6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Belajar
Belajar dalam proses pendidikan merupakan kegiatan yang paling
pokok/utama. Berhasil tidaknya pencapaian pendidikan banyak bergantung pada
pengalaman yang dialami oleh siswa. Para ahli pendidikan telah membuat suatu
definisi tentang belajar, salah satunya adalah Slameto (2003:2) mengemukakan
bahwa “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Perubahan tingkah laku yang diperoleh merupakan hasil interaksi yang didapat
dari lingkungan. Interaksi tersebut, salah satunya adalah proses belajar mengajar
yang diperoleh di sekolah. Dengan belajar seseorang dapat memperoleh sesuatu
yang baru baik itu pengetahuan, keterampilan maupun sikap.
Sedangkan Nana Sudjana (1993: 5) mengemukakan “Belajar adalah suatu
proses ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Dimana
perubahan tersebut sebagai hasil dari proses belajar yang dapat ditunjukkan
dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan
tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek
lain pada individu yang belajar. Gagne dalam Slameto (2003) mengemukakan
”Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,
keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku serta penguasaan pengetahuan atau
keterampilan yang diproses dari instruksi”.
Berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
melakukan suatu perubahan sebagai hasil pengalamannya dalam berinteraksi
dengan lingkungan dan ditunjukkan dengan perubahan pengetahuan, sikap dan
tingkah laku serta penguasaan keterampilan yang diproses dari instruksi.
7
2.1.2 Hasil Belajar
Berhasil atau tidaknya suatu proses belajar dapat dilihat dari hasil belajar
yang diperoleh oleh siswa. Dimyati dan Mujiono dalam Lina(2009:5),
mengemukakan bahwa “Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari
dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat
sebelum belajar. Dari sisi guru adalah bagaimana guru bisa menyampaikan
pembelajaran dengan baik dan siswa bisa menerimanya.”
Menurut Winkel (Lina, 2009: 5), mengemukakan bahwa “Hasil belajar
merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang.” Menurut Arif
Gunarso (Lina, 2009: 5), “Hasil belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh
seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar yang telah dilakukannya
pada dasarnya hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh
siswa setelah menerima pengalaman belajar, Nana Sudjana (1990:22).
Melihat dari definisi-definisi yang telah dikemukakan para ahli, dapat diambil
suatu kesimpulan mengenai hasil belajar yaitu bukti keberhasilan seseorang
setelah melaksanakan suatu usaha pembelajaran dilihat dari perkembangan
mental yang lebih baik dibandikan sebelum dan sesudah pembelajaran. Faktor
yang mempengaruhi hasil belajar menurut Slameto ada dua, yaitu faktor Internal
dan Eksternal.
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Untuk mengetahui keberhasilan dalam suatu pembelajaran biasanya dapat
dilihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa. Namun tidak menutup kemungkinan
hasil belajar yang diperoleh siswa jauh dari harapan yang diinginkan guru.
Menurut Slameto (2003), hasil belajar dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:
a) Faktor Internal
Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa, meliputi aspek psikologis
yaitu faktor dari dalam yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas
perolehan siswa misalnya tingkat kecerdasan, sikap, bakat minimal dan
motivasi siswa.
8
b) Faktor Eksternal
1) Lingkungan Sosial
Meliputi para guru, staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat
mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan siswa misalnya tingkat
kecerdasan, sikap, bakat minimal dan motivasi siswa.
2) Lingkungan Non Sosial
Yang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung dan letaknya,
rumah tempat tinggal keluarga dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan
cuaca dan waktu belajar yang digunakan. Secara keseluruhan hasil belajar
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya dan digunakan oleh guru untuk menjadikan ukuran
atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan penelitian.
Masih menurut Slameto (2003), berdasarkan teori Taksonomi Bloom
hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara
lain kognitif, afektif, psikomotor. Adapun perincian dari ketiga ranah yang
dikemukakan Bloom adalah sebagai berikut:
1. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek
yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan
penilaian.
2. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang
kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi
dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
3. Ranah Psikomotor
Meliputi ketrampilan motorik, manipulasi benda-benda koordinasi
neuromuscular (menghubungkan, mengamati).
2.1.4 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Salah satu pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar adalah Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA). IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan cara
9
mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,
atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan, Puskur,
Balitbang Depdiknas (2009:4). Ismet dan Adeng Slamet (2008) mengemukakan
bahwa “Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cabang ilmu pengetahuan yang
mempelajari fenomena-fenomena alam yang disusun melalui tahapan-tahapan
metode ilmiah yang bersifat khas-khusus, yaitu penyusunan hipotesis, melakukan
observasi, penyusunan teori, pengujian hipotesis, penarikan kesimpulan dan
seterusnya”. Sedangkan dalam Wikipedia, Ilmu Alam (Inggris:natural science) atau
ilmu pengetahuan alam adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada rumpun
ilmu dimana obyeknya adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum yang
pasti dan umum, berlaku kapan pun dimana pun, (wikipedia.org).
Berdasarkan beberapa definsi di atas dapat disimpulkan bahwa Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang alam melalui
tahapa-tahapan ilmiah dimana obyeknya adalah benda-benda alam dengan
hukum-hukum yang pasti dan umum, berlaku kapan pun dimana pun.
2.1.5 Hakikat IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan
yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP
(Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan”. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik
dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut
menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini
menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan
pembelajaran IPA yang empirik dan faktual. Hakikat IPA sebagai proses
diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan proses
bagaimana cara produk sains ditemukan.
10
Asy’ari, Muslichah (2006) menyatakan bahwa ketrampilan proses yang perlu
dilatih dalam pembelajaran IPA meliputi ketrampilan proses dasar misalnya
mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, mengkomunikasikan, mengenal
hubungan ruang dan waktu, serta ketrampilan proses terintegrasi misalnya
merancang dan melakukan eksperimen yang meliputi menyusun hipotesis,
menentukan variable, menyusun definisi operasional, menafsirkan data,
menganalisis dan mengsintesis data. Poedjiati (2005) menyebutkan bahwa
ketrampilan dasar dalam pendekatan proses adalah observasi, menghitung,
mengukur, mengklasifikasi, dan membuat hipotesis. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa ketrampilan proses dalam pembelajaran IPA di SD meliputi
ketrampilan dasar dan ketrampilan terintegrasi. Kedua ketrampilan ini dapat
melatih siswa untuk menemukan dan menyelesaikan masalah secara ilmiah untuk
menghasilkan produk-produk IPA yaitu fakta, konsep, generalisasi, hukum dan
teori-teori baru.
2.1.6 Tujuan Pembelajaran IPA
Menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) secara terperinci adalah: (1)
memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya, (2) mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu,
sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi
antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (4) mengembangkan
ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan
membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam
memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan (7) memperoleh bekal
pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan
pendidikan ke SMP atau MTs.
11
2.1.7 Ruang Lingkup IPA
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006) ruang lingkup bahan kajian IPA
untuk SD meliputi aspek-aspek berikut :
a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan
interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
b. Benda/ materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas.
c. Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya,
dan pesawat sederhana.
d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda
langit lainnya.
Adapun ruang lingkup IPA dalam kelas V sekolah dasar pada semester II
adalah energi dan perubahannya, dalam materi ini dibahas tentang Gaya dan
pesawat sederhana. Materi gaya dalam IPA di bagi ke dalam empat subpokok
yaitu Gaya Gravitasi, Gaya Pegas, Gaya Gesek dan Gaya Magnet, sedangkan
untuk pesawat sederhana meliputi: Pengungkit, Bidang Miring, dan Katrol ,
Depdiknas (2006).
a. Gaya
Gaya mempunyai arti yang berbeda-beda. Beberapa ahli pendidikan
mendefinisikan gaya sebagai berikut: Poppy (2008) mengartikan gaya sebagai
tarikan dan dorongan, sedangkan Ajen (2004) mendefinisaikan gaya sebagai
tarikan dan dorongan yang dapat mempengaruhi suatu benda. Adapun jenis
gaya yang dibahas oleh peneliti antara lain: gaya gesek, gaya gravitasi dan
gaya magnet.
1) Gaya gesek
Gaya gesek adalah gaya yang menahan gerak benda agar benda itu
dapat berhenti bergerak. Besar kecilnya gaya gesek dipengaruhi oleh kasar
licinnya permukaan benda yang bergesekan. Makin halus/licin permukaan
gaya gesek semakin kecil. Makin kasar permukaan gaya gesek semakin
besar. Contoh penggunaan gaya gesek dalam kehidupan sehari-hari adalah
penggunaan roda gerobak sapi yang dilapisi karet, seperti pada gambar 2.1.
12
Gambar 2.1
Gerobak yang berjalan di jalan beraspal
2) Gaya magnet
Magnet berasal dari kata Magnesia yaitu tempat orang Yunani
menemukan sifat magnet yang terdapat dalam batu-batuan yang dapat
menarik logam. Magnet disebut juga besi berani. Kekuatan yang menarik
jarum, paku, atau benda logam lainnya yang ada disekitarnya. Magnet
memiliki 2 kutub yaitu kutub utara dan selatan. Bentuk magnet beragam ada
yang berbentuk jarum, ada yang berbentuk huruf “U”, berbentuk silinder,
berbentuk lingkaran dan ada yang berbentuk batang. Adapun bentuk-bentuk
magnet tersebut di atas dapat dilihat seperti pada gambar 2.2.
Gambar 2.2
Macam – macam magnet
13
3) Gaya grafitasi
Gaya gravitasi adalah gaya yang menarik semua benda baik benda
hidup maupun benda tidak hidup ke arah pusat bumi. Contoh : daun
berguguran dari pohon, buah yang telah masak jatuh ke tanah, dan
penerjun payung. Benda-benda yang mengalami tarikan gaya gravitasi bumi
akan bergerak jatuh ke tanah. Gerak jatuh akan semakin cepat bila benda
semakin dekat dengan tanah. Setelah benda mencapai tanah, gaya
gravitasi tetap bekerja sehingga benda tetap berada pada tempatnya.
Akibat tidak adanya gaya gravitasi semua makhluk hidup dan makhluk tak
hidup akan melayang-layang di angkasa. Hal tersebut dapat dilihat seperti
pada gambar 2.3 berikut.
Gambar 2.3
Astronot melayang di luar angkasa.
b. Pesawat Sederhana
Dalam kehidupan sehari-hari, tentunya manusia tidak lepas
menggunakan alat bantu dalam melakukan pekerjaannya. Alat yang membantu
manusia mempermudah pekerjaan disebut pesawat sederhana, Ismet (2008).
Sedangkan menuru Ajen (2004) pesawat sederhana adalah alat bantu untuk
memudahkan pekerjaan manusia, yang tersusun sederhana.
Jadi pesawat sederhana adalah alat yang membantu untuk
mempermudah pekerjaan manusia yang tersusun sederhana. Pesawat
sederhana tersebut antara lain : bidang miring, pengungkit/ tuas, katrol.
1) Pengungkit atau Tuas
Pengungkit atau tuas merupakan peralatan yang menggunakan
prinsip pesawat sederhana yang berfungsi untuk meringankan pekerjaan
14
manusia. Prinsip kerja pengungkit atau tuas adalah mengatur perbandingan
antara panjang lengan kuasa dengan panjang lengan beban. Untuk
memperkecil kuasa (gaya) dalam mengangkat beban dapat dilakukan
dengan cara memperpanjang lengan kuasa atau memperpendek lengan
beban. Berdasarkan kedudukan, titik tumpu dan titik kuasa, pengungkit
dibagi dalam tiga jenis, yaitu:
a. Pengungkit jenis Pertama
Merupakan pengungkit yang susunannya adalah titik tumpu berada
diantara titik beban dan titik kuasa. Contoh: timbangan, gunting, jungkat-
jungkit dan pencabut paku. Contoh benda yang menggunakan
pengungkit jenis pertama dapat dilihat seperti pada gambar 2.4.
Gambar 2.4
Contoh Pengungkit Jenis Pertama
b. Pengungkit jenis kedua
Adalah pengungkit yang bebannya terletak diantara titik tumpu dan titik
kuasa. Contoh: gerobak, pemecah buah kenari, seperti pada gambar 2.5
berikut.
Gambar 2.5
Contoh Pengungkit Jenis Kedua
15
c. Pengungkit jenis ketiga
Adalah pengungkit yang kuasanya terletak diantara titik tumpu dan
beban. Contoh : Sekop, sapu, dll, seperti yang terlihat pada gambar 2.6.
Gambar 2.6
Contoh Pengungkit Jenis Ketiga
2) Bidang Miring
Bidang miring adalah suatu permukaan yang miring dan membentuk
sudut. Pesawat sederhana jenis ini biasa digunakan untuk menaikkan
benda-benda tertentu ke tempat yang lebih tinggi. Besarnya gaya untuk
menaikkan benda melalui bidang miring tergantung pada kemiringan benda.
Penggunaan bidang miring untuk membantu pekerjaan memiliki keuntungan
dan kerugian. Keuntungannya, gaya yang dikeluarkan menjadi lebih kecil.
Kerugiannya, jarak tempuh yang dilaluinya akan semakin jauh.
Gambar 2.7
Jalan naik ke gunung dibuat berkelok-kelok Contoh dalam kehidupan sehari-hari yang menggunakan prinsip
bidang miring sebagai berikut: jalan naik ke gunung dibuat berkelok-kelok
agar mudah dilalui, tangga naik ke suatu tempat dibuat melingkar untuk
16
melandaikan bidang miring, menaikkan drum ke atas truk dengan
menggunakan papan kayu dalam bidang miring, sekrup yang bentuknya
dibuat melingkar.
3) Katrol
Katrol merupakan jenis pesawat sederhana yang digunakan untuk
memudahkan mengangkat benda-benda yang berat. Katrol terdiri dari roda
kecil yang beralur yang dapat berputar pada porosnya. Menurut cara
penggunaannya, katrol dibedakan menjadi tiga jenis yaitu katrol bebas,
katrol tetap dan katrol ganda.
a. Katrol Bebas
Katrol ini dapat naik turun bersama benda yang diangkatnya.
Biasanya katrol ini dipasangkan pada beban yang akan ditarik. Katrol
bebas dapat mengurangi berat beban atau gaya hingga setengahnya,
seperti yang terlitah pada gambar 2.8.
Gambar 2.8 Katrol Bebas
b. Katrol Tetap
Katrol tetap adalah katrol yang dipasangkan di suatu tempat dan
menetap. Katrol ini tidak mengurangi gaya, tetapi memudahkan
mengubah arah gaya. Contoh: katrol pada sumur dan pada ujung tiang
bendera (kerekan), seperti yang terlihat pada gambar 2.9 berikut.
Gambar 2.9 Katrol Tetap
17
c. Katrol Ganda
Katrol ganda adalah katrol yang merupakan gabungan dari katrol
bebas dan katrol tetap. Katrol ganda ini biasa digunakan untuk
mengangkat beban ke atas, karena gaya yang diperlukan lebih kecil, ini
dapat dilihat seperti pada gambar 2.10.
Gambar 2.10 Katrol Ganda
2.1.8 Kit IPA
Suatu pembelajaran akan lebih menarik bila menggunakan alat peraga.
Siswa biasanya akan sangat antusias dalam pembelajaran. Beberapa ahli
pendidikan telah mendefiniskan tentang alat peraga. Menurut Trisnoherawati
(2004:1) “Alat Peraga IPA merupakan alat-alat yang digunakan untuk percobaan
dalam pembelajaran IPA di kelas Sekolah Dasar”. Alat peraga (Kit) dimaksudkan
untuk memudahkan proses pembelajaran, sehingga diharapkan mutu pengajaran
bisa meningkat. Kit IPA dapat dijadikan suatu alat yang dapat membantu proses
pembelajaran di sekolah.
Sebagaimana dikemukakan oleh Trisnoherawati (2004:13) bahwa kegunaan
Kit IPA dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :
a. Untuk meningkatkan mutu pengajaran dan pembelajaran IPA di Sekolah
Dasar.
b. Untuk menekankan pada metode-metode pembelajaran interaktif.
c. Untuk mengembangkan program pengembangan Sumber Daya Manusia.
d. Untuk menciptakan tenaga kerja yang lebih bermutu.
e. Untuk memenuhi tujuan pembangunan masyarakat, ekonomi, dan teknik di
Indonesia.
f. Untuk memperbaiki mutu proses belajar mengajar di kelas.
18
Dalam penggunaan Alat Peraga IPA tentu harus memperhatikan beberapa
persyaratan sehingga Kit tersebut mempermudah pembelajaran IPA. Adapun
persyaratan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Membuat petunjuk pengamatan terhadap percobaan.
b. Membuat hasil pengamatan dari hasil apa yang diamati siswa / hasil
pembahasan dengan siswa sebelumnya.
c. Membuat kesimpulan yang ditemukan oleh siswa.
d. Memberi informasi penting yang diberikan oleh guru tentang topik ketentuan.
e. Mempersiapkan gambar-gambar yang membantu menjelaskan dan mengerti
suatu masalah.
f. Membuat ringkasan topik tertentu.
Adapun peranan Alat Peraga IPA di sekolah dasar antar lain:
1. Kit murid untuk percobaan yang dilaksanakan oleh siswa sendiri dalam
kelompok-kelompok kecil.
2. Kit guru untuk peragaan dan percobaan yang umumnya dilakukan oleh guru
dan siswa.
3. Sebagai buku panduan IPA percobaan-percobaan yang dirakit sendiri dengan
menggunakn bahan/barang yang ditemukan di lingkungan tempat tinggal
siswa.
Melihat penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa KIT IPA merupakan
alat yang berguna untuk membantu kegiatan pembelajaran dalam mencapai
tujuan pembelajaran IPA yang telah ditentukan, melalui percoban dengan
memanfatkan bahan yang sederhana.
2.1.9 Langkah – Langkah Penggunaan Kit IPA
a. Langkah-langkah penggunaan KIT Gaya Pegas
Dalam melaksanakan percobaan/praktik, tentunya siswa harus diberikan
panduan agar tidak mengalami kesulitan dalam mempraktikannya. Untuk KIT
Gaya Pegas, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
19
1. Bahan dan Alat :
a. Neraca Pegas
b. Balok kayu
c. Balok alumunium
2. Cara Kerja
a. Siapkan semua bahan dan alat praktikum.
b. Guru memperagakan mengangkat balok kayu tanpa menggunakan
neraca pegas.
c. Kemudian balok kayu dan balok alumunium diangkat dengan
menggunakan neraca pegas secara bergantian.
d. Semua siswa mengamati apa yang dicontohkan oleh guru.
e. Guru meminta setiap kelompok yang telah dibentuk untuk mempraktikan
apa yang telah dicontohkan di awal.
f. Bandingkan ketika balok kayu dan alumunium diangkat tanpa
menggunakan neraca pegas dan dengan menggunakan neraca pegas.
g. Selanjutnya hasilnya dituliskan pada lembar pengamatan yang telah
disediakan.
h. Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari praktik yang telah
dilakukan.
b. Langkah-langkah penggunaan KIT Gaya Gesek
Dalam melaksanakan percobaan/praktik, tentunya siswa harus diberikan
panduan agar tidak mengalami kesulitan dalam mempraktikannya. Untuk KIT
Gaya Gesek, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Bahan dan Alat :
a. Pegas
b. Kotak resonansi
c. Kaca
d. Kotak kit
20
2. Cara Kerja
a. Guru mempersiapkan alat dan bahan yang akan dipakai dalam
percobaan.
b. Guru merakit alat yang akan digunakan untuk praktikum.
c. Guru mengaitkan sebuah pegas pada bagian kotak resonansi dengan
maksud untuk ditarik.
d. Kemudian guru menarik kotak resonansi tersebut dengan dengan
menggunakan pegas.
e. Selanjutnya, guru meletakkan kotak resonansi di atas kotak kit.
f. Guru mengaitkan sebuah pegas pada bagian kotak resonansi dengan
maksud untuk ditarik.
g. Kemudian guru menarik kotak resonansi tersebut dengan menggunakan
pegas. Hal serupa juga dilakukan pada permukaan kaca.
h. Siswa diminta untuk mengamati percobaan yang dilakukan.
i. Siswa diminta untuk melakukan praktikum, kemudian mencatat hasil
pengamatannya pada lembar pengamatan yang telah disediakan.
j. Pada akhir praktikum, guru bersama dengan siswa membuat kesimpulan
dari percobaan yang telah dilakukan.
c. Langkah-langkah penggunaan KIT Gaya Magnet
Dalam melaksanakan percobaan/praktik, tentunya siswa harus diberikan
panduan agar tidak mengalami kesulitan dalam mempraktikannya. Untuk KIT
Gaya Magnet, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Bahan dan Alat :
a. Magnet
b. Paku
c. Daun
d. Kertas
e. Pensil
21
2. Cara Kerja
a. Guru mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk
praktikum.
b. Guru mengambil magnet batang dan mendekatkannya pada sebatang
besi, kemudian kaca, alumunium, dan kuningan. Siswa memperhatikan
dengan seksama.
c. Guru meminta setiap kelompok untuk mempraktikkannya.
d. Siswa diminta mengamati hasil percobaan dan mencatat pada lembar
pengamatan yang telah disediakan.
e. Bersama dengan siswa guru membuat kesimpulan dari percobaan yang
telah dilakukan.
d. Langkah-langkah penggunaan KIT Gaya Gravitasi
Dalam melaksanakan percobaan/praktik, tentunya siswa harus diberikan
panduan agar tidak mengalami kesulitan dalam mempraktikannya. Untuk KIT
Gaya Gravitasi, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Bahan dan Alat :
a. Plastisin
b. Bola
c. Kertas
2. Cara Kerja
a. Guru mempersiapkan alat dan bahan praktikum.
b. Guru meminta perwakilan setiap perwakilan kelompok untuk maju ke
depan kelas.
c. Masing-masing siswa diminta untuk menjatuhkan plastisin, bola dan
kertas, sedangkan masing-masing kelompok menuliskan hasil
pengamatan mereka pada lembar kerja yang telah disediakan .
d. Bersama siswa guru membuat kesimpulan dari percobaan yang telah
dilakukan.
22
e. Langkah-langkah penggunaan KIT Bidang Miring
Dalam melaksanakan percobaan/praktik, tentunya siswa harus diberikan
panduan agar tidak mengalami kesulitan dalam mempraktikannya. Untuk KIT
Gaya Bidanng Miring, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Bahan dan Alat :
a. Tutup kotak resonansi
b. Neraca pegas
c. Kotak Kit IPA
d. Benang
e. Papan triplek (20x40)
2. Cara Kerja
a. Guru mengangkat tutup kotak resonansi dengan cara mengaitkannya
pada pegas, kemudian siswa melakukan hal serupa dan masing-masing
kelompok mengukur panjang regangan pegas.
b. Guru membuat bidang miring dengan kemiringan tertentu menggunakan
papan triplek.
c. Guru meletakkan tutup kotak resonansi yang dikaitkan pada pegas
kemudian menariknya dari bawah ke atas kemudian siswa melakukan hal
serupa dan masing-masing kelompok mengukur panjang regangan pegas.
d. Lakukan percobaan tersebut secara berulang dengan sudut yang
berbeda.
e. Siswa mencatat hasil pengamatan pada lembar pengamatan yang telah
disediakan.
f. Bersama siswa guru membuat kesimpulan dariu hasil percobaan yang
telah dilakukan.
f. Langkah-langkah penggunaan KIT Pengungkit/ Tuas
Dalam melaksanakan percobaan/praktik, tentunya siswa harus diberikan
panduan agar tidak mengalami kesulitan dalam mempraktikannya. Untuk KIT
Gaya Pengungkit/ tuas, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
23
1. Bahan dan Alat :
a. tiang neraca
b. dudukan neraca beralur
c. piring neraca
d. neraca pegas
e. lengan neraca beralur
f. kubus aluminium
g. penggantung piring neraca
h. kotak Kit IPA
2. Cara Kerja
a. Merakit neraca dengan cara :
1) Meletakkan tiang keseimbangan tegak lurus (berdiri) di atas meja.
2) Memasukkan lengan neraca be ralur kedalam dudukan neraca.
3) Meletakkan dudukan neraca di atas tiang keseimbangan pada lubang
tertentu.
4) Meletakkan piring neraca pada penggantung piring neraca.
5) Mengaitkan penggantung piring neraca pada ujung kiri lengan neraca
beralur.
b. Meletakkan kubus alumunium di atas piring neraca.
c. Mengaitkan neraca pegas pada ujung kanan lengan neraca.
d. Menarik neraca pegas ke bawah sehingga beban yang tergantung pada
lengan sebelah kiri terangkat. Letak lengan neraca harus mendatar
(horizontal).
e. Guru memindahkan dudukan neraca beralur pada lubang kedua belas
kemudian tarik pegas ke bawah, kemudian lalukan pada lubang ke
sebelas, sepuluh dan seterusnya.
f. Guru menugaskan pada wakil masing-masing kelompok untuk mengukur
panjang regangan pegas sambil membandingkan jarak antara kait
tempat lengan neraca tergantung dan ujung lengan neraca tempat piring
neraca tergantung dengan jarak hasil temuan.
24
g. Siswa diminta mencatat hasil pengamatan yang dilakukan.
h. Bersama dengan siswa guru membuat kesimpulan dari hasil percobaan
yang telah dilakukan.
g. Langkah-langkah penggunaan KIT Katrol
Dalam melaksanakan percobaan/praktik, tentunya siswa harus diberikan
panduan agar tidak mengalami kesulitan dalam mempraktikannya. Untuk KIT
Gaya Pegas, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Bahan dan Alat :
a. Piring neraca
b. Penggantung piring
c. Kubus kayu
d. Tali 1m
e. Katrol tunggal dua buah
f. Kartu plastik
g. Gantungan hampa udara
h. Mur baut dudukan
2. Cara Kerja
a. Guru mempersiapkan alat dan bahan
b. Rakitlah tiang katrol dengan cara :
i. Tempelkan kartu plastik pada dinding kotak dengan menggunakan mur
baut.
ii. Tempelkan gantungan hampa udara pada kartu plastik tersebut/dinding
yang permukaannya halus.
c. Gantunglah kubus kayu dengan menggunakan neraca pegas kemudian
ukurlah rentang panjang pegasnya.
d. Gantunglah katrol tunggal pada gantungan hampa udara kemudian
tariklah kubus kayu tersebut, bandingkan dengan c.
e. Lakukan hal serupa dengan menambah jumlah katrol, kemudian catatlah
hasil pengamatan pada lembar pengamatan.
f. Bersama dengan siswa guru membuat kesimpulan dari hasil pengamatan
yang telah dilakukan.
25
2.2 Kajian hasil penelitian yang relevan
Bebarapa penelitian relevan yang berkaitan dengan KIT IPA, antara lain :
2.2.1 “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Tematik Dengan
Menggunakan Alat Peraga Nyata Pada Kelas Rangkap di SD Negeri 2 Kedungpuji
Kecamatan Gombong Kabupaten Kebumen Semester II 2010/2011”, oleh Siti
Marifah, S1 PGSD FKIP UKSW. Hasil penelitian: dengan menggunakan alat
peraga ternyata dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas I dan II SD
Negeri 2 Kedungpuji Kecamatan Gombong Kabupaten Kebumen pada semester II
2010/2011. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan prosentase ketuntasan
hasil belajar IPA. Perbandingan ini dapat diketahui dari hasil tes awal, siklus I dan
siklus II, peningkatannya yaitu 100%.
2.2.2 “Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Penggunaan Alat Peraga KIT IPA
Kelas V Semester I SD Jepon Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2009/2010” oleh
Elizabeth Kami, S.Pd, FKIP UKSW Salatiga. Hasil Penelitian: setelah diadakan
perlakuan tindakan selama II siklus, prestasi belajar siswa dalam pembelajaran
IPA mengalami peningkatan. Ada peningkatan prestasi belajar dari 62,5%
sebelum diadakan tindakan menjadi 74,79% pada siklus I dan 86,17% pada siklus
II. Hasil penelitian di atas membuktikan bahwa melalui penggunaan alat peraga Kit
IPA dapat meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Penggunaan Alat Peraga
Kit IPA Kelas V Semester I SD Jepon Kabupaten Blora Tahun Pelajaran
2009/2010.
2.2.3 “Penggunaan Alat Peraga KIT IPA Buatan SEQIP Untuk Meningkatkan Hasil
Pembelajaran IPA Kelas V SDN Plodongan Kecamatan Sukoharjo Kabupaten
Wonosobo Semester I Tahun Ajaran 2009/2010” oleh Sarlan,S.Pd, FKIP UKSW
Salatiga. Hasil penelitian : Penggunaan alat peraga KIT IPA buatan SEQIP
ternyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Plodongan
Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Wonosobo. Hal ini terbukti pada awal
pembelajaran siklus I diadakan pretes dengan pencapaian KKM hanya 06,45%
dari jumlah siswa kelas V yang berjumlah 31 siswa. Setelah diberi pembelajaran
dengan alat peraga KIT IPA buatan SEQIP, pada evaluasi akhir siklus I seluruh
26
siswa mencapai nilai >5,8 dan pada akhir siklus II seluruh siswa juga memperoleh
nilai >5,8, yang berarti semua siswa kelas V dapat mencapai KKM .
2.3 Kerangka berpikir
Gambar 2.11 Kerangka Berpikir
Pembelajaran IPA pada hakikatnya sangat menarik dan menyenangkan, tetapi
adakalanya siswa sekolah dasar merasa jenuh dengan pembelajaran ini. Dalam
pembelajaran IPA biasanya siswa diajak praktik langsung menggunakan alat-alat
peraga yang telah tersedia (KIT IPA). Namun masih banyak guru yang melaksanakan
pemblajaran IPA hanya menggunakan metode ceramah saja sehingga siswa merasa
cepat bosan, hal ini pula yang terjadi di SD Negeri Bawen 03, dari hasil observasi
yang dilakukan, ternyata di Kelas V masih banyak siswa yang hasil belajar IPAnya
masih di bawah KKM. Nilai KKM yang ditetapkan untuk pembelajaran IPA adalah 68.
Kondisi awal
Guru Menggunakan
Metode Konvensional
Guru
menggunakan
Kit IPA
Ada Peningkatan
Hasil > KKM ( 68)
Ada Peningkatan Tapi
Belum Tuntas
Tindakan
Hasil Belajar Siswa
Rendah <KKM (68)
Diduga Hasil Belajar
Tuntas > KKM
80%
Kondisi Akhir
27
Proses pembelajaran yang tidak menggunakan alat peraga merupakan salah
satu faktor dari rendahnya hasil belajar yang diperoleh, sehingga dengan
pembelajaran menggunakan alat peraga, siswa akan langsung berinteraksi dengan
hal yang dipelajari pada pelajaran IPA. Dengan penggunaan Kit IPA ini diharapkan
hasil belajar anak akan meningkat dan tuntas dari KKM yang telah ditetapkan.
2.4 Hipotesa Penelitian
Berdasarkan paparan teori-teori di atas, dapat diambil suatu hipotesis bahwa
penggunaan KIT IPA dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas V di SD Negeri Bawen 03 Kabupaten Semarang.
Top Related