7/25/2019 BAB I ACAa
1/38
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trauma adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami cedera karena salah satu sebab.
Penyebab trauma antara lain kecelakaan lalu lintas, industri, olahraga, maupun kecelakaan
rumah tangga. Dampak dari kecelakaan tersebut dapat mengakibatkan fraktur atau patah
tulang, cedera tulang belakang, cedera kepala, dan sebagainya. Ditambah dengan semakin
meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengakibatkan semakin banyaknya tingkat
kecelakaan trauma di bidang transportasi.
Berdasarkan data yang diperoleh dari medikal record Rumah Sakit Pusat epolisisan Raden Said
Sukanto !akarta, pada bulan !anuari "##$ sampai dengan desember "##$ %umlah klien yang
menderita fraktur sbanyak &'" orang, sedangkan klien yang menderita fraktur femursebanyak
'" orang ("")*.
Penanganan fraktur harus dilakukan dengan cepat dan tindakan tepat agar imobilisasi
dilakukan sesegera mungkin karena pergerakan pada fragmen tulang dapat menyebabkan
nyeri. erusakan %aringan lunak dan perdarahan yang berlebihan dapat menyebabkan
ter%adinya syok dan komplikasi neuro+askuler.
eperaatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang memegang peranan
penting dalam memenuhi kebutuhan klien dan keluarga secara biopsikososiospiritual dan
kultural. Peraat berperan dalam pemberian asuhan keperaatan pada fraktur femursinistra
diantaranya dengan usaha promotif yaitu memberikan pendidikan kesehatan tentang
pentingnya men%aga keamanan dan keselamatan diri. -saha pre+entif, peraat men%elaskancara pencegahan infeksi lan%ut yang ditimbulkan oleh tindakan pembedahan. Sedangkan upaya
kuratif adalah peraat dapat berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat dan
pembedahan. -paya rehabilitatif, peraat mengan%urkan kepada pasien untuk sesegera
mungin melakukan mobilisasi secara bertahap.
mengan%urkan kepada pasien untuk sesegera mungin melakukan mobilisasi secara bertahap,
setelah penatalaksanaan medis.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat masalah bagaimana
cara memberikan asuhan keperaatan pada klien dengan fraktur femur sinistrapostpemasangan plate dengan menggunakan pendekatan proses keperaatan
B. Tu%uan Penulisan
/. Tu%uan -mum
-ntuk mendapatkan pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan keperaatan klien
0raktur 0emur Sinistra Post Pemasangan Plate.
". Tu%uan husus
a. 1ampu melakukan pengka%ian pada klien fraktur femur sinistra post pemasangan plate.
b. 1ampu menentukan masalah keperaatan pada klien fraktur femur sinistra postpemasangan
plate.c. 1ampu merencanakan asuhan keperaatan pada klien fraktur femur sinistra
http://www.comparinggenie.com/code/r.php?r=yahoo%7Cpemasangan%2520plate&t=1&did=1&uid=70439347&type=bl&subid=725_21854&rkw=pemasangan+plate&rurl=http%3A%2F%2Falhyyapma.blogspot.co.id%2F&domain=blogspot.co.id&lnktype=10&v=0.092&browser=Chrome_39&country=IDhttp://www.comparinggenie.com/code/r.php?r=yahoo%7Cpemasangan%2520plate&t=1&did=1&uid=70439347&type=bl&subid=725_21854&rkw=pemasangan+plate&rurl=http%3A%2F%2Falhyyapma.blogspot.co.id%2F&domain=blogspot.co.id&lnktype=10&v=0.092&browser=Chrome_39&country=IDhttp://www.comparinggenie.com/code/r.php?r=yahoo%7Cpemasangan%2520plate&t=1&did=1&uid=70439347&type=bl&subid=725_21854&rkw=pemasangan+plate&rurl=http%3A%2F%2Falhyyapma.blogspot.co.id%2F&domain=blogspot.co.id&lnktype=10&v=0.092&browser=Chrome_39&country=IDhttp://www.comparinggenie.com/code/r.php?r=yahoo%7Cpemasangan%2520plate&t=1&did=1&uid=70439347&type=bl&subid=725_21854&rkw=pemasangan+plate&rurl=http%3A%2F%2Falhyyapma.blogspot.co.id%2F&domain=blogspot.co.id&lnktype=10&v=0.092&browser=Chrome_39&country=ID7/25/2019 BAB I ACAa
2/38
postpemasangan plate.
d. 1ampu melaksanakan tindakan keperaatan pada klien fraktur femur sinistra
postpemasangan plate.
e. 1ampu melaksanakan e+aluasi keperaatan pada klien fraktur femur sinistra
postpemasangan plate.
f. 1ampu mengidentifikasi kesen%angan antara teori dan praktek fraktur femur sinistrapostpemasangan plate.
g. 1ampu mengidentifikasi faktor2faktor pendukung, penghambat serta mencari solusi3
alternatif pemecahan masalah
h. 1ampu mendokumentasikan semua kegiatan keperaatan dalam bentuk narasi
4. 1etode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode 5
/. Deskriptif
a. Studi kasus, yang meliputi obser+asi, partsipasi dengan cara melakukan pengamatan secara
langsung dan tidak langsung kepada klien dengan cara aancara dengan keluarga, melihat
catatan medis, melihat catatan keperaatan dan informasi dari rekan satu profesi maupun
dari tim lain.
b. Studi dokumentasi yaitu menggunakan format pengka%ian untuk melakukan pemeriksaan.
". Studi literature yaitu dengan membaca dan mempela%ari buku kepustakaan yang berkaitan
dengan fraktur femur sinistra untuk mendapatkan dasar2dasar ilmiah yang berhubungan dengan
isi makalah ini.
D. Ruang LingkupDalam penulisan makalah ini, penulis membatasi pada Asuhan eperaatan pada klien Tn. S
dengan fraktur femur sinistra post pemasangan plate di Ruang 1ahoni 66 Rumah Sakit Pusat
epolisian Raden Said Sukanto !akarta, yang dilakukan selama & hari yaitu pada tanggal /7 !uli
"#/# sampai /8 !uli "#/#.
9. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini disusun men%adi lima bab yang terdiri dari5 Bab 6
Pendahuluan, terdiri dari latar belakang , tu%uan penulisan, ruang lingkup penulisan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan. Bab 66 Tin%auan Teori, terdiri dari pengertian, etiologi,
patofisiologi, proses penyakit, manifestasi klinik, komplikasi, penatalaksaan medis, klasifikasi
fraktur, proses penyembuhan tulang, pengka%ian keperaatan, diagnosa keperaatan,perencanaan keperaatan, pelaksanaan keperaatan, e+aluasi keperaatan. Bab 666 Tin%auan
asus, terdiri dari pengka%ian keperaatan, diagnosa keperaatan, perencanaan keperaatan,
implementasi keperaatan, dan e+aluasi keperaatan. Bab 6: Pembahasan, terdiri dari
pengka%ian keperaatan, diagnosa keperaatan, perencanaan keperaatan, implementasi
keperaatan, dan e+aluasi keperaatan. Bab : Penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB 66
T6;!A-A; T9
7/25/2019 BAB I ACAa
3/38
(Smelt=er dan Bare, "##"*.
0raktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, tulang raan epifisis atau tulang raan sendi.
(Soebroto Sapardan, umpulan uliah 6lmu Bedah*
0raktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas %aringan tulang atau tulang raanyang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (1ans%oer, "### 5 &7>*.
0raktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. (1arylin 9. Doengoes. "###*
0raktur terbuka adalah fragmen tulang meluas meleati otot dan kulit, dimana potensial untuk
ter%adi infeksi (S%amsuhida%at, "### 5 //&'*.
0raktur femuradalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa ter%adi akibat trauma
langsung (kecelakaan lalu lintas, %atuh dari ketinggian*, dan biasanya lebih banyak dialami oleh
laki2laki deasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak,
mengakibatkan pendertia %atuh dalam syok (0-6, "##?5?7&*
B. 9tiologi
/. ekerasan langsung
ekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik ter%adinya kekerasan. 0raktur
demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.
". ekerasan tidak langsung
ekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang %auh dari tempat
ter%adinya kekerasan. @ang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam %alur
hantaran +ektor kekerasan.
tempat ter%adinya kekerasan. @ang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam
%alur hantaran +ektor kekerasan.
&. ekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat %arang ter%adi.ekuatan dapat berupa pemuntiran,
penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
7. 0raktur patologik yaitu fraktur yang ter%adi pada tulang disebabkan oleh melelehnya
struktur tulang akibat proses patologik. Proses patologik dapat disebabkan oleh kurangnya =at2
=at nutrisi seperti +itamin D, kaslsium, fosfor, ferum. 0actor lain yang menyebabkan proses
patologik adalah akibat dari proses penyembuhan yang lambat pada penyembuhan fraktur atau
dapat ter%adi akibat keganasan.
4. Patofisiologi
/. Proses Penyakit
Apabila ter%adi terputusnya kontinuitas tulang, maka hal tersebut akan mempengaruhi
berbagai struktur yang ada disekitarnya, seperti otot dan pembuluh darah. Akibat yang ter%adi
sangat tergantung pada berat ringannya fraktur yang dapat dilihat dari tipe, luas, dan lokasi
fraktur itu sendiri. Pada umumnya ter%adi edema pada %aringan lunak, perdarahan otot dan
persendian, dislokasi atau pergeseran tulang, rupture tendon, putus persarafan, kerusakan
pembuluh darah, dan perubahan bentuk tulang, serta ter%adinya deformitas.
Bila ter%adi patah tulang maka sel2sel tulang akan mati. Perdarahan biasanya ter%adi disekitar
tempat patah dan kedalaman %aringan lunak disekitar tulang tersebut. !aringan lunak biasanya
http://www.comparinggenie.com/code/r.php?r=yahoo%7CFraktur%2520femur&t=1&did=1&uid=70439347&type=bl&subid=725_21854&rkw=Fraktur+femur&rurl=http%3A%2F%2Falhyyapma.blogspot.co.id%2F&domain=blogspot.co.id&lnktype=10&v=0.092&browser=Chrome_39&country=IDhttp://www.comparinggenie.com/code/r.php?r=yahoo%7CFraktur%2520femur&t=1&did=1&uid=70439347&type=bl&subid=725_21854&rkw=Fraktur+femur&rurl=http%3A%2F%2Falhyyapma.blogspot.co.id%2F&domain=blogspot.co.id&lnktype=10&v=0.092&browser=Chrome_39&country=ID7/25/2019 BAB I ACAa
4/38
%uga mengalami kerusakan. Reaksi peradangan hebat timbul setelah fraktur. (Smelt=er dan
Bare, "##"*
". 1anifestasi linis
Daerah paha yang patah tulangnya sangat membengkak, ditemukan tanda2tanda fungsiolesa
(tungkai baah tidak dapat diangkat*. ;yeri tekan, nyeri gerak. Tampak adanya deformitasangulasi lateral atau angulasi anterior, rotasi (ekso3endo*.
Pada tungkai baah, ditemukan adanya perpendekan tungkai. Pada fraktur /3& tengah femur,
pada pemeriksaan harus diperhatikan adanya dislokasi sendi panggul, dan robekan di daerah
ligamen sendi panggul, kecuali itu %uga diperiksa keadaan saraf sciatica dan arteri dorsalis
pedis.
&. omplikasi
1enurut Syl+ia and Price "##/, komplikasi yang biasanya ditemukan antara lain 5
a. omplikasi Aal
/* erusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, 4RT menurun, cyanosis
bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh
tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan
pembedahan.
"* ompartement Syndrom
ompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang ter%adi karena ter%ebaknya otot,
tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam %aringan parut. 6ni disebabkan oleh oedema atau
perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar
seperti gips dan embebatan yang terlalu kuat.
&* 0at 9mbolism Syndrom0at 9mbolism Syndrom (09S* adalah komplikasi serius yang sering ter%adi pada kasus fraktur
tulang pan%ang. 09S ter%adi karena sel2sel lemak yang dihasilkan bone marro kuning masuk ke
aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan
gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam.
7* 6nfeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada %aringan. Pada trauma orthopedic infeksi
dimulai pada kulit (superficial* dan masuk ke dalam. 6ni biasanya ter%adi pada kasus fraktur
terbuka, tapi bisa %uga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
?* A+askuler ;ekrosis
A+askuler ;ekrosis (A:;* ter%adi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bisa
menyebabkan nekrosis tulang dan diaali dengan adanya :olkmans 6schemia.8* Shock
Shock ter%adi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang
bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. 6ni biasanya ter%adi pada fraktur.
b. omplikasi Dalam aktu Lama
/* Delayed -nion
Delayed -nion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan aktu yang
dibutuhkan tulang untuk menyambung. 6ni disebabkan karena penurunan supai darah ke tulang.
"* ;onunion
;onunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi sambungan yang
lengkap, kuat, dan stabil setelah 82$ bulan. ;onunion ditandai dengan adanya pergerakan yang
berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis. 6ni %uga
7/25/2019 BAB I ACAa
5/38
disebabkan karena aliran darah yang kurang.
&* 1alunion
1alunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya tingkat kekuatan dan
perubahan bentuk (deformitas*. 1alunion dilakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi
yang baik.
D. lasifikasi 0raktur
Penampikan fraktur dapat sangat ber+ariasi tetapi untuk alasan yang praktis, dibagi men%adi
beberapa kelompok, yaitu5
/. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan*.
a. 0aktur Tertutup (4losed*, bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia
luar, disebut %uga fraktur bersih (karena kulit masih utuh* tanpa komplikasi.
b. 0raktur Terbuka (
7/25/2019 BAB I ACAa
6/38
a. /3& proksimal
b. /3& medial
c. /3& distal
>. 0raktur elelahan5 fraktur akibat tekanan yang berulang2ulang.
0raktur Patologis5 fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang. Pada fraktur
tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan %aringan lunak sekitar trauma,yaitu5
a. Tingkat #5 fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera %aringan lunak sekitarnya.
b. Tingkat /5 fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan %aringan subkutan.
c. Tingkat "5 fraktur yang lebih berat dengan kontusio %aringan lunak bagian dalam dan
pembengkakan.
d. Tingkat &5 cedera berat dengan kerusakan %aringan lunak yang nyata dan ancaman sindroma
kompartement.
9. Proses Penyembuhan Tulang
Tulang bisa beregenerasi sama seperti %aringan tubuh yang lain. 0raktur merangsang tubuh
untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan %alan membentuk tulang baru diantara u%ung
patahan tulang. Tulang baru dibentuk oleh akti+itas sel2sel tulang. Ada lima stadium
penyembuhan tulang, yaitu5
/. Stadium Satu2Pembentukan Cematoma
Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah fraktur. Sel2sel darah
membentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan sebagai tempat tumbuhnya kapiler
baru dan fibroblast. Stadium ini berlangsung "7 F 7' %am dan perdarahan berhenti sama sekali.
". Stadium Dua2Proliferasi Seluler
Pada stadium ini ter%adi proliferasi dan differensiasi sel men%adi fibro kartilago yang berasal
dari periosteum,Gendosteum, dan bone marro yang telah mengalami trauma. Sel2sel yang
mengalami proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalahosteoblast beregenerasi dan ter%adi proses osteogenesis. Dalam beberapa hari terbentuklah
tulang baru yang menggabungkan kedua fragmen tulang yang patah. 0ase ini berlangsung
selama ' %am setelah fraktur sampai selesai, tergantung frakturnya.
&. Stadium Tiga2Pembentukan allus
SelFsel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan osteogenik, bila diberikan
keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan %uga kartilago. Populasi sel ini
dipengaruhi oleh kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi dengan mengabsorbsi sel2
sel tulang yang mati. 1assa sel yang tebal dengan tulang yang imatur dan kartilago,
membentuk kallus atau bebat pada permukaan endosteal dan periosteal. Sementara tulang
yang imatur (anyaman tulang * men%adi lebih padat sehingga gerakan pada tempat fraktur
berkurang pada 7 minggu setelah fraktur menyatu.7. Stadium 9mpat2onsolidasi
Bila akti+itas osteoclast dan osteoblast berlan%ut, anyaman tulang berubah men%adi lamellar.
Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan osteoclast menerobos melalui reruntuhan
pada garis fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah2celah yang tersisa
diantara fragmen dengan tulang yang baru. 6ni adalah proses yang lambat dan mungkin perlu
beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk membaa beban yang normal.
?. Stadium Lima2Remodelling
0raktur telah di%embatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama beberapa bulan atau
tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorbsi dan pembentukan tulang yang
terus2menerus. Lamellae yang lebih tebal diletidakkan pada tempat yang tekanannya lebih
tinggi, dinding yang tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya
7/25/2019 BAB I ACAa
7/38
dibentuk struktur yang mirip dengan normalnya.
0. Penatalaksanaan 1edis
/. 0raktur Terbuka
1erupakan kasus emergensi karena dapat ter%adi kontaminasi oleh bakteri dan disertai
perdarahan yang hebat dalam aktu 82' %am (golden period*. uman belum terlalu %auhmeresap dilakukan5
a. Pembersihan luka
b. 9Eici
c. Cecting situasi
d. Antibiotik
". Seluruh 0raktur
a. Rekognisis3Pengenalan
Riayat ke%adian harus %elas untuk mentukan diagnosa dan tindakan selan%utnya.
b. Reduksi31anipulasi3Reposisi
-paya untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga kembali seperti semula secara optimun.
Dapat %uga diartikan Reduksi fraktur (setting tulang* adalah mengembalikan fragmen tulang
pada kese%a%aranHnya dan rotasfanatomis (brunner, "##/*.
Reduksi tertutup, traksi, atau reduksi terbuka dapat dilakukan untuk mereduksi fraktur.
1etode tertentu yang dipilih bergantung sifat fraktur, namun prinsip yang mendasarinya tetap,
sama. Biasanya dokter melakukan reduksi fraktur sesegera mungkin untuk mencegah %aringHan
lunak kehilaugan elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan perdarahan. Pada
kebanyakan kasus, roduksi fraktur men%adi semakin sulit bila cedera sudah mulai mengalami
penyembuhan.
Sebelum reduksi dan imobilisasi fraktur, pasien harus dipersiapkan untuk men%alani prosedurIharus diperoleh i=in untuk melakukan prosedur, dan analgetika diberikan sesuai ketentuan.
1ungkin perlu dilakukan anastesia. 9kstremitas yang akan dimanipulasi harus ditangani dengan
lembut untuk mencegah kerusakan lebih lan%ut
Reduksi tertutup. Pada kebanyakan kasus, reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan
fragmen tulang keposisinya (u%ung2u%ungnya saling berhubungan* dengan manipulasi dan traksi
manual.
9kstremitas dipertahankan dalam posisi yang diinginkan, sementara gips, biadi dan alat lain
dipasang oleh dokter. Alat immobilisasi akan men%aga reduksi dan menstabilkan ekstremitas
untuk penyembuhan tulang. Sinar E harus dilakukan untuk mengetahui apakah fragmen tulangtelah dalam kese%a%aran yang benar.
Traksi. Traksi dapat digunakan untuk mendapatHkan efek reduksi dan imoblisasi. Beratnya
traksi disesuaikan dengan spasme otot yang ter%adi. Sinar E digunakan untuk memantau reduksi
fraktur dan aproksimasi fragmen tulang. etika tulang sembuh, akan terlihat pembentukan
kalus pada sinar E. etika kalus telah kuat dapat dipasang gips atau bidai untuk melan%utkan
imobiliHsasi.
Reduksi Terbuka. Pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka. Dengan pendekatan
bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kaat, sekrup, plat
paku, atau batangan logam digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisnya
7/25/2019 BAB I ACAa
8/38
sampai penyembuhan tulang yang solid ter%adi. Alat ini dapat diletakkan di sisi tulang atau
langsung ke rongga sumsum tulang, alat tersebut men%aga aproksimasi dan fiksasi yang kuat
bagi fragmen tulang.
c. Retensi36mmobilisasi
-paya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga kembali seperti semula secaraoptimun.
6mobilisasi fraktur. Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau
dipertahankan dalam posisi kese%a%aran yang benar sampai ter%adi penyatuan. H6mobilisasi
dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna. 1etode fiksasi eksterna meliputi
pembalutHan, gips, bidai, traksi kontinu, pin dan teknik gips, atau fiksator eksterna. 6mplan
logam dapat digunakan untuk fiksasi interna yang berperan sebagai bidai interna untuk
mengimobilisasi fraktur.
d. Rehabilitasi
1enghindari atropi dan kontraktur dengan fisioterapi. Segala upaya diarahkan pada
penyembuhan tulang dan %aringan lunak. Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai
kebutuhan. Status neuro+askuler (mis. pengka%ian peredaran darah, nyeri, perabaan, gerakan*
dipantau, dan ahli bedah ortopedi diberitahu segera bila ada tanda gangguan neuro+askuler.
egelisahan, ansietas dan ketiHdaknyamanan dikontrol dengan berbagai pendekatan (mis.
meyakinkan, perubahan posisi, strategi peredaan nyeri, termasuk analgetika*.
Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk meminimalkan atrofi disuse dan
meningkatkan peredaran darah. Partisipasi dalam akti+itas hidup sehari hari diusahakan untuk
memperbaiki keHmandirian fungsi dan harga diri. Pengembalian bertahap pada akti+itas semula
diusahakan sesuai batasan terapeutika. Biasanya, fiksasi interna memungkinkan mobilisasilebih aal. Ahli bedah yang memperkirakan stabilitas fiksasi fraktur, menentukan luasnya
gerakan dan stres pada ekstrermitas yang diperbolehkan, dan menentukan tingkat akti+itas
dan beban berat badan.
. Pengka%ian eperaatan
Pengka%ian merupakan tahap aal dan landasan dalam proses keperaatan, untuk itu
diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah2masalah klien sehingga dapat
memberikan arah terhadap tindakan keperaatan. eberhasilan proses keperaatan sangat
bergantuang pada tahap ini.
Tahap ini terbagi atas5
/. Pengumpulan Data
a. Anamnesa
/* 6dentitas lien
1eliputi nama, %enis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status perkainan,
pendidikan, peker%aan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal 1RS, diagnosa medis.
"* eluhan -tama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. ;yeri tersebut bisa akut
7/25/2019 BAB I ACAa
9/38
atau kronik tergantung dan lamanya serangan. -ntuk memperoleh pengka%ian yang lengkap
tentang rasa nyeri klien digunakan5
a* Pro+oking 6ncident5 apakah ada peristia yang men%adi faktor presipitasi nyeri.
b* Juality of Pain5 seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien. Apakah
seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.
c* Region 5 radiation, relief5 apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit men%alar ataumenyebar, dan dimana rasa sakit ter%adi.
d* Se+erity (Scale* of Pain5 seberapa %auh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa berdasarkan
skala nyeri atau klien menerangkan seberapa %auh rasa sakit mempengaruhi kemampuan
fungsinya.
e* Time5 berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari
atau siang hari.
&* Riayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur, yang nantinya
membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. 6ni bisa berupa kronologi
ter%adinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang ter%adi dan
bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme ter%adinya
kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang lain.
7* Riayat Penyakit Dahulu
Pada pengka%ian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi petun%uk berapa
lama tulang tersebut akan menyambung. Penyakit2penyakit tertentu seperti kanker tulang dan
penyakit pagets yang menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung.
Selain itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki sangat beresiko ter%adinya osteomyelitis akut
maupun kronik dan %uga diabetes menghambat proses penyembuhan tulang.
?* Riayat Penyakit eluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan salah satu faktor
predisposisi ter%adinya fraktur, seperti diabetes, osteoporosis yang sering ter%adi padabeberapa keturunan, dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetic.
8* Riayat Psikososial
1erupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam
keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari2harinya baik
dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
". Pola2Pola 0ungsi esehatan
a. Pola Persepsi dan Tata Laksana Cidup Sehat
Pada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan ter%adinya kecacatan pada dirinya dan harus
men%alani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan tulangnya. Selain itu,
pengka%ian %uga meliputi kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang dapatmengganggu metabolisme kalsium, pengkonsumsian alkohol yang bisa mengganggu
keseimbangannya dan apakah klien melakukan olahraga atau tidak.
b. Pola ;utrisi dan 1etabolisme
Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari2harinya seperti
kalsium, =at besi, protein, +it. 4 dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan tulang.
9+aluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu menentukan penyebab masalah
muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat terutama
kalsium atau protein dan terpapar sinar matahari yang kurang merupakan faktor predisposisi
masalah muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain itu %uga obesitas %uga menghambat
degenerasi dan mobilitas klien.
c. Pola 9liminasi
7/25/2019 BAB I ACAa
10/38
-ntuk kasus fraktur tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi alaupun begitu perlu %uga
dika%i frekuensi, konsistensi, arna serta bau feces pada pola eliminasi al+i. Sedangkan pada
pola eliminasi urin dika%i frekuensi, kepekatannya, arna, bau, dan %umlah. Pada kedua pola
ini %uga dika%i ada kesulitan atau tidak.
d. Pola Tidur dan 6stirahat. Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga
hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu %uga, pengka%iandilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta
penggunaan obat tidur (Doengos. 1arilynn 9, "##"*.
e. Pola Akti+itas
arena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien men%adi
berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Cal lain yang perlu dika%i
adalah bentuk akti+itas klien terutama peker%aan klien. arena ada beberapa bentuk
peker%aan beresiko untuk ter%adinya fraktur dibanding peker%aan yang lain.
f. Pola Cubungan dan Peran
lien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. arena klien harus
men%alani raat inap.
g. Pola Persepsi dan onsep Diri
Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketidakutan akan kecacatan akibat
frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan akti+itas secara optimal, dan
pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body image*.
h. Pola Sensori dan ognitif
Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal fraktur, sedang pada
indera yang lain tidak timbul gangguan. begitu %uga pada kognitifnya tidak mengalami
gangguan. Selain itu %uga, timbul rasa nyeri akibat fraktur.
i. Pola Reproduksi Seksual
Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan seksual karena harus
men%alani raat inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami klien. Selain itu%uga, perlu dika%i status perkainannya termasuk %umlah anak, lama perkainannya.
%. Pola Penanggulangan Stress
Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu ketidakutan timbul
kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya. 1ekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak
efektif.
k. Pola Tata ;ilai dan eyakinan
-ntuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan baik terutama
frekuensi dan konsentrasi. Cal ini bisa disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak klien.
&. Pemeriksaan 0isik
Dibagi men%adi dua, yaitu pemeriksaan umum (status generalisata* untuk mendapatkangambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokalis*. Cal ini perlu untuk dapat melaksanakan
total care karena ada kecenderungan dimana spesialisasi hanya memperlihatkan daerah yang
lebih sempit tetapi lebih mendalam.
a. ambaran -mum
Perlu menyebutkan5
/* umum5 baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda2tanda, seperti5
"* esadaran penderita5 apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis tergantung pada keadaan
klien.
&* esakitan, keadaan penyakit5 akut, kronik, ringan, sedang, berat dan pada kasus fraktur
biasanya akut.
7* Tanda2tanda +ital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi maupun bentuk.
7/25/2019 BAB I ACAa
11/38
b. Secara sistemik dari kepala sampai kelamin
/* Sistem 6ntegumen
Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak, oedema, nyeri tekan.
"* epala
Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada penon%olan, tidak ada nyeri
kepala.&* Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penon%olan, reflek menelan ada.
7* 1uka
a%ah terlihat menahan sakit, lain2lain tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk. Tak ada
lesi, simetris, tak oedema.
?* 1ata
Tidak ada gangguan seperti kon%ungti+a tidak anemis (karena tidak ter%adi perdarahan*
8* Telinga
Tes bisik atau eber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan.
>* Cidung
Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.
'* 1ulut dan 0aring
Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak ter%adi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
$* Thoraks
Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
/#* Paru
a* 6nspeksi
Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riayat penyakit klien yang
berhubungan dengan paru.
b* Palpasi
Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.c* Perkusi
Suara ketok sonor, tak ada redup atau suara tambahan lainnya.
d* Auskultasi
Suara nafas normal, tak ada hee=ing, atau suara tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi.
//* !antung
a* 6nspeksi
Tidak tampak iktus %antung.
b* Palpasi
;adi meningkat, iktus tidak teraba.
c* Auskultasi
Suara S/ dan S" tunggal, tak ada mur2mur./"* Abdomen
a* 6nspeksi
Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
b* Palpasi
Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.
c* Perkusi
Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
d* Auskultasi
"# kali3menit.e* Peristaltik usus normal
/&* 6nguinal2enetalia2AnusTak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB.
7/25/2019 BAB I ACAa
12/38
a* eadaan Lokal
? P yaitu Pain, Palor, Parestesia, Pulse, Pergerakan*. Pemeriksaan pada sistem muskuloskeletal
adalah5Carus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal terutama mengenai status
neuro+askuler (untuk status neuro+askuler
(/* Look (inspeksi*
Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain5(a* 4icatriks (%aringan parut baik yang alami maupun buatan seperti bekas operasi*.
(b* 4ape au lait spot (birth mark*.
(c* 0istulae.
(d* arna kemerahan atau kebiruan (li+ide* atau hyperpigmentasi.
(e* Ben%olan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal2hal yang tidak biasa (abnormal*.
(f* Posisi dan bentuk dari ekstrimitas (deformitas*
(g* Posisi %alan (gait, aktu masuk ke kamar periksa*
("* 0eel (palpasi*
Pada aktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki mulai dari posisi netral
(posisi anatomi*. Pada dasarnya ini merupakan pemeriksaan yang memberikan informasi dua
arah, baik pemeriksa maupun klien.
@ang perlu dicatat adalah5
;ormal & F ? K(a* Perubahan suhu disekitar trauma (hangat* dan kelembaban kulit. 4apillary
refill time
(b* Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau oedema terutama disekitar
persendian.
(c* ;yeri tekan (tenderness*, krepitasi, catat letak kelainan (/3& proksimal, tengah, atau
distal*.
7/25/2019 BAB I ACAa
13/38
7* 4omputed Tomografi2Scanning5 menggambarkan potongan secara trans+ersal dari tulang
dimana didapatkan suatu struktur tulang yang rusak.
b. Pemeriksaan Laboratorium
/* alsium Serum dan 0osfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
"* Alkalin 0osfat meningkat pada kerusakan tulang dan menun%ukkan kegiatan osteoblastik
dalam membentuk tulang.&* 9n=im otot seperti reatinin inase, Laktat Dehidrogenase (LDC2?*, Aspartat Amino
Transferase (AST*, Aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
c. Pemeriksaan lain2lain
/* Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensiti+itas5 didapatkan mikroorganisme
penyebab infeksi.
"* Biopsi tulang dan otot5 pada intinya pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan diatas tapi
lebih dindikasikan bila ter%adi infeksi.
&* 9lektromyografi5 terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan fraktur.
7* Arthroscopy5 didapatkan %aringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma yang
berlebihan.
?* 6ndium 6maging5 pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada tulang.
8* 1R65 menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.
C. Diagnosa eperaatan
Diagnosa keperaatan adalah pernyataan yang menguraikan respon actual atau potensial klien
terhadap masalah kesehatan yang peraat mempunyai i=in dan berkompeten untuk
mengatasinya. Respon actual dan potensial klien didapatkan dari data dasar pengka%ian,
tin%auan literature yang berkaitan, catatan medis klien masa lalu, dan konsultasi dengan
professional lain.
Adapun diagnosa keperaatan yang mungkin timbul pada pasien fraktur menurut 1arilyn 9.Doengoes adalah sebagai berikut5
/. ;yeri akut b3d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera %aringan lunak,
pemasangan traksi, stress3ansietas.
". Risiko disfungsi neuro+askuler perifer b3d penurunan aliran darah (cedera +askuler, edema,
pembentukan trombus*
&. angguan pertukaran gas b3d perubahan aliran darah, emboli, perubahan membran
al+eolar3kapiler (interstisial, edema paru, kongesti*
7. angguan mobilitas fisik b3d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi restriktif
(imobilisasi*
?. angguan integritas kulit b3d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kaat, sekrup*
8. Risiko infeksi b3d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit, taruma %aringanlunak, prosedur in+asif3traksi tulang*
>. urang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b3d kurang
terpa%an atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang
akurat3lengkapnya informasi yang ada
6. Perencanaan eperaatan
Diagnosa /
;yeri akut b3d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera %aringan lunak,
pemasangan traksi, stress3ansietas.
Tu%uan 5 lien mengatakan nyeri berkurang atau hilang dengan menun%ukkan tindakan santai,
mampu berpartisipasi dalam berakti+itas, tidur, istirahat dengan tepat, menun%ukkan
7/25/2019 BAB I ACAa
14/38
penggunaan keterampilan relaksasi dan akti+itas trapeutik sesuai indikasi untuk situasi
indi+idual
Rencana Tindakan
/. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, bebat dan atau traksi.
Rasional 5 1engurangi nyeri dan mencegah malformasi.
". Tinggikan posisi ekstremitas yang terkena.Rasional 5 1eningkatkan aliran balik +ena, mengurangi edema3nyeri.
&. Lakukan dan aasi latihan gerak pasif3aktif.
Rasional 5 1empertahankan kekuatan otot dan meningkatkan sirkulasi +askuler
7. Lakukan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan (masase, perubahan posisi*
Rasional 5 1eningkatkan sirkulasi umum, menurunakan area tekanan lokal dan kelelahan otot.
?. A%arkan penggunaan teknik mana%emen nyeri (latihan napas dalam, ima%inasi +isual,
akti+itas dipersional*
Rasional 5 1engalihkan perhatian terhadap nyeri, meningkatkan kontrol terhadap nyeri yang
mungkin berlangsung lama.
8. Lakukan kompres dingin selama fase akut ("727' %am pertama* sesuai keperluan.
Rasional 5 1enurunkan edema dan mengurangi rasa nyeri.
>. olaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.
Rasional 5 1enurunkan nyeri melalui mekanisme penghambatan rangsang nyeri baik secara
sentral maupun perifer.
'. 9+aluasi keluhan nyeri (skala, petun%uk +erbal dan non +er+al, perubahan tanda2tanda +ital*
Rasional 5 1enilai perkembangan masalah klien.
Diagnosa "
Risiko disfungsi neuro+askuler perifer b3d penurunan aliran darah (cedera +askuler, edema,
pembentukan trombus*
Tu%uan 5 lien akan menun%ukkan fungsi neuro+askuler baik dengan kriteria akral hangat, tidakpucat dan syanosis, bisa bergerak secara aktif
Rencana Tindakan
/. Dorong klien untuk secara rutin melakukan latihan menggerakkan %ari3sendi distal cedera.
Rasional 5 1eningkatkan sirkulasi darah dan mencegah kekakuan sendi.
". Cindarkan restriksi sirkulasi akibat tekanan bebat3spalk yang terlalu ketat.
Rasional 5 1encegah stasis +ena dan sebagai petun%uk perlunya penyesuaian keketatan
bebat3spalk.
&. Pertahankan letak tinggi ekstremitas yang cedera kecuali ada kontraindikasi adanya
sindroma kompartemen.
Rasional 5 1eningkatkan drainase +ena dan menurunkan edema kecuali pada adanya keadaan
hambatan aliran arteri yang menyebabkan penurunan perfusi.7. Berikan obat antikoagulan (arfarin* bila diperlukan.
Rasional 5 1ungkin diberikan sebagai upaya profilaktik untuk menurunkan trombus +ena.
?. Pantau kualitas nadi perifer, aliran kapiler, arna kulit dan kehangatan kulit distal cedera,
bandingkan dengan sisi yang normal.
Rasional 5 1enge+aluasi perkembangan masalah klien dan perlunya inter+ensi sesuai keadaan
klien.
Diagnosa &
angguan pertukaran gas b3d perubahan aliran darah, emboli, perubahan membran
al+eolar3kapiler (interstisial, edema paru, kongesti*
Tu%uan 5 lien akan menun%ukkan kebutuhan oksigenasi terpenuhi dengan kriteria klien tidak
7/25/2019 BAB I ACAa
15/38
sesak nafas, tidak cyanosis analisa gas darah dalam batas normal.
Rencana Tindakan
/. 6nstruksikan3bantu latihan napas dalam dan latihan batuk efektif.
Rasional 5 1eningkatkan +entilasi al+eolar dan perfusi.
". Lakukan dan a%arkan perubahan posisi yang aman sesuai keadaan klien.Rasional 5 Reposisi meningkatkan drainase sekret dan menurunkan kongesti paru.
&. olaborasi pemberian obat antikoagulan (ar+arin, heparin* dan kortikosteroid sesuai
indikasi.
Rasional 5 1encegah ter%adinya pembekuan darah pada keadaan tromboemboli. ortikosteroid
telah menun%ukkan keberhasilan untuk mencegah3mengatasi emboli lemak.
7. Analisa pemeriksaan gas darah, Cb, kalsium, L9D, lemak dan trombosit.
Rasional 5 Penurunan Pa. Berikan diet tinggi kalori tinggi protein..
Rasional 5 alori dan protein yang cukup diperlukan untuk proses penyembuhan dan mem2
7/25/2019 BAB I ACAa
16/38
pertahankan fungsi fisiologis tubuh.
'. olaborasi pelaksanaan fisioterapi sesuai indikasi.
Rasional 5 er%asama dengan fisioterapis perlu untuk menyusun program akti+itas fisik secara
indi+idual.
$. 9+aluasi kemampuan mobilisasi klien dan program imobilisasi.
Rasional 5 1enilai perkembangan masalah klien.
Diagnosa ?
angguan integritas kulit b3d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kaat, sekrup*
Tu%uan 5 lien menyatakan ketidaknyamanan hilang, menun%ukkan perilaku tekhnik untuk
mencegah kerusakan kulit3memudahkan penyembuhan sesuai indikasi, mencapai penyembuhan
luka sesuai aktu3penyembuhan lesi ter%adi
Rencana Tindakan
/. Pertahankan tempat tidur yang nyaman dan aman (kering, bersih, alat tenun kencang,
bantalan baah siku, tumit*.
Rasional 5 1enurunkan risiko kerusakan3abrasi kulit yang lebih luas.
". 1asase kulit terutama daerah penon%olan tulang dan area distal bebat3gips.
Rasional 5 1eningkatkan sirkulasi perifer dan meningkatkan kelemasan kulit dan otot terhadap
tekanan yang relatif konstan pada imobilisasi.
&. Lindungi kulit dan gips pada daerah perianal.
Rasional 5 1encegah gangguan integritas kulit dan %aringan akibat kontaminasi fekal.
7.
7/25/2019 BAB I ACAa
17/38
/. a%i kesiapan klien mengikuti program pembela%aran.
Rasional 5 9fekti+itas proses pemebla%aran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental klien
untuk mengikuti program pembela%aran.
". Diskusikan metode mobilitas dan ambulasi sesuai program terapi fisik.
Rasional 5 1eningkatkan partisipasi dan kemandirian klien dalam perencanaan dan pelaksanaan
program terapi fisik.&. A%arkan tanda3ge%ala klinis yang memerlukan e+aluasi medik (nyeri berat, demam,
perubahan sensasi kulit distal cedera*
Rasional 5 1eningkatkan keaspadaan klien untuk mengenali tanda3ge%ala dini yang
memerulukan inter+ensi lebih lan%ut.
7. Persiapkan klien untuk mengikuti terapi pembedahan bila diperlukan.
Rasional 5 -paya pembedahan mungkin diperlukan untuk mengatasi masalah sesuai kondisi
klien.
!. Pelaksanaan eperaatan
Pelaksanaan keperaatan merupakan tahap ke empat dari proses keperaatan, dimana
rencana peraatan dilaksanakan pada tahap ini peraat siap untuk men%elaskan dan
melaksanakan inter+ensi dan aktifitas yang telah dicatat dalam rencana keperaatan klien,
agar implementasi perencanaan ini tepat aktu dan efektif terhadap biaya, perlu
mengidentifikasi prioritas peraatan klien. emudian bila telah dilaksanakan, memantau dan
mencatat respon pasien terhadap setiap inter+ensi dan mendokumentasikannya informasi ini
kepada penyediaan peraatan kesehatan keluarga. ( Doengoes, "##"I hal. /#? *
Pelaksanaan keperaatan merupakan tindakan keperaatan yang dilaksanakan untuk
mencapai tu%uan pada rencana tindakan keperaatan yang telah disusun. Prinsip dalam
memberikan tindakan kepeeraatan menggunakan komunikasi terapeutik serta pen%elasan
setiap tindakan yang diberikan pada pasien. Pendekatan yang digunakan adalah independent,dependen dan interdependen.
/. Secara mandiri (independen*
Adalah tindakan yang diprakarsai sendiri oleh peraat untuk membantu pasien dalam
mengatasi masalahnya atau menanggapi rekasi karena adanya stressor (penyakit*, misalnya 5
a. 1embantu klien dalam melakukan kegiatan sehari2hari.
b. 1elakukan peraatan kulit untuk mencegah dekubitus.
c. 1emberikan dorongan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya secara a%ar.
d. 1enciptakan lingkungan terapeutik.
". Saling ketergantungan 3kolaborasi (interdependen*
Adalah tindakan keperaatan atas dasar ker%asama sesama tim peraatan atau kesehatan
lainnya seperti dokter, fisioterapi, analisis kesehatan, dll.&. Ru%ukan 3 ketergantungan
Adalah tindakan keperaatan atas dasar ru%ukan dari profesi lain diantaranya dokter,
psikologis, psikiater, ahli gi=i, fisioterapi, dsb. Pada penatalaksanaannya tindakan keperaatan
dilakukan secara 5
a. Langsung 5 ditangani sendiri oleh peraat
b. Delegasi 5 diserahkan kepada orang lain3peraat lain yang dapat dipercaya.
Apabila tu%uan, hasil dan inter+ensi telah diidentifikasi, peraat siap untuk melakukan
akti+itas pencatatan pada rencana peraatan klien. Dalam mengaplikasikan rencana kedalam
tindakan dan penggunaan biaya secara efektif serta pemberian peraatan tersebut. Dalam
menentukan prioritas saat ini, peraat menin%au ulang sumber F sumber sambil berkonsultasi
dan mempertimbangkan keinginan klien. ( Doengoes 9. 1arillyn, KRencana Askep, hal. "/ *
7/25/2019 BAB I ACAa
18/38
. 9+aluasi eperaatan
1eskipun proses keperaatan mempunyai tahap2tahap, namun e+aluasi berlangsung terus
menerus sepan%ang pelaksanaan proses keperaatan. Tahap e+aluasi merupakan perbandingan
yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tu%uan yang telah ditetapkan,
dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. 9+aluasi
dalam keperaatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperaatan yang telahditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil
dari proses keperaatan.
9+aluasi merupakan tahap akhir dari proses keperaatan. Langkah dari e+aluasi proses
keperaatan adalah mengukur respon klien terhadap tindakan keperaatan dan kema%uan
klien kearah pencapaian tu%uan. Peraat menge+aluasi apakah perilaku atau respon klien
mencerminkan suatu kemunduran atau kema%uan dalam diagnosa keperaatan atau
pemeliharaan status yang sehat. Selama e+aluasi, peraat memutuskan apakah langkah proses
keperaatan sebelumnya telah efektif dengan menelaah respon klien dan membandingkannya
dengan perilaku yang disebutkan dalam hasil yang diharapkan.
Peraat menggunakan berbagai kemampuan dalam memutuskan efektif atau tidaknya
pelayanan keperaatan yang diberikan. -ntuk memutuskan hal tersebut dalam melakukan
e+aluasi seorang peraat harus mempunyai pengetahuan tentang standar pelayanan, respon
klien yang normal, dan konsep model teori keperaatan.
Dalam melakukan proses e+aluasi, ada beberapa kegiatan yang harus diikuti oleh peraat,
antara lain5 mengka%i ulang tu%uan klien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan,
mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan, mengukur pencapaian
tu%uan, mencatat keputusan atau hasil pengukuran pencapaian tu%uan, dan melakukan re+isi
atau modifikasi terhadap rencana keperaatan bila perlu. 9+aluasi terbagi men%adi tiga %enis,
yaitu5/. 9+aluasi proses. 9+aluasi proses berfokus pada penampilan ker%a peraat dan apakah
peraat dalam memberikan pelayanan keperaatan merasa cocok, tanpa tekanan, dan sesuai
eenang. Area yang men%adi perhatian pada e+aluasi proses mencakup %enis informasi yang
didapat pada saat aancara dan pemeriksaan fisik, +alidasi dari perumusan diagnosa
keperaatan, dan kemampuan tehnikal peraat.
". 9+aluasi hasil. 9+aluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons prilaku klien
merupakan pengaruh dari inter+ensi keperaatan dan akan terlihat pada pencapaian tu%uan
dan kriteria hasil.
-ntuk penentuan masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak teratasi adalah dengan cara
membandingkan antara S
7/25/2019 BAB I ACAa
19/38
". 0ungsi neuro+askuler baik
&. ebutuhan oksigenasi terpenuhi.
7. lien dapat meningkatkan3mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi.
?. erusakan kulit tidak ter%adi dan ketidaknyamanan menghilang
8. Penyembuhan luka sesuai aktu
>. lien menun%ukkan pengetahuan bertambah.
BAB 666
T6;!A-A; AS-S
Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang Asuhan eperaatan pada klien Tn. S dengan
diagnosa 0raktur 0emur Sinistra Post Pemasangan Plate di Ruang 1ahoni 66 Rumah Sakit Pusat
epolisian Raden Said Sukanto. Study kasus ini diambil & hari mulai dari tanggal /7 !uli "#/#
sampai dengan tanggal /8 !uli "#/#.
Berikut adalah Asuhan eperaatan yang penulis lakukan sesuai dengan tahap2tahap proses
keperaatan yang meliputi tahap pengka%ian, diagnosa keperaatan, perencaaan
keperaatan, implementasi, dan e+aluasi keperaatan.
A. Pengka%ian eperaatan
Pengka%ian merupakan tahap aal dari proses keperaatan yang bertu%uan untuk
mengumpulkan data klien. Dalam pengka%ian penulis mendapatkan data dari klien, peraat
ruangan, catatan medis, dan tim medis lainnya dengan melakukan aancara dan obser+asi
kesehatan. Adapun hal dari pengka%ian adalah sebagai berikut 5
/. 6dentitas lien
lien adalah seorang laki2laki berinisial Tn. S berusia 7" tahun, status perkainan adalah
menikah, berasal dari suku !aa dengan alamat !alan Canapi /' Rt #/ R #& 4ipinang !akartaTimur. lien beragama islam. lien beker%a sebagai seorang irasasta. lien di raat di
Rumah Sakit Pusat epolisian Raden Said Sukanto !akarta di Ruang 1ahoni 66 pada tanggal #/
!uli "#/# dengan nomor register ?" $? 8& dan diagnose medis 0raktur 0emurSinistra.
". Resume
lien tiba di ruang 1ahoni 66 Rumah Sakit Pusat epolisian Raden Said Sukanto !akarta pada
tanggal #/ !uli "#/# pukul /#.## 6B. lien merupakan seorang pria berinisial Tn. S berusia 7"tahun dengan diagnose medis fraktur femur sinistra.
eadaan umum sakit sedang, kesadaran composmentis.
7/25/2019 BAB I ACAa
20/38
darah /"#3$# mmCg nadi '7 E3menit pernafasan "# E3menit suhu &84.
Pada tanggal #8 !uli "#/# pasien dilakukan operasi pukul #$.## 6B pemasangan plate pada
fraktur femur sinistra, %enis anestesi spinal. ;ama operasi reposisi dan pemasangan platedan
sre. Persiapan operasi puasa mulai pukul ##.## 6B, mengisi inform concent, cukur bulu
pubis, obser+asi keadaan umum, dan obser+asi tanda2tanda +ital. Td 5 /"#3'# mmCg, nadi 5 '#E3menit, pernapasan 5 "# E3menit, suhu 5 &84. klien diberikan pen%elasan oleh dokter dan
peraat mengenai penyakit dan operasi klien.
Casil pemeriksaan laboratorium tanggal #> %uli "#/# Cemoglobin 5 /&,7 g3dl, Cematokrit 7/),
leukosit 8./##3ul, dan Trombosit #.###3ul. lien mendapatkan therapy in%eksi etorolac & E
/amp36:, 4efadroEil & E ?##mg, diit 5 makan biasa.
1asalah keperaatan yang timbul adalah gangguan rasa nyeri, intoleransi akti+itas, dan resiko
infeksi. Tindakan keperaatan yang telah dilakukan secara mandiri yaitu melakukan obser+asi
tanda2tanda +ital, membantu klien dalam berakti+itas, mengka%i tanda2tanda infeksi. Tindakan
keperaatan kolaboratif yaitu memberikan terapi analgetik dan antibiotic.
9+aluasi keperaatan untuk gangguan rasa nyaman nyeri belum teratasi. -ntuk resiko infeksi,
tidak ditemukan tanda2tanda infeksi, dan intoleransi akti+itas belum teratasi.
&. Riayat eperaatan
a. Riayat kesehatan sekarang
eluhan utama 5 lien mengeluh nyeri pada luka post op, kualitas nyeri seperti berdenyut,
intensitas hilang timbul, karakteristik nyeri setempat, nyeri timbul pada saat klien melakukan
pergerakan atau perubahan posisi dan akan berkurang %ika klien beristirahat.b. Riayat kesehatan masa lalu
lien mengatakan sebelumnya tidak pernah di raat di rumah sakit, klien mengatakan tidak
mempunyai riayat alergi obat, makanan, binatang,maupun lingkungan. lien %uga tidak
mengkonsumsi obat2obatan.
c. Riayat kesehatan keluarga
eterangan 5
M meninggal
M perempuan
M laki2laki
22222222222 M tinggal dalam satu rumah
M klien
M hubungan pernikahan
M hubungan persaudaraan
Dari genogram dan riayat kesehatan keluarga dapat disimpulkan baha klien tidak
mempunyai riayat penyakit yang dapat men%adi factor resiko ter%adinya fraktur
7/25/2019 BAB I ACAa
21/38
femursinistra.
d. Riayat psikososial dan spiritual
lien mengatakan orang paling dekat dengan dirinya selama di rumah sakit adalah anak2
anaknya, interaksi dalam keluarga baik, pola komunikasi klien dalam keluarga baik, pembuat
keputusan adalah dirinya sendiri, kegiatan kemasyarakatan yang diikuti adalah menga%i.
Dampak penyakit klien terhadap keluarga adalah keluarga men%adi khaatir terhadap kondisi
klien, masalah yang mempengaruhi klien saat ini adalah akti+itas klien terbatas. Cal yang
sangat dipikirkan saat ini adalah klien ingin cepat sembuh dari sakitnya. Carapan setelah
men%alani peraatan adalah klien dapat melakukan akti+itas seperti semula. Perubahan yang
dirasakan setelah %atuh sakit adalah klien mengalami keterbatasan dalam berakti+itas. lien
tidak mempunyai nilai2nilai yang bertentangan dengan kesehatan, saat ini akti+itas keagamaan
yang dilakukan adalah berdoa. ondisi lingkungan rumah baik dan tidak mempengaruhi
kesehatan saat ini.
e. Pola kebiasaan sehari2hari sebelum sakit
/* Pola nutrisi
lien tidak ada masalah dengan pola makan. 0rekuensi makan &E3hari, nafsu makan baik,
%umlah yang dihabiskan adalah / porsi, tidak ada makanan yang membuat alergi atau makanan
yang tidak di sukai serta tidak ada makanan pantangan, diit makan di rumah yaitu makan
biasa. Tidak ada penggunaan obat2obatan sebelum makan, dan tidak ada penggunaan alat
bantu ;T.
"* Pola eliminasi
lien buang air kecil (BA* sebanyak 82> E3hari, arna kuning %ernih, tidak ada keluhan saat
BA, tidak ada penggunaan alat bantu kateter. lien buang air besar (BAB* / E3hari dengan
aktu yg tidak tentu, berarna kuning kecokelatan, bau khas feces, konsistensi padat, dan
klien tidak pernah menggunaan obat2obatan laksatif.&* Pola personal hygiene
lien mandi " E3hari dengan menggunakan sabun mandi pada aktu pagi dan sore hari, oral
hygiene (sikat gigi* "E3hari dengan menggunakan pasta gigi pada aktu pagi dan sore hari,
mencuci rambut &E3minggu dengan menggunakan shampoo.
7* Pola istirahat dan tidur
lien tidur siang N " %am 3 hari, tidur malam N > %am 3 hari, klien biasa berdoa sebelum tidur.
?* Pola akti+itas dan latihan
lien beker%a dari pagi sampai sore, klien tidak pernah berolahraga dan tidak ada keluhan
dalam berakti+itas.
8* ebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
lien mengatakan tidak mempunyai kebiasaan merokok dan minum 2 minuman keras 3 ;APOA.
f. Pola kebiasaan di rumah sakit
/* Pola nutrisi
lien tidak ada masalah dengan pola makan. 0rekunsi makan &E3hari, nafsu makan baik,
%umlah yang dihabiskan adalah / porsi, tidak ada makanan yang membuat alergi atau makanan
yang tidak di sukai serta tidak ada makanan pantangan, diit makan di rumah yaitu makan
biasa. Tidak ada penggunaan obat2obatan sebelum makan, dan tidak ada penggunaan alat
bantu ;T.
"* Pola eliminasi
lien buang air kecil (BA* sebanyak 82> E3hari, arna kuning %ernih, tidak ada keluhan saat
BA, tidak ada penggunaan alat bantu kateter. lien buang air besar (BAB* / E3hari dengan
7/25/2019 BAB I ACAa
22/38
aktu yg tidak tentu, berarna kuning kecokelatan, bau khas feces, konsistensi padat, klien
tidak pernah menggunaan obat2obatan laksatif.
&* Pola personal hygiene
lien mandi /E3hari pada pagi hari, oral hygine dilakukan pada pagi hari.
7* Pola istirahat dan tidur
lien tidur N /# %am 3hari, tidur siang & %am 3hari, tidur malam > %am 3hari, klien mempunyaikebiasaan berdoa sebelum tidur.
?* Pola akti+itas dan latihan
lien tidak dapat berakti+itas secara mandiri, akti+itas klien di bantu oleh peraat. lien
mengatakan nyeri pada luka post op %ika melakukan pergerakan.
7. Pengka%ian 0isik
a. Pemeriksaan fisik umum
Berat badan sebelum sakit ?7 kg, berat badan setelah sakit ?7 kg, tinggi badan /8? cm,
tekanan darah /"#3'# mmCg, nadi '#E 3menit, frekuensi nafas "#E 3menit, suhu tubuh &8#4
b. Sistem penglihatan
Sisi mata tampak simetris baik kiri maupun kanan, kelopak mata normal, pergerakan bola mata
normal, kon%ungti+a merah muda, kornea normal tidak keruh3berkabut dan tidak terdapat
perdarahan, sklera anikterik, pupil isokor, otot2otot mata tidak ada kelainan, fungsi
penglihatan baik, tidak terdapat tanda2tanda radang, klien menggunakan kacamata, tidak
memakai lensa kontak, reaksi terhadap cahaya baik.
c. Sistem pendengaran
Daun telinga normal, kondisi telinga tengah normal, tidak terlihat adanya cairan yang keluar
dari telinga dan tidak ada perasaan penuh pada telinga, klien tidak mengalami tinnitus, fungsi
pendengaran baik, klien tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
d. Sistem icara
lien tidak mengalami gangguan icara, klien dapat mengucapkan kata2kata dengan %elas.e. Sistem Pernapasan
Pada %alan napas bersih, tidak ada sesak dan klien tidak menggunakan alat bantu pernapasan,
frekuensi nafas "#E 3menit, irama nafas teratur, %enis pernafasan spontan, klien tidak batuk
dan tidak terdapat sputum, suara nafas normal3+esikuler, dan tidak ada nyeri saat bernafas.
f. Sistem ardio+askuler
;adi '#E 3menit, irama teratur dengan denyut kuat, tekanan darah /$# mmCg, tidak
ter%adi distensi +ena %ugularis baik kanan maupun kiri, temperatur kulit hangat, arna kulit
kemerahan, pengisian kapiler " detik, tidak terdapat edema, kecepatan denyut apical '7
E3menit, irama teratur, tidak terdengar adanya kelainan pada bunyi %antung dan tidak sakit
dada.g. Sistem Cematologi
lien tidak terlihat pucat dan tidak ada perdarahan.
h. Sistem Saraf Pusat
lien mengatakan tidak pusing, tingkat kesadaran composmentis, 4S 97 18 :?, tidak ter%adi
tanda2tanda peningkatan tekanan intrakranial (seperti muntah proyektil, nyeri kepala hebat,
papil edema*, klien tidak mengalami gangguan sistem persarafan.
i. Sistem Pencernaan
lien tidak menggunakan gigi palsu, tidak terdapat carries, tidak tampak stomatitis, lidah
tidak kotor, salifa normal, klien mengatakan tidak nyeri perut, bising usus belum ada karena
masih dalam pengaruh anastesi, klien tidak megalami diare dan konstipasi, tidak teraba
pembesaran hepar, dan abdomen tidak kembung.
7/25/2019 BAB I ACAa
23/38
%. Sistem 9ndokrin
Tidak terdapat pembesaran kelen%ar tiroid, nafas tidak berbau keton, tidak terdapat luka
ganggren.
k. Sistem -rogenital
6ntake "8## cc3"7 %am, output "7## cc3"7 %am dan balance cairan "## cc, tidak ada perubahan
pola kemih, BA arna kuning %ernih, tidak terdapat distensi kandung kemih, dan tidak adakeluhan sakit pinggang.
l. Sistem 6ntegument
Turgor kulit baik, temperatur kulit hangat, arna kulit kemerahan, keadaan kulit baik,
terdapat insisi operasi lokasi di paha sebelah kiri,dengan pan%ang luka /?cm, kondisi luka
tertutup elastic +erband. Tidak ada perdarahan pada luka dan tidak ada pembengkakan. Tidak
ada kelainan kulit, keadaan rambut 5 tekstur rambut baik dan bersih.
m. Sistem 1usculoskeletal
lien mengalami kesulitan dalam pergerakan karena %ika melakukan pergerakan akan terasa
nyeri pada luka post op pemasangan plate, terdapat fraktur dengan lokasi femur.
? ? ? ? ? ? ? ?
? ? ? ? 7 7 7 7
?. Data tambahan (pemahaman tentang penyakit*
lien mengerti tentang penyakitnya yaitu klien dapat menyebutkan penyebab, tanda dan
ge%ala yang timbul, persiapan yang harus dilakukan sebelum operasi, dan alasan mengapa
harus dilakukan tindakan pembedahan.
8. Data penun%ang
Data penun%ang yang terdapat pada klien yaitu hasil pemeriksaan rontgen pada tanggal #/ !uli"#/# 5
Casil 5 tampak fraktur femur sebelah kiri
Casil rontgen tanggal #8 !uli "#/# yaitu tampak terpasang plate dan sre di femur sinistra.
>. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis yang terdapat pada klien yaitu 5 4efadroEil & E ?##mg3oral, etorolac &
E /#mg3oral, dan diit makan biasa.
'. Data 0okus
Data fokus terdiri dari data subyektif dan data obyektif. Data fokus yang terdapat pada klien
adalah sebagai berikut 5a. Data Subyektif
lien mengeluh nyeri pada luka post op, kualitas nyeri seperti berdenyut, intensitas hilang
timbul, karakteristik nyeri setempat, nyeri timbul pada saat klien melakukan pergerakan atau
perubahan posisi dan akan berkurang %ika klien beristirahat. lien mengatakan sulit untuk
berakti+itas.
b. Data
7/25/2019 BAB I ACAa
24/38
perdarahan, tidak ada pembengkakan. Skala nyeri 7. Tampak akti+itas klien dibantu oleh
peraat, mobilisasi bertahap, tampak terdapat luka pada %ari2%ari kaki sebelah kiri. Casil
rontgent tanggal #8 !uli "#/#, tampak terpasang plate dan scre, therapy 4efadroEil & E
?##mg3oral, ketorolac & E /#mg3oral.
$. Analisa DataBerdasarkan data yang terkumpul pada tanggal /7 !uli "#/# maka penulis mengelompokkan
analisa data sebagai berikut 5
;o Data 1asalah 9tiologi
/. Data Subyektif
a. lien mengeluh nyeri pada luka daerah pemasangan plate dan scre, kualitas nyeri seperti
berdenyut, intensitas hilang timbul, karakteristik nyeri setempat, skala nyeri 7, nyeri timbul
pada saat klien melakukan pergerakan atau perubahan posisi dan akan berkurang %ika klien
beristirahat.
Data
7/25/2019 BAB I ACAa
25/38
4. Perencanaan, Pelaksanaan, dan 9+aluasi eperaatan
Diagnosa /
angguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas %aringan ditandai
dengan
Data Subyektif 5 lien mengeluh nyeri pada luka terpasangnya plate dan scre, kualitas nyeri
seperti berdenyut, intensitas terus menerus, karakteristik nyeri setempat, skala nyeri 7, nyeritimbul pada saat klien melakukan pergerakan atau perubahan posisi dan akan berkurang %ika
klien beristirahat.
Data
7/25/2019 BAB I ACAa
26/38
batang femur sinistra dengan kondisi luka basah dan berdarah. Tampak terdapat luka pada %ari2
%ari kaki kiri, dengan kondisi luka tertutup kassa steril.
Analisa 5 1asalah gangguan rasa nyaman nyeri belum teratasi, tu%uan keperaatan belum
tercapai.
Planning 5 Tindakan keperaatan dilan%utkan.
Rencana Tindakan/. Tinggikan posisi ekstremitas yang terkena.
". Lakukan dan aasi latihan gerak pasif3aktif.
&. A%arkan penggunaan teknik mana%emen nyeri (latihan napas dalam, ima%inasi +isual,
akti+itas dipersional*
7. olaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.
?. 9+aluasi keluhan nyeri (skala, petun%uk +erbal dan non +er+al, perubahan tanda2tanda +ital*
Pelaksanaan eperaatan
Tanggal /? !uli "#/#
Pukul #7.## 6B memberikan terapi etorolac /#mg3oral, hasil 5 obat masuk sesuai program
melalui oral. Pukul #>.## 6B melakukan obser+asi tanda2tanda +ital tekanan darah /"#3'#
mmCg, nadi '# E3menit, pernafasan "# E3menit, suhu &84. Pukul #'.## 6B mengka%i keluhan
nyeri, hasil 5 klien mengeluh nyeri pada luka post op, kualitas nyeri seperti berdenyut,
intensitas hilang timbul, karakteristik nyeri setempat, nyeri timbul pada saat klien melakukan
pergerakan atau perubahan posisi dan akan berkurang %ika klien beristirahat. Pukul /#.## 6B
melakukan kolaborasi dengan fisioterapi. Casil 5 klien melakukan latihan gerak pasif.Pukul
/".## 6B memberikan terapi etorolac /#mg3oral, hasil 5 obat masuk sesuai program melalui
oral. Pukul "#.## 6B memberikan terapi etorolac /#mg3oral, hasil 5 obat masuk sesuai
program melalui oral.
9+aluasi eperaatanTanggal /8 !uli "#/#
Subyektif 5 lien mengatakan nyeri pada daerah post operasi, intensitas nyeri hilang timbul,
kualitas nyeri sedang, karakteristik nyeri berdenyut, klien mengatakan nyeri baru hilang %ika
klien beristirahat dan %ika diberi obat analgetik.
7/25/2019 BAB I ACAa
27/38
Pukul #7.## 6B memberikan terapi etorolac /#mg3oral, hasil 5 obat masuk sesuai program
melalui oral. Pukul #>.## melakukan obser+asi tanda2tanda +ital, hasil tekanan darah /"#3'#
mmCg, nadi >7 E3menit, pernafasan "# E3menit, suhu &84. Pukul /#.## 6B melakukan
kolaborasi dengan fisioterapi. Casil 5 klien melakukan latihan gerak pasif.Pukul /".## 6B
memberikan terapi etorolac /#mg3oral, hasil 5 obat masuk sesuai program melalui oral. Pukul
/&.## 6B mengka%i keluhan nyeri, hasil 5 klien mengatakan nyeri pada luka post op sudahberkurang, skala nyeri 7. Pukul "#.## 6B memberikan terapi etorolac /#mg3oral, hasil 5 obat
masuk sesuai program melalui oral.
9+aluasi eperaatan
Tanggal /8 !uli "#/# Pukul "#./? 6B
Subyektif 5 lien mengatakan nyeri pada daerah post operasi, intensitas nyeri hilang timbul,
kualitas nyeri sedang, karakteristik nyeri berdenyut, skala nyeri 7, klien mengatakan nyeri baru
hilang %ika klien beristirahat.
. olaborasi pelaksanaan fisioterapi sesuai indikasi.
'. 9+aluasi kemampuan mobilisasi klien dan program imobilisasi.
7/25/2019 BAB I ACAa
28/38
Pelaksanaan eperaatan
Tanggal /7 !uli "#/#
Pukul #>.## 6B memberikan papan penyangga kaki. Casil 5 Pukul #$.## 6B membantu klien
BA. Casil 5 klien dapat memenuhi kebutuhan eliminasi urine dengan bantuan. Pukul /#.## 6B
melakukan kolaborasi dengan fisioterapi. Casil 5 klien melakukan latihan gerak pasif.Pukul//.## 6B mengan%urkan klien untuk tetap mempertahankan asupan cairan /###ml. Casil 5
klien mengerti dan mau melakukannya. Pukul //. 6B mempertahankan pelaksanaan
akti+itas rekreasi terapeutik. Casil 5 klien dikun%ungi teman dan keluarganya.Pukul /".## 6B
menya%ikan diit siang. Casil 5 klien makan habis / porsi. Pukul /7.## 6B melakukan e+aluasi
kemampuan mobilisasi klien. Casil 5 klien mampu melakukan mobilisasi dini. Pukul /?.## 6B
mengan%urkan klien untuk tetap mempertahankan asupan cairan ?##ml. Casil 5 klien
mengerti dan mau melakukannya. Pukul /$.## 6B mengan%urkan klien untuk tetap
mempertahankan asupan cairan ?##ml. Casil 5 klien mengerti dan mau melakukannya
9+aluasi eperaatan
Tanggal /? !uli "#/#
Subyektif 5 lien mengatakan sulit berakti+itas.
. olaborasi pelaksanaan fisioterapi sesuai indikasi.
'. 9+aluasi kemampuan mobilisasi klien dan program imobilisasi.
Pelaksanaan eperaatan
Tanggal /? !uli "#/#
Pukul #?./# 6B menya%ikan diit pagi. Casil 5 klien makan habis / porsi. Pukul #>.## 6B
membantu klien dalam memenuhi kebutuhan personal hygiene. Casil 5 klien dapat memenuhikebutuhan personal hygiene (mandi*. Pukul /#.## 6B melakukan kolaborasi dengan
fisioterapi. Casil 5 klien melakukan latihan gerak pasif.Pukul //.## 6B membantu klien BA.
Casil 5 klien dapat memenuhi kebutuhan eliminasi urine dengan bantuan. Pukul /".## 6B
mengan%urkan klien untuk tetap mempertahankan asupan cairan /###ml3hari. Casil 5 klien
mengerti dan mau melakukannya. Pukul /"./# 6B menya%ikan diit siang. Casil 5 klien makan
habis / porsi. Pukul /7.## 6B melakukan e+aluasi kemampuan mobilisasi klien. Casil 5 klien
mampu melakukan mobilisasi dini. Pukul />./# 6B menya%ikan diit sore. Casil 5 klien makan
habis / porsi. Pukul /?.## 6B mengan%urkan klien untuk tetap mempertahankan asupan cairan
?##ml. Casil 5 klien mengerti dan mau melakukannya. Pukul /$.## 6B mengan%urkan klien
untuk tetap mempertahankan asupan cairan ?##ml. Casil 5 klien mengerti dan mau
melakukannya
7/25/2019 BAB I ACAa
29/38
9+aluasi eperaatan
Tanggal /8 !uli "#/#
Subyektif 5 lien mengatakan sulit berakti+itas.
. olaborasi pelaksanaan fisioterapi sesuai indikasi.
'. 9+aluasi kemampuan mobilisasi klien dan program imobilisasi.
Pelaksanaan eperaatan
Tanggal /8 !uli "#/#
Pukul #?./# 6B menya%ikan diit pagi. Casil 5 klien makan habis / porsi. Pukul #>.## 6B
membantu klien dalam memenuhi kebutuhan personal hygiene. Casil 5 klien dapat memenuhi
kebutuhan personal hygiene (mandi*. Pukul #'.## 6B membantu klien BA. Casil 5 klien dapat
memenuhi kebutuhan eliminasi urine dengan bantuan. Pukul #$.## 6B mengan%urkan klien
untuk tetap mempertahankan asupan cairan /###ml3hari. Casil 5 klien mengerti dan mau
melakukannya. Pukul /#.## 6B melakukan kolaborasi dengan fisioterapi. Casil 5 klienmelakukan latihan gerak pasif Pukul /"./# 6B menya%ikan diit siang. Casil 5 klien makan habis
/ porsi. Pukul /7.## 6B melakukan e+aluasi kemampuan mobilisasi klien. Casil 5 klien mampu
melakukan mobilisasi dini. Pukul />./# 6B menya%ikan diit sore. Casil 5 klien makan habis /
porsi. Pukul /?.## 6B mengan%urkan klien untuk tetap mempertahankan asupan cairan
?##ml. Casil 5 klien mengerti dan mau melakukannya. Pukul /$.## 6B mengan%urkan klien
untuk tetap mempertahankan asupan cairan ?##ml. Casil 5 klien mengerti dan mau
melakukannya
9+aluasi eperaatan
Tanggal /8 !uli "#/# Pukul "#./? 6B
Subyektif 5 lien mengatakan sulit berakti+itas.
7/25/2019 BAB I ACAa
30/38
8. Berikan diit tinggi kalori tinggi protein.
>. olaborasi pelaksanaan fisioterapi sesuai indikasi.
'. 9+aluasi kemampuan mobilisasi klien dan program imobilisasi.
Diagnosa &
angguan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah ditandai denganData Subyektif 5 222222
Data .## 6B merapihkan tempat tidur. Casil 5 tempat tidur tampak bersih dan kering.
Pukul /#.## 6B melakukan obser+asi keadaan kulit daerah insisi pembedahan. Casil 5 kondisi
luka di batang femur tampak basah dan berdarah.
9+aluasi eperaatan
Tanggal /8 !uli "#/#
7/25/2019 BAB I ACAa
31/38
Subyektif 5 lien mengatakan sulit berakti+itas.
.## 6B mengganti alat tenun yang kotor. Casil 5 tempat tidur tampak bersih dan
kering. Pukul #$.## 6B melakukan obser+asi keadaan kulit daerah insisi pembedahan. Casil 5
kondisi luka di batang femur tampak basah dan berdarah.
9+aluasi eperaatan
Tanggal /8 !uli "#/# Pukul "#./? 6B
Subyektif 5 lien mengatakan sulit berakti+itas.
#4*, hasil pemeriksaan laboratorium leukosit dalam batas normal ( ?.###2
/#.###3ul*.
Rencana tindakan
/. Lakukan peraatan luka sesuai protocol.
". olaborasi pemberian antibiotika sesuai indikasi.
&. Analisa hasil pemeriksaan laboratorium (Citung darah lengkap, L9D, ultur dan sensiti+itas
luka3serum3tulang*
7.
7/25/2019 BAB I ACAa
32/38
Tanggal /7 !uli "#/#
Pukul #>.## 6B melakukan obser+asi tanda2tanda +ital, hasil tekanan darah /"#3'# mmCg,
nadi >7 E3menit, pernafasan "# E3menit, suhu &84.Pukul /#.## 6B melakukan peraatan
luka. Casil 5 luka tampak bersih, tertutup elastic +erband.. Pukul /".## 6B memberikan terapi
4efadroEil & E ?##mg3oral. Casil 5 obat masuk sesuai program melalui oral. Pukul /#./# 6B
melakukan peraatan luka. Casil 5 kondisi luka bersih, tertutup elastic +erband. Pukul /#.7#6B mengka%i tanda2tanda infeksi (kalor, dolor, tumor, rubor, dan fungsiolesa*. Casil 5 tidak ada
tanda2tanda infeksi (kalor, dolor, tumor, rubor, dan fungsiolesa*. Pukul "#.## 6B memberikan
terapi 4efadroEil & E ?##mg3oral. Casil 5 obat masuk sesuai program melalui oral.
9+aluasi eperaatan
Tangal /? !uli "#/#
Subyektif 5 22222
.## 6B melakukan obser+asi tanda2tanda +ital, hasil tekanan
darah /"#3'# mmCg, nadi '# E3menit, pernafasan "# E3menit, suhu &84.Pukul /".## 6B
memberikan terapi 4efadroEil ?##mg3oral. Casil 5 obat masuk sesuai dengan program melalui
oral. Pukul /#.## 6B melakukan peraatan luka menge+aluasi tanda2tanda peradangan.. Casil
5 kondisi luka tertutup elastic +erband dan tidak ada tanda2tanda radang. Pukul "#.## 6B
memberikan terapi 4efadroEil ?##mg3oral. Casil 5 obat masuk sesuai dengan program melalui
oral
9+aluasi eperaatan
Tangal /8 !uli "#/#
Subyektif 5 22222
7/25/2019 BAB I ACAa
33/38
Pelaksanaan eperaatan
Tanggal /8 !uli "#/#
Pukul #7.## 6B memberikan terapi 4efadroEil ?##mg3oral. Casil 5 obat masuk sesuai dengan
program melalui oral. Pukul #>.##6B melakukan obser+asi tanda2tanda +ital, hasil tekanan
darah /"#3'# mmCg, nadi '# E3menit, pernafasan "# E3menit, suhu &84 Pukul /#.## 6Bmelakukan peraatan luka dan menge+aluasi tanda2tanda peradangan. Casil 5 kondisi luka
tertutup elastic +erband, tidak ada tanda2tanda peradangan. Pukul /".## 6B memberikan
terapi 4efadroEil ?##mg3oral. Casil 5 obat masuk sesuai dengan program melalui oral. Pukul
"#.## 6B memberikan terapi 4efadroEil ?##mg3oral. Casil 5 obat masuk sesuai dengan
program melalui oral
9+aluasi eperaatan
Tanggal /8 !uli "#/# Pukul "#./? 6B
Subyektif 5 22222
7/25/2019 BAB I ACAa
34/38
Pada tahap pengka%ian di temukan perbedaan antara teori dengan kasus. Secara teori
ditemukan adanya kelainan deformitas dan krepitasi, tetapi pada kasus tidak ditemukan
adanya deformitas dan krepitasi, karena klien sudah dilakukan pemasangan plate dan scre
se%ak / minggu yang lalu, karena proses penyembuhan sedang berlangsung.
-ntuk etiologi dan predisposisi ter%adinya fraktur serta penatalaksanaan medis tidakditemukan adanya kesen%angan.
0aktor pendukung yaitu pada pengka%ian keperaatan klien terlihat kooperatif saat dilakukan
pemeriksaan. Sedangkan faktor penghambat yaitu data2data yang ada pada status klien tidak
terdokumentasikan dengan lengkap. Pemecahan masalahnya yaitu dengan cara bertanya
kembali kepada klien ataupun keluarga klien serta pada peraat yang bertanggung%aab di
ruangan tersebut.
B. Diagnosa eperaatan
Pada diagnosa keperaatan pada klien dengan fraktur femur sinistra di dalam teori terdapat >
diagnosa keperaatan. Sedangkan pada kasus Tn. S dengan fraktur femur sinistra terdapat 7
diagnosa keperaatan. Adapun diagnosa yang muncul pada teori tetapi tidak muncul pada
kasus adalah 5
/. Risiko disfungsi neuro+askuler perifer b3d penurunan aliran darah (cedera +askuler, edema,
pembentukan trombus*. Diagnosa ini tidak muncul dikarenakan pada saat pengka%ian tidak
ditemukan data yang menun%ang mengenai disfungsi neuro+askular yaitu akral hangat, tidak
pucat dan syanosis, bisa bergerak secara aktif alaupun terbatas dengan bantuan minimal.
". angguan pertukaran gas b3d perubahan aliran darah, emboli, perubahan membran
al+eolar3kapiler (interstisial, edema paru, kongesti*, diagnosa ini tidak dimunculkan pada
kasus karena klien menun%ukkan adanya kebutuhan oksigenasi yang terpenuhi dengan baik.hal
ini dibuktikan dengan tidak ditemukannya keluhan berupa sesak nafas.&. urang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b3d kurang
terpa%an atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang
akurat3lengkapnya informasi yang ada. Diagnosa ini tidak muncul karena pada saat pengka%ian
ditemukan data baha klien mengerti tentang penyakitnya yaitu klien dapat menyebutkan
penyebab, tanda dan ge%ala yang timbul, persiapan yang harus dilakukan sebelum operasi, dan
alasan mengapa harus dilakukan tindakan pembedahan.
Pada tahap ini yang men%adi faktor pendukung yaitu berdasarkan hasil analisa data
ditemukannya data2data yang mengacu pada diagnosa keperaatan yang muncul.
Selain itu faktor penghambat yang muncul yaitu ada beberapa data atau informasi yang kuranglengkap pada saat pengka%ian sehingga penulis sedikit kesulitan dalam menegakkan diagnosa.
Tetapi dengan cara mengka%i ulang dan mengumpulkan informasi lebih lengkap lagi maka
diagnosa pun dapat ditegakkan.
4. Perencanaan eperaatan
Pada tahap perencanaan keperaatan terdapat perbedaan antara teori dengan kasus. Dimana
pada teori tidak dicantumkan aktu karena tidak dapat diidentifikasi, sedangkan pada kasus
aktu dibutuhkan untuk program tercapainya tu%uan keperaatan. Berdasarkan hirarki
1aslos rumusan masalah keperaatan disesuaikan dengan prioritas.
Pada penentuan prioritas, disesuaikan dengan yang ada pada teori. Diagnosa gangguan rasa
7/25/2019 BAB I ACAa
35/38
nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas %aringan men%adi diagnose prioritas
karena apabila nyeri tidak diatasi maka akan mengganggu kenyamanan klien selain itu nyeri
merupakan sensori subyektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan bagi pasien
berkaitan dengan kerusakan %aringan. Sehingga nyeri dapat merupakan factor utama yang
menghambat kemampuan dan keinginan indi+idu untuk pulih dari suatu penyakit. (Asmadi,
"##'*
Diagnosa keperaatan gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka
neuromuskuler, men%adi diagnose kedua karena %ika tidak diatasi akan mengakibatkan
komplikasi yaitu atrofi otot. Diagnosa ketiga yaitu gangguan integritas kulit berhubungan
dengan insisi bedah karena %ika tidak diatasi akan menyebabkan ter%adinya abrasi kulit yang
semakin luas yang memungkinkan bakteri berkembang biak sehingga ter%adi infeksi. Diagnose
keempat yaitu resiko ter%adinya infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme
pathogen karena tindakan in+asi+e (pemasangan plate*, %ika tidak diatasi maka akan ter%adi
infeksi.
0actor pendukung yang penulis dapatkan pada penyusunan perencanaan adalah adanya
bantuan dari peraat senior dan kaan2kaan mahasisa dalam membuat rencana
keperaatan. Tidak ditemukan faktor penghambat dalam penyusunan perencanaan
keperaatan.
D. Pelaksanaan eperaatan
Dalam tahap pelaksanaan, tindakan keperaatan dilakukan sesuai dengan rencana yang telahdibuat dan semua tindakan yang dilakukan pada klien didokumentasikan ke dalam catatan
keperaatan.
Ada beberapa rencana tindakan yang tidak dapat dilaksanakan. Pada diagnose yang pertama
penulis tidak mempertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, bebat3gips,
traksi karena tahap penyembuhan tulang klien telah pada tahap penyembuhan ke dua yaitu
tahap proliferasi seluler dan klien sudah diperbolehkan untuk melakukan mobilisasi dini. Tidak
melakukan kompres dingin pada daerah yang sakit. Cal ini dikarenakan klien post op
pemasangan plate hari ke F ' dan kondisi luka masih basah, tidak melakukan perubahan posisi
karena klien sudah dapat bermobilisasi dini.
Pada diagnosa kedua yaitu gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka
neuromuskuler, penulis tidak melakukan perubahan posisi secara periodic dikarenakan pasien
sudah dapat bermobilisasi. Pada diagnose ketiga yaitu gangguan integritas kulit berhubungan
dengan, insisi bedah rencana tindakan yang tidak dapat direalisasikan adalah massase kulit di
daerah penon%olan tulang dan area distal gips karena klien pada tanggal /7 !uli "#/# gips
sudah tidak terpasang. Pada diagnose keempat yaitu resiko ter%adinya infeksi berhubungan
dengan masuknya mikroorganisme pathogen karena tindakan in+asi+e (pemasangan plate*, ada
rencana tindakan yang tidak dapat direalisasikan yaitu melakukan kolaborasi dalam
pemeriksaan laboratorium (leukosit* karena tidak ditemukan tanda2tanda infeksi.
0aktor pendukung yang penulis dapatkan adalah keluarga yang sangat kooperatif dan mau
7/25/2019 BAB I ACAa
36/38
beker%a sama saat dilakukan tindakan keperaatan. 0actor penghambat yang penulis temukan
adalah adanya keterbatasan aktu dalam melaksanakan tindakan keperaatan, serta
keterbatasan alat yang digunakan untuk melakukan peraatan luka. Alternati+e pemecahan
masalah yang penulis lakukan adalah dengan memanfaatkan aktu seefisien mungkin dan
meminimalkan penggunaan alat2alat sehingga kesterilan alat dapat ter%aga
9. 9+aluasi eperaatan9+aluasi merupakan tahap akhir dalam penulisan proses kepeaatan, pada e+aluasi ini penulis
menilai se%auh mana tu%uan keperaatan dapat dicapai dari 7 diagnosa pada kasus Tn. S.
Setelah die+aluasi, semua diagnose keperaatan yang telah dibuat sebelumnya masalah belum
teratasi,dan tu%uan keperaatan belum tercapai.
Pada diagnose gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
%aringan, hasil e+aluasi adalah masalah keperaatan belum teratasi. Cal ini dibuktikan dengan
adanya keluhan nyeri pada daerah pemasangan plate dan scre.
Diagnosa gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuro+askuler, belum
teratasi karena klien masih terpasang plate.
Diagnosa gangguan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah belum teratasi karena
pada tanggal /8 !uli "#/#, kondisi luka pada batang femur masih tampak basah dan
mengeluarkan darah. Diagnosa resiko ter%adinya infeksi berhubungan dengan masuknya
mikroorganisme pathogen karena tindakan in+asi+e (pemasangan plate* belum teratasi karena
klien masih terpasang plate dan scre. eadaan pemasangan plate dan scre ini masih
beresiko terhadap ter%adinya infeksi.
0aktor pendukung yang penulis temukan saat melakukan e+aluasi keperaatan adalah adanya
bantuan dari peraat ruangan dan rekan mahasisa dalam memberikan askep pada klien,serta dengan adanya informasi dari tenaga medis lainnya, %uga adanya criteria hasil yang sudah
penulis buat sebelumnya sehingga dapat di %adikan pedoman dalam menentukan apakah tu%uan
tercapai atau belum.
0actor penghambat yang penulis temukan adalah adanya keterbatasan aktu yang diberikan
kepada penulis untuk memberikan asuhan keperaatan pada Tn. S. Alternati+e pemecahan
masalah yang penulis lakukan adalah dengan mengkonfirmasikan3mendelegasikan perencanaan
keperaatan yang belum dapat dilakukan oleh penulis kepada peraat di ruangan untuk
melan%utkan sehingga e+aluasi dapat dilakukan secara tuntas.
BAB :
P9;-T-P
A. esimpulan
Berdasarkan hasil pengka%ian pada Tn. S dengan diagnosa 0raktur 0emur Sinistra Post
Pemasangan Plate dan Scre, diperoleh data baha lien mengeluh nyeri pada daerah
pemasangan plate dan scre, kualitas nyeri seperti berdenyut, intensitas hilang timbul,
karakteristik nyeri setempat, nyeri timbul pada saat klien melakukan pergerakan atau
perubahan posisi dan akan berkurang %ika klien beristirahat atau diberikan obat analgetik,
klien mengeluh sulit melakukan akti+itas karena terasa nyeri %ika melakukan pergerakan.
Pada diagnosa keperaatan yang muncul pada kasus %uga terdapat dalam teori klien fraktur
femur adalah tu%uh diagnosa, tiga diagnosa keperaatan tidak terdapat dalam kasus. Cal ini
7/25/2019 BAB I ACAa
37/38
dikarenakan tidak ada data yang menun%ang untuk menegakkan diagnosa keperaatan
tersebut. Adapun diagnosa yang muncul pada kasus adalah gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan terputusnya kontinuitas %aringan, gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan kerusakan neuromuskuler, gangguan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah,
dan resiko ter%adinya infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme pathogen akibat
tindakan in+asi+e (pemasangan plate*.
Pada tahap perencanaan, rencana keperaatan disusun sesuai dengan masalah keperaatan.
Dalam memprioritaskan masalah keperaatan dilihat dari kebutuhan dan kondisi klien pada
saat pengka%ian.
Pada tahap pelaksanaan tindakan keperaatan disesuaikan dengan rencana keperaatan yang
telah dibuat dan didokumentasikan pada catatan keperaatan. Penulis melakukan tindakan
keperaatan antara lain adalah mengka%i lokasi dan karakteristik nyeri, yaitu nyeri pada derah
pemasangan plate dan scre dengan skala nyeri 7, menga%arkan teknik relaksasi nafas dalam
dan memberikan posisi nyaman sehingga klien lebih rileks dan nyaman, melakukan obser+asi
tanda2tanda +ital, melakukan peraatan luka dengan tehnik septic dan aseptic agar luka
bersih dan bebas dari infeksi yaitu melakukan tehnik aseptic seperti mencuci tangan sebelum
melakukan tindakan keperaatan dan mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan,
sedangkan peraat ruangan khususnya 1ahoni 66 dalam melakukan tindakan keperaatan tidak
melakukan komunikasi terapeutik, tidak mendokumentasikan tindakan keperaatan yang telah
dilakukan serta tidak memperhatikan tehnik aseptik.
nyaman sehingga klien lebih rileks dan nyaman, melakukan obser+asi tanda2tanda +ital,
melakukan peraatan luka dengan tehnik septic dan aseptic agar luka bersih dan bebas dari
infeksi yaitu melakukan tehnik aseptic seperti mencuci tangan sebelum melakukan tindakan
keperaatan dan mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan, sedangkan peraatruangan khususnya 1ahoni 66 dalam melakukan tindakan keperaatan tidak melakukan
komunikasi terapeutik, tidak mendokumentasikan tindakan keperaatan yang telah dilakukan
serta tidak memperhatikan tehnik aseptik.
Pada tahap e+aluasi yang di lakukan pada tanggal /8 !uli "#/# dari empat diagnosa
keperaatan yang ada tu%uan belum tercapai dan masalah keperaatan belum teratasi semua.
Adapun diagnosa yang belum teratasi adalah gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
terputusnya kontinuitas %aringan, gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
rangka neuromuskuler, gangguan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah, dan resiko
ter%adinya infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme pathogen karena tindakan
in+asi+e (pemasangan plate*.
B. Saran-ntuk peraat
a. Cendaknya setiap memberikan asuhan keperaatan harus di dokumentasikan dengan baik
dan benar untuk mempertanggung %aabkan keadaan klien setelah dilakukan tindakan
keperaatan.
b. Cendaknya setiap memberikan tindakan keperaatan seperti peraatan luka dan peraatan
infuse harus meperhatikan tekhnik septic dan aseptic yaitu mencuci tangan sebelum
melakukan tindakan keperaatan dan men%aga kesterilan alat dalam melakukan tindakan
keperaatan agar tidak ter%adi infeksi setelah dilakukan tindakan keperaatan.
DA0TAR P-STAA
7/25/2019 BAB I ACAa
38/38
Asmadi. "##'. onsep dan Aplikasi ebutuhan Dasar lien. !akarta 5 Salemba 1edika
4orin, 9li=abeth !. "##/. Buku Saku Patofisiologi. 1onica 9ster, Pener%emah !akarta5 94
1arilyn, 9. Doenges, et2al. "###. Rencana Asuhan eperaatan. 9disi &. 1onica 9ster,
Pener%emah !akarta594
1uttakin, Arif. "##'. Buku A%ar Asuhan eperaatan lien Dengan angguan Sistem
1uskuloskeletal. !akarta 5 94
Potter, Patricia A. "##?. Buku A%ar 0undamental eperaatan, :olume /. 9disi 7. Renata
omalasari, Pener%emah. !akarta5 94
Price, Syl+ia Anderson. "##8. Patofisiologi5 konsep klinis proses2proses penyakit.
9disi 8. Brahm -. Pendit, Pener%emah. !akarta5 94
Schart=, Seymour 6. "###. 6ntisari prinsip2prinsip 6lmu Bedah. 9disi 8. !akarta5
94
Smelt=er dan Bare. "##". Buku A%ar eperaatan 1edikal Bedah :olume 66. 9disi '. Agung
aluyo, Pener%emah. !akarta 5 94