BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kesehatan merupakan kebutuhan yang utama bagi setiap penduduk yang
hidup di dunia ini, dan pembangunan kesehatan pada dasarnya menyangkut baik
kesehatan fisik mapupun mental. Keadaan kesehatan seseorang akan dapat
berpengaruh pada segi kehidupan sosial ekonominya, maupun kelangsungan
kehidupan suatu bangsa dan Negara dimanapun di dunia ini, baik di Negara yang
sudah maju maupun di Negara yang sedang berkembang seperti Indonesia.
Dalam penjelasan Umum atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 1 Tahun 1988 Tentang Masa Bakti dan Praktek Dokter dan Dokter Gigi,
disebutkan bahwa derajat kesehatan yang optimal merupakan hak setiap warga
Negara yang perwujudannya dilaksanakan oleh pemerintah dengan
mengikutsertakan masyarakat secara aktif. Pembangunan kesehatan yang didukung
oleh pembangunan di bidang-bidang lainnya, merupakan secara bertahap dan
berkesinambungan. Kebijaksanaan Pembangunan setiap tahap bertumpu pada
pendekatan pelayanan kesehatan dengan menyebarkan secara merata tenaga-tenaga
kesehatan.
Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan
sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Penjelasan Umum atas Undang-Undang
Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan pada huruf (b)
ditentukan, bahwa pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan
Universitas Sumatera Utara
nasional diarahkan guna hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan
derajat kesehatan secara optimal.
Demikian juga di dalam Ketetapan MPR No. II / MPR / 1993 Tentang
Garis-Garis Besar Haluan Negara antara lain disebutkan bahwa :
“Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia serta kualitas kehidupan dan usia harapan hidup manusia,
meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat, serta untuk
mempertinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat”.
Hal itu menunjukkan, bahwa masalah kesehatan di Negara kita
mendapatkan perhatian dan penanganan secara serius oleh pemerintah, yaitu
dengan didirikannya sarana-sarana kesehatan, tidak hanya di kota-kota, tetapi juga
sampai ke desa-desa.
Adapun tujuan dan dasar pembangunan kesehatan di dalam Sistem
Kesehatan Nasional dijabarkan sebagai berikut.
(1) Semua warga Negara berhak memperoleh derajat kesehatan yang optimal, agar dapat bekerja dan hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
(2) Pemerintah dan masyarakat bertanggung jawab dalam memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan rakyat.
(3) Penyelenggaraan upaya kesehatan diatur oleh pemerintah dan dilakukan secara serasi seimbang oleh pemerintah dan masyarakat serta dilaksanakan terutama melalui upaya peningkatan dan pencegahan yang dilakukan secara terpadu dengan upaya penyembuhan dan pemulihan yang diperlukan.
(4) Setiap bentuk upaya kesehatan harus berasaskan prikemanusiaan yang berdasarkan ke-Tuhanan Yang Maha Esa dengan mengutamakan kepentingan nasional, rakyat banyak dan bukan semata-mata kepentingan golongan atau perorangan.
(5) Sikap, suasana kekeluargaan, kegotong-royongan serta semua potensi yang ada diarahkan dan dimanfaatkan sejauh mungkin untuk pembangunan kesehatan.
(6) Sesuai dengan asas adil dan merata, hasil yang dicapai dalam pembangunan kesehatan harus dapat dinikmati secara merata oleh penduduk.
Universitas Sumatera Utara
(7) Semua warga Negara sama kedudukannya dalam hukum dan wajib menjunjung tinggi dan menaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan dalam bidang kesehatan.
(8) Pembangunan kesehatan nasional harus berlandaskan pada kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri, serta bersendikan kepribadian bangsa. 1
Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang optimal bagi
masyarakat perlu ditunjang oleh adanya sarana kesehatan.
“Sarana kesehatan adalah setiap tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan”. 2
Dari ketentuan Pasal 56 ayat (2) tersebut dapat dilihat, bahwa kesempatan
untuk mendirikan sarana-sarana kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat tidak hanya dimonopoli oleh pihak pemerintah, tetapi juga
diberikan kepada setiap anggota masyarakat atau swasta, sehingga akhir-akhir ini
Dalam Pasal 56 ayat (1) Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
ditentukan:
Sarana kesehatan meliputi balai pengobatan, pusat kesehatan masyarakat,
rumah sakit umum, rumah sakit khusus, praktek dokter, praktek dokter gigi,
praktek dokter spesialis, praktek dokter gigi spesialis, praktek bidan, toko obat,
apotek, pedagang besar farmasi, pabrik obat dan bahan obat, laboratorium,
sekolah dan akademik kesehatan, balai pelatihan kesehatan, dan sarana kesehatan
lainnya.
“Sarana kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat
diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat”.
1 Sistem Kesehatan Nasional, Departemen Kesehatan, Jakarta, 1982, Hal 6,7. 2 Amri Amir, Bunga Rampai Hukum Kesehatan, Widya Medika, Jakarta, 1997, Hal 94.
Universitas Sumatera Utara
nampak peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan upaya pelayanan
kesehatan swasta secara merata, terjangkau, dan dapat diterima oleh masyarakat
sesuai dengan sistem kesehatan nasional, semakin meningkat dan berkembang
dengan didirikannya klinik-klinik swasta.
Apabila diperhatikan ketentuan Pasal 1 huruf (a) Peraturan Menteri
Kesehatan No. 920 Tahun 1986 pelayanan kesehatan swasta dibidang medik dapat
diselenggarakan oleh perseorangan, kelompok atau yayasan, sedangkan Pasal 58
ayat (1) Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 menetapkan:
“Sarana kesehatan tertentu yang diselenggarakan masyarakat harus berbentuk
badan hukum”.
Dalam hal pelayanan kesehatan swasta di bidang medik diselenggarakan
oleh kelompok, berarti di dalamnya terdapat beberapa orang sebagai peserta yang
menggabungkan diri untuk bekerjasama mendirikan sarana kesehatan. Kerja sama
itu dapat terjadi antara dokter dengan apoteker, dokter dengan bidan, dokter
dengan perawat dan sebagainya.
Perkembangan dewasa ini menunjukkan bahwa kerjasama di bidang
kesehatan banyak terjadi dengan mendirikan usaha klinik kesehatan bersama yang
kemudian menjelma menjadi suatu kerja sama yang bersifat terus-menerus, yang
akhirnya menimbulkan suatu bentuk lembaga kesatuan kerja sama yang berbentuk
suatu badan yang mempunyai asas tujuan yang bersifat komersial untuk
pemenuhan kebutuhan atau kepentingan anggotanya yang dikenal dengan istilah
persekutuan.
Berdasarkan struktur hukumnya bentuk-bentuk kesatuan kerjasama itu dapat digolongkan atas dua bagian, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Bentuk kesatuan kerja sama yang merupakan badan hukum, dapat dijumpai dalam bentuk persekutuan yang dikenal dengan istilah: a. Perseroan terbatas b. Koperasi c. Perkumpulan saling menanggung
2. Bentuk kesatuan kerja sama yang bukan merupakan badan hukum, dapat dijumpai dalam bentuk persekutuan yang dikenal dengan istilah: a. Persekutuan perdata (maatschap) b. Persekutuan firma c. Persekutuan komanditer.3
Bentuk-bentuk kesatuan kerja sama tersebut sama-sama menjalankan
perusahaan dengan tujuan untuk mencari keuntungan, tetapi mempunyai status
hukum yang berbeda. Perbedaan itu nampak dari prosedur pendiriannya, yaitu
mutlak diperlukan pengesahan oleh pemerintah, sedangkan untuk mendirikan
kesatuan kerja sama yang bukan badan hukum tidak diperlukan pengesahan akte
pendirian oleh pemerintah.
Oleh karena usaha klinik kesehatan bersama merupakan institusi yang
relatif baru diselenggarakan di Indonesia, sehingga dalam sistem hukum di
Indonesia dapat dilihat ada aspek hukum tertentu yang belum secara memadai
memperoleh pengaturan, baik dalam hukum kesehatan maupun dalam hukum
persekutuan kita, terutama aspek-aspek yang berkaitan dengan dasar hukum
pendirian usaha klinik kesehatan bersama maupun bentuk kesatuan kerjasamanya.
Dengan dasar hukum yang kuat dan bentuk kesatuan kerjasama yang jelas dan
pasti akan dapat lebih menjamin adanya kepastian berusaha. Namun demikian,
mengingat hukum perjanjian Indonesia menganut sistem terbuka yang tercermin
dalam Pasal 1338 KUHPerdata, maka untuk sementara sampai dengan adanya
3 Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perkumpulan, Perseroan dan Koperasi di Indonesia, Dian Rakyat, Jakarta, Hal.45
Universitas Sumatera Utara
peraturan perundangan yang lebih rinci, maka semua aspek yang berkaitan dengan
perjanjian untuk mendirikan usaha klinik kesehatan bersama akan tunduk pada
ketentuan-ketentuan umum hukum perjanjian yang diatur dalam KUHPerdata.
Dalam penyelenggaraan usaha klinik kesehatan bersama, para pesertanya akan
mengadakan kerja sama dan dengan adanya kerja sama tersebut akan melahirkan
konsekuensi yuridis, terutama mengenai tanggung jawab usaha klinik kesehatan
bersama tersebut. Dengan demikian maka lebih menjadi perhatian terhadap usaha
klinik kesehatan bersama tersebut sehubungan dengan yang diteliti oleh penulis
adalah mengenai tanggung jawab usaha klinik kesehatan bersama terhadap segala
resiko usaha maupun terhadap penerima pelayanan kesehatan (pasien) yang merasa
dirugikan sehubungan dengan pelayanan kesehatan swasta di bidang medik.
B. Perumusan Masalah
Klinik kesehatan bersama sebagai suatu usaha yang melakukan kegiatan
memberikan pelayanan kesehatan swasta di bidang medik, maka kehadirannya di
tengah-tengah masyarakat menimbulkan permasalahan-permasalahan di bidang
hukum. Hal ini adalah sebagai akibat dari adanya hubungan hukum di antara para
peserta yang mengadakan kerjasama dalam usaha klinik kesehatan bersama,
maupun hubungan hukum dengan pihak ketiga yang menggunakan jasa-jasa
pelayanan usaha klinik kesehatan bersama tersebut yang menuntut perhatian
kererlibatan hukum dalam upaya memberikan kerangka jaminan perlindungan
kepada masing-masing pihak.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas maka permasalahan
yang timbul adalah:
a. Apakah dasar hukum pendirian usaha klinik kesehatan bersama
sehubungan dengan pelayanan kesehatan swasta di bidang medik?
b. Bagaimana bentuk kesatuan kerja sama usaha klinik kesehatan bersama?
c. Bagaimana tanggung jawab usaha klinik kesehatan bersama terhadap risiko
usaha atau terhadap penerima pelayanan kesehatan (pasien) yang merasa
dirugikan?
C. Tujuan dan Manfaat
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah penelitian yang telah dirumuskan di atas, maka
penelitian tentang “ Tinjauan Hukum Perdata Pada Usaha Bersama “ (Studi
pada usaha klinik kesehatan bersama Jl.AR.Hakim No.168) dilakukan dengan
tujuan:
1. Untuk mengetahui dasar hukum pendirian usaha klinik kesehatan bersama.
2. Untuk mengetahui bentuk kesatuan kerja sama usaha klinik kesehatan
bersama tersebut di dalam menjalankan kegiatan usahanya sehubungan
dengan pelayanan kesehatan swasta di bidang medik.
3. Untuk mengetahui tanggung jawab usaha klinik kesehatan bersama tersebut
terhadap segala resiko usaha atau terhadap penerimaan pelayanan
kesehatan (pasien) yang dirugikan.
Manfaat Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan hasilnya dapat memberikan
manfaat, yaitu:
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu hukum, khususnya mengenai perjanjian dan
persekutuan.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan
masukan kepada pemerintah dalam mengambil langkah-langkah atau
kebijaksanaan-kebijaksanaan lebih lanjut, terutama di bidang usaha klinik
kesehatan bersama yang semakin berkembang dewasa ini, dan juga kepada
badan legislatif dapat dipergunakan sebagai bahan dalam rangka
pembentukan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang usaha
klinik kesehatan bersama. Di samping itu hasil penelitian ini juga dapat
dipergunakan sebagai bahan pegangan bagi pengelola usaha klinik
kesehatan bersama, maupun bagi pihak lain sehubungan dengan pelayanan
kesehatan swasta di bidang medik.
D. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang “Tinjauan Hukum Perdata Pada Usaha Bersama “ (Studi
pada usaha klinik kesehatan bersama di Klinik Madani Medan) sepanjang
pengetahuan peneliti sampai saat ini belum pernah ada yang menelitinya.
E. Metode Penulisan
Dalam penyusunan skripsi ini, data-data yang penulis kumpulkan diperoleh
dari cara melakukan penelitian kepustakaan ( Library Research ). Artinya,
Universitas Sumatera Utara
melalui penelitian ini penulis mengumpulkan data-data sekunder dengan cara
membaca, mempelajari dan menguraikan pasal-pasal dalam Perundang-
undangan, Pandangan dan Pendapat para ahli di bidang hukum khususnya yang
menyangkut mengenai Usaha Klinik Kesehatan Bersama. Di samping itu,
penulis juga mengumpulkan data-data primer melalui wawancara dengan Usaha
Klinik Kesehatan Bersama dan juga menganalisa hal yang berhubungan dengan
perjanjian dalam usaha bersama melalui data kepustakaan dan bahan-bahan
sekunder lainnya.
F. Tinjauan Kepustakaan
Dalam penulisan skripsi ini penulis memilih judul : “ Tinjauan Hukum
Perdata Pada Usaha Bersama ( di Klinik Madani No.168 Medan ) “Pengertian
yang dikandung dalam judul tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:
- Tinjauan : “ suatu telaah,sudut pandang”.4
- hukum Perdata: “hukum yang mengatur orang perorangan atau biasa
disebut dengan hukum privat”.
5
- usaha : “diartikan sebagai kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran
atau badan untuk mencapai suatu maksud”.
6
- klinik: “Balai Pengobatan atau tempat mengobati orang sakit”.
7
4 Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia,Balai Pustaka, Jakarta, 1976, Hal. 420
5 Yan Pramadya Puspa, Kamus Hukum Edisi Lengkap, Aneka Ilmu, Semarang, 1977, Hal. 444
6Poerwodarminta, Op.cit, Hal.513 7 Ibid, Hal.215
Universitas Sumatera Utara
- klinik kesehatan : menurut Pasal 56 ayat 1 Undang-undang kesehatan
No.23 tahun 1992 yaitu : sarana kesehatan yang meliputi balai pengobatan,
pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit umum, rumah sakit khusus,
praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek dokter spesialis, praktek gokter
gigi spesialis, praktek bidan, toko obat, apotek, pedagang besar farmasi,
pabrik obat dan bahan obat, laboratorium, sekolah dan akademi kesehatan,
balai penelitian kesehatan, dan sarana kesehatan lainnya.
- usaha klinik kesehatan bersama : Suatu kegiatan bersama atau berkelompok
dalam suatu tempat (klinik) dengan mengerahkan tenaga, pikiran atau
badan, guna mengobati orang sakit agar memperoleh keadaan sejahtera dari
badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara sosial dan ekonomi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika uraian di dalam skripsi ini disusun dalam bab-bab sebagai
berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
Dalam bab ini dimana di dalam pendahuluan ini penulis menguraikan dan
menjelaskan mulai dari Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan dan
Manfaat, Keaslian Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, serta Sistematika
Penulisan dalam skripsi ini.
Universitas Sumatera Utara
BAB II. TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERJANJIAN SEBAGAI BAGIAN
DARI PERIKATAN BERDASARKAN KUHPERDATA
Dalam bab ini penulis menguraikan tentang Tinjauan Yuridis Tentang
Perjanjian Sebagai Bagian dari Perikatan Berdasarkan KUHPerdata,
khususnya mengenai Pengertian dan Istilah Perjanjian, Syarat Sahnya
Perjanjian, Tanggung Jawab Para Pihak Dalam Perjanjian dan
Wanprestasi dalam Perjanjian.
BAB III TINJAUAN UMUM USAHA KLINIK KESEHATAN BERSAMA
Pada bab ini, penulis menguraikan tentang Tinjauan Umum Usaha Klinik
Kesehatan Bersama, antara lain : Pengertian dan Dasar Hukum Usaha
Klinik Kesehatan Bersama, Syarat Pendirian Usaha Klinik Kesehatan
Bersama, Bentuk Pelayanan Kesehatan Usaha Klinik Kesehatan Bersama,
dan Bentuk Kesatuan Kerjasama dalam Usaha Klinik Kesehatan Bersama.
BAB IV TANGGUNG JAWAB PERDATA PADA USAHA KLINIK
KESEHATAN BERSAMA DI KLINIK MADANI ( JL. AR. HAKIM
NO.168 MEDAN )
Dalam bab ini, penulis membahas tentang Tanggung Jawab Pengusaha
Klinik Kesehatan Bersama terhadap Kerugian Usaha, Tanggung Jawab
Usaha Klinik Kesehatan Bersama terhadap Pemakai Jasa Pelayanan
Kesehatan ( Pasien ) yang dirugikan serta Tanggung Jawab Para Pihak
Universitas Sumatera Utara