BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dakwah adalah salah satu bagian dari usaha penyebaran dan pemerataan ajaran Islam di
samping amal ma’ruf dan nahi munkar sebagai kewajiban umat Islam di manapun berada dan
dalam keadaan apapun. Bagi kaum Islam yang telah menjalankan tiga pokok risalah Nabi
lewat dakwah, amar ma’ruf serta nahi munkar, Allah memberi predikat sebagai umat yang
berbahagia atau umat yang menang. Dakwah adalah satu istilah yang sangat dikenal dalam
dunia Islam sebagai amanat Rasullullah, Dakwah dalam Islam seperti halnya dalam dunia
Katholik dengan misi agamanya, demikian juga dengan Kristen Protestan yang dikenal
dengan istilah zending, untuk agama Hindu dikenal dengan istilah dharma dan agama budha
dengan istilah da manya. Kesemuanya memiliki maksud yang sama dengan dakwah.
Tentu dakwah adalah istilah yang hanya diperuntukan untuk agama Islam saja. Sama
halnya dengan sebutan ulama dan alim-ulama semenjak dahulu hingga sekarang hanya
diperuntukan bagi umat Islam, lantaran umat lain telah memiliki istilah sendiri-sendiri,
umpamanya pendeta sebutan bagi pemimpin keagamaan Kristen Prostestan, Pastor sebutan
bagi pemimpin keagaman Katholik, Pedande atau Pandita bagi agama Hindu Dharma,
Bikshu atau Bikhuni bagi agama Budha.
Dakwah mengenai pengetahuan nilai-nilai Islam merupakan sebuah kewajiban ysng
menurut dari kalangan sosial Islam merupakan sebuah amanat dari Allah untuk mengajarkan
dan memberi pandangan tuntunan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Dalam ajaran Islam
kiai mempunyai peranan penting dalam mengajarkan nilai-nilai dakwah, nilai-nilai spiritual
dikemas dalam dakwah yang ikut membentuk bangunan kehidupan spiritual kiai yang
PERAN KH. NUR DURYA DALAM MENGAMALKAN ……..
ROBIT RIZKA ALFI AKBAR, FKIP UMP 2016
merupakan pandangan keagamaan dari tasawuf Islam yang secara luas diamalkan oleh para
kiai adalah menjauhi diri dari perbuatan-perbuatan yang dilarang, makruh dan yang tidak
jelas boleh tidaknya, perasaan dekat dan selalu ingat kepada Tuhan, tawakal percaya penuh
kepada kebijaksanaan Allah (http://www.bilvapedia.com/2014/05/pengertian-dakwah-hukum-
dakwah-metode-dakwah-islam.htm).
Berdakwah adalah wajib hukumnya dikerjakan oleh setiap umat muslim, tetapi jika dalam
suatu lingkungan sudah ada yang melakukan maka gugurlah kewajiban tersebut. Oleh karena
itu beruntunglah bagi kaum yang mentaati perintah dakwah tersebut, karena mereka
berdakwah bukanlah semata-mata untuk kepentingan pribadi mereka, istri mereka atau nilai
duniawi belaka, namun mereka membela dan menegakan agama (Wachid dan Indianto, 2013:
54).
Kiai adalah seorang yang dianggap mengetahui agama Islam yang dibuktikan dengan
tugas-tugas sebagai guru, muballigh dan khatib. Selain itu juga sebagai sosok yang berakhlak
mulia. Kiai selalu mengurutkan terhadap urusan dunia menjadi yang kedua, tetapi selalu
mementingkan kehidupan di akhirat, sikap membiasakan dan mementingkan akhirat (Ismail,
1997: 3).
Setiap lokalitas daerah pasti memiliki seorang tokoh yang berpengaruh salah satunya di
desa Walangsanga Kecamatan Moga Kabupaten Pemalang, pernah hidup seorang Kiai yang
bernama Nur Durya atau biasa disebut warga sekitar dengan sebutan Mbah Nur Walangsanga.
Beliau juga seorang tokoh yang terkenal dalam memajukan pendidikan di sekitar desa
Walangsanga. Beliau adalah seorang tokoh yang hidup di sebuah hutan pinggiran desa
Walangsanga yang dekat dengan sebuah aliran sungai.Tujuan Mbah Nur tinggal hutan adalah
untuk mencari ketenangan dalam memperdalam amalannya kepada Allah SWT.
PERAN KH. NUR DURYA DALAM MENGAMALKAN ……..
ROBIT RIZKA ALFI AKBAR, FKIP UMP 2016
Oleh karena dalam penulisan yang berjudul Peran KH.Nur Durya dalam mengamalkan
Dakwah Islam di desa Walangsanga Kecamatan Moga Kabupaten Pemalang Tahun 1926-
1988. Dalam hal ini penulis akan membahas kisah hidup seorang kiai yang bernama Nur
Durya yang biasa dipanggil oleh orang setempat Mbah Nur yang berada di desa Walangsanga
Kecamatan Moga Kabupaten Pemalang.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana Profil desa Walangsanga sebagai tempat tinggal KH. Nur Durya.
2. Bagaimana latar belakang kehidupan Nur Durya sebagai seorang ulama di desa
Walangsanga.
3. Bagaimana peran KH. Nur Durya dalam mengamalkan dakwah Islam di desa
Walangsanga.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui Profil desa Walangsanga sebagai tempat tinggal KH. Nur Durya.
2. Memberikan penjelasan latar belakang kehidupan Nur Durya sebagai seorang ulama
di desa Walangsanga.
3. Menjelaskan peran KH. Nur Durya dalam mengamalkan dakwah Islam di desa
Walangsanga.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut.
1. Manfaat Akademis
PERAN KH. NUR DURYA DALAM MENGAMALKAN ……..
ROBIT RIZKA ALFI AKBAR, FKIP UMP 2016
Menambah pengetahuan dalam ajaran keislaman bagaimana peran seorang ulama
menyebarkan nilai-nilai Islam dan sebagai sumbangan dalam memberikan sejarah
seorang tokoh Islam.
2. Manfaat Praktis
Menambah informasi bagi masyrakat mengenai tokoh KH. Nur Durya sebagai seorang
ulama di desa Walangsanga dan sebagai seorang tokoh yang mempunyai peran
penting dalam mengamalkan dakwah melaui media zikir.
E. Kajian Pustaka dan Penelitian Relevan
1. Tinjauan Pustaka
a. Kiai
Pemahaman mengenai keagamaan terdiri dua kata yaitu pemahaman dan keagamaan.
Pemahaman berasal dari kata paham. Dalam kamus besar artinya pengetahuan banyak,
pengetahuan dan perkembangan dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas manusia yang
dilakukan dengan tujuan untuk berbuat kebaikan terhadap masyarakat atau sesama manusia,
sedangkan agama merupakan realitas yang melingkupi manusia. Ia senantiasa muncul dalam
berbagai dimensi dan sejarah kehidupannya (Irfanuddin, skrpisi, 2008: 32).
Dalam pemahaman agama perlulah sebuah perantara yaitu sesosok orang yang dianggap
memiliki banyak informasi dan pengetahuan agama yang dianutnya. Dalam ajaran Islam
orang yang memberikan pemahaman mengenai Islam disebut sebagai ulama. Dalam lingkup
masyarakat agraris terdapat hubungan yang erat antara masyarakat dan para ulama. Hal ini
terjadi karena para ulama biasa memiliki identitas yang sama dengan khalayak
lingkungannya, umpamanya sebagai seorang petani. Dengan pengertian di atas, dapat
dipahami apabila munculnya sejarah perkembangan suatu bangsa merupakan suatu sejarah
PERAN KH. NUR DURYA DALAM MENGAMALKAN ……..
ROBIT RIZKA ALFI AKBAR, FKIP UMP 2016
para tokoh-tokohnya meskipun pandangan ini tidak mengandung nilai kebenaran yang
mutlak.
Ulama pada dasarnya merupakan suatu pengertian dalam konsep sosial yang berkaitan
dengan faktor keagamaan. Oleh karena itu, penulusuranlebih lanjut konsep ulama akan
merujuk kepada suatu pengertian tentang seorang atau sekelompok orang yang menguasai
ilmu pengetahuan. Sebab, ulama menurut asal katanya (Bahasa Arab) adalah sutu bentuk
kalimat plural (jamak) dari kata tunggalnya alim, artinya orang yang pandai. Kata alim
didalam tata Bahasa arab disebut sebagai fi’il madly (kata kerja past), yang asalnya dari kata
alima, dan cara membacanya ilman. Dalam bahasa Arab yang disebut mashdar, arti ilman
ialah ilmu pengetahuan. Dengan demikian, konteks pengertian ulama berkaitan dengan orang
seorang atau sekolompok orang yang menguasai ilmu pengetahuan, mencakup menguasai
ilmu pengetahuan yang bersifat kekinian, seperti ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan
sosial dan kemanusiaan serta teknologi ( Ismail, 1997: 60 ).
Oleh karena itu, jabatan seorang ulama tidak boleh dipangku oleh sembarang orang,
meskipun ia mempunyai lengkap pengetahuannya mengenai suatu tarekat, tetapi yang
terpenting adalah ia harus mempunyai kebersihan rohani dan kehidupan batin yang murni.
Bermacam-macam nama yang tinggi diberikan kepadanya menurut kedudukannya
(Abubakar, 1996: 79)
Di tengah perkembangan masyarakat Indonesia pada umumnya dijumpai beberapa gelar
sebutan yang diperutukan untuk para ulama, misalnya, di daerah Jawa Barat orang
menyebutnya Ajengan, di wilayah Sumatera Barat disebut Buya, di daerah Aceh di kenal
dengan panggilan Teungku, di Sulawesi Selatan dipanggil dengan nama To Fanrita, diderah
Madura disebut Nun atau Bendara yang disingkat Ra dan di Lombok atau sekitar Nusa
Tenggara disebut Tuan Guru. Khusus bagi masyarakat Jawa, gelar yang diperuntukan untuk
PERAN KH. NUR DURYA DALAM MENGAMALKAN ……..
ROBIT RIZKA ALFI AKBAR, FKIP UMP 2016
ulama adalah wali. Gelar ini biasanya diberikan kepada ulama yang sudah mencapai tingkat
yang tinggi, memiliki kemampuan pribadi yang luar biasa. Selain itu, juga terdapat sebutan
kiai, yang merupakan gelar kehormatan bagi para ulama pada umumnya. Oleh karena itu
sering dijumpai di pedesaan di Jawa dengan panggilan kiai ageng ( Ismail, 1997: 63 ).
Persebaran Islam di Jawa tidak bisa lepas dari sosok seorang ulama, pada abad ke-13 di
Jawa sudah ada orang-orang Islam yang menetap. Salah seorang yang paling terkenal dan
tertua diantara para wali adalah di Jawa adalah ialah Raden Rahmat dari Ngampel Denta. Saat
masa awal penyebaran Islam di Jawa Ulama atau Kiai bisa disebut dengan orang suci (Graaf
dan Pigeaud, 1989: 19).
Dari segi fungsi, sosok ulama pada masyarakat Jawa terbagi ke dalam dua kategori.
Kategori pertama ialah seorang ulama bebeas atau ulama yang kedudukan peran sosialnya
berada di jalur ad-dakwah wat-tarbiyah. Ulama kelompok ini biasanya disebut dengan ulama
pondok pesantren dengan tugas utamanya sebagai guru dan pengajar sekaligus penyiar
agama. Pekerjaan ini tidak lain merupakan usaha untuk memahamkan Islam pada masyarakat.
Kiai pondok pesantren hidupnya menetap di pedesaan-pedesaan. Melalui kegiatan pendidikan
dan penyiaran agama, mereka membangun masyrakat-masyarakat desa di Jawa sehingga di
pedesaan Jawa dijumpai tumbuhnya sistem sosial yang struktur sosialnya bercorak keislaman
(Ismail, 1997: 64).
b. Dakwah Islam
Secara terminologi, para ulama berbeda pendapat dalam menentukan dan mendefinisikan
dakwah, dalam hal ini disebutkan oleh perbedaan mereka dalam memaknai dan memandang
kalimat dakwah itu sendiri. Dakwah adalah menyampaikan (at-tabligh) dan menerangkan (al-
hayan) apa yang telah dibawa oleh nabi Muhammad SAW. Sebagian lagi menganggap
dakwah sebagai ilmu dan pembelajaran (ta-lim). Definisi ini menulis lebih bersifat normatif
PERAN KH. NUR DURYA DALAM MENGAMALKAN ……..
ROBIT RIZKA ALFI AKBAR, FKIP UMP 2016
dimaknai dakwahhanya bersifat dan mencakup belajar dan mengajar tanpa melihat bahwa
dakwah adalah suatu proses penyampaian pesan-pesan kepada orang lain (Faizah dan Effendi,
2009: 5).
Istilah dakwah dalam Al Quran diungkapkan dalam bentuk fi’il maupun mashdar
sebanyak lebih dari serratus kata. Al Quran menggunakan kata dakwah untuk mengajak
kepada kebaikan yang disertai dengan resiko masing-masing pilihan. Dalam Al Quran,
dakwah dalam arti mengajak ditemukan sebanyak 46 kali, 39 kali dalam arti mengajak dalam
Islam dan kebaikan, 7 kali mengajak ke neraka atau kejahatan. Di samping itu, banyak sekali
ayat-ayat yang menjelaskan istilah dakwah dalam konteks yang berbeda. Dalam melakukan
dakwah, seorang ulama haruslah melihat unsur-unsur komponen yang terdapat dalam setiap
kegiatannya. Adapun unsur kegiatan dakwah adalah, da’i (pelaku dakwah), mad’u (mitra
dakwh), maddah (materi dakwah), wasilah (media dakwah), thariqah (metode), atsar (efek
dakwah) (Munir dan Ilaihi, 2009: 17-21).
Berdakwah dalam segala bentuk hukumnya adalah fardhu kifayah. Fardhu kifayah berarti
apabila dilaksanakan seorang dalam suatu kaum atau wilayah gugurlah kewajiban itu dari
yang lain, dan bagi yang lain dakwah itu menjadi Sunnah muakkad dan amal shalih yang
agung. Pada hakikatnya, Allah dan Rasul memangil kita pada aqidah yang membebaskan
manusia dari belenggu kejahilan tahayul dan syirik yang mengakibatkan kelumpuhan jiwa
yang menjadi penghambat bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia sebagai pribadi
lahir dan batin (Wachid dan Indianto, 2013: 52).
2. Penelitian Relevan
Tokoh yang ditulis adalah seorang yang mempunyai sebuah pengaruh penting didalam
sebuah masyarakat. Dalam penulisan ini yang membahas peran tokoh yang diarahkan pada
PERAN KH. NUR DURYA DALAM MENGAMALKAN ……..
ROBIT RIZKA ALFI AKBAR, FKIP UMP 2016
kisah hidupnya dan keberhasilannya di dalam kehidupan masyarakat. Berikut hasil penelitian
yang menjadi referensi peniliti adalah sebagai berikut.
Dalam tulisan Rokhim yang berjudul Kiai-Kiai Kharismatik dan Fenomenal menuliskan
tentang biografi kiai-kiai terkenal seperti halnya dalam skripsi ini penulis juga membahas
mengenai tokoh seorang Kiai Lokal yang berada di Desa Walangsanga Kecamatan Moga
Kabupaten Pemalang yang bernama Nur Durya, sedangkan buku karangan Nur Rokim, kiai
yang dibahas adalah seorang kiai yang kebanyakan terkenal dalam tingkat nasional. Kiai
Kholil Bangkalan, Kiai Hasyim Asy’ari Jombang, Kiai Ahmad Dahlan dan lain-lain. Kiai
yang ditulis adalah seorang kiai yang fenomenal yang tingkah lakunya atau jasa-jasanya
sangat berpengaruh besar bagi dirinya sendiri, orang lain, atau bangsa dan negara. Sebagai
contoh adalah Kiai Kholil Bangkalan, Kiai Kholil merupakan seorang kiai yang dikenal
sebagai gurunya para kiai se-Jawa dan Madura, atau bahkan seluruh Indonesia. Banyak kiai
yang berguru padanya, salah satunya adalah Kiai Hasyim Asy’ari. Hubungan dengan
penulisan ini adalah, menceritakan seorang tokoh ulama, yaitu serang kiai yang mempunyai
visi dan misi dalam mengamalkan suatu dakwah disuatu wilayah.
Buku karangan karangan Anhar Gonggong yang berjudul Abdul Qahhar Mudzakkar Dari
Patriot Hingga Pemberontak. Dlam buku karangannya dalah membahas tentang peran Qahar
Mudzakkar yang merupakan seorang pemberontak. Qahar Mudzakkar mendirikan Gerakan
Pemuda Sulawesi (GEPIS) yang lalu berubah menjadi Angkatan Pemuda Indonesia Sulawesi
(APIS) yang merupakan bagian dari Angkatan Pemuda Indonesia (API). Qahhar Mudzakkar
dalam perkembangan APIS meleburkan diri kembali dalam usaha perlawanan fisik
menentang kembali penjajah. Persamaan dalam buku karangan Anhar Gonggong dengan
tulisan ini adalah menceritakan peran sebuah tokoh ulama dalam memperjuangkan jalan
Islam.
PERAN KH. NUR DURYA DALAM MENGAMALKAN ……..
ROBIT RIZKA ALFI AKBAR, FKIP UMP 2016
Dalam penelitian Irfanuddin yang berjudul Peran KH. Hasan Bisri dalam Meningkatkan
Pemahaman Keagamaan Masyarakat Semper Timur-Jakarta Utara. Menuliskan sebuah
perjuangan KH. Bisri dalam melaksanakan dakwah di masyarakat Semper Timur. Hasil yang
diperolehnya dalam dakwahnya semakin kuat masyarakat sekitar dalam mengamalkan ibadah
sholat, puasa, zakat, dan haji. Dalam hal muamalah semakin tinggi rasa toleransi dalam
masyarakat Semper setelah memperoleh ilmu dari KH. Bisri, sedangkan dari aqidah semakin
besar timbulnya rasa saling menghargai dan toleransi diantara warga masyarakat.
F. Kajian Teori
1. Peran Sosial
Peranan sosial merupakan salah satu cara individu untuk membina tingkah laku sosialnya
sehingga individu yang bersangkutan makin matang dan sempurna tingkah laku sosialnya
guna kelancarannya kehidupannya bersama individu lain dalam keluarga, kelompok dan
masyarakat. Di dalam masyarakat individu-individu hidup, tumbuh dan berkembang, sejak
lahir sampai mati. Di dalam masyarakat pula, setiap individu melakukan kegiatan yang sangat
bervariasi dalam kuantitas dan kualitasnya sebagai sarana untuk kehidupan, pertumbuhan,
dan perkembangan. Kegiatan-kegiatan individu untuk hidup dan tumbuh berkembang berupa
tingkah laku sosial dari yang sederhana sampai yang kompleks. Tingkah laku sosial individu
berasal dari jenis kelamin individu sejak lahir.
Pada tingkah laku sosial individu laki-laki dan individu perempuan, tampak jelas dalam
kehidupan sehari-hari berbeda dalam variasinya. Tingkah laku sosial juga bisa berasal dari
status ekonomi seorang individu di mana status sosial ekonomi mengandung tuntutan tingkah
laku sosial tertentu yang harus dipenuhi oleh individu yang bersangkutan. Status ekonomi
individu dapat diperoleh individu yang bersangkutan melalui jenjang pendidikan, tingkat
PERAN KH. NUR DURYA DALAM MENGAMALKAN ……..
ROBIT RIZKA ALFI AKBAR, FKIP UMP 2016
kehidupan (kaya, miskin), pemilih jabatan pada pekerjaan tertentu (kepala sekolah, menteri),
dan individu orang yang berpengaruh (kiai, ulama, berwibawa) (Santoso, 2010: 219).
Peran diwujudkan dalam perilaku oleh aktor. Berbeda dari norma, wujud perilaku ini
adalah nyata bukan sekedar harapan dan berbeda pula dari norma, perilaku yang nyata ini
bervariasi, berbeda-beda dan satu aktor ke aktor yang lain, misalnya, peran ayah seperti yang
diharapkan oleh norma adalah mendisiplinkan anaknya. Variasi ini dalam teori peran
dianggap normal dan tidak ada batasnya. Sebuah peran dilihat dari wujudnya dari tujuan
dasarnya atau hasil akhirnya, terlepas dari cara mencapai tujuan atau hasil tersebut (Sarwono,
2001: 242)
2. Agama dalam Masyarakat Sosial
Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang dapat juga dinamakan proses
sosial) karena proses interaksi sosial syarat utama dalam proses terjadinya aktivitas interaksi
sosial. Interaksi sosial merupakan suatu hubungan yang dinamis yang menyangkut hubungan
antara orang-perorangan, antarkelompok manusia. Interaksi sosial antarkelompok sebagai
kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya (Soekanto, 1982: 56).
Interaksi sosial juga bisa terjadi dengan menjalin hubungan dengan aturan beragama.
Agama dalam keanekaragamnya yang tidak bisa dibayangkan itu memerlukan sebuah
gambaran dan bukan definisi atau batasan. Agama adalah gejala yang begitu sering terdapat
di mana-mana sehingga sedikit membantu usaha-usaha manusia membuat abtraksi ilmiah.
Agama berkaitan dengan usaha-usaha manusia untuk mengukur dalamnya makna keberadaan
alam semesta. Agama telah menimbulkan khayalnya yang paling luas dan juga digunakan
untuk membenarkan kekejaman orang yang luar biasa terhadap orang lain. Agama dapat
membangkitkan kebahagiaan batin yang paling sempurna, dan juga perasaan takut dan ngeri.
Meskipun perhatian kita tertuju sepenuhnya kepada adanya suatu dunia yang tidak dapat
PERAN KH. NUR DURYA DALAM MENGAMALKAN ……..
ROBIT RIZKA ALFI AKBAR, FKIP UMP 2016
dilihat (akhirat), namun agama juga melibatkan dirinya dalam kehidupan sehari-hari di dunia
ini. Agama senantiasa dipakai untuk menanamkan keyakinan baru ke dalam hati sanubari
terhadap alam gaib dan surga-surga telah di dirikan di alam tersebut, namun demikian agama
juga berfungsi melepaskan belenggu-belenggu adat atau kepercayaan manusia yang sudah
usang (Nottingham, 1996: 41).
Agama harus dilihat secara langsung, terutama sebagai suatu yang mempersatukan.
Dalam pengertian harfiahnya, agama menciptakan suatu ikatan bersama, baik di antara
anggota-anggota beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang
membantu mempersatukan mereka. Karena nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem
kewajiban sosial didukung bersama oleh kelompok-kelompok keagamaan, maka agama
menjamin adanya persetujuan bersama dalam masyarakat. Agama juga cenderung
melestarikan nilai-nilai sosial. Fakta yang menunjuk bahwa nilai-nilai keagamaan itu sakral
berarti bahwa nilai-nilai keagamaan tersebut tidak bisa di rubah karena adanya perubahan-
perubahan dalam konsepsi-konsepsi kegunaan dan kesenangan duniawi
Meskipun agama mempunyai peranan didalam masyarakat, sebagai kekuatan yang
mempersatukan, mengikat dan melestarikan, namun ia juga mempunyai fungsi yang lain
dalam cita-cita untuk kehidupan yang selanjutnya. Memang agama mempersatukan kelompok
pemeluknya sendiri begitu kuatnya sehingga apabila tidak dianut oleh seluruh atau sebagian
besar anggota masyarakatnya ia bisa menjadi kekuatan yang mencerai-beraikan, memecah-
belah dan menghancurkan (Nottingham, 1996: 42).
G. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penilitian ini adalah pendekatan sosiologi dan
psikologi agama
PERAN KH. NUR DURYA DALAM MENGAMALKAN ……..
ROBIT RIZKA ALFI AKBAR, FKIP UMP 2016
1. Pendekatan Sosiologi
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologi, Pendekatan
sosiologi dan pendekatan ilmu sosial jika diterapkan akan melahirkan sejarah baru yaitu
sejarah politik gaya baru, sejarah sosial, sejarah sosiologis, sosiologi sejarah, sejarah agraris.
Sejarah sosial membuka banyak peluang untuk menghasilkan peluang untuk membuka
sejarah kriminalitas, sejarah maling, sejarah penyimpangan seksual, sejarah kerusuhan
seksual, sejarah kerusuhan sosial, sejarah kenakalan remaja, sejarah penyimpangan sosial,
sejarah pelacuran, sejarah gotong royong, sejarah kampung-kampung kumuh. Masih bisa
ditambahkan sejarah perang desa, sejarah resepsi dan lain-lain (Priyadi, 2015: 131).
Reskontruksi peristiwa yang menggunakan pendekatan sosiologi akan terungkap segi-segi
sosial dan peristiwa itu. Hasil konstruksinya dapat kategorikan sebagai sejarah sosial. Sebab
pembahasannya mencakup golongan sosial yang berperan, jenis hubungan sosial, konflik
berdasarkan kepentingan, pelapisan sosial, peranan, status sosial, dan sebagainya.
Penggunann sosiologi dalam merekonstruksi sejarah bertujuan untuk memahami arti subjektif
dari perilaku sosial, bukan semata-mata menyelidiki arti objektifnya. Dengan demikian,
pengkajian sejarah lebih mengarah pada pencarian arti dari tindakan individual berkenaan
dengan peristiwa-peristiwa kolektif (Hamid dan Majid, 2011:9).
Pada titik perkembangan penulisan dan studi sejarah dewasa ini ada kecenderungan kuat
bahwa antara berbagai ilmu sosial dan sejarah itu ada konvergensi. Gerakan saling mendekati
( rapproachement ) antara sejarah dan ilmu sosial sangat menyuburkan serta meningkatkan
produktivitasnya. Kenyataan di atas menuntut dari sejarawan untuk memperhalus alat-alat
analitisnya; ini berarti perlu dilakukan pendalaman dalam bidang ilmu sosial lainya, terutama
untuk menguasai alat-alat teoritis dan konseptual. Hal ini membawa implikasi teoritis dan
metodologis yaitu menyusun kerangka konseptual dan teoritis dengan bantuan konsep dan
teori antropologi, sosiologi, ilmu politik, dan lain sebagainya (Kartodirjo, 2014: 169).
PERAN KH. NUR DURYA DALAM MENGAMALKAN ……..
ROBIT RIZKA ALFI AKBAR, FKIP UMP 2016
2. Psikologi Agama
Psikologi mempunyai objek sasarannya yaitu mahluk manusia dan kegiatan-kegiatannya.
Manusia merupakan mahluk tertinggi dapat dijumpai dalam dialam ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa di dunia ini. Bahwasanya manusia sebagai mahluk yang tertinggi didunia ini sudah
dapat manusia temukan dalam uraian Aristoteles yang membeda-bedakan manusia dari
hewan dan tumbuh-tumbuhan secara bertingkat-betingkat, namun manusialah yang
mempunyai rasio kecerdasan dan kemauan. Menurut Kuypers kegiatan-kegiatan manusia
digolongkan menjadi tiga golongan utama secara hakiki, yaitu kegiatan-kegiatannya secara
bersifat individual, kegiatan yang bersifat sosial, kegiatan yang bersifat ketuhanan.
Segi yang ketiga inilah yang membedakan manusia dari mahluk lainnya di dunia. Hanya
manusialah yang merupakan mahluk hidup yang berketuhanan. Tumbuhan-tumbuhan pada
umumnya hanya merupakan mahluk yang individual, sedangkan hewan merupakan mahluk
yang individual juga bisa mahkuk yang bersosial. Hal yang menyangkut ketuhanan inilah
yang membuat manusia mempunyai sebuah agama, yang setiap individu akan memepunyai
pandangan tersendiri tentang suatu agama (Gerungan, 2004: 23).
Psikologi agama mempelajari motif-motif, tanggapan-tanggapan reaksi-reaksi dari psike
manusia, pengalaman dalam berkomunikasi dengan supranatural yang asik dan sangat
dirindukan. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa psikologi agama adalah cabang psikologi
yang menyelidiki sebab-sebab dan ciri psikologis dari sikap-sikap religius pengalaman dan
berbagai fenomena dalam individu yang muncul dari atau meyertai sikap dan pengalaman
tersebut.
Psikologi agama sebagai cabang dari psikologi menyelidiki agama sebagai gejala
kejiwaan memiliki peran penting dalam mengingat persoalan agama yang paling mendasar
adalah persoalan kejiwaan. Manusia meyakini dan mau berserah diri kepada Tuhan,
PERAN KH. NUR DURYA DALAM MENGAMALKAN ……..
ROBIT RIZKA ALFI AKBAR, FKIP UMP 2016
melakukan upacara keagamaan berdoa, rela berkorban dan rela hidupnya dikendalikan oleh
norma-norma agama dan kejiwaannya (Suprayoga dan Tobrori, 64: 2003).
Psikologi dengan watak profannya, sangat terikat dengan pengalaman dunia semata,
sementara agama merupakan urusan Tuhan yang tidak terikat dengan pengalaman hidup
manusia. Disinilah letak permasalahan timbulnya konflik pada awal kemunculan disiplin
psikologi agama. Tentu timbulnya konflik tersebut karena kurangnya pemahaman yang benar
terhadap hakekat psikologi agama. Yang perlu dipahami, merumuskan sebuah definisi suatu
ilmu yang mencakup dua substansi ilmu yang berbeda watak tentu tidak mudah. Bila rumusan
definisi keliru, bisa jadi akan menimbulkan kesan penggerogotan terhadap wilayah ajaran
agama yang suci. Barangkali atas alasan inilah, perkembangan kajian psikologi agama hingga
saat ini belum sepesat kajian ilmu pengetahuan lainnya (Ikharom, 2008: 4).
Tiga ranah itu yang menjadi kajian pokok psikologi agama. Bila dicermati dari ketiga
kajian pokoknya, maka jelas bahwa psikologi agama tidak menyentuh keyakinan atau
kepercayaan agama seseorang. Psikologi agama hanya meneliti seberapa besar atau kecil
pengaruh keyakinan terhadap sikap dan perilakunya, bagaimana proses terjadi, dan
bagaimana kondisi jiwa keberagamaan seseorang.
Psikologi agama tidak menyentuh ajaran agama dan atau keyakinan seseorang. Ini
berarti, psikologi agama tidak berhak mendukung, membenarkan, menolak atau menyalahkan
ajaran, keyakinan, atau keimanan seseorang. Kesadaran keagamaan diartikan sebagai bagian
atau segi yang hadir dalam pikiran yang pengujiannya dapat dilakukan melalui metode
instrospeksi. Juga dapat dikatakan, kesadaran keagamaan adalah aspek mental dan aktivitas
keagamaan seseorang.
Sementara pengalaman keagamaan diartikan sebagai perasaan yang membawa pada
keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan. Dengan demikian, dapat dipahami, psikologi agama
PERAN KH. NUR DURYA DALAM MENGAMALKAN ……..
ROBIT RIZKA ALFI AKBAR, FKIP UMP 2016
adalah ilmu psikologi yang menekankan kajiannya pada pengaruh, proses kejiwaan, dan
bentuk-bentuk kemantapan atau kegoncangan dalam kehidupan keberagamaan seseorang.
Psikologi agama merupakan studi psikologi dalam kaitannya dengan kehidupan keagamaan
seseorang dengan tetap berpijak pada prinsip-prinsip psikologi. Bagaimana bentuk pengaruh
ajaran keagamaan, bagaimana terjadinya proses pembentukan suasana kejiwaan, dan
bagaimana pula bentuk-bentuk kepribadian keagamaan seseorang dikaji dengan tetap
bertopang pada prinsip-prinsip psikologi (Ikharom, 2008: 4-6).
H. Metode Penelitian
Pada metode penelitian ini tentang peran KH. Nur Durya dalam mengamalkan dakwah
Islam di Desa Walangsanga menggunakan metode historis. Metode historis adalah adalah
proses kerja untuk menuliskan kisah-kisah masa lampau berdasarkan jejak–jejak yang
ditinggalkan (Priyadi, 2011: 3-4). Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Heuristik
Heuristik adalah sebuah kegiatan mencari sumber-sumber untuk mendapatkan data, atau
materi sejarah atau evidiensi sejarah. Tahap heuristik adalah tahap banyak menyita waktu ,
biaya, tenaga pikiran dan juga perasaan. Ketika peniliti mencari dan mendapatkan apa yang di
cari maka akan merasakan menemukan sebuah tambang emas (Sjamsuddin, 86: 2007)
Dalam penilitian ini yang akan dijadikan sumber utama adalah sumber lisan melalui
wawancara.Penulis harus mencari banyak-banyaknya pelaku sejarah yang terlibat. Dalam
penelitian ini yang dijadikan seumber adalah utama adalah cucu dari KH. Nur Durya dan
mantan jamaahnya. Pencarian itu melibatkan seorang atau beberapa pelaku yang mengetahui
ada pelaku yang lain yang perlu diwawancarai. Ketika wawancara itu berlangsung dengan
seorang pelaku, maka pelaku tersebut juga diwawancarai untuk menunjuk pelaku-pelaku lain
PERAN KH. NUR DURYA DALAM MENGAMALKAN ……..
ROBIT RIZKA ALFI AKBAR, FKIP UMP 2016
yang perlu dihubungi karena pelaku itu di mungkinkan sudah bertempat tinggal di luar daerah
atau diluar kota, bahkan sudah lintas kabupaten, atau lintas provinsi (Priyadi, 2014: 90).
Penelitian ini melakukan wawancara dengan seorang yang masih bersangkutan dengan
KH. Nur Durya, beliau adalah Ahmad dan Ikhya sebagai cucunya. Keduanya adalah sumber
yang paling penulis anggap yang mengetahui tentang kisah hidup kakeknya. Khasbuni dan
Nurkholis sebagai mantan jamaahnya yang saat Nur Durya masih hidup keduanya sering
mengikuti kegiatan zikir berjamaah bersama Nur Durya. Selain dari keluarga penilti juga
akan melakukan wawancara dengan masyarakat sekitar Desa Walangsanga dan beberapa
peziarah.
2. Kritik
Setelah selesai dilaksanakannya langkah pengumpulan sumber-sumber dalam bentuk
wawancara maka yang harus dilaksanakannya berikutnya adalah mengadakan kritik
(verifikasi) sumber. Pada dasarnya kedua langkah, pengumpulan (heuristik) dan kritik
(verifikasi) sumber, bukanlah merupakan dua langkah kegiatan yang terpisah secara ketat
yang satu dengan yang lain (Daliman, 65: 2012).
Dalam kritik ekstern ontetik diperoleh melalui jawaban terahadap tiga hal , yaitu (1)
adakah sumber itu memang sumber yang dikehendaki (2) adakah sumber itu asli atau turunan
(3) adakah sumber itu utuh atau telah diubah-ubah. Pertanyaan pertama adalah persoalan
relevansi antara data dengan zamannya, tetapi juga dengan subject matter. Data yang tidak
relevan dengan subject matter harus di singkirkan. Berarti ada seleksi dalam bentuk
kerelevansian antara data dan tujuan pokok. Pertanyaan kedua mempersoalkan asli atau
turunan (Priyadi, 2013: 118-119).
3. Interpretasi
PERAN KH. NUR DURYA DALAM MENGAMALKAN ……..
ROBIT RIZKA ALFI AKBAR, FKIP UMP 2016
Dalam interpretasi penulis akan menjelaskan sumber-sumber yang telah di kritik dalam
mencari data yang mendekati objektif. Sumber-sumber dalam penulisan ini di perjelas dengan
teori-teori untuk mendukung dan memperkuat penulisan agar mudah dipahami. Interpretasi
adalah langkah metode sejarah yang harus didukung oleh heuristik sebagai petunjuk ke arah
penelitian dan kritik. Tanpa dukungan mereka, sejarawan akan melampui jalan pintas yang
menyesatkan dan hanya membalikan interpretasi. Interpretasi yang disokong oleh heuristik
dan kritik akan menghasilkan historiografi yang benar-benar Indonesiasentrisme dengan
bekerja dari titik nol. Interpretasi yang bercermin dengan pendekatan kontroversial atau
kontradiksi akan mewariskan sejarah yang bercorak plagiarisme dan mementingkan jalan
mudah. Interprestasi yang ditopang oleh heuristik dan kritik akan membawa sejarawan
kepada suasana sikap kritik yang tinggi masukan fakta yang beraneka ragam. Sikap kritik
yang tinggi akan memacu kapasitas interpretasi yang lebih tinggi. Sejarawan berkat sikap
kritiknya itu akan menganalisis fakta dengan teliti, yang disusul dengan mensistesiskan fakta
dengan teliti pula. Pendekatan kontroversial atau kontradiksi mencerminkan kapasitas yang
rendah dalam menginterpretasikan fakta karena fakta yang disajikan sejarawan belanda
mungkin tidak dapat disebut sebagai sungguh-sungguh fakta. Fakta-fakta tersebut harus
ditinjau kembali, bukan diinterpretasikan secara terbalik. Interpretasi terbaik mencerminkan
rendahnya kemampuan dalam menganalisis dan mensintesiskan fakta-fakta. Sejarawan
menulis sejarah dari titik nol memang tidak gampang. Sejarawan mencari dan menemukan
sumber tidak selalu sukses karena miskin dan ketidak adaan sumber (Priyadi, 2015: 107).
4. Historiografi
Historiografi adalah proses penulisan sejarah, sebelum era Kartodirjo sejarah lebih
dikatakan naratif. Artinya, sejarah dipandang sebagai kisah, yaitu kisah yang dipandang
sebagai kisah yang ditulis oleh sejarawan, baik peneliti maupun penulis, sehingga karyanya
tersebut sejarah sebagaimana dikisahkan. Di sini, sejarah dipandang semata-mata sebagai
PERAN KH. NUR DURYA DALAM MENGAMALKAN ……..
ROBIT RIZKA ALFI AKBAR, FKIP UMP 2016
cerita yang kemudian juga sulit dibedakan dengan karya-karya sastra, seperti novel. Sejarah
sebagaimana dikisahkan memang dibangun dengan cara atau alat yang disebut tulisan. Tanpa
ditulis sejarah tidak dapat diceritakan dengan akurasi yang tinggi karena kelisanan lebih
cenderung liar dan tidak terkendali. Oleh karena itu, ketika mendengar dan menyimak cerita
sejarah akan mengalami kebahagiaan karena ia sedang menikmati kisah sejarah, bagaikan
orang sedang melakukan perjalanan (Priyadi, 2013: 122).
Penulisan sejarah tidak semudah dalam penulisan ilmiah lainnya, tidak cukup dengan
menghadirkan informasi dan argumentasi. Penulisan sejarah, walaupun terikat pula oleh
aturan-aturan logika dan bukti-bukti empirik, tidak boleh dilupakan bahwa ia juga karya
sastra yan menuntut kejelasan, keteguhan, dan kekuatan, serta kerapian dalam ekspresi
penulisan, ia akan mampu mencapai apa yang akan menjadi dambaan setiap sejarawan, yakni
memadukan kesejarwanan dan kesasterawanan antara keahlian dan ekpresi bahasa (Daliman,
99: 2012).
I. Sistematika Penulisan
BAB 1, Pendahulian berisi mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat,
kajian Pustaka, Kajian Teori, Pendekatan Penelitian, Metode Penelitian dan Sistematika
Penilisan.
BAB 2, Membahas tentang profil keadaan Desa Walangsanga sebagai tempat tinggal Kh.
Nur Durya seperti keadaan geografis, keadaan sosial, keadaan ekonomi, dan keadaan religi di
Walangsanga..
BAB 3, Membahas tentang perjalanan hidup KH. Nur Durya semasa hidupnya dalam
perjalanannya mencari ilmu tentang Islam dan pendidikan yang ditempuh dalam mempelajari
PERAN KH. NUR DURYA DALAM MENGAMALKAN ……..
ROBIT RIZKA ALFI AKBAR, FKIP UMP 2016
dan mendalami tentang Islam yang membuat beliau menjadi seorang yang cukup terkenal di
wilayah Kabupaten Pemalang.
BAB 4, Menjelaskan peran KH. Nur Durya dalam mengamalkan dakwah di Desa
Walangsanga melalui amalan media zikir sebagai perantaranya yang membuat dirinya
dijuluki oleh masyarakat sekitar sebagai waliyullah atau kekasih Allah serta peran dalam
kehidupan masyarakat Walangsanga dan peran dalam mendekatkan diri kepada Allah dalam
manfaat yang diperoleh dalam kegiatan zikir bersama.
BAB 5, Kesimpulan dan saran.
PERAN KH. NUR DURYA DALAM MENGAMALKAN ……..
ROBIT RIZKA ALFI AKBAR, FKIP UMP 2016
Top Related