BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian...

23
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Pendidikan adalah proses menjadi, yakni menjadikan seseorang menjadi dirinya sendiri yang tumbuh sejalan dengan bakat, watak, kemampuan, dan hati nuraninya secara utuh (Mulyasana, 2012: 2). Pendidikan tidak dimaksudkan untuk mencetak karakter dan kemampuan peserta didik sama seperti gurunya. Proses pendidikan diarahkan pada proses berfungsinya semua potensi peserta didik secara manusiawi agar mereka menjadi dirinya sendiri yang mempunyai kepribadian dan kemampuan unggul. Menurut Wiyani (2013: 25) karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus, yang menjadi pendorong dan penggerak, serta membedakannya dengan individu lain. Seseorang dapat dikatakan berkarakter, jika telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat, serta digunakan sebagai moral dalam hidupnya. Pengertian mengenai pendidikan dan karakter tersebut menghasilkan berbagai pengertian tentang pendidikan karakter yang berbeda-beda. Menurut Winton dalam Samani, dkk (2010:43) pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada siswanya. Pendidikan karakter juga dapat didefinisikan sebagai pendidikan yang mengembangkan karakter yang mulia (good character) dari peserta didik dengan 9

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian...

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan Karakter

1. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan adalah proses menjadi, yakni menjadikan seseorang menjadi

dirinya sendiri yang tumbuh sejalan dengan bakat, watak, kemampuan, dan hati

nuraninya secara utuh (Mulyasana, 2012: 2). Pendidikan tidak dimaksudkan untuk

mencetak karakter dan kemampuan peserta didik sama seperti gurunya. Proses

pendidikan diarahkan pada proses berfungsinya semua potensi peserta didik secara

manusiawi agar mereka menjadi dirinya sendiri yang mempunyai kepribadian dan

kemampuan unggul.

Menurut Wiyani (2013: 25) karakter adalah kualitas atau kekuatan mental

atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus,

yang menjadi pendorong dan penggerak, serta membedakannya dengan individu

lain. Seseorang dapat dikatakan berkarakter, jika telah berhasil menyerap nilai dan

keyakinan yang dikehendaki masyarakat, serta digunakan sebagai moral dalam

hidupnya.

Pengertian mengenai pendidikan dan karakter tersebut menghasilkan

berbagai pengertian tentang pendidikan karakter yang berbeda-beda. Menurut

Winton dalam Samani, dkk (2010:43) pendidikan karakter adalah upaya sadar dan

sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada

siswanya. Pendidikan karakter juga dapat didefinisikan sebagai pendidikan yang

mengembangkan karakter yang mulia (good character) dari peserta didik dengan

9

10

mempraktikkan dan mengajarkan nilai-nilai moral dan pengambilan keputusan

yang beradab dalam hubungan dengan sesama manusia maupun hubungan dalam

hubungannya dengan Tuhannya (Samani, dkk, 2013 : 44). Pendapat lain mengenai

pendidikan karakter yaitu menurut Fakry Gaffar dalam Wiyani (2013 : 26)

pendidikan karakter adalah sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk

ditumbuh kembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam

kehidupan orang itu.

Menurut Anne Lockword dalam Wiyani (2013 : 27) mendefinisikan

pendidikan karakter sebagai aktivitas berbasis sekolah yang mengungkap secara

sistematis bentuk perilaku dari siswa. Berdasarkan definisi Anne Lockword

tersebut, bahwa pendidikan karakter dihubungkan dengan setiap rencana sekolah,

yang dirancang bersama lembaga masyrakat lain, untuk membentuk secara

langsung dan sistematis perilaku yang muda. Dengan demikian, idealnya

pelaksanaan pendidikan karakter merupakan bagian yang terintegrasi dengan

manajemen pendidikan sekolah.

Berdasarkan pengertian pendidikan karakter dari para ahli, maka dapat

disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah upaya seorang guru untuk

menanamkan atau mengajarkan nilai-nilai kepada siswanya untuk ditumbuh

kembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam kehidupan

orang itu.

11

2. Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter mempunyai tujuan yang berhubungan dengan

pembentukan karakter atau kepribadian seseorang. Tujuan pendidikan karakter

sangat banyak. Tujuan pendidikan karakter menurut Pasal 3 UU Sistem Pendidikan

Nasional Nomor 20 Tahun 2003, disebutkan bahwa “Pendidikan nasioanl berfungsi

mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab”.

Pendidikan karakter sering juga disebut sebagai pendidikan nilai. Karakter

adalah value in action, nilai yang diwujudkan dalam tindakan. Karakter juga sering

disebut operative value atau nilai-nilai yang dioperasionalkan dalam tindakan.

Sehingga, pendidikan karakter pada dasarnya merupakan upaya dalam proses

menginternalisasikan, menghadirkan, dan mengembangkan nilai-nilai kebijakan

pada diri peserta didik (Wiyani, 2013:70).

Menurut (Wiyani, 2013:70) tujuan pendidikan karakter dalam lingkungan

sekolah yaitu:

(1) Memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu

sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik pada saat masih

bersekolah maupun setelah lulus; (2) Mengoreksi perilaku peserta

didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan

sekolah. Tujuan ini memiliki makna bahwa tujuan pendidikan

karakter memiliki sasaran untuk meluruskan berbagai perilaku

negatif anak menjadi positif; (3) Membangun hubungan yang

harmonis dengan keluarga dan masyrakat dengan memerankan

tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.

Tujuan ini bermakna bahwa karakter di sekolah harus dihubungkan

dengan proses pendidikan di keluarga. Jika pendidikan di sekolah

hanya bertumpu pada interaksi antara peserta didik dengan guru di

kelas dan sekolah, maka pencapaian berbagai karakter yang

diharapkan akan sulit tercapai.

12

Berdasarkan penjelasan di atas peneliti menyimpulkan bahwa tujuan

pendidikan karakter adalah meningkatkan mutu penyelenggaraan potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab.

Memiliki sasaran untuk meluruskan perilaku negatif peserta didik menjadi positif

serta membangun hubungan yang harmonis dengan keluarga dan masyarakat.

3. Manfaat Pendidikan Karakter

Selain mempunyai tujuan, pendidikan karakter juga mempunyai manfaat.

Secara umum, manfaat pendidikan karakter sesuai dengan manfaat pendidikan

nasioanl. Pendidikan karakter dimaksudkan untunk mengembangkan kemampuan

dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa.

Menurut Hasan, dkk (2010:5) ada 3 manfaat utama pendidikan karakter,

yaitu: (1) pendidikan karakter bermanfaat membentuk dan mengembangkan potensi

manusia atau warga Indonesia agar berpikiran baik, berhati baik, dan berprilaku

baik; (2) Memperbaiki karakter manusia dan warga negara Indonesia yang bersifat

negatif dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan

pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan

potensi manusia; (3) Memilah nilai-nilai budaya bangsa sendiri dan menyaring

nilai-nilai budaya bangsa lain yang positif untuk menjadi karakter manusia dan

warga negara Indonesia agar menjadi bangsa yang bermartabat.

Pendapat lain mengenai manfaat pendidikan karakter yaitu menurut

(Afandi, 2011: 89) terdapat tiga manfaat pendidikan karakter yaitu:

13

1) Wahana pengembangan, yaitu pengembangan potensi peserta didik untuk

menjadi berprilaku yang baik bagi peserta didik yang telah memiliki sikap

dan perilaku yang mencerminkan karakter; 2) wahana perbaikan, yaitu

memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk lebih bertanggungjawab

dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat, dan; 3)

wahana penyaring, yaitu untuk menyaring budaya-budaya bangsa sendiri

dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai karakter.

Berdasarkan penjelasan yang sudah diuraikan di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa manfaat pendidikan karakter adalah menjadikan peserta didik

menjadi seseorang yang mempunyai karakter yang baik. Selain itu, pada dasarnya

setiap manusia mempunyai karakter yang baik, akan tetapi karakter yang baik itu

haru tetap di arahkan dan di bentuk sebaik-baiknya agar kedepannya karakter itu

akan menjadikan suatu kebiasaan yang mempunyai nilai kebaikan dalam

menjalankan kehidupan sehari-hari.

1. Hubungan Pendidikan Karakter dengan Pendidikan Moral

Karakter adalah cara berpikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas tiap

individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,

dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat

keputusan dan siap mempertanggungjawabkan akibat dari keputusan yang

dibuatnya Suyatno dalam Setiawan (2013 : 55).

Menurut Golemen dalam Setiawan (2013 : 55) pendidikan karakter pada

hakikatnya adalah pendidikan nilai yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive),

perasaan (feeling), dan tindakan (action). Pendidikan karakter yang menghasilkan

karakter, didalamnya juga terdapat tiga komponen moral yang baik, yaitu: (1)

Pengetahuan tentang moral (moral knowing); (2) Perasaan tentang moral (moral

feeling); (3) Perbuatan moral (moral action) Lickona dalam Setiawan (2013 : 56).

14

Ketiga komponen tersebut dalam aplikasi pendidikan karakter harus

terbangun secara terkait. Moral knowing yang meliputi: kesadaran moral,

pengetahuan nilai moral, pandangan ke depan, penalaran moral, pengambilan

keputusan dan pengetahuan diri, adalah hal esensial yang perlu diajarkan kepada

peserta didik.

Pendidikan karakter sebatas moral knowing tidaklah cukup. Untuk itu perlu

berlanjut pada sampai pada moral feeling yang meliputi: kata hati, rasa percaya diri,

empati, cinta kebaikan, pengendalian diri dan kerendahan hati. Bahkan terus

berlanjut pada tahap yang paling penting, yaitu moral action. Dalam tahap ini motif

dorongan sesorang untuk berbuat baik, tampak pada aspek kompetensi, keinginan

dan kebiasaan yang ditampilkannya. Ketersusuan tiga komponen moral yang saling

berhubungan secara sinergis, menjadi syarat aktualisasi pendidikan karakter dalam

mengembangkan kecerdasan moral peserta didik (Setiawan, 2013: 56).

Menurut Borba dalam Setiawan (2013: 57) kecerdasan moral (moral

intelligence) adalah kemampuan memahami hal yang benar dan yang salah dengan

keyakinan etika yang kuat dan bertindak berdasarkan keyakinannya tersebut dengan

sikap yang benar serta perilaku yang terhormat. Pendidikan berbasis kecerdasan

moral menjadi sesuatu yang urgen, karena kecerdasan moral terbangun dari

beberapa kebajikan utama yang kelak akan membantu peserta didik dalam

menyikapi dan menghadapi tantangan hidup. Menurut Borba dalam Setiawan

(2013: 57) ada tujuh kebajikan utama yang perlu dimiliki peserta didik dalam

mengembangkan kecerdasan moral, yaitu: empati, hati nurani, kontrol diri, rasa

hormat, kebaikan hati, toleransi, dan keadilan.

15

Desain pendidikan karakter berbasis kecerdasan moral yang diurutkan

secara sistematis dan berkelanjutan, peserta didik akan memiliki sejumlah

kebajikan utama yang berguna bagi dirinya dalam menghadapi segala macam

tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis. Dengan

demikian, pendidikan karakter berbasis kecerdasan moral merupakan upaya

pengembangan kemampuan peserta didik yang berorientasi pada kompetensi

kecerdasan dan karakter.

2. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Kementerian Pendidikan Nasional merumuskan ada 18 nilai karakter yang

digunakan untuk membangun karakter bangsa melalui pendidikan yaitu:

1) Religius, yakni sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran

agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan

hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2) Jujur, yakni sikap dan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan

dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,

tindakan dan pekerjaan.

3) Toleransi, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan menghargai

terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku, adat, bahasa, ras,

etnis, pendapat, dan hal-hal lain yang berbeda dengan dirinya secara sadar

dan terbuka, serta dapat hidup tenang di tengah perbedaan tersebut.

4) Disiplin, yakni kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala

bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku.

16

5) Kerja keras, yakni perilaku yang menunjukkan upaya secara sungguh-

sungguh dalam menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan.

6) Kreatif, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi dalam

berbagai segi dalam memecahkan masalah, sehingga selalu menemukan

cara-cara baru, bahkan hasil-hasil baru yang lebih baik.

7) Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak bergantung pada orang lain

dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan. Akan tetapi, hal ini

bukan berarti tidak boleh bekerja sama secara kolaboratif, melainkan tidak

boleh melemparkan tugas dan tanggung jawab kepada orang lain.

8) Demokratis, yakni sikap dan cara berpikir yang mencerminkan perasaan hak

dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dengan orang lain.

9) Rasa ingin tahu, yakni cara berpikir, sikap dan perilaku yang mencerminkan

penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar,

dipelajari secara lebih mendalam.

10) Semangat kebangsaan atau nasionalisme, yakni sikap atau tindakan yang

menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi

atau individu dan golongan.

11) Cinta tanah air, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa bangga,

setia, peduli, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, budaya,

ekonomi, politik, dan lain sebagainya sehingga tidak mudah menerima

tawaran bangsa lain yang dapat merugikan bangsa sendiri.

12) Menghargai prestasi, yakni sikap terbuka terhadap prestasi orang lain serta

mengakui kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat berprestasi

lebih tinggi.

17

13) Bersahabat atau Komunikatif, yakni sikap dan tindakan terbuka terhadap

orang lain melalui komunikasi yang santun sehingga tercipta kerjasama

dengan baik.

14) Cinta damai, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan suasana damai,

aman, tenang dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam komunitas atau

masyrakat tertentu.

15) Gemar membaca, yakni kebiasaan tanpa paksaan untuk menyediakan waktu

untuk membaca berbagai informasi, sehingga menumbuhkan kebijakan bagi

dirinya.

16) Peduli lingkungan, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya

mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan

mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang

sudah terjadi.

17) Peduli sosial, yakni sikap dan perbuatan yang mencerminkan kepedulian

terhadap orang lain maupun masyarakat yang membutuhkan.

18) Tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan

tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, sosial,

masyrakat, bangsa, negara maupun agama.

Pendidikan karakter mempunyai nilai-nilai yang baik untuk menjadi bekal

manusia dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan dengan

nilai-nilai pendidikan karakter, kehidupan akan berjalan dengan damai dan

sejahtera. Selain itu, setiap manusia akan mempunyai karakter yang bisa membuat

nyaman orang lain.

18

B. Pramuka

1. Pengertian Pramuka

Pramuka merupakan proses pendidikan di luar sekolah dan di luar keluarga

yang dilakukan di alam terbuka dalam bentuk kegiatan yang menarik, menantang,

menyenangkan, sehat, teratur dan terarah, dengan menerapkan Prinsip Dasar

Kepramukaan dan Metode Pendidikan Kepramukaan, yang sasaran akhirnya adalah

terbentuknya kepribadian, watak, akhlak mulia dan memiliki kecakapan hidup

(Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 2011 : 20). Pendapat lain mengenai

pengertian pramuka juga diungkapkan oleh Abas, dkk (2011: 31) bahwa pramuka

adalah suatu perkumpulan yang berstatus non-govermental (bukan badan

pemerintah) dan yang berbentuk kesatuan. Kegiatan kepramukaan diselenggarakan

menurut jalan aturan demokrasi, dengan pengurusnya (Kwartir Nasional, Kwartir

Cabang, dan Kwartir Ranting) dipilih didalam musyawarah.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pramuka adalah

suatu perkumpulan yang bukan berbentuk badan pemerintahan dan di dalamnya

mempunyai kegiatan yang dilakukan di alam terbuka, dalam bentuk kegiatan yang

menarik, menantang, menyenangkan, sehat, teratur dan terarah, dengan

menerapkan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Pendidikan Kepramukaan,

yang mempunyai tujuan membentuk watak dan kepribadian seseorang.

2. Tujuan Pramuka

Tujuan dari pramuka yaitu: (1) Menjadi manusia yang berkepribadian dan

berwatak luhur serta tinggi dalam mental, moral, budi pekerti dan kuat keyakinan

beragamanya, serta tinggi kecerdasan dan keterampilannya, dan kuat serta sehat

fisiknya; (2) Menjadi warga negara Indonesia yang berjiwa Pancasila, setia dan

19

patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, sehingga menjadi anggota

masyarakat yang baik dan berguna, yang sanggup dan mampu menyelenggarakan

pembangunan bangsa dan negara (Online)

(http://pramuka.lk.ipb.ac.id/files/2012/11/Sejarah-Gerakan-Pramuka.pdf), diakses

12 Mei 2016 jam 17.16.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A

Tahun 2013 “Tentang Implementasi Kurikulum 2013”, dijelaskan bahwa tujuan

kegiatan ekstrakulikuler pramuka pada satuan pendidikan adalah untuk: (1)

Meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik; (2)

Mengembangkan bakat dan minat peserta didik dalam upaya pembinaan pribadi

menuju pembinaan manusia seutuhnya.

Tujuan tersebut merupakan cita-cita Gerakan Pramuka. Karena itu semua

kegiatan yang dilakukan oleh semua unsur dalam Gerakan Pramuka harus

mengarah pada pencapaian tujuan tersebut. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat

disimpulkan bahwa tujuan pramuka adalah mendidik anak-anak dan pemuda

Indonesia dengan prinsip-prinsip dasar dan metode kepramukaan yang

pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan

bangsa dan masyarakat Indonesia.

3. Ekstrakurikuler Pramuka di Sekolah

Kegiatan ekstrakurikuler pramuka mengacu pada Permendikbud RI Nomor

81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013 pada lapiran III, secara

jelas dituliskan bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu perangkat

operasional kurikulum yang perlu disusun dan dituangkan dalam rencana kerja

tahunan/kalender pendidikan satuan pendidikan (seperti disebutkan pada Pasal 53

20

ayat 92) butir a Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan sebagaimana telah di ubah dengan Peraturan Pemerintah

Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan No. 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan. Kedudukan ekstrakurikuler dalam sistem

kurikulum hendaknya tidak dipandang sebagai pengisi waktu luang, tetapi

ditempatkan sebagai komplemen kurikulum yang dirancang serta sistematis untuk

membangun relevannya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Secara

keseluruhannya didedikasikan kepada peserta didik, maksudnya menyelenggarakan

kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan, bakat dan potensi

peserta didik. Dalam rangka pelaksanaan Pendidikan Kepramukaan sebagai

ekstrakurikuler wajib di Sekolah, agar sejalan dan relevan dengan amanat Sistem

Pendidikan Nasional dan Kurikulum 2013, maka pelaksanaan harus didesain dalam

bentuk Buku Panduan atau Petunjuk Pelaksanaan yang memiliki kekuatan hukum

yang jelas, tentunya tidak saja berdasarkan Peraturan Mentri No. 81A Tahun 2012

tetapi ditindak lanjuti dengan adanya SKB Mendiknas dan Ketua Kwartir Nasional

Gerakan Pramuka tentang Petunjuk Pelaksanaanya.

Joko Mursito dalam Utomo (2015 : 24) menjelaskan cara mengolah satuan

pramuka di sekolah yaitu:

(1) Pembina bersama peserta didik menyusun program kegiatan yang sesuai

dengan keinginan peserta didik; (2) Menetapkan sarana kegiatan pada

kegiatan-kegiatan pramuka; (3) Menyajikan kegiatan-kegiatan yang

menarik, menyenangkan dan menantang serta mengandung pendidikan di

alam terbuka, seperti : (a) Berkemah; (b) Penjelajahan; (c) Survival training;

(d) Api unggun; (e) Pelantikan; (f) P3K dan pengabdian masyrakat; (4)

Memfungsikan peserta didik sebagai subyek pendidikan, di samping juga

sebagai objek; (5) Pembina pramuka menempatkan posisi sebagai

motivator, dinamisator, konsultan, fasilitator, dan innovator kegiatan; (6)

Pembina pramuka hendaknya selalu berada di tengah-tengah peserta didik

dalam semua kegiatan kepramukaan untuk dapat menerapkan Prinsip Dasar

21

Kepramukaan, Metode Kepramukaan, Pelaksanaan Kode Kehormatan,

menerpkan Kiasan Dasar, dan perwujudan Motto Gerakan Pramuka.

Kemendikbud Tahun 2014 Tentang Kepramukaan juga menjelaskan

strategi dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka di sekolah, agar ekstrakurikuler

pramuka dapat berjalan dengan apa yang diharapkan, yaitu:

1) Perencanaan Program Kegiatan

Revitalisasi gerakan pramuka perlu dilakukan agar kegiatan-kegiatan

kepramukaan dapat terselenggara secara lebih berkualitas, menarik minat dan

menjadi pilihan peserta didik, dan mewujudkan peserta didik yang berkarakter kuat

untuk menjadi calon pemimpin bangsa dalam berbagai bidang kehidupan. Guna

menunjang dan memperkuat kebijakan tersebut perencanaan program kegiatan

ekstrakurikuler pramuka harus diperlukan yaitu: (1) Program Kerja Kegiatan

Pramuka; (2) Rencana Kerja Anggaran Kegiatan Pramuka; (3) Program Tahunan;

(4) Program Semester; (5) Silabus Materi Kegiatan Pramuka; (6) Rencana

Pelaksanaan Kegiatan; dan (7) Kriteria Penilaian Kegiatan.

2) Pelaksanaan Kegiatan Pramuka

Persyaratan Pelaksanaan Proses Pelatihan Pramuka. Alokasi Waktu Jam

Pelatihan Pramuka per Minggu : SD/MI : 2 x 35 menit. SMP/MTs : 2 x 40 menit.

SMA/SMK : 2 x 45 menit.

a. Pengelolaan Pelatihan Pramuka

Pelatih menyesuaikan tempat pelatihan peserta didik sesuai dengan tujuan dan

karakteristik proses Pelatihan Pramuka. Volume dan intonasi suara Pelatih dalam

proses Pelatihan Pramuka harus dapat didengar dengan baik oleh peserta didik.

22

Pelatih wajib menggunakan kata-kata santun, lugas dan mudah dimengerti oleh

peserta didik. Pelatih wajib menggunakan kata-kata santun, lugas dan mudah

dimengerti oleh peserta didik. Pelatih menyesuaikan materi dengan kecepatan dan

kemampuan penerimaan peserta didik. Pelatih menciptakan ketertiban,

kedisiplinan, kenyamanan, dan kesejahteraan dalam menyelenggarakan proses

pelatihan pramuka.

Pelatih memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan hasil belajar

peserta didik selama proses Pelatihan Pramuka berlangsung. Pelatih mendorong

dan menghargai peserta didik untuk bertanya dan mengemukakan pendapat. Pelatih

berpakaian sopan, bersih, dan rapi. Pada tiap awal semester, pelatih menjelaskan

kepada peserta didik silabus bahan materi pelatihan dan pelatih memulai dan

mengakhiri proses pelatihan pramuka sesuai dengan waktu yang dijadwalkan.

b. Pelaksanaan Pelatihan Pramuka

Pelaksanaan pelatihan pramuka merupakan implementasi dari Rencana

Pelaksanaan Kegiatan (RPK), meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.

Pada kegiatan inti model pelatihan pramuka, metode pelatihan pramuka, media

pelatihan pramuka, dan alat serta bahan yang disesuaikan dengan karakteristik

peserta didik pramuka. Pengoprasionalan pendekatan saintific, model pembelajaran

inkuiri, discoveri, project based learning, dan problem based learning disesuaikan

dengan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan, dan peserta didik.

Kompetensi tersebut mencakup 3 ranah yaitu sikap, pengetahuan, dan

keterampilan.

3) Penilaian Kegiatan Pramuka

23

Penilaian wajib diberikan terhadap kinerja peserta didik pramuka dalam

kegiatan ektrakurikuler pramuka. Kriteria keberhasilan lebih ditentukan oleh proses

dan keikutsertaan peserta didik dalam kegiatan ektrakurikuler pramuka. Penilaian

dilakukan secara kualitatif. Peserta didik diwajibkan untuk mendapatkan nilai

memuaskan pada kegiatan ekstrakurikuler wajib pada setiap semester. Nilai yang

diperoleh pada kegiatan ekstrakurikuler wajib. Kepramukaan berpengaruh terhadap

kenaikan kelas peserta didik. Nilai kurang memuaskan dalam dua semester atau

satu semester atau satu tahun memberikan sanksi bahwa peserta didik tersebut harus

mengikuti program khusus yang diselenggarakan bagi mereka.

Satuan pendidikan dapat dan perlu memberikan penghargaan kepada peserta didik

yang memiliki prestasi sangat memuaskan dalam kegiatan ekstrakulikuler pramuka.

Penghargaan tersebut diberikan untuk pelaksanaan kegiatan dalam satu waktu

akademik tertentu, misalnya pada setiap akhir semester, akhir tahun, atau pada

waktu peserta didik telah menyelesaikan seluruh program pembelajarannya.

Penghargaan tersebut memiliki arti sebagai suatu sikap menghargai prestasi

seseorang. Kebiasaan satuan pendidikan memberikan penghargaan terhadap peserta

didik akan menjadi bagian dari diri peserta didik setelah mereka menyelesaikan

pendidikannya.

Teknik penilaian yang dilakukan guru yaitu: (1) Penilaian dilakukan melalui

berbagai cara yang mencakup aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan dalam

bentuk tes dan non-tes, baik tulis maupun praktik; (2) Penugasan Terstruktur dan

Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur; (3) Penilaian sikap dilakukan melalui

penguatan, penilaian teman sejawat, maupun dengan menggunakan jurnal; (4)

Pelaporan nilai dituangkan dalam bentuk deskriptif dengan mengacu kriteria.

24

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa

ekstrakulikuler pramuka di sekolah hendaknya tidak dipandang sebagai pengisi

waktu luang, tetapi ditempatkan sebagai komplemen kurikulum yang dirancang

serta sistematis untuk membangun relevannya dalam rangka meningkatkan mutu

pendidikan.

C. Pendidikan Karakter pada Ekstrakurikuler Pramuka

Pramuka sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler di sekolah sangat

relavan sebagai wadah penanaman nilai karakter. Nilai karakter yang dapat

dikembangkan melalui kegiatan kepramukaan adalah sebagai berikut: religius,

jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,

semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,

bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli

sosial, dan tanggung jawab (Online)

(https://suaidinmath.files.wordpress.com/2014/02/ks-04-kepramukaan-2.pdf) di

akses pada tanggal 15 Mei 2016 jam 21.07.

Menurut (Suaidinmath, 2014: 24) beberapa strategi yang dapat dilakukan

untuk membentuk karakter peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler pramuka

yaitu:

1) Intervensi

Intervensi adalah bentuk campur tangan yang dilakukan

pembimbing ekstrakurikuler pramuka terhadap peserta didik. Dalam jenis

kegiatan ekstrakurikuler pramuka, terdapat banyak karakter yang dapat

diintervensikan oleh pembimbing terhadap peserta didik yang mengikuti

kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Pembimbing dapat melakukan intervensi

25

melalui pemberian pengarahan, petunjuk dan memberlakukan aturan ketat

agar dipatuhi oleh peserta didik yang mengikuti (Suaidinmath, 2014: 24).

2) Pemberian Keteladanan

Kepala sekolah dan guru pembimbing peserta didik adalah model

bagi peserta didik. Banyak yang ditiru oleh peserta didik dengan apa yang

mereka miliki. Oleh karena itu, berbagai karakter positif yang mereka

miliki, sangat bagus jika ditampakkan kepada peserta didik dengan maksud

agar mereka mau meniru atau mencontohnya. Karakter disiplin yang ingin

disampaikan pada peserta didik, haruslah dimulai dengan contoh

keteladanan yang diberikan oleh kepala sekolah dan guru, termasuk ketika

dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Karakter disiplin

yang dicontohkan oleh kepala sekolah dan guru dalam kegiatan

ekstrakurikuler pramuka ini, dapat diwujudkan dalam bentuk selalu hadir

tepat waktu saat latihan/kegiatan ekstrakurikuler pramuka, mentaati waktu

dan jadwal latihan yang disepakati (Suaidinmath, 2014: 25).

3) Pembiasaan

Ada ungkapan menarik terkait pembentukan karakter peserta didik:

“Hati-hati dengan kata-katamu, karena itu akan menjadi kebiasaanmu. Hati-

hati dengan kebiasaanmu, karena itu akan menjadi karaktermu”. Ini berarti

bahwa pembiasaan yang dilakukan secara terus menerus, akan mengkristal

menjadi karakter (Suaidinmath, 2014: 25).

26

4) Mentoring/Pendampingan

Pendampingan adalah suatu fasilitas yang diberikan oleh

pendamping kegiatan ekstrakurikuler pramuka terhadap berbagai aktivitas

yang dilakukan oleh peserta didik, agar karakter positif yang sudah

disampaikan, dan diintervensikan tetap terkawal dan diimplementasikan

oleh peserta didik. Dalam proses pendampingan ini, bisa terjadi terdapat

persoalan aktual keseharian yang ditanyakan peserta didik kepada

pembimbingnya, sehingga pembimbing yang dalam hal ini berfungsi

sebagai mentor, dapat memberikan pencerahan sehingga tindakan peserta

didik tidak keluar dari karakter positif yang hendak dikembangkan

(Suaidinmath, 2014: 26).

Pembimbing peserta didik, dalam proses-proses pendampingan juga

bisa mengedepankan berbagai kelebihan dan kekurangan, efek positif dan

negatif setiap tindakan manusia, serta keuntungan dan kerugian (jangka

pendek dan jangka panjang), baik tindakan yang positif maupun negatif.

Dengan demikian, sebelum dan selama peserta didik bertindak, senantiasa

diarahkan dengan tujuan-tujuan yang positif dan juga dengan menggunakan

cara-cara yang positif. Untuk mencapai tujuan yang baik hanya boleh

dengan menggunakan tindakan yang baik dan dengan menggunakan cara

yang baik juga.

5) Penguatan

Dalam berbagai perspektif psikologi, penguatan yang diberikan oleh

pembimbing ekstrakurikuler pramuka berkhasiat untuk memperkuat

perilaku peserta didik. Oleh karena itu, jangan sampai pembimbing peserta

27

didik kalah start dengan peer group peserta didik yang sering mencuri start

dalam hal memberikan penguatan perilaku sebayanya (Suaidinmath, 2014:

27).

6) Keterlibatan Berbagai Pihak

Berbagai pihak yang sepatutnya terlibat dalam kegiatan

ekstrakurikuler pramuka adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru

pembimbingekstrakurikuler pramuka, komite sekolah, pengawas sekolah

dan orang tua siswa (Suaidinmath, 2014: 27). Berbagai bentuk keterlibatan

berbagai pihak tersebut dapat bertanggung jawab sebagai berikut:

a. Kepala Sekolah Sebagai Ketua Mabigus

b. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan

c. Pembimbing Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Sebagai Ketua

Gugus Depan Pramuka

d. Pengawas Sekolah

e. Komite Sekolah

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan

ekstrakurikuler pramuka di sekolah sangat relavan sebagai wadah penanaman nilai

karakter. Nilai karakter yang dapat dikembangkan melalui kegiatan kepramukaan

adalah sebagai berikut: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,

mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,

menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli

lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.

B. Penelitian Terdahulu

28

Penelitian terdahulu mengenai pelaksanaan pendidikan karakter

sebelumnya telah dilakukan oleh Arfi Ningsih (2015) dengan judul “Pelaksanaan

Pendidikan Karakter Melalui Ekstrakulikuler Pramuka Kelas V SDN Mojolangu 2

Malang”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah mengetahui pelaksanaan

pendidikan karakter melalui ekstrakulikuler pramuka kelas V SDN Mojolangu 2

Malang, dan hambatan apa saja yang terjadi didalam pelaksanaan pendidikan

karakter melalui ekstrakulikuler pramuka kelas V SDN Mojolangu 2 Malang.

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian terdahulu adalah pendekatan

kualitatif dengan data yang dijabarkan berupa data deskriptif. peneliti bertindak

sebagai pengamat, penganalisis data dan pembuat laporan. Sumber data dalam

penelitian tersebut yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Prosedur

pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, interview, dokumentasi. Teknik

analisis data tersebut berupa reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan pelaksanaan pendidikan karakter

dalam kegiatan ekstrakulikuler pramuka kelas V SDN Mojolangu 2 Malang, pada

tahap perencanaan pembina hanya membuat program perencanaan kegiatan

ekstrakulikuler pramuka dalam bentuk catatan buku dengan mengimplementasikan

pendidikan karakter yang sesuai dengan kegiatan tersebut. Pada tahap

pelaksanaannya pendidikan karakter dilaksanakan dalam kegiatan ekstrakulikuler

pramuka yang sedang berlangsung, mulai dari kegiatan awal sampai dengan

kegiatan akhir. Dan pada tahap evaluasi, tidak dilakukan evaluasi pendidikan

karakter dalam kegiatan ekstrakulikuler pramuka.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang terletak pada

fokus permasalahan yang diteliti. Penelitian terdahulu lebih difokuskan pada

29

pelaksanaan pendidikan dalam proses ekstrakulikuler pramuka, namun pada

penelitian yang sekarang lebih focus pada nilai-nilai pendidikan karakter pada

ekstrakulikuler pramuka. Subjek yang diteliti penelitian terdahulu adalah siswa

kelas V SDN Mojolangu 2 Malang, sedangkan penelitian sekarang adalah siswa

yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di SDN Lorejo 2 Kabupaten Blitar.

Persamaan pada penelitian terdahulu dan sekarang adalah sama-sama

menggunakan kegiatan ekstrakulikuler pramuka sebagai penelitiannya.

30

C. Kerangka Pikir

Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Pada

Ekstrakurikuler Pramuka di SDN Lorejo 2

Kabupaten Blitar

Ekstrakurikuler Pramuka di SD

Adanya nilai-nilai pendidikan karakter pada

ekstrakurikuler pramuka meliputi 10 butir yaitu:

religius, jujur, toleransi, disiplin, kreatif, mandiri,

cinta tanah air, menghargai, prestasi, peduli sosial,

dan tanggung jawab

Nilai-nilai pendidikan karakter

apa sajakah yang ditanamkan

pada ekstrakulikuler pramuka di

SDN Lorejo 2 Kabupaten Blitar

Bagaimana nilai-nilai pendidikan

karakter ditanamkan dalam

ekstrakulikuler pramuka di SDN

Lorejo 2 Kabupaten Blitar

Kendala dan upaya apa dalam

menanamkan nilai-nilai pendidikan

karakter pada ekstrakulikuler pramuka

di SDN Lorejo 2 Kabupaten Blitar

a. Wawancara

b. Observasi

c. Dokumentasi

a. Reduksi

b. Pemaparan

c. Verifikasi

Analisis nilai-nilai pendidikan karakter siswa pada

ekstrakurikuler pramuka

1. Menyebutkan nilai-nilai pendidikan karakter

2. Mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter

3. Mendeskripsikan penyebab kurangnya nilai pendidikan

karakter pada siswa

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

31

Keterangan:

Berdasarkan kerangka pikir penelitian tersebut, peneliti akan melakukan

penelitian terhadap nilai-nilai pendidikan karakter pada kegiatan ekstrakurikuler

pramuka di SDN Lorejo 2 Kabupaten Blitar dengan melihat kegiatan

ekstrakurikuler pramuka terlebih dahulu pada sekolah tersebut. Selanjutnya

penelitian yang dilakukan yaitu mengamati nilai-nilai pendidikan karakter yang ada

pada siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka yang mencangkup 10 butir

nilai-nilai pendidikan karakter yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kreatif,

mandiri, cinta tanah air, menghargai, prestasi, peduli sosial, dan tanggung jawab.

Kebiasaan atau cara yang ditunjukkan siswa pada saat proses kegiatan

ekstrakurikuler pramuka tersebut merupakan nilai-nilai pendidikan karakter pada

siswa. Dengan begitu, peneliti bisa mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter

siswa pada kegiatan ekstrakurikuler pramuka berdasarkan 10 butir nilai-nilai

pendidikan karakter.