9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pendidikan Karakter
1. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan adalah proses menjadi, yakni menjadikan seseorang menjadi
dirinya sendiri yang tumbuh sejalan dengan bakat, watak, kemampuan, dan hati
nuraninya secara utuh (Mulyasana, 2012: 2). Pendidikan tidak dimaksudkan untuk
mencetak karakter dan kemampuan peserta didik sama seperti gurunya. Proses
pendidikan diarahkan pada proses berfungsinya semua potensi peserta didik secara
manusiawi agar mereka menjadi dirinya sendiri yang mempunyai kepribadian dan
kemampuan unggul.
Menurut Wiyani (2013: 25) karakter adalah kualitas atau kekuatan mental
atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus,
yang menjadi pendorong dan penggerak, serta membedakannya dengan individu
lain. Seseorang dapat dikatakan berkarakter, jika telah berhasil menyerap nilai dan
keyakinan yang dikehendaki masyarakat, serta digunakan sebagai moral dalam
hidupnya.
Pengertian mengenai pendidikan dan karakter tersebut menghasilkan
berbagai pengertian tentang pendidikan karakter yang berbeda-beda. Menurut
Winton dalam Samani, dkk (2010:43) pendidikan karakter adalah upaya sadar dan
sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada
siswanya. Pendidikan karakter juga dapat didefinisikan sebagai pendidikan yang
mengembangkan karakter yang mulia (good character) dari peserta didik dengan
9
10
mempraktikkan dan mengajarkan nilai-nilai moral dan pengambilan keputusan
yang beradab dalam hubungan dengan sesama manusia maupun hubungan dalam
hubungannya dengan Tuhannya (Samani, dkk, 2013 : 44). Pendapat lain mengenai
pendidikan karakter yaitu menurut Fakry Gaffar dalam Wiyani (2013 : 26)
pendidikan karakter adalah sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk
ditumbuh kembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam
kehidupan orang itu.
Menurut Anne Lockword dalam Wiyani (2013 : 27) mendefinisikan
pendidikan karakter sebagai aktivitas berbasis sekolah yang mengungkap secara
sistematis bentuk perilaku dari siswa. Berdasarkan definisi Anne Lockword
tersebut, bahwa pendidikan karakter dihubungkan dengan setiap rencana sekolah,
yang dirancang bersama lembaga masyrakat lain, untuk membentuk secara
langsung dan sistematis perilaku yang muda. Dengan demikian, idealnya
pelaksanaan pendidikan karakter merupakan bagian yang terintegrasi dengan
manajemen pendidikan sekolah.
Berdasarkan pengertian pendidikan karakter dari para ahli, maka dapat
disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah upaya seorang guru untuk
menanamkan atau mengajarkan nilai-nilai kepada siswanya untuk ditumbuh
kembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam kehidupan
orang itu.
11
2. Tujuan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter mempunyai tujuan yang berhubungan dengan
pembentukan karakter atau kepribadian seseorang. Tujuan pendidikan karakter
sangat banyak. Tujuan pendidikan karakter menurut Pasal 3 UU Sistem Pendidikan
Nasional Nomor 20 Tahun 2003, disebutkan bahwa “Pendidikan nasioanl berfungsi
mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab”.
Pendidikan karakter sering juga disebut sebagai pendidikan nilai. Karakter
adalah value in action, nilai yang diwujudkan dalam tindakan. Karakter juga sering
disebut operative value atau nilai-nilai yang dioperasionalkan dalam tindakan.
Sehingga, pendidikan karakter pada dasarnya merupakan upaya dalam proses
menginternalisasikan, menghadirkan, dan mengembangkan nilai-nilai kebijakan
pada diri peserta didik (Wiyani, 2013:70).
Menurut (Wiyani, 2013:70) tujuan pendidikan karakter dalam lingkungan
sekolah yaitu:
(1) Memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu
sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik pada saat masih
bersekolah maupun setelah lulus; (2) Mengoreksi perilaku peserta
didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan
sekolah. Tujuan ini memiliki makna bahwa tujuan pendidikan
karakter memiliki sasaran untuk meluruskan berbagai perilaku
negatif anak menjadi positif; (3) Membangun hubungan yang
harmonis dengan keluarga dan masyrakat dengan memerankan
tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.
Tujuan ini bermakna bahwa karakter di sekolah harus dihubungkan
dengan proses pendidikan di keluarga. Jika pendidikan di sekolah
hanya bertumpu pada interaksi antara peserta didik dengan guru di
kelas dan sekolah, maka pencapaian berbagai karakter yang
diharapkan akan sulit tercapai.
12
Berdasarkan penjelasan di atas peneliti menyimpulkan bahwa tujuan
pendidikan karakter adalah meningkatkan mutu penyelenggaraan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab.
Memiliki sasaran untuk meluruskan perilaku negatif peserta didik menjadi positif
serta membangun hubungan yang harmonis dengan keluarga dan masyarakat.
3. Manfaat Pendidikan Karakter
Selain mempunyai tujuan, pendidikan karakter juga mempunyai manfaat.
Secara umum, manfaat pendidikan karakter sesuai dengan manfaat pendidikan
nasioanl. Pendidikan karakter dimaksudkan untunk mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Menurut Hasan, dkk (2010:5) ada 3 manfaat utama pendidikan karakter,
yaitu: (1) pendidikan karakter bermanfaat membentuk dan mengembangkan potensi
manusia atau warga Indonesia agar berpikiran baik, berhati baik, dan berprilaku
baik; (2) Memperbaiki karakter manusia dan warga negara Indonesia yang bersifat
negatif dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan
pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan
potensi manusia; (3) Memilah nilai-nilai budaya bangsa sendiri dan menyaring
nilai-nilai budaya bangsa lain yang positif untuk menjadi karakter manusia dan
warga negara Indonesia agar menjadi bangsa yang bermartabat.
Pendapat lain mengenai manfaat pendidikan karakter yaitu menurut
(Afandi, 2011: 89) terdapat tiga manfaat pendidikan karakter yaitu:
13
1) Wahana pengembangan, yaitu pengembangan potensi peserta didik untuk
menjadi berprilaku yang baik bagi peserta didik yang telah memiliki sikap
dan perilaku yang mencerminkan karakter; 2) wahana perbaikan, yaitu
memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk lebih bertanggungjawab
dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat, dan; 3)
wahana penyaring, yaitu untuk menyaring budaya-budaya bangsa sendiri
dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai karakter.
Berdasarkan penjelasan yang sudah diuraikan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa manfaat pendidikan karakter adalah menjadikan peserta didik
menjadi seseorang yang mempunyai karakter yang baik. Selain itu, pada dasarnya
setiap manusia mempunyai karakter yang baik, akan tetapi karakter yang baik itu
haru tetap di arahkan dan di bentuk sebaik-baiknya agar kedepannya karakter itu
akan menjadikan suatu kebiasaan yang mempunyai nilai kebaikan dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari.
1. Hubungan Pendidikan Karakter dengan Pendidikan Moral
Karakter adalah cara berpikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas tiap
individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,
dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat
keputusan dan siap mempertanggungjawabkan akibat dari keputusan yang
dibuatnya Suyatno dalam Setiawan (2013 : 55).
Menurut Golemen dalam Setiawan (2013 : 55) pendidikan karakter pada
hakikatnya adalah pendidikan nilai yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive),
perasaan (feeling), dan tindakan (action). Pendidikan karakter yang menghasilkan
karakter, didalamnya juga terdapat tiga komponen moral yang baik, yaitu: (1)
Pengetahuan tentang moral (moral knowing); (2) Perasaan tentang moral (moral
feeling); (3) Perbuatan moral (moral action) Lickona dalam Setiawan (2013 : 56).
14
Ketiga komponen tersebut dalam aplikasi pendidikan karakter harus
terbangun secara terkait. Moral knowing yang meliputi: kesadaran moral,
pengetahuan nilai moral, pandangan ke depan, penalaran moral, pengambilan
keputusan dan pengetahuan diri, adalah hal esensial yang perlu diajarkan kepada
peserta didik.
Pendidikan karakter sebatas moral knowing tidaklah cukup. Untuk itu perlu
berlanjut pada sampai pada moral feeling yang meliputi: kata hati, rasa percaya diri,
empati, cinta kebaikan, pengendalian diri dan kerendahan hati. Bahkan terus
berlanjut pada tahap yang paling penting, yaitu moral action. Dalam tahap ini motif
dorongan sesorang untuk berbuat baik, tampak pada aspek kompetensi, keinginan
dan kebiasaan yang ditampilkannya. Ketersusuan tiga komponen moral yang saling
berhubungan secara sinergis, menjadi syarat aktualisasi pendidikan karakter dalam
mengembangkan kecerdasan moral peserta didik (Setiawan, 2013: 56).
Menurut Borba dalam Setiawan (2013: 57) kecerdasan moral (moral
intelligence) adalah kemampuan memahami hal yang benar dan yang salah dengan
keyakinan etika yang kuat dan bertindak berdasarkan keyakinannya tersebut dengan
sikap yang benar serta perilaku yang terhormat. Pendidikan berbasis kecerdasan
moral menjadi sesuatu yang urgen, karena kecerdasan moral terbangun dari
beberapa kebajikan utama yang kelak akan membantu peserta didik dalam
menyikapi dan menghadapi tantangan hidup. Menurut Borba dalam Setiawan
(2013: 57) ada tujuh kebajikan utama yang perlu dimiliki peserta didik dalam
mengembangkan kecerdasan moral, yaitu: empati, hati nurani, kontrol diri, rasa
hormat, kebaikan hati, toleransi, dan keadilan.
15
Desain pendidikan karakter berbasis kecerdasan moral yang diurutkan
secara sistematis dan berkelanjutan, peserta didik akan memiliki sejumlah
kebajikan utama yang berguna bagi dirinya dalam menghadapi segala macam
tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis. Dengan
demikian, pendidikan karakter berbasis kecerdasan moral merupakan upaya
pengembangan kemampuan peserta didik yang berorientasi pada kompetensi
kecerdasan dan karakter.
2. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
Kementerian Pendidikan Nasional merumuskan ada 18 nilai karakter yang
digunakan untuk membangun karakter bangsa melalui pendidikan yaitu:
1) Religius, yakni sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan
hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2) Jujur, yakni sikap dan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan dan pekerjaan.
3) Toleransi, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan menghargai
terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku, adat, bahasa, ras,
etnis, pendapat, dan hal-hal lain yang berbeda dengan dirinya secara sadar
dan terbuka, serta dapat hidup tenang di tengah perbedaan tersebut.
4) Disiplin, yakni kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala
bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku.
16
5) Kerja keras, yakni perilaku yang menunjukkan upaya secara sungguh-
sungguh dalam menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan.
6) Kreatif, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi dalam
berbagai segi dalam memecahkan masalah, sehingga selalu menemukan
cara-cara baru, bahkan hasil-hasil baru yang lebih baik.
7) Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak bergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan. Akan tetapi, hal ini
bukan berarti tidak boleh bekerja sama secara kolaboratif, melainkan tidak
boleh melemparkan tugas dan tanggung jawab kepada orang lain.
8) Demokratis, yakni sikap dan cara berpikir yang mencerminkan perasaan hak
dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dengan orang lain.
9) Rasa ingin tahu, yakni cara berpikir, sikap dan perilaku yang mencerminkan
penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar,
dipelajari secara lebih mendalam.
10) Semangat kebangsaan atau nasionalisme, yakni sikap atau tindakan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi
atau individu dan golongan.
11) Cinta tanah air, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa bangga,
setia, peduli, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, budaya,
ekonomi, politik, dan lain sebagainya sehingga tidak mudah menerima
tawaran bangsa lain yang dapat merugikan bangsa sendiri.
12) Menghargai prestasi, yakni sikap terbuka terhadap prestasi orang lain serta
mengakui kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat berprestasi
lebih tinggi.
17
13) Bersahabat atau Komunikatif, yakni sikap dan tindakan terbuka terhadap
orang lain melalui komunikasi yang santun sehingga tercipta kerjasama
dengan baik.
14) Cinta damai, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan suasana damai,
aman, tenang dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam komunitas atau
masyrakat tertentu.
15) Gemar membaca, yakni kebiasaan tanpa paksaan untuk menyediakan waktu
untuk membaca berbagai informasi, sehingga menumbuhkan kebijakan bagi
dirinya.
16) Peduli lingkungan, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang
sudah terjadi.
17) Peduli sosial, yakni sikap dan perbuatan yang mencerminkan kepedulian
terhadap orang lain maupun masyarakat yang membutuhkan.
18) Tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan
tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, sosial,
masyrakat, bangsa, negara maupun agama.
Pendidikan karakter mempunyai nilai-nilai yang baik untuk menjadi bekal
manusia dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan dengan
nilai-nilai pendidikan karakter, kehidupan akan berjalan dengan damai dan
sejahtera. Selain itu, setiap manusia akan mempunyai karakter yang bisa membuat
nyaman orang lain.
18
B. Pramuka
1. Pengertian Pramuka
Pramuka merupakan proses pendidikan di luar sekolah dan di luar keluarga
yang dilakukan di alam terbuka dalam bentuk kegiatan yang menarik, menantang,
menyenangkan, sehat, teratur dan terarah, dengan menerapkan Prinsip Dasar
Kepramukaan dan Metode Pendidikan Kepramukaan, yang sasaran akhirnya adalah
terbentuknya kepribadian, watak, akhlak mulia dan memiliki kecakapan hidup
(Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 2011 : 20). Pendapat lain mengenai
pengertian pramuka juga diungkapkan oleh Abas, dkk (2011: 31) bahwa pramuka
adalah suatu perkumpulan yang berstatus non-govermental (bukan badan
pemerintah) dan yang berbentuk kesatuan. Kegiatan kepramukaan diselenggarakan
menurut jalan aturan demokrasi, dengan pengurusnya (Kwartir Nasional, Kwartir
Cabang, dan Kwartir Ranting) dipilih didalam musyawarah.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pramuka adalah
suatu perkumpulan yang bukan berbentuk badan pemerintahan dan di dalamnya
mempunyai kegiatan yang dilakukan di alam terbuka, dalam bentuk kegiatan yang
menarik, menantang, menyenangkan, sehat, teratur dan terarah, dengan
menerapkan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Pendidikan Kepramukaan,
yang mempunyai tujuan membentuk watak dan kepribadian seseorang.
2. Tujuan Pramuka
Tujuan dari pramuka yaitu: (1) Menjadi manusia yang berkepribadian dan
berwatak luhur serta tinggi dalam mental, moral, budi pekerti dan kuat keyakinan
beragamanya, serta tinggi kecerdasan dan keterampilannya, dan kuat serta sehat
fisiknya; (2) Menjadi warga negara Indonesia yang berjiwa Pancasila, setia dan
19
patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, sehingga menjadi anggota
masyarakat yang baik dan berguna, yang sanggup dan mampu menyelenggarakan
pembangunan bangsa dan negara (Online)
(http://pramuka.lk.ipb.ac.id/files/2012/11/Sejarah-Gerakan-Pramuka.pdf), diakses
12 Mei 2016 jam 17.16.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A
Tahun 2013 “Tentang Implementasi Kurikulum 2013”, dijelaskan bahwa tujuan
kegiatan ekstrakulikuler pramuka pada satuan pendidikan adalah untuk: (1)
Meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik; (2)
Mengembangkan bakat dan minat peserta didik dalam upaya pembinaan pribadi
menuju pembinaan manusia seutuhnya.
Tujuan tersebut merupakan cita-cita Gerakan Pramuka. Karena itu semua
kegiatan yang dilakukan oleh semua unsur dalam Gerakan Pramuka harus
mengarah pada pencapaian tujuan tersebut. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat
disimpulkan bahwa tujuan pramuka adalah mendidik anak-anak dan pemuda
Indonesia dengan prinsip-prinsip dasar dan metode kepramukaan yang
pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan
bangsa dan masyarakat Indonesia.
3. Ekstrakurikuler Pramuka di Sekolah
Kegiatan ekstrakurikuler pramuka mengacu pada Permendikbud RI Nomor
81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013 pada lapiran III, secara
jelas dituliskan bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu perangkat
operasional kurikulum yang perlu disusun dan dituangkan dalam rencana kerja
tahunan/kalender pendidikan satuan pendidikan (seperti disebutkan pada Pasal 53
20
ayat 92) butir a Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan sebagaimana telah di ubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan No. 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan. Kedudukan ekstrakurikuler dalam sistem
kurikulum hendaknya tidak dipandang sebagai pengisi waktu luang, tetapi
ditempatkan sebagai komplemen kurikulum yang dirancang serta sistematis untuk
membangun relevannya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Secara
keseluruhannya didedikasikan kepada peserta didik, maksudnya menyelenggarakan
kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan, bakat dan potensi
peserta didik. Dalam rangka pelaksanaan Pendidikan Kepramukaan sebagai
ekstrakurikuler wajib di Sekolah, agar sejalan dan relevan dengan amanat Sistem
Pendidikan Nasional dan Kurikulum 2013, maka pelaksanaan harus didesain dalam
bentuk Buku Panduan atau Petunjuk Pelaksanaan yang memiliki kekuatan hukum
yang jelas, tentunya tidak saja berdasarkan Peraturan Mentri No. 81A Tahun 2012
tetapi ditindak lanjuti dengan adanya SKB Mendiknas dan Ketua Kwartir Nasional
Gerakan Pramuka tentang Petunjuk Pelaksanaanya.
Joko Mursito dalam Utomo (2015 : 24) menjelaskan cara mengolah satuan
pramuka di sekolah yaitu:
(1) Pembina bersama peserta didik menyusun program kegiatan yang sesuai
dengan keinginan peserta didik; (2) Menetapkan sarana kegiatan pada
kegiatan-kegiatan pramuka; (3) Menyajikan kegiatan-kegiatan yang
menarik, menyenangkan dan menantang serta mengandung pendidikan di
alam terbuka, seperti : (a) Berkemah; (b) Penjelajahan; (c) Survival training;
(d) Api unggun; (e) Pelantikan; (f) P3K dan pengabdian masyrakat; (4)
Memfungsikan peserta didik sebagai subyek pendidikan, di samping juga
sebagai objek; (5) Pembina pramuka menempatkan posisi sebagai
motivator, dinamisator, konsultan, fasilitator, dan innovator kegiatan; (6)
Pembina pramuka hendaknya selalu berada di tengah-tengah peserta didik
dalam semua kegiatan kepramukaan untuk dapat menerapkan Prinsip Dasar
21
Kepramukaan, Metode Kepramukaan, Pelaksanaan Kode Kehormatan,
menerpkan Kiasan Dasar, dan perwujudan Motto Gerakan Pramuka.
Kemendikbud Tahun 2014 Tentang Kepramukaan juga menjelaskan
strategi dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka di sekolah, agar ekstrakurikuler
pramuka dapat berjalan dengan apa yang diharapkan, yaitu:
1) Perencanaan Program Kegiatan
Revitalisasi gerakan pramuka perlu dilakukan agar kegiatan-kegiatan
kepramukaan dapat terselenggara secara lebih berkualitas, menarik minat dan
menjadi pilihan peserta didik, dan mewujudkan peserta didik yang berkarakter kuat
untuk menjadi calon pemimpin bangsa dalam berbagai bidang kehidupan. Guna
menunjang dan memperkuat kebijakan tersebut perencanaan program kegiatan
ekstrakurikuler pramuka harus diperlukan yaitu: (1) Program Kerja Kegiatan
Pramuka; (2) Rencana Kerja Anggaran Kegiatan Pramuka; (3) Program Tahunan;
(4) Program Semester; (5) Silabus Materi Kegiatan Pramuka; (6) Rencana
Pelaksanaan Kegiatan; dan (7) Kriteria Penilaian Kegiatan.
2) Pelaksanaan Kegiatan Pramuka
Persyaratan Pelaksanaan Proses Pelatihan Pramuka. Alokasi Waktu Jam
Pelatihan Pramuka per Minggu : SD/MI : 2 x 35 menit. SMP/MTs : 2 x 40 menit.
SMA/SMK : 2 x 45 menit.
a. Pengelolaan Pelatihan Pramuka
Pelatih menyesuaikan tempat pelatihan peserta didik sesuai dengan tujuan dan
karakteristik proses Pelatihan Pramuka. Volume dan intonasi suara Pelatih dalam
proses Pelatihan Pramuka harus dapat didengar dengan baik oleh peserta didik.
22
Pelatih wajib menggunakan kata-kata santun, lugas dan mudah dimengerti oleh
peserta didik. Pelatih wajib menggunakan kata-kata santun, lugas dan mudah
dimengerti oleh peserta didik. Pelatih menyesuaikan materi dengan kecepatan dan
kemampuan penerimaan peserta didik. Pelatih menciptakan ketertiban,
kedisiplinan, kenyamanan, dan kesejahteraan dalam menyelenggarakan proses
pelatihan pramuka.
Pelatih memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan hasil belajar
peserta didik selama proses Pelatihan Pramuka berlangsung. Pelatih mendorong
dan menghargai peserta didik untuk bertanya dan mengemukakan pendapat. Pelatih
berpakaian sopan, bersih, dan rapi. Pada tiap awal semester, pelatih menjelaskan
kepada peserta didik silabus bahan materi pelatihan dan pelatih memulai dan
mengakhiri proses pelatihan pramuka sesuai dengan waktu yang dijadwalkan.
b. Pelaksanaan Pelatihan Pramuka
Pelaksanaan pelatihan pramuka merupakan implementasi dari Rencana
Pelaksanaan Kegiatan (RPK), meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.
Pada kegiatan inti model pelatihan pramuka, metode pelatihan pramuka, media
pelatihan pramuka, dan alat serta bahan yang disesuaikan dengan karakteristik
peserta didik pramuka. Pengoprasionalan pendekatan saintific, model pembelajaran
inkuiri, discoveri, project based learning, dan problem based learning disesuaikan
dengan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan, dan peserta didik.
Kompetensi tersebut mencakup 3 ranah yaitu sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
3) Penilaian Kegiatan Pramuka
23
Penilaian wajib diberikan terhadap kinerja peserta didik pramuka dalam
kegiatan ektrakurikuler pramuka. Kriteria keberhasilan lebih ditentukan oleh proses
dan keikutsertaan peserta didik dalam kegiatan ektrakurikuler pramuka. Penilaian
dilakukan secara kualitatif. Peserta didik diwajibkan untuk mendapatkan nilai
memuaskan pada kegiatan ekstrakurikuler wajib pada setiap semester. Nilai yang
diperoleh pada kegiatan ekstrakurikuler wajib. Kepramukaan berpengaruh terhadap
kenaikan kelas peserta didik. Nilai kurang memuaskan dalam dua semester atau
satu semester atau satu tahun memberikan sanksi bahwa peserta didik tersebut harus
mengikuti program khusus yang diselenggarakan bagi mereka.
Satuan pendidikan dapat dan perlu memberikan penghargaan kepada peserta didik
yang memiliki prestasi sangat memuaskan dalam kegiatan ekstrakulikuler pramuka.
Penghargaan tersebut diberikan untuk pelaksanaan kegiatan dalam satu waktu
akademik tertentu, misalnya pada setiap akhir semester, akhir tahun, atau pada
waktu peserta didik telah menyelesaikan seluruh program pembelajarannya.
Penghargaan tersebut memiliki arti sebagai suatu sikap menghargai prestasi
seseorang. Kebiasaan satuan pendidikan memberikan penghargaan terhadap peserta
didik akan menjadi bagian dari diri peserta didik setelah mereka menyelesaikan
pendidikannya.
Teknik penilaian yang dilakukan guru yaitu: (1) Penilaian dilakukan melalui
berbagai cara yang mencakup aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan dalam
bentuk tes dan non-tes, baik tulis maupun praktik; (2) Penugasan Terstruktur dan
Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur; (3) Penilaian sikap dilakukan melalui
penguatan, penilaian teman sejawat, maupun dengan menggunakan jurnal; (4)
Pelaporan nilai dituangkan dalam bentuk deskriptif dengan mengacu kriteria.
24
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
ekstrakulikuler pramuka di sekolah hendaknya tidak dipandang sebagai pengisi
waktu luang, tetapi ditempatkan sebagai komplemen kurikulum yang dirancang
serta sistematis untuk membangun relevannya dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan.
C. Pendidikan Karakter pada Ekstrakurikuler Pramuka
Pramuka sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler di sekolah sangat
relavan sebagai wadah penanaman nilai karakter. Nilai karakter yang dapat
dikembangkan melalui kegiatan kepramukaan adalah sebagai berikut: religius,
jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli
sosial, dan tanggung jawab (Online)
(https://suaidinmath.files.wordpress.com/2014/02/ks-04-kepramukaan-2.pdf) di
akses pada tanggal 15 Mei 2016 jam 21.07.
Menurut (Suaidinmath, 2014: 24) beberapa strategi yang dapat dilakukan
untuk membentuk karakter peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler pramuka
yaitu:
1) Intervensi
Intervensi adalah bentuk campur tangan yang dilakukan
pembimbing ekstrakurikuler pramuka terhadap peserta didik. Dalam jenis
kegiatan ekstrakurikuler pramuka, terdapat banyak karakter yang dapat
diintervensikan oleh pembimbing terhadap peserta didik yang mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Pembimbing dapat melakukan intervensi
25
melalui pemberian pengarahan, petunjuk dan memberlakukan aturan ketat
agar dipatuhi oleh peserta didik yang mengikuti (Suaidinmath, 2014: 24).
2) Pemberian Keteladanan
Kepala sekolah dan guru pembimbing peserta didik adalah model
bagi peserta didik. Banyak yang ditiru oleh peserta didik dengan apa yang
mereka miliki. Oleh karena itu, berbagai karakter positif yang mereka
miliki, sangat bagus jika ditampakkan kepada peserta didik dengan maksud
agar mereka mau meniru atau mencontohnya. Karakter disiplin yang ingin
disampaikan pada peserta didik, haruslah dimulai dengan contoh
keteladanan yang diberikan oleh kepala sekolah dan guru, termasuk ketika
dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Karakter disiplin
yang dicontohkan oleh kepala sekolah dan guru dalam kegiatan
ekstrakurikuler pramuka ini, dapat diwujudkan dalam bentuk selalu hadir
tepat waktu saat latihan/kegiatan ekstrakurikuler pramuka, mentaati waktu
dan jadwal latihan yang disepakati (Suaidinmath, 2014: 25).
3) Pembiasaan
Ada ungkapan menarik terkait pembentukan karakter peserta didik:
“Hati-hati dengan kata-katamu, karena itu akan menjadi kebiasaanmu. Hati-
hati dengan kebiasaanmu, karena itu akan menjadi karaktermu”. Ini berarti
bahwa pembiasaan yang dilakukan secara terus menerus, akan mengkristal
menjadi karakter (Suaidinmath, 2014: 25).
26
4) Mentoring/Pendampingan
Pendampingan adalah suatu fasilitas yang diberikan oleh
pendamping kegiatan ekstrakurikuler pramuka terhadap berbagai aktivitas
yang dilakukan oleh peserta didik, agar karakter positif yang sudah
disampaikan, dan diintervensikan tetap terkawal dan diimplementasikan
oleh peserta didik. Dalam proses pendampingan ini, bisa terjadi terdapat
persoalan aktual keseharian yang ditanyakan peserta didik kepada
pembimbingnya, sehingga pembimbing yang dalam hal ini berfungsi
sebagai mentor, dapat memberikan pencerahan sehingga tindakan peserta
didik tidak keluar dari karakter positif yang hendak dikembangkan
(Suaidinmath, 2014: 26).
Pembimbing peserta didik, dalam proses-proses pendampingan juga
bisa mengedepankan berbagai kelebihan dan kekurangan, efek positif dan
negatif setiap tindakan manusia, serta keuntungan dan kerugian (jangka
pendek dan jangka panjang), baik tindakan yang positif maupun negatif.
Dengan demikian, sebelum dan selama peserta didik bertindak, senantiasa
diarahkan dengan tujuan-tujuan yang positif dan juga dengan menggunakan
cara-cara yang positif. Untuk mencapai tujuan yang baik hanya boleh
dengan menggunakan tindakan yang baik dan dengan menggunakan cara
yang baik juga.
5) Penguatan
Dalam berbagai perspektif psikologi, penguatan yang diberikan oleh
pembimbing ekstrakurikuler pramuka berkhasiat untuk memperkuat
perilaku peserta didik. Oleh karena itu, jangan sampai pembimbing peserta
27
didik kalah start dengan peer group peserta didik yang sering mencuri start
dalam hal memberikan penguatan perilaku sebayanya (Suaidinmath, 2014:
27).
6) Keterlibatan Berbagai Pihak
Berbagai pihak yang sepatutnya terlibat dalam kegiatan
ekstrakurikuler pramuka adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru
pembimbingekstrakurikuler pramuka, komite sekolah, pengawas sekolah
dan orang tua siswa (Suaidinmath, 2014: 27). Berbagai bentuk keterlibatan
berbagai pihak tersebut dapat bertanggung jawab sebagai berikut:
a. Kepala Sekolah Sebagai Ketua Mabigus
b. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan
c. Pembimbing Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Sebagai Ketua
Gugus Depan Pramuka
d. Pengawas Sekolah
e. Komite Sekolah
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan
ekstrakurikuler pramuka di sekolah sangat relavan sebagai wadah penanaman nilai
karakter. Nilai karakter yang dapat dikembangkan melalui kegiatan kepramukaan
adalah sebagai berikut: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli
lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
B. Penelitian Terdahulu
28
Penelitian terdahulu mengenai pelaksanaan pendidikan karakter
sebelumnya telah dilakukan oleh Arfi Ningsih (2015) dengan judul “Pelaksanaan
Pendidikan Karakter Melalui Ekstrakulikuler Pramuka Kelas V SDN Mojolangu 2
Malang”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah mengetahui pelaksanaan
pendidikan karakter melalui ekstrakulikuler pramuka kelas V SDN Mojolangu 2
Malang, dan hambatan apa saja yang terjadi didalam pelaksanaan pendidikan
karakter melalui ekstrakulikuler pramuka kelas V SDN Mojolangu 2 Malang.
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian terdahulu adalah pendekatan
kualitatif dengan data yang dijabarkan berupa data deskriptif. peneliti bertindak
sebagai pengamat, penganalisis data dan pembuat laporan. Sumber data dalam
penelitian tersebut yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Prosedur
pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, interview, dokumentasi. Teknik
analisis data tersebut berupa reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan pelaksanaan pendidikan karakter
dalam kegiatan ekstrakulikuler pramuka kelas V SDN Mojolangu 2 Malang, pada
tahap perencanaan pembina hanya membuat program perencanaan kegiatan
ekstrakulikuler pramuka dalam bentuk catatan buku dengan mengimplementasikan
pendidikan karakter yang sesuai dengan kegiatan tersebut. Pada tahap
pelaksanaannya pendidikan karakter dilaksanakan dalam kegiatan ekstrakulikuler
pramuka yang sedang berlangsung, mulai dari kegiatan awal sampai dengan
kegiatan akhir. Dan pada tahap evaluasi, tidak dilakukan evaluasi pendidikan
karakter dalam kegiatan ekstrakulikuler pramuka.
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang terletak pada
fokus permasalahan yang diteliti. Penelitian terdahulu lebih difokuskan pada
29
pelaksanaan pendidikan dalam proses ekstrakulikuler pramuka, namun pada
penelitian yang sekarang lebih focus pada nilai-nilai pendidikan karakter pada
ekstrakulikuler pramuka. Subjek yang diteliti penelitian terdahulu adalah siswa
kelas V SDN Mojolangu 2 Malang, sedangkan penelitian sekarang adalah siswa
yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di SDN Lorejo 2 Kabupaten Blitar.
Persamaan pada penelitian terdahulu dan sekarang adalah sama-sama
menggunakan kegiatan ekstrakulikuler pramuka sebagai penelitiannya.
30
C. Kerangka Pikir
Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Pada
Ekstrakurikuler Pramuka di SDN Lorejo 2
Kabupaten Blitar
Ekstrakurikuler Pramuka di SD
Adanya nilai-nilai pendidikan karakter pada
ekstrakurikuler pramuka meliputi 10 butir yaitu:
religius, jujur, toleransi, disiplin, kreatif, mandiri,
cinta tanah air, menghargai, prestasi, peduli sosial,
dan tanggung jawab
Nilai-nilai pendidikan karakter
apa sajakah yang ditanamkan
pada ekstrakulikuler pramuka di
SDN Lorejo 2 Kabupaten Blitar
Bagaimana nilai-nilai pendidikan
karakter ditanamkan dalam
ekstrakulikuler pramuka di SDN
Lorejo 2 Kabupaten Blitar
Kendala dan upaya apa dalam
menanamkan nilai-nilai pendidikan
karakter pada ekstrakulikuler pramuka
di SDN Lorejo 2 Kabupaten Blitar
a. Wawancara
b. Observasi
c. Dokumentasi
a. Reduksi
b. Pemaparan
c. Verifikasi
Analisis nilai-nilai pendidikan karakter siswa pada
ekstrakurikuler pramuka
1. Menyebutkan nilai-nilai pendidikan karakter
2. Mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter
3. Mendeskripsikan penyebab kurangnya nilai pendidikan
karakter pada siswa
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
31
Keterangan:
Berdasarkan kerangka pikir penelitian tersebut, peneliti akan melakukan
penelitian terhadap nilai-nilai pendidikan karakter pada kegiatan ekstrakurikuler
pramuka di SDN Lorejo 2 Kabupaten Blitar dengan melihat kegiatan
ekstrakurikuler pramuka terlebih dahulu pada sekolah tersebut. Selanjutnya
penelitian yang dilakukan yaitu mengamati nilai-nilai pendidikan karakter yang ada
pada siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka yang mencangkup 10 butir
nilai-nilai pendidikan karakter yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kreatif,
mandiri, cinta tanah air, menghargai, prestasi, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Kebiasaan atau cara yang ditunjukkan siswa pada saat proses kegiatan
ekstrakurikuler pramuka tersebut merupakan nilai-nilai pendidikan karakter pada
siswa. Dengan begitu, peneliti bisa mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter
siswa pada kegiatan ekstrakurikuler pramuka berdasarkan 10 butir nilai-nilai
pendidikan karakter.
Top Related