhi semua kebutuhan negara. Dalam melakukan
pembangunan tersebut dibutuhkan pendanaan yang cukup besar. Pendanaan
tersebut dapat diperoleh dari kegiatan perdagangan internasional. Sumber dana
yang digunakan untuk membiayai transaksi internasional salah satunya
61
diperoleh dari cadangan devisa. Cadangan devisa diperoleh ketika suatu negara
melakukan kegiatan ekspor dan impor. Besarnya cadangan devisa ini diharapkan
dapat memperbaiki dan membangun perekonomian Indonesia menjadi lebih
baik, sehingga dapat bersaing dengan negara-negara lain.
Dengan melakukan kegiatan ekpor dan impor maka akan terpenuhi
barang dan jasa dalam negeri dan terciptanya kerjasama antara negara dalam
berbagai bidang. Kegiatan ekspor adalah kegiatan perdagangan antara dua negara
yang biasa memberikan rangsangan untuk meningkatkan permintaan dalam
negeri yang menimbulkan pabrik industri-industri besar, guna memberikan
dorongan dalam dinamika pertumbuhan perdagangan luar negeri yang nantinya
suatu negara yang sedang berkembang bisa bersaing dengan negara-negara yang
lebih maju. Ketika suatu negara melakukan kegiatan perdagangan internasional
maka negara akan dapat berupa penerimaan dana dalam bentuk rupiah ataupun
mata uang asing (devisa). Akibatnya, nilai tukar uang negara berpengaruh besar
pada cadangan devisa (Kuswantoro, 2017). Selain itu cadangan devisa
dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya utang luar negeri dan investasi asing
langsung yang menjadi faktor penting dalam meningkatkan cadangan devisa.
Dengan demikian adanya fluktuasi ekonomi suatu negara secara otomatis akan
mempengaruhi negara yang menjadi mitranya. Berdasarkan perumusan masalah,
landasan teori dan berbagai penelitian sebelumnya, maka dapat dibentuk suatu
kerangka konseptual penelitian sebagai berikut :
62
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
2.12 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian
yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan teori dan penelitian
terdahulu yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Ekspor :
H0 : Diduga ekspor tidak berpengaruh terhadap cadangan devisa Indonesia.
H1 : Diduga ekspor terdapat pengaruh terhadap cadangan devisa Indonesia.
2. Variabel Impor
H0 : Diduga impor tidak berpengaruh terhadap cadangan devisa Indonesia.
H1 : Diduga impor terdapat pengaruh terhadap cadangan devisa Indonesia.
63
3. Variabel Nilai Tukar
H0 : Diduga nilai tukar tidak berpengaruh terhadap cadangan devisa
Indonesia.
H1 : Diduga nilai tukar terdapat pengaruh terhadap cadangan devisa
Indonesia.
4. Variabel Utang luar negeri
H0 : Diduga utang luar negeri tidak berpengaruh terhadap cadangan devisa
Indonesia.
H1 : Diduga utang luar negeri terdapat pengaruh terhadap cadangan devisa
Indonesia.
5. Variabel FDI
H0 : Diduga utang luar negeri tidak berpengaruh terhadap cadangan devisa
Indonesia.
H1 : Diduga utang luar negeri terdapat pengaruh terhadap cadangan devisa
Indonesia.
Top Related