BAB I
REKAM MEDIS
I. IDENTIFIKASI
Nama : Ny M
Umur : 26 tahun
Alamat : Jl. Macan Kumbang RT/RW 13/11 Demang Lebar Daun IB 1
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : -
MRS : 25-03-2012, pukul 09.00WIB
II.ANAMNESIS (autoanamnesis)
Keluhan Utama : Hamil kurang bulan dengan darah tinggi dan bekas operasi melahirkan.
Riwayat Perjalanan Penyakit :
Lebih kurang 4 jam SMRS, Os mengeluh badan lemas dan kaki kesemutan. Os lalu
berobat ke bidan dan oleh bidan Os dikatakan darah tinggi. Os lalu disarankan ke RSMH
Palembang. Riwayat perut mules yang menjalar ke pinggang tidak ada. Riwayat keluar
darah lendir tidak ada. Riwayat darah tinggi sebelum hamil tidak ada. Riwayat darah
tinggi pada hamil ini ada. Riwayat nyeri ulu hati tidak ada. Riwayat sakit kepala hebat
tidak ada. Riwayat mata kabur tidak ada. Riwayat mual muntah tidak ada. Os mengaku
pernah operasi melahirkan. Os mengaku hamil kurang bulan dan gerakan janin masih
dirasakan.
Status Perkawinan: 1x lamanya 7 tahun
Status Sosial Ekonomi: Sedang
Status Gizi: Sedang
Riwayat Obstetri: G2P1A0
No. Tempat
bersalin
Tahun Kehamilan Jenis
persalinan
Keadaan
anak lahir
Nifas Lain-
lain
1. SpOG 2006 Preterm SC Perempuan
, 1700 gr
Baik -
2. Hamil Ini
Riwayat Kehamilan Lalu:
Preeklampsia/Eklampsia/Hiperemesis: -
Perdarahan postpartum :-
Penyakit-penyakit lain: Jantung/paru-paru/diabetes/venerik/penyakit tropoblast/lain-lain:-
Operasi yang lalu: SC 1x tahun 2006
Riwayat Kehamilan Sekarang:
Haid: teratur
Siklus: 28 hari
Banyaknya: biasa
HPHT: lupa
Taksiran tanggal persalinan:-
Lama Hamil: 31-32 minggu
Gerakan anak dirasakan: 4 bulan yang lalu
Periksa hamil: Bidan
Riwayat Persalinan:
Dikirim oleh : Bidan
His mulai sejak tanggal :-
Darah lendir sejak tanggal :-
Ketuban belum/sudah pecah : -
PEMERIKSAAN FISIK (tanggal 25-03-2012, pukul 09.00 WIB)
Status Present
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 140/100 mmHg
Nadi : 82 x/mnt
Frekuensi pernafasan : 24 x/mnt
Suhu : 36,4 oC
Berat badan : 72 kg
Tinggi badan : 150 cm
Konjunctiva palpebra pucat : -/-
Sklera ikterik : -/-
Gizi : sedang
Payudara hiperpigmentasi : (+/+)
Jantung : gallop (-), murmur (-)
Paru-paru : bising nafas vesikuler N, wheezing (-), ronkhi (-)
Abdomen : cembung, simetris, ditemukan bekas operasi melahirkan
Hati dan lien : sulit dinilai
Edema pretibia : (+/+)
Varises : (-/-)
Refleks fisiologis : (+/+)
Refleks patologis : (-/-).
Status Obstetri ( pemeriksaan tanggal 25-03- 2008 pukul 09.00 WIB )
Pemeriksaan luar:
tinggi fundus uteri setengah processus xiphoideus (23 cm), memanjang, punggung kanan,
penurunan kepala floating 5/5, his tidak ada dalam 10 menit, DJJ 150x/mnt, TBJ 1550 gr.
Pemeriksaan dalam :
a. VT :
Portio lunak, posterior, eff 0%, ketuban belum dapat dinilai, Hodge I, petunjuk belum
dapat dinilai.
b. Pemeriksaan Panggul:
Promontorium tidak teraba, KD >13 cm, KV >11,5 cm, linea innominata teraba 1/3-1/3,
sakrum konkaf, spina iskiadika tak menonjol, arkus pubis >900, dinding samping lurus,
kesan panggul sempit.
DIAGNOSA KERJA
G2P1A0 hamil aterm dengan hipertensi gestational + bekas SC 1x (ai ?) belum
inpartu janin tunggal hidup presentasi kepala
Indeks Gestosis : Edema : 1 Proteinuria : 0 TDS : 1
TDD : 2 4
PENATALAKSANAAN
Stabilisasi 1 – 3 jam Observasi tanda vital ibu, DJJ R/ ekspektatif Cek lab lengkap, DR, UR, KD, CM IVFD RL gtt XX /menit Kateter menetap catat intake output (balance cairan) Inj. MgSO4 40% 8g IM boka-boki dilanjutkan inj. MgSo4 4gr boka/boki/6
jam Nifedipin 3 x 10 mg Injeksi dexametasone 2x6 mg iv (2 hari) Konsul PDL, mata Evaluasi sesuai satgas gestosis
PROGNOSIS
Ibu : dubia
Anak : dubia
LAPORAN PERSALINAN
Pukul 14.55 WIB Operasi dimulai
Penderita terlentang dalam keadaan anestesi spinal. Dilakukan tindakan aseptik dan
antiseptik pada daerah operasi dan sekitarnya. Lapangan operasi dipersempit dengan
doek steril. Dilakukan insisi pfanennsteil sepanjang ± 10 cm di tepi luka lama. Kemudian
incisi diperdalam secara tajam dan tumpul sampai menembus peritoneum. Setelah
peritoneum dibuka, tampak uterus sebesar kehamilan 31-32 minggu.
Diputuskan untuk melakukan SSTP dengan cara sbb:
a. Insisi SBR konkaf ± 3 cm kemudian bagian tengah ditembus secara tumpul
dengan jari lalu kavum uteri diperlebar ke lateral secara tumpul. Didapatkan
ketuban (-)
b. Janin dilahirkan dengan cara meluksir kepala
Pukul 15.05 WIB Lahir neonatus hidup perempuan, BB 1400 g, PB 40 cm, AS 8/0 FT
AGA. Ke dalam cairan infus dimasukkan oksitosin 20 IU. Plasenta dilahirkan dengan
tarikan ringan pada tali pusat.
Pukul 15.15 WIB Plasenta lahir lengkap, BP 350 g, PTP 45 cm, ukuran Ø 17x18 cm.
Dilakukan pembersihan kavum uteri dengan kassa. Kemudian dilanjutkan penjahitan
pada uterus sebagai berikut:
a. Dilakukan penjahitan SBR satu lapis secara jelujur feston dengan Vicryl no.1
b. Dilakukan retroperitonealisasi secara jelujur dengan plain catgut no.2.0
c. Perdarahan dirawat sebagaimana mestinya
d. Dilakukan pencucian kavum uteri dengan NaCl 0,9%
Dilanjutkan penutupan dinding abdomen lapis demi lapis dengan cara sebagai berikut:
a. Peritoneum dijahit secara jelujur dengan plain catgut no.2.0
b. Otot dijahit secara jelujur dengan plain catgut no.2.0
c. Fascia dijahit secara jelujur feston dengan vicryl no.1
d. Subkutis dijahit secara terputus dengan plain catgut no.2.0
e. Kutis dijahit secara jelujur subkutikuler dengan vicryl no.3.0
Luka operasi ditutup dengan sofratulle dan opsite
Pukul 15.55 WIB Operasi Selesai
Cairan masuk:
a. RL: 1500 cc
b. Darah: - cc
c. HES: 500 cc
Total : 2000 cc
Cairan Keluar:
a. Urine: 50 cc
b. Darah: 300 cc
Total: 350 cc
Diagnosis pra bedah: G3P2A0 hamil 31-32 minggu dengan bekas SC 1x (ai.?) gagal
ekspektatif belum inpartu janin tunggal hidup presentasi kepala + BPP 8
Diagnosis pasca bedah: Bekas SC 1x + Preeklampsia berat + Partial HELLP Syndrome
Tindakan: Seksio Sesaria Transperitonealis Profunda.
FOLLOW UP
Tanggal 25-03-2012Konsul PDL EKG : Kesan : Sinus TakikardiaA/ Hipertensi stage II dengan G2P1A0 hamil 32 minggu
Saran :- Diet Rendah Garam - Metal dopa tab 3 x 500 mg- Th/ lain sesuai TS
Konsul MataK/ Retinopathy hipertensi grade IIISaran: Antioksidan 2x1 tabletKontrol ke poli mata subdivisi retina 3 bulan lagi
26 Maret 2012USG konfirmasi (NS) :Tampak JTH preskepBiometri : BPD 8,13 cm 32w5d HC 28,14 cm 36w6d AC 25,59 cm 29w5d FL 6,50 cm 33w4dPlasenta korpus kanan belakangKetuban cukupFT : 2 FM : 2 FB : 2 ICA : 2 NST : 0BPP : 8K/ hamil 31-32 minggu JTH preskep
27 Maret 2012Labor : Protein ++ LDH 654
D/ G2P1A0 hamil aterm dengan preeclampsia berat + partial HELLP syndrome + bekas SC 1x (ai ?) belum inpartu janin tunggal hidup presentasi kepala + BPP 8
Lapor Konsulen VK dr.H.Nuswil Bernolian,Sp.OG(K) Saran : terminasi perabdominam
Pukul 14.55 Operasi dimulaiPukul 15.05 Lahir neonates hidup perempuan, BB 1400 gram, PB 40 cm, AS 8/9 PT
AGAPukul 15.15 Plasenta lahir lengkap BP 350g, PTP 45 cm ukuran 17x18 cmPukul 15.55 Operasi selesai
Diagnosis pra bedah :G2P1A0 hamil aterm dengan preeclampsia berat + partial HELLP syndrome + bekas SC 1x (ai?) belum inpartu janin tunggal hidup presentasi kepala + BPP 8Diagnosis pasca bedah :Bekas SC 1x + preeclampsia berat + partial HELLP syndromeTindakan :Seksio Sesaria Transperitonealis profunda
28 Maret 2012Keluhan : Habis operasi Melahirkan Status present :KU : sakit sedangSens : CMTD : 130/80 mmhgNd : 84 x / menitRR : 24 x / menitT : 36.5 °CStatus ObstetriPL : Abdomen cembung lemas, simetris Fut teraba 2 jari bawah pusat, perdarahan aktif (-), vulva tenang, tampak luka operasi tertutup opsiteK/ P2A0 post SSTP ai PEB + partial HELLP SyndromeTerapi:
- Observasi tanda vital ibu- Cek Hb : bila Hb <10g% transfusi- IVFD D5% : RL = 2:1 gtt XX/menit- Kateter menetap catat balance cairan- Immobilisasi 24 jam- Diet biasa- Injeksi ferotam 2x1 gr- Injeksi transamin 3 x 500 mg- Injeksi alinamin F 3 x 1 amp- Injeksi vometron 2x1amp IV- Ketros Suppos 2x1 rectal- Inj vit c 3 x 1 amp
29 Maret 2012 Keluhan : Habis operasi Melahirkan Status present :KU : sakit sedangSens : CMTD : 130/80 mmhgNd : 80 x / menitRR : 22 x / menitT : 36.7 °CStatus Obstetri
PL : Abdomen cembung lemas, simetris Fut teraba 2 jari bawah pusat, perdarahan aktif (-), vulva tenang, tampak luka operasi tertutup opsiteK/ P2A0 post SSTP ai PEB + partial HELLP SyndromeTerapi:
- Observasi tanda vital ibu- Cek Hb : bila Hb <10g% transfusi- IVFD D5% : RL = 2:1 gtt XX/menit- Kateter menetap catat balance cairan- Immobilisasi 24 jam- Diet biasa- Injeksi ferotam 2x1 gr- Injeksi transamin 3 x 500 mg- Injeksi alinamin F 3 x 1 amp- Injeksi vometron 2x1amp IV- Ketros Suppos 2x1 rectal- Inj vit c 3 x 1 amp
16.00 WIB :Keluhan : perut kembung + mual –muntah + sakit kepala dan nyeri ulu hatiStatus present :KU : lemahSens : apatisTD : 150/90 mmhgNd : 104 x / menitRR : 26 x / menitT : 37.5 °CStatus ObstetriPL : Abdomen cembung lemas, simetris Futsulit dinilai, perdarahan aktif (-), vulva tenang, tampak luka operasi tertutup opsiteVT : portio lunak,OUE tertutup, CD tak menonjol, CUT sulit dinilaiK/ P2A0 post SSTP ai PEB + partial HELLP Syndrome + distensi abdomenTerapi:
- Konsul PDL- Konsul Bedah- Konsul ICU : ICU acc pindah rawat- 18.35 wib Lapor dr. H. Iskandar Zulqarnain,SpOG(K)
Ikuti saran PDL,ICU, BedahKonsul ke fetomaternalKateter menetap catat balance cairan
- PDL : Hasil Konsul : Cek darah perifer lengkap Faal hemostatis (PT,aPTT,D-dimer,fibrinogen) Darah Kimia (Na,K, ureum, Kreatinin, SGOT,SGPT,LDH) Antibiotik adekuat sesuai TS
Konsul ulang bila ada akut abdomen Jika ada hasil konsul ulang
Bedah (20.30 wib) : Kesan : observasi perut kembung ec susp ileus paralitik Pasang NGT alirkan Ro BNO IVP Perbaikan KU Konsul bila ada hasil20.51 WIB : lapor dr.H.Nuswil Bernolian,Sp.OG(K)Saran : injeksi dexamethasone 1x20 mg Observasi penderita Tanya operator apakah ada penyulit intraoperatifLaboratorium :Darah rutin : Hb 5,1 g/dl Ht 15 vol % Leukosit 40.000/mm3 Trombosit 168.000/mm3Faal Hemostasis : PT 21,2 APTT 52,7 Fibrinogen TAPKimia darah : INR : 2,00 D-dimer : 3,6Ureum : 218 mg/dl Creatinin : 2,9 mg/dl Protein total : 3,4 g/dl Albumin : 1,6 g/dlGlobulin : 1,8 mg/dl Bilirubin total : 1,74 mg/dl Bilirubin direk : 0,40 mg/dl Bilirubin indirek : 1,34 mg/dlNa : 143 mmol/l K :4,3 mmol/lCa : 5,5 mg/dlUrine : protein ++
30 Maret 2012 Keluhan : Habis operasi Melahirkan dengan perdarahan, perut kembung dan penurunan
kesadaranStatus present :KU : sakit beratSens : CMTD : 169/107 mmhgNd : 89 x / menitRR : 20 x / menitT : 36.5 °CStatus ObstetriPL : Abdomen cembung lemas, simetris Fut teraba 4 jari bawah pusat, perdarahan aktif (-), vulva tenang, tampak luka operasi tertutup opsiteK/ P2A0 post SSTP ai PEB + partial HELLP Syndrome + susp DIC + AKI Rifle I
Terapi:- Observasi tanda vital ibu- IVFD RL gtt XX/menit : NGT- Kateter menetap catat balance cairan- Injeksi simpenem 3x2mg- Injeksi deksamethasone 2x20mg- Injeksi alinamin F 2 x 2 amp- Nifedipine 3x10mg- HCT 1x1 tab- Injeksi farmadol (k/p)- Injeksi ocid 2x1 vial- Rawat bersama divisi hematologi- Balance cairan :
Input : 1750 ccOutput : 600 cc (urine) 600 cc (IWL) + 540 cc
Laboratorium :PT : 16,2 aPTT : 31,7Fibrinogen : 187 INR : 1,41D-dimer : 4Kesan : dbn
30 Maret 2012Divisi Hematologi Onkologi Medik (PDL)
A/ P2A0 post SSTP ai. Impending eklampsia hari ke-3 dengan susp HELLP syndrome Sepsis dengan tanda-tanda suspek DIC Hipertensi stage 2 HipoalbuminemiaP/ Istirahat Diet BB rendah garam IVFD RL gtt XX/menit Simpenem 3x2 g Dexamethasone 2x20mg Alinamin F 2x2 amp Ozid 2x1 vial Farmadol kp Nifedipine ganti dengan captopril 3x25 mg HCT 1x25 mg
Hepatoprotector
31 Maret 2012Keluhan :habis operasi melahirkan dan penurunan kesadaranStatus present :KU : sedangSens : CMTD : 160/120 mmhgNd : 98 x / menitRR : 22 x / menitT : 36.5 °CStatus ObstetriPL : Abdomen cembung lemas, simetris Fut 4jbpst, perdarahan aktif (-), vulva tenang, tampak luka operasi tertutup opsiteK/ P2A0 post SSTP ai PEB + partial HELLP Syndrome + sepsis dengan susp DIC + AKI Rifle I
Terapi:- Observasi tanda vital ibu,perdarahan- IVFD RL gtt X/menit :- NGT (produksi turun)- Kateter menetap catat balance cairan- Injeksi simpenem 3x2mg- Injeksi deksamethasone 2x20mg- Injeksi alinamin F 2 x 2 amp- Captopril 3x12,5mg- Furosemid 1x 40 mg- Injeksi farmadol (k/p)- Amlodipine 1x10mg- Rawat bersama divisi hematologi- Balance cairan :
Input : 2100 ccOutput : 2840 cc (urine) 600 cc (IWL) -1340 cc
31 Maret 2012Divisi Hematologi Onkologi Medik (PDL)
A/ P2A0 post SSTP ai. Impending eklampsia dengan HELLP syndrome dan sepsis Hipertensi stage 2 Hipoalbuminemia
AKI Rifle IP/ Istirahat Diet BB rendah garam IVFD RL gtt XX/menit Nifedipine 4x10 mg Captopril 3x25 mg Injeksi furosemide 1x20 mg Curcuma 3x1 tablet Th/ lain sesuai TS
1 April 2012Keluhan :habis operasi melahirkan dengan darah tinggi dan R/ penurunan kesadaranStatus present :KU : sedangSens : CMTD : 146/98 mmhgNd : 96 x / menitRR : 20 x / menitT : 36.5 °CStatus ObstetriPL : Abdomen cembung lemas, simetris Fut 4jbpst, perdarahan aktif (-), vulva tenang, tampak luka operasi tertutup opsiteK/ P2A0 post SSTP ai PEB + partial HELLP Syndrome + AKI Rifle I
Terapi:- Observasi tanda vital ibu,perdarahan- IVFD RL gtt X/menit :- NGT aff- Kateter menetap catat balance cairan- Injeksi simpenem 3x2mg- Injeksi deksamethasone 2x20mg- Injeksi alinamin F stop- Captopril 3x12,5mg stop- Nifedipine 4x10 mg- Curcuma 3x1 tablet- Diet biasa- Rawat bersama divisi hematologi- Rencana pindah ruangan
- Balance cairan : Input : 2690 cc
Output : 3050 cc (urine) 500 cc (IWL) -900cc
2 April 2012Keluhan : habis operasi melahirkan dengan darah tinggi dan R/ penurunan kesadaranStatus present :KU : sedangSens : CMTD : 165/107 mmhgNd : 112 x / menitRR : 20 x / menitT : 36.7 °CStatus ObstetriPL : Abdomen cembung lemas, simetris Fut ½ pusat-simphisis, perdarahan aktif (-), vulva tenang, tampak luka operasi tertutup opsiteK/ P2A0 post SSTP hari ke- VII ai PEB + partial HELLP Syndrome + AKI Rifle I
Terapi:- Observasi tanda vital ibu,perdarahan- IVFD RL gtt X/menit :- NGT aff- Kateter menetap catat balance cairan- Injeksi simpenem 3x2mg- Injeksi deksamethasone 2x20mg- Nifedipine 4x10 mg- Curcuma 3x1 tablet- Diet biasa- Rawat bersama divisi hematologi- Rencana pindah ruangan
Laboratorium :SGOT : 912 u/lSGPT : 1285 u/l LDH : 3328 u/lUeum : 97Creatinin : 1,0
Lapor Prof.dr.H.A.Kurdi Syamsuri,Sp.OG(K)-pemberian deksamethasone stop : cari kemungkinan penyebab peningkatan LDH dan fs hati selain HELP syndrome-konsul bagian PDL untuk evaluasi kemungkinan kelainan di bagian PDL dan penatalaksanaannya
-R/cek lab ulang dluar
2 April 2012Divisi Hematologi Onkologi Medik (PDL)
A/ P2A0 post SSTP ai. Impending eklampsia dengan HELLP syndrome dan sepsis Hipertensi stage 2 Hipoalbuminemia AKI Rifle I (perbaikan)P/ Istirahat Diet BB rendah garam IVFD RL gtt XX/menit Nifedipine 4x10 mg Captopril 3x25 mg Injeksi furosemide 1x20 mg Curcuma 3x1 tablet Th/ lain sesuai TS
3 April 2012Keluhan : habis operasi melahirkan dengan darah tinggi Status present :KU : sedangSens : CMTD : 160/90 mmhgNd : 98 x / menitRR : 20 x / menitT : 36.7 °CStatus ObstetriPL : Abdomen cembung lemas, simetris Fut ½ pusat-simphisis, perdarahan aktif (-), vulva tenang, tampak luka operasi tertutup opsiteK/ P2A0 post SSTP hari ke- VIII ai PEB + partial HELLP Syndrome S/ sepsisTerapi:
- Observasi tanda vital ibu,perdarahan- IVFD RL gtt X/menit :- NGT aff- Kateter menetap catat balance cairan- Injeksi simpenem 3x2mg- Injeksi deksamethasone 2x20mg- Nifedipine 4x10 mg- Curcuma 3x1 tablet- Diet biasa
- Rawat bersama divisi hematologi- Rencana pindah bangsal
Pukul 09.00 : alih rawat post operasi
4 April 2012Keluhan : habis operasi melahirkan dengan darah tinggi Status present :KU : sedangSens : CMTD : 150/80 mmhgNd : 82 x / menitRR : 20 x / menitT : 37 °CStatus ObstetriPL : Abdomen cembung lemas, simetris Fut ½ pusat-simphisis, perdarahan aktif (-), vulva tenang, tampak luka operasi tertutup opsiteK/ P2A0 post SSTP hari ke- IX ai PEB + partial HELLP Syndrome + susp sepsis
Terapi:- Observasi tanda vital ibu,perdarahan- Mobilisasi duduk-jalan- IVFD RL gtt XXV/menit :- Injeksi simpenem 3x2mg- Injeksi deksamethasone 2x20mg- Nifedipine 4x10 mg- Captopril 3x25 mg- Curcuma 3x1 tablet
4 April 2012Divisi Hematologi Onkologi Medik (PDL)
- A/ P2A0 post SSTP ai. Impending eklampsia dengan HELLP syndrome dan sepsis
- Hipertensi stage 1- Hipoalbuminemia- dislipidemia- P/ Istirahat- Diet BB TKTP - IVFD RL gtt XX/menit- Nifedipine 4x10 mg- Captopril 3x25 mg- Injeksi deksamethasone 3x20 mg- Injeksi simpenem 3x2mg
- Curcuma 3x1 tablet
5 April 2012Keluhan : - Status present :KU : sedangSens : CMTD : 130/80 mmhgNd : 84 x / menitRR : 20 x / menitT : 36,5 °CStatus ObstetriPL : Abdomen cembung lemas, simetris Fut ½ pusat-simphisis, perdarahan aktif (-), vulva tenang, tampak luka operasi tertutup opsiteK/ P2A0 post SSTP hari ke- X ai PEB + partial HELLP Syndrome + susp sepsis
Terapi:- Observasi tanda vital ibu,perdarahan- Mobilisasi duduk-jalan- IVFD RL gtt XXV/menit :- Injeksi simpenem 3x2mg- Injeksi deksamethasone 2x20mg- Metil dopa 3x250 mg- Curcuma 3x1 tablet- r/ transfuse albumin
5 April 2012Divisi Hematologi Onkologi Medik (PDL)
- A/ P2A0 post SSTP ai. Impending eklampsia dengan HELLP syndrome - sepsis- Hipertensi terkontrol- Hipoalbuminemia- Dislipidemia- Dyspepsia like ulcer- Omeprazole 1x20 mg- Sukralfat 4x2sendok - Injeksi simpenem 3x2mg- Metronidazole 3x1 flash- Th/ lain sesuai TS
Laboratorium :Leukosit 25.300Trombosit 51.00/mm3Protein total 4,0
Albumin 1,8g/dlGlobulin 2,2 g/dlBilirubin total 2,82DT/PT 36/154
6 April 2012Keluhan : - Status present :KU : sedangSens : CMTD : 140/80 mmhgNd : 92 x / menitRR : 20 x / menitT : 36,5 °CStatus ObstetriPL : Fut 4jbpst, perdarahan aktif (-), kontraksi baik, vulva tenang, tampak luka operasi tertutup opsiteK/ P2A0 post SSTP hari ke- XI ai PEB + partial HELLP Syndrome + susp sepsis
Terapi:- Observasi tanda vital ibu,perdarahan- Mobilisasi duduk-jalan- IVFD RL : D5 gtt XX/menit - Cek lab DR,KD- Injeksi simpenem 3x2mg- Injeksi deksamethasone 3x20mg- Metil dopa 3x250 mg- Omeprazole 1x20 mg- Sukralfat 4x2 sendok- Metronidazole 3x1 fls- r/ transfuse albumin teruskan- transfuse fresh whole blood apakah ada kontraindikasi di bagian PDL
6 April 2012Divisi Hematologi Onkologi Medik (PDL)
S : nyeri ulu hati- A/ P2A0 post SSTP ai. Impending eklampsia dengan HELLP syndrome - sepsis- Hipertensi stage 2- Hipoalbuminemia- Dislipidemia- Dyspepsia like ulcerTh/ teruskan
7 April 2012Keluhan : nyeri ulu hati berkurangStatus present :KU : sedangSens : CMTD : 140/80 mmhgNd : 84 x / menitRR : 20 x / menitT : 36,5 °CStatus ObstetriPL : Fut 4jbpst, perdarahan aktif (-), kontraksi baik, vulva tenang, tampak luka operasi tertutup opsiteK/ P2A0 post SSTP hari ke- XII ai partial HELLP Syndrome + hipertensi stage 2 + sepsis susp DIC +dislipidemia + hipoalbuminemia +dyspepsia like ulcer
Terapi:- Observasi tanda vital ibu- Mobilisasi duduk-jalan- IVFD RL : D5 gtt XX/menit - Cek lab DR,KD- Injeksi simpenem 3x2mg- Injeksi deksamethasone 3x20mg- Metil dopa 3x250 mg- Omeprazole 1x20 mg- Sukralfat 4x2 sendok- Metronidazole 3x1 fls- r/ transfuse albumin teruskan- transfuse whole blood
7 April 2012Divisi Hematologi Onkologi Medik (PDL)
S : nyeri ulu hati bila makan dan minum- A/ P2A0 post SSTP ai. PEB dengan HELLP syndrome - Sepsis susp DIC- Hipertensi stage 1- Hipoalbuminemia- Dislipidemia- Dyspepsia like ulcerTh/ teruskan
8 April 2012Keluhan : demam
Status present :KU : sedangSens : CMTD : 150/80 mmhgNd : 82 x / menitRR : 20 x / menitT : 38°CStatus ObstetriPL : Fut 4jbpst, perdarahan aktif (-), kontraksi baik, vulva tenang, tampak luka operasi tertutup opsiteK/ P2A0 post SSTP hari ke- XIII ai partial HELLP Syndrome + hipertensi stage 2 + sepsis susp DIC +dislipidemia + hipoalbuminemia +dyspepsia like ulcerTerapi:
- Observasi tanda vital ibu- Mobilisasi duduk-jalan- IVFD RL : D5 gtt XX/menit - Cek lab DR,KD- Injeksi simpenem 3x2mg- Injeksi deksamethasone 3x20mg- Metil dopa 3x250 mg- Omeprazole 1x20 mg- Sukralfat 4x2 sendok- Metronidazole 3x1 fls- r/ transfuse albumin teruskan- transfuse whole blood - PCT bila temperatur >37,6 C
9 April 2012Keluhan :-Status present :KU : sedangSens : CMTD : 150/90 mmhgNd : 80 x / menitRR : 20 x / menitT : 37°CStatus ObstetriPL : Fut 4jbpst, perdarahan aktif (-), kontraksi baik, vulva tenang, tampak luka operasi tertutup opsiteK/ P2A0 post SSTP hari ke- XIII ai partial HELLP Syndrome + hipertensi stage 2 + sepsis susp DIC +dislipidemia + hipoalbuminemia +dyspepsia like ulcer
Terapi:- Observasi tanda vital ibu
- Mobilisasi duduk-jalan- IVFD RL : D5 gtt XX/menit- Injeksi simpenem 3x2mg- Injeksi deksamethasone 3x20mg- Metil dopa 3x250 mg- Omeprazole 1x20 mg- Sukralfat 4x2 sendok- Metronidazole 3x1 fls
Follow Up
Tgl/Jam Sens TD Nadi RR T Tindakan09-04-1214.00 CM 170/120 120 20 36,515.00 CM 170/120 120 20 36,516.00 CM 170/120 120 20 36,517.00 CM 170/120 120 20 36,618.00 CM 170/120 120 20 36,519.00 CM 170/120 120 20 36,720.00 CM 170/120 120 20 36,821.00 CM 170/120 124 20 36,722.00 CM 170/110 126 20 37,823.00 CM 160/110 116 20 38,6 PCT00.00 CM 140/110 122 22 39,4 Inj Dondril01.00 CM 130/100 124 26 39,701.30 somnolen 130/100 126 30 39,6 Furosemid 1
amp01.45 somnolen 100/60 128 30 39,302.00 Somnolen 80/40 126 32 39,6 Informed
consent03.00 sopor 50/palpasi 110 30 40,0 SA 1 amp03.15 sopor 50/palpasi 94 30 39,8 Dexamethasone
1 ampKonsul PDL :
Kel : sesak nafas penurunan kesadaranTh/O2 3l/mnt IVFD NaCl 0,9% gtt XXX/makro Kocor 500 cc cek ulang Bila TD tidak naik drip dobutamine03.30 sopor 50/palpasi 86 26 39,6 Epinephrine 1
amp03.40 coma 50/palpasi 88 18 38,903.45 coma 50/palpasi filiformis 14 38,803.50 coma 50/palpasi filiformis 12 38,9
03.55 apneu RJP04.00 † Os meninggal
dihadapan perawat, dokter dan keluarga
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. SEKSIO SESAREA
1.1 Definisi
Seksio sesarea merupakan salah satu tindakan operasi yang tertua dan terpenting
dalam bidang obstetri. Operasi ini bertujuan mengeluarkan janin melalui suatu jalan yang
dibuat pada dinding perut dan uterus.1 Seksio sesaria merupakan suatu persalinan buatan,
dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan
syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram.2,3 Luka sayat di perut
dapat transversal (Pfannenstiel) maupun vertikal (mediana); sedangkan di uterus dapat
transversal (SC Transperitonealis Profunda) maupun insisi vertikal (SC klasik/corporal).4
Leveno, dkk (2003) menyatakan bahwa definisi ini tidak mencakup pengeluaran janin
dari rongga abdomen pada kasus ruptur uterus atau pada kasus kehamilan abdomen.3
1.2 Jenis
a. Seksio sesaria klasik: pembedahan secara sanger2,4
b. Seksio sesaria secara transperitonial profunda (supracervicalis = lower segmen
caesarian section)2,4
c. Seksio sesaria diikuti dengan histerektomi (caesarian histerektomy = sectio
hysterectomy)2
d. Seksio sesaria ekstra peritoneal2
e. Seksio sesaria vagina2
1.3 Indikasi
1.3.1 Indikasi Ibu
a. Riwayat sesar
b. Panggul sempit absolut
c. Tumor-tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi
d. Stenosis serviks atau vagina
8
e. Plasenta previa
f. Disproproposi kepala panggul
g. Ruptur uteri membakat2,3
1.3.2 Indikasi Janin
a. Distosia persalinan
b. Presentasi bokong
c. Kelainan letak
d. Gawat janin2,3
1.4 Kontraindikasi
Pada umumnya seksio sesaria tidak dilakukan pada:
a. Janin mati
b. Syok, anemia berat, sebelum diatasi
c. Kelainan kongenital berat (monster)
1.5 Prosedur
1.5.1 Teknik Seksio Sesaria Klasik (Corporal)
a. Mula-mula dilakukan disinfeksi pada dinding perut dan lapangan operasi
dipersempit dengan kain suci hama
b. Pada dinding perut dibuat insisi mediana mulai dari atas simfisis sepanjang ± 12
cm sampai di bawah umbilikus lapis demi lapis sehingga kavum peritoneal
terbuka.
c. Dalam rongga perut di sekitar rahim dilingkari dengan kasa laparotomi
d. Dibuat insisi secara tajam dengan pisau pada segmen atas rahim, kemudian
diperlebar secara sagital dengan gunting
e. Setelah kavum uteri terbuka, selaput ketuban dipecahkan. Janin dilahirkan dengan
meluksir kepala dan mendorong fundus uteri. Setelah janin lahir seluruhnya, tali
pusat dijepit dan dipotong di antara kedua penjepit.
f. Plasenta dilahirkan secara manual. Disuntikkan 10 unit oksitosin ke dalam rahim
secara intramural.
g. Luka insisi segmen atas rahim dijahit kembali.
Lapisan I : Endometrium bersama miometrium dijahit secara jelujur
dengan benang cat gut, khromik
Lapisan II : Hanya miometrium saja dijahit secara simpul (berhubung otot
segmen atas rahim sangat tebal) dengan cat gut khromik.
Lapisan III: Perimetrium saja dijahit secara simpul dengan benang cat gut
biasa.
h. Setelah dinding rahim selesai dijahit, kedua adneksa dieksplorasi.
i. Rongga perut dibersihkan dari sisa-sisa darah dan akhirnya luka dinding perut
dijahit.2,3
Sumber: Ilmu bedah kebidanan, 2002
Gambar 1. Seksio sesaria secara klasik
Teknik seksio sesaria klasik (corporal) ini diindikasikan bila:
a. Bila terjadi kesukaran dalam memisahkan kandung kencing untuk mencapai
segmen bawah rahim, misalnya karena adanya perlekatan-perlekatan akibat
pembedahan akibat seksio sesaria yang lalu, atau adanya tumor-tumor di daerah
segmen bawah rahim.
b. Janin besar dalam letak lintang.
c. Plasenta previa dengan insersi plasenta di dinding depan segmen bawah rahim. 2,3
d. Seksio sesaria yang diikuti dengan sterilisasi
e. Terdapat pembuluh darah besar sehingga diperkirakan akan terjadi robekan di
segmen bawah rahim dan perdarahan.
f. Kepala bayi telah masuk pintu atas panggul.
g. Grande multipara yang diikuti dengan histerektomi.6
Keuntungan dari teknik ini, antara lain:
a. Mudah dilakukan karena lapangan operasi relatif luas
b. Mengeluarkan janin lebih cepat
c. Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik
d. Sayatan bisa diperpanjang proksimal ataupun distal6
Kerugiannya, yaitu:
a. Kesembuhan luka operasi cukup sulit
b. Kemungkinan terjadinya ruptura uteri kehamilan berikutnya lebih besar.
c. Kemungkinan terjadinya perlekatan pada dinding abdomen lebih besar.6
1.5.2 Teknik Seksio Sesaria Transperitoneal Profunda
a. Mula-mula dilakukan disinfeksi pada dinding perut dan lapangan operasi
dipersempit dengan kain suci hama.
b. Pada dinding perut dibuat insisi mediana mulai dari atas simfisis sampai di bawah
umbulikus lapis demi lapis sehingga kavum peritoneal terbuka.
c. Dalam rongga perut di sekitar rahim dilingkari dengan kasa laparotomi.
d. Dibuat bladder flap, yaitu dengan menggunting peritoneum kandung kencing
(plika vesikouterina) di depan segmen bawah rahim secara melintang. Plika
vesikouterina ini disisihkan secara tumpul ke arah samping dan bawah, dan
kandung kencing yang telah disisihkan ke arah bawah dan samping dilindungi
dengan spekulum kandung kencing.
e. Dibuat insisi pada segmen bawah rahim 1 cm di bawah irisan plika vesikouterina
tadi secara tajam dengan pisau bedah ± 2 cm, kemudian diperlebar melintang
secara tumpul dengan kedua jari telunjuk operator. Arah insisi pada segmen
bawah rahim dapat melintang (transversal) sesuai cara Kerr, atau membujur
(sagital) sesuai cara Kronig.
f. Setelah kavum uteri terbuka, selaput ketuban dipecahkan, janin dilahirkan dengan
meluksir kepalanya. Badan janin dilahirkan dengan mengai kedua ketiaknya. Tali
pusat dijepit dan dipotong, plasenta dilahirkan secara manual. Ke dalam otot
rahim intamural disuntikkan 10 unit oksitosin. Luka dinding rahim dijahit.
Lapisan I : dijahit jelujur, pada endometrium dan miometrium
Lapisan II : dijahit jelujur hanya pada miometrium saja.
Lapisan III: dijahit jelujur pada plika vesikouterina.
g. Setelah dinding rahim selesai dijahit, kedua adneksa dieksplorasi.
h. Rongga perut dibersihkan dari sisa-sisa darah dan akhirnya luka dinding perut
dijahit.2,3
Teknik ini diindikasikan untuk:
a. Indikasi ibu
Pada primigravida dengan kelainan letak
Primi para tua yang disertai kelainan letak, disproporsi sefalopelvik (disproporsi
janin/ panggul)
Sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk
Terdapat kesempitan panggul
Plasenta previa terutama pada primigravida
Solusio plasenta
Komplikasi kehamilan, yaitu preeklampsia sampai eklampsia
Setelah operasi plastik vagina
Gangguan perjalanan persalinan karena kista, mioma uteri, karsinoma serviks,
ruptur uteri.
Kehamilan disertai penyakit, seperti penyakit jantung, dan diabetes melitus.
b. Indikasi janin
Gawat janin
Malpresentasi dan malposisi kedudukan janin
Prolaps tali pusat dengan pembukaan kecil
Kegagalan persalunan vakum atau forsep ekstraksi
Keunggulan teknik ini, antara lain:
a. Segmen bawah rahim lebih tenang
b. Kesembuhan lebih baik
c. Tidak banyak menimbulkan perlengketan
Kerugiannya, yaitu:
a. Terdapat kesulitan pada waktu mengeluarkan janin
b. Terdapat perluasan luka insisi dan menimbulkan perdarahan
Sumber: Ilmu bedah kebidanan, 2002
Gambar 2. Seksio sesaria transperitoneal profunda
1.5.3 Teknik Seksio-Histerektomi
a. Setelah janin dan plasenta dilahirkan dari rongga rahim, dilakukan hemostasis
pada insisi dinding rahim, cukup dengan jahitan jelujur atau simpul
b. Untuk memudahkan histerektomi, rahim boleh dikeluarkan dari rongga pelvis.
c. Mula-mula ligamentum profundum dijepit dengan cunam kocher dan cunam
oschner kemudian dipotong sedekqat mungkin dengan rahim, dan jaringan yang
sudah dipotong diligasi dengan benang catgut khromik no.0. Bladder flap yang
telah dibuat pada waktu seksio sesaria transpertoneal profunda dibebaskan lebih
jauh ke bawah dan lateral. Pada ligamentum latum belakang dibuat lubang dengan
telunjuk tangan kiri di bawah adneksadari arah belakang. Dengan cara ini ureter
akan terhindar dari kemungkinan terpotong.
d. Melalui lubang pada ligamentum latum ini, tuba falopii, ligamentum uteroovarica,
dan pembuluh darah dalam jaringan tersebut dijepit dengan 2 cunam oshner
lengkung dan di sisi rahim dengan cunam Kocher. Jaringan di antaranya
kemudian digunting dengan gunting Mayo. Jaringan yang terpotong diikat dengan
jahitan transfiks untuk hemostasis dengan catgut no. 0.
e. Jaringan ligamentum latum yang sebagian adalah avaskular dipotong secara tajam
ke arah serviks. Setelah pemotongan ligamentum latum sampai di daerah serviks,
kandung kencing disisihkan jauh ke bawah dan samping.
f. Pada ligamentum kardinale dan jaringan paraservical dilakukan penjepitan dengan
cunam Oshner lengkung secara ganda, dan pada tempat yang sama di sisi rahim
dijepit dengan cunam Kocher lurus. Kemusian jaringan di antaranya digunting
dengan gunting mayo. Tindakan ini dilakukan pada beberapa tahap sehingga
ligamentum kardinale terpotong seluruhnya. Punctum ligamentum kardinale
dijahit transfiks secara ganda dengan benang catgut khromik no. 0
g. Demikian juga ligamentum sakrouterina kiri dan kanan dipotong dengan cara
yang sama dan diligasi secara transfiks dengan benang catgut khromik no. 0
h. Setelah mencapai di atas dinding vagina serviks, pada sisi dcepan serbiks dibuat
irisan sagital dengan pisau, kemudian melaui insisi tersebut dinding vagina dijepit
dengan cunam Oshner melingkari serviks dan dinding vagina dipotong tahap demi
tahap. Pemotongan dinding vagina dapat dilakukan dengan gunting atau pisau.
Rahim akhirnya dapat diangkat.
i. Puntung vagina dijepit beberapa cunam Kocher untuk hemostasis. Mula-mula
puntung kedua ligamentum kardinane dijahitkan pada ujung kiri dan kanan
puntung vagina, sehingga terjadi hemostasis pada kedua ujung puntung vagina.
Puntung vagina dijahit secara jelujur untuk hemostasis dengan catgut khromik.
Puntung adneksa yang telah dipotong dapat dijahitkan digantungkan pada
puntung vagina, asalkan tidak terlalu kencang. Akhirnya puntung vagina ditutup
dengan retroperitonealisasi dengan menutupkan bladder flap pada sisi belakang
puntung vagina.
j. Setelah kulit perut dibersihkan dari sisa darah, luka perut ditutup lapis demi lapis. 2,3
Sumber: Ilmu bedah kebidanan, 2002
Gambar 3. Seksio-histerektomi
1.6 Komplikasi Tindakan Seksio Sesarea
Komplikasi yang terjadi setelah tindakan seksio sesarea sebagai berikut:
a. Infeksi Puerperal (nifas)
Infeksi puerperal terbagi 3 tingkatan, yaitu:
a. Ringan: kenaikan suhu tubuh beberapa hari saja
b. Sedang: kenaikan suhu tubuh lebih tinggi, disertai dehidrasi dan sedikit
kembung.
c. Berat: dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita jumpai
pada partus terlantar, dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartal karena
ketuban yang telah pecah terlalu lama. 4
b. Perdarahan
Perdarahan dapat disebabkan karena banyaknya pembuluh darah yang terputus
dan terbuka, atonia uteri, dan perdarahan pada placental bed. Perdarahan
dapat mengakibatkan terbentuknya bekuan-bekuan darah pada pembuluh darah balik di
kaki dan rongga panggul.4
c. Luka Kandung Kemih
Tindakan seksio sesarea, apabila dilakukan dengan tidak hati-hati dapat
mengakibatkan luka pada organ lain seperti kandung kemih, yang dapat menyebabkan
infeksi.4
B. PERSALINAN PERVAGINAM DENGAN BEKAS SEKSIO
SESAREA
2.1 Definisi
Persalinan pervaginam dengan bekas seksio sesarea atau Vaginal Birth After
Cesarean-section (VBAC) adalah proses melahirkan normal setelah pernah melakukan
seksio sesarea.1
2.2 Diagnosis
VBAC dapat didiagnosis melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik yaitu dengan
adanya parut luka di perut.5
2.3 Indikasi
American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) pada tahun 1999
dan 2004 memberikan rekomendasi untuk menyeleksi pasien yang direncanakan untuk
persalinan pervaginal pada bekas seksio sesarea. Menurut Cunningham FG (2001)
kriteria seleksinya adalah berikut :
a. Riwayat 1 kali seksio sesarea dengan insisi segmen bawah rahim.
b. Secara klinis panggul adekuat atau imbang fetopelvik baik
c. Tidak ada bekas ruptur uteri atau bekas operasi lain pada uterus
d. Tersedianya tenaga yang mampu untuk melaksanakan monitoring, persalinan dan
seksio sesarea emergensi.
e. Sarana dan personil anastesi siap untuk menangani seksio sesarea darurat1,3,5
Menurut Cunningham FG (2001) kriteria yang masih kontroversi adalah :
a. Parut uterus yang tidak diketahui
b. Parut uterus pada segmen bawah rahim vertikal
c. Kehamilan kembar
d. Letak sungsang
e. Kehamilan lewat waktu
f. Taksiran berat janin lebih dari 4000 gram1,5
Untuk memprediksi keberhasilan penanganan persalinan pervaginal bekas seksio
sesarea, beberapa peneliti telah membuat sistem skoring. Adapun skoring yang
ditentukan untuk memprediksi persalinan pada wanita dengan bekas seksio sesarea
adalah sebagai berikut:1,5
Tabel 1 . Skor VBAC menurut Flamm dan Geiger (1997)
No Karakteristik Skor
1
2
3
4
5
Usia < 40 tahun
Riwayat persalinan pervaginal
- sebelum dan sesudah seksio sesarea
- persalinan pervaginal sesudah seksio sesarea
- persalinan pervaginal sebelum seksio sesarea
- tidak ada
Alasan lain seksio sesarea terdahulu
Pendataran dan penipisan serviks saat tiba di Rumah Sakit dalam keadaan
Inpartu:
- 75 %
- 25 – 75 %
- < 25 %
Dilatasi serviks ≥ 4 cm
2
4
2
1
0
1
2
1
0
1
Tabel 2. Skor VBAC menurut Weinstein Factor
No. Tidak Ya
1. Bishop Score 4
2. Riwayat persalinan pervaginal sebelum seksio sesarea
3. Indikasi seksio sesarea yang lalu
Malpresentasi,Preeklampsi/Eklampsi, Kembar
0
0
0
4
2
6
HAP, PRM, Persalinan Prematur
Fetal Distres, CPD, Prolapsus tali pusat
Makrosemia, IUGR
0
0
0
5
4
3
Persalinan Pervaginam
Syarat – syarat persalinan pervaginam :
1. Panggul adekuat
2. Presentasi bokong sempurna (Frank breech)
3. Berat badan janin < 3500 gram,
4. Kehamilan aterm
5. Kepala janin fleksi
6. Pemeriksaan USG untuk mengestimasi berat badan janin, fleksi kepala janin dan
kelainan kongenital
7. Tidak ada lilitan tali pusat di leher janin (1,2,3)
2.4 Kontraindikasi
Kontra indikasi mutlak melakukan VBAC adalah :
a. Bekas seksio sesarea klasik
b. Bekas seksio sesarea dengan insisi T
c. Bekas ruptur uteri
d. Bekas komplikasi operasi seksio sesarea dengan laserasi serviks yang luas
e. Bekas sayatan uterus lainnya di fundus uteri contohnya miomektomi
f. Disproporsi sefalopelvik yang jelas.
g. Pasien menolak persalinan pervaginal
h. Panggul sempit
i. Ada komplikasi medis dan obstetrik yang merupakan kontra indikasi persalinan
pervaginal1,5
2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi VBAC
a. Teknik operasi sebelumnya
Pasien bekas seksio sesarea dengan insisi segmen bawah rahim transversal
merupakan salah satu syarat dalam melakukan VBAC, dimana pasien dengan tipe insisi
ini mempunyai resiko ruptur yang lebih rendah dari pada tipe insisi lainnya. Bekas seksio
sesaria klasik, insisi T pada uterus dan komplikasi yang terjadi pada seksio sesarea yang
lalu misalnya laserasi serviks yang luas merupakan kontraindikasi melakukan VBAC.1
b. Jumlah seksio sesarea sebelumnya
VBAC tidak dilakukan pada pasien dengan insisi korporal sebelumnya maupun
pada kasus yang pernah seksio sesarea dua kali berurutan atau lebih, sebab pada kasus
tersebut diatas seksio sesarea elektif adalah lebih baik dibandingkan persalinan
pervaginal.1
c. Penyembuhan luka pada seksio sesarea sebelumnya
Insisi uterus dengan potongan vertikal yang dikenal dengan seksio sesarea klasik
dilakukan pada otot uterus. Luka pada uterus dengan cara ini mungkin tidak dapat pulih
seperti semula dan dapat terbuka lagi sepanjang kehamilan atau persalinan berikutnya.1
d. Indikasi operasi pada seksio sesarea yang lalu
Tabel 3. Hubungan indikasi seksio sesarea lalu dengan keberhasilan
penanganan VBAC
Indikasi seksio yang lalu Keberhasilan VBAC (%)
Letak sungsang 80.5
Fetal distress 80.7
Solusio plasenta 100
Plasenta previa 100
Gagal induksi 79.6
Disfungsi persalinan 63.4
e. Usia Maternal
Dari penelitian didapatkan wanita yang berumur lebih dari 35 tahun mempunyai
angka seksio sesarea yang lebih tinggi.1
f. Usia kehamilan saat seksio sesarea sebelumnya
Pada usia kehamilan < 37 minggu dan belum inpartu misalnya pada plasenta
previa dimana segmen bawah rahim belum terbentuk sempurna kemungkinan insisi
uterus tidak pada segmen bawah rahim dan dapat mengenai bagian korpus uteri yang
mana keadaannya sama dengan insisi pada seksio sesarea klasik.1
g. Riwayat persalinan pervaginal
Pasien dengan bekas seksio sesarea yang pernah menjalani persalinan pervaginal
memiliki angka keberhasilan persalinan pervaginal yang lebih tinggi dibandingkan
dengan pasien tanpa persalinan pervaginal.1
h. Keadaan serviks pada saat partus
Penipisan serviks serta dilatasi serviks memperbesar keberhasilan VBAC. Induksi
persalinan dengan misoprostol akan meningkatkan resiko ruptur uteri pada maternal
dengan bekas seksio sesarea.1
2.6 Komplikasi
Menurut Landon komplikasi terhadap maternal, antara lain:
a. Ruptur uteri,
Tanda-tanda ruptur uteri adalah sebagai berikut :
Nyeri akut abdomen
Sensasi popping (seperti akan pecah)
Teraba bagian-bagian janin diluar uterus pada pemeriksaan Leopold
Deselerasi dan bradikardi pada denyut jantung bayi
Presenting parutnya tinggi pada pemeriksaan pervaginal
Perdarahan pervaginal
b. Gangguan sistem tromboembolik,
c. Endometritis,
d. Kematian maternal dan gangguan-gangguan lain.1
BAB IIIPERMASALAHAN
1. Bagaimana cara penegakan diagnosis pada pasien ini?
2. Apakah anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pada pasien
ini sudah tepat ?
3. Apakah diagnosis pada pasien ini sudah tepat ?
4. Apakah tatalaksana yang dilakukan pada pasien ini sudah tepat ?
5. Bagaimana prognosis pada pasien ini?
BAB IV
ANALISIS KASUS
Persalinan pervaginam dengan bekas seksio sesarea atau Vaginal Birth After
Cesarean-section (VBAC) adalah proses melahirkan normal setelah pernah melakukan
seksio sesarea. Dari anamnesis pada pasien tentang riwayat persalinan diketahui bahwa
operasi sectio secarea dilakukan pada tahun 2006 di dokter spesialis kebidanan dan dari
pemeriksaan fisik abdomen ditemukan luka bekas operasi melahirkan. Dapat disimpulkan
pada pasien ini hamil 31-32 minggu dengan bekas sectio secarea.
Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa
disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pascapersalinan atau
kehamilan dengan tanda-tanda preeklampsia tetapi tanpa proteinuria. Anamnesis pasien
ini didapatkan tekanan darah 140/110 mmHg dan hasil pemeriksaan laboratorium
proteinuria negatif. Dapat disimpulkan pasien ini hamil 31-32 minggu dengan hipertensi
gestasional. Tatalaksana pada pasien